LP Retensio Plasenta [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS PATOLOGIS INDIKASI RETENSIO PLASENTA Diajukan untuk Memenuhi Tugas Praktik Komprehensif III Ruang PONEK IGD RS. SOEBANDI JEMBER



Disusun Oleh: Nur Umamah



(15.401.20.005)



SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN RUSTIDA PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN KRIKILAN-GLENMORE-BANYUWANGI 2022/2023



LEMBAR PENGESAHAN Laporan Pendahuluan ini, Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas Patologis disahkan pada: Hari



:



Tanggal



:



Mahasiswa



Nur Umamah 15.401.20.005 Mengetahui, Pembimbing Akademik



Pembimbing Klink



Tria Eni Rafika Devi, SST., M.Kes



Nur Fadillah



NIK. 202007.58



NIK.



KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya sehingga Laporan Pendahuluan ini yang berjudul “Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas Patologis Indikasi Retesio plasenta” dapat diselesaikan dengan tepat waktu. Dalam mengerjakan Laporan Pendahuluan ini kami banyak memperoleh bantuan dan bimbingan dari semua pihak baik dosen maupun temanteman. Oleh karena itu, kami mengucapkan terimakasih. Kami mohon maaf apabila, dalam penulisan Laporan Pendahuluan ini masih terdapat banyak kesalahan, kami menyadari bahwa Laporan Pendahuluan ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu, kami mengharapkan kritik dan sarannya, guna menyempurnakan Laporan Pendahuluan ini dan semoga bermanfaat untuk pembaca.



Jember, 06 Desember 2022



Penulis



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka Kematian Ibu (AKI) juga menjadi salah satu indikator dalam derajat kesehatan masyarakat. Angka Kematian Ibu (AKI) menggambarkan jumlah wanita yang meninggal, salah satunya pada saat proses persalinan (Depkes RI,2012). Di Indonesia Angka Kematian Ibu (AKI) masih tinggi dan merupakan masalah yang menjadi prioritas di bidang kesehatan, hal ini menunjukkan derajat kesehatan masyarakat dan tingkat kesejahteraan masyarakat. Menurut hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) sepanjang tahun 2007-2012 kasus kematian ibu melonjak cukup tajam, pada tahun 2012, AKI mencapai 359/100.000 kelahiran hidup atau meningkat 57% bila dibandingkan dengan kondisi pada tahun 2007, yang hanya 228/100.000 kelahiran hidup,yang dimana AKI pada tahun 2007 menurun dari tahun 2002 yang mencapai 307/100.000 kelahiran hidup dan pada tahun 2015 AKI kembali menunjukkan penurunan menjadi 305/100.000 kelahiran hidup. Masa Nifas merupakan hal penting untuk diperhatikan guna menurunkan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) di Indonesia. Banyak negara



menanggulangi kematian ibu dan bayi dengan pertolongan



difokuskan pada periode inpartu. Upaya ini telah terbukti menyelamatkan kebih dari separuh ibu bersalin dan bayi baru lahir disertai dengan penyulit proses persalinan atau komplikasi yang mengancam keselamatan jiwa. Namun tidak semua intervensi yang sesuai bagi suatu negara dengan serta menjalankan dan memberi dampak menguntungkan bila diterapkan di negara lain.   Penyebab angka kematian ibu (AKI) di Indonesia adalah komplikasi pada masa kehamilan, persalinan dan nifas. Dimana penyebab langsung kematian ibu di Indonesia yaitu perdarahan (28%), eklamsea (24%), partus lama (5%), aborsi(5%), infeksi (11%) dan lain-lain (27%) (Depkes RI, 2011). Infeksi yang banyak dialami oleh ibu sebagian besar merupakan akibat dari adanya komplikasi atau penyulit kehamilan dan persalinan seperti febris (24%), infeksi saluran kemih (31%) dan Ketuban pecah dini (45%) (BKKBN, 2013).



1.2 Tujuan 1. Tujuan Umum Mahasiswa mampu menerapkan asuhan kebidanan yang komprehensif pada ibu nifas patologis sesuai dengan asuhan. 2. Tujuan Khusus a. Melakukan pengkajian data b. Menentukan diagnosa c. Menentukan kebutuhan Tindakan d. Merencanakan asuhan kebidanan e. Melaksanakan asuhan kebidanan f. Melakukan evaluasi



BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Masa Nifas A. Definisi Retensio



plasenta



adalah



tertahannya



atau



belum



lahirnya



plasentahingga atau melebihi waktu 30 menit setelah bayi lahir. (Prawirohardjo,2009)Retensio plasenta adalah belum lepasnya plasenta dengan melebihiwaktu setengah jam. Keadaan ini dapat diikuti perdarahan yang banyak,artinya hanya sebagian plasenta yang telah lepas sehingga memerlukantindakan 2006



)Istilah



plasenta



retensio



manual



plasenta



dengan



segera.



dipergunakan



jika



(Manuaba, plasenta



belumlahirsetengah jam sesudah anak lahir. (Sastrawinata, 2008)Jadi menurut pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa retensio plasenta adalah terlambatnya kelahiran plasenta selama setengah jamsetelah kelahiran bayiMasa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat – alat kandungan kembali seperti pra-hamil. Lama masa nifas ini yaitu 6-8 minggu. (Rustam Mochtar,2010 ) Retensio Plasenta adalah belum lepasnya plasenta dengan melebihi waktu setengah jam. Keadaan ini dapat diikuti perdarahan yang banyak , artinya hanya sebagian plasenta yang telah lepas sehingga memerlukan tindakan plasenta manual dengan segera ( Manuaba, 2008). Selanjutnya menurut Kunsri (2007) Retensio plasenta adalah terlambatnya kelahiran plasenta selama setengah jam setelah persalinan bayi, dapat terjadi retensio plasenta berulang ( habitual retension ) oleh karena itu plasenta harus di keluarkan karna dapat menimbulkan bahaya perdarahan. B. Etiologi Penyebab retensio plasenta adalah: 1. Fungsional: a. His kurang kuat (penyebab terpenting)



b. Plasenta sukar terlepas karena :Tempatnya : Insersi di sudut tuba, bentuknya : Plasentamembranacea, palsenta anularis dan ukurannya: Plasenta yangsangat kecil. (Sastrawinata, 2005) 2. Patologi anatomi: a. Plasenta akreta b. Plasenta inkreta c. Plasenta perkreta. (Sastrawinata, 2005) Faktor Etiologi Adapun faktor penyebab dari retensio plasenta adalah : 1.



Plasenta belum terlepas dari dinding rahim karena



tumbuh dan melekat lebih dalam . 2.



Plasenta sudah terlepas tetapi belum keluar karena



atonia uteri dan akan meyebabkan perdarahan yang banyak atau adanya lingkaran konstriksi pada bagian bawah rahim yang akan menghalangi plasenta keluar . 3.



Bila plasenta belum lepas sama sekali tidak akan terjadi



perdarahan tetapi bila sebagian plasenta sudah lepas akan terjadi perdarahan (Mochtar, 1998). Apabila terjadi perdarahan post partum dan plasenta belum lahir, perlu di usahakan untuk melahirkan plasenta dengan segera . Jikalau plasenta sudah lahir, perlu dibedakan antara perdarahan akibat atonia uteri atau perdarahan karena perlukaan jalan lahir. Pada perdarahan karena atonia uterus membesar dan lembek pada palpasi, sedang pada perdarahan karena perlukaan jalan lahir uterus berkontraksi dengan baik (Wiknjosastro, 2005). C. Patofisiologi Segera setelah anak lahir, uterus berhenti kontraksi namun secara perlahantetapi progresif uterus mengecil, yang disebut retraksi, pada masa retraksiitu lembek namun serabut-serabutnya secara perlahan memendek kembali.Peristiwa retraksi menyebabkan pembuluh-pembuluh darah yang berjalandicelah-celah serabut otot-otot polos rahim terjepit oleh serabut



otot rahimitu sendiri. Bila serabut ketuban belum terlepas, plasenta belum terlepasseluruhnya dan bekuan darah dalam rongga rahim bisa menghalangi prosesretraksi yang normal dan menyebabkan banyak darah hilang(Prawirohardjo, 2009). Retensio plasenta dan manajemennya ( pengangkatan manual plasenta ) dapat memberikan efek negatif pada kualitas kontak ibu dengan bayi yang dilahirkan maupun kesehatan post partumnya. Retensio plasenta, dapat juga mengurangi waktu yang dihabiskan untuk berdekatan, menyusui dan berkenalan dengan bayi barunya serta dalam jangka panjang bisa menyebabkan ibu anemis dan nyeri. Pada kasus berat dapat menyebabkan perdarahan akut, infeksi, perdarahan post partum sekunder, histerektomi, dan bahkan kematian maternal. Retensio plasenta terjadi pada 3% kelahiran pervaginam sedangkan 15% retensio plasenta adalah ibu yang pernah mengalami retensio plasenta (Chapman, 2006). D. Manifestasi Klinis Gejala yang selalu ada : Plasenta belum lahir setelah 30 menit, perdarahan segera, kontraksi uterus baik.Gejala yang kadang-kadang timbul : Tali puasat putus akibat traksiyang berlebihan, inversi uteri akibat tarikan, perdarahan lanjutan.(Prawirohardjo, 2009) 1. Fisiologi Plasenta Plasenta berbentuk bundar atau hampir bundar dengan diameter 15sampai 20 cm dan tebal lebih kurang 2,5 cm. Beratnya rata-rata 500gram. Tali pusat berhubungan dengan plasenta biasanya di tengah(insertio sentralis). Umumnya plasenta terbentuk lengkap padakehamilan kurang lebih 16 minggu dengan ruang amnion telah mengisiseluruh kavum uteri. Bila diteliti benar, maka plasenta sebenarnya berasal dari sebagian besar dari bagian janin, yaitu vili korialis yang berasal dari korion, dan sebagian kecil dari bagian ibu yang berasaldari desidua basalis. Darah ibu yang berada di ruang interviller berasaldari spiral arteries yang berada di desidua basalis. Pada sistole darahdisemprotkan dengan tekanan 70-80 mmHg seperti air mancur kedalam ruang interviller sampai mencapai chorionic plate, pangkal dari kotiledonkotiledon janin. Plasenta berfungsi sebagai alat yangmemberi makanan pada



janin, mengeluarkan sisa metabolisme janin,memberi zat asam dan mengeluarkan CO2,membentuk hormon ,serta penyalur berbagai anti bodi ke janin. 2. Fisiologi Pelepasan Plasenta Pemisahan



plasenta



ditimbulkan



dari



kontraksi



dan



retraksimyometrium sehinga mempertebal dinding uterus dan mengurangiukuran area plasenta. Area plasenta menjadi lebih kecil, sehingga plasenta mulai memisahkan diri dari dinding uterus dan tidak dapat berkontraksi atau berintraksi pada area pemisahan bekuan darahretroplasenta terbentuk. Berat bekuan darah ini menambah pemisahankontraksi uterus berikutnya akan melepaskan keseluruhan plasentadari uterus dan mendorong keluar vagina disertai dengan pengeluaranselaput ketuban dan bekuan darah retroplasenta. (WHO, 2001) 3. Predisposisi Retensio Plasenta Beberapa predisposisi terjadinya retensio plasenta yaitu : a. Grandemultipara. b. Kehamilan ganda, sehingga memerlukan implantasi plasentayang agak luas. c. Kasus infertilitas, karena lapisan endometriumnya tipis. d. Plasenta previa, karena dibagian isthmus uterus, pembuluhdarah sedikit, sehingga perlu masuk jauh kedalam. e. Bekas operasi pada uterus. E. Penanganan Retensio Plasenta . Apabila plasenta belum lahir setengah jam setelah anak lahir , harus diusahakan untuk mengeluarkannya , dapat dicoba dulu dengan : 1. Plasenta Manual Plasenta manual merupakan tindakan operasi kebidanan untuk melahirkan retensio plasenta, teknik operasi plasenta manual tidaklah sukartetapi harus dipikirkan jiwa penderita. Kejadian retensio plasenta berkaitan dengan :



Grande multipara dengan implantasi plasenta dalam bentuk plasenta adhesive inkreta dan plasenta perkreta . Mengganggu kontraksi otot rahim dan menimbulkan perdarahan. Retensio plasenta tanpa perdarahan dapat diperkirakan yaitu darah penderita



terlalu



banyak



hilang,



dan



keseimbangan



baru



terbentuknya bekuan darah sehingga perdarahan tidak terjadi, kemungkinan implantasi plasenta terlalu dalam . Plasenta manual dengan segera dilakukan karena terdapat riwayat perdarahan post partum berulang , pada pertolongan persediaan dengan narkosa plasenta belum lahir setelah menunggu selama setengah jam ( Manuaba , 1998 ). 2. Komplikasi Tindakan Plasenta Manual a. Terjadinya perforasi uterus b. Terjadinya infeksi : terdapat sisa plasenta atau membran dan bakteri terdorong kedalam rongga rahim . c. Terjadinya perdarahan karena atonia uteri ( Manuaba, 1998 ). 3. Tindakan Crade Tindakan ini banyak dianjurkan karena memungkinkan terjadinya inversion uteri . Salah satu cara untuk membantu pengeluaran plasenta adalah cara Brandt yaitu plasenta manual , dengan cara salah satu tangan penolong memegang tali pusat dekat vulva, tangan yang lain diletakkan pada dinding perut, sehingga permukaan palmar jari jari tangan terletak dipermukaan depan rahim ( Saifuddin , 2005). 4. Banyak kesulitan yang dialami dalam pelepasan plasenta, plasenta hanya dapat dikeluarkan sepotong demi sepotong dan bahaya perdarahanserta perforasi mengancam. Apabila berhubungan dengan kesulitan kesulitan tersebut akhirnya diagnosis plasenta inkreta dibuat, sebaiknya usaha mengeluarkan plasenta secara bimanual dihentikan, lalu diusahakan histerektomi ( Saifuddin , 2005 ).



F. Pemeriksaan penunjang a. Pemeriksaan laboratorium 1) Pemeriksaan darah lengkap harus dilakukan sejak periode antenatal. Kadar hemoglobin di bawah 10 g/dL berhubungan dengan hasil kehamilan yang buruk 2) Pemeriksaan golongan darah dan tes antibodi harus dilakukan sejak periode antenatal 3) Perlu dilakukan pemeriksaan faktor koagulasi seperti waktu perdarahan dan waktu pembekuan b. Pemeriksaan radiologi 1) Onset perdarahan post partum biasanya sangat cepat. Dengan diagnosis dan penanganan yang tepat, resolusi biasa terjadi sebelum pemeriksaan laboratorium atau radiologis dapat dilakukan. Berdasarkan pengalaman, pemeriksaan USG dapat membantu untuk melihat adanya jendalan darah dan retensi sisa plasenta. 2) USG pada periode antenatal dapat dilakukan untuk mendeteksi pasien dengan resiko tinggi yang memiliki faktor predisposisi terjadinya perdarahan post partum seperti plasenta previa. Pemeriksaan USG dapat pula meningkatkan sensitivitas dan spesifisitas dalam diagnosis plasenta akreta dan variannya. (Smith, J. R., Brennan, B. G., 2004, Postpartum Hemorrhage).



BAB III MANAJEMEN KEBIDANAN ASUHAN KEBIDANAN RETENSIO PLASENTA I. PENGKAJIAN A. Data Subjektif  Atonia uterus dialami dan sekurang-kurangnya 5% wanita melahirkan, khususnya wanita grandemultipara. (Bobak dkk, 2005: 664-665)  Gejala-gejala: - Perdarahan pervaginam - Konsistensi rahim lunak - Fundus uteri naik (jika pengaliran darah keluar terhalang oleh bekuan darah atau selaput janin) - Tanda-tanda syok (Prof. Sulaiman Sastrawinata, 2005: 172)  Tentang jumlah pendarahan, disebutkan sebagai perdarahan yang lebih dari normal dimana telah menyebabkan tanda vital (pasien mengeluh lemah, limbung, berkeringat dingin, menggigil, hiperpnea, sistolik ,90 mmHg, nadi>100x/menit, kadar Hb,8 g%) (Prawirohardjo, Sarwono, 2007: 173) B. Data Objektif a. Pemeriksaan tanda-tanda vital 1). Suhu badan Suhu biasanya meningkat sampai 38ْC dianggap normal. Setelah satu hari suhu akan kembali normal (360ْC – 37ْC), terjadi penurunan akibat hipovolemia 2). Nadi Denyut nadi akan meningkat cepat karena nyeri, biasanya terjadi hipovolemia yang semakin berat. 3). Tekanan darah Tekanan darah biasanya stabil, memperingan hipovolemia 4) Pernafasan Bila suhu dan nadi tidak normal, pernafasan juga menjadi tidak normal. b. Pemeriksaan Khusus Observasi setiap 8 jam untuk mendeteksi adanya tandatanda komplikasi dengan mengevaluasi sistem dalam tubuh. Pengkajian ini meliputi :



1. Nyeri/ketidaknyamanan Nyeri tekan uterus (fragmen-fragmen plasenta tertahan) Ketidaknyamanan vagina/pelvis, sakit punggung (hematoma) 2. Sistem vaskuler  Perdarahan di observasi tiap 2 jam selama 8 jam 1, kemudian tiap 8 jam berikutnya  Tensi diawasi tiap 8 jam  Apakah ada tandatanda trombosis, kaki sakit, bengkak dan merah  Haemorroid diobservasi tiap 8 jam terhadap besar dan kekenyalan  Riwayat anemia kronis, konjungtiva anemis/sub anemis, defek koagulasi kongenital, idiopatik trombositopeni purpura. 3. Sistem Reproduksi a. Uterus diobservasi tiap 30 menit selama empat hari post partum, kemudian tiap 8 jam selama 3 hari meliputi tinggi fundus uteri dan posisinya serta konsistensinya b. Lochea diobservasi setiap 8 jam selama 3 hari terhadap warna, banyak dan bau c. Perineum diobservasi tiap 8 jam untuk melihat tanda-tanda infeksi, luka jahitan dan apakah ada jahitannya yang lepas d. Vulva dilihat apakah ada edema atau tidak e. Payudara dilihat kondisi areola, konsistensi dan kolostrum f. Tinggi fundus atau badan terus gagal kembali pada ukuran dan fungsi sebelum kehamilan (sub involusi). 4. Traktus urinarius Diobservasi tiap 2 jam selama 2 hari pertama. Meliputi miksi lancar atau tidak, spontan dan lain-lain. 5. Traktur gastro intestinal Observasi terhadap nafsu makan dan obstipasi 6. Integritas Ego : Mungkin cemas, ketakutan dan khawatir C. Inspeksi Dengan pemeriksaan dalam dilakukan eksplorasi vagina, uterus dan pemeriksaan inspekulo. Dengan cara ini dapat ditentukan adanya robekan dari serviks, vagina, hematoma dan adanya sisa-sisa plasenta. D. Palpasi - Masase dan kompresi bimanual akan menstimulasi kontraksi uterus yang akan menghentikan perdarahan. - Pada atonia uteri terjadi kegagalan kontraksi uterus, sehingga pada palpasi abdomen uterus didapatkan membesar dan lembek. Sedangkan pada laserasi jalan



lahir uterus berkontraksi dengan baik sehingga pada palpasi teraba uterus yang keras. Dengan pemeriksaan dalam dilakukan eksplorasi vagina, uterus dan pemeriksaan inspekulo. Dengan cara ini dapat ditentukan adanya robekan dari serviks, vagina, hematoma dan adanya sisa-sisa plasenta. E. Pemeriksaan Penunjang a. Pemeriksaan laboratorium - Pemeriksaan darah lengkap harus dilakukan sejak periode antenatal. Kadar hemoglobin di bawah 10 g/dL berhubungan dengan hasil kehamilan yang buruk. - Pemeriksaan golongan darah dan tes antibodi harus dilakukan sejak periode antenatal. - Perlu dilakukan pemeriksaan faktor koagulasi seperti waktu perdarahan dan waktu pembekuan. b. Pemeriksaan radiologi - Onset perdarahan post partum biasanya sangat cepat. Dengan diagnosis dan penanganan yang tepat, resolusi biasa terjadi sebelum pemeriksaan laboratorium atau radiologis dapat dilakukan. Berdasarkan pengalaman, pemeriksaan USG dapat membantu untuk melihat adanya jendalan darah dan retensi sisa plasenta. - USG pada periode antenatal dapat dilakukan untuk mendeteksi pasien dengan resiko tinggi yang memiliki faktor predisposisi terjadinya perdarahan post partum seperti plasenta previa. Pemeriksaan USG dapat pula meningkatkan sensitivitasdan spesifisitas dalam diagnosis plasenta akreta dan variannya. II. MENIDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH Dalam langkah ini data yang telah dikumpulkan diintepretasikan menjadi diagnosa kebidanan dan masalah . Keduanya digunakan karena beberapa masalah tidak dapat diselesaikan seperti diagnosa tetapi membutuhkan pena nganan yang dituangkan dalam rencana asuhan terhadap pasien, masalah sering berkaitan dengan pengalaman wanita yang diidentifikasikan oleh bidan. A. Diagnosa : Atonia Uteri (EGC, 2006: 109) B. Masalah : darah rendah, denyut nadi cepat dan kecil, ekstremitas dingin, gelisah, muaL, Pucat, dapat disertai tanda-tanda syok, tekanan darah rendah, denyut nadi cepat, kecil, ekstremitas dingin serta tampak darah keluar melalui vagina terus menerus.



III. MENGIDENTIFIKASI DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial yang mungkin akan terjadi. Pada langkah ini diiden tifikasikan masalah atau diagnosa potensial berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa, hal ini membutuhkan antisipasi, pencegahan, bila memungkinkan menunggu mengamati dan bersiap-siap apabila hal tersebut benar benar terjadi.  DIAGNOSA POTENSIAL 1 Sindrom Sheehan 2. Diabetes inspidus 1. Sindrom Sheehan Perdarahan banyak kadang-kadang diikuti dengan sindrom sheehan, yaitu: kegagalan laktasi, amenorhe, atrofi payudara, rontok rambut pubis dan aksila, superinvolusi uterus, hipotiroidi, dan insufisiensi korteks adrenal. 2. Diabetes inspidus Perdarahan banyak pascapersalinan dapat mengakibatkan diabetes inspidus tanpa disertai defisiensi hipofisis anterior. (Prof. Sulaiman Sastrawinata, 2005: 172-173). IV. ANTISIPASI MASALAH Langkah ini memerlukan kesinambungan dari mana jemen kebidanan. Identifikasi dan menetapkan perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan lain sesuai dengan kondisi pasien. V. INTERVENSI Dx



: Ny............ P................. masa nifas.....jam/hari ke.............



Tujuan : ibu bisa menjalani masa nifas tanpa komplikasi KH



: KU ibu baik Kesadaran Composmentis TTV : TD : 100/70 – 120/80 mmHg S : 36,5- 37,5 x/menit N : 80-100 x/menit RR : 16-24 x/menit TFU : sesuai dengan lama nifas



Lochea : sesuai dengan lama nifas UC baik Perdarahan berkurang Intervensi 1.      Lakukan pendekatan terapeutik pada klien dan keluarga R: dengan pendekatan terapeutik akan tercipta hubungan saling percaya dan terjalin kerjasama yang baik antara tenaga kesehatan dan klien 2.      Lakukan Cuci tangan sebelum dan setelah melakukan tindakan R : mencegah infeksi silang antara pasien dan petugas kesehatan 3.      Lakukan pemeriksaan pada ibu (TTV, konjungtiva, TFU, mamae, lochea, dan perineum) R : dengan melakukan pemeriksaan dapat mengetahui kondisi klien pasca partum dan mendeteksi adanya kelainan yang menyertai masa nifas, serta dengan memberitahu hasil pemeriksaan 4.      Bersihkan bekuan darah dan atau selaput ketuban dari vagina dan saluran serviks R : dapat menghalangi kontraksi uterus secara baik 5.      Pastikan bahwa kandung kemih kososng. Jika penuh atau dapat dipalpasi, lakukan katerisasi menggunakan teknik aseptik R : meberikan tekanan secar langsung pada pembuluh terbuka didinding dalam uterus dan merangsang kandung kemih untuk berkontraksi 6.      Konsultasikan dengan dokter untuk pemberian uterotonika dan drip oksitosin, memberikan 0,2 mg IM (jangan diberikan jikahipertensi R : ergometrin akan bekerja dalam 5-7 menit dan menyebabkan kontraksi uterus 7.      Pasang infus RL +oksitosin menggunakan jarum ukuran 16 atau 18 dan berikan 500 ml + 20 unit. Habiskan 500 ml pertama secara cepat R : dapat membantu memulihkan volume cairan yang hilang selama perdarahan oksitosin IV akan dengan cepat merangsang kontraksi uterus 8.      Lalukan masase pada uterus searah jarum jam R : memperkuat kontraksi uterus 9.      Observasi jumlah pendarahan



R : deteksi dini adanya kehilangan cairan 10.  Berikan informasi tentang perubahan-perubahan yang dialami selama masa nifas R : perubahan yang akan dialaminya sehingga ibu dapat beradaptasi 11.  Motivasi untuk mobilisasi dini R : dengan melakukan mobilitas dini dapat membantu involusi uterus lebih cepat 12.  Pantau intake dan output R : dengan melakukan pemantauan intake dan output dapat mendeteksi secara dini bila terjadi dehidrasi sehingga dapat segera dilayani Masalah A.    Anemia Tujuan



: Anemia dapat teratasi



KH : KU ibu baik Kesadaran Composmentis Suhu 36,5 – 37,5 C TD 110/70 – 120/20 mmHg UC baik Perdarahan kurang dari 500 cc TFU sesuai masa nifas Intervensi 1.      Observasi TTV dan perhatikan keluhan pasien R : dapat segera mendeteksi keadaan abnormal 2.      Observasi TFU, kontraksi uterus dan perdarahan R : Memastikan kontraksi uterus baik, menilai perdarahan dan memastikan involusi uterus sesuai dengan harinya 3.      Pasang infus RL R : Mencegah terjadinya syok 4.      Anjurkan ibu untuk mobilisasi dan masase uterus R : dengan mobilisasi dini dapat membantu involusi uterus lebih cepat dan mempercepat kontraksi uterus 5.      Lakukan pemeriksaan Lab Hb



R : dengan pemeriksaan Hb dapat diketahui pasien kurang darah atau tidak 6.      Konsultasikan dengan dokter untuk pemberian uterotonika R : oxsitosin IV akan dapat cepat merangsang kontraksi uterus 7.      Berikan terapi Fe dan Vit C R : untuk memperbaiki darah B.     Syok Tujuan



: syok dapat dihindari



KH : KU ibu baik TTV dalam batas normal TFU sesuai dengan masa nifas Perdarahan kurang dari 500 cc Intervensi 1.      Kaji jumlah darah yang hilang, pantau tanda dan gejala syok R : perdarahan berlebihan dan tetap dapat mengancam hidup pasien/ mengakibatkan infeksi post partum, nekrosis hipofisis yang disebabkan oleh hipoksia jaringan dan malnutrisi 2.      Periksa suhu dan keadaan umum ibu R : dengan observasi TTV, kita bisa tahu apakah ibu terkena syok atau tidak 3.      Baringkan ibu miring ke kiri R : mencegah kompresi aorta dan vena cafa inverior meningkatkan aliran balik vena C.     Perdarahan Tujuan



: perdarahan dapat teratasi



KH : KU baik Kesadaran Compsmentis TTV dalam batas normal Pengeluaran pervaginam dalam batas normal Intervensi 1.      Lakukan eksplorasi pada uterus R : untuk membersihkan selaput ketuban yang masih tertinggal di dalam uterus 2.      Pasang infus RL/NS R : pengganti cairan, memperbaiki hipovolemi



3.      Masase uterus R : untuk memeriksa bahwa uterus sudah berkontraksi dengan baik sehingga perdarahan juga berhenti 4.      Observasi perdarahan R : untuk mengetahui jika kondisi ibu mengalami perdarahan lagi D.    Infeksi Tujuan



: infeksi dapat dihindari



KH : KU ibu baik Kesadaran Composmentis TTV dalam batas normal Intervensi 1.      Gunakan alat-alat yang steril dalam melakukan tindakan R : alat yang steril akan mencegah infeksi 2.      Lakukan setiap asuham kebidanan sesuai dengan protap yang telah ditentukan R: jika dalam melakukan setiap asuhan sesuai dengan protap maka resiko infeksi lebih kecil Kebutuhan A.    Penaganan perdarahan Tujuan



: perdarahan dapat teratasi



KH : KU ibu baik Kesadaran Composmentis TTV dalam batas normal Intervensi 1.      Lakukan eksplorasi pada uterus R : untuk membersihkan selaput ketuban yang masih tertinggal di dalam uterus 2.      Pasang infus RL/NS R : pengganti cairan, memperbaiki hipovolemi 3.      Masase uterus R : untuk memeriksa bahwa uterus sudah berkontraksi dengan baik sehingga perdarahan juga berhenti 4.      Observasi perdarahan



R : untuk mengetahui jika kondisi ibu mengalami perdarahan lagi B.     KIE tentang vulva Hygiene Tujuan



: ibu lebih mengerti bagaimana cara menjaga kebersihan alat



genetalianya KH : KU ibu baik Kesadaran Composmentis TTV dalam batas normal Intervensi 1.      Anjurkan ibu untuk membersihkan alat genetalianya sehabis BAB/BAK R : dengan menyabun genetalia maka akan meminimalisir kuman dan bakteri untuk masuk delam vagina 2.      Anjurkan pada ibu untuk sesering mungkin ganti pembalut bila diras penuh R : dengan pembalut yang selalu bersih maka akan mencegah adanya kumaan masuk dalam vagina 3.      Anjurkan ibu untuk memakai celana dalam yang terbuat dari katun R : celana dalam yang terbuat dari katun akan lebih menyerap keringat sehingga tidak mudah lembab C.     KIE tentang nutrisi dan cairan Tujuan



: kebutuhan ibu akan nutrisi dan cairan terpenuhi



KH : KU ibu baik Kesadaran Composmentis TTV dalam batas normal Intervensi 1.      Anjurkan ibu untuk tidak tarak R : jika ibu tidak tarak maka proses penyembuhan luka akan lebih cepat 2.      Anjurkan ibu untuk minum air putih yang banyak R : membantu ibu mengganti cairan yang hilang kaarena persalinan D.    Dukungan mental Tujuan



: ibu merasa lebih tenang



KH : KU ibu baik Kesadaran Composmentis TTV dalam batas normal



Intervensi 1.      Beritahukan dukungan dan jelaskan keadaan ibu dan juga bayinya R : agar ibu merasa lebih tenang 2.      Dukungan dari keluarga dan suami R : dengan dukungan suami dan keluarga, ibu akan merasa lebih tenang. VI. IMPLEMENTASI Langkah-langkah ini merupakan tidak lanjut dari perencanaan tapi tidak semua perencanaan dilaksanakan. VII. EVALUASI Dilakukan untuk mengetahui sejauhmana keefektifitasan asuahan kebidanan yang dilakukan dengan mengacu pada kriteria hasil



BAB IV PENUTUP 1.1 Kesimpulaan Retensio Plasenta adalah belum lepasnya plasenta dengan melebihi waktu setengah jam. Keadaan ini dapat diikuti perdarahan yang banyak , artinya hanya sebagian plasenta yang telah lepas sehingga memerlukan tindakan plasenta manual dengan segera ( Manuaba, 2008). Selanjutnya menurut Kunsri (2007) Retensio plasenta adalah terlambatnya kelahiran plasenta selama setengah jam setelah persalinan bayi, dapat terjadi retensio plasenta berulang ( habitual retension ) oleh karena itu plasenta harus di keluarkan karna dapat menimbulkan bahaya perdarahan. 1.2 Saran Semoga dengan penulisan Laporan Pendahuluan ini bisa digunakan dengan baik oleh mahasiswa dan Bidan sebagai bahan edukasi dan referensi.



DAFTAR PUSTAKA Anggraini, Yetti.2010.Asuhan Kebidanan Masa Nifas.Yogyakarta : Pustaka Rihama Jannah, N. 2011.Asuhan Ibu nifas.Jakarta:AR-RUZZ MEDIA Prawirohadjo,



Sarwono.2001.Panduan



Praktis



Kesehatan



Maternal



dan



Neonatal. Jakrta:YBP-SP Suherni,dkk.2009.Perawatan Masa Nifas.Yogyakarta : Fitramaya Sunarsih, tri dan vivian Nanny Lia D. 2011.Asuhan Nifas.Jakarta: Salemba Medika



Kebidanan pada ibu