MAKALAH ANTRAKUINON Kel13 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH FITOKIMIA II SENYAWA ANTRAKUINON



Disusun Oleh: 1. 2. 3. 4.



Ely Sulistiowati Nur Khalifah Rhaudhatul Afidah Satrio Aditya



(E0018014) (E0018030) (E0018035) (E0018038)



Dosen Pengampu : Oktariani Pramiastuti, M.Sc., Apt.



PROGRAM STUDI S1 FARMASI STIKes BHAKTI MANDALA HUSADA SLAWI SEMESTER IV 2020



KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Senyawa Antrakuinon” ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga kami berterima kasih kepada Ibu Oktariani Pramiastuti, M.Sc., Apt selaku Dosen mata kuliah Fitokimia 2 Stikes Bhakti Mandala Husada Slawi yang telah memberikan tugas ini kepada kami. Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai Senyawa Antrakuinon. Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca. Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan yang bersifat membangun dari pembaca. Akhir kata, semoga percobaan ini bermanfaat bagi semua pihak.



Tegal, Mei 2020 Penyusun



DAFTAR PUSTAKA HALAMAN JUDUL..........................................................................................................1 KATA PENGANTAR........................................................................................................2 BAB I.........................................................................................................................................4 PENDAHULUAN.....................................................................................................................4 A.



LATAR BELAKANG...............................................................................................4



B.



RUMUSAN MASALAH...........................................................................................4



C.



TUJUAN.....................................................................................................................4



BAB II........................................................................................................................................6 PEMBAHASAN.......................................................................................................................6 A.



Antrakuinon...............................................................................................................6



B.



Ekstraksi senyawa antrakuinon...............................................................................7



C.



Isolasi dan pemurnian senyawa antrakuinon.........................................................7



D.



Identifikasi senyawa antrakuinon/Penentuan sintesis senyawa antrakuinon.....8



E.



Uji bioaktivitas senyawa antrakuinon...................................................................10



F. Pengembangan obat dari bahan alam.......................................................................11 BAB III....................................................................................................................................13 PENUTUP...............................................................................................................................13 A.



Kesimpulan..............................................................................................................13



DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................14



BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Salah satu zat aktif yang banyak ditemukan di alam dan juga di tumbuhan adalah glikosida. Glikosida adalah zat aktif yang termasuk dalam kelompok metabolit sekunder. Secara umum, arti penting glikosida bagi manusia adalah untuk sarana pengobatan dalam arti luas yang beberapa diantaranya adalah sebagai obat jantung, pencahar, pengiritasi lokal, analgetikum dan penurunan tegangan permukaan. Antioksidan merupakan zat yang mampu memperlambat atau mencegah proses oksidasi. Zat ini secara nyata mampu memperlambat atau menghambat oksidasizat yang mudah teroksidasi meskipun dalam konsentrasi rendah. Antioksidan juga sesuai didefinisikan sebagai senyawa-senyawayang melindungi seldari efek berbahaya radikal bebasoksigen reaktif jika berkaitan dengan penyakit, radikal bebas ini dapat berasal dari metabolismetubuh maupun faktor eksternal lainnya Beberapa jenis obat pencahar yang berasal dari tanaman mengandung glikosida sebagai isi aktifnya. Glikosida-glikosida yang terdapat di dalam obat pencahar tersebut mengandung turunan antrasen atau antrakinon sebagai aglikonnya. Simplisia yang mengandung glikosida ini antara lain Rhamni purshianae Cortex, Rhamni Frangulae Cortex, Aloe, Rhei Radix, dan Sennae Folium. Kecuali itu Chrysarobin dan Cochineal (Coccus cacti) juga mengandung turunan antrakinon, akan tetapi tidak digunakan sebagai obat pencahar karena daya iritasinya terlalu keras (Chrysarobin) sehingga hanya digunakan sebagai obat luar atau hanya digunakan sebagai zat warna (Cochineal, Coccus Cacti). B. RUMUSAN MASALAH 1. Apa yang dimaksud senyawa Antrakuinon? 2. Bagaimana proses ekstraksi tanaman yang mengandung senyawa antrakuinon? 3. Bagaimana proses isolasi (pemisahan) dan pemurnian senyawa antrakuinon? 4. Bagaimana proses identifikasi senyawa antrakuinon? 5. Bagaimana proses terjadinya uji bioaktivitas senyawa antrakuinon? 6. Bagaimana proses perkembangan obat dari bahan alam yang mengandung senyawa antrakuinon?



C. TUJUAN 1. Untuk mengetahui arti dari senyawa Antrakuinon 2. Untuk mengetahui proses ekstraksi tanaman yang mengandung senyawa antrakuinon 3. Untuk mengetahui proses isolasi (pemisahan) dan pemurnian senyawa antrakuinon 4. Untuk mengetahui proses identifikasi senyawa antrakuinon 5. Untuk mengetahui proses terjadinya uji bioaktivitas senyawa antrakuinon 6. Untuk mengetahui proses perkembangan obat dari bahan alam yang mengandung senyawa antrakuinon



BAB II PEMBAHASAN A. Antrakuinon Kuinon adalah senyawa berwarna dan mempunyai kromofor dasar seperti kromofor pada benzokuinon, yang terdiri atas dua gugus karbonil yang berkonjugasi dengan dua ikatan rangkap karbo-karbon. Untuk tujuan identifikasi kuinon dapat dibagi atas empat kelompok yaitu : benzokuinon, naftokuinon, antrakuinon dan kuinon isoprenoid. Tiga kelompok pertama biasanya terhidroksilasi dan bersifat fenol serta mungkin terdapat dalam bentuk gabungan dengan gula sebagai glikosida atau dalam bentuk kuinol (Herbert, R. B., 1989). Golongan kuinon alam terbesar terdiri atas antrakuinon dan keluarga tumbuhan yang kaya akan senyawa jenis ini adalah Rubiaceae, Rhamnaceae, Polygonaceae (Robinson, 1995.). Antrakuinon juga disebut 9,10dioxo-dihydroanthracen dengan rumus C14H8O2 (Hossein, N. and Roozbeh, N., 2008). Struktur dasar antrakuinon terlihat sebagai berikut :



Antrakuinon terhidroksilasi tidak sering terdapat dalam tumbuhan secara bebas tetapi sebagai glikosida. Semua antrakuinon berupa senyawa kristal bertitik leleh tinggi, larut dalam pelarut organik basa. Senyawa ini biasa berwarna merah, tetapi yang lainnya berwarna kuning sampai coklat, larut dalam larutan basa dengan membentuk warna violet merah. Bentuk senyawa antrakuinon dalam tumbuhan masih rumit karena prazat aslinya mudah terurai oleh enzim atau cara ekstraksi yang tidak sesuai, sehingga laporan mengenai adanya antrakuinon bebas harus dipertimbangkan dengan hatihati.



Banyak antrakuinon yang terdapat sebagai glikosida dengan bagian gula terikat dengan salah satu gugus hidroksil fenolik (Robinson, 1995). B. Ekstraksi senyawa antrakuinon senyawa antrakuinon umumnya di ekstraksi dengan cara refluk menggunakan pelarut metanol, kemudian dipekatkan dengan evaporator sampai diperoleh ekstrak pekat metanol cara lain ekstraksi senyawa antrakuinon dapat dilakukan dengan metode maserasi pada suhu kamar selama 24 jam menggunakan pelarut aseton (Kristanti, dkk., 2006). C. Identifikasi senyawa antrakuinon Cara identifikasi senyawa antrakuinon: 1. Reaksi warna a) Uji borntrager 



Ekstrak sebanyak 0,3 gram diekstraksi dengan 10 ml aquadest, saring, lalu filtrat diekstraksi dengan toluene dalam corong pisah.







Ekstraksi dilakukan sebanyak dua kali. Kemudian fase toluena dikumpulkan dan dibagi menjadi dua bagian, disebut sebagai larutan VA dan VB







Larutan VA sebagai blanko, larutan B ditambahkan ammonia pekat 1 ml dan dikocok.







Timbulnya warna merah menunjukan adanya senyawa antrakuinon



b) Uji modifikasi borntrager 



Ekstrak sebanyak 0,3 gram ditambahkan dengan 5 ml KOH 0,5 N dan 1 ml H202 encer.







Dipanaskan selama 5 menit dan disaring, filtrat ditambah asam asetat glacial, kemudian diekstraksi dengan 5 ml toluena.







Fase toluena diambil dan dibagi menjadi dua bagian sebagai larutan VIA dan VIB.







Larutan VIA sebagai blanko, larutan VIB ditambahkan ammonia pekat 1 ml. Timbulnya warna merah atau merah muda pada lapisan alkalis menunjukan adanya antrakuinon.



2. Kromatografi lapis tipis (KLT)







Sampel ditotolkan pada fase diam. Uji kromatografi lapis tipis ini menggunakan: Fase diam



: kiesel gel 254



Fase gerak



: toluena-etil asetat- asam asetat glacial (75 : 24: 1)



Penampak noda : larutan KOH 10% dalam methanol 



Timblnya noda berwarna kuning, kuning coklat, merah ungu atau hijau ungu menunjukan adanya senyawa antrakinon.



D. Sintesis senyawa turunan antrakuinon Sintesis senyawa turunan antrakuinon menggunakan vanilil alkohol dan Ftalat anhidrida, dilakukan dengan mereaksikan terlebih dahulu ftalat anhidrida dengan BF di dalam labu leher tiga. Campuran direfluks sambil diaduk secara kontinu menggunakan pengaduk magnet hingga tercampur rata. Kemudian vanilil alcohol ditambahkan sambil terus diaduk. Refluks dilakukan dengan temperatur 95˚C selama 4 jam. ( alimudin dkk, 2014) Jalannya reaksi dipantau menggunakan KLT. Reaksi sintesis senyawa turunan antrakuinon dan usulan mekanisme reaksi ditunjukkan pada Gambar 4 dan 5.



Gambar 4. Reaksi pembentukan senyawa turunan antrakuinon



Gambar 5. Usulan mekanisme reaksi pembentukan senyawa turunan antrakuinon Selanjutnya reaksi campuran dihentikan, dan diekstraksi partisi menggunakan pelarut etil asetat untuk memisahkan produk dari pengotornya. Ekstrak etil asetat kemudian dipekatkan dengan rotari evaporator untuk menguapkan pelarut etil asetatnya. Massa ekstrak etil asetat yang diperoleh yaitu 0,1334 gram. Ekstrak etil asetat kemudian dianalisis menggunakan KLT dan disemprot dengan reagen KOH 10% untuk memberikan warna spesifik pada senyawa antrakuinon. Profil kromatogram produk sintesis ditunjukkan pada Gambar 6.



Gambar 6. Profil kromatogram ekstrak etil asetat: Hasil elusi dengan eluen campuran etil asetat dan n-heksana (1:1) (A); Kromatogram yang diamati di bawah sinar lampu UV λ=254 nm (B); Setelah disemprot dengan reagen KOH 10% (C) Profil kromatogram Gambar 6 B, menujukkan produk sintesis dengan warna kuning namun belum murni yang ditandai dengan adanya noda-noda komponen lain. Setelah disemprot reagen KOH 10% (Gambar 6 C), noda tersebut berubah warna menjadi jingga keunguan yang diprediksikan adalah noda senyawa antrakuinon.



Menurut Wali, dkk. (2014) senyawa antrakuinon biasanya berwarna merah, tetapi ada yang berwarna kuning sampai coklat. Senyawa antrakuinon akan menghasilkan warna violet merah dalam pelarut basa. Produk sintesis dilanjutkan pada tahapan pemurnian dengan metode Kromatografi Kolom Gravitasi (KKG). E. Pemurnian senyawa antrakuinon a. Pemurnian dengan metode Kromatografi Kolom Gravitasi (KKG) Pemisahan dengan metode KKG merupakan teknik pemisahan berdasarkan gaya gravitasi, eluat yang keluar berdasarkan kepolaran eluen yang digunakan. Fraksi yang diperoleh sebanyak 105 fraksi yang kemudian dianalisis menggunakan KLT. Fraksi dengan noda yang mirip digabungkan dan diperoleh 3 fraksi gabungan. Masing-masing fraksi gabungan kemudian di KLT dan menunjukkan noda yang dihasilkan fraksi gabungan FG1 dan FG2 relatif sama, sehingga FG1 dan FG2 digabungkan dan disebut fraksi FG1-2 dengan massa 0,005 gram. Kemudian fraksi FG1-2 dimurnikan dengan metode KLT Preparatif. b. Pemurnian dengan metode Kromatografi Lapis Tipis Preparatif (KLTP) Pemurnian dengan metode KLTP didasarkan pada adorbsi dan partisi seperti halnya metode KLT. Perbedaannya pada tujuan dari metode KLTP lebih digunakan untuk pemurnian. Karena pita kromatogram yang dihasilkan dari KLTP dapat dipisahkan dengan cara dikeruk. Sampel fraksi FG1-2 dilarutkan dengan pelarut diklorometana, kemudian larutan ditotolkan disepanjang plat yang sebelumnya telah diberi garis 1cm pada salah satu sisi plat. Selanjutnya plat dielusi dengan diklorometana 100%. Profil kromatogram diamati di bawah sinar lampu UV λ=254 nm, profil kromatogram ditunjukkan pada Gambar 7.



Gambar 7. Profil kromatogram KLTP fraksi gabungan FG1-2 tampak di bawah sinar lampu UV



λ=254 nm; eluen diklorometana 100%; A. Pita 1 Rf= 0,41 ; B.



Pita 2 Rf= 0,43; C. Pita 3 Rf= 0,56; D. Pita 4 Rf= 0,85; E. Pita 5 Rf= 0,92.



Gambar 8. Profil kromatogram Isolat hasil KLTP pita 1; eluen diklorometana 100%; kromatogram tampak di bawah sinar lampu UV λ= 254 nm (A) dan kromatogram setelah disemprot reagen KOH 10% (B).



Tabel 3. Massa isolat hasil KLT Preparatif Isolat KLTP A B C D E



Massa (mg) 0,6 0,9 0,5 0,8 2,4



Berdasarkan profil kromatogram KLTP Gambar 7 diperoleh lima pita. Kelima pita yang dihasilkan dikeruk dan diarutkan dalam pelarut metanol untuk memisahkan senyawa dari silika. Filtrat dipisahkan dengan cara dekantasi. Selanjutnya filtrat dianalisis dengan KLT menggunakan eluen diklorometana 100%. Profil kromatogram diamati dengan sinar lampu UV λ=254 nm dan diberi penampak noda reagen KOH10%. Kelima isolat memiliki noda tunggal. Setelah disemprot dengan KOH 10%, isolat pita 1 menghasilkan perubahan warna warna jingga keunguan yang diprediksikan sebagai senyawa turunan antrakuinon. Menurut Hossein dan Roozbeh (2008), hasil positif yang menunjukkan keberadaan senyawa turunan antrakuinon adalah timbulnya warna kuning, jingga dan merah. Menurut Wali, dkk. (2014) senyawa antrakuinon akan menghasilkan perubahan warna violet merah dalam pelarut basa. Profil kromatogram isolat pita 1, ditunjukkan pada Gambar 8. Berdasarkan Gambar 8 menunjukkan bahwa isolat pita 1 menunjukkn noda tunggal berwarna jingga keunguan yang diprediksikan sebagai senyawa turunan



antrakuinon. Isolat pita 1 yang diperoleh berupa serbuk berwarna kuning. Adapun massa dari masing-masing isolat ditunjukan pada Tabel 3. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa senyawa turunan antrakuinon dapat disintesis menggunakan vanilil alkohol dan ftalat anhidrida melalui reaksi asilasi Friedel-Crafts dengan penambahan BF3 sebagai katalis menggunakan metode refluks dan pengadukan secara kontinu pada temperatur 95˚C selama 4 jam, dengan uji fitokimia menggunakan reagen KOH 10% menunjukkan noda tunggal berwarna jingga keunguan yang diprediksikan sebagai senyawa turunan antrakuinon. F. Uji bioaktivitas senyawa antrakuinon



Identifikasi senyawa fraksi klorofom Kromatografi GC-MS dan senyawa hasil identifiksi GC-MS fraksi kloroform Ekstrak metanol kulit buah manggis disajikan pada gambar 1 dan tabel 2. Sebanyak 18 senyawa yang teridentifikasi dan setelah dilakukan penggolongan senyawa tersebut dapat digolongkan menjadi 10 golongan yaitu : golongan antrakuinon, ester alifatik, steroid, asam karboksilat, hidrokarbon alifatik, keton alkohol, lsanton, ester aromatik, dan seskuiterpen.



Antrakuinon meruapakan komponen yang paling dominan dalam fraksi kloroform ekstrak kulit buah manggis yaitu 57,13 % tabel 2. Senyawa ini diduga sebagai komponen antimikroba kunci dalam fraksi tersebut. Kazmi et al ( 1994) menyatakan antrakuinon dari cassia italica corynrbacterium pseudidophthericum, pseudomonas pseudomalliae. Antrakuinon merupakan senyawa turunan kuinin. Menurut cowan ( 1999 ) kuinon memiliki kisaran antimikroba yang sangat luas karena disamping merupakan sumber radikal bebas, juga dapat mebetuk kompleks dengan asam amino nukleofilik dalam protein sehingga dapat menyebabkan protein kehilangan fungsinya. Kuinon bereaksi dengan protein adesin bulu bulu sel, polipeptida dinding sel, dan eksoenzim yang dilepaskan melalui membran. Komponen komponen lain yang diduga ikut menunjang aktivitas antimikroba fraksi kloroform ekstrak metanil kulit buah manggis adalah steroid, asam karbiksolat, keton, alkohol, ksnton, dn seskuiterpenoid ( cowan, 1999: casas-campillo et al., 1961; black,2005 )



G. Pengembangan obat dari bahan alam 1. Gel lidah buaya dapat digunakan sebagai antimikroba dan anti fungi hal ini didalam gel lidah buaya terdapat senyawa antrakuinon, senyawa antrakuinon seperti seperti aloemodin dan aloin, berfugsi sebagai antibiotik.Hal tersebut menyebabkan gel lidah buaya dapat bereaksi kuat terhadap infeksi dari mikroba seperti bakteri, virus dan jamur 2. Daun Mengkudu mengandung komposisi antrakuinon yang berfungsi sebagai bakteri dan anti kanker. Senyawa antrakuinon yang dimiliki daun mengkudu berjenis aloin dan trakuinon. 3. Kulit buah manggis dugunakan sebagai menunjang aktivitas mikroba. Didalam kulit buah manggis terdapat senyawa antrakuinon



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan 1. Kuinon adalah senyawa berwarna dan mempunyai kromofor dasar seperti kromofor pada benzokuinon, yang terdiri atas dua gugus karbonil yang berkonjugasi dengan dua ikatan rangkap karbo-karbon. 2. Identifikasi senyawa antrakuinon dapat dilakukan dengan reaksi warna yaitu uji borntager dan uji modifikas borntager, dan identifikasi secara kromatografi lapis tipis. 3. senyawa turunan antrakuinon dapat disintesis menggunakan vanilil alkohol dan ftalat anhidrida melalui reaksi asilasi Friedel-Craft 4. Bioaktivitas senyawa antrakuinon yaitu salah satu nya sebagai anti mikroba 5. Tanaman yang mengandung senyawa antrakuinon dengan aktivitas antimikroba diantaranya adalah gel lidah buaya, daun mengkudu dan kulit buah manggis.



DAFTAR PUSTAKA Alimuddin, A. H.; Matsjeh, S.; Anwar, C. dan Mustofa, 2013, Pemanfaatan Minyak Daun Cengkeh untuk Sintesis 3,4-dimetoksibenzil Sianida sebagai Bahan Dasar Sintesis Isoflavon, J. Nat. Indo., 15(1): 68–74 Budimarwanti, C. dan Theresih, K., 2015, Sintesis Warming Agent Amil Vanilil Eter Dari Bahan Dasar Vanilin, J. Sains Dasar, 4(2): 100 – 108 Herbert, R. B., 1989, The Biosynthesis of Secondary Metabolism, Campman and Hall, New York. Kristanti, A. N.; Aminah, N. S.; Tanjung, M.; Yusamsutin,; Azizah, dan Marwati, D. S., 2006, Isolasi Senyawa Antrakuinon dari Cassia multijuga (Leguminosae), J. Kim. Ind. 1: 17-21. Madje, B. R.; Shelke, K. F.; Sapkal, S. B.; Kakade, G. K. and Shingare, M. S., 2010, An Efficient One-Pot Synthesis of Anthraquinone Derivates Catalyzed by Alum in Aqueous Media, Green Chem. Let. and Rev., 3: 269-273. Robinson, T., 1991, The Organic Constituen of Higher Plants. Ed ke-6. Department of Biochemistry, University of Massachusetts. Wali, M.; Haneda, N. F. dan Maryana, N., 2014, Identifikasi Kandungan Kimia Bermanfaat pada Daun Jabon Merah dan Putih (Anthocephalus spp.), J. Silvikultur Tropika, 5:77-83.