Makalah DM [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH DIABETES MILITUS



Di susun oleh : 1. 2. 3. 4.



Anisa eka kurniasari Dhea puti agnecia Muhammad rafid Yanti oktavia



(17048) (17056) (17072) (17086)



AKADEMI KEPERAWATAN DHARMA WACANA METRO TAHUN AKADEMI 2019/2020



KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga laporan hasil observasi ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya. 1.



Dosen Pembina mata kuliah yang telah memberikan arahan tentang tema dan tata cara penulisan makalah yang baik.



2.



Teman-teman anggota kelompok yang telah secara kompak bekerjasama menyelesaikan makalah ini sesuai bagian masing. Penulisan makalah sebagai bahan presentasi dan diskusi diharapkan



mahasiswa dapat memahami konsep Diabetes mellitus. Kami menyadari bahwa makalah ini belum sempurna dan asih banyak kekurangan oleh karena itu, diharapkan mendapat masukan melalui proses diskusi kelas.



Metro, 19 Agustus 2019



Penulis



ii



DAFTAR ISI Halaman Sampul .............................................................................................. i Kata Pengantar ................................................................................................. ii Daftar Isi........................................................................................................... iii BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1 1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 2 1.3 Tujuan Penulisan ........................................................................................ 2 BAB II PEMBAHASAN ................................................................................. 3 2.1. Pengertian Diabetes Mellitus .................................................................... 3 2.2. Etiologi Diabetes Mellitus......................................................................... 3 2.3. Faktor Risiko Diabetes Mellitus ............................................................... 5 2.4. Tanda, gejala, dan diagnosa Diabetes Mellitus ......................................... 8 2.5. Pencegahan Diabetes Mellitus .................................................................. 10 2.6 Kontribusi Olahraga pada Diabetes Mellitus......................................13



BAB III PENUTUP..............................................................................15 3.1. Kesimpulan ............................................................................................... 15 Daftar Pustaka .................................................................................................. 16



iii



BAB I PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang Diabetes merupakan permasalahan kesehatan serius di seluruh dunia.Diperkirakan 15,7 juta orang di Amerika Serikat menderita diabetes mellitus. Perkiraan tersebut, merupakan perhitungan antara diabetes yang terdiagnosa dan tidak terdiagnosa, sebanyak 5,9 % populasi di Amerika Serikat menderita diabetes mellitus. Diabetes Mellitus menyebabkan kematian lebih dari 162.200 jiwa pada tahun 1996. Diabetes termasuk tujuh penyebab utama kematian pada daftar angka kematian di AS, tapi diabetes diyakini termasuk kematian yang tidak tidak terlaporkan, antaranya adalah kondisi dan penyebab kematian. Diabetes adalah penyebab utama dari kebutaan. Lebih dari 60 sampai 65% penderita diabetes menderita hipertensi. Hal yang mengejutkan biaya pengeluaran untuk pengobatan secara langsung dan tidak langsung untuk diabetes pada tahun 1997 diperkirakan mencapai 98 juta dolar. Banyaknya biaya tidak memberikan



timbal



balik



yang



kehidupan



patien



diabetes



dan



keluarganya.(Sharon n Margaret 2000) Penderita diabetes mellitus di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya, hal ini dihubungkan dengan meningkatnya angka kesejahteraan. Persentase penderita diabetes mellitus lebih besar di kota daripada di desa, 14,7% untuk dikota dan 7,2% di desa. Indonesia menduduki peringkat keenam di dunia dalam hal jumlah terbanyak penderita diabetes. Dari penjelasan yang tersebut diatas peranan soerang ahli kesehatan masyarakat sangat penting dalam pelaksanaan promosi kesehatan untuk menurunkan angka kesakitan dan angka kematian yang disebabkan karena diabetes mellitus, sehingga diharapkan mahasiswa dapat memahami dan menguasai konsep dan problematika pada penderita diabetes mellitus khususnya penderita lansia.



1



1.2 Rumusan Masalah 1. Apa pengertian dari diabetes mellitus? 2. Apa saja etiologi diabetes mellitus? 3. Apa saja faktor risiko diabetes mellitus? 4. Apa saja gejala, tanda, dan diagnosa diabetes mellitus? 5. Apa saja pencegahan untuk mencegah terjadinya diabetes mellitus? 6. Apa saja kontribusi olahraga untuk penyakit diabetes mellitus?



1.3 Tujuan Penulisan 1. Menjelaskan pengertian diabetes mellitus. 2. Memaparkan etiologi diabetes mellitus. 3. Menjelaskan faktor risiko dari diabetes mellitus. 4. Menjelaskan gejala, tanda, dan diagnosa diabetes mellitus. 5. Menjelaskan pencegahan diabetes mellitus. 6. Menjelaskan kontribusi olahraga untuk penyakit diabetes mellitus.



2



BAB II PEMBAHASAN



2.1 Pengertian Diabetes mellitus Diabetes adalah sekelompok penyakit metabolik yang ditandai oleh hiperglikemia yang dihasilkan dari cacat sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya (American Diabetes Association, 2014). Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolik dari berbagai etiologi yang ditandai oleh hiperglikemia chronis dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein yang dihasilkan dari cacat sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya (WHO, 1999). Diabetes mellitus adalah gangguan metabolisme yang disebabkan kurangnya produksi hormon insulin, yang diperlukan dalam proses pengubahan gula menjadi tenaga serta sintesis lemak. Kondisi yang demikian mengakibatkan terjadinya hiperglikemia, yaitu meningkatnya kadar gula dalam darah atau terdapatnya kandungan gula dalam air kencing dan zat-zat keton serta asam (keto-acidosis) yang berlebihan. Keberadaan zat-zat keton danasam yang berlebihan ini menyebabkan terjadinya rasa haus yang terus-menerus, banyak kencing, penurunan berat badan meskipun selera makan tetap baik, penurunan daya tahan tubuh (Lanywati , 2001). Diabetes mellitus (DM) atau disebut diabetes saja merupakan penyakit gangguan metabolik menahun akibat pankreas tidak memproduksi cukup insulin atau tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang diproduksi secara efektif. Insulin adalah hormon yang mengatur keseimbangan kadar gula darah. Akibatnya terjadi peningkatan konsentrasi glukosa didalam darah (hiperglikemia) (Depkes, 2014).



2.2 Etiologi Diabetes Mellitus 1. Kelebihan berat badan Penderita penyakit diabetes tipe 2 diketahui lebih dari 85% memiliki kelebihan berat badan. Kelebihan berat badan atau obesitas sering



3



dikaitkan dengan risiko terkena penyakit diabetes. Olahraga secara rutin sangat dianjurkan untuk menurunkan berat badan dan menurunkan resistensi insulin. 2. Sering stres Jika seseorang mengalami stres, tubuh orang tersebut akan meningkatkan produksi hormon epinephrine dan kortisol agar gula darah naik dan tersedia cadangan energi untuk beraktivitas. Namun, apabila gula darah sering terus dipicu tinggi karena mengalami stres yang berkepanjangan tanpa jalan keluar, sama saja dengan melakukan bunuh diri pelan-pelan. Alangkah baiknya jika sedang mengalami masalah, bicaralah pada orang yang bermasalah tersebut secara baik-baik atau ceritakan pada sahabat terdekat. 3. Riwayat hidup keluarga Faktor keturunan juga berperan seseorang terkena diabetes. Apabila orang tua pernah didiagnosis penyakit diabetes tipe 2, maka anak beresiko terkena diabetes. 4. Kondisi tertentu pada wanita Pada wanita yang memiliki sindrom ovarioum polikistik lebih beresiko untuk menderita diabetes. Sindrom ovarioum polikistik merupakan ketidakseimbangan hormonal yang menyebabkan tidak teraturnya masa siklus menstruasi pada wanita. Wanita yang pernah melahirkan bayi dengan kategori gemuk (4kg atau lebih) diketahui berisiko terkena diabetes. Adapun wanita hamil yang dapat menderita diabetes gestasional (diabetes terjadi selama masa kehamilan), diketahui 7 kali lebih beresiko terkena diabetes tipe 2 pada masa yang akan datang. 5. Kecanduan merokok Penelitian di Amerika melibatkan setidaknya 4.572 relawan pria dan wanita menemukan bahwa resiko perokok aktif terhadap diabetes naik sebesar 22%. Naiknya risiko tidak cuma disebabkan oleh fakor merokok saja, tetapi kombinasi antara berbagai gaya hidup tidak sehat.



4



6. Makanan tinggi gula dan lemak Sering mengonsumsi makanan tinggi gula dan lemak merupakan salah satu hal penyebab diabetes. Mengkonsumsi makanan seperti ini berisiko dapat meningkatkan kadar kolesterol dan tekanan darah. Tekanan darah dan kadar kolesterol yang tinggi sering dikaitkan dengan diabetes dan penyakit jantung. 7. Takut kulit menjadi hitam Menurut jurnal Diabetes Care, wanita dengan asupan vitamin D yang tinggi dan kalsium berisiko paling rendah untuk terkena diabetes tipe 2. Sumber vitamin D dapat ditemukan di sejumlah makanan, namun yang terbaik ada pada sinar matahari. Terkenan paparan matahari pagi selama 20 menit sudah mencukupi kebutuhan vitamin D selama 3 hari. Sebelum berjemur pada paparan sinar matahari pagi, alangkah baiknya Anda menggunakan sunscreen (tabir surya) selama 10-15 menit. Vitamin D juga dapat membantu keteraturan metabolisme tubuh, termasuk juga gula darah. 8. Gorengan Gorengan merupakan salah satu makanan faktor resiko tinggi pemicu penyakit degeneratif, seperti penyakit kardiovaskular, stroke, dan diabetes melitus. Penyebab utama penyakit kardiovaskular tersebut adalah adanya penyumbatan pembuluh darah koroner, dengan faktor resiko utama adalah dislipidemia. Dislipidemia merupakan penyakit kelainan metabolisme pada lipid yang ditandai dengan gejala peningkatan kadar kolesterol total, LDL atau kolesterol jahat dan trigliserida. Meningkatnya proporsi dislipidemia disebabkan kebiasaan mengkonsumsi makanan rendah serat dan tinggi lemak, termasuk makanan gorengan.



2.2.1



Faktor Risiko Diabetes Mellitus Diabetes mellitus utamanya disebabkan oleh dua hal, yaitu



meningkatnya kadar gula darah dan kurangnya produksi insulin. Peningkatan kadar gula darah disebabkan oleh meningkatnya asupan zat gizi yang masuk ke dalam tubuh, terutama asupan karbohidrat. Sementara itu, kurangnya



5



produksi insulin dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu defisiensi insulin dan resistensi insulin. Resistensi insulin disebabkan oleh jaringan tubuh yang menjadi kurang sensitif terhadap dampak dari insulin. Hal ini menyebabkan gula darah tidak meninggalkan darah, dan malah memasuki sel-sel tubuh. Sementara itu, defisiensi insulin disebabkan oleh ketidakmampuan insulin untuk memenuhi kadar yang dibutuhkan oleh tubuh (Nathan & Delahanty, 2005). Ada beberapa faktor yang dapat berpengaruh terhadap resistensi atau defisiensi insulin, di antaranya adalah berat badan lebih, peningkatan usia, gaya hidup yang kurang aktivitas, kelainan hormon, dan faktor genetik atau keturunan (Nathan & Delahanty, 2005). Berikut adalah beberapa faktor risiko dari diabetes mellitus yaitu di antaranya sebagai berikut. 1. Konsumsi zat gizi Menurut penelitian Sujaya (2009), konsumsi karbohidrat yang tinggi dapat meningkatkan risiko terkena DM sebanyak 10,28 kali. Selain itu, orang dengan konsumsi lemak yang tinggi berisiko 5,25 kali lebih besar untuk terkena diabetes, dibandingkan dengan orang yang konsumsi lemaknya rendah. Sementara itu, pada penduduk pria di Amerika Serikat, pola makan western, yaitu yang mengandung daging, kentang goreng, dan susu yang berlemak tinggi terbukti berhubungan dengan peningkatan risiko terjadinya DM (Van Dam dkk. 2002 dalam Sujaya, 2009). Konsumsi karbohidrat yang tinggi ini akan semakin meningkatkan risiko DM jika diiringi asupan serat yang rendah (Gross dkk., 2004 dalam Sujaya, 2009). 2. Obesitas Kurangnya aktivitas fisik serta tingginya konsumsi karbohidrat, protein, dan lemak yang merupakan faktor risiko dari obesitas menyebabkan mengingkatnya Asam Lemak atau Free Fatty Acid (FFA) dalam sel. Peningkatan FFA ini akan menurunkan translokasi transporter glukosa ke membran plasma dan menyebabkan terjadinya resistensi insulin pada jaringan adipose (Teixeira Lemos dkk., 2011).



6



Prevalensi DM sejalan dengan tingkat obesitas. Semakin berat tingkat obesitas, semakin tinggi pula prevalensi DM. Setiap peningkatan 1 kg berat badan dapat meningkatkan risiko terjadinya DM sebesar 4,5% (Webber, 2004 dalam Sujaya, 2009). Selain itu, pada penelitian Lies (1998) ditemukan bahwa indeks massa tubuh memiliki hubungan yang bermakna dengan kejadian diabetes mellitus. 3. Faktor Genetik Penelitian dari Genome-Wide Association menemukan bahwa terdapat jenis Single Nucleotide Polimorphisms (SNPs) yang terkait dengan fungsi sel ᵦ pankreas yang memicu terjadinya DM. Namun, faktor lain seperti obesitas dan rendahnya aktivitas fisik merupakan faktor yang lebih penting (Sladek, 2007 dalam Praet, 2009). 4. Riwayat Keluarga Penelitian dari Lies (1998) menunjukkan bahwa adanya riwayat diabetes mellitus pada keluarga (orang tua atau kakek-nenek) berhubungan signifikan dengan kejadian diabetes mellitus pada seseorang. Hasil ini diperkuat oleh penelitian Iswanto (2004) yang menemukan bahwa adanya riwayat diabetes pada kakek, nenek, ayah, ibu, paman, bibi, kakak, atau adik berhubungan signifikan dengan kejadian diabetes mellitus. Penyakit diabetes diturunkan menurut Hukum Mendel secara resesif autosomal dengan penetrasi inkomplit. Apabila kedua orang tua merupakan penderita diabetes melitus, maka semua anaknya juga akan menderita penyakit tersebut. Sedangkan jika salah satu orang tua dan kakek menderita diabetes, maka 50% dari anak-anaknya akan terkena diabetes (Himawan, 1973). 5. Umur Penelitian Iswanto (2004) menemukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara umur dengan kejadian diabetes mellitus. Sementara itu, berdasarkan hasil Riskesdas 2007, peningkatan kelompok umur ternyata juga diikuti dengan peningkatan prevalensi Toleransi Glukosa Terganggu (TGT) dan Diabetes Mellitus. Namun, pada diabetes



7



mellitus, prevalensi pada umur 75 tahun ke atas kembali menurun jika dibandingkan dengan kelompok umur sebelumnya. Diabetes Tipe-1 yang diduga diakibatkanoleh faktor genetik sebagian besar terjadi pada usia anak-anak dan remaja. Sementara itu, diabetes Tipe-2 biasanya banyak terjadi pada usia 40 tahun ke atas karena pada usia tersebut mulai terjadi peningkatan intoleransi glukosa. Adanya proses penuaan menyebabkan berkurangnya kemampuan sel ᵦ pankreas dalam memproduksi insulin (Budhiarta dkk., 2005 dalam Sujaya, 2009). 6. Aktivitas Fisik Kurangnya aktivitas fisik menyebabkan jumlah energi yang dikonsumsi melebihi jumlah energi yang dikeluarkan, sehingga menimbulkan keseimbangan energi positif yang disimpan pada jaringan adipose. Hal ini menyebabkan terjadinya resistensi insulin yang berkembang menjadi DM Tipe-2 (WHO, 2003 dalam Sujaya, 2009). 7. Jenis Kelamin Beckles dan Thompson Reid (2001) dalam Grant, dkk. (2009) memaparkan bahwa variasi proporsi diabetes mellitus, khususnya pada wanita dapat disebabkan oleh beberapa hal, yaitu dampak dari diabetes gestasional pada ibu dan bayi, serta tingginya diabetes mellitus pada wanita yang berusia tua, yang disebabkan oleh usia harapan hidup wanita lebih tinggi dari pria. Selain itu, wanita juga lebih rentan terkena faktorfaktor risiko diabetes mellitus dibandingkan dengan pria (Beckles dan Thompson Reid, 2001 dalam Grant, dkk., 2009).



2.2.2



Tanda, Gejala, dan Diagnosa Tanda awal yang dapat diketahui bahwa seseorang menderita DM atau kencing manis yaitu dilihat langsung dari efek peningkatan kadar gula darah, dimana peningkatan kadar gula dalam darah mencapai nilai 160 180 mg/dL dan air seni (urine) penderita kencing manis yang mengandung gula (glucose), sehingga urine sering dilebung atau dikerubuti semut. Penderita diabetes melitus umumnya menampakkan tanda dan gejala dibawah ini meskipun tidak semua



8



dialami oleh penderita : 1.



Jumlah urine yang dikeluarkan lebih banyak (Polyuria)



2.



Sering atau cepat merasa haus/dahaga (Polydipsia)



3.



Lapar yang berlebihan atau makan banyak (Polyphagia)



4.



Frekwensi urine meningkat/kencing terus (Glycosuria)



5.



Kehilangan berat badan yang tidak jelas sebabnya



6.



Kesemutan/mati rasa pada ujung syaraf ditelapak tangan & kaki



7.



Cepat lelah dan lemah setiap waktu



8.



Mengalami rabun penglihatan secara tiba-tiba



9.



Apabila luka/tergores (korengan) lambat penyembuhannya



10.



Mudah terkena infeksi terutama pada kulit.



Kondisi kadar gula yang drastis menurun akan cepat menyebabkan seseorang tidak sadarkan diri bahkan memasuki tahapan koma. Gejala diabetes melitus dapat berkembang dengan cepat waktu ke waktu dalam hitungan minggu atau bulan, terutama pada seorang anak yang menderita penyakit diabetes mellitus tipe 1. Lain halnya pada penderita diabetes mellitus tipe 2, umumnya mereka tidak mengalami berbagai gejala diatas. Bahkan mereka mungkin tidak mengetahui telah menderita kencing manis. Menurut Supartondo, gejala-gejala akibat DM pada usia lanjut yang sering ditemukan adalah : 1. Katarak 2. Glaukoma 3. Retinopati 4. Gatal seluruh badan 5. Pruritus Vulvae 6. Infeksi bakteri kulit 7. Infeksi jamur di kulit 8. Dermatopati 9. Neuropati perifer 10. Neuropati visceral 11. Amiotropi



9



12. Ulkus Neurotropik 13. Penyakit ginjal 14. Penyakit pembuluh darah perifer 15. Penyakit koroner 16. Penyakit pembuluh darah otak 17. Hipertensi Diagnosa meliputi: 1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik, kehilangan gastrik, berlebihan diare, mual, muntah, masukan dibatasi, kacau mental. 2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakcukupan insulin, penurunan masukan oral : anoreksia, mual, lambung penuh, nyeri abdomen, perubahan kesadaran : status hipermetabolisme, pelepasan hormon stress. 3. Risiko tinggi terjadi infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan perifer, perubahan sirkulasi, kadar gula darah yang tinggi, prosedur invasif dan kerusakan kulit.



2.2.3



Pencegahan Diabetes Mellitus



1. Berhenti Merokok. Jika Anda memiliki kebiasaan merokok maka sebaiknya berhenti mulai sekarang. Rokok meninggalkan nikotin dalam saluran pernafasan kemudian akan diambil oleh darah. Darah yang mengandung nikotin akan merusak sistem insulin pada pankreas sehingga resiko diabetes menjadi semakin tinggi. Bahaya merokok selain menjadi penyebab diabetes juga dapat menimbulkan ratusan penyakit paling mematikan di dunia lainnya. 2. Berhenti Minum Alkohol. Alkohol adalah salah satu pemicu beberapa jenis penyakit dalam tubuh seperti jantung, stroke, kanker hati dan beberapa jenis penyakit lain. Jantung menjadi salah satu potensi besar untuk merusak kemampuan tubuh dalam menghasilkan insulin. Karena itulah bahaya alkohol bisa meningkatkan potensi diabetes.



10



3. Hindari Kebiasaan Tidak Melakukan Aktivitas Apapun. Ketika Anda sedang menonton televisi maka jangan menggunakan remote kontrol. Terlalu banyak duduk akan memicu timbunan lemak dalam tubuh sehingga Anda bisa menjadi lebih gemuk. Jadi, membuat tubuh selalu bergerak paling tidak hanya berjalan-jalan akan membuat simpanan kalori dalam tubuh bisa dibakar menjadi tenaga. 4. Turunkan Berat Badan Obesitas adalah salah penyebab diabetes yang paling tinggi. Memiliki berat badan yang berlebih akan memicu beberapa penyakit seperti jantung. Ketika tubuh beresiko memiliki penyakit jantung maka potensi diabetes juga akan semakin tinggi. Jika kondisi ini terjadi maka Anda bisa menurunkan berat badan dengan melakukan olahraga secara teratur dan diet. 5. Ganti Sumber Karbohidrat dengan Biji-Bijian Sumber karbohidrat yang berasal dari tanaman gandum dan biji-bijian bisa membuat enzim pencernaan sulit merubah pati menjadi glukosa. Proses ini akan membuat tubuh mendapatkan kadar gula dalam darah dengan proses yang lebih lama. Jika hal ini terjadi maka tubuh akan memproses insulin sesuai dengan kebutuhan. Dengan cara ini maka resiko diabetes bisa dikurangi dan untuk mencegah terjadinya diabetes. beberapa jenis makanan yang bisa digunakan untuk menggantikan karbohidrat lembut seperti nasi adalah gandum, sereal, jagung dan ubi. 6. Hindari Terlalu Sering Konsumsi Minuman Manis Minuman manis yang mengandung gula dan bahan pemanis lain telah meningkatkan resiko diabetes. Minuman manis memang dibutuhkan oleh tubuh sebagai sumber tenaga tapi dalam jumlah yang kecil. Selain minuman manis maka minuman yang mengandung soda dan berbagai bahan pengawet juga harus dihindari. Minuman manis akan meningkatkan kadar glikemik dalam tubuh sehingga bisa meningkatkan resiko obesitas dan diabetes.



11



7. Konsumsi Lemak Tak Jenuh Ganda Lemak tak jenuh ganda adalah jenis lemak yang ditemukan pada beberapa jenis kacang-kacanga, biji-bijian, ikan salmon, ikan sarden dan beberapa jenis ikan lain . Lemak ini dapat membantu tubuh dalam mencegah diabetes. Sementara jenis minyak trans seperti minyak sawit dan margarin akan meningkatkan resiko penyakit jantung dan meningkatkan resiko diabetes. 8. Batasi Konsumsi Daging Merah Daging merah yang berasal dari domba, sapi , dan babi ternyata bisa meningkatkan resiko diabetes. Daging merah tidak mudah diterima oleh tubuh termasuk dalam proses metabolisme. Untuk menghindari resiko ini maka sebaiknya ganti daging merah dengan daging unggas. 9. Lakukan Berbagai Macam Aktifitas Fisik Berbagai macam gerakan dan latihan fisik bisa menghindari tubuh dari penumpulan lemak, resiko obesitas dan membuat jantung menjadi lebih sehat. Dengan gaya hidup seperti ini maka tubuh akan meningkatkan produksi insulin dan digunakan untuk membantu menormalkan kadar gula dalam darah. Anda bisa memilih beberapa aktifitas fisik seperti berenang, senam dan lari. Latihan fisik 20 menit setiap hari sudah bisa menurunkan resiko terkena diabetes. 10. Konsumsi Makanan Berserat Makanan yang mengandung serat akan membuat sistem metabolisme dalam tubuh berjalan lebih lancar. Organ pencernaan bisa bekerja secara maksimal dan zat-zat penting yang berasal dari makanan bisa digunakan oleh tubuh dengan cepat. Makanan berserat juga bisa menurunkan resiko penyakit jantung dan menjaga organ pencernaan. Dengan cara ini maka resiko diabetes akan menjadi lebih rendah. beberapa makanan berserat antara lain adalah sayuran hijau, kacang-kacangan, buah-buahan, dan biji-bijian.



12



11. Atur Porsi Makan Konsumsi makanan yang seimbang dengan kebutuhan nutrisi tubuh adalah langkah yang sangat bijak. Pada dasarnya dalam setiap satu piring makan harus terdapat sekitar seperempat bagian protein, sayuran, buah, dan karbohidrat. Ini adalah salah satu pengaturan porsi makan yang paling sehat. Namun kita sering lupa bahwa makan hanya untuk membuat perut menjadi kenyang namun ternyata bukan hal itu yang dibutuhkan oleh tubuh. Mengatur porsi makanan dengan jumlah yang kecil dan sesuai dengan kebutuhan nutrisi bisa mengurangi resiko diabetes. 2.3 Kontribusi Olahraga dalam Dibetes Mellitus Olahraga merupakan istilah umum untuk segala pergerakan tubuh karena aktivitas otot yang akan meningkatkan penggunaan energi. Olahraga dapat mengontrol gula darah. Glukosa akan diubah menjadi energi pada saat berolahraga. Olahraga mengakibatkan insulin semakin meningkat sehingga kadar gula dalam darah akan berkurang. Pada orang yang jarang berolahraga, zat makanan yang masuk ke dalam tubuh tidak dibakar tetapi ditimbun dalam tubuh sebagai lemak dan gula. Jika insulin tidak mencukupi untuk mengubah glukosa menjadi energi maka akan timbul DM (Kemenkes, 2010). Hal ini diperkuat dengan teori Ilyas (2009), pada DM Tipe II olahraga berperan utama dalam pengaturan kadar glukosa darah. Pada saat berolahraga resistensi insulin berkurang, sebaliknya sensitifitas insulin meningkat, hal ini menyebabkan kebutuhan insulin pada diabetisi tipe II akan berkurang. Sensitifitas insulin pada saat berolahraga dapat meningkat karena pada saat berolahraga terjadi peningkatan aliran darah, hal ini menyebabkan jala-jala kapiler terbuka sehingga lebih banyak reseptor insulin yang tersedia dan aktif. Respon ini hanya pada saat berolahraga, tidak merupakan efek yang menetap atau berlangsung lama, oleh karena itu olahraga harus dilakukan secara terus menerus dan teratur. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Ikhriyarotul ‘Arofah yang berjudul Hubungan Olahraga Dengan Kejadian Diabetes Mellitus Tipe II Di Wilayah Kerja Puskesmas Purwosari Surakarta, dengan Populasi kasus dalam penelitian ini adalah seluruh penderita DM tipe II pada bulan Maret-



13



Mei 2015, sedangkan populasi kontrolnya adalah bukan penderita DM. Pemilihan sampel pada kelompok kasus sebanyak 40 orang dan untuk kelompok kontrol sebanyak 40 orang. Responden yang memiliki olahraga yang ringan paling banyak terdapat pada status gizi lebih. Hal ini disebabkan oleh olahraga yang ringan atau kurangnya pergerakan menyebabkan tidak seimbangnya kebutuhan energi yang diperlukan dengan yang dikeluarkan. Kurang olahraga menyebabkan kurangnya pemakaian energi sehingga dapat menyebabkan penumpukan kelebihan energi dalam bentuk lemak, yang jika dalam jangka panjang dibiarkan akan menimbulkan kelebihan berat badan (status gizi lebih). Makin tinggi jumlah kelebihan energi, makin besar jumlah cadangan lemak yang akan memperbesar ukuran tubuh seseorang. Olahraga adalah hal yang dianjurkan terhadap setiap orang untuk mempertahankan dan meningkatkan kesegaran tubuh (Anugrah, 2013). Menurut Suminarti 2002, semakin banyak durasi olahraga dalam seminggu maka semakin rendah kadar glukosa darah. Penurunan kadar glukosa darah kemungkinan berkaitan dengan peningkatan jumlah dan sensitivitas reseptor insulin pada membran sel sehingga terjadi penurunan kebutuhan insulin sebanyak 30 – 50% pada Diabetes Mellitus Tipe 1 dan 100% pada Diabetes Mellitus Tipe II. Dalam penelitian Fikasari (2012), bahwa seseorang yang teratur melakukan olahraga / dalam kategori sedang dapat menurunkan risiko terjadinya penyakit DM tipe II sebesar 0,422 kali dibandingkan yang tidak teratur / kurang. Karena olahraga dapat menurunkan berat badan dan memperbaiki sensitifitas terhadap insulin, sehingga dapat memperbaiki kendali glukosa dalam darah (Misnadiarly, 2006). Seseorang yang kurang olahraga memiliki risiko 4,5 kali menderita DM tipe II dibandingkan yang cukup melakukan olahraga. Seseorang dikatakan melakukan olahraga secara teratur jika melakukannya minimal 3 kali dalam seminggu dan sekurang-kurangnya selama 30 menit (Handayani 2003).



14



BAB III PENUTUP



3.1 Kesimpulan Diabetes mellitus adalah sekelompok kelainan yang ditandai oleh peningkatan kadar glukosa darah (hiperglikemia). Mungkin terdapat penurunan dalam kemampuan tubuh untuk berespon terhadap insulin dan atau penurunan atau tidak terdapatnya pembentukan insulin oleh pancreas. Kondisi ini mengarah pada hiperglikemia, yang dapat menyebabkan terjadinya komplikasi metabolic akut seperti ketoasidosis diabetic. Hiperglikema jangka panjang dapat menunjang terjadinya komplikasi mikrovaskular kronis (penyakit ginjal dan mata) serta komplikasi neuropati. Diabetes juga berkaitan dengan kejadian penyakit makrovaskuler, termasuk infark miokard, stroke, dan penyakit vaskuler perifer.



15



DAFTAR PUSTAKA Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan, Republik Indonesia. Riset Kesehatan Dasar: laporan Nasional 2007. Jakarta, 2008. Grant,



Janet



F.,



dkk. “Gender-Spesific



Epidemiology of



Diabetes:



a



Representative Cross-Sectional Study.” International Journal for Equity and Health 8 (2009): 1-12. Nathan, David M. dan Linda M. Delahanty. 2005. Beating Diabetes: The first Program Clinically Proven to Dramatically Improve Your Glucose Tolerance. New York: Mc Graw Hill. Praet, Stefan F. E. dan Luc J. C. van Loon. “Exercise theraphy in Type 2 diabetes.” Springer Acta Diabetol 46 (2009): 197-201. Purnawati, Lies. “Hubungan IMT dengan Kejadian Diabetes Melitus Tidak Tergantung Insulin pada Pasien Rawat Jalan di RSUPN Cipto Mangunkusumo pada Tahun 1998.” Tesis, Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Program Pasca Sarjana, Universitas Indonesia, Depok, 1998. Sujaya, I Nyoman. 2009. “Pola Konsumsi Makanan Tradisional Bali sebagai Faktor Risiko Diabetes Melitus Tipe 2 di Tabanan.” Jurnal Skala Husada Vol. 6 No 1: 75-81.



16