10 0 381 KB
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Kehamilan ektopik adalah suatu kehamilan dimana sel telur yang dibuahi berimplantasi dan tumbuh diluar endometrium kavum uteri. Kehamilan ektopik dapat mengalami abortus atau ruptur pada dinding tuba dan peristiwa ini disebut sebagai Kehamilan Ektopik Terganggu. Sebagian besar kehamilan ektopik terganggu berlokasi di tuba (90%) terutama di ampula dan isthmus. Sangat jarang terjadi di ovarium, rongga abdomen, maupun uterus. Keadaankeadaan yang memungkinkan terjadinya kehamilan ektopik adalah penyakit radang panggul, pemakaian antibiotika pada penyakit radang panggul, pemakaian alat kontrasepsi dalam rahim IUD (Intra Uterine Device), riwayat kehamilan ektopik sebelumnya, infertilitas, kontrasepsi yang memakai progestin dan tindakan aborsi. Gejala yang muncul pada kehamilan ektopik terganggu tergantung lokasi dari implantasi. Dengan adanya implantasi dapat meningkatkan vaskularisasi di tempat tersebut dan berpotensial menimbulkan ruptur organ, terjadi perdarahan masif, infertilitas, dan kematian. Hal ini dapat mengakibatkan meningkatnya angka mortalitas dan morbiditas Ibu jika tidak mendapatkan penanganan secara tepat dan cepat. Insiden kehamilan ektopik terganggu semakin meningkat pada semua wanita terutama pada mereka yang berumur lebih dari 30 tahun. Selain itu, adanya kecenderungan pada kalangan wanita untuk menunda kehamilan sampai usia yang cukup lanjut menyebabkan angka kejadiannya semakin berlipat ganda. Menurut hasil penelitian yang dilakukan Cuningham pada tahun 1992 dilaporkan kehamilan ektopik terganggu ditemukan 19,7 dalam 100 persalinan. Dari penelitian yang dilakukan Budiono Wibowo di RSUP Cipto Mangunkusumo (RSUPCM) Jakarta pada tahun 1987 dilaporkan 153 kehamilan ektopik terganggu dalam 4007 persalinan, atau 1 dalam 26 persalinan. Ibu yang mengalami kehamilan ektopik terganggu tertinggi pada kelompok umur 20-40 tahun dengan umur rata-rata 30 tahun. Frekuensi kehamilan ektopik yang berulang dilaporkan berkisar antara 0% sampai 14.6% (1). Kasus kehamilan ektopik terganggu di
1
RSUP dr. M. Djamil padang selama 3 tahun (tahun 1992-1994) ditemukan 62 kasus dari 10.612 kehamilan.
B. Rumusan Masalah a. Apakah Pengertian dari KET ? b. Apakah Etiologi terjadinya KET ? c. Bagaimana Patofisiologi terjadinya KET ? d. Bagaimana Tanda dan Gejala (Manifestasi Klinik) terjadinya KET ? e. bagaimana Komplikasi dari KET ? f. Apa sajakah Pemeriksaan Penunjang dari KET ? g. Bagaimana Penatalaksanaan dari KET ? h. Bagaimana Asuhan Keperawatan dengan KET ?
C. Tujuan Tujuan Umum Agar mahasiswa mampu mengetahui Asuhan Keperawatan pada klien dengan Kehamilan Ektopik Terganggu (KET) Tujuan Khusus 1. Mahasiswa mampu mengetahui tentang pengertian KET 2. Mahasiswa mampu memahami tentang etiologi terjadinya KET 3. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang patofisiologi terjadinya KET 4. Mahasiswa mampu menjabarkan tentang tanda dan gejala (manifestasi klinik) terjadinya KET 5. Mahasiswa mampu mengetahui komplikasi dari KET 6. Mahasiswa mampu mengetahui pemeriksaan penunjang dari KET 7. Mahasiswa mampu mengetahui penatalaksanaan KET 8. Mahasiswa mampu menyusun asuhan keperawatan maternitas dengan KET
2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Istilah ektopik berasal dari bahasa Inggris, ectopic, dengan akar kata dari bahasa Yunani, topos yang berarti tempat. Jadi istilah ektopik dapat diartikan “berada di luar tempat yang semestinya”. Apabila pada kehamilan ektopik terjadi abortus atau pecah, dalam hal ini dapat berbahaya bagi wanita hamil tersebut maka kehamilan ini disebut kehamilan ektopik terganggu. Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi diluar rongga uterus, tuba falopii merupakan tempat tersering untuk terjadinya implantasi kehamilan ektopik,sebagian besar kehamilan ektopik berlokasi di tuba,jarang terjadi implantasi pada ovarium,rongga perut,kanalis servikalis uteri,tanduk uterus yang rudimenter dan divertikel pada uterus.(Sarwono Prawiroharjho, 2005) Kehamilan ektopik adalah kehamilan dengan implantasi terjadi di luar rongga uterus. Tuba fallopi merupakan tempat tersering untuk terjadinya implantasi kehamilan ektopik (lebih besar dari 90 %). (Sarwono. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal) Kehamilan ektopik ialah kehamilan di tempat yang luar biasa. Tempat kehamilan yang normal ialah di dalam cavum uteri. Kehamilan ektopik dapat terjadi di luar rahim misalnya dalam tuba, ovarium atau rongga perut, tetapi dapat juga terjadi di dalam rahim di tempat yang luar biasa misalnya dalam cervix, pars interstitialis tuba atau dalam tanduk rudimenter rahim. (Obstetri Patologi. 1984. FK UNPAD) Kehamilan ektopik adalah implantasi dan pertumbuhan hasil konsepsi di luar endometrium kavum uteri. (kapita selekta kedokteran,2001)
3
B. Etiologi 1. Faktor dalam lumen tuba a. Endosalpingitis dapat menyebabkan perlekatan endosalping, sehingga lumen tuba menyempit atau membentuk kantong buntu. b. Hipoplasia uteri, lumen tuba sempit dan berkeluk-keluk dan hal ini sering disertai gangguan fungsi silia endosalping. c. Operasi plastik dan stenlilasi yang tidak sempurna dapat menjadi sebab lumen tuba menyempit. 2. Faktor pada dinding tuba a. Endometriosis tuba (tuba tertekuk) dapat memudahkan implantasi telur yang dibuahi dalam tuba. b. Divertikel tuba kongenital atau ostium asesorius tubae dapat menahan telur yang dibuahi di tempat itu. 3. Faktor diluar dinding tuba a. Perlekatan peritubal dengan distorsi atau lekukan tuba dapat menghambat perjalanan telur. b. Tumor yang menekan dinding tuba dapat menyempitkan lumen tuba. 4. Faktor lain a. Migrasi luar ovum yaitu perjalanan dari ovarium kanan ke tuba kiri atau sebaliknya dapat memperpanjang perjalanan telur yang dibuahi ke uterus. Pertumbuhan yang terlalu cepat dapat menyebabkan implantasi prematur. b. Fertilisasi in vitro ( pembuahan sel telur dalam kondisi laboratorium, sel telur yang sudah di buahi itu kemudian ditempatkan di dalam rahim wanita). 5. Bekas radang pada tuba 6. Kelainan bawaan tuba 7. Gangguan fisiologik tuba karena pengaruh hormonal 8. Operasi plastik/riwayat pembedahan pada tuba 9. Abortus buatan 10. Riwayat kehamilan ektopik yang lalu 11. Infeksi pasca abortus 12. Apendisitis 4
13. Infeksi pelvis 14. Alat kontrasepsi dalam rahim (IUD) ( Winkjosastro, 2005 - Helen Varney, 2007 - Cunningham, 2006)
C. Patofisiologi Proses implantasi ovum di tuba pada dasarnya sama dengan yang terjadi di kavum uteri. Telur di tuba bernidasi secara kolumnar atau interkolumnar. Pada nidasi secara kolumnar telur bernidasi pada ujung atau sisi jonjot endosalping. Perkembangan telur selanjutnya dibatasi oleh kurangnya vaskularisasi dan biasanya telur mati secara dini dan direabsorbsi. Pada nidasi interkolumnar, telur bernidasi antara dua jonjot endosalping. Setelah tempat nidasi tertutup maka ovum dipisahkan dari lumen oleh lapisan jaringan yang menyerupai desidua dan dinamakan pseudokapsularis. Karena pembentukan desidua di tuba malahan kadang-kadang sulit dilihat vili khorealis menembus endosalping dan masuk kedalam otot-otot tuba dengan merusak jaringan dan pembuluh darah. Perkembangan janin selanjutnya tergantung dari beberapa faktor, yaitu; tempat implantasi, tebalnya dinding tuba dan banyaknya perdarahan yang terjadi oleh invasi trofoblas. Di bawah pengaruh hormon esterogen dan progesteron dari korpus luteum graviditi dan tropoblas, uterus menjadi besar dan lembek, endometrium dapat berubah menjadi desidua. Beberapa perubahan pada endometrium yaitu; sel epitel membesar, nucleus hipertrofi, hiperkromasi, lobuler, dan bentuknya ireguler. Polaritas menghilang dan nukleus yang abnormal mempunyai tendensi menempati sel luminal. Sitoplasma mengalami vakuolisasi seperti buih dan dapat juga terkadang ditemui mitosis. Perubahan endometrium secara keseluruhan disebut sebagai reaksi AriasStella. Setelah janin mati, desidua dalam uterus mengalami degenerasi kemudian dikeluarkan secara utuh atau berkeping-keping. Perdarahan yang dijumpai pada kehamilan ektopik terganggu berasal dari uterus disebabkan pelepasan desidua yang degeneratif. Sebagian besar kehamilan tuba terganggu pada umur kehamilan antara 6 sampai 10 minggu. Karena tuba bukan tempat pertumbuhan hasil konsepsi, tidak mungkin 5
janin tumbuh secara utuh seperti dalam uterus. Beberapa kemungkinan yang mungkin terjadi adalah : 1.
Hasil konsepsi mati dini dan diresorbsi
Pada implantasi secara kolumna, ovum yang dibuahi cepat mati karena vaskularisasi yang kurang dan dengan mudah diresobsi total. 2.
Abortus ke dalam lumen tuba
Perdarahan yang terjadi karena terbukanya dinding pembuluh darah oleh vili korialis pada dinding tuba di tempat implantasi dapat melepaskan mudigah dari dinding tersebut bersama-sama dengan robeknya pseudokapsularis. Segera setelah perdarahan, hubungan antara plasenta serta membran terhadap dinding tuba terpisah bila pemisahan sempurna, seluruh hasil konsepsi dikeluarkan melalui ujung fimbrae tuba ke dalam kavum peritonium. Dalam keadaan tersebut perdarahan berhenti dan gejala-gejala menghilang. 3.
Ruptur dinding tuba
Penyebab utama dari ruptur tuba adalah penembusan dinding vili korialis ke dalam lapisan muskularis tuba terus ke peritoneum. Ruptur tuba sering terjadi bila ovum yang dibuahi berimplantasi pada isthmus dan biasanya terjadi pada kehamilan muda. Sebaliknya ruptur yang terjadi pada pars-intersisialis pada kehamilan lebih lanjut. Ruptur dapat terjadi secara spontan, atau yang disebabkan trauma ringan seperti pada koitus dan pemeriksaan vagina.
D. Pathway (Terlampir)
6
E. Manifestasi Klinis Gambaran klinik kehamilan ektopik sangat bervariasi tergantung dari ada tidaknya ruptur. Triad klasik dari kehamilan ektopik adalah nyeri, amenorrhea, dan perdarahan per vaginam. Pada setiap pasien wanita dalam usia reproduktif, yang datang dengan keluhan amenorrhea dan nyeri abdomen bagian bawah, harus selalu dipikirkan kemungkinan terjadinya kehamilan ektopik. Selain gejala-gejala tersebut, pasien juga dapat mengalami gangguan vasomotor berupa vertigo atau sinkop; nausea, payudara terasa penuh, fatigue, nyeri abdomen bagian bawah,dan dispareuni. Dapat juga ditemukan tanda iritasi diafragma bila perdarahan intraperitoneal cukup banyak, berupa kram yang berat dan nyeri pada bahu atau leher, terutama saat inspirasi. Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan nyeri tekan pelvis, pembesaran uterus, atau massa pada adnexa. Namun tanda dan gejala dari kehamilan ektopik harus dibedakan dengan appendisitis, salpingitis, ruptur kista korpus luteum atau folikel ovarium. Pada pemeriksaan vaginal, timbul nyeri jika serviks digerakkan, kavum Douglas menonjol dan nyeri pada perabaan. Pada umumnya pasien menunjukkan gejala kehamilan muda, seperti nyeri di perut bagian bawah, vagina uterus membesar dan lembek, yang mungkin tidak sesuai dengan usia kehamilan. Tuba yang mengandung hasil konsepsi menjadi sukar diraba karena lembek. Nyeri merupakan keluhan utama. Pada ruptur, nyeri terjadi secara tiba-tiba dengan intensitas tinggi disertai perdarahan, sehingga pasien dapat jatuh dalam keadaan syok.Perdarahan per vaginam menunjukkan terjadi kematian janin. Amenorrhea juga merupakan tanda penting dari kehamilan ektopik. Namun sebagian pasien tidak mengalami amenorrhea karena kematian janin terjadi sebelum haid berikutnya.
7
Tanda dan gejala Tanda : 1. Nyeri abdomen bawah atau pelvic, disertai amenorrhea atau spotting atau perdarahan vaginal. 2. Menstruasi abnormal. 3. Abdomen dan pelvis yang lunak. 4. Perubahan pada uterus yang dapat terdorong ke satu sisi oleh massa kehamilan, atau tergeser akibat perdarahan. Dapat ditemukan sel desidua pada endometrium uterus. 5. Penurunan tekanan darah dan takikardi bila terjadi hipovolemi. 6. Kolaps dan kelelahan 7. pucat 8. Nyeri bahu dan leher (iritasi diafragma) 9. Nyeri pada palpasi, perut pasien biasanya tegang dan agak gembung. 10. Gangguan kencing : Kadang-kadang terdapat gejala besar kencing karena perangangan peritoneum oleh darah di dalam rongga perut. 11. Pembesaran uterus : Pada kehamilan ektopik uterus membesar juga karena pengaruh hormon-hormon kehamilan tapi pada umumnya sedikit lebih kecil dibandingkan dengan uterus pada kehamilan intrauterin yang sama umurnya. 12. Nyeri pada toucher : Terutama kalau cervix digerakkan atau pada perabaan cavumdouglasi (nyeri digoyang) 13. Tumor dalam rongga panggul : Dalam rongga panggul teraba tumor lunak kenyal yang disebabkan kumpulan darah di tuba dan sekitarnya. 14. Perubahan darah : Dapat diduga bahwa kadar haemoglobin turun pada kehamilan tuba yang terganggu, karena perdarahan yang banyak ke dalam rongga perut. Gejala: 1. Nyeri : Nyeri panggul atau perut hampir terjadi hampir 100% kasus kehamilan ektopik. Nyeri dapat bersifat unilateral atau bilateral , terlokalisasi atau tersebar. 8
2. Perdarahan : Dengan matinya telur desidua mengalami degenerasi dan nekrose dan dikeluarkan dengan perdarahan. Perdarahan ini pada umumnya sedikit, perdarahan yang banyak dari vagina harus mengarahkan pikiran kita ke abortus biasa.Perdarahan abnormal uterin, biasanya membentuk bercak. Biasanya terjadi pada 75% kasus 3. Amenorhea : Hampir sebagian besar wanita dengan kehamilan ektopik yang memiliki berkas perdarahan pada saat mereka mendapatkan menstruasi, dan mereka tidak menyadari bahwa mereka hamil
F. Komplikasi Komplikasi kehamilan ektopik dapat terjadi sekunder akibat kesalahan diagnosis, diagnosis yang terlambat, atau pendekatan tatalaksana. Kegagalan penegakan diagnosis secara cepat dan tepat dapat mengakibatkan terjadinya ruptur tuba atau uterus, tergantung lokasi kehamilan, dan hal ini dapat menyebabkan perdarahan masif, syok, DIC, dan kematian. Komplikasi yang timbul akibat pembedahan antara lain adalah perdarahan, infeksi, kerusakan organ sekitar (usus, kandung kemih, ureter, dan pembuluh darah besar). Selain itu ada juga komplikasi terkait tindakan anestesi.
G. Pemeriksaan Penunjang Kesukaran membuat diagnosis yang pasti pada kehamilan ektopik belum terganggu demikian besarnya, sehingga sebagian besar penderita mengalami abortus tuba atau rupture tuba sebelum keadaan menjadi jelas. Bila diduga ada kehamilan ektopik yang belum terganggu, maka penderita segera dirawat di rumah sakit. Alat bantu diagnostic yang dapat digunakan ialah ultrasonografi, laparoskopi atau kuldoskopi. Diagnosis kehamilan ektopik terganggu pada jenis mendadak tidak banyak mengalami kesukaran, tetapi pada jenis menahun atau atipik bisa sulit sekali. Untuk mempertajam diagnosis, maka pada tiap wanita dalam masa reproduksi dengan keluhan nyeri pada perut bagian bawah atau kelainan haid, kemungkinan kehamilan ektopik harus dipikirkan. Pada umumnya dengan anamnesis yang teliti dan 9
pemeriksaan yang cermat diagnosis dapat ditegakkan, walaupun biasanya alat bantu diagnostic seperti kuldosentesis, ultrasonografi dan laparoskopi masih diperlukan anamnesis. Haid biasanya terlambat untuk beberapa waktu dan kadang-kadang terdapat gejala subyektif kehamilan muda. Nyeri perut bagian bawah, nyeri bahu, tenesmus, dapat dinyatakan. Perdarahan per vaginam terjadi setelah nyeri perut bagian bawah. 1.
Pemeriksaan umun : penderita tampak kesakitan dan pucat, pada perdarahan dalam rongga perut tanda-tanda syok dapat ditemukan. Pada jenis tidak mendadak perut bagian bawah hanya sedikit mengembung dan nyeri tekan.
2.
Pemeriksaan ginekologi : tanda-tanda kehamilan muda mungkin ditemukan. Pergerakan serviks menyebabkan rasa nyeri. Bila uterus dapat diraba, maka akan teraba sedikit membesar dan kadang-kadang teraba tumor di samping uterus dengan batas yang sukar ditemukan. Kavum Douglas yang menonjol dan nyeriraba menunjukkan adanya hematokel retrouterina. Suhu kadang-kadang naik, sehingga menyukarkan perbedaan denga infeksi pelvik.
3.
Pemeriksaan laboratorium : pemeriksaan hemoglobim dan jumlah sel darah merah berguna dalam menegakkan diagnosis kehamilan ektopik terganggu, terutama bila ada tanda-tanda perdarahan dalam rongga perut. Pada kasus jenis tidak mendadak biasanya ditemukan anemia, tetapi harus diingat bahwa penurunan hemoglobin baru terlihat setelah 24 jam.
4.
Penghitungan leukosit secara berturut menunjukkan adanya perdarahan bila leukositosis meningkat. Untuk membedakan kehamilan ektopik dari infeksi pelvik, dapat diperhatikan jumlah leukosit. Jumlah leukosit yang melebihi 20.000 biasanya menunjuk pada keadaan yang terakhir. Tes kehamilan berguna apabila positif. Akan tetapi tes negative tidak menyingkirkan kemungkinan kehamilan ektopik terganggu karena kematian hasil konsepsi dan degenerasi trofoblas menyebabkan
produksi
human
menyebabkan tes negative.
10
chorionic
gonadotropin
menurun
dan
5.
Kuldosentris : adalah suatu cara pemeriksaan untuk mengetahui apakah kavum Douglas ada darah. Cara ini amat berguna dalam membantu membuat diagnosis kehamilan ektopik terganggu. Tekniknya : a. Penderita dibaringkan dalam posisi litotomi b. Vulva dan vagina dibersihkan dengan antiseptic c. Speculum dipasang dan bibir belakang porsio dijepit dengan cunam servik ; dengan traksi ke depan sehingga forniks posterior tampak d. Jarum spinal no 18 ditusukkan ke dalam kavum Douglas dan dengan semprit 10 ml dilakukan penghisapan e. Bila pada penghisapan ditemukan darah, maka isinya disemprotkan pada kain kasa dan perhatikan apakah darah yang dikeluarkan merupakan : f. Darah segar berwarna merah yang dalam beberapa menit akan membeku; darah ini berasal dari arteri atau vena yang tertususk g. Darah tua berwarna coklat sampai hitam yang tidak membeku, atau yang berupa bekuan kecil-kecil; darah ini menunjukkan adanya hematokel retrouterina.
6.
Ultrasonografi : berguna dalma diagnostic kehamilan ektopik. Diagnosis pasti ialah apabila ditemukan kantong gestasi di luar uterus yang di dalamnya tampak denyut jantung janin. Hal ini hanya terdapat pada ± 5 % kasus kehamilan ektopik. Walaupun demikian, hasil ini masih harus diyakini lagi bahwa ini bukan berasal dari kehamilan intrauterine pada kasus uternus bikornis.
7.
Laparoskopi : hanya digunakan sebagai alat bantu diagnostic terakhir untuk kehamilan ektopik, apabila hasil penilaian prosedur diagnostic yang lain meragukan. Melalui prosedur laparoskopik, alat kandungan bagian dalam dapat dinilai. Secara sistematis dinilai keadaan uterus, ovarium, tuba, kavum Douglas dan ligamentum latum. Adanya darah dalam rongga pelvis mungkin mempersulit visualisasi alat kandungan, tetapi hal ini menjadi indikasi untuk melakukan laparotomi.
11
H. Penatalaksanaan Pada kehamilan ektopik terganggu, walaupun tidak selalu ada bahaya terhadap jiwa penderita, dapat dilakukan terapi konservatif, tetapi sebaiknya tetap dilakukan tindakan operasi. Kekurangan dari terapi konservatif (non-operatif) yaitu walaupun darah berkumpul di rongga abdomen lambat laun dapat diresorbsi atau untuk sebagian dapat dikeluarkan dengan kolpotomi (pengeluaran melalui vagina dari darah di kavum Douglas), sisa darah dapat menyebabkan perlekatan-perlekatan dengan bahaya ileus. Operasi terdiri dari salpingektomi ataupun salpingo-ooforektomi. Jika penderita sudah memiliki anak cukup dan terdapat kelainan pada tuba tersebut dapat dipertimbangkan untuk mengangkat tuba. Namun jika penderita belum mempunyai anak, maka kelainan tuba dapat dipertimbangkan untuk dikoreksi supaya tuba berfungsi. Tindakan laparatomi dapat dilakukan pada ruptur tuba, kehamilan dalam divertikulum uterus, kehamilan abdominal dan kehamilan tanduk rudimenter. Perdarahan sedini mungkin dihentikan dengan menjepit bagian dari adneksia yang menjadi sumber perdarahan. Keadaan umum penderita terus diperbaiki dan darah dari rongga abdomen sebanyak mungkin dikeluarkan. Serta memberikan transfusi darah. Untuk kehamilan ektopik terganggu dini yang berlokasi di ovarium bila dimungkinkan dirawat, namun apabila tidak menunjukkan perbaikan maka dapat dilakukan tindakan sistektomi ataupun oovorektomi (5). Sedangkan kehamilan ektopik terganggu berlokasi di servik uteri yang sering menngakibatkan perdarahan dapat dilakukan histerektomi, tetapi pada nulipara yang ingin sekali mempertahankan fertilitasnya diusahakan melakukan terapi konservatif
12
Asuhan Dasar Keperawatan
1. Pengkajian a. Biodata 1) Nama, sebagai identitas bagi pelayanan kesehatan/Rumah Sakit/Klinik atau catat apakah klien pernah dirawat disini atau tidak. 2) Umur, Digunakan sebagai pertimbangan dalam memberikan terapi dantindakan, juga sebagai acuan pada umur berapa penyakit/kelainantersebut terjadi. Pada keterangan sering terjadi pada usia produktif 25 - 45 tahun (Prawiroharjo S, 1999 ; 251). 3) Alamat, sebagai gambaran tentang lingkungan tempat tinggal klien apakahdekat atau jauh dari pelayanan kesehatan khususnya dalam pemeriksaan kehamilan. 4) Pendidikan,
Untuk
mengetahui
tingkat
pengetahuan
klien
sehingga
akanmemudahkan dalam pemberian penjelasan dan pengetahuan tentanggejala / keluhan selama di rumah atau Rumah Sakit. 5) Status pernikahan, Dengan status perkawinan mengetahui berapa kali klien mengalamikehamilan (KET) atau hanya sakit karena penyakit lain yang tidak ada hubungannya dengan kehamilan. 6) Pekerjaan, Untuk mengetahui keadaan aktivitas sehari-hari dari klien, sehingga memungkinkan menjadi faktor resiko terjadinya KET.
13
b. Keluhan Utama Nyeri hebat pada perut bagian bawah dan disertai dengan perdarahan selain itu klien ammeorrhoe.
c. Riwayat penyakit sekarang Awalnya wanita mengalami ammenorrhoe beberapa minggu kemudiandisusul dengan adanya nyeri hebat seperti disayat-sayat pada mulanyanyeri hanya satu sisi ke sisi berikutnya disertai adanya perdarahan pervagina : 1.
Kadang disertai muntah
2.
Keadaan umum klien lemah dan adanya syok
3.
Terkumpulnya darah di rongga perut : a) Menegakkan dinding perut nyeri b) Dapat juga menyebabkan nyeri hebat hingga klien pingsan
4. Perdarahan terus menerus kemungkinan terjadi syok hipovolemik
d. Riwayat penyakit masa lalu 1. Mencari faktor pencetus misalnya adanya riwayat endomatritis, addresitis menyebabkan perlengkapan endosalping, Tuba menyempit / membantu. 2. Endometritis endometritis tidak baik bagian nidasi
e. Status obstetri ginekologi 1. Usia perkawinan, sering terjadi pada usia produktif 25 – 45 tahun, berdampak bagi psikososial, terutama keluarga yang masih mengharapkan anak. 2. Riwayat persalinan yang lalu, Apakah klien melakukan proses persalinan di petugas kesehatan atau di dukun 3. Grade multi 4. Riwayat penggunaan alat kontrasepsi, seperti penggunaan IUD. 5. Adanya keluhan haid, keluarnya darah haid dan bau yangmenyengat. Kemungkinan adanya infeksi.
14
f. Riwayat kesehatan keluarga 1. Hal yang perlu dikaji kesehatan suami 2. Suami mengalami infeksi system urogenetalia, dapat menular padaistri dan dapat mengakibatkan infeksi pada celvix.
g. Riwayat Psikososial Tindakan salpingektomi menyebabkan infertile. Mengalami gangguankonsep diri, selain itu menyebabkan kekhawatiran atau ketakutan h. Pola aktivitas sehari – hari 1. Pola nutrisi 2. Pada rupture tube keluhan yang paling menonjol selain nyeri adalah Nausea dan vomiting karena banyaknya darah yang terkumpul dirongga abdomen. 3. Eliminasi 4. Pada BAB klien ini dapat menimbulkan resiko terhadap konstipasiitu diakibatkan karena penurunan peristaltik usus, imobilisasi, obatnyeri, adanya intake makanan dan cairan yang kurang. Sehinggatidak ada rangsangan dalam pengeluaran faeces.Pada BAK klien mengalami output urine yang menurun < 1500ml/hr, karena intake makanan dan cairan yang kurang. 5. Personal hygiene 6. Luka operasi dapat mengakibatkan pembatasan gerak, takut untuk melakukan aktivitas karena adanya kemungkinan timbul nyeri,sehingga dalam personal hygiene tergantung pada orang lain. 7. Pola aktivitas (istirahat tidur) 8. Terjadi gangguan istirahat, nyeri pada saat infeksi/defekasi akibathematikei retropertonial menumpuk pada cavum Douglasi.
15
i. Pemeriksaan Fisik 1. Keadaan umum 2. Tergantung banyaknya darah yang keluar dan tuba, keadaan umumialah kurang lebih normal sampai gawat dengan shock berat dananemi (Prawiroharjo, 1999 ; 255) 3. Pemeriksaan kepala dan leher 4. Muka dan mata pucat, conjungtiva anemis (Prawiroharjo, 1999 ;155) 5. Pemeriksaan leher dan thorak 6. Tanda-tanda kehamilan ektopik terganggu tidak dapatdiidentifikasikan melalui leher dan thorax, Payudara pada KET, biasanya mengalami perubahan. 7. Pemeriksaan abdomen 8. Pada abortus tuba terdapat nyeri tekan di perut bagian bawah disisiuterus, dan pada pemeriksaan luar atau pemeriksaan bimanualditemukan tumor yang tidak begitu padat,
nyeri
tekan
dan
dengan batas-batas
yang
tidak
rata
disamping
uterus.Hematokel retrouterina dapat ditemukan. Pada repture tuba perutmenegang dan nyeri tekan, dan dapat ditemukan cairan bebas dalamrongga peritoneum. Kavum Douglas menonjol karena darah yang berkumpul ditempat tersebut baik pada abortus tuba maupun padarupture tuba gerakan pada serviks nyeri sekali (Prawiroharjo S,1999, hal 257). 9. Pemeriksaan genetalia a. Sebelum dilakukan tindakan operasi pada pemeriksaangenetalia eksterna dapat ditemukan adanya perdarahan pervagina. Perdarahan dari uterus biasanya sedikit- sedikit, berwarna merah kehitaman. b. Setelah dilakukan tindakan operasi pada pemeriksaan genetaliadapat ditemukan adanya darah yang keluar sedikit. 10. Pemeriksaan ekstremitas 11. Pada ekstrimitas atas dan bawah biasanya ditemukan adanya akraldingin akibat syok serta tanda-tanda cyanosis perifer pada tangandan kaki.
2.Diagnosa 1. Perubahan perfusi jaringan b.d perdarahan yang lebih banyak pada uterus. 2. Defisit volume cairan b.d rupture pada lokasi implantasi , perdarahan 16
3. Nyeri b.d rupture tuba fallopii, perdarahan intraperitonial 4. Risiko infeksi b.d luka operasi dan pemasangan alat-alat perawatan 5. Duka cita b.d kematian janin 6. Kurangnya pengetahuan b.d kurang pemahaman atau tidak mengenal sumbersumber informasi.
3. Intervensi No
Diagnosa
Tujuan dan
Intervensi
Rasional
Kriteria Hasil 1.
Perubahan
Setelah diberikan
perfusi
asuhan keperawatan
kaji
jaringan
selama…..x jam
kapiler, warna kulit
derajat/keadekuatan
berhubungan
diharapkan pasien
atau
perfusi jaringan dan
dengan
mampu
mukosa dan dasar
membantu
perdarahan
mendemonstrasikan
kuku.
menentukan
yang lebih
perfusi yang adekuat
banyak pada
secara individual
melambat,
mudah 2. Dapat
uterus
dengan KH:
terangsang,
agitasi,
1. Kulit hangat dan
gangguan
kering
1. Awasi tanda vital, 1. Memberikan pengisisn
membran
2. Kaji respon verbal
memori,
bingung.
2. Ada nadi perifer 3. Catan keluhan rasa kuat 3. Tanda
vital
informasi
kebutuhan intervensi.
mengindikasikan gangguan
funsi
serebral
karena
hipoksia
atau
dingin. Pertahankan
defisiensi
suhu lingkungan dan
B12
17
tentang
vitamin
dalam
batas
normal
tubuh hangat sesuai 3. Fase indikasi
4. Pasien
konstriksi
(organ
4. Kolaborasi : Berikan
menurunkan sirkulasi
sadar/berorientas
SDM
i
lengkap/packed,
pasien
atau
produk darah sesuai
kebutuhan
rasa
pemasukan/peng
indikasi. Awasi ketat
hangat
eluaran
untuk
seimbang
5. Keseimbangan
6. Tak ada edema
yang
vital)
komplikasi
tranfusi. 5. Berikan tambahan
oksigen sesuai
indikasi
perifer. Kenyamanan
harus dengan
kebutuhan
untuk
menghindari
panas
berlebihan
pencetus
fasodilatasi (penurunan
perfusi
organ). 4. Meningkatkan jumlah sel pembawa oksigen ;
memperbaiki
defisiensi
untuk
menurunkan
risiko
perdarahan. 5. Memaksimalkan transfer oksigen ke jaringan. 2.
Defisit
Setelah
diberikan 1. Awasi tekanan darah 1. Perubahan
volume
askep selama …x
dan
cairan yang
jam
jantung
berhubungan
pasien menunjukkan 2. Evaluasi turgor kulit,
dengan
volume cairan yang
pengisian
rupture pada
adekuat
dan kondisi umum
lokasi
criteria hasil :
implantasi
1. Tanda vital stabil 3. Catat
diharapkan
dengan
frekuensi
menunjukkan
efek
hipovolemik (perdarahan/dehidrasi
kapiler 2. Indicator
membran mukosa
18
dapat
respon
langsung
status cairan/hidrasi 3. Simtomatologi dapat berguna
dalam
sebagai efek
2. Nadi teraba
dari tindakan
3. Haluaran
pembedahan
urine,
fisiologis individual
mengukur
pasien
lamanya
terhadap
berat/ episode
berat jenis dan
perdarahan misalnya
perdarahan.
pH dalam batas
: perubahan mental,
Memburuknya gejala
normal
kelemahan,
gelisa,
dapat
ansietas,
pucat,
berlanjutnya
menujukkan
berkeringat,
perdarahan atau tidak
tacipnea,
adekuatnya
peningkatan suhu.
penggantian cairan.
4. Pertahankan pencatatan
4. Potensial akurat
kelebihan
tranfusi
cairan
sub total cairan /
khususnya
darah selama terapi
volume
penggantian
diberikan
5. Kolaborasi : Berikan cairan
Iv
bila tambahan sebelum
tranfusi darah.
sesuai 5. Mempertahankan
indikasi 6. Memberikan SDM,
keseimbangan cairan/elektrolit pada
trombosit, dan factor
tak
adanya
pembekuan
pemasukan
melalui
oral;
menurunkan
risiko
komplikasi
ginjal. 6. Memperbaiki/ menormalkan jumlah SDM dan kapasitas pembawa untuk
oksigen
memperbaiki
anemi, berguna untuk mencegah/ mengobati perdarahan 19
3.
Nyeri yang
Setelah dibserika
1. Tentukan
berhubungan
askep selama….x
lokasi,
dengan
jam diharapkan
nyeri. Kaji kontraksi
menentukan tindakan
rupture tuba
nyeri pasien hilang
uterus,
yang akan dilakukan.
fallopii,
dengan KH:
atau
perdarahan
1. Nyeri hilang
abdomen
intraperitonia 2. pasien dapat l
sifat, 1. Membantu
dan
dirasi
perdarahan, nyeri
tekan
dalam
mendiagnosis
dan
Ketidaknyamanan dihubungkan dengan
2. Kaji stress psikologi
aborsi spontan dan
mendemonstrasi
ibu atau pasangan
molahidatidosa
kan teknik
dan
karena
relaksasi, tanda-
emosional terhadap
uterus yang mungkin
tanda vital dalam
kejadian.
diperberat oleh infuse
batas normal, tidak meringis
respon
3. Berikan lingkungan yang
tenang
aktifitas
dan untuk
menurunkan
rasa
nyeri.
Instruksikan
klien
untuk
kontraksi
oksitosin.
Ruptur
kehamilan
ektopik
mengakibatkan nyeri hebat
karena
hemoragi
yang
tersembunyi saat tuba
menggunakan
fallopii
metode
dalam abdomen.
relaksasi
misalnya dalam,
nafas 2. Ansietas visualisasi
distraksi
dan
jelaskan prosedur. 4. Kolaborasi : Berikan narkotik
atau
sedative
berikut
obat-obat praoperatif bila
rupture
ke
sebagai
respon
terhadap
situasi darurat dapat memperberat ketidaknyamanan karena
sindrom
ketegangan, ketakutan dan nyeri.
prosedur 3. Dapat
membantu
pembedahan
dalam
menurunkan
diindikasikan
tigkat
nyeri
5. Siapkan 20
untuk
dan
karenanya mereduksi
prosedur bedah bila terdapat indikasi
ketidaknyamanan 4. Meningkatkan kenyamanan, menurunkan risiko komplikasi pembedahan. 5. Tindakan terhadap penyimpangan dasar akan menghilangkan nyeri
4.
Risiko
Setelah
dibserikan 1. Kaji adanya tanda- 1. Menentukan
infeksi
askep
selama….x
berhubungan
jam,
diharapkan 2. Ukur
dengan luka
infeksi tidak terjai
operasi dan
dengan KH:
tanda infeksi
lanjut intervensi
tanda-tanda 2. Untuk
vital 3. Observasi
tindak
secara tanda-
dini
awal
gejala
terjadinya
pemasangan-
Dolor (-)
alat-alat
-
Rubor (-)
perawatan -
Tumor (-)
luka
Kalor (-)
menggunakan teknik
mempermudah dalam
Fungsiolaesa (-)
septik dan aseptik
penanganan
-
tanda infeksi
mendeteksi
infeksi
4. Lakukan perawatan 3. Deteksi dini terhadap dengan
infeksi
akan
5. Observasi luka insisi
4. Menurunkan
6. Kolaborasi: Berikan
terjadinya
antibiotik indikasi
sesuai
infeksi
resiko dan
penyebaran bakteri. 5. Memberikan deteksi dini terhadap infeksi dan
perkembangan
luka 6. Mencegah terjadinya infeksi 5.
Duka cita
Seteleh diberikan
1. Berikan lingkungan 1. Kemampuan 21
berhubungan
askep selama …x
yang terbuka dimana
komunikasi terapiutik
dengan
jam diharapkan
pasien merasa bebas
seperti
kematian
pasien menunjukkan
untuk
mendengarkan, diam,
janin
rasa pergerakan kea
mendiskusikan
rah resolusi dari rasa
perasaan
dan
pemahaman
dapat
duka dan harapan
masalah
secara
memberikan
pasien
untuk masa depan
realistis
kesempatan
untuk
berbicara
secara
dapat
selalu bersedia, dan
2. Identifikasi
rasa
duka
(seperti
penyangkalan, marah,
depresi,
dan penerimaan) 3. Identifikasi solusi
dan
perasaan/
dengan kerugian
actual 2. 2.Kecermatan
dan
pemecahan
masalah
bebas berhadapan
tawar
menawar,
aktif
untuk
memberikan intervensi sesuai
akan pilihan yang
pada
waktu
keberadaan respon-
individu menghadapi
respon
rasa
fisik
duka
dslam
misalnya : makan,
berbagai cara yang
tidur,
berbeda
tingkat
aktifitas, dan hasrat 3. Mungkin dibutuhkan seksual
tambahan
4. Dengarkan aktif pasien
dengan
untuk
berhadapan
dengan
aspek-aspek
selalu
fisik
dari
untuk
berduka
pandangan dan
sedia
bantuan
rasa
membantu
jika 4. Proses berduka tidak
diperlukan
berjalan dalam cara
5. Kolaborasi : Rujuk
yang teratur, tetapi
pada sumber-sember
fluktuasinya dengan
lainnya
berbagai aspek dari
22
misalnya
konseling psikoterapi
berbagai tingkat yang sesuai
petunjuk.
muncul pada suatu kesempatan atau pada kesempatan
yang
lain. Jika prosesnya bersifat disfungsional atau
perpanjangan
intervensi yang lebih agresif
mungkin
dibutuhkan
untuk
mepermudah proses 5. Mungkin dibutuhkan bantuan
tambahan
untuk mengatasi rasa duka
membuat
rencana
dan
menghadapi
masa
depan. 6.
Kurangnya
Seteleh diberikan
1. Menjelaskan
pengetahuan
askep selama …..x
tindakan
dan
yang
jam pasien
rasional
yang
berhubungan
berpartisipasi dalam
ditentukan
dengan
proses belajar,
kondisi hemoragi
pemikiran
ibu
kurang
mengungkapkan
2. Berikan kesempatan
mengenai
prosedur
pemahaman
dalam istilah
bagi
atau tidak
sederhana mengenai
mengajukan
mengenal
patofisiologi dan
pertanyaan
sumber-
implikasi klinis.
mengungkapkan
berhubungan dengan
kesalahan konsep.
prosedur
sumber informasi.
ibu
3. Diskusikan kemungkinan 23
1. Memberikan
untuk
untuk
informasi, menjelaskan kejelasan
yang akan dilakukan dan
dan
konsep
menurunkan
stress
diberikan 2. 2.Memberikan
yang
yang
komplikasi pendek
jangka
klarifikasi
dari
pada
konsep yang salah,
dari
identifikasi masalah-
ibu/janin
keadaan perdarahan 4. Tinjau ulang
masalah
dan
kesempatan
untuk
komplikasi jangka
memulai
panjang terhadap
mengembangkan
situasi yang
ketrampilan
memerlukan
penyesuaian
evaluasi dan
koping.
tindakan tambahan
atau
3. 3.Memberikan informasi
tentang
kemungkinan komplikasi
dan
meningkatkan harapan realitas dan kerjasama
dengan
aturan tindakan. 4. Ibu
dengan
kehamilan dapat
ektopik memahami
kesulitan mempertahankan setelah pengankatan tuba
atau
yang sakit.
4. Implementasi
24
ovarium
Implementasi keperawatan merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan yang mencakup tindakan tindakan independen (mandiri) dan kolaborasi.
5. Evaluasi Hari /
No.
Tanggal
DX 1
Evaluasi
Paraf
1. Kulit pasien hangat dan kering 2. Ada nadi perifer kuat 3. Tanda vital dalam batas normal 4. Pasien sadar/berorientasi 5. Keseimbangan pemasukan/pengeluaran 6. Tak ada edema
2
1. Tanda vital stabil 2. Nadi teraba 3. Haluaran urine, berat jenis dan pH dalam batas normal
3
Nyeri hilang, pasien dapat mendemonstrasikan teknik relaksasi, tanda-tanda vital dalam batas normal, tidak meringis
4 -
Dolor (-)
-
Rubor (-)
-
Tumor (-)
-
Kalor (-) Fungsiolaesa (-)
5
Pasien menunjukkan rasa pergerakan kea rah resolusi dari rasa duka dan harapan untuk masa depan
6
Pasien
berpartisipasi
dalam
proses
belajar,
mengungkapkan dalam istilah sederhana mengenai patofisiologi dan implikasi klinis penyakitnya. 25
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan Kehamilan ektopik adalah suatu kehamilan dimana sel telur yang dibuahi berimplantasi dan tumbuh diluar endometrium kavum uteri. Kehamilan ektopik dapat mengalami abortus atau ruptur pada dinding tuba dan peristiwa ini disebut sebagai Kehamilan
Ektopik
Terganggu.
Sebagian besar kehamilan ektopik terganggu berlokasi di tuba (90%) terutama di ampula dan isthmus. Sangat jarang terjadi di ovarium, rongga abdomen, maupun uterus. Keadaan-keadaan yang memungkinkan terjadinya kehamilan ektopik adalah penyakit radang panggul, pemakaian antibiotika pada penyakit radang panggul, pemakaian alat kontrasepsi dalam rahim IUD (Intra Uterine Device), riwayat kehamilan ektopik sebelumnya, infertilitas, kontrasepsi yang memakai progestin dan tindakan aborsi. Gejala yang muncul pada kehamilan ektopik terganggu tergantung lokasi dari implantasi. Dengan adanya implantasi dapat meningkatkan vaskularisasi di tempat tersebut dan berpotensial menimbulkan ruptur organ, terjadi perdarahan masif, infertilitas, dan 26
kematian. Hal ini dapat mengakibatkan meningkatnya angka mortalitas dan morbiditas Ibu
jika
tidak
mendapatkan
penanganan
secara
tepat
dan
cepat.
Insiden kehamilan ektopik terganggu semakin meningkat pada semua wanita terutama pada mereka yang berumur lebih dari 30 tahun. Selain itu, adanya kecenderungan pada kalangan wanita untuk menunda kehamilan sampai usia yang cukup lanjut menyebabkan angka kejadiannya semakin berlipat ganda.
DAFTAR PUSTAKA
Prawirohardjo, Sarwono. 2006. Ilmu Kebidanan.Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Mansjoer Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III, Jilid I. Media Aesculapius FKUI v http://www.google.com/Gambaran Kasus Kehamilan Ektopik Terganggu di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Provinsi Riau Periode 1 Januari 2003-31 Desember 2005 v http://www.medica store.com/kehamilan ektopik,kehamilan luar kandungan/page:1-4 v Bagian obstetri dan Ginekologi FK UNPAD. 1984. Obstetri Patologi. Bandung : FK UNPAD v Sarwono. 1999. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBP-SP www.google.com
27