Makalah Hisprung Fix Anak 2 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH KEPERAWATAN ANAK Hisprung (Mega Colon)



Kelompok 5: M. Efendi



(20181660025)



Tsaniyah Alfain



(20181660045)



PRODI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA 2020/2021



1



KATA PENGANTAR



Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan karuniannya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “HISPRUNG” Meskipun banyak hambatan yang kami alami dalam proses pembuatan makalah ini, namun kami mampu menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Jika dalam makalah ini masih banyak kekurangan dan masalah, maka kami mohon maaf. Kami menyadari bahwa makalah kami jauh dari kesempurnaan. Lebih dan kurangnya kami ucapkan terimakasih.



Surabaya, 27 September 2020



Penyusun



2



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR



2



DAFTAR ISI 3 BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG



4



B. RUMUSAN MASALAH 4 C. TUJUAN 5 BAB 2 PEMBAHASAN A. DEFINISI 6 B. ETIOLOGI



6



C. PATOFISIOLOGI



6



D. MANIFESTASI KLINIS 7 E. KOMPLIKASI



8



F. PENATALAKSANAAN MEDIS



9



G. PENCEGAHAN 12 H. WEB OF CAUTION (WOC)



13



BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN A. PENGKAJIAN



14



B. MASALAH KEPERAWATAN



15



C. INTERVENSI KEPERAWATAN 17 D. DISCHARGE PLANNING



19



BAB 4 PENUTUP A. KESIMPULAN B. SARAN



21



21



DAFTAR PUSTAKA



22



3



BAB 1 PENDULUAN A. Latar Belakang Penyakit hisprung disebabkan oleh tidak terdapatnya sel ganglion parasimpatis dari pleksus aurbach di kolon. Sebagian besar segmen yang aganglionik mengenai rectum dan bagian bawah kolon sigmoid dan terjadi hipertrofi serta distensi yang berlebihan pada kolon yang lebih proksimal (Staf Pengajar FKUI, 2000, 1134-1135). Penyakit hisprung pada tahun 1888, misprung melaporkan 2 kasus bayi meninggal dengan perut yang kembung dengan kolon yang snagat melebar dan penuh masa feses. Penyakit ini disebut mega colon kongenitum dan merupakan kelainan yang sering dijumpai sebagai obstruksi usus pada neonatus. Pada penyakit ini, tidak dapat pleksus mienterik sehingga bagian usus yang bersangkutan tidak dapat mengembang. Setelah penemuan kelainan histolgik ini, barulah muncul teknik operasi yang rasional untuk penyakit ini (Nelson, 2012, edisi 15, vol 2). Penyakit hisprung terjadi pada 1/5000 kelahiran hidup. Insidensi hisprung di Indonesia tidak diketahui secara pasti, tetapi berkisar 1 diantara 5000 kelahiran hidup. Dengan jumlah penduduk Indonesia 200 juat dan tingkat kelahiran 35 permil, maka diprediksikan setiap tahun akan lahir 1400 bayi dengan penyakit hisprung. Insidens keseluruhan dari penyakit hisprung 1:5000 kelahiran hidup laki-laki lebih banyak yang diserang di bandingkan perempuan (4:1). Biasanya, penyakit hisprung terjadi pada bayi aterm dan jarang pada bayi prematur. Penyakit ini mungkin di sertai dengan cacat bawaan dan termasuk sindrom down, sindrom waardenburg serta kelainan kardiovaskuler. Selain pada anak, penyakit ini di temukan tanda dan gejala yaitu adanya kegagalan mengeluarkan meconium dalam waktu 24-48 jam setelah lahir, muntah berwarna hijau dan konstipasi factor penyebab penyakit hisprung diduga dapat terjadi karena faktor genetik dan factor lingkungan. Oleh sebab itu, penyakit hisprung sudah dapat dideteksi melalui pemeriksaan yang dilakukan seperti pemeriksaan radiologi, barium, enema,



4



rectal biopsi, rectum, manometri anorektal dan melalui penatalaksanaan dan terapeutik yaitu dengan pembedahan dan colostomi. B. Rumusan Masalah 1. Apa Pengertian dari Hisprung 2. Bagaimana Etiologi dari Hisprung 3. Bagaimana Patofisiologi dari Hisprung 4. Apa saja Manifestasi Klinis dari Hisprung 5. Apa saja Komplikasi dari Hisprung 6. Bagaimana Penatalaksanaan untuk Hisprung 7. Bagaimana cara Pencegahan dari Hisprung 8. Bagaimana Web Of Caution dari Hisprung 9. Apa saja Asuhan Keperawatan pada Hisprung 10. Apa saja Diagnosa Keperawatan Hisprung 11. Apa saja Intervensi Keperawatan pada Hisprung 12. Bagaimana Discharge Planning dari Hisprung C. Tujuan 1. Tujuan umum Tujuan pembuatan makalah ini untuk memperoleh pengetahuan mengenai Hisprung (Mega Colon). 2. Tujuan khusus Mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswi mengenai Hisprung (Mega Colon).



5



BAB 2 PEMBAHASAN A. Definisi Penyakit hisprung adalah kelainan bawaan penyebab gangguan pasase usus (Ariff Mansjoer, dkk. 2000). Hisprung adalah suatu kelainan tidak adanya sel ganglion parasimpatis pada usus, dapat dari colon sampai usus halus (Ngastiyah, 2005:219). Hisprung atau Mega Colon adalah penyakit yang tidak adanya sel-sel ganglion dalam rectum atau bagian rectosigmoid Colon. Dan ketidakadaan ini menimbulkan keabnormalan atau tidak adanya gerakan tenaga pendorong (peristaltik) dan tidak adanya evakuasi usus spontan (Betz, Cecily & Sowden, 2002:197). B. Etiologi Penyakit hisprung terjadi ketika saraf di usus besar tidak terbentuk dengan sempurna. Saraf ini berfungsi untuk mengontrol pergerakan usus besar. Oleh sebab itu jika saraf usus besar tidak terbentuk dengan sempurna maka usus besar tidak dapat mendorong feses keluar. Penyebab dari hisprung yang sebenarnya tidak diketahui, tetapi hisprung atau Mega Colon di duga terjadi karena: 1. Factor genetik dan lingkungan, sering terjadi pada anak dengan Down syndrome. 2. Kegagalan sel neural pada masa embrio dalam dinding usus, gagal eksistensi,kranio kaudal pada myentrik dan sub mukosa dinding plexus. C. Patofisiologi Istilah congenital aganglionic Mega Colon menggambarkan adanya kerusakan primer dengan tidak adanya sel ganglion pada dinding sub mukosa kolon distal. Segmen aganglionik hampir selalu ada dalam rectum dan bagian proksimal pada usus besar. Ketidakadaan ini menimbulkan keabnormalan atau tidak adanya gerakan tenaga pendorong (peristaltik) dan tidak adanya evakuasi usus spontan serta spinkter rectum tidak dapat berelaksasi sehingga mencegah keluarnya feses secara normal yang menyebabkan adanya akumulasi pada usus 6



dan distensi pada saluran cerna. Bagian proksimal sampai pada bagian yang rusak pada Mega Colon (Betz, Cecily & Sowden, 2002:197). Semua ganglion pada intramural plexus dalam usus berguna untuk kontrol kontraksi dan relaksasi peristaltik secara normal. Isi usus mendorong ke segmen aganglionik dan feses terkumpul di daerah tersebut yang dapat menyebabkan terdilatasimya bagian usus yang proksimal terhadap daerah itu karena terjadi obstruksi dan menyebabkan di bagian colon tersebut melebar (Price, S & Wilson, 1995:141). D. Manifestasi Klinis Bayi baru lahir tidak bias mengeluarkan meconium dalam 24-28 jam pertama setelah lahir. Tampak malas mengkonsumsi cairan, muntah bercampur dengan cairan empedu dan distensi abdomen (Nelson, 2000:317). Gejala penyakit hisprung adalah obstruksi usus letak rendah. Bayi dengan penyakit hisprung dapat menunjukkan gejala klinis yakni obstruksi total saat lahir dengan muntah dan distensi abdomen dan ketidakadaan evakuasi meconium. Keterlambatan evakuasi meconium diikuti obstruksi konstipasi, muntah dan dehidrasi gejala ringan berupa konstipasi selama beberapa minggu atau bulan yang diikuti dengan obstruksi usus akut. Konstipasi ringan entrokolitis dengan diare, distensi abdomen atau demam. Adanya feses yang menyemprot pas pada colok dubur merupakan tanda yang khas. Bila sudah timbul enterokolitis nikrotikans terjadi distensi abdomen hebat dan diare berbau busuk yang dapat berdarah (Nelson, 2002 : 317). Gejala penyakit Hisprung menurut (Betz Cecily & Sowden, 2002 : 197) : 1. Masa neonatal a. Gagal mengeluarkan meconium dalam 48 jam setelah lahir b. Muntah berisi empedu c. Enggan minum d. Distensi abdomen 2. Masa bayi dan anak-anak a. Konstipasi b. Diare berulang 7



c. Tinja seperti pita dan berbau busuk d. Distensi abdomen e. Adanya masa difecal dapat di palpasi f. Gagal tumbuh g. Tampak kurang nutrisi dan anemi E. Komplikasi Menurut Mansjoer (2000:381) menyebutkan komplikasi penyakit Hisprung adalah: 1. Enterokolitis nekrotikans Di sebabkan oleh bakteri yang tumbuh berlainan pada daerah kolon yang iskemik distensi berlebihan dindingnya. 2. Pneumatosis usus Di sebabkan oleh bakteri yang tumbuh berlainan pada daerah kolon yang iskemik distensi berlebihan dindingnya. 3. Abses perikolon Di sebabkan oleh bakteri yang tumbuh berlainan pada daerah kolon yang iskemik distensi berlebihan dindingnya. 4. Perforasi Disebabkan aliran darah ke mukosa berkurang dalam waktu lama. 5. Septicemia Disebabkan karena bakteri yang berkembang dan keluarnya endotoxin karena iskemia kolon akibat distensi berlebihan pada dinding usus. Sedangkan komplikasi yang muncul pasca bedah antara lain: a) Gawat pernafasan (akut) Disebabkan karena distensi abdomen yang menekan paru-paru sehingga mengganggu ekspansi paru. b) Enterokolitis (akut) Disebabkan karena perkembangbiakan bakteri dan pengeluaran endotoxin. c) Stenosis striktura ani



8



Gerakan muskulus sfingter ani tidak pernah mengadakan gerakan kontraksi dan relaksasi karena ada colostomy sehingga terjadi kekakuan ataupun penyempitan. F. Penatalaksanaan Medis Penatalaksanaan operasi adalah untuk memperbaiki portion aganglionik di usus besar untuk membebaskan dari obstruksi dan mengembalikan motilitas usus besar sehingga normal dan juga fungsi spinkter ani internal. Ada 2 tahapan dalam penatalaksanaan medis yaitu: 1. Temporary ostomy dibuat proksimal terhadap segmen aganglionik untuk melepaskan obstruksi dan secara normal melemah dan terdilatasinya usus besar untuk mengembalikan ukuran normalnya. 2. Pembedahan koreksi di selesaikan atau dilakukan lagi, biasanya saat berat anak mencapai sekitar 9 Kg (20 pounds) atau sekitar 3 bulan setelah operasi pertama. Ada beberapa prosedur pembedahan yang dilakukan Swenson, Duhamel, Boley & Soave. Prosedur Soave adalah salah satu prosedur yang paling banyak atau sering di lakukan yang terdiri dari penarikan usus besar yang normal bagian akhir dimana mukosa aganglionik telah diubah. Menurut (Cecily L.Betz dan Linda A.Sowden, 2002) Perawatan prabedah 1. Pantau status nutrisi anak sebelum pembedahan a. Beri makan tinggi kalori, tinggi protein, dan tinggi sisa b. Gunakan rute makan alternatif jika pasien tidak dapat minum per oral c. Kaji asupan dan haluaran secara cermat setiap 8 jam d. Timbang berat badannya setiap hari 2. Persiapan bayi dan anak secara emosional untuk menghadapi pembedahan 3. Pantau status klinik prabedah a. Pantau tanda-tanda vital setiap 2 jam, bila perlu b. Pantau asupan dan haluaran c. Observasi tanda dan gejala perforasi usus



9



1) Muntah 2) Peningkatan nyeri tekan 3) Distensi abdomen 4) Iritabilitas 5) Gawat pernafasan (dispnea) d. Pantau adanya tanda-tanda anterokolotis e. Ukur lingkaran perut setiap 4 jam (untuk mengkaji distensi abdomen) 4. Pantau reaksi bayi terhadap persiapan prabedah a. Enema sampai bersih (untuk membersihkan usus sebelum pembedahan) b. Pasang selang intravena (IV) c. Pasang kateter foley d. Obat prabedah e. Uji diagnostic f. Dekompresi lambung dan usus {selang nasogastrik (NG) atau selang rektal} g. Puasa selama 12 jam sebelum operasi Perawatan pascabedah 1. Pantau dan laporkan status pascabedah anak a. Auskultasi kembalinya bising usus b. Pantau tanda-tanda vital setiap 2 jam sampai stabil, kemudian setiap 4 jam (tergantung protocol rumah sakit) c. Pantau adanya distensi abdomen (pertahankan kepatenan selang NG) 2. Pantau status hidrasi anak (tergantung status anak dan protocol rumah sakit) a. Kaji adanya tanda-tanda dehidrasi atau kelebihan cairan b. Ukur dan catat drainase nasogastric c. Ukur dan catat drainase colostomi d. Ukur dan catat drainase kateter foley e. Pantau infus IV (jumlah, kecepatan, ifiltrasi) f. Observasi adanya gangguan keseimbangan elektrolit (hiponatremia atau hipokalemia)



10



3. Observasi dan laporkan adanya tanda-tanda komplikasi a. Obstruksi usus karena perlengketan, volvulus, atau intususepsi b. Kebocoran pada anastomosis c. Sepsis d. Fistula e. Enterokolitis f. Frekuensi defekasi g. Konstipasi h. Perdarahan i. Kambuhnya gejala 4. Usahakan kembalinya peristaltis a. Pertahankan kepatenan selang NG b. Irigasi dengan air garam normal setiap 4 jam dan bila perlu 5. Tingkatkan dan pertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit a. Catat asupan per rute (IV, oral) b. Catat haluran per rute (urin, feses, emesis, stoma) c. Konsultasikan dengan dokter jika terjadi ketidakcocokan 6. Atasi atau kurangi nyeri dan ketidaknyamanan a. Pertahankan kepatenan selang NG b. Pertahankan posisi yang nyaman c. Pantau respon anak terhadap pemberian obat 7. Cegah infeksi a. Pantau tempat insisi b. Berikan perawatan kateter folay setiap pergantian dinas c. Ganti balutan bila perlu (perianal dan colostomi) d. Rujuk pada pedoman prosedur institusi untuk perawatan berhubungan prosedur tertentu e. Ganti popok dengan sering untuk menghindari kontaminasi feses 8. Lakukan intervensi yang spesifik untuk prosedur 9. Beri dukungan emosi pada anak dan asuhan keperawatan



11



G. Pencegahan Penyakit Yang dapat dilakukan untuk mencegah kelainan hisprung adalah: 1. Lakukan kontrol rutin ke dokter kandungan/bidan selama masa kehamilan 2. Konsumsi makanan yang bergizi dan minum air putih 2-2,5 L perhari 3. Hindari rokok dan alkohol 4. Hatihati dalam konsumsi obat saat kehamilan 5. Cukupi kebutuhan asamfolat dan zat besi selama masa kehamilan



12



H. Web of Caustion Kegagalan sel neuron pada dinding usus di masa embrio



Gagal eksistensi carniokaudal pada myentrik dan submukosa dinding plexus



Gagal migrasi sel ganglion pada perkembangan embrio



Tidak adanya neuron dan meisner dan aorbach di segmen Penyakit kongenital aganglionik Tidak adanya peristaltik usus Membuat feses tertahan pada daerah aganglionik Feses menumpuk di usus



Infeksi



Diare



Gangguan Volume Cairan



Konstipasi



Proses evakuasi feses terganggu



Gangguan Rasa Nyaman



Dorongan gas, makanan, feses kearah spingter



Distensi abdomen



Mual



Muntah berwarna hijau



Tidak nafsu makan



Defisit Nutrisi



13



BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN HIRSPRUNG A. Pengkajian 1. Pengumpulan data a. Identitas klien Dikaji nama, jenis kelamin, agama, alamat, suku bangsa, pekerjaan dan lain-lain. b. Identitas penanggung jawab Dikaji nama, alamat, pekerjaan dan hubungan dengan klien. c. Keluhan utama Masalah yang dirasakan klien yang sangat mengganggu pada saat dilakukan pengkajian, pada klien Hirschsprung misalnya, sulit BAB, distensi abdomen, kembung, muntah. d. Riwayat kesehatan sekarang Yang diperhatikan adanya keluhan mekonium keluar setelah 24 jam setelah lahir, distensi abdomen dan muntah hijau atau fekal.Tanyakan sudah berapa lama gejala dirasakan pasien dan tanyakan bagaimana upaya klien mengatasi masalah tersebut. e. Riwayat kesehatan masa lalu Apakah sebelumnya klien pernah melakukan operasi, riwayat kehamilan, persalinan dan kelahiran, riwayat alergi, imunisasi. f. Riwayat Nutrisi meliputi : masukan diet anak dan pola makan anak. g. Riwayat psikologis Bagaimana perasaan klien terhadap kelainan yang diderita apakah ada perasaan rendah diri atau bagaimana cara klien mengekspresikannya. h. Riwayat kesehatan keluarga Tanyakan pada orang tua apakah ada anggota keluarga yang lain yang menderita Hirschsprung.



14



i. Riwayat social Apakah ada pendakan secara verbal atau tidak adekuatnya dalam mempertahankan hubungan dengan orang lain. j. Riwayat tumbuh kembang Tanyakan sejak kapan, berapa lama klien merasakan sudah BAB. k. Riwayat kebiasaan sehari-hari Meliputi – kebutuhan nutrisi, istirahat dan aktifitas. 2. Pemeriksaan Fisik a. Sistem integument Kebersihan kulit mulai dari kepala maupun tubuh, pada palpasi dapat dilihat capilary refil, warna kulit, edema kulit. b. Sistem respirasi Kaji apakah ada kesulitan bernapas, frekuensi pernapasan c. Sistem kardiovaskuler Kaji adanya kelainan bunyi jantung (mur-mur, gallop), irama denyut nadi apikal, frekuensi denyut nadi / apikal. d. Sistem penglihatan Kaji adanya konjungtivitis, rinitis pada mata e. Sistem Gastrointestinal Kaji pada bagian abdomen palpasi adanya nyeri, auskultasi bising usus, adanya kembung pada abdomen, adanya distensi abdomen, muntah (frekuensi dan karakteristik muntah) adanya keram, tendernes. B. Diagnosa Keperawatan 1. Defisi Nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan a. Data mayor Subjektif : Objektif : Berat badan pasien menurun 10% b. Data minor Subjektif : -ibu pasien mengatakan anaknya nyeri dibagian abdomen di buktikan ada kemeraham di bagiana abdomen 15



-Pasien tidak mau makan/nafsu makan menurun Objektif : -memberan mukosa tampak pucat -serum albumin turun -diare -otot menelan lemah 2. Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif 1. Data mayor Subjektif : Objektif : -nadi teraba lemah -tekanan darah menurun -tekanan nadi menyempit -turgor kulit menurun -volume urin menuru 2. Data minor Subjektif : -ibu pasien mengatakan anaknya terasa lemas -ibu Pasien mengatakan anaknya selalu menagis kehausan Objektif : -status mental tampak berubah -suhu tubuh meningkat 38c -berat badan tampak menurun 3. Gangguan Rasa Nyaman berhubungan dengan gejala penyakit 1. Data mayor Subjektif : -ibu pasien mengatakan anaknya rewel Objektif :-pasien tampak rewel/menangis 2. Data minor Subjektif : -ibu pasien mengatakan anaknya sulit tidur -ibu pasien mengatakan anaknya tidak mampu rilex -ibu pasien mengatakan anaknya berkeringet/kepanasan -ibu pasien mengatakan anaknya sering mengaruk dibagian abdomen - ibu pasien mengatakan anaknya sering mual dan lemes Objektif : -pasien tampak rewel -pasien tampak postur tubuhnya berubah



16



C. Intervensi dan Rencana Keperawatan 1. Defisi Nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan Tujuan/Luaran : setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x selama 24 jam defisit nutrisi membaik dengan kriteria hasil 



Pengetahuan tentang pilihan makanan yang sehat meningkat







Pengetahuan tentang pilihan minuman yang sehat meningkat



Intervensi : Observasi 



Identifakasi status nutrisi







Monitor berat badan







Monitor hasil pemeriksaan laboratorium



Terapeutik 



Fasilitasi menentukan pedoman diet







Lakukan oral hygiene sebelum makan







Berikan suplemen makanan



Edukasi 



Anjurkan diet yang diprogramkan







Anjurkan duduk jika mampu



Kolaborasi 



Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan







Kolaborasi dengan ahli gizi



2. Hypovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif. Tujuan/Luaran : setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x selama 24 jam hypovolemia membaik dengan kriteria hasil. 



Turgor kulit meningkat







TTV membaik







Perasaan lemah menurun



Intervensi :



17



Observasi 



Periksa tanda gejela hypovolemia







Monitor intake dan output cairan



Terapeutik 



Hitung kebutuhan cairan







Berikan asupan cairan oral



Edukasi 



Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak







Anjurkan meminum secara oral



Kolaborasi 



Kolaborasi pemberian iv isotonis







Kolaborasi pemberian iv hipotonis



3. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan gejala penyakit. Tujuan/Luaran : setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x selama 24 jam Gangguan rasa nyaman membaik dengan kriteria hasil. 



Keluhan tidak nyaman menurun







Keluhan sulit tidur menurun







Mual menurun







Merintih menurun







Pola hidup membaik



Intervensi : Observasi 



Identifikasi skala nyeri







Identifikasi lokasi, karateristik, durasi, frekuensi







Identifikasi reson nyeri non verbal



Terapeutik 



Berikan tehnik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri



18







Pertimbangkan jenis sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri



Edukasi 



Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri







Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri







Ajarkan tehnik nonfarmakologis untuk mengurangi nyeri



Kolaborasi 



Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu



D. Discharge Planning 1. Ajarkan pada orang tua untuk memantau adanya tanda dan gejala komplikasi jangka panjang a. Stenosis dan kontriksi b. Inkontinesia c. Pengosongan yang tidak adekuat 2. Ajarkan tentang perawatan kolostomi pada orang tua dan anak a. Persiapan kulit b. Penggunaan alat kolostomi c. Komplikasi stomal (perdarahan, gagal defekasi, diare meningkat, prolapse feses seperti kita) d. Perawatan dan pembersihan alat kolostomi e. Irigasi kolostomi 3. Beri dan kuatkan informasi-informasi tentang penatalaksanaan diet a. Makanan rendah sisa b. Masukan cairan tanpa batas c. Tanda-tanda ketidakseimbangan dan dehidrasi 4. Dorong orang tua dan anak untuk mengepresikan perasaanya tentang kolostomi a. Tampilan b. Bau c. Ketidaksesuaian antara anak mereka dan anak (ideal)



19



5. Rujuk keprosedur institusi spesifik untuk informasi yang dapat diberikan pada orang tua tentang perawatan di rumah.



20



BAB 4 PENUTUP   KESIMPULAN Hisprung atau Mega Colon adalah penyakit yang tidak adanya sel-sel ganglion dalam rectum atau bagian rectosigmoid Colon. Dan ketidakadaan ini menimbulkan keabnormalan atau tidak adanya gerakan tenaga pendorong (peristaltik) dan tidak adanya evakuasi usus spontan (Betz, Cecily & Sowden, 2002:197). Istilah congenital aganglionic Mega Colon menggambarkan adanya kerusakan primer dengan tidak adanya sel ganglion pada dinding sub mukosa kolon distal. Penyakit hisprung terjadi ketika saraf di usus besar tidak terbentuk dengan sempurna. Saraf ini berfungsi untuk mengontrol pergerakan usus besar. Oleh sebab itu jika saraf usus besar tidak terbentuk dengan sempurna maka usus besar tidak dapat mendorong feses keluar.



SARAN Kami berharap setiap mahasiswa/i mampu memahami dan mengetahui tentang penyakit hsaprung. Walaupun dalam makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan.



21



DAFTAR PUSTAKA



A price, s. (1995). Patofisiologi. Jakarta: EGC Nelson, W. (2000), Ilmu kesehatan Anak. Ali Bahasa A Samik Wahab. Jakarta : EGC Ngastiyah. 2005. perawatan Anak Sakit, Edisi 2. Jakarta : EGC Betz, Cecily, L. Dan Linda A. Sowden 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatrik. Edisi ke-3. Jakarta : EGC Kartono, Darmawan. 2004. Penyakit Hirschsprung. Jakarta : Sagung Seto. Carpenito , Lynda juall. 1997 . Buku saku Diagnosa Keperawatan.Edisi ke . Jakarta : EGC PPNI.2016-2017. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI). Jakarta PPNI.2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI). Jakarta PPNI.2018-2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI). Jakarta



22