LP Reumatik [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN RHEUMATIK



Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam melaksanakan tugas Profesi Ners Stase Gerontik



Disusun Oleh: BREIVER TILUKAY PPN 14011



PROGRAM PROFESI NERS XII SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IMMANUEL BANDUNG 2015



KONSEP KELUARGA A. Konsep Keluarga 1. Defenisi Keluarga Keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan adopsi, kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial dari tiap anggota keluarga ( Duval ,1972 dalam Setiadi, 2008). Keluarga adalah dua atau lebih individu yang tergabung karena hubungan darah, perkawinan dan adopsi, dalam satu rumah tangga berinteraksi satu dengan lainnya dalam peran dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya (Bailon dan Maglaya, 1989 dalam Setiadi, 2008 ). Keluarga adalah satu atau lebih individu yang tinggal bersama,sehingga mempunyai ikatan emosional dan mengembangkan dalalm interaksi sosial, peran dan tugas (Spredley dan Allender, 1996 dalam Setyowati, 2007). 2. Ciri – ciri Keluarga a. Menurut Robert Mac Ivec dan Charles Horton 1) Keluarga merupakan hubungan perkawinan. 2) Keluarga berbentuk suatu kelembagaan yang berkaitan dengan hubungan perkawinan yang sengaja dibentuk atau dipelihara. 3) Keluarga mempunyai sistem tata nama termasuk perhitungan garis keturunan. 4) Keluarga mempunyai fungsi ekonomi yang dibentuk oleh anggotaanggotanya berkaitan dengan kemampuan untuk mempunyai keturunan dan membesarkan anak. 5) Keluarga merupakan tempat tinggal bersama , rumah atau rumah tangga. b. Ciri Keluarga Indonesia 1) Mempunyai ikatan yang sangat erat dengan dilandasi semangat gotong royong. 2) Dijiwai oleh nilai kebudayaan ketimuran. 3) Umumnya dipimpin oleh suami meskipun proses pemutusan dilakukan secara musyawara. 3. Tipe Keluarga Keluarga inti/ Nuclear family, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari ayah , ibu dan anak yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau keduanya (Setiadi, 2008). 1



4. Fungsi keluarga Menurut Friedmann (1986) mengidentifikasi lima fungsi dasar keluarga, sebagai berikut: a. Fungsi afektif Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga, yang merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untu pemenuhan kebutuhan psiko sosial. Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga dalam melaksanakan fungsi afektif adalah: 1) Saling mengasuh; cinta kasih, kehangatan, saling menerima, saling mendukung antar anggota keluarga, mendapatkan kasih sayang dan dukungan dari anggota yang lain. 2) Saling menghargai; Bila anggota saling menghargai dan mengakui keberadaan dan setiap hak anggota keluarga serta selalu mempertahankan iklim yang positif, maka fungsi afektif akan tercapai. 3) Ikatan dan identifikasi ikatan keluarga dimulai sejak pasangan sepakat memulai hidup baru. b. Fungsi Sosialisasi. Sosialisasi adalah proses pengembangan dan perubahan yang dilalui individu, yang menghasilkan interaksi sosial. Sosialisasi dimulai sejak manusia lahir. Keluarga merupakan tempat individu untuk belajar bersosialisasi, misalnya anak yang baru lahir dia akan menatap ayah, ibu, dan orang-orang yang disekitarnya. Kemudian beranjak balita dia mulai belajar bersosialisasi dengan lingkungan sekitar meskipun demikian keluarga tetap berperan penting dalam bersosialisasi. c. Fungsi reproduksi Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menambah sumber daya manusia. Maka dengan ikatan suatu perkawinan yang sah, selain untuk memenuhi kebutuhan biologis pada pasangan tujuan untuk membentuk keluarga adalah untuk meneruskan keturunan. d. Fungsi ekonomi Fungsi ekonomi merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarga seperti memenuhi kebutuhan seluruh anggota keluarga seperti memenuhi kebutuhan akan makanan, pakaian, dan tempat tinggal. Banyak



2



pasangan sekarang kita lihat dengan penghasilan yang tidak seimbang antara suami dan istri hal ini menjadikan permasalahan yang berujung pada perceraian. e. Fungsi Perawatan Kesehatan Keluarga juga berperan atau berfungsi untuk melaksanakan praktek asuhan kesehatan, yaitu untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan, dan atau merawat anggota keluarga yang sakit. Kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan kesehatan mempengaruhi status kesehatan keluarga. Kesanggupan keluarga melaksanakan pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga yang dilaksanakan. Keluarga yang dapat melaksanakan tugas kesehatan berarti sanggup menyelesaikan masalah kesehatan. 5. Tugas Kesehatan Keluarga Tugas kesehatan keluaraga menurut Friedmann (1981) adalah sebagai berikut : a. Mengenal masalah kesehatan : kemampuan keluarga dalam mengetahui penyebab, tanda gejala, komplikasi, serta pencegahan suatu masalah kesehatan b. Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat : kemampuan keluarga mengambil keputusan untuk mengatasi suatu masalah kesehatan c. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit : kemampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit dan upayaupaya apa saja yang di lakukan untuk merawat anggota keluarga yang sakit d. Mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang sehat : kemampuan keluarga dalam perawatan anggota keluarga yang sakit dengan cara merubah atau memodifikasi tempat tinggal. e. Mempertahankan



hubungan



dengan



(menggunakan)



fasilitas



kesehatan



masyarakat : kemampuan keluarga dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan misalnya puskesmas di lingkungan tempat tinggalnya (Friedman,1998 dalam Murwani, 2007). 6. Struktur Keluarga Menurut Friedman struktur keluarga terdiri atas: a. Pola dan proses komunikasi Pola interaksi keluarga yang bersifat terbuka dan jujur, Selalu menyeleseikan konflik keluarga berpikiran positif, dan tidak mengulang-ulang isu dan pendapat sendiri.



3



Karakteristik komunikasi keluarga berfungsi untuk : 1) Karakteristik pengirim: a) Yakin dalam mengemukakan sesuatu atau pendapat. b) Apa yang disampaikan jelas dan berkualitas. c) Selalu meminta dan menerima umpan balik. 2) Karakteristik penerima : a) Siap mendengarkan masukan dan pendapat dari anggota keluarga. b) Memberikan umpan balik dari setiap pendapat yang di Kemukakan anggota keluarga. c) Melakukan validasi b. Struktur Peran Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan posisi sosial yang di berikan. Yang dimaksud dengan posisi atau status adalah posisi individu dalam masyarakat misalnya sebagai suami, istri, anak dan sebagainya. Tetapi terkadang peran ini tidak dapat di jalankan oleh masing-masing individu dengan baik. Ada beberapa anak yang terpaksa memenuhi kebutuhan anggota keluarga yang lain sedang orang tua mereka entah kemana atau malah berdiam diri di rumah. c. Strukur Kekuatan Kekuatan merupakan kemampuan (potensial dan aktual) dari individu untuk mengendalikan atau mempengaruhi untuk mengubah perilaku orang lain ke arah positif (Setyiowati, 2008). Ada beberapa macam tipe kekuatan struktur kekuatan : 1) Legitimate power/ kekuasaan/ hak untuk mengontrol Wewenang primer yang merujuk pada kepercayaan bersama bahwa dalam suatu keluarga satu orang mempunyai hak untuk mengontrol tingkah laku anggota keluarga yang lain. 2) Referent power/ seseorang yang ditiru Kekuasan yang dimiliki orang-orang tertentu terhadap orang lain karena identifikasi positif terhadap mereka, seperti identifikasi positif seorang anak dengan orang tua (role mode).



4



3) Reward power/ kekuasaan penghargaan Pengaruh kekuasaan karena adanya harapan yang akan diterima oleh seseorang dari orang yang mempunyai pengaruh karena kepatuhan seseorang. Seperti ketaatan anak terhadap orang tua. 4) Coercive power/ kekuasan paksaan/ dominasi Sumber kekuasaan mempunyai kemampuan untuk menghukum dengan paksaan, ancaman, atau kekerasan bila mereka tidak mau taat. 5) Affective power / kekuasaan afektif kekuasaan yang diberikan melalui manipulasi dengan memberikan atau tidak memberikan afeksi atau kehangatan, cinta kasih misalnya hubungan seksual pasangan suami istri. d. Nilai-Nilai Keluarga Nilai merupakan suatu sistem sikap dan kepercayaan yangsecara sadar atau tidak mempersatukan anggota keluarga dalam satu budaya. Nilai keluarga juga merupakan suatu perkembangan norma dan peraturan. Norma adalah pola perilaku yang baik, menurut masyarakat berdasarkan system dalam keluarga. Budaya adalah kumpulan dari pola perilaku yang dapat dipelajari, dibagi, dan di tularkan dengan tujuan untuk menyelesaikan masalah. 7. Peran perawat keluarga Dari 5 fungsi keluarga diantaranya adalah fungsi perawat kesehatan dimana perawat kesehatan bersama perawat menyelesaikan masalah kesehatan. Perawat kesehatan keluarga adalah pelayanan kesehatan yang ditujukan keluarga sebagai unit pelayanan untuk mewujudkan keluarga yang sehat. Fungsi perawat adalah membantu



keluarga



untuk



menyelesaikan



masalah keluarga dengan



cara



meningkatkan kesanggupan keluarga melakukan fungsi dan tugas perawatan kesehatan keluarga. Ada banyak peran perawat dalam membantu keluarga dalam menylesaikan masalah atau melakukan perawatan kesehata keluarga, diantaranya sebagai berikut: a. Pendidik Perawat perlu memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga dengan tujuan sebagai berikut: keluarga dapat melakukan program asuhan kesehatan keluarga secara mandiri dan bertanggung jawab terhadap masalah kesehatan keluarga. Dengan diberikan pendidikan/penyuluhan diharapkan keluarga mampu mengatasi dan bertanggung jawab terhadap masalah kesehatannya.



5



b. Koordinator Koordinasi diperlukan pada perawatan berkelanjutan agar pelayanan yang komperhensif dapat tercapai. Koordinasi juga diperlukan untuk mengatur program kegiatan atau terapi dari berbagai disiplin ilmu agar tidak terjadi tumpang tindih dan pengulangan. c. Pelaksana Perawawat yang bekerja dengan klien dan keluarga baik di rumah, klinik, maupun di rumah sakit bertanggung jawab dalam memberikan perawatan langsung. Kontak pertama perawat kepada keluarga melalui anggota keluarga yang sakit. Perawat dapat mendemonstrasikan kepada keluarga asuhan keperawatan yang diberikan dengan harapan keluarga nanti dapat memberikan asuhan langsung kepada anggota keluarga yang sakit. d. Pengawas kesehatan Sebagai pengawas kesehatan perawat harus melakukan home visit atau kunjungan rumah yang teratur untuk mengidentifikasi atau melakukan pengkajian tentang kesehatan keluarga. Perawat tidak hanya melakukan kunjungan tetapi diharapkan ada tindak lanjut dari kunjungan ini. e. Konsultan Perawat sebagai nara sumber bagi keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan. Agar keluarga mau memint nasehat pada perawat maka hubungan antara keluarga dan perarawat harus dibina dengan baik, perawatan harus terbuka dan dapat dipercaya. Maka dengan demikian, harus ada Bina Hubungan Saling Percaya (BHSP) antara perawat dan keluarga. f. Kolaboratif Sebagai perawat di komunitas juga harus bekerja sama dengan pelayanan rumah sakit, puskesmas dan anggota tim kesehatan yang Lain untuk mencapai tahap kesehatan keluarga yang optimal. Kolaborasi tidak hanya dilakukan sebagai perawat di rumah sakit tetapi di keluarga dan komunitas pun juga dapat di laksanakan. g. Fasilitator Peran perawat komunitas disini adalah membantu keluarga dalam menghadapi kendala untuk meningkatkan derajat kesehatan yangoptimal. Kendala yang sering di alami keluarga keraguan didalam menggunakan pelayanan kesehatan, masalah ekonomi dan sosialbudaya. Agar dapat melaksanakan peran fasilitator dengan 6



baik, maka perawat komunitas harus mengetahui sistem pelayanan kesehatan, misalnya sistem rujukan dan dana sehat. h. Penemu Kasus Peran perawat komunitas yang juga sangat penting adalah mengidentifikasi kesehatan secara dini (Case Finding), sehingga tidak terjadi ledakan atau kejadian luar biasa (KLB). i. Modifikasi Lingkungan Perawat komunitas juga harus dapat memodifikasi lingkungan, baik lingkungan rumah, masyarakat, dan lingkungan sekitarnya agar dapat tercipta lingkungan yang sehat. 8. Tahap - Tahap Perkembangan Keluarga Tahap Perkembangan Keluarga teridiri dari 8 tahap yang meliputi: a. Pasangan baru / Keluarga baru Tugas perkembangannya meliputi, membina hubungan intim yang memuaskan kehidupan baru, membina hubungan dengan keluarga lain,teman dll, b. Keluarga “Child Bearing” (kelahiran anak pertama) Tugas perkembangannya meliputi, perubahan peran menjadi orang tua, perubahan hidup yg sulit, masa transisi, tugas kritis, adaptasi dengan anggota keluarga, mempertahankan hubungan yang memuaaskan dengan pasangannya. c. Keluarga dengan Anak Pra Sekolah Tugas perkembangannya meliputi, memenuhi kebutuhan anggota keluarga, membantu anak beradaptasi dengan lingkungan, beradaptasi dengan anak yang baru lahir sementara kebutuhan anak yang lain juga harus terpenuhi, mempertahankan hubungan yang sehat baik didalam maupun diluar keluarga, pembagian waktu untuk individu,pasangan dan anak, pembagian tanggung jawab anggota keluarga, kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh kembang anak. d. Keluarga dengan Anak Usia Sekolah Tugas



perkembangannya



meliputi;



membantu



sosialisasi



anak



dengan



tetangga,sekolah dan lingkungan, mempertahankan hubungan perkawinan bahagia, memenuhi kebutuhan dan biaya hidup yang semakin meningkat, meningkatkan komunikasi terbuka. e. Keluarga dengan Anak Remaja Tugas perkembangannya meliputi ; memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab,meningkatkan otonominya, mempererat hubungan yang 7



intim dalam keluarga, mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orang tua, perubahan system peran dan perarturan tumbuh kembang keluarga. f. Keluarga dengan Anak Dewasa (pelepasan) Tugas perkembangan meliputi ; memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar, mempertahankan keintiman pasangan, membantu orang tua,suami/isteri yang sedang sakit dan memasuki masa tua, membantu anak untuk mandiri di masyarakat, penataan kembali peran dan kegiatan di masyarakat. g. Orang Tua Usia Pertengahan Tugas perkembangannya meliputi ; mempertahankan kesehatan, mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman sebaya dan anak anak, meningkatkan keakraban pasangan. h. Keluarga Usia Lanjut Tugas perkembangannya meliputi ; mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan, adaptasi dengan perubahan, kehilangan pasangan, teman dll, mempertahankan keakraban suami isteri dan saling merawat, mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat, melakukan ‘Life Review’. B. KONSEP PENYAKIT 1. Pengertian Arthritis rheumatoid adalah sebuah penyakit kronis, sistemik, inflamasi yang menyebabkan kerusakan sendi dan perubahan bentuk dan mengakibatkan kelumpuhan (Lueckenotte, 2000). Artritis rematoid adalah suatu penyakit inflamasi sistemik kronik dengan manifestasi utama poliartritis progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh. Terlibatnya sendi pada pasien artritis rematoid terjadi setelah penyakit ini berkembang lebih lanjut sesuai dengan sifat progresifitasnya. Pasien dapat juga menunjukkan gejala berupa kelemahan umum cepat lelah (Corwin, 2001) Kalsium, magnesium, dan fosfat. Rongga medula tulang adalah tempat utama yang memproduksi sel darah. Otot memberikan kekuatan untuk menggerakkan tubuh, menutup lobang luar dari sistem gastrointestinal dan saluran kencing serta meningkaykan produksi panas untuk menjaga kontrol temperatur (Charlene J, 2001). 2. Etiologi Penyebab utama penyakit reumatik masih belum diketahui secara pasti. Biasanya merupakan kombinasi dari faktor genetik, lingkungan, hormonal dan faktor sistem 8



reproduksi. Namun faktor pencetus terbesar adalah faktor infeksi seperti bakteri, mikroplasma dan virus (Lemone & Burke, 2001). Ada beberapa teori yang dikemukakan sebagai penyebab arthritis reumatoid, yaitu: a. Infeksi Streptokkus hemolitikus dan Streptococcus non-hemolitikus. b. Endokrin c. Autoimmun d. Metabolik e. Faktor genetik serta pemicu lingkungan Pada saat ini artritis reumatoid diduga disebabkan oleh faktor autoimun dan infeksi. Autoimun ini bereaksi terhadap kolagen tipe II, faktor infeksi mungkin disebabkan karena virus dan organisme mikroplasma atau grup difterioid yang menghasilkan antigen tipe II kolagen dari tulang rawan sendi penderita. 3. Patofisiologi Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema, kongesti vaskular, eksudat febrin dan infiltrasi selular.  Peradangan yang berkelanjutan, sinovial menjadi menebal, terutama pada sendi artikular kartilago dari sendi.  Pada persendian ini granulasi membentuk pannus, atau penutup yang menutupi kartilago.  Pannus masuk ke tulang sub chondria. Jaringan granulasi menguat karena radang menimbulkan gangguan pada nutrisi kartilago artikuer. Kartilago menjadi nekrosis (Smeltzer, 2002). Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan sendi.  Bila kerusakan kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara permukaan sendi, karena jaringan fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis).  Kerusakan kartilago dan tulang menyebabkan tendon dan ligamen jadi lemah dan bisa menimbulkan subluksasi atau dislokasi dari persendian.  Invasi dari tulang sub chondrial bisa menyebkan osteoporosis setempat (Smeltzer, 2002). Lamanya arthritis rhematoid berbeda dari tiap orang. Ditandai dengan masa adanya serangan dan tidak adanya serangan.  Sementara ada orang yang sembuh dari serangan pertama dan selanjutnya tidak terserang lagi.  Yang lain. terutama yang mempunyai faktor rhematoid (seropositif gangguan rhematoid) gangguan akan menjadi kronis yang progresif (Smeltzer, 2002).



9



4. Pathway Mikroplasma



Bakteri



Virus



Menginfeksi sendi Merusak lapisan sendi yaitu membrane synovium Rheumatoid Arthritis Nyeri Peradangan Klien kesulitan untuk melakukan aktivitas



Nyeri



Resiko injury



5. Tanda Dan Gejala Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :Penderita penyakit rematik kebanyakan datang ke dokter sudah dalam kondisi parah. Ada yang sudah tidak bisa jalan, sendi-sendi tangannya cacat, atau depresi berat. Padahal jika pasien ditangani secara dini maka setidaknya kecacatan itu dapat dihindari lewat metode pengobatan, operasi, dan terapi fisik. dengan penanganan yang tepat, penderita rematik dapat menjalani hidup seperti orang sehat pada umumnya (Monica, 2001). Deteksi penyakit Rematik pada awalnya dilakukan dengan tes Rheumatoid Faktor (RF). Namun tes antibodi ini juga digunakan untuk mendiagnosis penyakit autoimun lainnya, seperti infeksi kronik. Penanda yang lebih spesifik untuk penyakit ini dilakukan lewat tes anti CPP atau Anti-cylic citrullinated antibody. Tes ini relatif batu dan merupakan penanda yang dapat mendeteksi munculnya rematik secara lebih dini. Karena hasil tes ini bisa memprediksi munculnya rematik lima tahun kedepan. Deteksi dini sangat penting bagi diagnosis rematik. Pasalnya dengan penanganan dini pula maka berbagai kerusakan sendi dapat dicegah. Adapun Gejala Rematik antara lain: a. Kekakuan pada dan seputar sendi yang berlangsung sekitar 30-60 menit di pagi hari. b. Bengkak pada 3 atau lebih sendi pada saat yang bersamaan. c. Bengkak dan nyeri umumnya terjadi pada sendi-sendi tangan.



10



d. Bengkak dan nyeri umumnya terjadi dengan pola yang simetris (nyeri pada sendi yang sama di kedua sisi tubuh) dan umumnya menyerang sendi pergelangan tangan (Monica, 2001). 6. Kemungkinan Data Fokus a. Riwayat Kesehatan 1) Adanya keluhan sakit dan kekakuan pada tangan, atau pada tungkai. 2) Perasaan tidak nyaman dalam beberapa periode/waktu sebelum pasien mengetahui dan merasakan adanya perubahan pada sendi. b. Pemeriksaan Fisik 1) Inspeksi dan palpasi persendian untuk masing-masing sisi (bilateral), amati warna kulit, ukuran, lembut tidaknya kulit, dan pembengkakan. 2) Lakukan pengukuran passive range of mation pada sendi-sendi sinovial 3) Catat bila ada deviasi (keterbatasan gerak sendi) 4) Catat bila ada krepitasi 5) Catat bila terjadi nyeri saat sendi digerakkan 6) Lakukan inspeksi dan palpasi otot-otot skelet secara bilateral 7) Catat bia ada atrofi, tonus yang berkurang 8) Ukur kekuatan otot 9) Kaji tingkat nyeri, derajat dan mulainya 10) Kaji aktivitas/kegiatan sehari-hari c. Riwayat Psiko Sosial Pasien dengan reumatik mungkin merasakan adanya kecemasan yang cukup tinggi apalagi pad pasien yang mengalami deformitas pada sendi-sendi karean ia merasakan adanya kelemahan-kelemahan pada dirinya dan merasakan kegiatan sehari-hari menjadi berubah. Perawat dapat melakukan pengkajian terhadap konsep diri klien khususnya aspek body image dan harga diri klien. d. Pemeriksaan Diagnostik 1) Tes serologi a) Sedimentasi eritrosit meningkat b) Darah, bisa terjadi anemia dan leukositosis c) Rhematoid faktor, terjadi 50-90% penderita 2) Pemerikasaan radiologi a) Periartricular osteoporosis, permulaan persendian erosi b) Kelanjutan penyakit: ruang sendi menyempit, sub luksasi dan ankilosis 11



3) Aspirasi sendi Cairan sinovial menunjukkan adanya proses radang aseptik, cairan dari sendi dikultur dan bisa diperiksa secara makroskopik. 7. Analisa Data N o 1



N o 2



Data



Etiologi



Masalah



DS:  Klien mengatakan nyeri di bagian sendi.  Nyeri yang dirasakan klien seperti ditusuk-tusuk.  Nyeri dirasakan di bagian sendi.  Nyeri bertambah saat klien melakukan aktivitas dan berkurang saat berstrahat  Klien mengatakan nyeri dirasakan di pagi hari disertai dengan rasa kaku di sendi. DO:  Biasanya terdapat bengkak di bagian sendi  Klien tampak meringis  Klien tampak menahan sakit.  Klien menjaga atau memegang daerah sendi yang terasa sakit  Klien tampak susah untuk memulai aktifitas (saat akan berdiri). Data



Bakteri, mikroplasma dan virus ↓ Menginfeksi sendi ↓ Merusak lapisan sendi yaitu membrane synovium ↓ Rheumatoid Arthritis ↓ Peradangan ↓ Nyeri



Nyeri sendi



Etiologi



Masalah



DS:  Klien biasanya mengeluh nyeri sehingga susah untuk beraktivitas. DO:  Klien tampak kesulitan melakukan aktivitas  ADL di bantu



Bakteri, mikroplasma dan virus ↓ Menginfeksi sendi ↓ Merusak lapisan sendi yaitu membrane synovium ↓ Rheumatoid Arthritis ↓ Nyeri peradangan ↓ Klien kesulitan melakukan aktivitas ↓ Resiko injury/jatuh



12



Resiko injury



8. Diagnosa Keperawatan 1. Gangguan rasa nyaman: nyeri sendi berhubungan dengan adanya peradangan sendi 2. Resiko injuri/ jatuh berhubungan dengan kesulitan melakukan aktivitas



13



9. Intervensi Keperawatan No 1.



Diagnosa Gangguan rasa



Tujuan dan Kriteria Hasil Umum:



Intervensi Rasional 1. Kaji nyeri secara koprehensif 1. Untuk mengetahui faktor penyebab



nyaman: nyeri sendi



Setelah diberikan perawatan selama 1



berhubungan dengan



bulan klien dapat mengenal penyakit 2. Catat keluhan nyeri, termasuk 2. Nyeri tidak selalu ada tetapi bila ada



adanya peradangan



reumatik



(PQRST)



nyeri



lokasi, lamanya, intensitas (0-10)



sendi



harus dibandingkan dengan gejala nyeri



Khusus: Setelah



pasien



dapat diberikan



tindakan



sebelumnya



membantu



dimana



mendiagnosa



etiologi perdarahan dan terjadinya



keperawatan selama 8 kali pertemuan



komplikasi.



klien dapat mengenal dan menangani 3. Catat petunjuk nyeri non-verbal, 3. Petunjuk nonverbal dapat berupa penyakit reumatik dengan kriteria



contoh



gelisah,



hasil;



bergerak,



berhati-hati



a. Klien



mampu



memahami



pengertian reumatik b. Klien



mampu



memahami



penyebab reumatik penyakit reumatik mampu



pencegahan



dan



dengan



fisiologis



dan



psikologis



dapatdigunakan



dan dalam



abdomen, takikardi, berkeringat.



menghubungkan



petunjuk



verbal



Selidiki ketidaksesuaian antara



untuk mengidentifikasi luas/ beratnya



petunjuk verbal dan non-verbal.



masalah



4. Ajarkan teknik relaksasi, dan 4. Teknik relaksasi dan distraksi bisa



c. Klien memahami tanda dan gejala d. Klien



menolak



distraksi.



mengalihkan perhatian terhadap nyeri



5. Ajarkan cara menangani nyeri 5. Kompres hangat merupakan salah memahami perawatan



14



dengan kompres hangat



satu cara menangani nyeri sendi.



2. Resiko berhubungan



kesulitan aktivitas



penyakit reumatik. injuri/jatuh Umum:



1. Beri



dengan Setelah dilakukan perawatan selama 1



informasi



tentang



perubahan pada lansia



fisiologis



melakukan minggu kemungkinan jatuh pada klien tidak terjadi.



pada



lansia



mempersiapkan diri lebih baik 2. Kaji tingkat kekuatan otot dan rentang gerak klien



2. Kekuatan



otot



akan



mengalami



penurunan pada lansia yang pernah



Khusus: Setelah



1. Lansia yang mengetahui perubahan



mengalami riwayat jatuh dilakukan



8x



pertemuan



3. Jelaskan



faktor-faktor



selama 30 menit, klien diharapkan



penyebab



mampu:



pencegahannya



 Mengenali



faktor-faktor



jatuh



dan



cara



yang



4. Anjurkan klien untuk aktivitas



 Mengerti tentang perubahan pada usia lanjut  Mengerti tentang gerakan otot dan



lingkungan,



penurunan



tubuh



daya



dan



kekuatan



imun



tubuh



4. Aktivitas



berlebihan



merangsang



pusat keseimbangan sehingga dapat



tidur,



meningkatkan resiko jatuh.



duduk,



berdiri



dan



berjalan melakukan



aktivitas



jika



mengalami sakit kepala dan badan terasa lemah. 15



penglihatan,



secara bertahap dari posisi



5. Anjurkan klien untuk tidak



sendi pada lansia



fungsi



menyebabkan resiko jatuh.



mengurangi



kejadian jatuh



sebelumnya,



merupakan faktor-faktor yang dapat



 Melakukan tindakan antisipasi atau untuk



penurunan



jatuh



penurunan fungsi berjalan, kondisi



mengakibatkan klien jatuh. pencegahan



3. Riwayat



5. Peningkatan aktivitas saat kelelahan mengganggu keseimbangan tubuh.



6. Anjurkan



klien



menggunkan



alat



untuk bantu



(tongkat) dalam berjalan jika



6. Penggunaan alat bantu saat berjalan mengurangi



resiko



jatuh



dan



membantu keseimbangan



memungkinkan. 7. Ajarkan latihan gerakan otot dan sendi pada lansia



7. Gerakan otot dan sendi pada lansia melatih persendian dan otot tidak mudah kaku.



16



DAFTAR PUSTAKA Carpenito, Lynda Jual, 2006, Diagnosa keperawatan (Handbook of nursingdiagnosis), Edisi 10, Alih Bahasa Monica Ester,Jakarta: EGC. Corwin, E. J. (2001). Patofisiologi. Jakarta: EGC. Doengoes,Marilyn E, 2001, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3, Jakarta: EGC. LeMone, P, Burke, Karen, 2008, Medical Surgical Nursing, Critical Thinking in Client Care (4th Edition), New Jersey: Prentice Hall Health Lueckenotte, A.G. (2000). Gerontologic Nursing. (2nd ed.). Missouri : Mosby. Nugroho, Wahyudi, 2008, Keperawatan Gerontik Dan Geriatrik, Edisi 3, Jakarta: EGC. Smeltzer, S. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah edisi 8. Jakarta: EGC



17