Makalah Generasi Sandwich [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH SOSIOLOGI KOMUNIKASI “GENERASI SANDWICH” Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Sosiologi Komunikasi Dosen Pengampu : Yopy Perdana Kusuma, M.I.Kom



Disusun oleh :



PRODI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TANGERANG 2022



KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan hidayah serta rahmat-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Generasi Sandwich” dengan tepat waktu. Makalah ini telah penulis selesaikan dengan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan dari beberapa pihak seperti para penulis yang penulis jadikan referensi pada tugas ini. Maka dari itu, tidak lupa penulis ucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada seluruh pihak yang telah membantu penulis dalam menyusun makalah ini. Penulis sepenuhnya sadar bahwa terdapat banyak kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa ataupun yang lainnya dalam makalah ini. Oleh karena itu, penulis berharap kepada pembaca dapat memberikan kritik dan saran kepada penulis dan juga penulis berharap makalah ini dapat diambil hikmah dan manfaat yang dapat berguna untuk pembaca.



20 Desember 2022 Penulis



2



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR..............................................................................................i DAFTAR ISI............................................................................................................ii BAB I.......................................................................................................................1 PENDAHULUAN...................................................................................................1 1.1



Latar Belakang..........................................................................................1



1.2



Rumusan Masalah.....................................................................................2



1.3



Tujuan Penulisan.......................................................................................2



BAB II......................................................................................................................3 PEMBAHASAN......................................................................................................3 2.1



Sejarah dan Pengertian Generasi Sandwich..............................................3



2.2



Pengelompokkan Generasi........................................................................4



2.3



Perencanaan Keuangan Sebagai Pemutus Generasi Sandwich.................7



2.4



Investasi Sebagai Bentuk Perencanaan Keuangan....................................9



2.5



Reksadana Sebagai Wadah Investasi Generasi Sandwich......................11



BAB III..................................................................................................................15 PENUTUP..............................................................................................................15 3.1



Kesimpulan..............................................................................................15



3.2



Saran........................................................................................................15



DAFTAR PUSTAKA............................................................................................16 Lampiran..................................................................................................................1



3



BAB I PENDAHULUAN 1.1



Latar Belakang Generasi sandwich merupakan istilah yang dipopulerkan oleh seorang profesor pekerja sosial di Amerika Serikat, yakni Dorothy A. Miller (1981). Generasi sandwich menunjuk pada sebuah generasi yang berada pada poisis “terhimpit” di antara dua generasi yang berbeda, yaitu berada di antara orang tua mereka yang mulai menua dan di sisi lain keberadaan anak-anak mereka, ataupun saudara mereka yang masih membutuhkan bantuan dengan umur berkisar antara delapan belas tahun atau lebih (Khalil & Santoso, 2022). Menurut Carol Abaya (dalam Abramson, 2015) kategori generasi sandwhic adalah the club sandwich dan the open faced sandwich. The club sandwich terdiri dari orang dewasa umur 50-60 tahun, yang terhimpit antara lanjut usia, anak, dan cucu, atau seorang individu dewasa dalam usia 30-40 tahun dengan anak kecil, orang tua yang menua, serta kakek dan nenek. Adapun the open faced sandwich adalah siapapun yang terlibat dalam memberikan pengasuhan kepada kerabat yang sudah berumurPeran dan tanggung jawab yang ganda, sehingga dihadapkan dengan serangkaian tantangan. Dampak dari peran generasi sandwich memiliki beberapa dampak negatif dari segi fisik, psikologis, emosional, dan beban keuangan (Salmon, 2017). Menjadi generasi sandwich artinya harus bersiap dengan kondisi finansial yang baik. Yang paling utama, pos keuangan terbesar adalah untuk biaya kesehatan bagi orang tua yang memasuki usia senja, serta pos anggaran untuk biaya pendidikan anak yang terus meningkat. Belum lagi biaya hidup untuk kebutuhan sehari-hari tidak terbilang murah, pakaian, perumahan serta simpanan tabungan untuk kesehatan bersama (Putri, Maulida, & Husna, 2022). Melalui uraian di atas, maka sangat penting untuk generasi ini memiliki rencana yang baik agar tidak termasuk dalam generasi sandwich. Dilansir dari Bareksa.com 4



(Malik, 2022), terdapat



enam cara untuk dapat memutus mata rantai generasi sandwich ini, diantaranya adalah: a. mengelola penghasilan dengan bijak, b. memiliki catatan keuangan, c. menambah sumber penghasilan, d. menyiapkan program pensiun, e. memiliki asuransi kesehatan, dan f. berbicara dengan keluarga. Selain keenam hal tersebut terdapat satu solusi lagi yang bisa diterapkan yaitu diversifikasi investasi. Diversifikasi adalah menempatkan dana investasi dalam berbagai kelas aset. Trik ini disebut alokasi aset. Dengan



alokasi



aset



investor



bisa



memilih



beberapa



produk reksadana yang sesuai dengan tujuan dan profil risiko investor (Dewi, 2022). Berdasarkan uraian diatas, makalah ini akan membahas mengenai bagaimana investasi reksadana dapat berguna untuk memutus mata rantai generasi sandwich. 1.2



Rumusan Masalah Adapunrumusan masalah dalam penulisan makalah ini yaitu : Bagaimana investasi reksa dana dapat membantu generasi sandwich dalam finansial mereka.



1.3



Tujuan Penulisan Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini yaitu : untuk mengetahui bagaimana investasi reksa dana dapat membantu generasi sandwich dalam finansial mereka.



5



BAB II PEMBAHASAN 2.1



Sejarah dan Pengertian Generasi Sandwich Istilah sandwich generation pertama kali diperkenalkan



oleh



Dorothy A. Miller dalam jurnalnya yang berjudul The ‘Sandwich’ Generation: Adult of the Aging pada tahun 1981. Menurutnya, sandwich generation merupakan generasi orang dewasa yang memiliki peran ganda di mana mereka bertanggung jawab terhadap beban hidup generasi atas dan generasi di bawahnya. Mereka tidak hanya menanggung beban hidup anak-anaknya, tetapi juga orang tua dan/atau mertuanya (Alavi, K., dkk., 2015). Kondisi ini diibaratkan sebagai sandwich (roti lapis) yang biasanya berisikan daging, sayuran, keju, lalu diapit oleh roti di sisi atas dan bawahnya. Meskipun telah muncul sejak lama, tetapi istilah ini baru marak digunakan pada abad ke-21. Para generasi sandwich menanggung beban yang sangat berat, tidak hanya beban fisik tetapi juga beban mental. Mereka berada di tengah-tengah dalam kondisi terhimpit (sandwiched) oleh orang tua yang sudah tidak berpenghasilan dan anak-anak yang harus dibesarkan dengan layak. Kondisi ini juga memberikan tekanan emosional yang dapat memicu stres bahkan depresi yang mengganggu keseimbangan hidup mereka. Generasi sandwich ialah generasi setengah baya yang memiliki orangtua lanjut usia dan anak-anak tanggungan. Generasi sandwich ini merujuk pada generasi yang harus menanggung hidup tiga tingkatan generasi yaitu orang tuanya, diri sendiri, dan anaknya. Rentang usia yang dijalani generasi ini ialah dari usia 30 sampai 50 tahun baik itu laki-laki ataupun perempuan (Ahmad et al., 2016). Generasi sandwich erat kaitannya dengan pengasuhan, dimana tuntutan pengasuhan berasal dari orangtua dan anak. Beban pengasuhan dapat dialami oleh wanita bekerja generasi sandwich.



6



2.2



Pengelompokkan Generasi Mannheim dalam Gibson (2009) mendefinisikan generasi sebagai “a group of people born and raised in the same general chronological, social and historical context.” Pendapat serupa dikemukakan oleh Kupperschmidt yang dikutip oleh Cennamo dan Gardner (2008:892). Kupperschmidt mengatakan bahwa “A generation can be defined as an identifiable group that shares birth years, age location, and significant life events at critical developmental stages”. Pendapat Kupperdsmidt melengkapi pendapat Mannheim, yaitu dengan menambahkan bahwa peristiwa-peristiwa penting yang dialami oleh sekelompok individu tersebut terjadi pada masa-masa kritis perkembangan hidupnya. Constanza et.al (2012) memberikan penjelasan bahwa masa kritis dalam perkembangan hidup seseorang terjadi pada akhir masa kanak-kanak, remaja dan awal kedewasaan. Penjelasan tersebut diungkapkan oleh Constanza et.al dalam sebuah definisi, “a generation is defined as a group of individuals, who are roughly the same age, and who experience and are influenced by the same set of significant historical events during key developmental periods in their lives, typically late childhood, adolescence, and early adulthood.” Kelompok generasi yang saat ini aktif bekerja adalah generasi baby boomer, generasi X dan generasi Y. a. Profil Generasi Baby Boomer (1945-1964) Generasi baby boomer diidentifikasi sebagai generasi yang lahir selama pasca Perang Dunia II, yaitu pada masa ledakan populasi yang terjadi antara tahun 1946 dan 1964. Ju Chen dan Choi (2008) mengatakan bahwa generasi ini memiliki karakteristik idealis, optimis, mementingkan diri sendiri dan kepuasan diri. Mereka melihat peluang sebagai sarana untuk aktualisasi diri, memandang pekerjaan sebagai tujuan, berharap konsensus, dan mengharapkan partisipasi. Baby boomer juga digambarkan sebagai



7



generasi workaholic yang menganggap keberhasilan dan prestasi. Mereka menempatkan karir sebagai nilai sentral dan fokus hidup. Warner and Sanberg (2010) mendeskripsikan baby boomer sebagai generasi yang memiliki tingkat idealisme tinggi dan mampu mempertanyakan otoritas. Boomer memiliki tingkat optimisme dan kompetitif karena mereka dibesarkan untuk percaya bahwa segalanya mungkin, bahkan meyakini bahwa mereka dapat mengubah dunia. Generasi ini dikenal sebagai pekerja keras yang bersedia bekerja ekstra dan mendefinisikan profesionalisme dengan prestasi mereka. Mereka telah banyak berkorban untuk mencapai posisi yang mereka raih saat ini, sehingga mereka berharap generasi X dan generasi Y dapat mengikuti budaya kerja keras mereka. Boomers juga disebut "Me Generation" karena mereka cenderung lebih fokus pada kesejahteraan pribadi daripada kelompok. Mereka mengejar kepuasan pribadi, kesehatan dan pertumbuhan pribadi. b. Profil Generasi X (1965- 1980) Warner and Sanberg (2010) menjelaskan bahwa generasi X lahir pada era tingkat perceraian, aborsi, dan pendapatan ganda tertinggi, serta pola asuh yang permisif. Mereka tumbuh dalam keluarga dengan kedua orang tua yang sibuk bekerja (latchkey kids), sehingga mereka menjadi generasi yang sangat tidak mendapat pengawasan. Di tempat kerja, generasi X menunjukkan bahwa mereka lebih kolaboratif dan independen, lebih altruistik, terampil dalam manajemen, cerdas finansial, mandiri, tidak terintimidasi



oleh



otoritas,



dan



inovatif.



Mereka



juga



mengupayakan keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi. Murphy (2010) menjelaskan bahwa upaya tersebut ada kaitannya dengan pandangan generasi X terhadap pekerjaan. Berbeda dengan generasi baby boomer yang memandang pekerjaan sebagai way of life, generasi X memandang pekerjaan sebagai kontrak dan cenderung mandiri dalam menyelesaikan persoalan.



8



Anantatmula (2012) mendeskripsikan generasi X sebagai kelompok individu yang dibesarkan pada era persamaan hak wanita. Mereka cenderung praktis, pesimis, teknis, independen dan mampu beradaptasi. Generasi ini memperhatikan keseimbangan antara kehidupan dan pekerjaannya dan termotivasi oleh insentif yang berupa waktu berlibur. Mereka menyukai pemimpin yang praktis dan berorientasi pada tujuan. Deskripsi tentang generasi X juga dikemukakan oleh Jora (2014) yang menggambarkan generasi X sebagai generasi yang dibesarkan pada saat nilai-nilai mengalami perubahan. Era persamaan hak wanita menyebabkan kedua orangtua bekerja dan berdampak pada munculnya orangtua tunggal.



Pengalaman



ini



menyebabkan



generasi



X



lebih



berorientasi pada keluarga dan mengutamakan keseimbangan kehidupan kerja. Jora menambahkan bahwa mereka telah terpapar teknologi sejak kecil. Mereka skeptis terhadap otoritas dan menyukai pemimpin yang mandiri. c. Profil Generasi Y (1981-2000) Generasi Y atau millenial lahir pada rentang tahun 1981-2000. Murphy (2010) menggambarkan generasi Y sebagai generasi yang memiliki harapan tinggi pada pekerjaan dan berorientasi pada prestasi. Mereka cenderung termotivasi ketika bekerja dengan orang-orang kreatif. Warner and Sanberg (2010) menjelaskan bahwa hal yang membedakan generasi ini dengan generasi sebelumnya adalah bahwa generasi ini tumbuh dengan akses teknologi sejak lahir: ponsel, mendownload musik, blogging, chatting online, YouTube, iPod, dan internet. Mereka tidak suka manajer yang merendahkan dan sulit didekati ketika mereka ingin bertanya, mereka juga menyukai umpan balik yang cepat dan sering. Generasi ini juga ingin diperlakukan sebagai rekan, bukan bawahan. Anantatmula (2012) menjelaskan bahwa generasi Y dibesarkan pada era kejatuhan komunis dan revolusi internet. Di dunia kerja



9



generasi Y memiliki sifat percaya diri, multitasking dan tidak terikat. Generasi ini termotivasi oleh posisi yang tinggi, pendapatan yang tinggi tetapi kurang perduli pada persetujuan sosial, sehingga mereka cenderung menyukai pemimpin yang fleksibel. Penjelasan ini didukung oleh Jora (2014) yang mengatakan bahwa generasi Y selalu dekat dengan teknologi, mereka adalah generasi Facebook, Twitter dan LinkedIn. Mereka memiliki teman-teman maya di jejaring sosial, pragmatis, multitasking, bertanggung jawab secara sosial. Jora juga memberikan tambahan atas beberapa pendapat sebelumnya, yaitu bahwa generasi Y lebih memilih komunikasi informal, langsung dan cepat, serta menyukai kepemimpinan bergaya kooperatif dan kolaboratif, memiliki kompetensi dan mengutamakan kebersamaan. 2.3



Perencanaan Keuangan Sebagai Pemutus Generasi Sandwich Senduk (2000) mendefinisikan perencanaan keuangan adalah proses merencanakan tujuan-tujuan keuangan jangka pendek maupun jangka panjang (Yohnson, 2004). Wibawa (2003) mengungkapkan manfaat perencanaan keuangan tersebut yang pertama perencanaan keuangan tidak menjanjikan orang menjadi kaya mendadak, akan tetapi lebih pada pendisiplinan langkah untuk mengendalikan diri dan menyediakan kondisi finansial masa depan terbaik bagi diri sendiri dan keluarga secara efisien dan efektif sesuai dengan kemampuan finansial saat ini, yang kedua jaminan keuangan yang aman (secure) dan yang ketiga perencanaan keuangan keluarga akan membantu secara efisien dan efektif meraih cita-cita finansial. Suhartini dan Renanta (2007) menjelaskan beberapa alasan mengapa perencanaan keuangan perlu dilakukan oleh individu maupun keluarga, yaitu untuk melindungi diri sendiri dan keluarga dari berbagai risiko yang berdampak secara finansial (seperti kecelakaan, penyakit, kematian, dan tuntutan hukum), mengurangi hutang-hutang pribadi / keluarga, membiayai kehidupan saat tidak lagi berada dalamrentang usia



10



produktif, ini berkaitan dengan naiknya tingkat ekspektasi hidup rata-rata manusia di suatu negara, membayar biaya-biaya yang diperlukan untuk membesarkan anak, menyediakan biaya pendidikan anak sampai ke perguruan tinggi, membayar biaya pernikahan, membeli kendaraan, membeli rumah, mampu menentukan masa pensiun dengan gaya hidup yang kita inginkan, membayar biaya-biaya perawatan yang bersifat jangka panjang, dan mewariskan kesejahteraan kepada generasi berikutnya. Goss (2001) menyatakan untuk mencapai hasil yang optimal ketika mengerjakan sebuah perencanaan keuangan, seorang perencana keuangan harus: a. Menetapkan tujuan keuangan yang terukur dan mempunyai jangka waktu. Setiap tujuan yang sudah ditetapkan akan mempunyai konsekuensi tertentu terhadap cashflow yang akan dibuat; b. Evaluasi kembali kondisi keuangan secara periodik. Tujuan keuangan boleh berganti dengan berjalannya waktu karena perubahan pola hidup seseorang seperti menikah, kenaikan pangkat, atau mempunyai anak; c. Mulai perencanaan sedini mungkin. Mengembangkan kebiasaan perencanaan keuangan yang baik, seperti menabung, anggaran, investasi, dan mengevaluasi secara teratur, kehidupan seseorang dapat berubah dan dapat mengatasi keadaan darurat; d. Penetapan tujuan keuangan haruslah realistis. Tujuan keuangan tersebut memerlukan suatu proses yang panjang karena adanya ketidakpastian dan risiko seperti terjadi inflasi, perubahan harga saham, perubahan tingkat suku bunga yang akan mempengaruhi hasil perencanaan keuangan; e. Mencapai tujuan keuangan memerlukan perjuangan. Jadi suatu perencanaan keuangan tidak berhenti pada sebuah perencanaan melainkan harus terus diikuti perkembangannya, inilah yang disebut sebagai suatu proses. Kapoor, et al(2011) menjabarkan enam langkah dalam melakukan perencanaan keuangan yaitu :



11



a. Menentukan kondisi keuangan saat ini yaitu meliputi pendapatan, biaya hidup dan hutang; b. Membuat tujuan keuangan. Dalam menentukan tujuan keuangan harus memperhatikan aspek SMART yaitu specific (menetapkan tujuan keuangan yang ingin dicapai secara spesifik), measurable (berapa banyak uang yang dibutuhkan dalam jangka waktu tertentu), action-oriented (tindakan berorientasi), realistic (tujuan keuangan yang ingin dicapai harus realistis/ sesuai dengan kemampuan), dan time-based (kerangka waktu untuk mencapai tujuan keuangan); c. Identifikasi alternatif-alternatif sebelum membuat keputusan; d. Lakukan evaluasi terhadap alternatif keputusan yang diambil; e. implementasikan program perencanaan keuangan; f. meninjau dan merevisi rencana keuangan. 2.4



Investasi Sebagai Bentuk Perencanaan Keuangan Investasi adalah suatu kegiatan menempatkan dana pada satu atau lebih dari satu jenis aset selama periode tertentu dengan harapan dapat memperoleh penghasilan dan/atau peningkatan nilai investasi dimasa mendatang. Dengan demikian, konsep daripada investasi adalah : a. Menempatkan dana pada masa sekarang, b. Jangka waktu tertentu, c. Guna



mendapatkan



manfaat



(balas



jasa



atau



keuntugan)



dikemudian hari. Hal ini berarti dana yang seharusnya dapat di konsumsi, namun karena kegiatan investasi dana tersebut dialihkan untuk ditanamkan bagi keuntungan dimasa depan. Investasi dilakukan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan masyarakat baik secara individu, kelompok maupun negara diperlukan adanya investasi. 1. Investasi untuk memenuhi kebutuhan (needs) masyarakat akan



barang dan jasa.



12



Kelangsungan hidup manusia baik secara individu, kelompok maupun negara membutuhkan syarat harus terpenuhi yaitu kebutuhan minimal (fulfilling the minimum needs for the life). Untuk memenuhi kebutuhan minimum manusia memerlukan berbagai macam barang dan jasa, yangmana dalam pengadaannya membutuhkan tahapan serta proses. Proses atau tahapan awal dari pengadaan barang dan jasa yang dibutuhkan untuk kelangsungan hidup masyarakat dimasa mendatang, adalah melakukan investasi dimasa sekarang. Tanpa adanya investasi dimasa sekarang baik secara sukarela maupun terpaksa akan sulit untuk membayangkan kebutuhan barang dan jasa untuk kelangsungan hidup dimasa yang akan datang dapat terpenuhi. 2. Investasi untuk memenuhi keinginan (wants) masyarakat akan



barang dan jasa Seiring dengan pekembangan zaman, peradaban manusia juga akan semakin berkembang dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas kehidupannya. Dorongan daripada peningkatan kualitas hidup inilah seperti halnya rekreasi, kemudahan dalam berbagai aktivitas yang kemudian menghasilkan tuntutan baru selain kebutuhan minimal juga tambahan tuntutan untuk meningkatkan kualitas kehidupan, yang mana untuk memenuhinya dapat diperoleh dari kegiatan investasi. Menurut Irham Fahmi dan Yovi LH, dalam bidang investasi kita perlu menetapkan tujuan yang hendak dicapai, yaitu: a.



Terciptanya keberlanjutan (continuity) dalam investasi tersebut.



b. Terciptanya profit yang maksimum atau keuntungan yang



diharapkan. c. Terciptanya kemakmuran bagi para pemegang saham. d. Turut memberikan andil bagi pembangunan bangsa (Hidayati,



2017)



13



2.5



Reksadana Sebagai Wadah Investasi Generasi Sandwich A. Pengertian Reksadana Reksadana Menurut Undang-undang Pasar Modal nomor 8 Tahun 1995 pasal 1, ayat (27): adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun



dana



dari



masyarakat



pemodal



untuk



selanjutnya



diinvestasikan dalam portofolio Efek oleh Manajer Investasi. Kegiatan dari perusahaan investasi reksadana ini adalah dengan cara mengelola uang dari masyarakat baik dalam bentuk lembaga investor maupun dari investor perorangan yang selanjutnya uang tersebut diinvestasikan ke media investasi, baik di pasar modal, pasar uang, maupun properti. B. Mekanisme Reksadana Adapun mekanisme kegiatan reksadana adalah sebagai berikut: Pertama, Investor melakukan pembelian (subscription) Reksadana melalui Manajer Investasi dengan menyetorkan dananya melalui Bank Kustodian. Kedua, Manajer Investasi akan mengelola dana investor dengan melalukan pembelian/penjualan instrument investasi seperti saham, obligasi atau pasar uang sesuai dengan jenis reksa dana yang dibeli oleh Investor. Ketiga, Pembelian/penjualan instrumen investasi oleh Manajer Investasi dilakukan melalui Perantara Pedagang Efek. Keempat, bila Investor melakukan penjualan (redemption) Reksadana kepada Manajer Investasi, maka Manajer Investasi akan menginstruksikan pembayaran kepada Bank Kustodian. Kelima, Bank Kustodian akan mengirimkan dana penjualan Reksadana ke Investor. Adapun bentuk hukum reksadana menurut pasal 18 Ayat 1 Undangundang pasar modal, bentuk hukum reksadana terdiri dari: 1). Reksadana berbentuk Perseroan: “Emiten yang kegiatan usahanya menghimpun dana dengan menjual saham, dan selanjutnya dana dari hasil penjualan saham tersebut diinvestasikan pada berbagai jenis efek yang diperdagangkan di Pasar Modal dan Pasar Uang” (penjelasan pasal 18 ayat 1 huruf a), 2). Reksadana berbentuk Kontrak Investasi Kolektif (KIK). KIK adalah: “Kontrak antara Manajer Investasi dengan Bank Kustodian yang mengikat Pemegang Unit Penyertaan dimana Manajer Investasi



14



diberi wewenang untuk mengelola portofolio investasi kolektif dan Bank Kustodian diberi wewenang untuk melaksanakan penitipan kolektif’ (penjelasan pasal 18 ayat 1 huruf b). Selain bentuk hukum, reksadana juga terdiri dari dua kategori yaitu Reksadana Terbuka dan Reksadana Tertutup, perbedaannya adalah: 1. Reksadana Terbuka (Open-end). Reksadana ini dimaksudkan bahwa



Manajer Investasi selalu siap untuk membeli kembali atau menebus unit penyertaan yang dimiliki investor kapan saja investor tersebut ingin menjualnya, sesuai dengan nilai aktiva bersih per saham atau per unit. 2. Reksadana Tertutup (Closedend). Pada Reksadana tipe ini, jika



investor ingin menjual unitnya, maka dapat langsung menjualnya ke Bursa bukan lagi ke Manajer Investasi. Harga yang terbentuk di Bursa juga tergantung pada permintaan dan penawaran yang terjadi. C. Pihak-Pihak Reksadana Pada umumnya bentuk Reksadana di Indonesia adalah berbentuk Kontrak Investasi Kolektif dengan kategori Reksadana Terbuka. Pihakpihak yang terkait dengan pengelolaan Reksadana yaitu: 1. Pertama, Manajer Investasi. Berdasarkan undang-undang pasar



modal, manajer investasi adalah pihak yang kegiatan usahanya mengelola portofolio efek untuk para nasabah atau mengelola portofolio investasi kolektif untuk sekelompok nasabah. Adapun tugas Manajer Investasi yaitu; mengelola portofolio efek atas kepentingan nasabah, mengelola reksadana, mengadakan riset atas efek, menganalisa kelayakan investasi. 2. Kedua, Bank Kustodian. Kustodian adalah pihak yang memberikan



jasa penitipan efek dan harta lain yang berkaitan dengan efek serta jasa lainnya, termasuk penerimaan deviden, bunga, dan hak-hak lainnya dalam penyelesaian transaksi efek, dan mewakili pemegang rekening yang menjadi nasabahnya.



15



3. Ketiga, Agen Penjual Efek Reksadana. Agen Penjual Efek



Reksadana (APERD) adalah pihak yang melakukan penjualan efek reksadana berdasarkan kontrak kerjasama dengan manajer investasi pengelola reksadana. Keempat, Wakil Agen Penjual Efek Reksadana.



Berdasarkan



keputusan



ketua



Bapepam



No.Kep-110/PM/1996 bahwa Wakil Penjual Efek Reksadana (Waperd) adalah pihak yang bersifat perorangan yang memperoleh ijin dari Bapepam untuk bertindak sebagai wakil dari suatu perusahaan efek, perusahaan perbankan atau lembaga yang diperkenankan melakukan penjualan efek reksadana. D. Resiko Reksadana Untuk melakukan investasi Reksadana, Investor harus mengenal jenis risiko yang berpotensi timbul apabila membeli Reksadana. Risiko tersebut diantaranya: 1. Pertama, Risiko menurunnya NAB (Nilai Aktiva Bersih) Unit



Penyertaan. Penurunan ini disebabkan oleh harga pasar dari instrumen investasi yang dimasukkan dalam portofolio. Reksadana tersebut mengalami penurunan dibandingkan dari harga pembelian awal. Penyebab penurunan harga pasar portofolio investasi Reksadana bisa disebabkan oleh banyak hal, di antaranya akibat kinerja bursa saham yang memburuk, terjadinya kinerja emiten yang memburuk, situasi politik dan ekonomi yang tidak menentu, dan masih banyak penyebab fundamental lainnya. 2. Kedua, Risiko Likuiditas. Potensi risiko likuiditas ini bisa saja



terjadi apabila pemegang Unit Penyertaan reksadana pada salah satu Manajer Investasi tertentu ternyata melakukan penarikan dana dalam jumlah yang besar pada hari dan waktu yang sama. Istilahnya, Manajer Investasi tersebut mengalami rush (penarikan dana secara besar-besaran) atas Unit Penyertaan reksadana. Hal ini dapat terjadi apabila ada faktor negatif yang luar biasa sehingga memengaruhi investor reksadana untuk melakukan penjualan



16



kembali Unit Penyertaan reksadana tersebut. Faktor luar biasa tersebut di antaranya berupa situasi politik dan ekonomi yang memburuk, terjadinya penutupan atau kebangkrutan beberapa emiten publik yang saham atau obligasinya menjadi portofolio Reksadana tersebut, serta dilikuidasinya perusahaan Manajer Investasi sebagai pengelola Reksadana tersebut. 3. Ketiga, Risiko Pasar. Risiko Pasar adalah situasi ketika harga



instrumen investasi mengalami penurunan yang disebabkan oleh menurunnya kinerja pasar saham atau pasar obligasi secara drastis. Istilah lainnya adalah pasar sedang mengalami kondisi bearish, yaitu harga-harga saham atau instrumen investasi lainnya mengalami penurunan harga yang sangat drastis. Risiko pasar yang terjadi secara tidak langsung akan mengakibatkan NAB (Nilai Aktiva Bersih) yang ada pada Unit Penyertaan Reksadana akan mengalami penurunan juga. Oleh karena itu, apabila ingin membeli jenis Reksadana tertentu, Investor harus bisa memperhatikan trend pasar dari instrumen portofolio Reksadana itu sendiri. 4. Keempat, Risiko Default. Risiko Default terjadi jika pihak Manajer



Investasi tersebut membeli obligasi milik emiten yang mengalami kesulitan



keuangan



padahal



sebelumnya



kinerja



keuangan



perusahaan tersebut masih baik-baik saja sehingga pihak emiten tersebut terpaksa tidak membayar kewajibannya. Risiko ini hendaknya dihindari dengan cara memilih Manajer Investasi yang menerapkan strategi pembelian portofolio investasi secara ketat.



17



BAB III PENUTUP 3.1



Kesimpulan Bagi generasi sandwich yang memiliki tanggungjawab yang besar terutama secara finansial untuk pemenuhan kebutuhan diri sendiri, orang tua serta anak-anak sangat penting untuk memiliki perencanaan keuangan yang matang. Perencanaan keuangan yang baik ini diharapkan dapat memberikan konsisi finansial yang lebih terjamin di masa depan. Selain itu, perencanaan keuangan ini juga dapat membantu diri sendiri beserta keluarga untuk menghindari resiko-resiko yang berdampak secara finansial. Salah satu bentuk perencanaan keuangan yang baik adalah investasi. Investasi ini merupakan salah satu jalan dimana diharapkan melalui investasi ini dapat meningkatkan pendapatan di masa mendatang bagi pelakunya. Terdapat bebagai macam wadah bagi pelaku investasi, dimana salah satunya adalah reksadana. Reksadana secara hukum merupakan wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat untuk kemudian dapat diinvestasikan. Reksadana sendiri memiliki banyak sekali keunggulan yang dapat membantu memutus rantai generasi sandwich, dimana diantaranya adalah modal yang kecil, dikelola oleh professional, praktis, trasnparan, dll. Meskipun begitu, reksanadana tetap memiliki resiko, seperti resiko penurunan NAB, resiko likuiditas, penurunan harga investasi dan resiko default.



3.2



Saran Di masa sekarang, sangat penting untuk mengetahui apa itu generasi sandwich dan bagaimana mengatasinya. Oleh karena itu, penting bagi generasi Z, juga termasuk generasi



boomer untuk dapat



mempersiapkan diri sebaik-baiknya untuk dapat memutus rantai dari generasi sandwich ini. Melakukan investasi yang bijak dan terencana merupakan tugas yang harus dipersiapkan oleh masing-masing generasi.



18



DAFTAR PUSTAKA Abramson, T. A. (2015). Older Adults: The “Panini Sandwich” Generation. Clinical Gerontologis, Vol.38(4), 251-267. Ahmad, M. B., Maon, S. N., Mansor, M. N., & Daud, N. M. (2016). Quality of life sandwich generation: A review of the literature. Proceedings of the 28th



International



V.



Innovation



Management,



Development



Sustainability, and Competitive Economic Growth, 4499–4504. Alavi, K., Subuh, N., Mohamad, N., Ibrahim, F., Sarnon, N., & Nen, S. (2015). Peranan Kesejahteraan Keluarga dan Daya Tahan dalam Pengukuhan Keluarga Sandwich. Akademika, 85(1), 25–32. Anantatmula, V. S., & Shrivastav, B. (2012). Evolution of Project Teams for Generation Y Workforce. InternationalJournal of Managing Projects in Business, 51: 9 - 2 6. Bansal, J. R., & Sanober, K. (2014). Motivating Multigenerational Human Resource. International Journal of Organizational Behavior and Management Perspectives, Vol. 3(4). Chen, P. J., & C. Y. (2008). Generational Differences in Work Values: A Study of Hospitality



Management.



International



Journal



of



Contemporary



Hospitality , Vol. 20 No. 6, pp. 595-615. Costanza, D. P., Badger, J. M., Fraser, R. L., Severt, J. B., & A, P. (2012). Generational Differences in Work-Related Attitudes: A Meta Analysis. J Bus Psychol , 27:375–394. Dewi, H. K. (2022, September 15). Tips Investasi Sekaligus Diversifikasi di Reksadana



dengan



Jurus



5R.



Retrieved



from



bareksa.com:



https://www.bareksa.com/berita/reksa-dana/2022-09-15/tips-investasisekaligus-diversifikasi-di-reksadana-dengan-jurus-5r



19



Gibson, J. W., Greenwood, R., & Murphy, E. (2009). Generational Differences In The Workplace: Personal Values, Behaviors, And Popular Beliefs. Journal of Diversity Management;, 1. Goss, B. (n.d.). 11 Top Financial Planning Mistakes And How To Avoid ThemChiropractic



Economics.



Retrieved



from



http://www.chiroeco.com/article/1999/Nov/Fin2.php Hidayati, A. N. (2017). Investasi: Analisis dan relevansinya dengan ekonomi . MALIA: Jurnal Ekonomi Islam, 8(2), 227-242. Kapoor, J. R., Dlabay, L. R., & Hughes, R. J. (2011). Personal Finance. New York: McGraw Hill. Khalil, R. A., & Santoso, M. B. (2022). GENERASI SANDWICH: KONFLIK PERAN DALAM MENCAPAI KEBERFUNGSIAN SOSIAL. Social Work Jurnal, Vol.12(1), 77-87. Malik, A. (2022, Juni 8). Enam Cara Memutus Mata Rantai Generasi Sandwich. Retrieved from Bareksa.com: https://www.bareksa.com/berita/belajarinvestasi/2022-06-08/enam-cara-memutus-mata-rantai-generasi-sandwich Masuroh, A. (n.d.). Konsep dasar investasi reksadana. 2014. Murphy Jr., E., Gibson, J. W., & Greenwood, R. A. (2010). Analyzing Generational Value Among Managers And Non-Managers For Sustainable Organizational. Putri, M., Maulida, A., & Husna, F. (2022). URGENSI LITERASI KEUANGAN BAGI GENERASI SANDWICH DI ACEH . Jurnal Ilmiah Prodi Muamalah, Vol.14(2), 19-26. Senduk, S. (2000). Mengelola Keuangan Keluarga, Seri Perencanaan Keuangan Keluarga. Jakarta: Elex Media Komputindo. Suhartini, D., & Renanta, J. A. (2007). Pengelolaan Keuangan Keluarga Pedagang Etnis Cina. Jurnal Riset Ekonomi dan Bisnis, 7 (2).



20



Warner, J., & Sanberg, A. (2010). Generational Leadership.Ready To Manage. Los Angeles: Inc.8939 S. Sepulveda Blvd., Suite 110-705. Wibawa, H. K. (2003). Perencanaan Keuangan Keluarga. Jakarta: Salemba Empat.



21



Lampiran Link Video Youtube: https://youtu.be/ldQWk2UCJsk



1