Makalah Jagung [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH PENGENALAN BUDIDAYA TANAMAN JAGUNG DI DESA GESIKAN, PANDAK, BANTUL, YOGYAKARTA



Disusun Oleh: 1.



Niken Palupi/15881



2.



Niswatun Royani/15890



3.



Pangestika Chairina/15891



4.



Lathifatul Khasanah/15927



5.



Nendya Putri Pramiesti/15963



6.



Junia Elia Putri/15997



Golongan/Kelompok: A.1.2/1 Asisten:



1. Nurul Wilda Aghni Khaqiqi 2. Titi Apsari 3. Diah Andoe Nursita



LABORATORIUM MANAJEMEN PRODUKSI TANAMAN DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2019



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani atau bekerja di sektor pertanian. Namun, sangat disayangkan karena Indonesia masih mengimpor produk pertanian seperti padi, kedelai, dan jagung dari negara lain (Nurhanafi, 2017). Upaya peningkatan produksi jagung dalam negeri menghadapi berbagai masalah dan masih belum maksimal dalam memenuhi kebutuhan nasioanl (Soerjandon, 2008. Wahyudin, 2016). Salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya hasil tanaman jagung adalah karena adanya gulma. Gulma yang dibiarkan tanpa pengendalian dapat menurunkan hasil 20-80% (Bilman, 2011. Wahyudin, 2016). Tanaman jagung juga tidak akan memberikan hasil maksimal manakala tidak cukup memperoleh unsur hara (Pasta at al, 2015). Teknologi pasca panen para petani jagung yang masih sederhana mengakibatkan kualitas jagung di tingkat petani tergolong rendah sehingga harganya juga menjadi rendah. Hal ini dikarenakan budaya petani yang langsung menjual jagungya segera setelah panen dilakukan. Dalam upaya pengembangan jagung yang lebih kompetitif, diperlukan efisiensi usaha tani, melalui penerapan teknologi mulai dari penentuan lokasi, penggunaan varietas, benih bermutu, penanaman, pemeliharaan, dan penanganan panen dan pasca panen yang tepat. Berdasarkan uraian diatas, maka perlu dilakukan pencarian informasi dengan terjun langsung yaitu wawancara kepada petani jagung guna mengetahui informasi secara mendalam tentang budidaya jagung. Melalui wawancara ini, diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai bahan masukan dalam berkontribusi meningkatkan produksi tanaman jagung agar angka impor jagung dapat ditekan. 1.2 Tujuan Wawancara yang dilakukan sangat bermanfaat untuk mengetahui tahapan budidaya jagung. Pengenalan budidaya tanaman jagung di lapangan



juga betujuan untuk mengetahui kendala dalam budidaya tanaman jagung serta cara mengatasinya. Dengan wawancara ini, diharapkan dapat mengetahui cara tanam petani secara langsung dan membandingkannya dengan literatur. Pada akhirnya, diharapkan dapat mengambil tindakan kontribusi untuk menyempurnakan cara budidaya tanaman jagung yag berkembang di kalangan petani.



BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kebutuhan pangan di dunia semakin meningkat. Jumlah penduduk dunia yang bertambah secara terus menerus disebabkan oleh berbagai kemajuan dalam bidang kesehatan dan pertanian. Kemajuan dalam bidang teknologi budi daya tanaman meningkatkan hasil berbagai tanaman. Sumber daya tanah, air, dan energi esensial bagi praktik budi daya tanaman dan konservasi sumber daya tersebut penting untuk mencukupi kebutuhan pangan penduduk pada masa mendatang. Maka dari itu, dibutuhkan suatu strategi untuk mencukupi kebutuhan pangan yang ada di dunia (Tohari, 2017). Salah satu tanaman yang mencukupi kebutuhan pangan manusia ialah jagung. Jagung merupakan bahan pangan pokok kedua setelah beras dan bahan utama pembuatan pakan. Penelitian bertujuan untuk menetapkan produksi, serapan hara, dan nilai ekonomis tanaman jagung. Meningkatnya jumlah penduduk dan perkembangan industri saat ini akan langsung berdampak pada peningkatan permintaan atau konsumsi jagung (Indrasari dan Syukur, 2006. Hidayat et al., 2018). Jagung dalam jumlah besar akan diimpor untuk pakan ternak, sebagai makanan pokok manusia, bahan baku untuk produk industri seperti makanan bayi,



dan sebagai produk ekspor untuk menghasilkan mata uang asing.



Tanaman jagung telah diperkenalkan ke banyak daerah di negara ini oleh para pengusaha asing. Tanaman jagung menunjukkan pertumbuhan vegetatif yang tinggi dalam waktu yang singkat (Perera et al., 2014). Klasifikasi jagung sebagai berikut: Kingdom Plantae, Divisio Spermatophyta, Subdivisio Poales (Graminales), Famili Poaceae (Graminae), Genus Zea, Spesies Zea mays. Sistem perakaran tanaman jagung merupakan akar serabut dengan 3 macam akar yaitu akar seminal, akar adventif, dan akar udara. Pertumbuhan akar ini melambat setelah plumula muncul ke permukaan tanah. Akar adventif adalah akar yang semula berkembang dari buku di ujung mesokotil, selanjutnya berkembang dari tiap buku secara berurutan ke atas



hingga 7 sampai dengan 10 buku yang terdapat di bawah permukaan tanah. Akar adventif berperan dalam pengambilan air dan unsur hara. Akar udara adalah akar yang muncul pada dua atau tiga buku di atas permukaan tanah yang berfungsi sebagai penyangga supaya tanaman jagung tidak mudah rebah. Akar tersebut juga membantu penyerapan unsur hara dan air (Riwandi, dkk., 2014). Tanaman jagung menghendaki tempat terbuka dan menyukai cahaya. Ketinggian tempat yang cocok untuk tanaman jagung dari 0 sampai dengan 1300 m di atas permukaan laut. Temperatur udara yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman jagung adalah 23 – 27 ºC. Curah hujan yang ideal untuk tanaman jagung pada umumnya antara 200 sampai dengan 300 mm per bulan atau yang memiliki curah hujan tahunan antara 800 sampai dengan 1200 mm. Tingkat kemasaman tanah (pH) tanah yang optimal untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman jagung berkisar antara 5,6 sampai dengan 6,2. Saat tanam jagung tidak tergantung pada musim, namun tergantung pada ketersediaan air yang cukup. Kalau pengairannya cukup, penanaman jagung pada musim kemarau akan memberikan pertumbuhan jagung yang lebih baik (Riwandi, dkk., 2014). Akar tanaman perlu memiliki ruang yang sesuai dengan penyebarannya. Pertumbuhan akar juga perlu dikondisikan dengan struktur tanah yang remah sehingga akar mudah menembus tanah di antara partikel-partikel tanah. Tanah yang padat membuat akar tanaman sulit berkembang. Persiapan lahan diawali dengan pembersihan lahan dari gulma atau sisa-sisa tanaman sebelumnya. Gulma dapat dikumpulkan, tidak dibakar karena akan bermanfaat dalam pembuatan pupuk kompos. Pembalikan tanah diperlukan untuk menghadapkan tanah pada sinar matahari sehingga mematikan atau menghilangkan jasad hidup yang berpotensi pembawa penyakit yang menyebabkan kematian pada tanaman. Pupuk digunakan untuk mengisi kembali nutrisi yang hilang karena pemindahan tanaman, erosi, fiksasi dan imobilisasi. Tanaman ketika diberi bentuk, jumlah, dan keseimbangan nutrisi penting yang tepat, pada akhirnya



akan berkembang dan menunjukkan kinerja pertumbuhan yang baik yang kemudian langsung terkait dengan produktivitasnya. Mencapai kinerja panen yang baik untuk produksi akan mudah jika nutrisi penting disediakan. (R. C. Canatoy, 2018). Tanaman jagung tidak akan memberikan hasil maksimal manakala unsur hara yang diperlukan tidak cukup tersedia. Pemupukan dapat meningkatkan hasil panen secara kuantitatif maupun kualitatif. Lingga dan Marsono (2007) menyatakan bahwa, pupuk merupakan kunci dari kesuburan tanah karena berisi satu atau lebih unsur untuk menggantikan unsur yang habis diserap tanaman (Pasta, 2015). Di antara faktor produksi, pengolahan tanah menyumbang hingga 20% (R. C. Canatoy, 2018, cit Ahmad et al., 1996). Metode pengolahan mempengaruhi penggunaan sumber daya tanah yang berkelanjutan melalui pengaruhnya terhadap sifat-sifat tanah. Pengolahan tanah dalam memecah lapisan tanah dengan kepadatan tinggi, meningkatkan infiltrasi air dan pergerakan dalam tanah, meningkatkan pertumbuhan akar, pengembangan dan meningkatkan potensi produksi tanaman. Tanah yg dikerjakan dalam hingga 90 cm kedalaman tanah menghasilkan peningkatan hasil jagung (R. C. Canatoy, 2018, cit Versa et al., 1997). Untuk menghasilkan benih dengan kualitas baik, produksi benih dirancang pada saat tidak ada hujan, agar proses pemasakan dan pengeringan biji dapat berlangsung dengan baik. Pemberian pupuk N, P, dan K dapat meningkatkan kualitas benih yang dihasilkan. Seperti benih lebih tahan disimpan, bobot biji dan bobot kecambah lebih tinggi, serta integritas membran sel biji lebih baik. Suhu ruang simpan benih juga harus diperhatikan saat penyimpanan. Benih jagung yang telah kering hendaknya disimpan pada kondisi kedap udara dan bebas serangga. Pada lahan kering dengan curah hujan terbatas, penanaman jagung harus tepat waktu agar tanaman tidak mengalami kekeringan. Pada lahan sawah, jagung sebaiknya ditanam segera setelah panen padi pada saat kondisi tanah masih lembab, dan sumur sebaiknya dibuat untuk menjamin ketersedian air bagi tanaman. Selain itu, untuk mendapatkan hasil optimum, populasi



tanaman perlu diatur. Secara umum, kepadatan tanam anjuran adalah 66.667 tanaman/ha. Dengan kata lain dapat dicapai dengan jarak tanam antarbaris 75 cm, dan 20 cm dalam barisan dengan satu tanaman per rumpun, atau jarak antarbaris 40 cm dengan dua tanaman per rumpun. Umumnya, penanaman jagung dilakukan secara manual dengan memasukkan benih ke dalam lubang tugal maupun alur tanam yang disiapkan dengan bajak ditarik ternak. Pemupukan secara berimbang dan rasional merupakan kunci utama keberhasilan peningkatan produktivitas jagung. Dalam praktek pemupukan, yang perlu diperhatikan adalah jenis pupuk dan takaran optimum pada jenis tanah dan lingkungan tertentu. Hasil penelitian di Maros dengan menggunakan tiga varietas hibrida dan dua varietas komposit menunjukkan bahwa takaran pupuk urea yang optimal untuk varietas hibrida adalah 420 kg/ha sedangkan untuk varietas komposit 350 kg/ha. Pemberian pupuk P juga perlu dicermati karena tidak semua tanah memerlukan tambahan pupuk P. Pada tanah berkapur, pemberian TSP dengan takaran 100-200 kg/ha masih menunjukkan efisiensi pemupukan yang memadai. Selain pupuk P, pemberian pupuk K juga harus dicermati, karena pemupukan K pada umumnya kurang memberikan tanggapan, kecuali pada tanah Grumusol dengan K-dd (K dapat ditukar) 0,24 me/100 g, tanah Aluvial dengan K-dd 0,27 me/100 g, dan tanah Podsolik dengan K-dd kurang dari 0,30 me/100 g. Pada tanah-tanah tanggapan tersebut, pemberian 50-100 kg KCl/ha memperlihatkan efisiensi yang tinggi, terutama pada tanah Grumusol (37,2) dan Podsolik (16,0). Pemberian



pupuk



organik



memegang



peranan



penting



untuk



meningkatkan produktivitas lahan. Pengaruh positif pemberian pupuk kandang dan pupuk hijau dalam takaran tinggi (5-20 t/ha) telah dilaporkan oleh sejumlah peneliti. Pada tanah Aluvial, pemberian kotoran sapi atau pupuk hijau dari daun gamal dengan takaran 5-20 t/ha dapat menggantikan 100-200 kg pupuk urea/ha (Akil et al. 2003). Pemberian pupuk urea sebaiknya tiga kali pada 7, 25, dan 40 hari setelah tanam (HST) atau dua kali pada 7 dan 35 HST, ditugal 7-10 cm di samping tanaman dan ditutup dengan



tanah. Pupuk P dan K diberikan pada 7 HST. Pupuk organik diberikan pada saat tanam sebagai penutup benih atau lubang tanam. Tanaman jagung memang tanaman yang tidak membutuhkan banyak air. Meskipun demikian, tanaman jagung memerlukan pengairan yang cukup selama pertumbuhannya agar terhindar dari kekeringan. Pengairan tanaman jagung pada musim kemarau bersumber dari air tanah yang dipompa atau dari air permukaan dari jaringan irigasi. Agar distribusi air lebih efektif ke tanaman, umumnya petani membuat saluran air di antara barisan tanaman dengan menggunakan cangkul atau bajak yang ditarik ternak. Lahan irigasi dengan sumber air terbatas dan lahan sawah tadah hujan pada musim kemarau memerlukan pengairan hingga mencapai kapasitas lapang sebanyak empat kali, yaitu pada umur 15, 30, 45, dan 60 hari setelah tanam. Hama dan penyakit yang biasa menyerang tanaman jagung adalah bulai, lalat bibit, dan penggerek batang. Pencegahan penyakit bulai dapat dilakukan dengan menanam varietas secara serempak pada hamparan luas, eradikasi tanaman sakit, dan perlakuan benih dengan fungisida berbahan aktif metalaxyl dengan takaran 2,5 g/kg benih dicampur dengan 10 ml air yang disuspensikan dan dicampur dengan benih secara merata pada saat tanam. Lalat bibit dapat dikendalikan dengan aplikasi insektisida karbofuran 0,150,30 kg ba/ha yang diberikan pada lubang pada saat tanam. Aplikasi karbofuran dengan takaran 0,5-10 kg ba/ha saat tanaman berumur 7 hari setelah tanam, dapat mengendalikan penggerek batang. Panen merupakan tahap awal dari rangkaian penanganan pascapanen jagung, karena berpengaruh terhadap jumlah dan mutu hasil. Terlambat panen mengakibatkan



penurunan



mutu



dan



peningkatan



kehilangan



hasil.



Sebaliknya, panen terlalu awal menyebabkan jumlah butir muda banyak, sehingga kualitas dan daya simpan rendah. Biji jagung bisa dikatakan sudah masak apabila bagian-bagian tanaman secara keseluruhan telah menua, mulai dari daun yang telah berwarna kecoklatan. Tanda-tanda jagung siap panen yaitu umur tanaman mencapai maksimum, ditandai setelah pengisian biji optimal; daun menguning dan sebagian besar mulai mengering; bagian kulit



jagung sudah kering atau kuning; bila kulit jagung dibuka, biji terlihat mengkilap dan keras, bila ditekan dengan kuku tidak membekas pada biji; dan kadar air biji sekitar 25-35%. Menurut buku jagung yang diterbitkan Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Departemen Pertanian tahun 2007; dalam rangka membangun kemitraan, maka pemerintah berperan penting dalam beberapa aspek, yaitu: (a) pengembangan kelembagaan ekonomi koperasi, terutama KUD, untuk menjadi bagian dari jaringan agribisnis; (b) pengonsolidasian lahan untuk dapat dimiliki dan dikelola oleh petani; (c) pembuatan perangkat hukum yang mendukung pengembangan kemitraan usaha, terutama untuk melindungi hak individu petani dari eksploitasi pemodal dan perusakan sumber daya alam yang menjadi basis usaha di sektor pertanian; (d) penciptaan iklim yang kondusif, bagi pengembangan sarana dan prasarana, pengkajian dan penerapan teknologi, kemudahan pelayanan perkreditan, dan pengembangan sistem informasi pasar untuk produk pertanian; dan (e) pengembangan pilot proyek, yang pada tahap awal melibatkan BUMN dan koperasi sebagai mitra usaha petani. Setelah



pemanenan



jagung



akan



melalui



proses



pengeringan.



Pengeringan adalah upaya untuk menurunkan kadar air biji jagung agar aman disimpan. Kadar air biji yang aman untuk disimpan berkisar antara 12-14%. Biasanya para petani mengeringkan dengan cara menjemurnya di bawah terik matahari. Efektivitas penjemuran bahan ditentukan oleh: (a) tingkat pengeringan, (b) lokasi penjemuran, dan (c) posisi bahan dari penyinaran matahari (Muhlbauer, 1983). Setelah dikeringkan, jagung dipipil bijinya. Pemipilan biji jagung berpengaruh terhadap butir rusak, kotoran, serta membantu mempercepat proses pengeringan. Proses pemipilan akan berlangsung dengan mudah dan kualitas pipilan tinggi apabila tanaman sudah mencapai umur panen yang ditentukan dan kadar air biji pada saat panen rendah (