8 0 152 KB
LAPORAN PENDAHULUAN MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KAMAR OPERASI RUMAH SAKIT SAMARINDA MEDIKA CITRA
Laporan Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Program Profesi Ners Stase Keperawatan Medikal Bedah
Disusun oleh Nama : Ayu Puspita Sari Nim
: P2003005
PROGRAM PROFESI NERS INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN DAN SAINS WIYATA HUSADA SAMARINDA 2021
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN PENDAHULUAN MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN KAMAR OPERASI RUMAH SAKIT SAMARINDA MEDIKA CITRA
Disusun Oleh: Ayu Puspita Sari P2003005
Telah disetujui oleh pembimbing akademik dan preceptor klinik Pada tanggal … Agustus 2021
Pembimbing Akademik
Ns. Chirsyen Damanik, S.Kep.,M.Kep
Pembimbing Klinik
Ns. Desy Suryani, S.Kep
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kamar operasi adalah salah satu fasilitas yang ada di rumah sakit dan termasuk sebagai fasilitas yang mempunyai banyak persyaratan. Fasilitas ini dipergunakan untuk pasien pasien yang membutuhkan tindakan operasi, terutama untuk tindakan operasi besar. Proses operasi meskipun sebuah operasi yang komplek akan terbagi menjadi 3 periode yaitu 1. Prior Surgery, 2. During Surgery dan 3. After Surgery. Kegiatan pada periode prior surgery dapat dilakukan di ruang perawatanatau di ruang persiapan operasi untuk kasus kasus One Day Care Surgery. Kegiatan pada periode During Surgery tentu saja berada di Kamar Operasi. Sedangkan kegiatan pada periode After Surgery, pasien yang telah selesai dilakukan tindakan operasi akan dipindahkan ke ruang pemulihan tahap 1 selama 1 atau 2 jam. Setelah pasien siuman dapat dipindahkan ke ruang perawatan yang tentunya tergantung dari kondisi pasien itu sendiri, jika
pasien
dalam
keadaan
baik
maka
akan dipindahkan ke
bangsal
perawatan biasa, apabila pasien perlu mendapatkan perawatan intensive maka akan di relokasi ke ICU. Sedangkan pasien yang dilakukan tindakan operasi dengan system one day care maka akan dipindahkan ke ruang pemulihan tahap 2 sebelum pasien ini pulang ke rumah. B. Rumusan Masalah Bagaimana konsep dasar kamar operasi? C. Tujuan Untuk mengetahui konsep dasar kamar operasi D. Manfaat 1.
Menambah pengetahuan tentang laporan pendahuluan konsep dasar kamar operasi
2.
Keterampilan dalam menerapkan asuhan keperawatan pada klien dikamar operasi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Kamar operasi atau kamar bedah adalah ruangan khusus di Rumah Sakit yang diperlukan untuk melakukan tindakan pembedahan elektif atau akut yang membutuhkan keadaan steril. Operasi merupakan tindakan pembedahan pada suatu bagian tubuh. Operasi (elektif atau kedaruratan) pada umumnya merupakan peristiwa kompleks yang menegangkan. Perioperatif adalah suatu istilah gabungan yang mencakup tiga fase proses pembedahan, yaitu: Praoperatif, Intraoperatif,
dan
Pascaoperatif.
Kesimpulannya,
Operasi
(perioperatif)
merupakan tindakan pembedahan pada suatu bagian tubuh yang terdiri dari fase Praoperatif, Intraoperatif dan pascaoperatif (postoperatif) yang merupakan peristiwa yang menegangkan.
B. Fase Preoperatif 1.
Fase Praoperatif: Fase ini dimulai saat intervensi bedah dibuat dan berakhir ketika pasien dikirim ke meja operasi. Lingkup aktifitas keperawatan: penetapan pengkajian dasar pasien, menjalani wawancara praoperatif, dan menyiapkan pasien untuk anestesi pada pembedahan. Macam anestesi yang diberikan : Anestesi umum yaitu anestesi yang menghambat sensasi di seluruh tubuh; Anestesi lokal yaitu anestesi yangmenghambat sensasi di sebagian tubuh atau di bagian tubuh tertentu.
2.
Fase Intraoperatif: Fase ini dimulai ketika pasien masuk ke bagian bedah dan berakhir saat pasien dipindahkan ke ruang pemulihan. Lingkup aktifitas keperawatan: memasang infus, memberikan medikasi intravena, melakukan pemantauan
fisiologis
menyeluruh
sepanjang
prosedur
pembedahan dan menjaga keselamatan pasien. 3. Fase Pascaoperatif: Fase Pascaoperatif dimulai pada saat pasien masuk ke ruang pemulihan dan berakhir dengan evaluasi tindak lanjut. Lingkup aktifitas keperawatan: Mengkaji efek anestesi, membantu fungsi vital tubuh,
serta mencegah
komplikasi.
Peningkatan
penyembuhan
pasien
dan
penyuluhan, perawatan tindak lanjut.
C. Jenis-jenis Perawat Kamar Operasi 1.
Scrub nurse: Scrub nurse adalah perawat yang berhubungan langsung dengan
tindakan
operasi.
Scrub
nurse
bertugas
menyiapkan,
menyediakan, menghitung instrumen atau alat yang akan digunakan oleh operatorselama operasi berlangsung. Seorang scrub nurse harus mengetahui setiap set instrumen yang akan digunakan, selain itu scrub nurse juga dituntut untuk memahami setiap langkah-langkah operasi. 2.
Circulating
nurse:
operasi, menjaga
Circulating agar
area
nurse steril
bertugas tidak
memantau
jalannya
terkontaminasi,
mencatat
penggunaan bahan medis seperti jumlah kassa, jarum, atau mata pisau. Selain itu circulating nurse juga bertugas untuk melengkapi catatan keperawatan pasien selama operasi berlangsung.
D. Peran perawat perioperative 1.
Fase pre-operatif Keperawatan pre operatif merupakan tahapan awal dari keperawatan perioperatif. Kesuksesan tindakan pembedahan ecara keseluruhan sangat tergantung pada fase ini. Hal ini disebabkan fase ini merupakan fase awal yang menjadi landasan untuk kesuksesan tahapan berikutnya. Kesalahan yang dilakukan pada tahap ini akan berakibat fatal pada tahap berikutnya. Tugas perawat: Persiapan fisik klien meliputi: status kesehatan fisik secara
umum, status nutrisi, keseimbangan cairan dan elektrolit,
pengosongan kandung kemih, latihan pra-operasi (latihan tarik napas dalam, latihan ROM), Persiapan penunjang (EKG, pemeriksaan pemeriksaan
laboratorium) Persiapan
radiologi
dan
jenis anestesi yang diberikan,
Informed consent, Persiapan mental dan psikis klien.
2.
Fase Intraoperatif Mengatur posisi klien saat akan dioperasi untuk keselamatan klien itu, sendiri, melakukan pematauan Fisiologis, memperhitungkan efek dari hilangnya atau masuknya cairan secara berlebihan pada pasien, membedakan data kardiopumonal
yang normal dengan
yang abnormal, melaporkan
perubahan-perubahan pada nadi, pernafasan, suhu tubuh dan tekanan darah pasien. Memberikan
dukungan
emosional
pada
pasien
dan
mengkaji status emosional pasien. 3.
Fase Pacaoperatif Mengkaji efek dari anesthesia, Memantau
tanda-tanda
vital
klien,
mencegah adanya komplikasi dari operasi, Memberikan penyuluhan agar mempercepat proses penyembuhan klien, Perawatan tindak lanjut setelah operasi (rehabilitasi), Pemulangan.
E. Persyaratan fisik kamar operasi 1.
Bangunan kamar operasi harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: a.
Mudah dicapai oleh pasien
b.
Penerimaan pasien dilakukan dekat dengan perbatasan daerah steril dan non-steril
c.
Kereta dorongpasien harus mudah bergerak
d.
Lalu lintas kamar operasi harus teratur dan tidak simpang siure
e.
Terdapat batas yang tegas yang memisahkan antara daerah steril dan non-steril, untuk pengaturan penggunaan baju khusus
f. 2.
Letaknya dekat dengan UGD
Rancang bangun kamar operasi harus mencakup: a.
Kamar yang tenang untuk tempat pasien menunggu tindakan anestesi yang dilengkapi dengan fasilitas induksi anestesi
b.
Kamar operasi yang langsung berhubungan dengan kamar induksic
c.
Kamar pulih (recovery room)
d.
Ruang
yang cukup untuk
menyimpan peralatan, llinen, obat
farmasi termasuk bahan narkotike e.
Ruang/ tempat pengumpulan/ pembuangan peralatan dan linen bekas pakai operasif
f.
Ruang ganti pakaian pria dan wanita terpisah
g.
Ruang istirahat untuk staf yang jaga
h.
Ruang operasi hendaknya tidak bising dan steril. Kamar ganti hendaknya ditempatkan sedemikian rupa sehingga terhindar dari area kotor setelah ganti dengan pakaian operasi. Ruang perawat hendaknya terletak pada lokasi yang dapat mengamati pergerakan pasien.
i.
Dalam ruang operasi diperlukan 2 ruang tindakan, yaitu tindakan elektif dan tindakan cito
j.
Alur terdiri dari pintu masuk dan keluar untuk staf medik dan paramedik; pintu masuk pasien operasi; dan alur perawatan
k.
Harus disediakan spoelhock untuk membuang barang-barang bekas operasi
l.
Disarankan terdapat pembatasan yang jelas antara: daerah bebas, area lalu lintas dari luar termasuk pasien, daerah semi steril, daerah transisi yang menuju koridor kamar operasi dan ruangan semi steril, daerah steril, daerah prosedur steril diperlukan bagi personil yang harus sudah berpakaian khusus dan masker setiap 2 kamar operasi harus dilayani oleh 2 kamar scrub up harus disediakan pintu keluar tersendiri untuk jenazah dan bahan kotor yang tidak terlihat oleh pasien dan pengunjung.
3.
Syarat kamar operasi: a.
Pintu kamar operasi harus selalu tertutup.
b.
Lebar pintu minimal 1,2 m dan tinggi minimal 2,1 m, terdiri dari dua daun pintu. Pintu keluar masuk harus tidak terlalu mudah dibuka dan ditutup
c.
Sepertiga bagian pintu harus dari kaca tembus pandang paling sedikit salah satu sisi dari ruang operasi ada kaca
d.
Ukuran kamar operasi minimal 6x6 m2 dengan tinggi minimal 3 m
e.
Dinding, lantai dan langit-langit dari bahan yang tidak berpori
f.
Pertemuan lantai, dinding dan langit-langit dengan lengkung plafon harus rapat, kuat dan tidak bercelah
g.
Cat /dinding berwarna terang lantai terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, mudah dibersihkan dan berwarna terang, ditutup dengan vinyl atau keramik.
h.
Tersedia lampu operasi dengan pemasangan seimbang, baik jumlah lampu operasi dan ketinggian pemasangan
i.
Pencahayaan 300-500 lux, meja operasi 10.000-20.000 lux
j.
Ventilasi kamar terkontrol dan menjamin distribusi udara melalui filter.
k.
Ventilasi menggunakan AC sentral atau semi sentral dengan 98% steril dan dilengkapi saringan.
l.
Ventilasi harus dengan sistem tekanan positif/ total pressure.
m. Suhu kamar idealnya 20-26º C dan harus stabil n.
Kelembaban ruangan 50-60%
o.
Arah udara bersih yang masuk ke dalam kamar operasi dari atas ke bawah
p.
Tidak dibenarkan terdapat hubungan langsung dengan udara luar, untuk itu harus dibuat ruang antara Hubungan dengan ruang scrub-up untuk melihat ke dalam ruang operasi perlu dipasang jendela kaca mati, hubungan ke ruang steril dari bagian alat steril cukup dengan sebuah loket yang dapat dibuka/ ditutup
q.
Pemasangan gas medik secara sentral diusahakan melalui atas langit-langit
r. Di bawah meja operasi perlu adanya kabel anti petir yang dipasang di bawah lantai s. Ada sistem pembuangan gas anestesi yang aman
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian 1. Perioperatif Pengkajian
pada
fase
perioperatif
dilakukan
untuk
menggali
permasalahan pada pasien sehingga perawat dapat melakukan intervensi yang sesuai dengan kondisi pasien a. Pengkajian umum 1) Identifikasi pasien : Pengkajian ini diperlukan agar tidak terjadi duplikasi nama, umur pasien sangat penting untuk diketahui agar guna melihat kondisi pada berbagai jenis pembedahan 2) Jenis pekerjaan dan asuransi kesehatan : Diperlukan sebagai penetapan finansial yang sangat bergantung pada kemampuan pasien dan kebijakan rumah sakit tempat pasien dan akan menjalani pembedahan 3) Persiapan umum : Informed consent dilakukan sebelum dilaksanakan tindakan b. Pengkajian Riwayat 1) Riwayat alergi : Perawat harus mewaspadai adanya alergi terhadap berbagai obat yang mungkin diberikan selama fase intraoperatif 2) Kebiasaan merokok, alcohol, narkoba : Pasien perokok memiliki resiko yang lebih besar mengalami komplikasi paru-paru pasca operasi. Kebiasan mengkonsumsi alcohol mengakibatkan reaksi yang merugikan terhadap obat anastesi. Pasien yang mempunyai riwayat narkoba perlu diwaspadai kemungkinan terjadi HIV dan hepatitis 3) Penkajian nyeri : Pengkajian nyeri yang benar memungkinkan perawat perioperatif uantuk menentukan status nyeri pasien. c. Pengkajian psikososial/spiritual 1) Kecemasan praoperatif : Untuk menggali peran orang terdekat, baik keluarga atau sahabat. Adanya sumber dukungan orang terdekat akan menurunkan kecemasan.
2) Perasaan pasien yang merasa takut biasanya akan sering bertanya, tampak tidak nyaman jika ada yang memasuki ruangan/secara aktif mencari dukungan dari teman dan keluarga. 3) Konsep diri : pasien yang lebih positif lebih mampu menerima operasi yang di dalamnya dengan tepat 4) Citra diri : perawat mengkaji perubahan citra tubuh pasien yang akan terjadi akibat operasi. 5) Sumber koping : Perawat perioperatif mengkaji adanya dukungan yang tepat diberikan oleh orang terdekat. 6) Kepercayaan
spiritual
memainkan
peran
yang
paling
dalam
menghadapi cemas. 7) Pengetahuan,
persepsi,
pemahaman
dapat
membantu
perawat
merencanakan tindakan, mempersiapkan kondisi emosional pasien. 8) Inform consent : Suatu izin tertulis yang dibuat secara sadar, sbelum melakukan pembedahan. d. Pemeriksaan fisik Dimulai dari pendekatan head to toe hingga pendekatan persistem. Fokus pemeriksaan yang dilakukan adalah melakukan klarifikasi dari hasil temuan saat melakukan anamnesis riwayat kesehatan pasien dengan system tubuh yang akan mempengaruhi atau dipengaruhi respon pembedahan. e. Pemeriksaan diagnostik Dokter bedah akan meminta pasien untuk menjalankan pemeriksaan diagnostic guna melihat kondisi yang tidak normal
2. Intraoperatif a. Pengkajian mental bisa pasien diberi anastesi local dan pasien masih sadar/terjaga sebaiknya perawat menjelaskan procedure yang sedang dilakukan terhadapnya dan memberi dukungan agar tidak cemas.
b. Pengkajian fisik (tanda-tanda vitas) bila terjadi ketidak normalan maka perawat harus memberi tahukan ketidak normalan tersebut kepada ahli bedah. c. Transfusi dan infuse, monitor flabot apakah masih tersedia/belum. d. Pengeluaran urine
3. Post operatif a. Status respirasi : Bersihan jalan napas, kedalaman pernapasan, kecepatan dan sifat pernapasan serta bunyi napas. b. Status sirkulasi : Nadi, tekanan darah, suhu, warna kulit. c. Status neurologis : Tingkat kesadaran. d. Balutan : Keadaan drein, keadaan luka e. Kenyamanan : Terdapat nyeri, mual, muntah. f. Keselamatan diperlukan penghalang samping tempat tidur kabel panggil yang dijangkau dan alat pemantau dipasang. g. Perawatan : Cairan infuse, jumlah cairan, kecepatan, kelancaran cairan. h. Nyeri
:
Waktu,
tempat,
frekuensi,
kualitas,
dan
factor
memperberat/memperingan nyeri.
B. Diagnosa Keperawatan 1. Pre Operasi a. Ansietas b/d kehawatiran mengalami kegagalan d.d rencana operasi b. Resiko hipotermi perioperative b/d procedure pembedahan 2. Post Operasi a. Nyeri akut b/d agen pencedera fisik d.d kondisi pembedahan b. Resiko infeksi d.d tindakan invasive
yang
C. Intervensi Keperawatan 1. Pre operasi No. 1
SDKI
SLKI
SIKI
Ansietas
Tingkat ansietas
Reduksi Ansietas
Defisini: Kondisi emosi dan
Setelah dilakukan
Obesevasi
pengalaman subyektif individu
tindakan
1.
terhadap objek yang tidak jelas
keperawatan dalam
tingkat ansietas
dan spesifik akibat antisipasi
waktu …x 24 jam
berubah
bahaya yang memungkinkan
ekspektasi tingkat
individu melakukan tindakan
ansietas klien
untuk menghadapi ancaman.
membaik.
Teraupetik
Ditandai dengan :
Kriteria hasil:
1.
Gejala dan Tanda Mayor
a.
-
1.
Merasa bingung
2.
3. -
b.
-
Ciptakan suasana teraupetik
2.
Temani pasien untuk
Verbalisasi
mengurangi
Merasa khawatir
khawatir akibat
kecemasan
dengan akibat dari
kondisi yang di
kondisi yang dihadapi
hadapi
Sulit berkonsentrasi
3.
Dengarkan dengan penuh perhatian
c.
Prilaku gelisah
Data Objektif :
d.
Prilaku tegang
1.
Tampak gelisah
e.
Tremor
Edukasi
2.
Tampak tegang
f.
Pucat
1.
3.
Sulit tidur
g.
Palpitasi
4.
Gunakan pendekatan tenang
Jelaskan prosedur dan sensasi
2.
Gejala dan Tanda Minor -
Monitor tanda-tanda ansietas
Verbalisasi kebingungan
Data Subjektif :
2.
Idemtifikasi saat
Anjurkan keluarga
Data subjektif
untuk saling
1.
Mengeluh pusing
bersama pasien
2.
Anoreksia
3.
Palpitasi
mengungkapkan
4.
Merasa tidak berdaya
perasaan
3.
4.
Data Objektif 1.
Frekuensi
napas
meningkat 2.
Frekuensi
nadi
meningkat 3.
Tekanan
darah
Anjurkan
Latih Teknik relaksasi
meningkat 4.
Diaforesis
5.
Tremor
6.
Muka tampak pucat
7.
Suara bergetar
8.
Kontak mata buruk
9.
Sering berkemih
10. Berorientasi
pada
masa lalu 2
Resiko hipotermi perioperatif
Termoregulasi
Manajemen
Definisi : Beresiko mengalami
Setelah
Hiportermia
penurunan suhu tubuh di bawah
tindakan
Observasi
36 C secara tiba-tiba yang
keperawatan
1.
Monitor suhu tubuh
terjadi
diharapkan
2.
Monitor tanda gejala
satu
jam
sebelum
dilakukan
2×24
pembedahan hingga 24 jam
jam
ekspektasi
hipotermia
setelah pembedahan.
termoregulasi
Teraupetik
membaik.
1.
Sediakan lingkungan yang hangat
Kriteria Hasil : a.
Menggigil
2.
Lakukan
b.
Suhu tubuh
c.
Suhu kulit
Edukasi
d.
Takipnea
1.
penghangatan pasif
Anjurkan makan/minum hangat
2. Post Operasi No. 1
SDKI
SLKI
SIKI
Nyeri akut
Tingkat nyeri
Manajemen Nyeri
Defisini: Pengalaman sensorik
Setelah dilakukan
Observasi
atau emosional yang berkaitan
tindakan
1.
dengan
keperawatan dalam
karakteristik, durasi,
actual atau fungsional, dengan
waktu …x 24 jam
frekuensi, kualitas,
onset mendadak atau lambat
ekspektasi tingkat
dan intesitas nyeri
dan
nyeri klien membaik.
kerusakan
berintensitas
jaringan
ringan
hingga berat yang berlangsung
Kriteria hasil:
2.
Idemtifikasi lokasi,
Identifikasi skala nyeri
kurang dari 3 bulan.
a.
Keluhan nyeri
Teraupetik
Ditandai dengan :
b.
Meringis
1.
Gejala dan Tanda Mayor
c.
Gelisah
-
Data Subjektif :
d.
Kesulitan tidur
Kolaborasi
1.
e.
Frekuensi nadi
1.
Data Objektif :
f.
Pola napas
1.
Tampak meringis
g.
Tekanan darah
2.
Bersikap protektif
3.
Gelisah
4.
Frekuensi nadi
-
Mengeluh nyeri
Ajarkan Teknik nonfarmakologi
Kolaborasi pemberian analgetik
meningkat 5.
Sulit tidur
Gejala dan Tanda Minor -
Data subjektif (tidak tersedia)
-
Data Objektif 1.
Tekanan
darah
meningkat 2.
Pola napas berubah
3.
Proses
berfikir
terganggu 4.
Menarik diri
5.
Berfokus
pada
diri
sendiri 6. 2
Diaforesis
Resiko infeksi
Tingkan infeksi
Pencegahan infeksi
Definisi : Beresiko mengalami
Setelah
Obeservasi
peningkatan
tindakan
organisme patogenik.
terserang
dilakukan
1.
keperawatan diharapkan jam
infeksi lokaldan 2×24
ekspektasi
tingkat
Monitor tanda gejala
infeksi
sistemik Teraupetik 1.
Cuci tangan
membaik.
sebelum dan
Kriteria Hasil :
sesudah kontak
a.
dengan pasien dan
Demam
b.
Kemerahan
c.
Nyeri
d.
Bengkak
aseptic pada pasien
e.
Drainase
resiko tinggi
purulen
lingkungan 2.
Pertahankan Teknik
Edukasi 1.
Ajarkan cara memeriksa kondisi luka
2.
Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
BAB III KESIMPULAN Perawatan pre operatif merupakan tahap pertama dari perawatan perioperatif yang dimulai sejak pasien diterima masuk di ruang terima pasien dan berakhir ketika pasien dipindahkan ke meja operasi untuk
dilakukan tindakan pembedahan.
Perawatan intra operatif dimulai sejak pasien ditransfer ke meja bedah dan berakhir bila pasien di transfer ke wilayah ruang pemulihan. Perawatan post operasi merupakan tahap lanjutan dari perawatan pre dan intra operatif yang dimulai saat klien diterima di ruang pemulihan / pasca anaestesi dan berakhir sampai evaluasi selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Dwi M. A. (2010). Laporan Pendahuluan Praktek Keperawatan. Jakarta Long, B. C. & Phipps, W. J. (1985). Essential of Medical Surgical Nursing : A Nursing Process Approach, St. Louis : Cv. Mosby Company. Tim Prokja SDKI DPP PPNI, (2017), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan Indikator Diagnostik, Jakarta. Tim Prokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan Tindakan Keperawatan, Jakarta. Tim Prokja SLKI DPP PPNI, (2019), Standar Luaran Keperawatan Indonesia Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan, Jakarta.