LP Persalinan Normal - Muhammad Dery Ramadhan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN MATERNITAS PADA PASIEN PERSALINAN NORMAL



Disusun Oleh: Muhammad Dery Ramadhan 4399814901210046



PROGRAM STUDI PROFESI NERS REGULER Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) HORIZON Karawang Jalan Pangkal Perjuangan KM 1 (By Pass), Kabupaten Karawang, Jawa Barat 413116, Indonesia. 2021 – 2022



A. Konsep Teori 1. Definisi Persalinan adalah proses pengeluaran kelahiran hasil konsepsi yang dapat hidup diluar uterus melalui vagina ke dunia luar yang terjadi pada kehamilan yang cukup bulan (37-42 minggu) dengan ditandai adanya kontraksi uterus yang menyebabkan terjadinya penipisan, dilatasi serviks, dan mendorong janin keluar melalui jalan lahir dengan presentase belakang kepala tanpa alat atau bantuan (lahir spontan) serta tidak ada komplikasi pada ibu dan janin (Indah & Firdayanti, 2019). Persalinan normal adalah persalinan yang terjadi pada kehamilan aterm (bukan premature atau postmatur), mempunyai onset yang spontan (tidak diinduksi), selesai setelah 4 jam dan sebelum 24 jam sejak saat awitannya (bukan partus presipitatus atau partus lama), mempunyai janin (tunggal) dengan presentasi vertex (puncak kepala) dan oksiput pada bagian anterior pelvis terlaksana tanpa bantuanartificial (seperti forsep), tidak mencakup komplikasi (seperti perdarahan hebat), dan mencakup pelahiran plasenta yang normal (Sari dan Kurnia, 2015). Persalinan normal adalah proses pengeluaran bayi dengan usia kehamilan cukup bulan, letak memanjang atau sejajar sumbu badan, presentasi belakang serta dengan tenaga ibu sendiri. (Saifuddin, 2014). 2. Etiologi Penyebab persalinan belum pasti diketahui, namun beberapa teori menghubungkan dengan faktor hormonal, struktur rahim, sirkulasi rahim, pengaruh tekanan pada saraf dan nutrisi (Hafifah, 2011). a. Teori Penurunan Hormone 1-2 minggu sebelum partus mulai, terjadi penurunan hormone progesteronedan estrogen. Fungsi progesterone sebagai penenang otot – otot polos rahimdan akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul his bilaprogesterone turun.



b. Teori Placenta Menjadi Tua Turunnya kadar hormone estrogen dan progesterone menyebabkan kekejangan pembuluh darah yang menimbulkan kontraksi rahim. c. Teori Distensi Rahim Rahim yang menjadi besar dan merenggang menyebabkan iskemik ototototrahim sehingga mengganggu sirkulasi utero-plasenta. d. Teori Iritasi Mekanik Di belakang servik terlihat ganglion servikale (fleksus franterrhauss). Bilaganglion ini digeser dan di tekan misalnya oleh kepala janin akan timbul kontraksi uterus. e. Induksi Partus Dapat pula ditimbulkan dengan jalan gagang laminaria yang dimasukan dalam kanalis



servikalis



dengan



tujuan



merangsang



pleksus



franken hauser,amniotomi pemecahan ketuban), oksitosin drip yaitu pemberian oksitosi nmenurut tetesan perinfus. 3. Patofisiologi



4. Fisiologi Proses Persalinan Terjadinya proses persalinan menurut (Armi & Oktarani, 2014) ada beberapa teori yang berkaitan dengan mulai terjadinya his yaitu:



a. Hormon estrogen meningkatkan sensivitas otot rahim, sehingga memudahkan penerimaan rangsangan dari luar misal rangsangan oksitosin, prostaglandin, dan rangsangan mekanis. b. Progesteron



menurunkan



sensitivitas



otot



rahim,



menyulitkan



penerimaan rangsangan dari luar seperti rangsangan oksitosin, prostaglandin, rangsangan mekanis, dan menyebabkan otot rahim dan otot polos relaksasi. 5. Tanda dan Gejala Tanda – tanda seorang ibu memasuki masa persalinan menurut (Harini & Fitri, 2018) adalah: a. His persalinan Timbulnya his persalinan adalah terasanya nyeri melingkar dari punggung memancar ke perut depan semakin lama semakin pendek intervalnya dan semakin kuat intensitasnya b. Body show (lendir disertai darah dari jalan lahir) Pembukaan dari canalis cervikalis keluar disertai dengan lendir darah yang sedikit ini disebabkan karena lepasnya selaput janin pada bagian bawah segmen bawah rahim hingga beberapa kapiler darah terputus. c. Premature rupture of membrane Keluarnya cairan banyak dari jalan lahir yang disebabkan ketuban pecah atau selaput janin robek ketuban pecah pada saat pembukaan lengkap atau keluarnya cairan merupakan tanda yang lambat tetapi ketuban pecah pada pembukaan kecil tetapi dengan demikian diharapkan persalinan akan lahir dalam 24 jam setelah air ketuban keluar. 6. Penatalaksanaan Upaya mengejan ibu menambah resiko pada bayi karena mengurangi jumlah oksigen ke plasenta, maka dari itu sebaiknya dianjurkan mengedan secara spontan, mengedan, dan menahan nafas yang terlalu lama tidak dianjurkan. Perhatikan DJJ (Denyut Jamtung Janin ) bradikardi yang lama mungkin terjadi akibat lilitan tali pusat. Lakukan ekstraksi vakum atau forcep bila syarat memenuhi penatalaksanaan partus lama menurut (Nadia & Endarti, 2016) antara lain:



Persiapan kelahiran bayi dan perawatan prenatal yang baik, a. Persiapan kelahiran bayi dan perawatan prenatal yang baik akan mengurangi insidensi partus lama. b. Persalinan tidak boleh diinduksi atau dipaksakan kalau serviks belum matang. Servik yang matang adalah servik yang panjangnya kurang dari 1,27 cm (0,5 inci), sudah mengalami pendataran, terbuka sehingga bisa dimasuki sedikitnya satu jari dan lunak serta bisa dilebarkan. B. Konsep Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian Pengkajian adalah langkah paling kritis dalam proses keperawatan. Bila langkah ini tidak diselesaikan dalam cara berpusat-klien, perawat akan kehilangan kendali terhadap langkah proses keperawatan selanjutnya. Ada dua jenis pengkajian, yaitu pengkajian skrining dan pengkajian mendalam. Keduanya membutuhkan pengumpulan data dan mungkin yang paling mudah untuk diselesaikan (Nanda, 2018). Pengkajian merupakan tahap awal dalam proses keperawatan. Suatu proses kolaborasi melibatkan perawat, ibu dan tim kesehatan lainnya. Pengkajian dilakukan melalui wawancara dan pemeriksaan fisik. Dalam pengkajian dibutuhkan kecermatan dan ketelitian agar data yang terkumpul lebih akurat, sehingga dapat dikelompokkan dilakukan sebelum mendapatkan data lengkap. Pengkajian ini diperioritaskan untuk menentukan kondisi ibu dan janin (Mitayani, 2013) 2. Pengumpulan data a. Identitas pasien Melakukan pengkajian pada pasien dengan menanyakan nama, umur, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, agama, suku, alamat, nomer rekam medis (RM), tanggal masuk rumah sakit (MRS), dan tanggal pengkajian. Kaji juga identitas penanggung jawab atas pasien.



b. Data kesehatan Melakukan pengkajian keluhan utama pada pasien, keluhan yang paling dirasakan pada saat dikaji c. Riwayat obstetri dan ginekologi Melakukan pengkajian pada pasien dengan menanyakan riwayat menstruasi, riwayat pernikahan, riwayar kehamilan, persalinan, nifas yang lalu, riwayat kehamilannya saat ini, dan riwayat keluarga berencana. d. Riwayat penyakit Mengkaji riwayat penyakit pada pasien dan keluarganya, apakah pasien dan keluarga memiliki penyakit keturunan seperti penyakit jantung, hipertensi, diabetes melitus (DM) dan lainnya. e. Pola kebutuhan sehari-hari Melakukan pengkajian pola kebutuhan sehari-hari pada pasien seperti pengkajian pada pernafasan, nutrisi (makan dan minum), eliminasi (BAB dan BAK), gerak badan atau aktivitas, istirahat tidur, berpakaian, rasa nyaman (pasien merasakan adanya dorongan meneran, tekanan ke anus, perineum menonjol), kebersihan diri, rasa aman, pola komunikasi atau hubungan pasien dengan orang lain, ibadah, produktivitas, rekreasi, kebutuhan belajar. f. Pemeriksaan fisik Mengkaji keadaan umum pasien terlebih dahulu seperti Glasgow coma scale (GCS), tingkat kesadaran, tanda-tanda vital (TTV). Kemudian, dilanjutkan dengan melakukan pemeriksaan fisik head to toe dari : a) Kepala : pemeriksaan pada rambut, telinga, mata, mulut, dan leher. Apakah ada kelainan pada bagian tertentu, ada benjolan atau tidak, ada edema atau tidak. b) Dada : pemeriksaan pada mamae, areola. c) Abdomen : pemeriksaan leopold, tinggi fundus uteri (TFU), detak jantung janin (DJJ). d) Genetalia dan perineum : pemeriksaan dalam seperti vaginal toucher (VT), status portio, warna air ketuban.



e) Ekstremitas atas dan bawah : lihat dan raba apakah ada tanda-tanda edema, varises, dan sebagiannya. g. Data penunjang Data penunjang dilakukan atas indikasi tertentu yang digunakan untuk memperoleh keterangan yang lebih jelas. Pemeriksaan yang dilakukan untuk mendapatkan data penunjang seperti pemeriksaan laboratorium, dan pemeriksaan ultrasonography (USG). h. Pengkajian nyeri Pengkajian nyeri yang faktual dan akurat di butuhkan untuk menetapkan data dasar, untuk menyeleksi terapi yang cocok dan untuk mengevaluasi respons klien terhadap terapi. Keuntungan pengajian nyeri bagi klien adalah bahwa nyeri diidentifikas, dikenali sebagai suatu yang nyata, dapat di ukur, dan data dijelaskan, serta digunakan untuk mengevaluasi perawatan (Potter & Perry, 2005). Beberapa aspek yang perlu diperhatikan perawat dalam pengkajian nyeri antara lain : 1) Penentuan ada tidaknya nyeri Dalam memulai pengkajian terhadap nyeri pada klien, hal terpenting yang perlu diperhatikan oleh perawat adalah penentu ada tidaknya nyeri pada klien.Perawat harus mempercayai ketika klien melaporkan adanya ketidaknyamanan (nyeri) walaupun dalam observasi perawat tidak menemukan cedera maupun luka. Setiap nyeri yang dilaporkan oleh klien adalah nyata adanya tetapi ada beberapa klien menyembunyikan rasa nyerinya untuk menghindari pengobatan (Sulistiyo & Andarmoyo, 2013). 2) Klasifikasi pengalaman nyeri Hal lain yang perlu diperhatikan oleh perawat adalah pengalaman nyeri yang dialami oleh klien, karena hal ini akan sangat membantu untuk mengetahui pada fase apa nyeri yang dirasakan oleh klien. 3) Fase tersebut antara lain: fase antisipasi, fase sensasi, dan fase akibat. Fase tersebut mempengaruhi jenis terapi yang memiliki kemungkinan paling besar untuk mengatasi nyeri (Potter & Perry, 2005).



4) Ekspresi terhadap nyeri Amati cara verbal dan nonverbal klien dalam mengomunikasikan rasa ketidaknyamanan. Perawat dapat melakukan pengkajian dengan mengamati secara verbal melalui kata-kata yang keluar dari klien seperti, “aduh”, “ouhh”, atau “sakit”. Selain itu perawat dapat mengamati ekspresi nonverbal dari klien seperti meringis, menekuk salah satu bagian tubuh, dan poster tubuh yang tidak lazim (Sulistiyo & Andarmoyo, 2013). 5) Karakteristik nyeri Untuk membantu klien dalam mengutarakan masalah atau keluhannya secara lengkap, pengkajian yang bisa dilakukan oleh perawat untuk mengkaji karakteristik nyeri bisa menggunakan pendekatan analisis symptom.Komponen pengkajian analisis symptom meliputi (PQRST). P (paliatif atau provocative) merupakan yang menyebabkan timbulnya masalah, Q (quality dan quantitiy) merupakan kualitas dan kuantitas nyeri, R (region) merupakan lokasi nyeri, S (severity) adalah keparahan dan T (timing) merupakan waktu (Sulistiyo & Andarmoyo, 2013). 6) Diagnosis keperawatan yaitu suatu penilaian klinis mengenai respons klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik yang berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosis Keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respons klien individu, keluarga dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan (PPNI, 2016). Diagnosis keperawatan yang ditegakkan dalam penelitian ini adalah nyeri melahirkan. 3. Diagnosis Keperawatan Diagnosa keperawatan yang muncul pada klien persalinan kala 1 fase aktif menurut (Herdman & Kamitsuru, 2018) pada NANDA (North American Nursing Diagnostic Association) (2018) adalah: Nyeri akut berhubungan dengan



agens



cidera



biologis



(meninngkatnya



kontraksi



uterus



hipesensitivitas, dan saraf nyeri uterus) . Nyeri akut merupakan pengalaman sensorik dan emosional tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual atau potensial



atau yang digambarkan sebagai kerusakan (International Association for The Study of Pain) awitan yang tiba tiba atau lambat dengan intensitas ringan hingga berat dengan berakhirnya dapat diantisipasi atau diprediksi, dan dengan durasi kurang dari 3 bulan. 4. Intervensi Keperawatan No 1



Diagnosis Nyeri



Tujuan/Kriteria Hasil



Melahirkan Tingkat Nyeri



berhubungan dengan pengeluaran ditandai



janin dengan



Intervensi Manajemen Nyeri



- Keluhan



nyeri Observasi



meningkat



- Identifikasi



lokasi,



- Meringis meningkat



karakteristik,



mengeluh nyeri,



Kontrol Nyeri



frekuensi,



Perineum



- Melaporkan



terasa



tertekan, mual, nafsu makan



nyeri



terkontrol meningkat - Kemampuan mengenali onset nyeri



ekspresi



meningkat



meringis,berposisi



- Kemampuan



uterus



nyeri meningkat



darah



tekanan



meningkat,



frekuensi



nadi



meningkat,



penyebab



nyeri non verbal



menggunakan nonfarmakolois



pengetahuan teknik



- Identifikasi



meningkat,



pola



terapi



berkemih



berubah,



keberhasilan komplementer



yang sudah - Monitor efek samping penggunaan analgetik



diaphoresis, gangguan



pengaruh



budaya terhadap respon - Monitor



kondisi



dan



keyakinan tentang nyeri



otot berubah,



dan



memperingan nyeri



ketegangan tidur



respon



- Identifikasi



- Kemampuan



meningkat



- Identifikasi skala nyeri



memperberat



mengenali



membulat,



intensitas nyeri



- Identifikasi faktor yang



meringankan nyeri, terasa



kualitas,



- Identifikasi



menurun/meningkat, wajah



durasi,



Terapeutik perilaku,



perilaku



ekspresif,



muntah,



pupil



- Berikan



teknik



farmakologi



non untuk



mengurangi rasa nyeri



dilatasi,



focus



pada diri sendiri.



- Kontrol



lingkungan



yang memperberat rasa nyeri - Fasilitasi istirahat dan tidur - Pertimbangkan



jenis



dan sumber nyeri dalam pemilihan



strategi



meredakan nyeri Edukasi - Jelaskan periode



penyebab, dan



pemicu



nyeri - Jelaskan



strategi



meredakan nyeri - Anjurkan



memonitor



nyeri secara mandiri - Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat - Ajarkan



teknik



farmakologi



non untuk



mengurangi rasa nyeri Kolaborasi - Kolaborasi



pemberian



analgetik, jika perlu Untuk melakukan persalinan normal pada kala II, ada 58 langkah asuhan persalinan normal (APN) menurut Maharani (2017) sebagai berikut: a. Lihat Tanda Gejala Kala II Amati tanda dan gejala persalinan kala dua: Ibu mempunyai keinginan untuk meneran, Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada



rektum dan atau vaginanya, perenium menonjol, vulva dan sfingter anal membuka. b. Siapkan Pertolongan Persalinan 1) Pastikan perlengkapan, bahan dan obat – obatan esensial siap digunakan. 2) Mematahkan ampul oksitosin 10 unit dan menempatkan tabung suntik steril sekali pakai dalam partus set 3) Kenakan baju penutup atau clemek plastik yang bersih. 4) Lepaskan semua perhiasan yang dipakai dibawah siku. Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir dan mengeringkan dengan handuk satu kali pakai/pribadi yang bersih. 5) Pakai sarung tangan desinfektan tingkat tinggi. Memakai sarung tangan DTT atau steril untuk semua pemeriksaan dalam. 6) Hisap oksitosin 10 unit kedalam tabung suntik (dengan memakai sarung tangan DTT atau steril) dan meletakkannya kembali dipartus set/ wadah DTT atau steril tanpa mengkontaminasi tabung suntik. c. Pastikan pembukaan lengkap dan keadaan janin baik 1) Bersihkan vulva dan perenium, menyeka dengan hati – hati dari depan kebelakang dengan menggunakan kapas atau kassa yang sudah dibasahi dengan air DTT. Jika mulut vagina, perenium, atau anus terkontaminasi oleh kotoran ibu, membersihkannya dengan seksama dengan menyeka dari depan ke belakang. Membuang kapas atau kassa yang terkontaminasi dalam wadah yang benar. Mengganti sarung tangan jika terkontaminasi. 2) Dengan menggunakan tehnik antiseptik, melakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan bahwa pembukaan servik sudah lengkap. Bila selaput ketuban belum pecah, sedangkan pembukaan sudah lengkap lakukan amniotomi. 3) Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang masih memakai sarung tangan kotor kedalam larutan klorin 0,5 % dan kemudian melepaskannya dalam keadaan terbalik serta merendamnya didalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.



4) Periksa Denyut Jantung Janin (DJJ) setelah kontraksi berakhir untuk memastikan bahwa denyut jantung janin dalam batas normal (120160 kali/menit) d. Siapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses pimpinan meneran 1) Beritahu ibu bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik. 2) Membantu



ibu



berada



dalam



posisi



yang



nyaman



sesuai



keinginannya, menunggu hingga ibu mempunyai keinginan untuk meneran, melanjutkan pemantauan kesehatan dan kenyamanan ibu serta



janin



sesuai



dengan



pedoman



persalinan



aktif



dan



mendokumentasikan dalam partograf, menjelaskan kepada anggota keluarga bagaimana dapat mendukung dan memberi semangat kepada ibu saat mulai meneran. 3) Minta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran. 4) Lakukan pimpinan saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk meneran. 5) Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit. e. Persiapan pertolongan kelahiran bayi 1) Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, letakkan handuk bersih diatas perut ibu untuk mengeringkan bayi. 2) Letakkan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian dibawah bokong ibu. 3) Buka partus set. 4) Pakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan. f. Menolong kelahiran bayi Lahirnya kepala 1) Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain tadi, letakkan tangan yang lain dikepala bayi dan lakukan tekanan yang lembut dan tidak menghambat pada kepala bayi, membiarkan kepala keluar perlahan-



lahan. Menganjurkan ibu untuk meneran perlahan-lahan atau bernapas cepat saat kepala lahir. 2) Periksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi dan kemudian meneruskan segera proses proses kelahiran bayi. 3) Tunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan Lahirnya bahu 1) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan kedua tangan di masing masing sisi muka bayi. Menganjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi berikutnya. Dengan lembut menariknya kearah bawah dan keluar hingga bahu anterior muncul dibawah arkuspubis dan kemudian dengan lembut menarik kearah atas dan kearah luar untuk melahirkan bahu posterior Lahirnya badan dan tungkai 1) Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan mulai kepala bayi yang berada dibagian bawah kearah perineum tangan, membiarkan bahu dan lengan posterior lahir ketangan tersebut. Mengendalikan kelahiran siku dan tangan bayi saat melewati perineum, gunakan lengan bagian bawah untuk menyangga tubuh bayi saat dilahirkan. Menggunakan tangan anterior (bagian atas) untuk mengendalikan siku dan tangan anterior bayi saat keduanya lahir. 2) Setelah tubuh dan tangan lahir, menelusurkan tangan yang ada diatas dari punggung kearah kaki bayi untuk menyangganya saat punggung dan kaki. Memegang kedua mata kaki bayi dan dengan hati-hati membantu kelahiran bayi. Penanganan bayi baru lahir 1) Lakukan penilaian sepintas : Apakah menangis kuat dan atau bernafas tanpa kesulitan?, apakah bayi bergerak dengan aktif ? 2) Letakkan bayi di atas perut ibu dengan posisi kepala bayi sedikit lebih rendah dari tubuhnya.Keringkan bayi mulai dari muka, kepala,



dan bagian tubuh lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk basah dengan handuk kering, biarkan bayi pada perut ibu. 3) Periksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus. 4) Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin. 5) Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10 unit IM di 1/3 bagian paha atas lateral ibu. 6) Setelah 2 menit paska persalinan jepit tali pusat ± 3 cm dari pusat bayi, mendorong isi tali pusat kearah distal dan jepit kembali tali pusat 2 cm dari klem pertama. 7) Pemotongan dan Pengikatan Tali Pusat. a) Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi), dan lakukan pengguntingan tali pusat diantara dua klem tersebut b) Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian



melingkarkan



kembali



benang



tersebut



dan



mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya. c) Lepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang telah disediakan. 8) Letakkan Bayi Agar Ada Kontak Kulit Ibu ke Kulit Bayi Letakkan bayi tengkurap di dada ibu, luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel didada atau perut ibu.Usahakan kepala bayi berada diantara ibu dengan posisi lebih rendah dari putting payudara ibu. 9) Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi dikepala bayi. Penatalaksanaan Aktif Kala III 1) Pindahkan klem pada tali pusat sekitar 5-10 cm dari vulva. 2) Letakkan satu tangan diatas kain yang berada diatas perut ibu, tepat diatas tulang pubis, dan menggunakan tangan ini untuk melakukan



palpasi kontraksi dan menstabilkan uterus. Memegang tali pusat dan klem dengan tangan lain. 3) Tunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan penegangan kearah bawah pada tali pusat dengan lembut. Lakukan tekanan yang berlawanan arah pada bagian bawah uterus dengan cara menekan uterus kearah atas dan belakang (dorsokranial) dengan hati – hati untuk mencegah terjadinya inversiouteri. Pengeluaran Plasenta 1) Lakukan penegangan dan dorongan dorsokranial hingga plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran sambil penolong menarik tali pusat kearah bawah dan kemudian kearah atas, mengikuti kurve jalan lahir sambil meneruskan tekanan berlawanan arah pada uterus 2) Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan kelahiran plasenta dengan menggunakan kedua tangan dan dengan hati-hati memutar plasenta hingga selaput ketuban terpilin. Dengan lembut dan perlahan melahirkan selaput ketuban tsb. Masase Uterus Segera setelah lahir dan selaput ketuban lahir lakukan masase uterus, meletakkan telapak tangan di fundus dan melakukan masase dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi. Menilai Perdarahan 1) Periksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu maupun janin dan selaput ketuban untuk memastikan bahwa selaput ketuban utuh. Meletakkan plasenta di dalam tempatnya. 2) Evaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan segera menjahit laserasi yang mengalami perdarahan aktif. Prosedur Pasca Persalinan 1) Nilai ulang uterus dan memastikan kontraksi dengan baik.



2) Biarkan bayi melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit satu jam. 3) Setelah satu jam, lakukan penimbangan/pengukuran bayi, beri tetes mata antibiotic profilaksis, dan vitamin K 1 mg IM di paha kiri anterolateral. 4) Setelah satu jam pemberian vitamin K berikan suntikan imunisasi Hepatitis B di paha kanan anterolateral 5) Letakkan bayi di dalam jangkauan ibu agar sewaktu-waktu bisa disusukan. 6) Letakkan kembali bayi pada dada ibu bila bayi belum berhasil menyusu di dalam satu jam pertama dan biarkan sampai bayi berhasil menyusu. Evaluasi 1) Lakukan



pemantauan



kontraksi



dan



mencegah



pendarahan



pervaginam. 2) Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi. 3) Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah. 4) Periksa nadi dan kandung kemih ibu setiap 15 menit pada selama 1 jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca persalinan. 5) Periksa kembali bayi untuk memastikan bayi bernafas dengan baik dan suhu tubuh normal. Memastikan Kebersihan dan Keamanan Ibu 1) Tempatkan semua alat bekas pakai larutan clorin 0,5 % untuk dekontaminasi. 2) Mencuci dan membilas peralatan setelah didekontaminasi. 3) Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai.



4) Bersihkan ibu menggunakan air DTT. Membersihkan sisa cairan ketuban, lender dan darah. Membantu ibu memakai pakaian bersih dan kering. 5) Pastikan ibu merasa nyaman. Membantu ibu memberikan ASI. Menganjurkan keluarga untuk memberi makan dan minum yang diinginkan ibu. 6) Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan korin 0,5%. 7) Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%, membalikan bagian dalam sarung tangan dan direndam dengan larutan klorin 0,5% selama 10 menit. 8) Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir. 9) Lengkapi partograf.



DAFTAR PUSTAKA Andarmoyo, Sulistyo. (2013). Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri, Yogyakarta : ArRuzz Media. Definisi dan Indikator Diagnostik ((cetakan III) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI. PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI): Definisi dan Tindakan Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI. PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI) Hafifah. 2011. Laporan Pendahuluan pada Pasien dengan Persalinan Normal. Dimuatdalamhttp:///D:/MATERNITY%20NURSING/LP%20PERSALINAN/la poran-pendahuluan-pada-pasien-dengan.html (Diakses tanggal 07 November 2021) Harini, R. & Fitri. (2018). Persalinan Kala 1 Fase Aktif pada Ibu Primigravida (Counterpressure and Its Effect towards Labor Pain during 1st Active Phase in Primigravida Mother ), 5(1), 29–33. Herdman, T.H. (2018). NANDA International Nursing Diagnoses: definitions and classification 2018-2020. Jakarta: EGC. Indah, & Firdayanti. (2019). Manajemen Asuhan Kebidanan. Jurnal MIDWIFERY, 1 Mitayani. (2013). Asuhan keperawatan maternitas. Jakarta : SalembaMedika. Nadia & Endarti, A. T. (2016). Pengaruh Massage Counterpressure terhadap Adaptasi Nyeri Persalinan Kala 1 dan Kecepatan Pembukaan Pada Ibu Bersalin,7–13. PPNI (2016) Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia Potter PA & Perry AG. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses dan Praktik Edisi 4, Jakarta: EGC. Sari, E.P dan Kurnia. 2015. Asuhan Kebidanan Persalinan (Intranatal Care). Jakarta: TIM Saifuddin, Abdul. Bari (ed). 2014. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal. Jakarta: YBPSP.