12 0 162 KB
1
TUGAS SISTEM PENCERNAAN ASKEP PADA PASIEN PENCERNAAN DENGAN GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN KELAINAN KONGENITAL :HIRCHSPRUNG
DISUSUN OLEH KELOMPOK 3 : ( KELAS 2b S1 TRANSFER) KETUA : SAMANHUDI SEKRETARIS : NURAIDA UTAMI ANGGOTA : ANISA AMTSALINA SITI NURHAYATI INA ROHAYATULUYUN RUHWATUSSUPIYAH IMANSYAH (TIDAK MASUK)
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA 2014-2015
2 PENYAKIT HIRSCHSPRUNG 1. Pengertian Hirschprung Hirschsprung adalah penyakit hisprung disebut juga congenital aganglionosis atau megacolon yaitu tidak adanya sel ganglion dalam rectum dan sebagian tidak ada dalam colon. Hirschsprung merupakan kelainan bawaan berupa aganglionik usus, mulai dari spinkter ani interna ke arah proksimal dengan panjang yang bervariasi, tetapi selalu termasuk anus dan setidak-tidaknya sebagian rektum dengan gejala klinis berupa gangguan pasase usus fungsional ( Kartono, 1993; Heikkinen dkk, 1997; Fonkalsursrud 1997 dalam Irawan, 2003). Penyakit hirschsprung adalah kelainan kongenital pada bagian usus (kolon) akibat adanya obstruksi mekanis/penyumbatan karena pergerakan usus yang inadekuat. Penyakit hirschprung disebut juga megacolon kongenital karena merupakan kelainan bawaan dimana ukuran kolon yang abnormal besar sebagai akibat pelebaran dan hipertrofi. Insiden penyakit ini adalah 1 diantara 5000 kelahiran hidup dan lebih banyak menyerang laki-laki (Reffensperger, 1990). 2. Penyebab a. Aganglion parasimpatik Hirschsprung terjadi pada persarafan kolon paling bawah, mulai anus hingga kebagian
usus
diatasnya,
termasuk
ganglion
parasimpatis.
Ganglion
parasimpatis tersebut berfungsi mengatur pergerakan usus hingga membuat usus dapat bergerak melebar dan menyempit. Pada penyakit hirschsprung, tidak ada sel-sel saraf ganglion yang membantu pergerakan usus, sehingga makanan tidak bisa didorong keluar anus. b. Faktor genetic Penyakit Hirschsprung dapat disebabkan oleh kelainan genetik terkait adanya resesif autosomal dan sex-link trait. Robertson dan Brown menemukan 57 kasus pada 24 keluarga, menunjukkan penyakit ini ditemukan pada 1.3% dari orang tua dan 0.5-1% terdapat pada saudara. c. Sering terjadi pada anak dengan down syndrome d. Kegagalan sel neural pada masa embrio dalam dinding usus
3 3. Tanda dan Gejala Tanda dan gejala yang dialami oleh anak bervariasi, tergantung usia perkembangan anak. Pada periode neonatus mungkin tanda yang ditunjukkan adalah distensi abdomen akut, mual, kegagalan mekonium untuk keluar, tidak dapat BAB dalam waktu 24-48 jam setelah lahir, perut menggembung, diare encer (pada bayi baru lahir), konstipasi kronik mulai bulan pertama kehidupan dengan terlihat, obstruksi usus dalam periode neonatal, nyeri abdomen dan distensi, BB tidak bertambah dan malabsorbsi. 4. Tipe Hirscprung 1. Segmen pendek Aganglionosis mulai dari anus sampai sigmoid, merupakan 70% penyakit hirscprung, dan lebih sering ditemukan pada anak lak-laki dibanding anak perempuan. Pada tipe segmen ini insiden 5x lebih besar bagi saudara laki-laki anak yang menderita kelainan yang sama(Sacharin, 1986) 2. Segmen panjang Daerah aganglionosis dapat melebihi sigmoid, bahkan kadang dapat menyerang seluruh kolon atau sampai usus halus. Anak laki-laki dan perempuan memiliki peluang yang sama, satu dalam 10 tanpa membedakan jenis kelamin(FKUI, ilmu kesehatan 1986) 5. Patofisiologi a. Persyarafan parasimpatik kolon di dukung oleh ganglion. Persyarafan saraf simpatik yang tidak sempurna pada bagian usus yang agaglionik mengakibatkan peristaltik abnormal sehingga terjadi konstipasi dan obstruksi. b. Tidak adanya ganglion disebabkan kegagalan daam migrasi sel ganglion selama perkembangan embriologi. Karena sel ganglion tersebut bermigrasi pada bagian kaudal aluran gastroinstenstinal(rektum). Kondisi ini akan memperluas hingga proksimal dari anus. c. Semua ganglion pada intramural pleksus dalam usus berguna untuk kontrol kontraksi dan relaksasi peristaltik secara normal
Penyempitan pada lumen usus, tinja dan gas akan terkumpul dibagian proksimal dan teradi obstruksi dan menyebabkan dibagian koon tersebut melebar(megacolon Tidak adanya sel gangglion parasimpatik otonom pada satu segmen kolon Kurangnya persarafan di segmen tersebut Tidak terdapat gerakan peristaltik ke distal Kotoran tidak dapat keluar dari anus Kotoran menumpuk dan menyumbat usus bagian bawah Hirschsprung
usus melebar Konstipasi
Perut menggelembung
Malabsorpsi
gangguan penyerapan air pada feses
penumpukan makanan dalam usus
malnutrisi Diare Gangguan pertumbuhan
Refluks makanan Muntah/ Anoreksia
peningkatan tek. Intra abdomen sesak nafas
pembusukan Perkembangbiakan kuman ↑
Radangusus 6. Pemeriksaan penunjang pada penyakit hirschrprung :
gangguan keseimbangan cairan kurang dari kebutuhan tubuh
1. Pemeriksaan colok dubur Pada penderita hirscprung, pemeriksaan colok anus sangat penting untuk dilakukan saat pemeriksaan ini, jari akan merasakan jepitan karena lumen rectum yang sempit, pada saat ditarik akan diikuti dengan keluarnya udara dan meconium (feses) yang menyemprot. 2. Pemeriksaan lain a. Foto polos abdomen tegak akan memperlihatkan usus-usus melebar atau terdapat gambaran obstruksi usus rendah. b. Pemeriksaan radiologis akan memperlihatkan kelainan pada kolon setelah enema bariun. Radiografi biasa akan memperlihatkan dilatasi dari kolon di atas segmen aganglionik. c. Biopsi rectum Untuk menunjukkan hilangnya sel-sel ganglion. Metode biopsi yang digunakan ada dua jenis yaitu full-thickness dan suction. Metode biopsi full-thickness merupakan tes diagnostik yang dapat dipercaya. Tes ini membutuhkan 2-3 hari hospitalisasi dan juga pemberian anastesi umum. Anak dipersiapkan dengan irigasi rektal dan katartik oral sampai usus kosong. Biopsi dilakukan dengan posisi litotomi agar rekum berdilatasi. Kemudian dibersihkan dengan saline dan irigasi povidoneiodine. Frozen section dilakukan secepatnya untuk memastikan spesimen adekuat. Jika tidak ditemukan sel ganglion pada frozen section maka tindakan yan dapat diambil adalah kolostomi. Metode jenis ini dapat dipergunakan untuk kasus mukosa tebal yang menyebabkan sulit untuk mengambil spesimen. Kekurangan biopsi metode full-thickness adalah pembentukan skar namun hal ini dapat diminimalisir dengan reseksi defnitif. d. Biopsi rektal suction. Metode ini tidak dapat digunakan untuk mendiagnosa penyakit Hirschsprung pada anak yang lebih besar, yang memiliki luas segmen yang pendek. e. Manometri anorektal
Memakai balon berisi udara sebagai transducernya untuk mengukur tekanan sfingter anus dimana balon dikembangkan didalam rektum. Respon normalnya sfingter internal berelaksasi diikuti kontraksi sfingter eksternal. Pada Hirschsprung sfingter eksternal berkontraksi secara normal tapi sfingter internal gagal berelaksasi. Hasil palsu dapat disebabkan oleh tangisan dan tahanan abdomen. Pada periode bayi baru lahir, metode manometri anorektal tidak dapat dilakukan karena refleks anorektal belum berkembang maka harus diiringi dengan pemeriksaan biopsi. Walaupun akurasi manometri meningkat sesuai usia pasien, namun tetap saja tidak akurat bila tidak di iringi dengan pemeriksaan biopsi. Dengan manometri anorektal pada penyakit hirschsprung ditemukan hasil : a. hiperaktivitas pada segmen yang dilatasi. b. tidak dijumpai kontraksi peristaltik yang terkoordinasi pada segmen usus aganglionik. c. tidak ada relaksasi spontan. 7. Pentalaksanaan penyakit hirschrprung 1. Kolostomi yaitu untuk menghilangkan obstruksi usus dan mencegah enterokolitis. 2. Operasi korektif a. Prosedur swanson approach ke intra abdomen, melakukan biopsi eksisi otot rektum, diseksi rektum ke bawah hingga dasar pelvik dengan cara diseksi serapat mungkin ke dinding rektum, kemudian bagian distal rektum diprolapskan melewati saluran anal ke dunia luar sehingga saluran anal menjadi terbalik, selanjutnya menarik terobos bagian kolon proksimal (bagian kolon yang aganglionik sudah direseksi/ dipotong ) keluar melalui saluran anal. potong rektum distal 2 cm dari anal verge (pinggir anal) untuk bagian anterior dan 0,5-1 cm pada bagian posterior, selanjutnya dilakukan anastomose end to end dengan kolon proksimal yang telah ditarik terobos tadi. Anastomose dilakukan dengan 2 lapis jahitan, mukosa dan sero-muskuler. Setelah anastomose selesai, usus dikembalikan ke kavum pelvik/ abdomen. Selanjutnya dilakukan reperitonealisasi, dan kavum abdomen ditutup. b. Prosedur Duhamel
Tampak usus ganglionik diprolapskan melalui rektum posterior, keluar dari saluran anal. 10 – 14 hari kemudian,usus yang diprolapskan tadi dipotong dan di anastomose end to side dengan rektum, kemudian dilakukan pemotongan septum/sekat dengan klem Ikeda (klem khusus untuk melakukan anastomose, yang terjadi setelah 6-8 hari kemudian). c. Prosedur Soave Yaitu membuang mukosa rektum yang aganglionik, kemudian menarik terobos kolon proksimal yang ganglionik masuk kedalam lumen rektum yang telah dikupas tersebut d. Prosedur rehbein Prosedur ini tidak lain berupa deep anterior resection, dimana dilakukan anastomose end to end antara usus aganglionik dengan rektum pada level otot elevator nai, menggunakan jahitan 1 lapis yang dikerjakan intrabdominal ekstraperitoneal. Pasca operasi sangat penting melakukan businasi secara rutin (Swenson, 1990 dalam Irawan 2003). Pada dasarnya keempat prosedur tindakan tersebut memotong bagian aganglionik lalu menyambungkannya kembali dengan rektum. 8. Komplikasi a. Obstrkusi usus b. ketidakseimbangan cairan dan elektrolit c. konstipasi
TINJAUAN KASUS KELAINAN KONGENITAL : HIRSCHPRUNG
KASUS Danny 6 bulan BB 5,1 kg ( BB sebelumnya 5,5 kg) dibawa ibunya ke unit gawat darurat karena sulit buang air besar dan muntah-munntah menurut ibunya selama ini anak belum diberi makanan lain selain ASI, sehingga ibunya merasa bingung mengapa anaknya bias seperti ini. Sebenarnya anak ini mengalami kesulitan BAB yang sudah berlangsung sejak lama, bahkan menurut ibunya anak ini dilahirkan meconium keluar setelah 2 hari dan itupun sedikit-sedikit. Selama ini BAB selalu dirangsang dengan pencahar dan feses yang keluar kadang-kadang mencret, kadang-kadang sedikt-sedikit dengan bentuk kepeng sepereti pita. Pada pemeriksaan didapatkan distensi abdomen (+) , pada foto abdomen tampak bayangan kolon membesar (megacolon) pada colon desenden. Pada pemeriksaan darah di dapatkan K=3mEq/l, Na=130 mEq/l. HCO3 mEq/l. klien direncanakan untuk pembedahan korektif dan membicarakannya dengan ibu klien. Ibu klien tampak gelisah, setiap perawat atau dokter mendekati anaknya ia selalu melontarkan peertanyaan yang sama walupun sudah dijelaskan berkali-kali, sehingga memancing kejengkelan. Pada sekian kali ibu klien bertanya lagi dan marahlah perawatpadanya.
1. PENGKAJIAN IDENTITAS KLIEN NAMA : An. D Umur : 6 bulan Jenis : laki-laki BB
: 5,1 kg
DATA FOKUS DATA SUBJEKTIF
Ibu
mengatakan
DATA OBJEKTIF anaknya
muntah.
Kalium 3Meq/L
Ibu mengatakan anak nya sulit
Na 130Meq/l
BAB sejak lama.
Ibu
mengatakan
Hco3 15Meq/l mekonium
baru keluar setelah 2 hari, dan
Distensi abdomen (+)
BAB
sedikit-sedikit.
dirangsang
mengapa
merasa anaknya
bias seperti ini.
Ibu selalu bertanya kepada setiap perawat atau dokter yang
mendekati
walaupun berkali-kali
anaknya
sudah
dijelaskan
dan
tentang
rencana operasi.
Feces berbentuk gepeng seperti pita
mengatakan
bingung
dengan
pencahar.
Ibu
kadang-kadang
mencret
Ibu mengatakan bila BAB harus selalu
Hasil lab :
Foto
abdomen
megacolon desenden
pada
: colon
ANALISA DATA N
DATA FOKUS
MASALAH
ETIOLOGI
O 1
DS :allo anamnesa
Gangguan
Kurang nya intake,
Ibu mengatakan keseimbangan anaknya
volume
muntah.
elektrolit
ada nya mual cairan
DO :
Hasil lab : Kalium 3Meq/L Na 130Meq/l Hco3 15Meq/l
2.
DS : allo anamnesa Ibu
mengatakan
anak nya sulit BAB sejak lama. Ibu
mengatakan
mekonium keluar
baru
setelah
2
hari, dan sedikitsedikit. Ibu mengatakan bila
BAB harus
selalu
dirangsang dengan pencahar. DO :
Distensi abdomen (+)
Konstipasi
Aganglionosis megacolon
/
BAB
kadang-
kadang mencret
Feces berbentuk gepeng seperti pita
Foto abdomen : megacolon pada
colon
desenden Ds: allo anamnesa 3.
Ibu mengatakan merasa bingung mengapa anaknya
bias
seperti ini.
Ibu
selalu
bertanya kepada
setiap
perawat
atau
dokter
yang
mendekati anaknya walaupun sudah dijelaskan berkali-kali dan tentang rencana operasi. DO : Ibu klien tampak gelisah
Cemas
Kurang pengetahuan
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Gangguan keseimbangan volume cairan elektrolit b.d Kurang nya intake, ada nya mual 2. Konstipasi b.d Aganglionosis / megacolon 3.
Cemas b.d Kurang pengetahuan
3. INTERVENSI Diagnosa keperawatan Gangguan
Rencana tindakan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi keseimbangan Noc : Nic :
volume cairan elektrolitb.d
Fluid balance
Kurang nya intake, adanya
Hydration
mual
Setelah
DS :allo anamnesa
tindakan
Ibu
mengatakan
DO : Hasil lab :
Monitor hidrasi (kelembaban
keseimbangan
membran cairan
mukosa,
teratasi
nadi
adekuat.)
Monitor
vital
Mempertahankan
sign
urine output sesuai
menit – 1 jam
dengan usia dan BB
yang
3x 24 jam gangguan
dengan kriteria hasil :
output adekuat.
elektrolit
Na 130Meq/l Hco3 15Meq/l
dilakukan
volume
Kalium 3Meq/L
Pertahankan catatan intke dan
keperawatan selama
anaknya muntah.
Tidak tanda
ada
tanda-
15
Kolaborasi pemberian cairan
dehidarasi,
tidak ada rasa haus
setiap
IV
yang berlebihan
Berikan
cairan
oral
Monitor hasil lab yang
sesuai
dengan
retensi
cairan.
Konstipasi
b.d Noc :
Aganglionosis / megacolon
DS : allo anamnesa Ibu
Nic :
Setelah
mengatakan
anak
Manajemen konstipasi
Hidration dilakukan
Identifikasi
tindakan
factor-faktor
keperawatan selama
yang
mengatakan
1x 24 jam konstipasi
menyebabkan
mekonium baru keluar
klien teratasi dengan
konstipasi
setelah
kriteria hasil :
nya sulit BAB sejak lama. Ibu
2
hari,
dan
sedikit-sedikit.
Ibu mengatakan bila BAB
Jelaskan
Pola AB dalam batas
penyebab
normal
rasionalisasi
harus selalu dirangsang
Feses lunak
tindakan
dengan pencahar.
Hidrasi adekuat
pasien
DO :
dan
pada
Konsultasikan
Distensi abdomen (+)
dengan
BAB kadang-kadang
tentang
mencret
peningkatan dan
Feces
berbentuk
penurunan bising
gepeng seperti pita
Foto
abdomen
megacolon
dokter
usus. :
pada
Kolaborasi
jika
ada tanda dan
colon desenden
gejala konstiapasi yang menetap.
Jelaskan pada ibu klien konskuensi menggunakan laxative
dalam
waktu yang lama Cemas
b.d
Kurang Noc :
Nic :
pengetahuan
kontrol kecemasan
Ds: allo anamnesa
koping
Ibu
mengatakan
setelah
penuruan kecemasan
dilakukan
gunakan pendekatan yang
merasa
bingung
asuhan keperawatan
mengapa
anaknya
selama 1x 24 jam
menyenangkan
menyatakan
bias seperti ini.
kecemasan orang tua
dengan
Ibu selalu bertanya
teratasi
harapan
kepada
kriteriahasil :
setiap
perawat atau dokter yang
ibu
dengan
klien
mampu
mendekati
menidentifikasi
anaknya
walaupun
mengungkapan
sudah
dijelaskan
gejala cemas
berkali-kali tentang
dan
rencana
operasi.
jelaskan prosedur dan apa
dan
yang
dirasakan
selama prosedur
temani ibu klien
menidentifikasi,
untuk
mengungkapakan
memberikan rasa
dan
aman
mwnunjukan
tenik
untuk
mengkontrol cemas
jelas
dan
mengurai takut.
Berikan informasi
postur
tubuh,
factual mengenai
ekspresi
wajah,
diagnosis,
bahasa
tubuh
tindakan
menunjukan berkurangnya
proknosis
kecemasan
Instruksikan pada ibu klien untuk menggunakan thenik relaksasi
Dengarkan dengan
penuh
perhatian
Identifikasi tingkat kecemasan
Bantu ibu klien mengenal situasi yang
menimbulkan kecemasan
Dorong ibu klien untuk mengungkapkan perasan, ketakutan, persepsi
Daftar Pustaka:
Hockenberry, M.J. (2004). Wong’s clinical manual of pediatric nursing. 6th ed. Missouri: Mosby Hockenberry, M.J & Wilson, D. (2007). Wong’s nursing care of infants and children. 8th ed. Missouri: Mosby elsevier Reffensperger, J.G. (1990). Swenson’s pediatric surgery. 5th ed. Connecticutt: Appleton & Lange. Speer, K.M. (1999). Pediatric care planning: Now with clinical pathway. 3rd ed. Pennyslvania: Springhouse coorporation.