RT 2 Anak Askep Anak Penyakit Hisprung-1 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ASKEP ANAK PENYAKIT KRONIS : PENYAKIT HISPRUNG



Disusun oleh: Ayu Murnila Sari Bayu Setyawan Firda Rismawati Muhammad Albi Tahmi Putri Wahyuni Rahmi Rahmadani Winda Novriola



Program Studi S1 Keperawatan Stikes Payung Negeri Pekanbaru 2021



KATA PENGANTAR



Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah Swt. karena berkat rahmat dan hidayahNya penyusunan makalah ini dapat terselesaikan. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah “Keperawatan Anak II”. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan, khususnya bagi penulis sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai. Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman penulis, makalah ini masih banyak kekurangan dalam pembuatan. Oleh karena itu, penulis harapkan kritik dan saran dari pembaca.



Pekanbaru, 23 November 2021



Tim Penyusun



i



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR .....................................................................................................i DAFTAR ISI....................................................................................................................ii BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1 A. Latar Belakang.......................................................................................................1 B. Tujuan....................................................................................................................2 1. Tujuan Umum................................................................................................2 2. Tujuan Khusus...............................................................................................2 BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................3 A. Definisi Penyakit Hisprung...................................................................................3 B. Klasifikasi Penyakit Hisprung ..............................................................................3 C. Etiologi Penyakit Hisprung...................................................................................5 D. Patofisiologi dan WOC Penyakit Hisprung ..........................................................6 E. Manifestasi Klinik Penyakit Hisprung...................................................................8 F. Komplikasi Penyakit Hisprung..............................................................................9 G. Penatalaksanaan Penyakit Hisprung....................................................................10 H. Pemeriksaan Penunjang........................................................................................ I. Asuhan Keperawatan............................................................................................ J. Diagnosa Keperawatan Penyakit Hisprung.........................................................11 BAB III PENUTUP.......................................................................................................18 A. Kesimpulan..........................................................................................................18 B. Saran....................................................................................................................18 DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................19



ii



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan pada sistem pencernaan dapat terjadi jika salah satu atau lebih proses pencernaan tidak berjalan dengan baik. Anak masih sangat rentan terhadap masalah pencernaan. Sebenarnya sistem pencernaan pada anak dan orang dewasa adalah sama, namun demikian, anak-anak masih belum optimal dalam memaksimalkan fungsi dari masing-masing organ pada sistem pencernaannya. Penyakit pada sistem pencernaan pada anak yaitu diare, diare dengan dehidrasi, disentri, cacingan, maag, dan hirschprung disease (Saefudinn, dkk, 2015). Penyakit hirschprung disease merupakan sebuah kelainan bawaan (cacat lahir) pada usus disebabakan ketiadaan sel gangilia (saraf) pada dinding usus. Penyakit ini juga sering disebut dengan aganglionosis atau megacolon (aganglionic megacolon). Hirschprung disease menyebabkan gangguan pergerakan usus yang dimulai dari springter ani internal ke arahproksimal dengan panjang yang bervariasi, termasuk anus sampai rectum (Mendri & Prayogi, 2018). Penyakit hirschprung disease mencegah tinja (feses) untuk melewati usus karena hilangnya sel-sel saraf di bagian bawah usus besar sehingga dapat terjadinya konstipasi. Kondisi ini merupakan penyebab tersering dari penyumbatan usus yang lebih rendah (obstruksi) pada bayi dan kanak-kanak, penyakit hirsprung disease dapat menyebabkan sembelit, konstipasi, diare, dan mutah kadang-kadang menyebabkan komplikasi usus yang serius, seperti enterocolitis dan megacolon tocsic yang dapat mengancam jiwa. Jadi, sangat penting bahwa penyakit hirschprung disease di diagnosis dan dirawat sedini mungkin (Mendri & Prayogi, 2018). Perawat mempunyai peran penting dalam kasus yaitu meliputi promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative. Peran perawat sebagai promotif yaitu dengan cara memberikan pengetahuan kepada keluarga tentang penyakit Hirsprung disease, preventif menganjurkan kepada keluarga supaya meningkatkan asupan cairan ASI, kuratif bertujuan untuk memberikan pengobatan dengan asuhan keperawatan dan biasanya dalam memberikan pengobatan perawat berkolaborasi kepada tim medis lainnya, rehabilitative yaitu 1



merupakan upaya pemulihan kesehatan bagi pasien yang dirawat dirumah sakit, usaha yang dilakukan yaitu dengan cara mengedukasi kepada keluarga bagimana cara melakukan perawatan kolostomi apabila dilakukan tindakan pembuatan kolostomi, dan mengedukasi kepada keluarga bagaimana cara memenuhi asupan cairan ASI, dan menganjurkan supaya Ibu untuk meningkatkan asupan serat untuk meningkatkan kualitas ASI yang diproduksi, dan istirahat yang cukup. Perawat juga mengedukasi dan memberikan dukungan penguatan kepada keluarga dan anak mengenai kondisi yang sedang dialami.Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk mempelajari lebih jauh tentang penyakit hirschprung disease yang penulis tuangkan dalam Karya Tulis Ilmiah yang berjudul Gambaran Konstipasi pada Pasien An dengan Hirschprung Disease. B. Tujuan 1. Tujuan Umum Makalah ini bertujuan untuk menjelaskan tentang asuhan keperawatan pada anak dengan penyakit Hisprung 2. Tujuan Khusus a)



2



BAB II PEMBAHASAN



A. Definisi Penyakit Acute Leukemia Limfositik Ada beberapa pengertian mengenai Mega Colon, namun pada intinya sama yaitupenyakit yang disebabkan oleh obstruksi mekanis yang disebabkan oleh tidak adekuatnyamotilitas pada usus sehingga tidak ada evakuasi usus spontan dan tidak mampunya spinkterrectum berelaksasi.Hirschsprung atau Mega Colon adalah penyakit yang tidak adanya sel sel gangliondalam rectum atau bagian rektosigmoid Colon. Dan ketidak adaan ini menimbulkankeabnormalan atau tidak adanya peristaltik serta tidak adanya evakuasi usus spontan ( Betz,Cecily & Sowden : 2000 ). Penyakit Hirschsprung atau Mega Kolon adalah kelainan bawaanpenyebab gangguan pasase usus tersering pada neonatus, dan kebanyakan terjadi pada bayiaterm dengan berat lahir 3 Kg, lebih banyak lakilaki dari pada perempuan. B. Etiologi Penyakit Jantung Acute Leukemia Limfositik Adapun yang menjadi penyebab Hirschsprung atau Mega Colon itu sendiri adalahdiduga terjadi karena faktor genetik dan lingkungan sering terjadi pada anak dengan Downsyndrom, kegagalan sel neural pada masa embrio dalam dinding usus, gagal eksistensi,kranio kaudal pada myentrik dan sub mukosa dinding plexus C. Patofisiologi Penyakit Acute Leukemia Limfositik Istilah congenital aganglionic Mega Colon menggambarkan adanya kerusakan primerdengan tidak adanya sel ganglion pada dinding sub mukosa kolon distal. Segmen aganglionichampir selalu ada dalam rectum dan bagian proksimal pada usus besar. Ketidakadaan inimenimbulkan keabnormalan atau tidak adanya gerakan tenaga pendorong ( peristaltik ) dantidak adanya evakuasi usus spontan serta spinkter rectum tidak dapat berelaksasi sehinggamencegah keluarnya feses secara normal yang menyebabkan adanya akumulasi pada ususdan distensi pada saluran cerna. Bagian proksimal sampai pada bagian yang rusak pada MegaColon ( Betz, Cecily & Sowden, 2002:197).Semua ganglion pada intramural plexus dalam usus berguna untuk kontrol kontraksidan relaksasi peristaltik secara normal.Isi usus mendorong ke segmen aganglionik dan feses terkumpul didaerah tersebut,menyebabkan terdilatasinya bagian usus yang proksimal terhadap daerah itu karena terjadiobstruksi dan menyebabkan dibagian Colon tersebut meleba 3



D. Manifestasi Klinik Penyakit Acute Leukemia Limfositik Obstipasi (sembelit) merupakan tanda utama pada Hirsprung disease, dan pada bayi baru lahir dapat merupakan gejala obstruksi akut. Tiga tanda (trias) yang sering ditemukan meliputi mekonium yang terlambat keluar (24 jam), perut kembung, dan mutah berwarna hijau. Pada neonatus, kemungkinan ada riwayat keterlambatan keluarnya mekonium selama 3 hari atau bahkan lebih mungkin menandakan terdapatobstruksi rectum dengan distensi abdomen progesif dan mutah; sedangkan pada anak yang lebih besar kadang-kadang ditemukan adanya diare atau enterokolitis kronik yang lebih menonjol daripada tanda-tanda obstipasi (sembelit). (Sodikin, 2011). E. Komplikasi Penyakit Acute Leukemia Limfositik 4



Menurut Nurarif & Kusuma (2015), komplikasi yang dapat terjadi pada penderita adalah obstruksi usus, konstipasi, ketidakseimbangan cairan dan elektrolit, entrokolisis, dan striktur anal dan inkontinensial secara umum, komplikasi kebocoran anastomosis dan pembentukan striktur (5-15%), obstruksi usus (5%), abses pelvis (5%), infeksi luka (10%), dan membutuhkan re-operasi kembali (5%), seperti prolaps atau striktur. Kemudian, komplikasi yang terkait dengan manajemen bedah penyakit Hirschsprung diseas termasuk enterokolitis, gejala obstruktif, inkontinensia, sembelit kronis (6-10%), dan perforasi. F. Penatalaksanaan Penyakit Hisprung Penatalaksanaan gejala obstipasi dan pencegahan enterokolitis dapat dilakukan dengan bilas kolon, menggunakan garam faali. Cara ini efektif dilakukan pada Hirsprung Disease tipe segmen pendek. Untuk tujuan yang sama dapat dilakukan tindakan kolostomi didaerah gangglioner. Membuang segmen agangglionik dan mengembalikan kontinuitas usus dapat dikerjakan dalam satu atau dua tahap. Teknik ini disebut operasi definitif, yang dapat dikerjakan bila berat badan bayi sudah cukup (lebih dari 9 kg). Intervensi bedah, terdiri atas pengangkatan segmen usus agangglionik yang mengalami obstruksi. Pembedahan Rekto-Sigmidektomi dilakukan dengan teknik pull-through dan dapat dicapai dengan prosedur tahap pertama, tahap kedua, dan tahap ketiga. Rekto-Sigmoidoskopi didahului oleh kolostomi. Kolostomi ditutup dalam prosedur tahap kedua. Pull-through (Swenson, Renbein, dan Duhamel) adalah jenis pembedahan dengan mereseksi segmen yang menyempit dan menarik usus sehat kearah anus. Operasi Swenson dilakukan melalui teknik anastomosis intususepsi ujung ke ujung anus anganglionik dan ganglionik melalui anus dan reseksi serta anastomosis sepanjang garis bertitik-titik. Operasi duhamel merupakan modifikasi prosedur pull-through dan pembuatan anastomosis longitudinal diantara segmen proksimal kolon berganglion dan rektum, meninggalkan rektum insitu. G. Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan penunjang pada anak dengan Hirsprung Disease menurut Sodikin, (2011) yaitu sebagai berikut: 1. Pemeriksaan colok dubur 5



Pada penderita hirsprung disease pemeriksaan colok anus sangat penting untuk dilakukan. Saat pemeriksaan ini, jari akan merasakan jepitan karena lumen rektum yang sempit, pada saat ditarik akan diikuti dengan keluarnya udara dan mekonium (feses) yang menyemprot. 2. Pemeriksaan Lain a. Foto polos abdomen tegak akan merperlihatkan usus-usus melebar atau terdapat gambaran obstruksi usus rendah. b. Pemeriksaan radiologis akan memperlihatkan kelainan pada kolon setelah enema barium. Radiografi biasanya akan memperlihatkan dilatasi dari kolon diatas segmen aganglonik. c. Biopsi rektal dilakukan dengan anastesi umum, hal ini melibatkan diperolehnya sempel lapisan otot rektum untuk pemeriksaan adanya sel ganglion dan pleksus Aurbach (biopsi) yang lebih superfisial untuk memperoleh mukosa dan submukosa bagi pemeriksaan pleksus meissner. d. Manometri anorektal merupakan uji dnegan suatu balonn yang ditempatkan dalam rektum dan dikembangkan. H. Asuhan Keperawatan Pengkajian 1. Identitas. Penyakit ini sebagian besar ditemukan pada bayi cukup bulan dan merupakan kelainan tunggal.Jarang pada bayi prematur atau bersamaan dengan kelainan bawaan lain. Pada segmenaganglionosis dari anus sampai sigmoid lebih sering ditemukan pada anak laki-laki dibandingkananak perempuan. Sedangkan kelainan yang melebihi sigmoid bahkan seluruh kolon atau usushalus ditemukan sama banyak pada anak laki-laki dan perempuan (Ngastiyah, 1997). 2. Riwayat Keperawatan a. Keluhan utama Obstipasi merupakan tanda utama dan pada bayi baru lahir. Trias yang sering ditemukan adalahmekonium yang lambat keluar (lebih dari 24 jam setelah lahir), perut kembung dan muntahberwarna hijau. Gejala lain adalah muntah dan diare. 6



b. Riwayat penyakit sekarang.Merupakan kelainan bawaan yaitu obstruksi usus fungsional. Obstruksi total saat lahir denganmuntah, distensi abdomen dan ketiadaan evakuasi mekonium. Bayi sering mengalami konstipasi,muntah dan dehidrasi. Gejala ringan berupa konstipasi selama beberapa minggu atau bulan yangdiikuti dengan obstruksi usus akut. Namun ada juga yang konstipasi ringan, enterokolitis dengandiare, distensi abdomen, dan demam. Diare berbau busuk dapat terjadi. c. Riwayat penyakit dahulu.Tidak ada penyakit terdahulu yang mempengaruhi terjadinya penyakit Hirschsprung. d. Riwayat kesehatan keluarga.Tidak ada keluarga yang menderita penyakit ini diturunkan kepada anaknya. e. Riwayat kesehatan lingkungan.Tidak ada hubungan dengan kesehatan lingkungan. f. Imunisasi.Tidak ada imunisasi untuk bayi atau anak dengan penyakit Hirschsprung. g. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan. h. Nutrisi. 3. Pemeriksaan fisik. a. Sistem kardiovaskuler.Tidak ada kelainan .b. Sistem pernapasan.Sesak napas, distres pernapasan. c. Sistem pencernaan.Umumnya obstipasi. Perut kembung/perut tegang, muntah berwarna hijau. Pada anak yang lebihbesar terdapat diare kronik. Pada colok anus jari akan merasakan jepitan dan pada waktu ditarik akan diikuti dengan keluarnya udara dan mekonium atau tinja yang menyemprot. d. Sistem genitourinarius. e. Sistem saraf. Tidak ada kelainan. f. Sistem lokomotor/muskuloskeletal gangguan rasa nyaman. g. Sistem endokrin.Tidak ada kelainan. h. Sistem integumen.Akral hangat. I. Diagnosa Keperawatan Konstipasi berhubungan dengan obstruksi karena aganglion pada usus. Intervensi keperawatan yaitu sebagai berikut: 7



a) Observasi: (1) Periksa tanda dan gejala konstipasi (2) Periksa pergerakan usus (peristaltik) (3) Monitor buang air besar (misalnya, warna, frekuensi, konsistensi, volume) b) Terapeutik: (1) Anjurkan keluarga untuk memodifikasi diet (makanan tinggi serat untuk ibu pasien supaya produksi ASI lebih berkualitas) c) Edukasi: (1) Anjurkan keluarga mencatat warna, frekuensi, konsistensi, volume feses (2) Anjurkan meningkatkan aktifitas fisik, sesuai toleransi (3) Anjurkan meningkatkan asupan cairan, jika tidak ada kontraindikasi (ASI) d) Kolaborasi: (1) Konsultasi dengan tim medis tentang penurunan frekuensi suara usus (2) Kolaborasi pemberian obat (pencahar) supositoria anal, jika perlu



Asuhan keperawatan terkait kasus Seorang anak laki-laki berusia 4 tahun 8 bulan dibawa ke IGD dengan keluhan pasien tidak BAB selama 1 minggu, pasien batuk, demam dan rencana operasi penutupan colostomy pasien. Ibu mengatakan anaknya tidak BAB lebih dari 1 mggu, disertai demam naik turun, batuk dan penurunan BB. Pasien sudah menjalani 2 kali Operasi, yaitu pemasangan colostomy dan penutupan colostomy. (Usus post full tragh potong stamp). Terdapat luka post op tutup colostomy pada abdomen kiri. Ibu mengatakan saat BAB ataupun BAK anak menangis karena nyeri, BAB bercampur darah, anak demam dan muntah berwarna hijau, terdapat 2 klem di anus. Berat badan anak 9 Kg, TB 88 cm (IMT 17,4), lila 16 cm, LK 48 cm, LD 58 cm, dan LP 80 cm. Pasien sadar penuh, frekuensi nadi 88 x/menit, frekuensi nafas 22 x/menit, suhu 36,6 0C. Diagnosa



Kriteria hasil



Intervensi 8



Konstipasi b.d Spastis usus Setelah dan tidak adanya daya dorong Ds: Ibu mengatakan pasien tidak BAB selama 1 minggu



dilakukan



keperawatan



tindakan Manajemen konstipasi diharapkan



konstipasi pada anak menurun dengan kriteria hasil



Observasi --periksa



pergerakan



usus,



karakterisktik



dan



1. Pola defekasi normal



Do:



2. Distensi abdomen berkurang dan warna)



feses



(konsistensi, bentuk, volume,



-Pasien sudah menjalani 2 kali



-identifikasi



Operasi,



pemasangan



konstipasi (mis. Obat-obatan,



penutupan



tirah baring, dan diet rendah



colostomy



yaitu dan



colostomy



serat)



-



-monitor



faktor



tanda



dan



resiko



gejala



ruptur usus dan/atau peritonitis Terapeutik -anjurkan diet tinggi serat Edukasi -jelaskan etiologi masalah dan alasan tindakan -anjurkan peningkatan asupan cairan,



jika



tidak



ada



kontraindikasi Kolaborasi --kolaborasi penggunaan obat pencahar, jika perlu



9



Perawatan stoma 1. Monitor cairan yang keluar dari kolostomi. 2.



Pantau



jumlah



cairan



kolostomi. 3.



Pantau



pengaruh



diet



terhadap pola defekasi. Nyeri akut b.d proses infeksi Ds: Ibu mengatakan saat BAB ataupun BAK anak menangis karena nyeri, BAB bercampur



Setelah



dilakukan



keperawatan



tindakan Manajemen nyeri diharapkan



tingkat nyeri menurun dengan



-identifikasi



kriteria hasil



darah, anak demam, terdapat 2 1. Keluhan nyeri berkurang klem di anus



2.



BAB



Observasi



bercampur



Do: frekuensi nadi 88 x/menit, berkurang



darah



lokasi,



karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas nyeri -identifikasi skala nyeri



frekuensi nafas 22 x/menit,



-identifikasi respon nyeri non



suhu 36,6 0C.



verbal -identifiksi



faktor



memperberat



yg dan



memperingan nyeri Terapeutik -berikan



tekhnik



nonfarmakologis mengurangi



untuk



rasa



nyeri(mis.



TENS, hipnosis, akupresure, terpi



musik,



biofeedback,



terapi



pijat,



aromaterapi,



teknik imajinasi terbimbing, 10



kompres hangat/dingin, terapi bermain -kontrol



lingkungan



yang



memperberat rasa nyeri (mis. Suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan) - fasilitasi istirahat dan tidur -pertimbangkan



jenis



dan



sumber nyeri dalam pemelihan strategi meredakan nyeri Edukasi -anjurkan



memonitor



nyeri



secara mandiri -anjurkan



menggunakan



analgetik secara tepat -anjurkan



tekhnik



nonfarmakologis



untuk



mengurangi rasa nyeri Kolaborasi -kolaborasi



pemberian



analgetik, jika perlu Gangguan nutrisi kurang dari Setelah



dilakukan



tindakan Manajemen nutrisi



kebutuhan b.d kurang nya keperawatan diharapkan status intake yang tidak Ade kuat Ds:



ibu



mengatakan



anak



nutrisi



membaik



dengan



Observasi -identifikasi status nutrisi



kriteria hasil



mengalami penurunan berat 1. Berat badan anak normal 11



-identifikasi



makanan



yang



badan, muntah berwarna hijau



2. Muntah berkurang



disukai



Do: Berat badan anak 9 Kg, 3. Nafsu makan meningkat



-identifikasi kebutuhan kalori



TB 88 cm (IMT 17,4), lila 16



dan jenis nutrien



cm, LK 48 cm, LD 58 cm, dan



-monitor asupan makanan



LP 80 cm.



-monitor



hasil



pemeriksaan



laboratorium Terapeutik -fasilitasi



menentukan



diet(mis.piramida makanan) -sajikan



makanan



secara



menarik dan suhu yang sesuai -berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi -berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein - berikan suplemen makanan, jika perlu -Edukasi -anjurkan posisi duduk, jika mampu -anjurkan



diet



yg



di



programkan Kolaborasi -kolaborasi dengan ahli gizi 12



untuk



menentukan



jumlah



kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan. Jika peru



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan



B. Saran



13



DAFTAR PUSTAKA



14