Macapat [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

c    p   c                                Ada sembilan ragam tembang macapat, yaitu: 9 9      9        9    dan  À    m           



                  mm m                



       



     m   ½     cacapat rupanya sejalan dengan tradisi  9     yang sudah dipraktikkan dalam liturgi gereja berabad-abad.   9   artinya mendaras bacaan suci. cirip tembang  , dalam   9   teks kitab suci dibaca dengan cara menyanyikannya. Seperti kita ketahui bersama bahwa terdapat empat tahap   9  , yakni   9     dan     cenurut Sindhunata, melalui  9   orang menjalankan   .   berarti mengunyah berulang-ulang atau memamah berkali-kali. Ibarat seekor kerbau, sapi, dan kambing, hewan ternak itu sambil rebahan terkantuk-kantuk akan mengunyah asupannya kembali. Sepertinya, ternak itu tertidur namun sejatinya sedang mengalami kenikmatan puncak.   merupakan unsur baku  9  . Dalam  9   orang mengunyah sabda Tuhan seperti kerbau  rumput segar tiada henti. Berkat   , orang merasa tenteram, damai ikhlas, tidak angkuh, dan tidak menginginkan segala sesuatu yang mustahil diraih. Seperti yang dikidungkan Kitab cazmur, ''Jiwaku tenang laksana bayi di pangkuan bunda. Bagai bayi sehabis menetek, jiwaku tenteram dan damai.'' Ketekunan menjalankan   9   bakal membuahkan   -buket rohani. Saat orang mengidungkan sabda Tuhan, ia bisa jadi menemukan kuotasi atau kata-kata yang menyentuh hati. Kuotasi itu merupakan pencerahan yang bisa menjadi daya dorong adanya laku pertobatan dan pembaruan hidup. Kuotasi yang dicatat dalam buku harian lama-lama terkumpul banyak. Catatan itulah yang disebut dengan buket rohani. Dengan demikian,   9   bukan usaha akal budi untuk memahami sabda Ilahi, melainkan upaya manusia yang hendak menyatu dengan kehendak Ilahi   ). Buku Injil Papat Piwulang Sang Guru Sejati ing Tembang cacapat gubahan Sindhunata dan Suwandi merupakan karya klasik sekaligus unik. Injil catius, carkus, Lukas, dan Yohanes berbahasa Jawa, digubah Sindhunata dan Suwandi secara lengkap dalam bentuk tembang macapat. Gereja Katolik punya kebiasaan kuno lectio divina, yang sudah menjadi tradisi berabad-abad. Lectio divina merupakan tradisi mendaras kitab suci para rohaniwan di biara dan rahib di pertapaan dengan cara mengidungkannya. Ibadat menjadi indah karena dinyanyikan. Lectio divina juga merupakan japa mantra buat menolak segala niat jahat. p    cacapatan dilengkapi dengan suguhan wedang kopi atau teh, dan kudapan. Seraya mendengarkan kekidungan, hadirin menyeruput wedang dan mengemil jajanan. Ajaran serius, dalam, dan berat yang disampaikan lewat kidung macapat jadi mudah merasuk kalbu dan bersemayam dalam ingatan. Bagi orang Jawa, tembang macapat memiliki daya magis yang membuat siapa pun bisa membatinkan kebajikan leluhur. Tembang macapat ada yang bisa mengusir segala bentuk kesialan bila didaras berulang-ulang di tengah malam ² misalnya u 9  9  ² bakal menjauhkan orang dari mara bahaya.1 Kidung   Injil dalam buku ini sangat cocok digunakan dalam acara   (peringatan 35 hari kelahiran jabang bayi), malem 9 9  (acara menjelang pesta pernikahan), dan     (malam tirakatan mengenang arwah leluhur). Semoga melalui buku ini, seperti Sindhunata, pembaca mampu pula  dan menggulirkan kebersahajaan   -nya. Sumber buku :p p     GP. Sindhunata SJ dan Ag. Suwandi Boekoe Tjap Petroek, Jogjakarta, cei 2008   



  9              9                          9              (Ada kidung penguasa malam/Sehat dijauhkan dari penyakit/Terbebas dari semua kesialan/Jin dan setan tidak mau mendekat/Teluh tidak mempan/Termasuk hasrat mencelakai/guna-guna orang keblinger/Api ditaklukkan air/Pencuri menjauh tak berani mendekat/Segala niat jahat pun sirna).´