LP Ca Mammae - Heni Puspita Sari [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN MASALAH MEDIK KANKER PAYUDARA (CA MAMMAE) Stase Keperawatan Medikal Bedah (KMB) Sistem: Imunologi Dan Keganasan



Disusun Oleh: Heni Puspita Sari P2002025



PROGRAM STUDI PROFESI NERS INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN DAN SAINS WIYATA HUSADA SAMARINDA 2021



BAB I PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Pada tahun 2017 ini diprediksikan hampir 9 juta orang meninggal di seluruh dunia akibat kanker dan akan terus meningkat hingga 13 juta orang per tahun di 2030. Di Indonesia, prevalensi penyakit kanker juga cukup tinggi. Menurut data (Riskesdas, 2013), prevalensi kanker di Indonesia adalah 1,4 per 100 penduduk atau sekitar 347.000 orang. Sedangkan jika melihat data BPJS Kesehatan, terdapat peningkatan jumlah kasus kanker yang ditangani dan pembiayaannya pada periode 2014-2015.



Melihat



situasi



tersebut,



Direktur



Jenderal



Pencegahan



dan



Pengendalian Penyakit (Dirjen P2P) Kementerian Kesehatan, dr. M. Subuh, MPPM, dalam acara Press Briefing Hari Kanker Sedunia Tahun 2017 hari ini (1/2) di Kantor Kementerian Kesehatan, Jakarta, menekankan pentingnya langkah deteksi dini penyakit kanker, baik oleh individu maupun masyarakat. Program deteksi dini utamanya dilakukan pada kanker leher rahim dan payudara yang merupakan jenis kanker tertinggi di Indonesia. Upaya tersebut berupa skrining kanker leher rahim dengan metode Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA) dan kanker payudara dengan edukasi periksa payudara sendiri (SADARI) dan Pemeriksaan Payudara Klinis (SADANIS). Kemenkes menyatakan bahwa sejak dicanangkan menjadi program nasional pada tahun 2008, cakupan metode dan pemeriksaan yang menyasar wanita usia 30-50 tahun tersebut terus mengalami peningkatan.(Riskesdas ,2013). Karsinoma/kanker payudara adalah kanker yang paling sering terjadi pada wanita di seluruh dunia. Kanker payudara adalah penyakit yang ditandai adanya pertumbuhan abnormal dari payudara yang tumbuh cepat, dimulai dari sistem saluran kelenjar susu, kemudian tumbuh menyusup ke bagian lain melalui pembuluh darah dan pembuluh getah bening. Jika tidak cepat di atasi akibatnya dapat menyerang seluruh bagian tubuh (metastasis).Oleh sebab itu penting sekali bagi wanita untuk melakukan deteksi dini kanker payudara, dengan tujuan



mendeteksi kanker sedini mungkin agar lebih mudah ditangani.Salah satu cara yang paling sederhana dan paling murah untuk deteksi kanker payudara adalah dengan mengenali payudara sendiri melalui Self Breast Examination atau pemeriksaan payudara sendiri di singkat dengan SADARI. (Irianto,2015). SADARI dapat membantu mengecek kondisi payudara apakah terdapat benjolan ataupun perubahan lain yang dapat menjadi tanda terjadinya tumor atau kanker payudara yang membutuhkan terapi medis. SADARI dapat dilakukan satu minggu setelah periode menstruasi dimulai. Apabila menstruasi tidak teratur, atau telah menopouse atau pengangkatan rahim, SADARI dapat dilakukan pada tanggal yang sama tiap bulannya. Bagi ibu yang menyusui, dapat dilakukan setelah memompa ASI atau setelah menyusui. Sangatlah penting pemberian edukasi, informasi dan motivasi dari petugas kesehatan kepada masyarakat tentang pencegahan , deteksi dini terhadap penyakit kanker payudara. Diharapkan dengan informasi dan edukasi tersebut masyarakat akan berpartisipasi dan melakukan pencegahan dini serta melakukan pemeriksaan sendiri (SADARI), dengan demikian pengobatan terhadap penderita tersangka kanker dapat segera dilakukan. Perawat sebagai tenaga profesional mempunyai beberapa peran dan fungsi. Salah satu fungsi utama perawat adalah meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit, serta memelihara kesehatan melalui upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab perawat (Asmadi, 2008). Berdasarkan data Rekam Medis RSUD Kota yogyakarta selama tahun 2017 terdapat 161penderita carsinoma mamae atau kanker payudara, dengan 95 penderita yang dilakukan tindakan operasi.Sedangkan di ruang bougenvile terdapat 97 penderita kanker payudara yang dirawat selama 2017Dan 76 orang yang dilakukan tindakan operasi. B. Tujuan 1.



Tujuan Umum Mengetahui manajemen asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah diagnosa medik kanker payudara (Ca Mammae).



2.



Tujuan khusus a. Mengetahui konsep dasar kanker payudara (Ca Mammae). b. Menegtahui pengkajian keperawatan pada pasien dengan kanker payudara (Ca Mammae). c. Mengetahui diagnosa keperawatan pada pasien dengan kanker payudara (Ca Mammae). d. asuhan keperawatan pada pasien dengan kanker payudara (Ca Mammae).



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



A. Konsep karsinoma Mamae 1.



Pengertian karsinoma mamae Karsinoma mamae adalah kanker pada jaringan payudara (Irianto, 2015). Kanker payudara adalah tumor yng tumbuh didalam jaringan payudara. Kanker ini bisa tumbuh didalam kelenjar susu, jaringan lemak dan jaringan ikat payudara (Pudiastuti, 2011). Karsinoma mamae merupakan gangguan dalam pertumbuhan sel normal mamae dimana sel abnormal timbul dari sel-sel normal, berkembang biak dan menginfiltrasi jaringan limfe dan pembuluh darah. (Nurarif &Kusuma, 2013 ). Jenis-jenis kanker payudara a. Karsinoma duktal ; 90 % penderita kanker payudara merupakan karsinoma duktal, 25% -35 % penderita karsinoma duktal akan menderita kanker invasive. b. Karsinoma insitu ; kanker dini yang belum menyebar ,kanker ini masih berada ditempatnya. c. Karsinoma meduler ; kanker ini berasal dari kelenjar susu d. Karsinoma tubuler ; kanker ini juga berasal dari kelenjar susu e. Kanker invasif ; kanker ini menyebar dan merusak jaringan lainya. 80% kanker payudara invasive adalah kanker duktal, 10 % kanker lobuler. f. Karsinoma lobuler : terjadi setelah menopouse , 25-35 % penderita karsinoma lobuler menderita kanker invasive.



2. Faktor resiko Faktor resiko karsinoma mamae menurut Pudiastuti (2011) adalah sebagai berikut : a. Pernah menderita kanker payudara/non kanker payudara b. Usia diatas 60 tahun



c. Riwayat keluarga yang menderita kanker: pasien dengan riwayat keluarga tingkat pertama (ibu dan saudara kandung) mempunyai 4-6 kali dibanding wanita yang tidak punya faktor risiko ini. Usia saat terkena juga mempengaruhi faktor risiko, pasien denan ibu di diagnosa kanker payudara saat usia kurang dari 60 tahun risiko meningkat 2 kali. Pasien dengan keluarga tingkat pertama permenopause menderita kanker payudara bilateral, mempunyai risiko 9 kali. Pasien dengan keluarga tingkat pertama post menopause menderita kanker bilateral mempunyai risisko 4-5 kali. d. Faktor genetik dan hormonal e. Menarche pertama sebelum usia 12 tahun , menopouse setelah usia 55 tahun, kehamilan pertama setelah usia 30 tahun f. Pemakaian pil kb atau terapi sulih estrogen. g. Perubahan gaya hidup: diet tinggi kalori, diet tinggi lemak, konsumsi, obesitas pada menopause, alkohol dan merokok 3. Etiologi Menurut Nurafif dan Kusuma (2013) di kutip dalam Utami Wahyu (2017) penyebab kanker payudara adalah a. Kanker payudara yang terdahu terjadi malginitas sinkorn di payudara lain karena mammae organ berpasangan b. Keluarga di perkirakan 5% semua kanker dalah predisposisi keturunan, dikuatkan bila 3 anggota keluarga terkena karsinoma mammae c. Kelainan payudara (benigna) kelainan fibrokistik (benigna) terutama pada periode fertil telah ditunjukkan bahwa wanita yang menderita atau pernah menderita yang porliferatif sedikit meningkat d. Makanan, berat badan dan faktor risiko lain. Status sosial yang tinggi menunjukkan resiko yang meningkat, sedangkan berat badan yang berlebihan ada hubungan dengan kenaikan e. Faktor endokrin dan reproduksi garviditas matur kurang dari 20 tahun dan graviditas lebih dari 30 tahun, menarche kurang dari 12 tahun



f. Obat anti konseptiva oral penggunaan pil anti konsepsi jangka panjang dari 12 tahun mempunyai resiko lebih besar terkena kanker Adapun tanda dan gejala kanker payudara menurut Taris, (2010) di kutip dalam Muthmainnah S (2016): a. Ada benjolan yang keras di payudara dengan atau tanpa rasa sakit b. Bentuk puting berubah (retraksi nipple atau rasa sakit terus-menerus) atau puting mengeluarkan cairan/darah (nipple discharge) c. Ada perubahan pada kulit payudara diantara berkerut seperti kulit jeruk, melekuk ke dalam (dimpling) dan borok (ulkus) d. Adanya benjolan-benjolan kecil didalam atau kulit payudara (nodul satelit) e. Ada luka puting di payudara yang sulit sembuh (paget disease) f. Payudara terasa panas, memerah dan bengkak g. Terasa sakit atau nyeri (bisa juga ini buka sakit karena kanker) h. Benjolan yang keras itu tidak bergerak (terfiksasi) dan biasanya pada awalawalnya tidak terasa sakit i. Apabila benjolan itu kanker, awalnya biasanya hanya pada satu payudara j. Adanya benjolan di aksila dengan atau tanpa massa di payudara



4. Manifestasi Klinik Gejala penyakit kanker adalah a. Ada benjolan pada ketiak b. Perubahan bentuk payudara c. Kemerahan dan bengkak pada payudara d. Puting susu gatal dan bersisik e. Adanya cairan abnormal pada payudara Sedangkan menurut Irianto (2015) ada tanda dan gejala yang khas menunjukkan adanya suatu keganasan, antara lain : a. Adanya retraksi / inversi nipple ( dimana puting susu tertarik ke dalam atau masuk dalam payudara)berwarna merah atau kecoklatan sampai menjadi edema hingga kulit kelihatan seperti kulit jeruk ( peau d “orange),



mengkerut atau timbul borok ( ulkus ) pada payudara . Ulkus makin lama makin besar dan mendalam sehingga dapat menghancurkan seluruh payudara , sering berbau busuk dan mudah berdarah. b. Keluarnya cairan dari puting susu. Yang khas adalah cairan keluar dari muara duktus satu payudara dan mungkin berdarah ,timbul perbesaran kelenjar getah bening diketiak, bengkak (edema) pada lengan dan penyebaran kanker ke seluruh tubuh. Kanker payudara yang sudah lanjut sangat mudah dikenali dengan mengetahui kriteria operbilitas Heagensen sebagai berikut : 1) Benjolan payudara umumnya berupa benjolan yang tidak nyeri pada payudara. Benjolan itu mula-mula tidak nyeri makin lama makin besar, lalu melekat pada kulit atau menimbulkan perubahan pada kulit payudara atau pada puting susu. 2) Adanya nodul satelit pada kulit payudara ,kanker jenis mastitis karsinimatosa; terdapat nodul pada sternal; nodul pada supraklavikula; adanya edema lengan; adanya metastase jauh 3) kulit terfiksasi pada dinding thorak, kelenjar getah bening aksila berdiameter 2,5 cm dan kelenjar getah bening aksila melekat satu sama lain. 4. Patofisiologi Payudara mengalami tiga macam perubahan yang dipengaruhi hormon. Perubahan pertama adalah mulai dari masa hidup anak melalui pubertas, masa fertilitas, dsampai klimakterium dan menopouse. Sejak pubertas pengaruh hormon estrogen dan progesteron yang diproduksi ovarium dan hipofisis, telah menyebabkan duktus berkembang dan timbulnya asinus. Perubahan kedua adalah perubahan sesuai dengan daur haid. Sekitar hari ke 8 haid, payudara jadi lebih besar dan pada beberapa hari sebelum haid berikutnya terjadi perbesaran maksimal. Selama beberapa hari menjelang haid, payudara menjadi tegang dan nyeri sehingga pemeriksaan fisik terutama palpasi tidak mungkin dilakukan.



Perubahan ketiga terjadi masa hamil dan menyusui. Pada kehamilan payudara Menjadi besar karena epitel duktus lobus dan duktus alveolus berproliferasi dan tumbuh duktus baru. Sekresi hormon prolaktin dan hipofise anterior memicu. Air susu diproduksi oleh sel-sel alveolus, mengisi asinus kemudian dikeluarkan melalui duktus ke puting susu. Kanker payudara berasal dari jaringan epitelia dan paling sering terjadi hiperflasia sel-sel dengan perkembangan sel-sel atipik. Sel-sel ini berlanjut menjadi karsinoma insitu dan menginvasi stroma. Kanker membutuhkan waktu 7 tahun untuk bertumbuh dari sebuah sel tunggal sampai menjadi massa yang cukup besar untuk dapat teraba ( diameter 1 cm). Pada ukuran tersebut ,kira kira seperempat dari kanker payudara telah bermetastasis. Karsinoma payudara 95% merupakan karsinoma, berasal dari epitel saluran dan kelenjar payudara. Karsinoma muncul sebagai akibat sel sel yang abnormal terbentuk pada payudara dengan kecepatan tidak terkontrol dan tidak beraturan. Sel tersebut merupakan hasil mutasi gen dengan perubahan perubahan bentuk, ukuran maupun fungsinya. Mutasi gen ini dipicu oleh keberadaan suatu benda asing yang masuk dalam tubuh kita, diantara pengawet makanan, vetsin, radioaktif, oksidan atau karsinognik yang dihasilkan oleh tubuh sendiri secara alamiah. Pertumbuhan dimulai didalam duktus atau kelenjar lobulus yang disebut karsinoma non invasif. Kemudian tumor menerobos keluar dinding duktus atau kelenjar di daerah lobulus dan invasi ke dalam stroma, yang dikenal dengan nama karsinoma invasif. Pada pertumbuhan selanjutnya tumor meluas menuju fasia otot pektoralis atau daerah kulityang menimbulkan perlengketan-perlengketan. Pada kondisi demikian tumor dikategorikanstadium lanju inoperabel. Penyebaran tumor terjadi melalui pembuluh getah bening, deposit dan tumbuh dikelenjar getah bening sehingga kelenjar getah bening aksiler ataupun supraklavikuler membersar. Kemudian melalui pembukuh darah, tumor menyebar ke organ jauh antara lain paru , hati, tulang dan otak . Akan tetapi dari penelitian para pakar, mikrometastase pada organ jauh dapat juga terjadi tanpa didahului penyebaran limfogen. Sel kanker dan racun racun yang



dihasilkannya dapat menyebar keseluruh tubuh kita seperti tulang , paru-paru dan liver tanpa disadari oleh penderita. Oleh karena itu penderita kanker payudara ditemukan benjolan diketiak atau dikelenjar getah bening lainnya.Bahkan muncul pula kanker pada liver dan paru-paru sebagai kanker metastasisnya. Diduga penyebab terjadinya kanker payudara tidak terlepas dari menurunnya atau mutasi dari aktifitas gen T Supresor atau sering disebut dengan p53. Penelitian yang paling sering tentang gen p53 pada kanker payudara adalah immunohistokimia dimana p53 ditemukan pada insisi jaringan dengan menggunakan parafin yang tertanam di jaringan. Terbukti bahwa gen supresor p53 pada penderita kanker payudara telah mengalami mutasi sehingga tidak bekerja sebagaimana fungsinya. Mutasi dari p53 menyebabkan terjadinya penurunan mekanisme apoptosis sel. Hal inilah yang menyebabkan munculnya neoplasma pada tubuh dan pertumbuhan sel yang menjadi tidak terkendali. (Irianto, 2015). 5. Stadium kanker Stadium kanker penting untuk panduan pengobatan, follow up dan menentukan prognosis. Tumor nodus metastase a. Stadium 0 : kanker insitu dimana sel kanker berada pada tempatnya didalam jaringan payudara normal b. Stadium I : tumor dengan garis tenga kurang 2 cm dan belum menyebar ke luar payudara c. Stadium IIA : tumor dengan garis tengah 2-5 cm dan belum menyebar ke kelenjar getah bening ketiak atau tumor dengan garis tengah kurang 2 cm tetapi sudah menyebar ke kelenjar getah bening ketiak. d. Stadium IIB : tumor dengan garis tengah lebih besr dari 5 cm dan belum menyebar ke kelenjar getah bening ketiak atau tumor dengan garis tengah 2-5 cm tetapi sudah menyebar ke kelenjar getah bening ketiak. e. Stadium III A: tumor dengan garis tengah kurang dari 5 cm dan sudah menyebar kekelenjar getah bening ketiak disertai perlengketan satu sama



lain atau perlengketan ke struktur lainnya atau tumor dengan garis tengah lebih dari dari 5 cm dan sudah menyebar ke kelenjar getah bening ketiak. f. Stadium IIIB : Tumor telah menyusup keluar payudara yaitu kedalam kulit payudara atau ke dinding dada atau telah menyebar ke kelenjar getah bening didalam dinding dada dan tulang dada. g. Stadium IV : tumor telah menyebar keluar daerah payudara dan dinding dada misalnya ke hati, tulang atau paru-paru. 6. Prognosis Prognosis pasien ditentukan oleh tingkat penyebaran dan potensi metastasis. Bila tidak diobati ketahanan hidup lima tahun adalah 16-22%. Sedang ketahanan hidup sepuluh tahun adalah 1-5%. Ketahanan hidup tergantung



pada



tingkat



penyakit



saat



mulai



pengobatan,gambaran



histopatologik, dan uji reseptor estrogen yang bila positip lebih baik. Stadium klinis dari kanker merupakan indikator terbaik untuk menentukan prognosis penyakit ini. Angka kelangsungan hidup beberapa persen tahun pada penderita kanker payudara yang telah menjalani pengobatan yang sesuai mendekati : a. 95% untuk stadium 0, b. 88% untuk stadium I, c. 66% untuk stadium II, d. 36% untuk stadium III, e. 7% untuk stadium IV. Harapan hidup dengan adanya metastase mencapai 2 sampai 3,5 tahun walaupun beberapa pasien (25%-35%) dapat hidupselama 5 tahun, dan lainnya ( 10%) dapat hidup lebih dari 10 tahun. Pasien yang mengalami metastasis lama setelah didiagnosis awal atau yang mengalami metastasis ke tulang atau ke jaringan lunak memiliki prognosis yang lebih baik. (Irianto,2015). 7. Komplikasi Karsinoma payudara bisa menyebar ke berbagai bagian tubuh. Karsinoma payudara bermetastase dengan penyebarab langsung ke jaringan sekitarnya, dan juga melalui saluran limfe dan aliran darah. Tempat yang paling sering untuk metastase yang jauh atau sistemik adalah paru paru, pleura, tulang (terutama tengkorak, vertebra dan panggul), adrenal dan hati. Tempat yang



lebih jarang adalah otak, tiroid, leptomeningen, mata, perikardium dan ovarium (Irianto, 2015). 1. Komplikasi kemoterapi a) Mual muntah Terjadi karena berkurangnya rasa kecap dan penyimpangan rasa kecap (dysgeusia), dapat diatasi dengan pemberian makanan berupa cairan sehingga tidak banyak dikunyah dan sedikit saliva. Menu makanan harus dirubah setiap hari, makanan yang diususlkan mengandung tinggiprotein berupa BCCA EAAs dan asam lemak omega 3, sedangkan Megestrol acetate walaupun meragsang nafsu makanan tapi bersifat katabolik terutama pada pasien intaktif. b) Rambut rontok Kehilangan rambut terjadi setelah 2-3 minggu kemoterapi pada fase anagen, rambut menjadi tipis dan mudah rontok, keadaan ini akan membaik setelah 2-3 bulan kemoterapi berakhir. Upaya untuk mengurangi alopesia: 1) Mengurangi aliran darah ke kepala: scalp teurniquet, scalp hypothemia 2) Perlindungan bulb rambut: topikal moniksidil, vitamin E. c) Mukosotis dan Xerostomia Sebagian besar pasien yang mendapatkan kemoterapi (40%) akan mengalami mukositis, sekitar 50% disertai nyeri yang memerlukan pengobatan dan kemugkinan pembesaran cairan infus, biasanya timbul pada hari ke 7 setelah pemberian kemoterapi. Mukosa yang sering terlibat adalah labial, bukal, soft palate, dasar mulut dan permukaan depan lidah. Obat kemoterapi yang menyebabkan mukositis. 1) Antrasiklin



: daunoribisin, doksorubisin, efirubicin



2) Alkylating



: CPA, busulfan, procarbanze, thiotepa



3) Taxane



: docetexel, paclitaxel



4) Vinca alkaloid : vinblantine, vincristine, vinorelbine 5) Antimetabolit : methorexate, 5 PU



6) Antibiotik



antitumor:



actonomycin,



bleomycin,



motomicin,



amsacrine. Terapi mukositis. Kurangi trauma pada mukosa dengan cara mengurangi makan prdas dan asam, kebersihan mulut harus dijaga, gigi tajam dicabut atau dihaluskan dan obat pelindung mukosa seperti: sukralfat, vitamin dan antioksidan (β carotene, vit E, C, glutathione) Pendekatan untuk pengobatan pada xerostomia: produksi yang kurang dengan Xero-lube, Slivart perlindungan terhadap gigi denga fluride gel (stannous fluride 0,4%) mengurangi sukrosa. d) Ekstravasasi Gejalanya bisa timbul belakangan berupa nyeri, eritem, nekrosis luas pada kulit dan subkutis seihingga memerlukan eksisi dan skin graft bahkan dapat dilakukan amputasi. Untuk menghindari ekstravasasi sebelum obat kemoterapi dimasukkan, diberikan dahulu cairan Nacl/Dextrose 250-500 cc. Jenis ekstravasasi: tidak berikatan dengan asam nukleat (irritants) dan berikatan dengan asam nukleat (vesicants) 2. Komplikasi Radiasi a) Nekrosis jaringan lunak payudara (mis. Nekrosis lemak), edema payudara yang klama, fraktur iga (rata-rata 1%-3%) b) Penurunan mobilitas bahu (rata-rata 1%-3%) c) Brachial plexopathy dengan parastesai dan nyeri lengan (rata-rata 1%3%) d) Limfedema e) Sekunder malignansi: 1) Angiosarkoma dengan puncak insiden pada 6 tahun pasca radiasi, cumulative risk 30 tahun kurang dari 1% 2) Kanker paru ipsilateral mungkin terjadi dengan risiko meningka para perokok 3) Coronary artery disease: risiko signifikan menurun dengan teknik baru redioterapi



4) Pneumonitis simptomatis: hal ini relatif tidak sering, mengenai 3%6% penderita kanker payudara yang diradiasi. Tiga sampai dua belas setelah selesai radiasi timbul batuk kering, dyspnea dan demam. Pada foto terlihat infiltral interstitial yang menjadi fibrosis. 8. Penatalaksanaan Medis Penatalaksanaan kanker payudara dilakukan dengan serangkai pengobatan meliputi pembedahan, kemoterapi, terapi hormon, terapi radiasi, dan yang terbaru adalah terapi imunologi (antibodi). Pengobatan ini ditujukan untuk memusnahkan



kanker



atau



membatasi



perkembangan



penyakit



serta



menghilangkan gejala- gejala nya. a.



Pengobatan lokal dan regional 1) Operasi, pembedahan pada pasien kanker payudara tergantung pada tahapan penyakit ,jenis tumor,umur dan kondisi kesehatan secara umum. Banyak penelitian membuktikan bahwa sebagian besar kanker payudara tahap dini, lumpektomi (mengangkat tumornya saja) diteruskan dengan radioterapi merupakan pengobatan pilihan.Sekitar 50% pasien kanker payudara di Amerika sekarang ini mendapat pengobatan dengan cara tersebut. Ada 3 jenis Mastektomi a) Untuk meningkatkan harapan hidup, pembedahan biasanya diikuti dengan terapi tambahan seperti radiasi, hormon atau modified radical mastektomy, yaitu pengangkatan seluruh payudara, jaringan payudara ditulang dada,tulang selangka dan tulang iga serta benjolan disekitar ketiak. b) Total (simple) mastektomi yaitu pengangkatan seluruh payudara saja tetapi bukan kelenjar diketiak. c) Radikal mastektomi yaitu pengangkatan sebagian dari payudara. Biasanya disebut lumpektomi, yaitu pengangkatan hanya pada pada jaringan yang mengandung sel kanker , bukan seluruh payudara .operasi ini selalu diikuti dengan pemberian radioterapi.



Lumpektomi direkomendasi pada pasien yang besar tumornya kurang kurang dari 2 cm dan letaknya dipinggir payudara. 2) Pengangkatan kelenjar getah bening 3) Radioterapi, penggunaan sinar berenergi tinggi setelah operasi mengurangi kekambuhan50-75%. 4) Kemoterapi, kemoterapi adalah penggunaan obat anti kanker (sitostika) untuk menghancurkan sel kanker. Obat ini umumnya bekerja dengan menghambat atau menganggu sintesa DNA dalam siklus sel. Pengobatan kemoterapi besifat sistemik, berbeda dengan pembedahan atau radiasi yang bersifat lokal/setempat. Obat sitostika dibawa melalui aliran darah diberikan langsung ke dalam tumor, jarang menembus blood brain sehingga obat ini sulit mencapai sistem syaraf pusat. Ada 3 jenis setting kemoterapi yakni adjuvant, neoadjuvant dan primer (paliatif). b.



Pengobatan Sistemik 1) hormonal 2) Tamoksifen, obat ini bekerja langsung terhadap reseptor estrogen yang terdapat pada sel kanker sehingga dapat mengecilkan kanker 30% 3) Goserelin, Sekitar 40% wanita premenopause dengan estrogen reseptor positip atau yang dengan meta statik berespon terhadap goserelin. 4) Transtuzumab merupakan antibodi monoklonal yang bekerja langsung di reseptor HER2/neu dan terbukti secara signifikan memiliki aktivitas abti tumor pada metastasis bteast cancer dengan overekspresi HER2/neu (25% dari kanker payudara) 5) Bevacizumab (Avastin) merupakan monoklonal antibodi manusia yg didesain untuk memblock aksi dari vaskuler endotheal grow faktor (VEGF). VEGF disekresi sel maligna dan sel nonmaligna hipoksik



dan menstimulasi pembentukan pembuluh darah baru dengan pengikatan reseptor spesifik 6) Lapatinib ditosylate (Tykerb) merupakan antibodi monoklonal yang mampu menghambat dua reseptor dalam sel kanker (HER1/neu dan HER2/neu). 7) Kemoterapi, penggunaan obat anti kanker, melalui injeksi/ infus ataupun oral. c. Pencegahan Kanker secara alami 1) Olahraga teratur, dapat menurunkan estrogen yang diproduksi tubuh sehingga mengurangi resiko knker payudara 2) Kurangi Lemak, yaitu lemak jenuh dalam daging, mentega makanan yang mengandung susu full cream dan asam lemak dalam margarin yang dapat meningkatkan kadar estrogen dalam darah. 3) Jangan



terlalu



matang



memasak



daging:



daging



yang



dimasak/dipanggang lama menghasilkan lama menghasilkan senyawa karsinogenik ( amino heterosiklik). 4) Konsumsi suplemen antioksidan 5) Konsumsi makanan berserat, sayur dan buah selain makanan berserat juga antioksidan yang akan mengikat estrogen dalam saluran pencernaan sehingga kadarnya dalam darah berkurang. 6) Konsumsi makanan yang mengandung kedelai/protein, makanan berasal darikedelai banyak mengandung estrogen tumbuhan ( fitoestrogen ) .makanan berkedelai menghalangi estrogen tubuh mencapai sel reseptor , juga mempercepat pengeluaran estrogen dari tubuh. 7) Hindari alkohol, minuman beralkohol meningkatkan kadar estrogen dalam darah 8) Berat Kontrol Badan, kenaikan setiap pon setelah usia 18 tahun meningkatkan resiko kanker payudara. Ini disebabkan karena sejalan dengan bertambahnya lemak tubuh , maka kadar estrogen sebagai hormon pemicu kanker payudara dalam darah pun akan meningkat.



9) Hindari Xeno-estrogen , adlah dengan mengurangi konsumsi daging, unggas, dan produk susu (whole milk dairy product). 10) Berjemur dibawah sinar matahari, Saat tubuh mengenaikulit, tubuh akan membuat vitamin D , yang akan membantu jaringan payudara menyerap calcium sehingga mengurangi resiko kanker payudara. 11) Hindari merokok 12) Berikan ASI rutin pada anak, menyusui berhubungan dengan berkurangnya resiko kanker payudara sebelum menopause 13) Pertimbangkan sebelum melakukan HRT (Hormon Replacement Therapy),



karena



akan



menambah



resiko



kanker



payudara.



(Irianto,2015 ). d. Pemeriksaan SADARI 1) Mulailah dengan melihat payudara payudara dicermin dengan bahu lurus dan tangan diletakkan dipinggul. Amatilah ukuran, bentuk dan warna payudara, apakah ada perubahan yang mudah terlihat benjolan. 2) Angkat lengan dan lihat perubahan yang mungkin terjadi. Sambil melihat cermin, perlahan-lahan tekan puting susu antara ibu jari dan jari telunjuk serta lakukan cek terhadap pengeluaran puting susu (dapat berupa air susu, atau cairan kekuningan atau darah). 3) Lakukan perabaan terhadap payudara anda sambil berbaring. Gunakan tangan kanan untuk meraba payudara kiri dan tangan kiri untuk meraba payudara kanan. Gunakan sentuhan yang lembut dengan menggunakan tiga jari tangan (telunjuk, jari tengah dan jari manis) dengan posisi berdekatan satu sama lain. Sentuh payudara dari atas ke bawah, sisi ke sisi dari tulang selangka ke bagian atas perut dan dari ketiak ke belahan dada. 4) Terakhir, lakukan perabaan terhadap payudara dengan gerakan yang sama sambil berdiri atau duduk. Kebanyakan wanita merasa lebih mudah merasakan payudaranya dalam kondisi basah sehingga sering dilakukan saat mandi. ( Irianto K, 2015).



B. Konsep Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian Anamnesis. Kebanyakan dari kanker ditemukan jika telah teraba , oleh wanita itu sendiri. Pasien datang dengan keluhan rasa sakit , tidak enak atau tegang didaerah sekitar payudara . a. Riwayat Kesehatan Sekarang Biasanya klien masuk ke rumah sakit karena merasakan adanya benjolan yang menekan payudara, adanya ulkus, kulit berwarna merah dan mengeras, bengkak dan nyeri. b. Riwayat Kesehatan Dahulu Adanya riwayat karsinoma mammae sebelumnya atau ada kelainan pada mammae, kebiasaan makan tinggi lemak, pernah mengalami sakit pada bagian dada sehingga pernah mendapatkan penyinaran pada bagian dada, ataupun mengidap penyakit kanker lainnya, seperti kanker ovarium atau kanker serviks. Pemakaian obat-obatan, hormon, termasuk pil kb jangka waktu yang lama. Riwayat menarche, jumlah kehamilan,abortus, riwayat menyusui. c. Riwayat Kesehatan Keluarga Adanya keluarga yang mengalami karsinoma mammae berpengaruh pada kemungkinan klien mengalami karsinoma mammae atau pun keluarga klien pernah mengidap penyakit kanker lainnya, seperti kanker ovarium atau kanker serviks. d. Pemeriksaan Fisik Inspeksi, palpasi 1) Kepala : normal, mesochephal , tulang kepala umumnya bulat dengan tonjolan frontal di bagian anterior dan oksipital dibagian posterior. 2) Rambut : tersebar merata, warna, kelembaban 3) Mata : tidak ada gangguan bentuk dan fungsi mata. Konjungtiva agak anemis, tidak ikterik, tidak ada nyeri tekan. 4) Telinga : bentuk normal , posisi imetris , tidak ada sekret tidak ada tanda-tanda infeksi dan tidak ada gangguan fungsi pendengaran.



5) Hidung : bentuk dan fungsi normal, tidak ada infeksi dan nyeri tekan. 6) Mulut : mukosa bibir kering, tidak ada gangguan perasa. 7) Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada kelainan 8) Dada : adanya kelainan kulit berupa peau d’orange,ulserasi atau tandatanda radang. 9) Hepar : tidak ada pembesaran hepar. 10) Ekstremitas : tidak ada gangguan pada ektremitas. e. Pengkajian 11 Pola Fungsional Gordon 1) Persepsi dan Manajemen Biasanya klien tidak langsung memeriksakan benjolan yang terasa pada payudaranya ke rumah sakit karena menganggap itu hanya benjolan biasa. 2) Nutrisi – Metabolik Kebiasaan diet buruk, biasanya klien akan mengalami anoreksia, muntah dan terjadi penurunan berat badan, klien juga ada riwayat mengkonsumsi makanan mengandung MSG. 3) Eliminasi Biasanya terjadi perubahan pola eliminasi, klien akan mengalami melena, nyeri saat defekasi, distensi abdomen dan konstipasi. 4) Aktivitas dan Latihan Anoreksia dan muntah dapat membuat pola aktivitas dan latihan klien terganggu karena terjadi kelemahan dan nyeri. 5) Kognitif dan Persepsi Biasanya klien akan mengalami pusing pasca bedah sehingga kemungkinan ada komplikasi pada kognitif, sensorik maupun motorik 6) Istirahat dan Tidur Biasanya klien mengalami gangguan pola tidur karena nyeri. 7) Persepsi dan Konsep Diri Payudara merupakan alat vital bagi wanita. Kelainan atau kehilangan akibat operasi akan membuat klien tidak percaya diri, malu, dan kehilangan haknya sebagai wanita normal.



8) Peran dan Hubungan Biasanya pada sebagian besar klien akan mengalami gangguan dalam melakukan perannya dalam berinteraksi social. 9) Reproduksi dan Seksual Biasanya akan ada gangguan seksualitas klien dan perubahan pada tingkat kepuasan. 10) Koping dan Toleransi Stress Biasanya klien akan mengalami stress yang berlebihan, denial dan keputus asaan. 11) Nilai dan Keyakinan Diperlukan pendekatan agama supaya klien menerima kondisinya dengan lapang dada. f. Pemeriksaan Diagnostik 1) Scan (mis, MRI, CT, gallium) dan ultrasound. Dilakukan untuk diagnostik, identifikasi metastatik dan evaluasi. USG payudara digunakan untuk mengevaluasi abnormalitas yang ditemukan pada pemeriksaan skrining atau diagnostik mamografi. Tanda tumor ganas secara USG : a) lesi dengan batas tidak tegas dan tidak teratur b) Struktur echo internal lemah dan heterogen c) Batasecho anterior lesi kuat , posterior lesi lemah sampai tidak ada d) Adanya perbedaan besar tumor secara klinis danUSG 2) Biopsi : untuk mendiagnosis adanya BRCA1 dan BRCA2 Dengan melakukan aspirasi jarum halus sifat massa dapat dibedakan antara kistik atau padat . biopsi untuk pemeriksaan histopatologi dapat berupa eksisional ( seluruh masa di angkat ) atau insisional ( sebagian dari masa dibuang).Analisis makroskopis dari spesimen menyatakan ada tidaknya keganasan. 3) Mammografi, 4) sinar X dada (radiologi )



2. Kemungkinan Diagnosa Keperawatan Yang Muncul a.



Nyeri akut berhubungan dengan agen injury biologis (penekanan masa tumor)



b.



Kerusakan integritas jaringan



c.



Gangguan body image (citra tubuh)



d.



Kurang



pengetahuan



tentang



kodisi,



prognosis



dan



pengobatan



penyakitnya e.



Cemas berhubungan dengan perubahan gambaran tubuh, krisis situasional



f.



Resiko Infeksi berhubungan dengan luka operasi



g.



Ketidak efektifan pola nafas



h.



Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh



3. Perencanaan Keperawatan a.



Diagnosa Keperawatan : Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh Kriteria Hasil : 1) Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan 2) Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan 3) Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi 4) Tidak ada tanda tanda malnutrisi 5) Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti Intervensi : 1) Kaji adanya alergi makanan 2) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien. 3) Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake 4) Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin 5) Berikan substansi gula 6) Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi 7) Berikan makanan yang terpilih ( sudah dikonsultasikan dengan ahli gizi) 8) Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan makanan harian.



9) Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori 10) Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi 11) Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan b.



Diagnosa Keperawatan: nyeri akut Kriteria Hasil : 1) Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan) 2) Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri 3) Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri) 4) Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang 5) Tanda vital dalam rentang normal Intervensi : 1) Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi 2) Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan 3) Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien 4) Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri 5) Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau 6) Evaluasi



bersama



pasien



dan



tim



kesehatan



lain



tentang



ketidakefektifan kontrol nyeri masa lampau 7) Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan 8) Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan 9) Kurangi faktor presipitasi nyeri 10) Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi dan inter personal) 11) Kaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi 12) Ajarkan tentang teknik non farmakologi



13) Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri 14) Evaluasi keefektifan kontrol nyeri 15) Tingkatkan istirahat 16) Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil 17) Monitor penerimaan pasien tentang manajemen nyeri c. Diagnosa Keperawatan: Kerusakan integritas jaringan Kriteria Hasil : 1) Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi, elastisitas, temperatur, hidrasi, pigmentasi) 2) Tidak ada luka/lesi pada kulit 3) Perfusi jaringan baik 4) Menunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan kulit dan mencegah terjadinya sedera berulang 5) Mampu melindungi kulit dan mempertahankan kelembaban kulit dan perawatan alami Intervensi: 1) Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar 2) Hindari kerutan padaa tempat tidur 3) Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering 4) Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua jam sekali 5) Monitor kulit akan adanya kemerahan 6) Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada derah yang tertekan 7) Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien 8) Monitor status nutrisi pasien d. Diagnosa Keperawatan : Kurang pengetahuan Kriteria Hasil : 1) Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis dan program pengobatan



2) Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar 3) Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat/tim kesehatan lainnya Intervensi : 1) Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang proses penyakit 2) Jelaskan tentang patofisiologi penyakit, tanda dan gejala serta penyebabnya 3) Sediakan informasi tentang kondisi klien 4) Berikan informasi tentang perkembangan klien 5) Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk mencegah komplikasi di masa yang akan datang dan atau kontrol proses penyakit 6) Jelaskan alasan dilaksanakannya tindakan atau terapi 7) Gambarkan komplikasi yang mungkin terjadi 8) Anjurkan klien untuk mencegah efek samping dari penyakit 9) Gali sumber-sumber atau dukungan yang ada 10) Anjurkan klien untuk melaporkan tanda dan gejala yang muncul pada petugas kesehatan e. Diagnosa Keperawatan: Gangguan body image Kriteria Hasil : 1) Klien tidak malu dengan keadaan dirinya. 2) Klien dapat menerima efek pembedahan. Intervensi : 1) Diskusikan dengan klien atau orang terdekat respon klien terhadap penyakitnya. Rasional : membantu dalam memastikan masalah untuk memulai proses pemecahan masalah 2) Tinjau ulang efek pembedahan



Rasional : bimbingan antisipasi dapat membantu pasien memulai proses adaptasi. 3) Berikan dukungan emosi klien. Rasional : klien bisa menerima keadaan dirinya. 4) Anjurkan keluarga klien untuk selalu mendampingi klien. Rasional : klien dapat merasa masih ada orang yang memperhatikannya. f. Diagnosa keperawatan: cemas Kriteria hasil : 1) Pasien mengungkapkan dan menunjukkan teknik mengontrol cemas 2) Ekspresi wajah rileks, menunjukkan cemas berkurang 3) Vital sign dalam batas normal Intervensi; 1) Gunakan pendekatan yang menenangkan 2) Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur 3) Dorong keluarga untuk menemani pasien untuk memberikan rasa aman 4) Dengarkan keluhan dengan penuh perhatian 5) Identifikasi tingkat kecemasan 6) Bantu mengenali situasi yang menimbulkan kecemasan 7) Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan, ketakutan,kecemasan 8) Ajarkan untuk menggunakan teknik relaksasi g. Diagnosa : Resiko infeksi Kriteria Hasil : 1) Pasien bebas dari tanda infeksi 2) Menunjukkan perilaku hidup sehat 3) Jumlah angka leukosit dalam batas normal Intervensi : 1) Cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan keperawatan 2) Pertahankan teknik aseptik selama pemasangan alat



3) Tingkatkan intake nutrisi tinggi protein 4) Monitor tanda dan gejala infeksi 5) Ajarkan pasien dan keluarga tentang tanda dan gejala infeksi 6) Ajarkan cara mencegah infeksi 7) Berikan terapi antibiotik



LAPORAN KASUS MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN MASALAH MEDIK KANKER PAYUDARA (CA MAMMAE) Stase Keperawatan Medikal Bedah (KMB) Sistem: Imunologi dan Keganasan



Disusun Oleh: Heni Puspita Sari P2002025



PROGRAM STUDI PROFESI NERS INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN DAN SAINS WIYATA HUSADA SAMARINDA 2021



Identitas Mahasiswa



Nama



:



Heni Puspita Sari



NIM



:



P2002025



Jalur



:



Reguler



Kelompok



:



2



Periode Praktik



:



2020-2021



Alamat



:



Jl. Juanda 7



HP



:



085249023854



BAB III ANALISA KETERAMPILAN Ny. E (57 tahun) di rawat di ruang bougenville selama 3 hari dengan diagnosa medik ca mammae dan akan dilakukan tindakan operatif. Saat dikaji pasein mengatakan nyeri pada payudara kiri dan saat dilakukan pengkajian nyeri skoring 5. Pada payudara kiri ada benjolan dengan diameter kira-kira 10cm dan luka. Pasien sudah menjalani pengobatan alternatif selama 3 tahun tanpa membuahkan hasil, dulu di payudara kanan pernah ada benjolan diobati di pengobatan alternatif dan akhirnya benjolan di payudara kanan hilang. Kemudian muncul di payudara kiri, setelah 3 tahun menjalani pengobatan alternatif benjolan di payudara kiri tidak sembuh dan ada luka. Data vital sign TD: 150/90 mmHg, RR: 20x/menit, N: 115x/menit, S: 37 0C, kesadaran GCS E4 V5 M6 dan pasien compos mentis. Hasil labolatorium leukosit 10.1 103/µL, eritrosit 4.24 juta/µL, hemoglobin 11,2 g/dL, trombosit 103/µL, masa perdarahan 2’9”, masa penjendalan 7’48”, GDS 174 mg/dL, SGOT 28 U/L, SGPT 21 U/L, ureum 37 mg/dL, kreatinin 1,1 U/L, HbsAg negatif. Terapi Inj Cefim 1 gram IV, Inj Cefim 1gr/12 jam 1 gram IV, Inj Ketorolac 1A/12 jam 30 mg IV dan Inj Asam Tranexamat 1A/8 jam 500 mg IV.



FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH PSIK ITKES WIYATA HUSADA SAMARINDA Nama Mahasiswa



: Heni Puspita Sari



Tempat Praktek



: Ruang Bougenville



Tanggal



: 18 Januari 2021



I. Identitas diri klien Nama : Ny. E Umur : 57 Tahun Jenis Kelamin : Perempuan Alamat : Jl. Suryodiningratan Status Perkawinan : Kawin Agama



: Islam



Suku : Jawa Pendidikan : SMA Pekerjaan : IRT Lama Bekerja :Tanggal MRS : 11 Januari 2021 Tanggal Pengkajian : 18 Januari 2021 Sumber Informasi : Suami Pasien



II. Riwayat Penyakit 1. Keluhan Utama Saat Masuk RS: Nyeri karena ada benjolan di payudara kirinya 2. Riwayat penyakit sekarang: Di payudara kiri ada benjolan dengan diameter kira-kira 10cm dan luka. Pasien sudah menjalani pengobatan alternatif selama 3 tahun tanpa membuahkan hasil 3. Riwayat penyakit dahulu: dulu di payudara kanan pernah ada benjolan diobati di pengobatan alternatif dan akhirnya benjolan di payudara kanan hilang. Kemudian muncul di payudara kiri, setelah 3 tahun menjalani pengobatan alternatif benjolan di payudara kiri tidak sembuh dan ada luka.



Keterangan : Laki-laki



: Satu rumah



: Perempuan



: Pasien



4. Diagnosa medis pada saat MRS, pemeriksaan penunjang dan tindakan yang telah dilakukan: Diagnosa medis: Ca Mammae Pemeriksaan penunjang: pemeriksaan laboratorium dan radiologi III. Pengkajian saat ini (mulai hari pertama saudara merawat klien) 1. Persepsi dan pemeliharaan kesehatan Pengetahuan tentang penyakit/perawatan pasien mengatakan sebelum masuk rumah sakit pasien tidak terlalu memperhatikan kesehatannya tetapi setelah masuk rumah sakit pasien mengatakan ternyata kesehatan sangatlah penting dan saat sakit seperti ini sangatlah tidak nyaman. 2. Pola nutrisi/metabolik a. Program diit RS: Batasi makanan tinggi oksalat: bayam, tomat, seledri, gandum dan terigu Batasi konsumsi protein hewani: daging, ikan dan telur Batasi makanan tinggi kalsiun: susu, eskrim, kacang-kacangan dan keju Batasi konsumsi tinggi fosfat: organ dalam, daging merah, dan kacangkacangan b. Intake makanan



Pasien mengatakan tidak ada masalah dengan kebiasaan makannya dimana frekuensi makannya 2-3x/hari dan porsinya selalu dihabiskan c. Intake cairan Pasien mengatakan tiap hari minum 2-2,5 liter air/hari. 3. Pola eliminasi a. Buang air besar Pasien mengatakan tidak ada masalah pada buang air besar (BAB) b. Buang air kecil Pasien mengatakan BAK 5 kali sehari, tidak ada anyang-anyangan dan nyeri saat BAK. 4. Pola aktifitas dan latihan: Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4 Makan/minum  Mandi  Tolieting  Berpakaian  Mobilitas tempat tidur  Berpindah  Ambulasi/ROM  0: mandiri, 1: alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan alat, 4: tergantung total



Oksigenasi: Pasien tidak terpasang oksigen bantuan 5. Pola tidur dan istirahat (lama tidur, gangguan tidur, pengawasan saat bangun tidur) Pasien mengatakan sebelum sakit pasien tidak mengalami susah tidur terutama pada malam hari dimana klien biasa tidur 8 jam setiap harinya tetapi saat sakit pasien mengatakan susah memulai tidur dikarenakan kadang-kadang terbangun karena nyeri pada payudara kiri 6. Pola persepsual (penglihatan, pendengaran, pengecap, sensasi):



Pasien mengatakan untuk penglihatan, pengecap, pendengaran serta sensai masih sangat baik serta tidak terdapat gangguan. 7. Pola persepsi diri (pandangan klien tentang sakitnya, kecemasan, konsep diri) Pasien mengatakan sudah mengetahui tentang penyakitnya tetapi klien merasa cemas memikirkannya. Pasien mengatakan yang terpenting sekarang sekarang adalah pasien cepat sembuh dan menjalani aktivitasnya seperti semula. 8. Pola seksualitas dan reproduksi (fertilitas, libido, menstruasi, kontrasepsi, dll) Pasien mengatakan tidak ada masalah yang dirasakan terkait seksualitas. 9. Pola peran hubungan (komunikasi, hubungan dengan orang lain, kemampuan keuangan): Selama di rumah sakit pasien selalu ditemani oleh suaminya dan hubungan pasien dengan petugas kesehatan sangat baik 10. Pola managemen koping-stress (perubahan terbesar dalam hidup pada akhir-akhir ini): Pasein merasa cemas dengan penyakitnya hasil dan sering ke meja perawat bertanya mengenai kondisinya, pasien berulang kali bertanya kepada perawat mengenai tindakan operasi itu seperti apa 11. Sistem nilai dan keyakinan (pandangan klien tentang agama, kegiatan keagamaan, dll) Pasien mengatakan selama sakit tidak pernah menjalankan ibadahnya dan ibadahnya menjadi terganggu akibat penyakit yang dialaminya. 12. Konsep diri a. Gambaran diri



Pasien mengatakan tidak senang dengan keadaan payudaranya yang sekarang dan merasa tubuhnya menjadi berubah bentuk. b. Harga diri Sejak saat ini pasien merasa tetap dihargai dan dihormatioleh suami dan anak-anaknya c. Peran diri Pasien adalah ibu rumah tangga yang membantu suaminya berjualan. Selaa di RS pasien kooperatif dengan program terapi d. Ideal diri Pasien mengatakan ingin sembuh dari penyakitnya e. Identitas diri Pasien mengatakan sebagai seorang istri dan ibu f. Seksual dan mestruasi Pasien mengatakan seorang istri dan sudah mempunyai anak dan sudah menopause sejak usia 54 tahun IV. Pemeriksaan fisik (cephalocaudal) yang meliputi: inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi Keluhan yang dirasakan saat ini: Nyeri karena adanya benjolan di payudara kiri TD: 140/90 mmHg



P: 20x/menit



N: 115x/menit



S: 37 0C



BB/TB: 66kg/152cm



IMT: 20,5 (normal)



Skala nyeri



1



2



3



4



5



6



7



8



9



10



P: pasien mengataka nyeri di payudara kiri, Q: nyeri terasa seperti tertusuk-tusuk, R: payudara kiri, S: skala 5, T: setiap kali gerak



1. Kepala



Distribusi rambut pasien nampak lebat, tidak ada lesi, kulit kepala bersih, tidak ada edema. Bentuk kepala pasien simetris antara kiri dan kanan, tidak tampak ada lesi. 2. Mata dan telinga (penglihatan dan pendengaran) a. Penglihatan  Berkurang  Ganda  Kabur  Buta/gelap Pasien tidak mengalami gangguan penglihatan dan tidak memakai kaca mata  Visus : baik  Sklera ikterik : tidak ada sklera ikterik  Konjungtiva : tidak anemis  Nyeri : tidak  Kornea : jernih  Alat bantu : tidak ada b. Pendengaran  Normal  Berdengung  Berkurang  Alat bantu  Tuli Pasien tidak ada gangguan pendengaran dan tidak menggunakan alat bantu pendengaran. 3. Hidung Hidung pasien nampak simetris, bersih, tidak ada sekret, tidak ada polip, tidak ada perdarahan dan tidak terpasang oksigenasi 4. Mulut/gigi/lidah Tampak simetris, mukasa bibir tampak kering, tidak ada gangguan menela, gigi pasien masih lengkap dan tidak memakai gigi palsu.



5. Leher Tidak ada deviasi trakea, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar getah bening, tidak ada perlukaan dan vena jugularis tidak terlihat tetapi teraba.



6. Respiratori Tidak ada batuk dan sesak a. Dada 1) Inspeksi Bentuk dada tidak simetrik karena adanya pembengkakan payudara kiri, deformitas tulang dada (-), trakea tidak mengalami deviasi, frekuensi pernapasan normal dan tidak menggunakan otot bantu pernapasan. 2) Palpasi Ditemukan adanya benjolan dan masa di payudara kiri, bengkak dan nyeri tekan (+) di payudara kiri, payudara tidak simetris 3) Perkusi Suara perkusi sonor dan tidak ada tanda-tanda penumpukan cairan 4) Auskultasi Bunyi napas vesikuler pada perifer paru, bunyi napas bronchial diaas trachea, bunyi napas broncovesiculer (+) dan tidak ada bunyi napas tambahan crackles (-), whezing (-), mengi (-). 



Sesak napas saat: pasien mengatakan tidak mengalami sesak  Ekspirasi



 Inspirasi



 Istirahat



 aktivitas



Tipe Pernapasan  Perut  Kussmaul



 Dada



 Cynestokes



 Biot  Lainnya



Frekuensi nafas: 20x/menit Penggunaan otot-otot asesori: tidak ada mengguanakan bantuan otot saat bernafas. Fremitus: saat pasien mengatakan 7 7, adanya getaran di punggung pasien. Sianosis: pasien tidak mengalami sianosis



7. Kardiovaskuler a. Inspeksi Tidak nampak pembesaran vena jugularis dan bentuk dada simetris antara kiri dan kanan serta tidak adanya sianosis b. Palpasi Tidak terdapat nyeri tekan dan ictus kordis teraba pada ICS 5 mid klavikula kiri, CRT < 2 detik. c. Perkusi Suara perkusi pekak ICS 4 dan 5 mid klavikula kiri d. Auskultasi Tidak terdengar bunyi jantung tambahan, Bj1 dan Bj2 normal (lub-dub). Bj1 terdengar bertepatan dengan teraba pulsase nadi pada arteri carotis Riwayat Hipertensi: pasien mengatakan tidak ada riwayat hipertensi Masalah jantung : pasien tidak memiliki masalah pada jantung Bunyi jantung: frekuensi : reguler, irama: sinus rhytm Kualitas: normal Murmur : tidak terdengar suara murmur pada jantung pasien  Nyeri dada, intensitas: pasien mengatakan tidak merasakan nyeri pada dada  Pusing: pasien mengatakan tidak merasakan pusing  Cianosis: pasien tidak mengalami sianosi



 Capillary refill: 2 detik Keluhan lain: pasien mengatakan tidak ada keluhan 10. Abdomen a. Inspeksi Tidak nampak adanya perlukaan, tidak ada pembengkakan pada abdomen, tidak ada jejas b. Auskultasi Peristaltik usus 20x/menit c. Perkusi



Suara perkusi timpani, pada perut tidak ada penumpukan cairan, tidak ada hepatomegali d. Palpasi Tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan Lunak: tidak ada penumpukan cairan Massa: tidak ada pembesaran hepar Ukuran/lingkar perut: 80 cm Bising usus: 15x/menit Asites: tidak ada penumpukan cairan di rongga perut Keluhan lain: pasien mengatakan nyeri di perut dibagian 11. Muskuloskeletal  Nyeri otot/tulang, lokasi : pasien mengatakan tidak mengalami nyeri otot  Kaku sendi, lokasi



: pasein mengatakan tidak mengalami kaku sendi



 Bengkak sendi, lokasi



: tidak adanya bengkak pada sendi pasien



 Fraktur (terbuka/tertutup), lokasi : tidak adanya fraktor pada pasien  Alat bantu, jelaskan



: pasien tidak menggunakan alat bantu



 Prgerakan terbatas, jelaskan : pasien mengalami keterbatasan gerak karena mengalami nyeri pada bagian punggung  Keluhan lain, jelaskan : pasien mnengatakan nyeri di punggung dan mengalami keterbatasan gerak



12. Seksualitas 



Aktif melakukan hubungan seksual : pasien mengatakan sering melakukan hubungan seksual







Penggunaan alat kontrasepsi : selama berhubungan seksual pasien mengatakan menggunakan alat kontrasepsi







Masalah/kesulitan seksual : pasien mengatakan tidak ada masalah dalam melakukan hubungan seksual







Perubahan terakhir dalam frekuensi: pasien mengatakan sering mangalami nyeri pinggang sehingga untuk berhubungan seksual mengalami penurunan



Wanita 



Usia Menarche



: 11 tahun







Lamanya siklus



: 39 tahun







Durasi



: 7 hari/bulan







Periode menstruasi terakhir



: 8 hari







Menopause



: 54 tahun







Melakukan pemeriksaan payudara sendiri



: Rutin setiap bulan







PAP smear terakhir



: 2 tahun yang lalu



V. Program terapi    



Inj Cefim 1 gram IV Inj Cefim 1gr/12 jam 1 gram IV Inj Ketorolac 1A/12 jam 30 mg IV Inj Asam Tranexamat 1A/8 jam 500 mg IV



Hasil pemeriksaan penunjang dan labolatorium (dimulai saat anda mengambil sebagai kasus kelolaan, cantumkan tanggal pemeriksaan dan kesimpulan hasil) Jenis pemeriksaan Leukosit Eritrosit Hemaglobin Trombosit Masa perdarahan Masa penjendalan GDS SGOT SGPT Ureum Creatinin HbsAg



Hasil 10,1 4,24 11,2 356 2’9” 7’48” 174 28 21 37 1,1 Negatif



Normal 4,4-11,3 4,1-5,1 12,3-15,3 350-470