LP NGT [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN TINDAKAN PEMASANGAN NGT 1. Definisi Memberi makan enteral lebih dipilih daripada nutrisi parenteral karena ini memperbaiki penggunaan nutrien, lebih aman untuk klien dan sedikit lebih murah. Tidak semua klien mampu makan secara enteral tetapi bila sistem GI (gastrointestinal) mampu mencerna dan mengabsorpsi nutrien, maka pemberian makan dengan cara ini harus digunakan. Nutrisi adalah proses pengambilan zat-zat makanan penting (Nancy Nuwer). Jumlah dari seluruh interaksi antara organisme dan makanan yang dikonsumsinya. Nutrisi adalah apa yang manusia makan dan bagaimana tubuh menggunakan. NGT adalah kependekan dari Nasogastric tube. alat ini adalah alat yang digunakan untuk memasukkan nutsrisi cair dengan selang plasitic yang dipasang melalui hidung sampailambung. Ukuran NGT diantaranya di bagi menjadi 3 kategori yaitu: 1. Dewasa ukurannya 16-18 Fr 2. Anak-anak ukurannya 12-14 Fr 3. Bayi ukuran 6 Fr



2. Anatomi Fisiologi Pemasangan Pipa Nasogastrik (NGT) adalah prosedur memasukkan pipa panjang yang terbuat dari polyurethane atau silicone melalui hidung, Pharynx, esofagus sampai kedalam lambung dengan indikasi tertentu. Sangat penting bagi mahasiswa kedokteran untuk mengetahui cara pemasangan pipa NGT dan mengetahui pipa NGT tersebut sudah masuk dengan benar pada tempatnya. Sebelum melakukan pemasangan pipa NGT, mahasiswa perlu mereview kembali matei anatomi nasus, pharynx, oesophagus, dan gaster.



3. Indikasi Pemasangan NGT Ada 3 indikasi utama pemasangan pipa nasogastric : a. Diagnostik Membantu diagnosis dengan analisa cairan isi lambung. b. Memasukkan Cairan/Makanan



Pasien tidak



dapat menelan oleh karena



berbagai sebab. c. Dekompresi isi lambung Mengeluarkan cairan lambung pada pasien ileus obstruktif/ileus paralitik peritonitis dan pankreatitis akut. Bilas lambung pada kasus intoksikasi. Perdarahan saluran cerna bagian atas untuk bilas lambung (mengeluarkan cairan lambung).



4. Kontraindikasi Pemasangan NGT Kontraindikasi pemasangan pipa nasogastrik meliputi: a. Pasien dengan jejas maxillofacial atau fraktur basis cranii fossa anterior. Pemasangan NGT melalui nasal berpotensi untuk misplacement NGT melalui fossa cribiformis, menyebabkan penetrasi ke intracranial. b. Pasien dengan riwayat striktur esofagus dan varises esofagus. c. Pasien dengan tumor esofagus 5. Diagnosa Keperawatan Pemasangan NGT 6. Tujuan Tindakan Pemasangan NGT 1. Memasukkan makanan cair atau obat-obatan cair atau padat yang dicairkan 2. Mengeluarkan cairan atau isi lambung dan gas yang ada dalam lambung 3. Mengirigasi karena perdarahan/keracunan dalam lambung 4. Mencegah atau mengurangi mual dan muntah setelah pembedahan atau trauma 5. Mengambil specimen pada lambung untuk studi laboratorium.



7. Peralatan 1. NGT No.14 atau 16 (untuk lebih kecil) 2. Jeli 3. Klem 4. Stetoskop 5. Pinset 6. Handuk, tissue, dan bengkok



7. Segelas air putih dan sedotan 8. Plester 9. Spuit 20 cc atau 50 cc 10. Stetoscope 11. Spatel lidah 12. Senter 13. Sepasang sarung tangan



8. Persiapan pasien 1. Dekatkan alat disamping klien 2. Jelaskan tindakan yang akan dilakukan dan tujuannya 3. Cuci tangan 4. Bantu klien pada posisi high fowler, meningkatkan klien untuk menelan 5. Pasang handuk pada dada klien, dekatkan tisu wajah. Agar tidak mengotori pakaian klien. Pemasangan selang dapat menyebabkan keluarga air mata. 6. Memakai sarung tangan 7. Untuk menentukan insersi NGT, minta klien untuk rileks dan bernafas normal dengan menutup satu hidung kemudiann mengulanginya dengan menutup hidung yang lain ( bila klien sadar), selang mudah masuk melalui selang hidung yang lebih paten 8. Mengukur panjang selang yang akan masuk dengan menggunakan :  Metode tradisional Ukur jarak dari puncak hidung kedaun telinga bawah dan ke prosesus xifoideus disternum



 Metode Hanson Mula-mula tandai 50 cm pada selang kemudian lakukan pengukuran dengan metoode tradisional. Selang yang akan dimasukkan pertengahan antara 50 cm dan tanda tradisional 9. Beri tanda pada panjang selang yang sudah diukur dengan menggunakan plester 10. Oleskan jeli pada NGT sepanjang 10-20 cm. Pelumasan menurunkan friksi anatar membrane mukosa dan selang. 11. Ingatkan klien bahwa selang akan segera dimasukkan dan instruksikan klien untuk mengatur posisi kepala ekstensi, masukkan selang melalui hidung dan memelihara agar jalan nafas tetap terbuka 12. Lanjutkan memasukkan selang sepanjang rongga hidung. Jika terasa agak tertahan, putarlah selang dan jangan dipaksakan untuk dimasukkan selang dengan cara memutar dan sedikit menaruk ujung selang akan mudah masuk kefaring. 13. Lanjutkan memasang selang sampai melewati nasofaring. Setelah melewati nasofaring (3-4 cm) anjurkan klien untuk menekuk leher dan menelan 14. Dorong klien untuk menelan dengan memberikan sedikit air minum (jika perlu tekankan pentingnya bernnafas lewat mulut) menelan memudahakn lewatnya selang melalui orofaring 15. Jangan memasakkan selang untuk masak. Jika ada hambatan atau klien tersedak, sianosis, hentikan mendorong selang. Periksa posisi selang dibelakang tenggorok dengan menggunakan sudip lidah/spatel dan senter. Selang mungkin terlipat, menggulung diofaring atau masuk ke trakea



16. Jika telah selesai memasang NGT sampai ujung yang telah di tentukan, anjurkan klien rileks dan bernafas normal. Memberi kenyamanan dan mengurangi kesemasan. 17. Periksa letak selang dengan :  Memasang spuit pada ujung NGT, memasang bagian diafragma stetoskop pada perut di kuadran kiri atas klien (lambung) kemudian suntikkan 10-20 cc udara bersamaan auskultasi abdomen.  Mengaspirasi pelan-pelan untuk mendapatkan isi lambung  Memasukkan ujung bagian luar selang NGT kedalam mangkuk yang berisi air Jika terdapat gelembung udara. Selang masuk ke dalam paru-paru. Jika tidak ada gelembung udara selang masuk kedalam lambung 18. Oleskan alkohol pada ujung hidung klien dan biarkan sampai kering. Membantu merekatkan plester lebih baik 19. Fiksasi selang dengan plester dan hindari penekankan pada hidung :  Potong plester 10 cm, belah menjadi dua sepanjang 5 cm pada salah satu ujungnya. Pasang ujung yang tidak dibelah pada batang hidung klien dan silangkan pada selang yang keluar dari hidung  Tempelkan ujung NGT pada klien dengan memasang plester pada ujungnya dan peniti pada baju 20. Evaluasi klien setelah terpasang NGT 21. Rapikan alat-alat 22. Cuci tangan 23. Dokumentasikan hasil tindakan pada catatan keperawatan



9. Komplikasi / bahaya yang mungkin terjadi dari prosedur Komplikasi-komplikasi dapat terjadi akibat trauma mekanik selama proses pemasangan awal NGT maupun penempatan NGT yang tidak tepat antara lain: 1. Distres nafas pada pemasangan awal NGT terjadi akibat penempatan posisi pasien serta teknik pemasangan NGT yang tidak tepat. Ini dapat dicegah dengan memposisikan pasien pada posisi fowler atau sniffing serta melakukan setiap tahapan prosedur pemasangan NGT dengan berurutan, serta yang paling penting adalah konfirmasi letak pipa. Penangan awal bila muncul tanda-tanda distres nafas adalah dengan segera menarik keluar NGT. 2. Malposisi NGT Jangan melakukan pemasangan NGT misalnya malposisi NGT misalnya pada pasien trauma maksilofasial yang dicurigai mengalami fraktur pada cribiformis plate. 3. Pasien merasa tidak nyaman dapat diatasi dengan pemberian nasal dekongestan dan anastesi topikal dengan menggunakan lidokain 4 persen ke dalam mukosa hidung serta sprai lidokain 4 persen atau benzocaine langsung ke posterior orofaring. Alternatif lain dengan menggunakan nebulizer yang mengandung lidocain 4 persen, sehingga baik mukosa hidung dan mulut teranastesi baik. 4. Epistaksis masif dapat menyebabkan gangguan pada jalan nafas, sehingga memerlukan pemasangan tampon. Risiko komplikasi ini dapat dikurangi dengan melakukan teknik pemasangan NGT yang tepat yaitu dengan menelusuri dasar



hidung menuju ke arah telinga saat mendorong masuk NGT untuk mengurangi terjadinya turbinasi dan nyeri serta epistaksis. Memberikan nasal dekongestan seperti oxymethazoline atau phenylephrine untuk vasokonstriksi pembuluh darah mukosa hidung juga dapat dilakukan sebelum pemasangan NGT. 5. Trauma pada mukosa terjadi akibat terlalu memaksakan mendorong pipa saat terdapat tahanan. Risiko ini meningkat pada pasien dengan perforasi saluran cerna atas. 6. Pneumonia aspirasi terjadi akibat aspirasi isi lambung saat pasien muntah ini dapat dicegah dengan memposisikan pasien dengan baik, bila perlu lakukan intubasi bila saluran napas tidak lapang terutama pada pasien yang tidak sadar. Menelan yang gentle dan cepat saat pemasangan NGT juga akan mengurangi sensasi ingin muntah. 7. Pneumonitis dapat terjadi akibat pemberian makanan atau obat melalui pipa yang posisi atau letaknya setinggi trakea.2 Selain itu cara mencegah terjadinya pneumonitis yaitu dengan pemakaian lubrikan yang larut dalam air, karena akan diserap dengan baik bila saat pemasangan NGT, pipa masuk ke dalam saluran pernapasan dibandingkan dengan menggunakan lubrikan yang larut dalam minyak. 8. Hipoksemia terjadi akibat obstruksi saluran napas karena penempatan NGT yang kurang tepat. 9. Pneumothorak dapat terjadi akibat injuri pulmoner setelah pemasangan NGT. Pada pasien yang sebelumnya memiliki riwayat menelan bahan-bahan kimia kuat yang



bersifat iritatif curigai adanya abnormalitas pada esofagus, karena bila dipaksakan melakukan pemasangan NGT akan beresiko penempatan NGT yang salah berupa perforasi hipofaring atau perforasi esofagus. Sedangkan komplikasi pemasangan pipa nasogastik jangka panjang dapat terjadi berupa erosi mukosa hidung, sinusitis, esofagitis, esofagotrakeal fistula, ulkus lambung, infeksi paru dan infeksi mulut.



DAFTAR PUSTAKA



Kozier Barbara, Erb Glenora, Berman Audrey and Snyder SJ. Fundamental of Nursing : Concepts, Process and Practice Seventh ed. Pearson Prentice Hall New Jersey 2004;45:1204-13 Blok Barbara and Nelson Bret. Nasogastric Tube. http://www.npinstitute.com Lippincott Williams & Wilkins. Nasogastric Tube Insertion and Removal. Nursing Prosedures Fourth ed. A Wolters Kluwer Company 2004;10:544-64. Wong Donna L and Hockenberry Marilyn J. Nursing Care of Infant and Children. Wong’s Seventh ed. Mosby Elsevier 2003;27:1162-64. Moore Mary Cortney. Terapi Diet dan Nutrisi. Edisi Kedua. Hipokrates 1994;5:11221. Thomsen Todd W, Shaffer Robert W and Setnik Gary S. Nasogastric Intubation. The New England Journal of Medicine 2006;354:e16. Hockenberry Marilyn J and Wilson David. Essentials of Pediatric Nursing. Wong’s Eighth ed. Mosby Elsevier 2009;22:745-53. Perry Anne Griffin, Peterson Veronica dan Potter Patricia A. Buku Saku Ketrampilan & Prosedur Dasar. Edisi 5. EGC 2004;8:277-97. Sweeney Judy. How Do I Verify NG Tube Placement?. Source Nursing 2005;35:25. Rushing Jill. Inserting A Nasogastric Tube. Nursing 2005;35:22. Baum Eric D, Elden Lisa M, Handler Steven D, Tom Lawrence WC. Management of



Hypopharyngeal and Esophageal Perforations in Children:Three case reports and a review of the literature. ENT-Ear, Nose & Throat Journal 2008;87:44-7. Farrington M, Cullen L, Lang S, Stewart S. Nasogastric Tube Placement Verification In Pediatric and Neonatal Patients. Pediatric Nursing 2009;35:17-24.