LP Retensio Sisa Plasenta [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN POST PARTUM H6 PADA Ny. W DENGAN RETENSIO SISA PLASENTA DI RUANG POLIKLINIK



Disusun sebagai salah satu tugas praktik profesi ners stase keperawatan maternitas



Disusun Oleh: ASRIANI KASIM



: 203203109



PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS KESEHATAN UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI YOGYAKARTA 2021



LAPORAN PENDAHULUAN RETENSIO SISA PLASENTA



A. Tinjauan Umum Tentang Retensio Sisa Plasenta Retensio Sisa Plasenta adalah plasenta tidak lepas sempurna dan meninggalkan sisa, dapat berupa fragmen plasenta atau selaput ketuban tertahan. Retensio sisa plasenta disebabkan oleh plasenta tertanam terlalu dalam sampai lapisan miometrium uterus. Sewaktu suatu bagian plasenta (satu atau lebih lobus) tertinggal, maka uterus tidak dapat berkontraksi secara efektif dan keadaan ini dapat menimbulkan perdarahan. Gejala dan tanda yang bisa ditemui adalah perdarahan segera, uterus berkontraksi tetapi tinggi fundus tidak berkurang. (Prawiraharjo, 2005). Tertinggalnya sebagian plasenta (sisa plasenta) merupakan penyebab umum terjadinya perdarahan lanjut dalam masa nifas (perdarahan pasca persalinan sekunder). Perdarahan post partum yang terjadi segera jarang disebabkan oleh retensi potongan-potongan kecil plasenta. Inspeksi plasenta segera setelah persalinan bayi harus menjadi tindakan rutin. Jika ada bagian plasenta yang hilang,



uterus



harus



dieksplorasi



dan



potongan



plasenta



dikeluarkan



(Cunningham, 2006). Sewaktu suatu bagian dari plasenta (satu atau lebih lobus) tertinggal, maka uterus tidak dapat berkontraksi secara efektif dan keadaan ini dapat menimbulkan perdarahan. Tetapi mungkin saja pada beberapa keadaan tidak ada perdarahan dengan sisa plasenta (Cunningham, 2006).



1. Retensio Sisa Plasenta a. Definisi Retensio Sisa Plasenta adalah tertinggalnya potongan-potongan plasenta seperti kotiledon dan selaput plasenta yang menyebabkan terganggunya kontraksi uterus sehingga sinus-sinus darah tetap terbuka dan menimbulkan perdarahan post partum. Perdarahan postpartum dini dapat terjadi sebagai akibat tertinggalnya sisa plasenta atau selaput janin. Bila hal tersebut terjadi, harus dikeluarkan secara manual atau di kuratase dan pemberian obatobat uterotonika intravena. b. Etiologi 1) His yang kurang baik 2) Penanganan kala III yang salah Dengan pendorongan dan pemijatan uterus akan mengganggu mekanisme pelepasan plasenta dan menyebabkan pemisahan sebagian plasenta. 3) Abnormalitas plasenta Abnormalitas plasenta meliputi bentuk plasenta dan penanaman plasenta dalam uterus yang mempengaruhi mekanisme pelepasan plasenta. 4) Kelahiran bayi yang terlalu cepat Kelahiran bayi yang terlalu cepat akan mengganggu pemisahan plasenta secara fisiologis akibat gangguan dari retraksi sehingga dapat terjadi gangguan retensi sisa plasenta.



c. Tanda dan Gejala Retensio Sisa Plasenta 1)



Tanda dan gejala yang selalu ada : a) Plasenta atau sebagian selaput (mengandung pembuluh darah) tidak lengkap b) Perdarahan segera c) Syok akibat hipovolemia Tanda- tanda Syok



Syok Awal Syok Lanjut Terbangun, sadar, cemas Bingung atau tidak sadar Denyut nadi agak cepat (110 x per menit Denyut nadi cepat dan lemah atau lebih) Pernafasan sedikit lebih cepat Nafas pendek dan sangat cepat (30 x per menit atau lebih) Pucat Pucat dan dingin Tekanan darah rendah ringan Tekanan darah sangat rendah (sistolik kurang dari 90 mmHg) Pengeluaran urin 30 cc per jam Pengeluaran urin kurang dari 30 atau Lebih cc Per jam



1) Tanda dan Gejala kadang-kadang ada : (a)



Uterus berkontraksi tetapi tinggi fundus uteri tidak berkurang



(b)



Perdarahan dari rongga rahim setelah plasenta lahir



d. Diagnosa 1) Penemuan secara dini, hanya dimungkinkan dengan penemuan melakukan kelengkapan plasenta setelah dilahirkan. Pada kasus retensio sisa plasenta dengan perdarahan pasca persalinan lanjut, sebagian besar pasien akan kembali lagi ke tempat persalinan dengan keluhan perdarahan setelah 6-10 hari pulang ke rumah (Saifuddin, 2006). 2) Perdarahan berlangsung terus menerus atau berulang. 3) Pada palpasi di dapatkan fundus uteri masih teraba lebih besar



4) Pada pemeriksaan dalam didapat uterus yang membesar, lunak, dan dari ostium uteri keluar darah (Wiknjosastro, 2006). e. Penatalaksanaan 1) Penemuan secara dini, hanya dimungkinkan dengan melakukan pemeriksaan kelengkapan plasenta setelah dilahirkan. 2) Pada umumnya pengeluaran sisa plasenta dilakukan dengan kuretase. Kuratase merupakan tindakan medis untuk mengeluarkan jaringan atau sisa jaringan dari dalam rahim dengan fungsi diagnostik atau terapetik, supaya rahim bersih dari jaringan yag tidak semestinya berada bahkan tumbuh didalamnya. Jika tidak dibersihkan , akan memunculkan gangguan seperti, nyeri dan perdarahan. Kuretase harus dilakukan di rumah sakit dengan hatihati karena dinding rahim relatif tipis dibandingkan dengan kuretase pada abortus. 3) Apabila diagnosa sisa plasenta sudah ditegakkan maka bidan boleh melakukan pengeluaran sisa plasenta secara manual atau digital. 4) Berikan antibiotika yang adekuat. Ampisilin dosis awal 1 g IV dilanjutkan dengan 3x1 g oral dikombinasikan dengan metronidazol 1 g supositoria dilanjutkan dengan 3x500 mg oral 5) Berikan uterotonik, oksitosin, dan / atau metergin. 6) Lakukan ekplorasi digital (bila servik terbuka) dan mengeluarkanbekuan darah atau jaringan. Bila servik hanya dapat dilalui alat kuretase, lakukan evakuasi sisa plasenta dengan kuretase. 7) Bila kadar Hb < 8 gr% beri tranfusi darah, bila kadar Hb > 8 gr% berikan sulfas ferosus 600 mg/hari selama 10 hari (Saifuddin, 2006).



f. Pencegahan Retensio Sisa Plasenta Untuk mencegah terjadinya Retensio Sisa Plasenta , ada beberapa hal yaitu : 1) Meningkatkan KB 2) Meningkatkan pertolongan partus (kala III) tidak diperbolehkan melakukan masase dengan tujuan mempercepat proses persalinan plasenta karena dapat mengacaukan kontraksi uterus. 3) Gizi yang cukup 4) Tidak melakukan kuretase terlalu bersih (Endometrium) terkikis habis a) Predisposisi Retensio Sisa Plasenta Beberapa predisposisi terjadinya retensio sisa plasenta yaitu : 1) Grandemultipara. 2) Kehamilan ganda,sehingga memerlukan implantasi plasenta yang agak luas. 3) Kasus infertilitas, karena lapisan endometriumnya tipis. 4) Plasenta previa, karena dibagian ishmus uterus, pembuluh darah sedikit sehingga perlu masuk jauh kedalam. 5) Bekas operasi pada uterus. b) Komplikasi Plasenta harus dikeluarkan karena dapat menimbulkan bahaya : 1) Perdarahan Terjadi terlebih lagi bila retensio plasenta yang terdapat sedikit pelepasan hingga kontraksi memompa darah tetapi bagian yang melekat membuat luka tidak menutup. 2) Infeksi Karena



sebagai



benda



mati



yang



tertinggal



didalam



rahim



meingkatkan pertumbuhan bakteri dibantu dengan pot d’entre dari tempat perlekatan plasenta.



3) Terjadi polip plasenta sebagai masa proliferative yang mengalami infeksi sekunder dan nekrosis. 4) Terjadi degenerasi (keganasan) koriokarsinoma Dengan masuknya mutagen, perlukaan yang semula fisiologik dapat berubah menjadi patologik (displastik-dikariotik) dan akhirnya menjadi karsinoma invasive, proses keganasan akan berjalan terus. Sel ini tampak abnormal tetapi tidak ganas. Para ilmuwan yakin bahwa beberapa perubahan abnormal pada sel-sel ini merupakan langkah awal dari serangkaian perubahan yang berjalan lambat, yang beberapa tahun kemudian bisa menyebabkan kanker. Karena itu beberapa perubahan abnormal merupakan keadaan pre kanker, yang bisa berubah menjadi kanker (Manuaba, 2008). a. Diagnosis 1) Bila setelah bayi dan plasenta lahir ternyata perdarahan masih aktif dan banyak darah bergumpal. 2) Pada palpasi didapatkan fundus uteri masih setinggi pusat atau lebih 3) konstraksi yang lembek. 4) Perlu diperhatikan pada saat atonia uteri didiagnosis, maka pada saat itu juga masih ada darah sebanyak 500-1000 cc yang sudah keluar dari pembuluh darah, tetapi masih terperangkap dalam uterus dan harus diperhitungkan dalam kalkulasi pemberian darah pengganti. g. Pemeriksaan Penunjang a. Hitung darah lengkap Untuk menentukan  tingkat Hb dan Ht, melihat adanya trombositopenia serta jumlah leukosit. Pada keadaan yang disertai dengan infksi, leukosit biasanya meningkat. b. Menentukan adanya gangguan koagulasi dengan hitung protrombin time (PT) dan activated Partial Time (aPTT) atau yang sederhana dengan



Clotting Time (CT) atau Bleeding time (BT). Ini penting untuk menyingkirkan perdarahan yang disebabkan oleh faktor lain. h. Patofisiologi Segera setelah anak lahir, uterus berhenti kontraksi namun secara perlahan tetapi progresif uterus mengecil, yang disebut retraksi, pada masa retraksi itu lembek namun serabut-serabutnya secara perlahan memendek kembali. Peristiwa retraksi menyebabkan pembuluh-pembuluh darah yang berjalan dicelah-celah serabut otot-otot polos rahim terjepit oleh serabut otot rahim itu sendiri. Bila serabut ketuban belum terlepas, plasenta belum terlepas seluruhnya dan bekuan darah dalam rongga rahim bisa menghalangi proses  retraksi yang normal dan menyebabkan banyak darah hilang.



i. Pathway



B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN POST PARTUM (RETENSIO PLASENTA) 1. Pengkajian Beberapa hal yang perlu dikaji dalam asuhan keperawatan pada ibu dengan retensio placenta adalah sebagai berikut : a. Identitas klien Data



biologis/fisiologis



meliputi;



keluhan



utama,



riwayat



kesehatan masa lalu, riwayat penyakit keluarga, riwayat obstetrik (GPA, riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas), dan pola kegiatan sehari-hari sebagai berikut : 1. Sirkulasi : 1) Perubahan tekanan darah dan nadi (mungkin tidak tejadi sampai kehilangan darah bermakna) 2) Pelambatan pengisian kapiler 3) Pucat, kulit dingin/lembab 4) Perdarahan vena gelap dari uterus ada secara eksternal (placentaa tertahan) 5) Dapat mengalami perdarahan vagina berlebihan 6) Haemoragi berat atau gejala syock diluar proporsi jumlah kehilangan darah. 2. Eliminasi : Kesulitan berkemih dapat menunjukan haematoma dari porsi atas vagina 3. Nyeri/Ketidaknyamanan : Sensasi nyeri terbakar/robekan (laserasi), nyeri tekan abdominal (fragmen placenta tertahan) dan nyeri uterus lateral. 4. Keamanan : Laserasi jalan lahir: darah memang terang sedikit menetap (mungkin tersembunyi) dengan uterus keras, uterus berkontraksi baik; robekan



terlihat pada labia mayora/labia minora, dari muara vagina ke perineum; robekan luas dari episiotomie, ekstensi episiotomi kedalam kubah vagina, atau robekan pada serviks. 5. Seksualitas : 1) Uterus kuat; kontraksi baik atau kontraksi parsial, dan agak menonjol (fragmen placenta yang tertahan) 2) Kehamilan baru dapat mempengaruhi overdistensi uterus (gestasi multipel,



polihidramnion,



makrosomia),



abrupsio



placenta,



placenta previa. 3) Pemeriksaan



fisik



meliputi;



keadaan



umum,



tanda



vital,



pemeriksaan obstetrik (inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi). 4) Pemeriksaan laboratorium. (Hb 10 gr%) b. Klasifikasi Data Data Subyektif Ø  Klien mengeluh pusing



Data Obyektif Ø  Tampak perdarahan



Ø  Klien mengatakan nyeri pada jalan lahirØ  Sianosis Ø  Klien mengatakan sakit perut pada Ø  Pengisian bagian bawah Ø  Klien mengatakan lemah



kapiler



dibawah



batasan



normal Ø  Ekspresi wajah klien tampak meringis



Ø  Klien mengeluh tidak mengerti dengan Ø  Klien tampak gelisah keadaanya Ø   Klien mengatakan takut



Ø  Membran mukosa kulit tampak kering Ø  Klien tampak sering bertanya Ø  Ekspresi



wajah



pasien



kebingungan Ø  Kulit tampak terasa dingin



c. Analisa Data



tampak



No 1.



Symptom DS : Klien mengeluh pusing DO : Ø  Sianosis Ø  Kulit tampak terasa dingin



2.



DS : Klien mengatakan lemah DO : Ø  Tampak perdarahan Ø  Membran mukosa kulit tampak kering Ø  Pengisian kapiler dibawah batasan normal 3. DS : Ø  Klien mengatakan nyeri pada jalan lahir Ø  Klien mengatakan sakit perut pada bagian bawah DO : Ø  Ekspresi wajah klien tampak meringis Ø  Klien tampak gelisah 4. DS : Ø  Klien mengeluh tidak mengerti dengan keadaanya Ø   Klien mengatakan takut DO : Ø  Klien tampak sering bertanya Ø  Ekspresi wajah pasien tampak kebingungan 5.



DS : DO :



Etiologi Plasenta lepas tapi belum lahir ↓ perdarahan ↓ Terjadi hipovolemik ↓ Gangguan perfusi jaringan Retensio plasenta ↓ Plasenta lepas tapi belum lahir ↓ perdarahan ↓ Kekurangan volumecairan Saraf terjepit/putus ↓ Reseptor nyeri terangsang ↓ Menstimulasi talamus ↓ Ambang nyeri ↓ ↓ nyeri Respon fisologis tubuh ↑ ↓ Ketakutan ↑ ↓ Sering bertanya ↓ Kurang terpajan informasi ↓ Kurang pengetahuan Retensio plasenta ↓ Plasenta lepas tapi belum lahir ↓ perdarahan ↓



Problem Gangguan jaringan



perfusi



Kekurangan volume cairan



Nyeri



Kurang pengetahuan



Resiko tinggi keluarga berduka



Resiko tinggi berduka



keluarga



d.   Diagnosa Keperawatan 1. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan hipovolemia 2. Kekurangan volume  cairan berhubungan dengan perdarahan 3. Nyeri akut  berhubungan dengan kontraksi otot rahim 4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpajan informasi 5. Resiko tinggi keluarga berduka berhubungan dengan ancaman perdarahan e. Rencana Keperawatan 1. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan hipovolemia Tujuan : Pasien akan menunjukan penurunan perfusi jaringan teratasi dengan kriteria : a. Tanda-tanda vital dalam batas normal b. Perifer hangat tidak sianosis Intervensi : 1. Monitor TTV setiap jam Rasional : Respon konpensasi untuk menurunkan volume sirkulasi adalah pengeluaran o2 darah dengan meningkatkan frekuensi jantung dan pernapasan serta menurunkan sirkulasi ekstremitas menyebabkan penurunan nadi, kulit dingin dan sianosis 2. Perhatikan tingkat kesadaran dan adanya perubahan prilaku Rasional : Perubahan sensorium adalah indikator dini dari hipoksia. Sianosis, tanda lanjut lainya tidak nampak sampai kadar PO2 turun dibawah 50 mmHg 3. Pantau GDA dan kadar Ph Rasional : Membantu dalam mendiagnosa derajat hipoksia jaringan atau asidosis yang diakibatkan dari terbentuknya asam laktat dari metabolisme anerob



4. Kolaborasi dengan tim medis pemberian oksigen Rasional : Memaksimalkan ketersediaan oksigen untuk transpor sirkulasi kejaringan 2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan Tujuan : Klien akan menunjukan kekurangan volume cairan terasi dengan kriteria  : a. TTV dalam batas normal b. Pengisian kapiler cepat c. Memberan mukosa kulit lembab Intervensi : 1. Kaji ulang catatan kehamilan, persalinan. Perhatikan faktor penyebab pada situasi hemoragi Rasional : Membantu dalam membuat rencana perawatan yang tepat dan memberikan kesempatan untuk mencegah terjadinya komplikasi 2. Kaji jumlah, tipe perdarahan (timbang dan hitung kembali) Rasional : Perkiraan kehilangan darah, arteriaversus vena, membantu menentukan penggantian cairan. 3. Anjurkan melakukan tirah baring dengan kaki ditinggikan 20-30° dan tubuh horizontal Rasional : Pengubahan posisi yang tepat meningkatkan aliran balik vena, menjamin persediaan darah ke otak dan organ vital lainnya lebih besar 4. Pantau



masukan



dan



haluaran,



perhatikan



berat



jenis



urin.



Rasional : Bermanfaat dalam memperkirakan luas kehilangan cairan. Volume perfusi atau      sirkulasi adekuat ditunjukan dengan haluaran 30-50 ml/jam atau lebih besar 5. Kolaborasi dengan tim medis pemberian cairan IV satu atau 2 jalur dari cairan isotonik atau elektrolit atau produk darah sesuai indikasi



Rasional : Perlu untuk di infus cepat dari cairan atau produk darah untuk meningkatkan volume sirkulasi dan mencegah pembekuan 3. Nyeri akut berhubngan dengan kontraksi otot rahim Tujuan : Klien akan menunjukan nyeri hilang dengan kriteria : a. Ungkapan bebas nyeri b. Ekspresi wajah yang rileks Intervensi : 1. Kaji sifat dan derajat nyeri Rasional



:



Membantu



mengidentfikasi



faktor-faktor



yang



memperbebrat ketidaknyamanan nyeri 2. Berikan informasi yang tepat tentang kedaannya Rasional : Informasi yang teapt dapat mengurangi persepsi nyeri dan adanya kooperatif 3. Ajurkan penggunaan tehnik relaksasi nafas dalam Rasional : Meningkatkan rasa kontrol dan dapat mengurangi beratnya nyeri berkenaan dengan kontraksi dan masase fundus 4. Tekankan pentingnya menjalani pemeriksaan ginekologi lanjut secra teratur Rasional : Pemeriksaan ginekologi membantu mengetahui tingkat kesuburan 5. Kolaborasi pemberian analgetik Rasional : Pemberian obat analgetik bekerja mengurangi nyeri 4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpajan informasi Tujuan : Klien mampu menunjukan pemahaman tentang penyakitnya dengan kriteria : a. Klien mengerti dengan penyakitnya b. Tidak tampak kebingungan pada klien Intervensi :



1. Jelaskan faktor predisposisi dan tindakan khusus terhadap penyebab hemoragi Rasional : Memberikan informasi untuk membantu klien atau pasangan memahami dan mengatasi situasi 2. Kaji tingkat pengetahuan klien, kesiapan dan kemampuan untuk belajar Rasional : Memberikan informasi yang perlu untuk menembangkan rencana perawatan      individu 3. Rujuk pada kelompok pendukung Rasional : Kelompok-kelompok spesifik seperti kelompok pendukung dapat memberikan      informasi terus menerus untuk memudahkan adaptasi positif 5. Resiko tinggi keluarga berduka berhubungan dengan ancaman perdarahan Tujuan : Agar tidak terjadi ancaman kematian dengan kriteria a. Keluarga dapat mengatasi perasaan sedih b. Keluarga dapat mengungkapkan perasaannya Intervensi : 1. Kaji situasi yang berat dan mengancam nyawa klien Rasional : Mengidentifikasi situasi dengan tepat untuk memberikan informasi yang tepat      dan jelas 2. Berikan informasi sederhana dan akurat pada keluarga, penetapan diagnosis dan keperawatan Rasional : Pengetahuan dapat mengurangi rasa berduka keluarga 3. Tentukan orientasi religius orang tua, hubungan dukungan yang tepat bila mereka menginginkan Rasional : Banyak pasangan sangat tergantung pada keyakinan mereka sebagai sumber kekuatan selama resolusi krisis DAFTAR PUSTAKA



Arif, Mansjoer, 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III. Jakarta: FKUI. Doengos, Marillyn E (2001) Rencana Perawatan Maternal Bayi. Edisi 2. Penerbit Buku           Kedokteran  EGC; Jakarta Prawiroharjo, Sarwono. (1997). Ilmu Kebidanan. Edisi 3. yayasan Bina Pustaka; Jakarta Prof. dr. Ida BagusGde Manuaba, SpOG. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan             Keluarga EGC;Jakarta.



Berencana



untuk



Pendidikan



Bidan.



Penerbit



Buku