LP Osteoarthritis Dewa Yudi KLMPK 34 209012547 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN OSTEOARTRHITIS



Oleh : I DEWA NYOMAN ALIT YUDI PRAMANA PUTRA 209012547



PROGRAM STUDI PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA BALI DENPASAR 2021



1



LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN OSTEOARTHRITIS A. Konsep Dasar Penyakit 1. Definisi Osteoartritis merupakan suatu gangguan persendian, dimana terjadi suatu perubahan berkurangnya tulang rawan sendi dan terjadi hipertropi tulang hingga terjadi tonjolan tulang pada permukaan sendi (osteopit). Awalnya keluhan hilang timbul, setelah melakukan suatu kegiatan berat. Keluhan biasanya berlanjut sebagai kekakuan sendi saat bangun pagi, keluhan berkurang setelah digerakkan kurang lebih selama 15 sampai 30 menit. Umumnya terjadi pada penderita yang menginjak umur 45 tahun ke atas. (dr. Faisal Yatim, DTM&H,MPH, 2011) Osteoarthritis (OA), atau kelainan tulang degenerative yang progresif dimana rawan kartilago yang melindungi ujung-ujung tulang sudah mulai rusak, disertai perubahan reaktif pada tepi sendi dan tulang subkondral yang menimbulkan rasa sakit dan hilangnya kemampuan gerak. Penyakit ini bersifat progresif lambat, ditandai dengan adanya degenerasi tulang rawan sendi, hipertrofi tulang pada tepinya, sclerosis tulang subkhondral, perubahan pada membran sinovial, disertai nyeri, biasanya setelah beraktivitas berkepanjangan, dan kekakuan, khususnya pada pagi hari atau setelah inaktifitas. Osteoarthritis adalah bentuk arthritis yang paling umum terjadi pada mereka yang berusia lanjut dan usia dewasa, dan salah satu penyebab terbanyak kecacatan di negara berkembang. (Dr. Ali Satia Graha, M.Kes.,AIFO, 2019)



2. Klasifikasi Osteoartritis diklasifikasikan menjadi : a. Tipe primer (idiopatik) tanpa kejadian atau penyakit sebelumnya yang berhubungan dengan osteoartritis b. Tipe sekunder seperti akibat trauma, inflamasi, penyakit kongenital, imobilisasi terlalu lama, dan obesitas. 3. Etiologi 2



Beberapa penyebab dan faktor predisposisi adalah sebagai berikut : a. Umur Perubahan fisik dan biokimia yang terjadi sejalan dengan bertambahnya umur dengan penurunan jumlah kolagen dan kadar air, dan endapannya berbentuk pigmen yang berwarna kuning. b. Pengausan (wear and tear) Pemakaian sendi yang berlebihan secara teoritis dapat merusak rawan sendi melalui dua mekanisme yaitu pengikisan dan proses degenerasi karena bahan yang harus dikandungnya. c. Kegemukan Faktor kegemukan akan menambah beban pada sendi penopang berat badan, sebaliknya nyeri atau cacat yang disebabkan oleh osteoartritis mengakibatkan seseorang menjadi tidak aktif dan dapat menambah kegemukan. d. Trauma Kegiatan fisik yang dapat menyebabkan osteoartritis adalah trauma yang menimbulkan kerusakan pada integritas struktur dan biomekanik sendi tersebut. e. Keturunan Heberden node merupakan salah satu bentuk osteoartritis yang biasanya ditemukan pada pria yang kedua orang tuanya terkena osteoartritis, sedangkan wanita, hanya salah satu dari orang tuanya yang terkena. f. Akibat penyakit radang sendi lain Infeksi (artritis rematord; infeksi akut, infeksi kronis) menimbulkan reaksi peradangan dan pengeluaran enzim perusak matriks rawan sendi oleh membran sinovial dan sel-sel radang. g. Joint Mallignment Pada akromegali karena pengaruh hormon pertumbuhan, maka rawan sendi akan membal dan menyebabkan sendi menjadi tidak stabil/seimbang sehingga mempercepat proses degenerasi. h. Penyakit endokrin Pada hipertiroidisme, terjadi produksi air dan garam-garam proteglikan yang berlebihan pada seluruh jaringan penyokong sehingga merusak sifat fisik rawan sendi, ligamen, tendo, sinovia, dan kulit. Sementara pada diabetes melitus, glukosa akan menyebabkan produksi proteaglikan menurun. 3



i. Deposit pada rawan sendi Hemokromatosis,



penyakit



Wilson,



akronotis,



kalsium



pirofosfat



dapat



mengendapkan hemosiderin, tembaga polimer, asam hemogentisis, kristal monosodium urat/pirofosfat dalam rawan sendi. 4. Patofisiologi Penyakit sendi degeneratif merupakan suatu penyakit kronik, tidak meradang, dan progresif lambat, yang seakan-akan merupakan proses penuaan, rawan sendi mengalami kemunduran dan degenerasi disertai dengan pertumbuhan tulang baru pada bagian tepi sendi. Proses degenerasi ini disebabkan oleh proses pemecahan kondrosit yang merupakan unsur penting rawan sendi. Pemecahan tersebut diduga diawali oleh stress biomekanik tertentu. Pengeluaran enzim lisosom menyebabkan dipecahnya polisakarida protein yang membentuk matriks di sekeliling kondrosit sehingga mengakibatkan kerusakan tulang rawan. Sendi yang paling sering terkena adalah sendi yang harus menanggung berat badan, seperti panggul lutut dan kolumna vertebralis. Sendi interfalanga distal dan proksimasi. Osteoartritis pada beberapa kejadian akan mengakibatkan terbatasnya gerakan. Hal ini disebabkan oleh adanya rasa nyeri yang dialami atau diakibatkan penyempitan ruang sendi atau kurang digunakannya sendi tersebut. Perubahan-perubahan degeneratif yang mengakibatkan karena peristiwaperistiwa tertentu misalnya cedera sendi infeksi sendi deformitas congenital dan penyakit peradangan sendi lainnya akan menyebabkan trauma pada kartilago yang bersifat intrinsik dan ekstrinsik sehingga menyebabkan fraktur ada ligamen atau adanya perubahan metabolisme sendi yang pada akhirnya mengakibatkan tulang rawan mengalami erosi dan kehancuran, tulang menjadi tebal dan terjadi penyempitan rongga sendi yang menyebabkan nyeri, kaki kripitasi, deformitas, adanya hipertropi atau nodulus. (Soeparman ,1995)



4



PATHWAY Pre Operasi Proses Penuaan



Pemecahan kondrosit



Proses penyakit degeneratif yang panjang



Trauma Intrinsik Ekstrinsik Perubahan Komponen sendi Kolagen Progteogtikasi Jaringan sub kondrial



Perubahan fungsi sendi



Pengeluaran enzim lisosom



Kurang kemampuan mengingat Kesalahan interpretasi



Defisit pengetahuan



Perubahan metabolisme sendi



Deformitas sendi



Kerusakan matrik kartilago Kontraktur



Gangguan mobilitas fisik



Penebalan tulang sendi



Penyempitan rongga sendi



Gangguan Citra tubuh



Penurunan Kekuatan nyeri



Hipertrofi



Distensi Cairan



Nyeri akut Defisit perawatan diri



5



Post Operasi



Penatalaksanaan Prosedur invasif



Luka operasi



Terputusnya jaringan tulang dan pembuluh darah



Trauma jaringan saraf tepi Terbukanya jaringan



Risiko Perdarahan



Nyeri Akut Kemungkinan masuknya kuman ke dalam tubuh Gangguan mobilitas fisik Risiko Infeksi



5. Gambaran Klinis a. Rasa nyeri pada sendi Merupakan gambaran primer pada osteoartritis, nyeri akan bertambah apabila sedang melakukan sesuatu kegiatan fisik. b. Kekakuan dan keterbatasan gerak Biasanya akan berlangsung 15-30 menit dan timbul setelah istirahat/tidur atau saat memulai kegiatan fisik. c. Peradangan Sinovitis sekunder, penurunan pH jaringan, pengumpulan cairan dalam ruang sendi akan menimbulkan pembengkakan dan peregangan simpai sendi yang semua ini akan menimbulkan rasa nyeri. d. Mekanik 1) Nyeri biasanya akan lebih dirasakan setelah melakukan aktivitas lama dan akan berkurang pada waktu istirahat. Mungkin ada hubungannya dengan keadaan penyakit yang telah lanjut dimana rawan sendi telah rusak berat. 2) Nyeri biasanya berlokasi pada sendi yang terkena tetapi dapat menjalar, misalnya pada osteoartritis coxae nyeri dapat dirasakan di lutut, bokong sebelah lateril, dan tungkai atas. 6



3) Nyeri dapat timbul pada waktu dingin, akan tetapi hal ini belum dapat diketahui penyebabnya. e. Pembengkakan Sendi Pembengkakan sendi merupakan reaksi peradangan karena pengumpulan cairan dalam ruang sendi biasanya teraba panas tanpa adanya pemerahan. f. Deformitas Disebabkan oleh distruksi lokal rawan sendi. g. Gangguan Fungsi Timbul akibat Ketidakserasian antara tulang pembentuk sendi. 6. Pemeriksaan Penunjang a.



Foto Rontgent menunjukkan penurunan progresif massa kartilago sendi sebagai penyempitan rongga sendi.



7. Penatalaksanaan a.



Tindakan preventif 1) Penurunan berat badan 2) Pencegahan cedera 3) Screening sendi paha 4) Pendekatan ergonomik untuk memodifikasi stres akibat kerja



b. Farmakologi : obat NSAID bila nyeri muncul c. Terapi konservatif ; kompres hangat, mengistirahatkan sendi, pemakaian alatalat ortotik untuk menyangga sendi yang mengalami inflamasi d. Irigasi tidal (pembasuhan debris dari rongga sendi), debridemen artroscopik. e. Pembedahan; artroplasti Setelah panggul dan tulang belakang, lutut adalah hal ketiga yang menjadi lokasi tersering keterlibatan artritis. Tekanan biomekanikal yang terjadi saat berjalan normal memungkinkan tiga kali berat badan seseorang untuk ditransmisikan pada lutut. Menaiki dan menuruni tangga menaikkan tekanan hingga empat atau lima kali dari berat badan tubuh. Tekanan yang tidak terdistribusi secara merata, dengan sisi medial lutut biasanaya akan menerima jumlah tekanan yang lebih besar. Osteoartritis pada tulang dapat ditoleransi



7



lebih baik daripada osteoartritis pada panggul, bagaimanapun karena lutut biasanya tidak nyeri pada saat istirahat (Black & Hawks, 2014). Terapi konservatif osteoartritis pada lutut mirip pada yang dilakukan pada panggul. Menurunkan berat badan, modifikasi aktivitas, penggunaan alat pembantu, dan penggunaan analgesik atau obat-obatan antiinflamasi dapat menolong menurunkan manifestasi penyakit. Modalitas fisik seperti es dan panas dapat menawarkan pengurangan nyeri. Terapi alterantif juga mirip pada osteoartritis panggul (Black & Hawks, 2014). Indikasi jika intervensi konservatif tidak lagi dapat mengontrol manifestasi pada klien, bedah merupakan pilihan tepat. Pilihan penanganan osteoartritis meliputi : 1. Osteotomi secara harfiah berarti “pemotongan tulang”. Pada osteotomi



lutut, salah satu dari tibia atau femur, dipotong dan diluruskan untuk meringankan tekanan pada bagian lutut yang bermasalah. Ini juga dilakukan untuk mengoreksi atau meluruskan tungkai yang bengkok. 2. Artrodesis adalah suatu tindakan pembedahan untuk menyatukan dua ujung sendi untuk mengurangi nyeri sendi. Athrodesis lutut diindikasikan untuk klien muda dan aktif yang merupakan kandidat buruk untuk operasi penggantian sendi. 3. Unikompartemen Knee Artroplasti (UKA) merupakan pembedahan untuk mengganti sendi lutut sebagian, alternatif pilihan osteotomi bagi klien dengan usia 60 tahun atau lebih, tidak obese, dan relatif pasif. 4. Total Knee Artroplasti (TKA) atau Total Knee Replacement (TKR) adalah suatu tindakan pembedahan pergantian sendi lutut, yang memungkinkan perbaikan pada sendi artritis dengan penggunaan komponen prostetik metal dan polietilen pada ujung distal femur dan ujung proximal tibia B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian a. Identitas b. Keluhan utama Klien mengeluh nyeri (PQRST) pada persendian, bengkak, dan terasa kaku. 8



c. Riwayat penyakit sekarang Pasien datang dengan keluhan sakit pada persendian, bengkak, dan terasa kaku. d. Riwayat penyakit terdahulu. Kemungkinan penyebab yang mendukung terjadinya osteoarthritis, seperti riwayat trauma, maupun riwayat obesitas. Masalah lain yang perlu ditanyakan adalah apakah klien pernah dirawat dengan masalah yang sama. Karena osteoarthritis merupakan keadaan yang kronis, riwayat kesehatan harus juga mencakup informasi mengenai persepsi klien terhadap masalah tersebut, terapi yang dijalani sebelumnya, dan efektivitasnya, sistem dukungan klien dan dasar pengetahuan klien yang paling akhir, serta sumber informasinya. e. Riwayat penyakit keluarga. Kaji tentang apakah ada keluarga dari generasi terdahulu yang mengalami keluhan sama. f.



Genogram



g. Pola fungsi 1. Pola Persepsi dan Manajemen Kesehatan Pada pola ini dikaji tentang gambaran klien merasakan kondisi kesehatan dan bagaimana cara menangani penyakitnya. Bagaimana upaya yang dilakukan pasien bila sakit. 2. Pola Nutrisi dan Metabolisme Pada pola ini dikaji tentang gambaran pola makan, mual, muntah, dan kebutuhan



cairan,



apakah



pasien



mengalami



obesitas.



Bagaimana



perbandingan berat badan sebelum dan saat sakit 3. Pola Eliminasi Pada pola ini dikaji tentang gambaran



fungsi pembuangan (BAB dan



BAK). Bila menggunakan DC, hitung jumlahnya dalam cc. 4. Pola Aktifitas dan Latihan Kaji bagaimana kemampuan pasien dalam beraktifitas, gaya hidup, waktu senggang, pekerjaan. Apakah ada kelemahan, keterbatasan ruang gerak, atropi otot, kulit: kontraktor/kelainan pada sendi dan otot. Kaji sebelum sakit dan saat sakit. 5. Pola Kognitif dan Perseptual



9



Bagaimana pengetahuan pasien terhadap penyakit yang dialami, tingkat kecemasan, dan bagaimana kemampuan panca indra, serta adanya neuropati, retinopati, nyeri. 6. Pola Persepsi Konsep Diri Bagaimana cara pandang pasien terhadap dirinya sekarang, minder, sedih, ataupun kecewa. Perhatikan kontak mata dan jawaban bila diberikan pertanyaan. 7. Pola Tidur dan Istirahat Pada pola ini dikaji tentang gambaran pola tidur (kwalitas dan kwantitas), istirahat, dan relaksasi. Klien dengan osteoatritis, akan mengalami kesulitan untuk tidur dan istirahat karena nyeri yang dirasakan, rasa panas dan gatalgatal pada kulit.Perhatikan lingkar hitam mata. 8. Pola Reproduksi Seksual Pada pola ini dikaji tentang gambaran pola kenyamanan/tidak nyaman dengan pola seksualitas dan gambaran pola reproduksi. Status perkawinan, siklus menstruasi, jumlah anak dan kontasepsi. 9. Pola Penanggulangan Stress Pada pola ini dikaji tentang gambaran pola koping klien secara umum dan efektifitas



dalam



toleransi



terhadap



stress. Ansietas,



stress



yang



berhubungan dengan penyakit. a. Pemeriksaan fisik Pemeriksaan umum yang lengkap perlu dilakukan. Disamping menilai adanya hambatan pada setiap sendi, perhatikan juga hal- hal berikut ini: 1) Keadaan umum: komplikasi steroid, berat badan( obesitas) 2) Wajah: periksa mata untuk sindroma sjorgen, skleritis, episkelritis, skleromalasia perforans, katarak anemia dan tanda- tanda hiperviskositas pada fundus. Kelenjar parotis membesar Mulut: (Kring, karies dentis, ulkus) nikoting staining pada gigi. 3) Leher: tanda terkenanya tulang servikal, pembesaran kelenjar limfe 4) Dada dan punggung: bentuk simetris, pergerakan dada, adakah nyeri tekan 5) Abdomen: andanya splenomegali dan nyeri tekan epigastrik, adanya distensi 10



6) Ekstrimitas Atas: Bandingkan antara sisi kanan dengan sisi kiri, meliputi inspeksi (look) : panjang tangan, deformitas, cyanosis, clubbing finger, nikotin staining, dan fungsi tangan. Siku dan sendi bahu, adanya bengkak, perubahan warna, nodul rematoid. Palpasi(feel) : suhu, denyut nadi perifer, CRT, pitting edema, krepitasi, dan pembesaran kelenjar limfe aksila. Pergerakan (move) : Gerakkan ROM sendi, nyeri saat digerakkan, kontraktur dan nilai kekuatan otot. 7) Panggul, lutut, dan kaki: Inspeksi (look): Perhatikan ukuran otot, bandingkan sisi kiri dan kanan, ukur



dengan



meteran.



Perhatikan



deformitas,



perubahan



bentuk,



hiperpigmentasi/kemerahan, dan edema(terutama bengkak pada sendi). Pada kasus post operasi, perhatikan tanda-tanda pendarahan, dan produksi drain Palpasi (feel): Rasakan adanya suhu, nyeri tekan, krepitasi, ada tidaknya denyutan arteri, adanya spasme otot ataupun tumor. Pergerakan(move): Gerakkan ROM sendi, kemampuan flexi dan ekstensi, rotasi internal dan eksternal, kontraktur, nilai kekuatan otot. 8) Urinalisis: untuk protein dan darah 2. Diagnosa Keperawatan Pre Operatif 1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis, distensi jaringan oleh akumulasi cairan/proses inflamasi, distruksi sendi dibuktikan dengan pasien mengeluh nyeri,tampak meringis,bersikap protektif,gelisah,frekuensi nadi meningkat,sulit tidur,tekanan darah meningkat.( D.0077) 2. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan kerusakan integritas struktur tulang, penurunan kekuatan otot, kontraktur, gangguan muskuloskletal, gangguan



neuromuskuler



dibuktikan



dengan



pasien



mengeluh



sulit



menggerakkan ekstremitas,kekuatan otot menurun,rentang gerak menurun.( D 0054) 3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan gangguan muskuloskletal, gangguan neurumuskuler, kelemahan dibuktikan dengan pasien menolak 11



melakukan perawatan diri,tidak mampu mandi/mengenakan pakaian/makan/ke toilet/berhias secara mandiri,minat melakukan perawatan diri kurang.( D. 0109) 4. Defisit pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai penyakit, prognosis dan kebutuhan perawatan dan pengobatan berhubungan dengan kurangnya pemahaman/mengingat kesalahan interpretasi informasi dibuktikan dengan menanyakan masalah yang dihadapi,menunjukkan perilaku tidak sesuai anjuran,menunjukkan persepsi yang keliru terhadap masalah.(D.0111) 5. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan deformitas sendi, perubahan bentuk tubuh



pada



sendi



dan



tulang



dibuktikan



dengan



mengungkapkan



kecacatan,kehilangan bagian tubuh,fungsi tubuh berubah/hilang.(D.0083) Post Operatif 1.



Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis, distensi jaringan oleh akumulasi cairan/proses inflamasi, distruksi sendi dibuktikan dengan pasien mengeluh nyeri,tampak meringis,bersikap protektif,gelisah,frekuensi nadi meningkat,sulit tidur,tekanan darah meningkat.( D.0077)



2.



Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan kerusakan integritas struktur tulang, penurunan kekuatan otot, kontraktur, gangguan muskuloskletal, gangguan



neuromuskuler



dibuktikan



dengan



pasien



mengeluh



sulit



menggerakkan ekstremitas,kekuatan otot menurun,rentang gerak menurun.( D 0054) 3.



Resiko infeksi dengan faktor risiko efek prosedur invasive, D.0142



4.



Risiko



Perdarahan



dengan



faktor



risiko



tindakan



pembedahan



khusus,trauma,kurang terpapar informasi tentang pencegahan perdarahan. (D.0012) 3. Intervensi Keperawatan No 1.



Diagnosa Keperawatan Nyeri b/d agen cedera biologis, distensi jaringan oleh akumulasi cairan, destruksi



Rencana Keperawatan Intervensi



Tujuan Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama …. diharapkan nyeri pada pasien berkurang atau menurun dengan kriteria hasil: a. Keluhan nyeri menurun



12



Observasi : 1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri 2. Identifikasi skala nyeri 3. Identifikasi respons nyeri non verbal 4. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri 5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan



2.



sendi



b. Meringis menurun c. Sikap protektif menurun d. Gelisah menurun e. Kesulitan tidur menurun f. Menarik diri menurun g. Berfokus pada diri sendiri menurun h. Diaforesis menurun i. Frekuensi nadi membaik j. Pola nafas membaik k. Tekanan darah membaik l. Prilaku membaik



tentang nyeri 6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon nyeri 7. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup. 8. Monitor keberhasilan terapi komplementer yang sudah diberikan. 9. Monitor efek samping penggunaan analgetik Terapeutik 1. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri 2. kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri 3. fasilitasi istirahat dan tidur 4. pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri Edukasi : 1. jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri 2. jelaskan strategi meredakan nyeri 3. anjurkan memonitor nyeri secara mandiri 4. anjurkan menggunakan analgetik secara tepat 5. ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri Kolaborasi : 1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu



Gangguan mobilitas fisik b/d deformitas skeletal, nyeri, ketidaknyama nan, penurunan .kekuatan otot



Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama …. Diharapkan mobilitas fisik pasien meningkat dengan kriteria hasil: 1) Pergerakan extremitas meningkat 2) Kekuatan otot meningkat 3) Rentang gerak meningkat 4) Nyeri menurun 5) Kecemasan menurun 6) Gerakan tidak terkoordinasi menurun 7) Gerakan terbatas menurun



Observasi : 1. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya 2. Identifikasi toleransi fisik melakukan ambulasi 3. Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum memulai ambulasi 4. Monitor kondisi umum selama melakukan ambulasi Terapeutik : 1. Fasilitasi aktivitas ambulasi dengan alat bantu 2. Fasilitasi melakukan mobilisasi fisik 3. Libatkan keluarga untuk membantu pasien dalam meningkatkan ambulasi Edukasi : 1. Jelaskan tujuan dan prosedur ambulasi 2. Anjurkan melakukan ambulasi dini 3. Ajarkan ambulasi sederhana yang harus dilakukan



13



8) Kelemahan menurun 3



4.



Defisit perawatan diri berhubungan dengan gangguan muskuloskleta l, gangguan neurumuskule r, kelemahan.



fisik



Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ….x….. jam, klien mampu merawat diri dengan kriteria hasil: 1) Kemampuan mandi meningkat 2) Kemampuan mengenakan pakaian meningkat 3) Kemampuan makan meningkat 4) Kemampuan ke toilet ( BAK/BAB) meningkat 5) Verbalisasi keinginan melakukan perawatan diri meningkat 6) Minat melakukan perawatan diri meningkat. Defisit Setelah dilakukan pengetahuan asuhan keperawatan (kebutuhan selama ...x...jam belajar) diharapkan klien mengenai menunjukkan penyakit, peningkatan prognosis dan pengetahuan mengenai kebutuhan penyakitnya, dengan perawatan dan kriteria hasil : pengobatan 1)Perilaku sesuai berhubungan anjuran, mengatakan dengan minat untuk belajar kurangnya meningkat pemahaman/ 2)Kemampuan mengingat menjelaskan tentang kesalahan prosedur tindakan interpretasi yang akan dijalani informasi. meningkat 3)Menjalankan semua program pengobatan 4)Tidak bertanya lagi tentang penyakitnya



Dukungan perawatan diri Observasi 1) Identifikasi kebiasaan aktivitas perawatan diri sesuai usia. 2) Monitor tingkat kemandirian 3) Identifikasi kebutuhan alat bantu kebersihan diri, berpakaian,berhias, dan makan. Terapeutik 1) Sediakan lingkungan yang terapeutik ( misal suasana hangat, rileks, privasi) 2) Siapkan keperluan pribadi( parpum, sikat gigi, sabun mandi). 3) Dampingi dalam melakukan perawatan diri sampai mandiri. 4) Fasilitasi untuk menerima keadaan ketergantungan. Edukasi 1) Anjurkan melakukan perawatan diri sesuai kemampuan secara konsisten



Edukasi kesehatan Observasi 1) Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi’ 2) Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan motivasi perilaku hidup bersi dan sehat. Terapeutik 1) Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan 2) Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan 3) Berikan kesempatan untuk bertanya Edukasi 1) Jelaskan faktor risiko yang dapat mempengaruhi kesehatan 2) Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat



14



5.



Gangguan citra tubuh berhubungan dengan deformitas sendi, perubahan bentuk tubuh pada sendi dan tulang



Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama ...x...jam diharapkan klien mampu melakukan adaptasi terhadap perubahan citra tubuh yang dialami klien, dengan kriteria hasil : 1) Kemauan tuntuk melihat dan menyentuh bagian tubuh yang sakit membaik 2) Verbalisasi tentang kekacatan dan kehilangan bagian tubuh membaik 3) Verbalisasi perasaan negatif dan kekhawatiran pada perubahan bagian tubuh menurun 4) Respon nonverbal pada perubahan tubuh membaik 5) Hubungan sosial membaik



Observasi 1) Identifikasi harapan citra tubuh berdasarkan tahap perkembangan 2) Identifikasi budaya, agama, jenis kelamin, dan umur terkait citra tubuh 3) Identifikasi perubahan citra tubuh yang mengakibatkan isolasi sosial 4) Monitoring frekuensi pernyataan kritik terhadap diri sendiri Terapeutik 1) Diskusikan perubahan tubuh dan fungsinya 2) Diskusikan perbedaan penampilan fisik terhadap harga diri 3) Diskusikan cara mengembangkan harapan citra tubuh secara realitis Edukasi 1) Jelaskan kepada keluarga tentang perawatan perubahan citra tubuh 2) Anjurkan mengungkapkan gambaran diri terhadap citra tubuh 3) Latih fungsi tubuh yang dimiliki 4) Latih peningkatan penampilan diri 5) Latih pengungkapan kemampuan diri kepada orang lain.



Post Operatif No Diagnosa 1 Resiko infeksi dibuktikan dengan efek prosedur invasive



Tujuan



Intervensi



Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama … diharapkan pasien tidak mengalami infeksi dengan kriteria hasil: a. Demam menurun b. Kemerahan menurun c. Nyeri menurun b. Bengkak menurun c. Vesikel menurun d. Cairan berbau busuk menurun e. letargi f. Kebersihan tangan 15



Observasi : a. Monitor tanda dan gejala infeksi local dan sistemik Terapeutik a. Batasi jumlah pengunjung b. Berikan perawatan kulit pada area edema c. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan pasien b. Pertahankan teknik aseptic pada pasien beresiko tinggi Edukasi : a. Jelaskan tanda dan gejala infeksi b. Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar



meningkat g. Kebersihan badan meningkat h. Kadar sel darah putih membaik i. Kultur area luka membaik j. Kadar sel darah putih membaik



2



b. Ajarkan etika batuk c. Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka oprasi d. Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi e. Anjurkan meningkatkan asupan cairan Kolaborasi : a. Kolaborasi pemberian Antibiotik, jika perlu Risiko Setelah diberikan Pencegah pendarahan Perdarahan asuhan keperawatan Observasi dengan faktor selama x jam a. Monitor tanda dan gejala perdarahan risiko tindakan diharapkan tidak terjadi b. Monitor hemaglobin pre dan post pembedahan perdarahan dengan pembedahan khusus kriteria hasil: c. Monitor tanda-tanda vital ortostatik. b. Perdarahan paska d. Monitor produksi drain operasi menurun Terapeutik c. Hemaglobin a. Pertahankan bed rest selama perdarahan membaik b. Berikan kompres dingin( Es) d. Hematokrit Edukasi membaik a. Jelaskan tanda dan gejala perdarahan e. Tekanan darah , nadi b. Anjurkan segera melapor jika terjadi dan suhu membaik perdarahan Kolaborasi f. a. Kolaborasi pemberian obat pengontrol perdarahan



IMPELEMENTASI KEPERAWATAN Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. EVALUASI KEPERAWATAN a. Evaluasi Formatif (Proses): evaluasi segera terhadap klien terhadap respon langsung pada intervensi keperawatan. b. Evaluasi Sumatif (Hasil): evaluasi rekapitulasi mengenai status kesehatan klien terhadap waktu.



DAFTAR PUSTAKA 16



Black, J & Hawks, J, 2014, Keperawatan Medikal Bedah : Manajemen Klinis untuk hasil yang Diharapkan.



Dialihbahasakan oleh Nampira R, Jakarta : Salemba Emban



Patria Dr. Faisal Yatim,DTM&H,MPH, 2011 Penyakit Tulang dan Persendian (Arthritis atau Arthralgia), Pustaka Populer Obor, Jakarta Dr. Ali Satia Graha, M.Kes.,AIFO, 2019, Masase Terapi Penyakit Degeneratif, UNY Press, Yogyakarta. Soeparman, 1995, Ilmu Penyakit Dalam, Edisi Kedua, Jakarta, Balai Penerbit FKUI. PPNI, 2018, Standar Luaran Keperawatan Indonesia: definisi dan kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1 Jakarta: DPP PPNI. PPNI, 2018, Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia Edisi 1 Jakarta: DPP PPNI. PPNI, 2018, Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.



17