Makalah Kel.10 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH KELOMPOK 10



“MODEL MODEL KAMPANYE KOMUNIKASI STRATEGIS” Dosen Pengampu : Sudianto, M.I.Kom



Di Susun Oleh : Firda Yanti (12140323814) Navanessa Zhaviraira (12140323922) Nursani (12140321341)



PROGAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU 2022



KATA PENGANTAR



Puji syukur atas kehadirat Allah SWT. atas limpahan rahmat, taufik dan inayahNya serta nikmat sehat sehingga penyusunan makalah guna memenuhi tugas mata kuliah Kampanye Komunikasi Strategis ini dapat selesai dalam waktu yang tepat. Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW dan semoga kita selalu berpegang teguh pada sunnahnya.   



 Makalah yang berjudul “Model Model Kampanye Komunikasi Strategis”



ini, kami susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Kampanye Komunikasi Strategis yang di ampu oleh Bapak Sudianto, M.I.Kom. Namun kami menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun  sangat diharapkan untuk perbaikan makalah mendatang. Dalam menyusun makalah ini kami mendapatkan bantuan dari berbagai pihak untuk itu pada kesempatan ini kami menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini kami berharap  mudah-mudahan makalah ini bermanfaat  bagi para pembaca dan bagi penulis khususnya.



Pekanbaru, Oktober 2022



Penulis



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR..............................................................................................i DAFTAR ISI............................................................................................................ii BAB 1......................................................................................................................1 A. Latar Belakang..............................................................................................1 B. Rumusan Masalah.........................................................................................2 C. Tujuan...........................................................................................................2 BAB 2......................................................................................................................4 A. Defenisi Model Kampanye Komunikasi Strategis.......................................4 B. Model model Kampanye Komunikasi Strategis...........................................7 1.



Model komponensial kampanye (Componential Campaign Model)........7



2.



Model Difusi Inovasi Kampanye..............................................................9



3.



Model Kampanye Komunikasi Kesehatan Strategis...............................12



4.



Model Kampanye Ostergaard..................................................................14



5.



The Five Functional Stages Development Model...................................15



6.



The Communication Functions Model....................................................16



7.



Model Kampanye Nowak dan Warneryd................................................17



C. Kampanye dalam Lingkup Komunikasi Politik..........................................17 BAB 3....................................................................................................................23 A. Kesimpulan.................................................................................................23 B. Saran............................................................................................................24 DAFTAR PUSTAKA............................................................................................25



BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kampanye bukan lagi hal yang asing bagi kita terutama untuk yang terjun ke dunia politik. Kampanye merupakan usaha terkoordinir untuk mempengaruhi masyarakat agar dapat menerima dan melakukan pesan yang disampaikan untuk mendukung tujuan yang telah dirumuskan oleh suatu lembaga, perusahaan ataupun organisasi. Kampanye sendiri berorientasi pada pembentukan opini dan sikap public secara partisipatif dengan pendekatan interaksi dan sosialisasi kepada masyarakat agar mampu memahami nilai pesan yang disampaikan. Kampanye biasanya digunakan dalam banyak hal diantaranya untuk mempromosikan



sebuah



pemahaman,



mengatasi



kesalahpahaman,



menciptakan kesadaran, menginformasikan dan masih banyak lagi bahkan kampanye adalah unsur penting dalam politik untuk mempersuasif masyarakat. Kampanye yang merupakan kegiatan komunikasi politik yang dilakukan secara berencana yang bertujuan untuk memobilisasi serta melibatkan orang lain untuk menyebarluaskan informasi tertulis baik itu melalui media tertulis atau tidak untuk mencegah atau mendorong seseorang melakukan sesuatu dan tujuan lainnya.1 Kampanye berawal dari berbagai alasan dan latar belakang yang memengaruhi gagasan yang nantinya akan di sampaikan melalui pesan pesan kepada target audiens. Kampanye sendiri fokus pada pengolahan pesan yang di terima, di tolak dan di tanggapi masyarakat, namun yang diharapkan nantinya dengan kampanye pesan dapat mempengaruhi masyarakat untuk menerima pesan tersebut. 1



Sudianto, Komunikasi Politik, (Jakarta:Rajawali Pers,2016) hlm. 155



1



Keberhasilan sebuah kampanye sangat dipengaruhi oleh kemampuan pelaku kampanye dalam merancang program dan memanfaatkan berbagai sumber daya yang ada. Hal ini sejalan dengan pendapat Robert E. Simons (1990), professor komunikasi dari Universitas Boston Amerika Serikat, yang menegaskan bahwa keberhasilan mencapai tujuan kampanye banyak di tentukan oleh kemampuan kita dalam merancang, menerapkan dan mengevaluasi



program



kampanye



secara



sistematis



dan



strategis. 2



Kemampuan semacam itu harus di landasi oleh pemahaman teoritis terhadap berbagai dimensi kampanye serta kecakapan teknis dalam menerapkannya. Dan salah satunya adalah diperlukannya model model kampanye komunikasi. Kampanye merupakan kegiatan komunikasi yang bersifat kompleks sehingga diperlukan sebuah model untuk mendeskripsikan keterkaitan antar aspek dalam kampanye yang dirancang. Model sendiri nantinya berfungsi untuk menggambarkan proses komunikasi, menunjukkan hubungan visual dan membantu dalam menemukan dan memperbaiki kecemasan komunikasi dalam kampanye. Untuk penjelasan lebih lanjut mengenai Model Model Kampanye Komunikasi Strategis akan dibahas pada bab selanjutnya dalam makalah ini. B. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut: 1.



Apa itu model kampanye komunikasi strategis?



2.



Apa saja bentuk model model kampanye komunikasi strategis?



3.



Bagaimana kampanye dalam lingkup komunikasi politik?



C. Tujuan Adapun tujuan dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut : 1.



Untuk mengetahui defenisi model model kampanye komunikasi strategis 2



Otto Lerbinger, Corprorate Communication,(Hoboken : Wiley, 2019) hlm.202



2



2.



Untuk mengetahui bentuk bentuk model kampanye komunikasi strategis



3.



Untuk mengetahui kampanye dalam lingkup komunikasi politik



3



BAB 2 PEMBAHASAN A. Defenisi Model Kampanye Komunikasi Strategis Model adalah representasi suatu fenomena, baik nyata ataupun abstrak, dengan menonjolkan unsur-unsur terpenting fenomena tersebut. 3 Model hanyalah merupakan gambaran tentang fenomena atau realitas yang telah disederhanakan. Model memiliki manfaat untuk memudahkan pemahaman mengenai berlangsungnya suatu hal. Kampanye komunikasi merupakan aktivitas komunikasi di dalam menyampaikan pesan melalui jaringan saluran komunikasi secara terpadu, dan mengorganisir aktifitas komunikasi tersebut dengan tujuan menghasilkan dampak pada individu-individu dalam jumlah besar, dan atau kelompok masyarakat sesuai dengan target yang ingin dicapai, pada kurun waktu tertentu. (Rogers & Storey, 1987). Merujuk pada defenisi tersebut maka setiap aktivitas kampanye komunikasi setidaknya harus mengandung empat hal yaitu : 1. Tindakan kampanye yang ditujukan untuk menciptakan efek atau dampak tertentu, 2. Jumlah khalayak sasaran yang besar, 3. Biasanya dipusatkan pada kurun waktu tertentu, dan 4. Melalui serangkaian tindakan komunikasi yang terorganisasi. Strategi adalah cara atau proses yang digunakan untuk tercapainya sebuah tujuan. Strategi merupakan tindakan yang bersifat incremental (senantiasa meningkat) dan terus menerus, yang dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang tujuan yang diharapkan. Jadi, model model kampanye komunikasi strategis adalah gambaran cara



yang digunakan untuk



3



Antar Venus, Manajemen Kampanye : Panduan Teoritis dan Praktis dalam Mengefektifkan Kampanye Komunikasi (Bandung: Simbiosa Rekatama Media,2018) hlm.12



4



menyampaikan pesan melalalui jaringan komunikasi secara terpadu untuk mempersuasif khalayak agar pesan yang di sampaikan mudah diterima. Pada



umumnya,



kampanye



komunikasi



dilakukan



dengan



mengkoordinasi kemampuan jaringan media dalam bersinergi untuk menyampaikan pesan-pesan yang diinginkan oleh pembuat keputusan, baik dalam hubungan antar pribadi (interpersonal) maupun hubungan dengan komunitas (community based), dengan frekuensi intensif, jangkauan yang signifikan, dan pengemasan produk komunikasi yang mudah dicerna oleh khalayak, sehingga dapat berpengaruh dalam perubahan sikap publik. Setiap kampanye mempunyai spesifikasi yang berbeda satu sama lain, dan berbeda cara dalam memberi masukan (intervensi), meski akhir yang ingin dicapai memiliki fokus yang sama yaitu mempengaruhi pemikiran publik atau sikapnya. Menurut



Denis



Mc



Quail



kampanye



cenderung



mengandung



karakteristik yaitu : 1. Memiliki tujuan khusus dan jelas, 2. Memiliki rentang waktu, 3. Terbukanya kemungkinan untuk menilai keefektifannya, 4. Memiliki sponsor yang berwenang (resmi) dan tujuannya cenderung sejalan dengan nilai konsensus dan tujuan.4 Kampanye



komunikasi



biasanya



dilakukan



secara



terlembaga.



Penyelenggara kampanye umumnya bukanlah individu melainkan lembaga atau organisasi, lembaga tersebut dapat berasal dari lingkungan pemerintahan, kalangan swasta, atau lembaga swadaya masyarakat. Terlepas siapa pun penyelenggaranya, kampanye selalu memiliki tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Tujuan tersebut sangat beragam dan berbeda antara satu organisasi dengan organisasi lainnya. Selain kampanye juga terdapat propaganda. Propaganda sangat berbeda dari kampanye. Propaganda adalah serangkaian pesan dengan tujuan agar 4



MC Quail, Teori Komunikasi Massa, (Jakarta: Erlangga, 1994)hlm.241



5



dapat memengaruhi pendapat seseorang , tindakan sekelompok masyarakat atau sekelompok orang. Informasi dari propaganda tidak disampaikan secara obyektif, melainkan informasi yang diberikan dibangun dengan tujuan agar dapat memengaruhi pihak pihak yang mendengar maupun yang melihat.5 Aspek perbedaan kampanye dan propaganda dapat dilihat dalam table berikut: Aspek Sumber



Kampanye Selalu jelas



Propaganda Cenderung samarsamar



Waktu



Terikat dan dibatasi waktu



Tidak terikat waktu



Sifat gagasan



Terbuka untuk diperdebatkan khalayak



Tertutup dan dianggap sudah mutlak benar



Tujuan



Tegas, spesifik dan variatif



Umum dan ditujukan mengubah sistem kepercayaan



Modus penerimaan



Kesukarelaan/ persuasi



pesan



Tidak menekankan kesukarelaan dan melibatkan paksaan/ koersi



Modus tindakan



Diatur kode bertindak/ etika



Sifat kepentingan



Mempertimbangkan kepentingan Kepentingan kedua belah pihak



5



Tanpa aturan etis



sepihak



Alo Liliweri, Komunikasi : Serba Ada Serba Makna, (Jakarta: Kencana, 2011), hlm.719



6



Rogers



dan



storey



(1987)



mendefinisikan



kampanye



sebagai



serangkaian tindakan komunikasi yang terencana dengan tujuan menciptakan efek tertentu pada sejumlah besar khalayak yang dilakukan secara berkelanjutan pada kurun waktu tertentu. 6 Merujuk pada definisi ini maka setiap aktivitas kampanye komunikasi setidaknya harus mengandung 4 hal yakni : 1. Tindakan kampanye yang ditujukan untuk menciptakan efek atau dampak tertentu; 2. Jumlah khalayak sasaran yang besar; 3. Biasanya dipusatkan dalam kurun waktu tertentu; dan 4. Melalui serangkaian tindakan komunikasi yang terorganisasi. B. Model model Kampanye Komunikasi Strategis Beberapa model kampanye yang akan diuraikan disini, meliputi : Model komponensial kampanye, model kampanye Ostergaard, the Five Functional Stages Development Model, The Communicative Functions Model, Model kampanye Nowak dan Warneryd, dan The Diffusion of Innovations Model. C. Model komponensial kampanye (Componential Campaign Model)



6



Fatmawati, Kampanye Politik : Sebuah Pendekatan Fenomenologi, (Banyumas : CV Amerta Media, 2021),hlm.11



7



Model ini mengambil komponen-komponen pokok yang terdapat dalam suatu proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan kampanye. Unsur-unsur yang terdapat di dalamnya meliputi : sumber kampanye, saluran, pesan, penerima kampanye, efek dan umpan balik. Model ini lebih mudah diidentifikasi menggunakan pendekatan transmisi (transmission approach) ketimbang interaction approach. Alasannya adalah kampanye merupakan kegiatan komunikasi yang direncanakan, bersifat purposive (bertujuan), dan sedikit membuka peluang untuk saling bertukar informasi dengan khalayak (interactive).7 Dalam model kampanye di atas digambarkan bahwa sumber (campaign makers) memiliki peran yang dominan. Ia secara aktif mengonstruksi pesan yang ditujukan untuk menciptakan perubahan pada diri khalayak (campaign receivers). Pesan-pesan tersebut disampaikan melalui berbagai saluran komunikasi seperti media massa, media tradisonal atau saluran personal. Venus (2018) mendefinisikan model komponensial kampanye adalah kampanye yang menggunakan kerangka kerja Lasswell. Unsur-unsur yang terdapat dalam model kampanye ini antara lain sumber kampanye, saluran, pesan, penerima kampanye, efek, umpan balik, dan gangguan. Menurut Venus (2018), dikarenakan kampanye merupakan sebuah kegiatan komunikasi yang direncanakan yang bersifat memilki tujuan (purposive) dan sedikit membuka peluang untuk saling bertukar informasi dengan khalayak (interactive), model ini dapat menggunakan pendekatan transmisi (transmission approach) daripada interaction approach. Venus (2018) menambahkan bahwa dalam model kampanye komponensial pelaku kampanye (campaigner) memiliki



peran



yang



dominan



menyampaikan pesan kepada khalayak dan diharapkan dapat menciptakan perubahan pada diri khalayak (campaignee). 7



Faisal Basri, Indonesia,2005),hlm.312



Perencanaan



Strategis,



(Jakarta



:



Yayasan



Pustaka



Obor



8



Dalam model kampanye ini, khalayak tidak sepenuhnya pasif namun dapat menyampaikan umpan balik dari pesan tersebut. Pesan dapat disampaikan melalui berbagai saluran komunikasi seperti media massa, media tradisional, atau saluran personal. Kemudian, Venus (2018) juga menyatakan bahwa efektivitas kampanye dapat diukur dari umpan balik khalayak dan waktu, tempat, situasi maupun budaya, yang berkaitan dengan penyelenggara kampanye tersebut dapat dinyatakan sebagai konteks yang merupakan keseluruhan proses kampanye. Secara kesimpulan, model ini terlihat seperti model komunikasi pada umumnya. Dimana model komunikasi digambarkan bahwa dimana ada seseorang penyampai pesan yang disebut dengan komunikator lalu menyampai kan pesan melalui suatu media. Kemudian, ada hambatan dalam pesan yang terkirim misalnya gangguan dari internal itu sendiri seperti pesan yang tidak jelas, ataupun gangguan dari eksternal yaitu terlalu banyaknya pesan yang masuk ke komunikan (penerima pesan). Lalu, pesan yang telah sampai pada komunikan atau khalayak target audiens dari pesan tersebut menimbulkan efek yang dapat menjadi umpan balik ke komunikator. Proses tersebut sejalan dengan penjelasan dair bagan kampanye model Komponensial oleh Venus (2018).8



D. Model Difusi Inovasi Kampanye Menurut Larson (dalam Venus, 2018), The Diffusion of Innovation Model ini digagaskan oleh ilmuwan komunikasi ternama, Everett M. Rogers. Model kampanye ini umumnya diterapkan dalam kampanye periklanan (commercial campaign) dan kampanye yang berorientasi pada perubahan social (social change campaign) Rogers (dalam Venus, 2018), menjelaskan ketika proses kampanye berlangsung terdapat 4 tahap yang akan terjadi: 8



Ibid, hlm.5



9



a. Tahap informasi (information) Merupakan tahapan pertama dalam sebuah proses kampanye dimana khalayak mendapatkan segala informasi mengenai



produk dan



gagasan baru. Pesan tersebut disampaikan secara menarik sehingga dapat membuat khalayak tergerak rasa ingin tahunya. b. Tahap persuasi (persuasion) Tahapan kedua ini yang disebut dengan persuasion dilaksanakan saat khalayak tergerak ingin mencari tahu mengenai produk atau gagasan tersebut. Pesan yang disampaikan pada tahapan ini dirancang dengan menggunakan teori, prinsip, atau teknik persuasi yang agar khalayak dapat menerima produk atau gagasan kampanye tersebut. Reasons merupakan aspek paling penting dalam proses persuasi yaitu tentang mengapa seseorang harus menerima gagasan atau produk yang dikampanyekan. Selain itu, alasan yang disampaikan umumnya menggunakan tiga dimensi yaitu aspek ethos (kualitas dan kedibilitas pelaku kampanye), pathos (dimensi emosional), dan logos (dimensi rasional yang melibatkan data statistic, temuan ilmiah, atau pemikiran logis)9 c. Tahap decision, adoption, and trial Tahapan ketiga ini akan terjadi ketika orang telah mengambil tindakan untuk mencoba produk yang dikampanyekan tersebut. Tahapan ini didahalui oleh proses dimana seseorang akan memikirkan atau menimbang-nimbang segala aspek produk tersebut. d. Tahap konfirmasi atau reevaluasi Dalam model difusi inovasi, tahapan terakhir ini menentukan apakah seorang akan menjadi pengguna yang loyal atau sebaliknya sehinnga dapat dikatakan sebagai posisi yang sangat strategis. Tahapan 9



Akhmad Danial, Iklan Politik, (Yogyakarta: Printing Cemerlang, 2009), hlm. 72



10



konfirmasi atau reevaluasi hanya dapat terjadi bila orang telah mencoba produk atau gagasan yang ditawarkan. Model Kampanye Difusi Inovasi secara kesimpulan dapat digunakan untuk sebuah kampanye promosi produk maupun kampanye sosial. Karena dalam kampanye ini terdapat beberapa tahapan yang terstruktur seperti pemberian informasi pada tahap awal, setelah itu masuk ke tahap persuasi untuk membuat khalayak semakin yakin, tahap selanjutnya adalah khalayak sudah mau mencoba produk namun masih bisa menimbang-nimbang tidak pasti keputusannya. Tahapan terakhir adalah jawaban dari keseluruhan proses apakah khalayak mau menerima produk dan menjadi pengguna loyal kemudian dijalankan evaluasi apabila khalayak menyatakan konfirmasi nya. Model ini dapat menjadi suatu pilihan bagi perancangan suatu kampanye sosial. E. Model Kampanye Komunikasi Kesehatan Strategis



Venus



(2018)



menyatakan



Model



Kampanye



Komunikasi



Kesehatan Strategis (MK3S) muncul dari praktik komunikasi kesehatan, berfokus pada promosi kesehatan, tindakan komunikasi ini dirancang untuk mempengaruhi khalayak dalam menerima dan



menjalani pola



hidup sehat. Model ini pada mulanya dikemukakan oleh E.W. Maibach, G.L. kreps, dan E.W. Bonaguro pada 1993, yang dikembangkan dari hasil



11



riset mereka mengenai kampanye pencegahan HIV/AIDS di Amerika Serikat. Model ini menggunakan konsep-konsep teoris sebagai titik tolaknya dan teori persuasi sebagai landasan pengelolaan kampanye secara keseluruhan. Selain itu, Venus (2018) menambahkan bahwa terdapat 4 tahapan untuk membentuk perilaku sehat publik: 1. Menentukan tujuan kampanye Tahapan ini sangat menentukan karena akan menjadi titik tolak dari seluruh program kampanye. Menetapkan tujuan yang realistik merupakan kunci kesuksesan rencana kampanye.10 Dalam tahapan ini, ditetapkan akan dibentuknya pengetahuan baru atau mengubah pengetahuan dan keyakinan lama yang sudah tidak relevan. Pelaku kampanye dalam tahapan ini juga harus memutuskan apakah akan berfokus pada pengubahan sikap atau perilaku. 2. Menetapkan teori yang akan digunakan sebagai landasan dan titik tolak (point of departure) Dalam model ini dinyatakan bahwa sebuah kampanye harus berlandaskan pengetahuan teoritis mengenai



bagaimana



tujuan



perubahan sikap atau perilaku harus dilakukan berdasarkan prinsip, konsep, atau temuan-temuan ilmiah yang terangkum dalam teori kampanye, tidak dapat hanya mengandalkan intuisi atau feeling. 3. Analisis komunikasi Tahapan ini adalah dimana pelaku kampanye menggunakan teori yang dipilih untuk merancang strategi komunikasi mulai dari proses awal analisi khalayak, merancang pesan, menentukan saluran hingga memilih juru bicara penyampai pesan kampanye. Selain itu, pesan kampanye harus dipastikan masuk dalam ranah penerimaan khalayak (latitude of acceptance), yaitu khalayak tidak menganggap pesan tersebut bertentangan dengan norma atau keyakinan mereka (target 10



Anne Gregory, Perencanaan dan Manajemen Kampanye Public Relations, (Jakarta:Erlangga,2001) hlm.82



12



audience’s beliefs). 4. Implementasi Tahapan keempat dimana menggunakan pendekatan marketing mixyaitu product (produk, gagasan, atau kandidat), price (harga dalam arti biaya, reward, pengorbanan, atau lainnya), place (saluran dan penempatannya), serta promotion (penerapan teori-teori yang sudah dipilih pada tahap penetapan teori dan analisis komunikasi). 5. Evaluasi dan Reorientasi Terdapat dua macam evaluasi yang dilakukan. Pertama, Evaluasi proses ditujukan agar dapat diketahui apakah kampanye ini berjalan sesuai dengan perencanaan awal atau perlunya perubahan untuk peningkatkan keefektifan kampanye selanjutnya. Kedua, evaluasi sumatif dilaksanakan untuk mengetahui keefektifan pelaksanaan kampanye setelah selesai dilaksanakan, mengecek keberhasilan dalam merubah sikap atau perilaku khalayak. Jika berhasil dapat dijadikan rekomendasi untuk model kampanye selanjutnya (Rogers dalam Venus, 2018). Model



Kampanye



Komunikasi



Kesehatan



Strategis



secara



kesimpulan memiliki 5 tahapan yaitu perencanaan, penggunaan teori kampanye, analisis komunikasi, implementasi, serta evaluasi dan reorientasi. Model kampanye ini memiliki tahapan yang lengkap dan jelas sehingga dapat dijadikan sebagai referensi dalam membuat sebuah kampanye sosial. Masing-masing tahapan terdiri dari kegiatan-kegiatan yang dapat mendukung dan memenuhi kebutuhan tiap tahapan sehinggga sebuah kampanye dapat tersusun secara baik dan kompleks. Tidak hanya perencanaan yang matang, setelah kampanye dieksekusikan model ini juga terdiri dari tahapan evaluasi yang merupakan tahapan penting agar dapat menghasilkan sebuah kampanye baru yang lebih maksimal. Dalam penelitian ini, model yang paling dekat adalah model Kampanye



Komunikasi



Kesehatan



Strategis.



Model



Kampanye 13



Komunikasi kesehatan Strategis memiliki tahapan yang lengkap dan terstruktur. Tahapan yang lengkap dan terstruktur memberikan referensi yang baik dalam perancangan sebuah kampanye. Namun, tidak menutup kemungkinan jika pada hasil penelitian memperlihatkan model lain yang lebih sesuai. F. Model Kampanye Ostergaard



Menurut Ostergaard, sebuah rancangan program kampanye untuk perubahan sosial yang tidak didukung oleh temuan-temuan ilmiah tidaklah layak untuk dilaksanakan. Alasannya, karena program semacam itu tidak akan menimbulkan efek apapun dalam menanggulangi masalah sosial yang dihadapi. Jadi langkah pertama yang harus dilakukan sumber kampanye adalah mengidentifikasi masalah faktual yang dirasakan. Contoh permasalahan : tingginya tingkat kecelakaan, rendahnya minat baca dan rendahnya keterwakilan wanita di DPR. Dari contoh-contoh identifikasi masalah di atas kemudian dicari hubungan sebab-akibat dengan fakta-fakta yang ada. Misalnya tingginya tingkat kecelakaan yang ada disebabkan tingginya kecepatan pengemudi dalam menjalankan kendaraan. Kita harus memastikan bahwa analisis sebab akibat yang dilakukan adalah benar, baik secara nalar maupun menurut temuan-temuan ilmiah. Bila dari analisis ini diyakini bahwa 14



masalah tersebut dapat dikurangi lewat pelaksanaan kampanye maka kegiatan kampanye perlu dilaksanakan. Bila kenyataannya demikian, maka kita dapat memasuki tahap kedua yakni pengelolaan kampanye yang dimulai dari perancangan, pelaksanaan hingga evaluasi. Dalam tahap ini, lagi-lagi riset perlu dilakukan untuk mengidentifikasi karakteristik khalayak sasaran untuk dapat merumuskan pesan, actor kampanye, saluran hingga teknis pelaksanaan kampanye yang sesuai. Diantara berbagai macam model kampanye yang ada, model ini dianggap yang paling pekat sentuhan ilmiahnya dan yang paling cocok untuk kampanye literasi politik.11 Hal ini bisa dilihat dari kata- kata kunci yang digunakan di dalamnya seperti kuantifikasi, cause of effect analysis, data, dan theoretical evidence. Menurut Ostergaard sebuah rancangan kampanye untuk perubahan sosial yang tidak di dukung oleh temuantemuan ilmiah tidaklah layak untuk dilaksanakan. Jadi, langkah pertama yang harus dilakuakan sumber kampanye campaign makers atau decision maker adalah mengidentifikasi masalah faktual yang dirasakan. G. The Five Functional Stages Development Model Pada model ini digambarkan bagaimana tahapan kegiatan kampanye harus dilalui sebelum akhirnya kegiatan tersebut berhasil atau gagal mencapai tujuan. Tahapan kegiatan tersebut meliputi: identifikasi, legitimasi, partisipasi, penetrasi, dan distribusi.12 Model Perkembangan Lima Tahap Fungsional 10 Tahap identifikasi merupakan tahap penciptaan identitas kampanye yang dapat dengan mudah dikenali oleh khalayak. Halhal yang umum digunakan sebagai identitas kampanye diantaranya adalah simbol, warna, lagu atau jingle, seragam dan slogan. Tahap berikutnya adalah legitimasi. 11



Gun Gun Heryanto, Strategi Literasi Politik, (Yogyakarta:IRCiSoD, 2021)hlm.45 Gatut Priyowidodo, Monograf Netnografi Komunikasi : Aplikasi pada Tiga Riset Lapangan, (Depok:Rajawali Printing,2020),hlm.34 12



15



Dalam tahap kampanye politik, legitimasi diperoleh ketika seseorangg telah masuk dalam daftar kandidat anggota legislatif, atau seorang presiden memperoleh dukungan yang kuat dalam polling yang dilakuakan lembaga idependent. Tahap ketiga adalah partisipasi. Partisipasi ini bisa bersifat nyata atau simbolik. Partisipasi nyata ditunjukkan oleh keterlibatan orang-orang dalam menyebarkan pamflet, brosur atau postur. Sementara partisipasi simbolik bersifat tidak langsung, misalnya anda sekedar menggunakan kaos yang dibagikan secara gratis. Tahap keempat adalah adalah tahap penetrasi. Pada tahap ini seorang kandidat telah hadir dan mendapat tempat di masyarakat. H. The Communication Functions Model Pada model ini, langkah-langkah kampanye dimulai dari surfacing, primary, nomination, dan election. Kegiatan yang tercakup dalam tahap surfacing pemunculan lebih banyak berkaitan dengan membangun landasan tahap berikutnya seperti: memetakan daerah-daerah yang akan dijadikan tempat kampanye, membangun kontak dengan tokoh-tokoh setempat, mengorganisasikan dana dan sebagainya. Tahap berikutnya dalam model ini adalah tahap primary. Pada tahap ini kita berupaya untuk memfokuskan perhatian khalayak pada kandidat. Pada tahap ini kita mulai melibatkan khalayak untuk mendukung kegiatan kampanye yang dilaksanakan.



Begitu



kandidat



mendapat



pengakuan



masyarakat,



memperoleh liputan media secara luas, atau gagasannya menjadi topik pembicaraan anggota masyarakat, maka tahap nominasipun dimulai. Terakhir adalah tahap pemilihan. Pada tahap in biasanya masa kampanye telah berakhir. Namun secara terselubung seringkali para kandidat membeli ruang tertentu dari media massa agar kehadiran ereka tetap dirasakan.13 I. Model Kampanye Nowak dan Warneryd



13



Endah Fantini dkk, Humas & Keprotokolan, (Solok: Cendikia Muslim, 2022), hlm.18



16



Menurut McQuail Windahl 1993 model kampanye Nowak dan Warneryd merupakan salah satu contoh mosel tradisional kampanye. Pada model ini proses kampanye dimulai dari tujuan yang hendak dicapai dan diakhiri dengan efek yang diinginkan. Model ini merupakan deskripsi dari bermacam-macam proses kerja dalam kampanye. Di dalamnya juga terdapat sifat normatif, yang menyarankan bagaimana bertindak secara sistematis dalam meningkatkan efektifitas kampanye. Yang perlu diperhatikan pada model ini adalah masing-masing elemennya saling berhubungan.



Perubahan



yang



terjadi



pada



suatu



elemen



akan



mengakibatkan perubahan pada elemen lainnya. Hal ini terutama terjadi bila berubah adalah efek atau tujuan yang dikehendaki. Tujuan kampanye pada model ini tidak bersifat rigid, tetapi dapat berubah, meskipun kampanye sedang berlangsung. J.



Kampanye dalam Lingkup Komunikasi Politik Komunikasi politik adalah komunikasi yang melibatkan pesan pesan politik dan aktor aktor politik atau berkaitan dengan kekuasaan, pemerintahan, dan kebijakan pemerintahan. Dengan pengertian ini, sebagai sebuah ilmu terapan, komunikasi politik bukanlah hal yang baru. Menurut Rusadi Kantaprawira (1983) mendefenisikan komunikasi politik adalah untuk menghubungkan sistem politik yang hidup dalam masyarakat, baik pikiran interen golongan, instansi, asosiasi, maupun sektor kehidupan politik pemerintah.14 Dalam Negara yang menganut sistem demokrasi, kampanye politik menjadi sangat penting dalam memperkenalkan kandidat kepada masyarakat. Kita memahami kampanye politik sebagai upaya terorganisir yang berusaha mempengaruhi proses pengambilan keputusan dalam kelompok tertentu. Dengan tujuan untuk memenangkan pemilu tertentu, maka setiap calon perlu mempertimbangkan strategi dan planning yang matang. Strategi dan 14



Mahi. M. Media,2010),hlm.36



Hikmat,



Komunikasi



Politik,(Bandung:



Simbiosa



Rekatama



17



perencanaan ini sangat penting karena menentukan kemenangan calon dalam proses pemilu. Meski demikian, kita juga kadang melihat upaya-upaya yang mungkin kurang sehat dalam proses politik tersebut. Kampanye yang dilakukan setiap calon sering diwarnai dengan upaya menjatuhkan lawan, atau kampanye hitam. Barangkali kalimat yang dituturkan oleh Ed Goeas dari lembaga TheTarrance Group di Amerika ini ada benarnya: “Kampanye adalah soal memaksimalkan kelebihan anda dan menetralkan kelemahan anda, sambil pada saat yang sama menetralisir kelebihan lawan dan menonjolkan kelemahan mereka.” Proses komunikasi politik sama dengan proses komunikasi pada umumnya (komunikasi tatap muka dan komunikasi bermedia) dengan alur dan komponen: 1. Komunikator/Sender – Pengirim pesan 2. Encoding – Proses penyusunan ide menjadi simbol/pesan 3. Message – Pesan 4. Media – Saluran 5. Decoding – Proses pemecahan/ penerjemahan simbol-simbol 6. Komunikan/Receiver – Penerima pesan 7. Feed Back – Umpan balik, respon. Dalam suatu kampanye, Komunikasi politik sangat penting dan menentukan dalam demokratisasi. Dengan adanya persaingan kepentingan komunikator politik untuk memengaruhi, memperoleh, mempertahankan, dan memperluas kekuasaan. Saat ini kampanye politik telah menjadi salah satu peran penting untuk mendapatkan suara dan perhatian masyarakat, banyak usaha yang dilakukan partai dan kandidat untuk mendapatkan simpati masyarakat.



18



Menurut Gabriel Almond (1960): komunikasi politik adalah salah satu fungsi yang selalu ada dalam setiap sistem politik.Komunikasi politik terdiri dari berbagai unsur,15 antara lain:



1. Komunikator Politik Komunikator politik adalah mereka yang dapat memberi informasi tentang hal-hal yang mengandung makna mengenai politik. misalnya presiden, menteri, anggota DPR, politisi, dan kelompok-kelompok penekan dalam masyarakat yang bisa mempengaruhi jalannya pemerintahan. 2. Pesan Politik Pesan politik ialah pernyataan yang disampaikan, baik secara tertulis maupun tidak tertulis, baik secara verbal maupun nonverbal, tersembunyi maupun terang-terangan, baik yang disadari maupun tidak disadari yang isinya mengandung politik. Misalnya pidato politik, pernyataan politik, buku, brosur dan berita surat kabar mengenai politik. 3. Saluran atau Media Politik Saluran atau media politik ialah alat atau sarana yang digunakan oleh para komunikator dalam menyampaikan pesan-pesan politiknya. Misalnya media cetak, media elektronik, media online, sosialisasi, komunikasi kelompok yang dilakukan partai, organisasi masyarakat. 16 4. Sasaran atau Target Politik Sasaran adalah anggota masyarakat yang diharapkan dapat memberikan dukungan dalam bentuk pemberian suara kepada partai atau kandidat dalam Pemilihan Umum. Mereka adalah pengusaha, pegawai negeri, buruh, pemuda, perempuan, mahasiswa, dan semacamnya. 5. Pengaruh atau efek Komunikasi Politik



15



Mohammad Zamroni, Kuasa Media Politik , (Jakarta : Prenadamedia, 2022), hlm.44 Heri Budianto, Kontestasi Politik dalam Ruang Media, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2019) hlm.54 16



19



Efek komunikasi politik yang diharapkan adalah terciptanya pemahaman terhadap sistem pemerintahan dan partai-partai politik, keaktifan masyarakat dalam partisipasi politik, dimana nantinya akan berdampak pada pemberian suara dalam Pemilihan Umum.17 Dalam kampanye komunikasi politik tentu juga menggunakan strategi sesuai dengan model model kampanye yang digunakan. Strategi sendiri adalah cara yang digunakan dalam kampanye. Strategi Komunikasi Kampanye. Menurut R. Wayne Pace, dan kawan-kawan dalam bukunya Techniques for Efective Communication, tujuan strategi komunikasi, yaitu to secure understanding (untuk memastikan bahwa terjadi suatu pengertian dalam komunikasi) to establish acceptance (cara penerimaan itu terus dibina dengan baik), to motive action, the goals whicht the Communicator sought to achieve. 18 Peristiwa dalam proses komunikasi kampanye melibatkan konseptor (conceptuin skill), teknisi komunikasi (technical skill), dan komunikator dengan segala kemampuan komunikasi (communication skill) dalam memengaruhi komunikan dengan dukungan berbagai aspek teknis dan praktis operasional dalam bentuk perencanaan yang strategis untuk mencapai tujuan tertentu. Kondisi yang mendukung sukses tidaknya penyampaun pesan dalam berkampanye, menurut schramm dalam bukunya, The Process and Effects of Mass Communications, yaitu : 1. Pesan dibuat menarik perhatian 2. Pesan dirumuskan melalui lambang-lambang yang mudah dipahami atau dimengerti oleh komunikan 3. Pesan menimbulkan kebutuhan pribadi dari komunikannya 4. Pesan tersebut berupa ide, pikiran, informasi, gagasan dan perasaan.19 17



Tati Sarihati dkk, Komunikasi Politik, Media Massa, dan Opini Publik,(Depok:Raja Grafindo, 2019),hlm.4 18 Ariswati, Strategi Komunikasi, (Aceh : Syiah Kuala University Press,2021), hlm.5



20



Menjelang pemilu, masa kampanye dijadikan sebagai ajang setiap partai politik atau kandidat melakukan pendekatan massa untuk menarik dukungan.20 Kampanye dalam pemilu pada dasarnya dianggap sebagai ajang berlangsungnya proses komunikasi politik tertentu yang sangat tinggi intensitasnya. Hal ini dikarenakan dalam proses kampanye pemilu, Interaksi politik berlangsung dalam tempo yang cepat. Setiap



peserta kampanye



berusaha meyakinkan para pemberi suara / konstituen bahwa kelompok atau golongannya adalah calon-calon yang paling layak untuk memenangkan kedudukan. Dengan perkembangan teknologi yang begitu pesat, media elektronik menjadi saluran utama untuk mempengaruhi pandangan masyarakat, khususnya pada masa kampanye pemilu. Hal itu salah satunya disebabkan oleh banyaknya masyarakat yang memiliki televisi, bahkan sebagian lagi sudah mampu untuk menggunakan internet. Oleh karena itu, banyak partai ataupun calon yang akan berkompetisi di pemilu menggunakan sarana atau saluran kampanye melalui media elektronik, khususnya televisi. Penayangan



yang



berhubungan



dengan



transformasi



ataupun



sosialisasi visi dan misi dari sebuah partai atau kandidat sangat mempengaruhi penilaian masyarakat terhadapnya.21 Oleh karena itu, partai politik



yang



ingin



mendapatkan



kemenangan



suara



harus



mampu



"menguasai" media ini dengan penayangan iklannya. Begitu kuatnya pengaruh media televisi untuk memengaruhi masyarakat. Selain televisi, surat kabar, atau media cetak memiliki andil dalam pembentukan persepsi masyarakat. Persepsi sangat dipengaruhi oleh informasi yang ditangkap secara keseluruhan. Begitu juga dengan pencitraan pada dasarnya dipengaruhi oleh 19



Onong Uchjana Effendy, Hubungan Masyarakat Suatu Studi Komunikologis,(Bandung: Remaja Rosdakarya,2022),hlm. 175 20 Firmanzah, Marketing Politik, (Jakarta : Yayasan Obor Indonesia2006), hlm.54 21 Yuniati Yenni, Pengaruh Berita di Surat Kabar terhadap Persepsi Mahasiswa tentang Politik, (Bandung: Fikom Unisba, 2002),hlm.85



21



informasi yang diterima. Pada kenyataannya media massa, baik surat kabar maupun televisi berpengaruh sangat besar bagi pemenangan dalam pemilu. Komunikasi politik lebih efektif melalui sarana tidak langsung atau menggunakan media tersebut karena pesan yang disampaikan akan serentak diketahui oleh orang banyak di segala penjuru dunia dan dapat diulang-ulang penayangannya.



22



BAB 3 PENUTUP A. Kesimpulan 1. Kampanye sangat dibutuhkan terutama untuk yang ingin terjun ke dunia politik, dimana kampanye ini bertujuan untuk menyebarluaskan suatu informasi kepada khalayak dan kampanye ini juga merupakan suatu usaha untuk mempengaruhi masyarakat agar dapat menerima dan melakukan pesan yang disampaikan untuk mendukung tujuan yang telah dirumuskan oleh suatu lembaga, perusahaan ataupun organisasi. Keberhasilan sebuah kampanye sangat dipengaruhi oleh kemampuan pelaku kampanye dalam merancang program dan memanfaatkan berbagai sumber daya yang ada. 2. Model model kampanye komunikasi strategis adalah gambaran cara yang digunakan untuk menyampaikan pesan melalalui jaringan komunikasi secara terpadu untuk mempersuasif khalayak agar pesan yang di sampaikan mudah diterima. 3. Dalam Kampanye Komunikasi Strategis, ada beberapa model yang kami bahas, antara lain : a.



Model Komponensial Kampanye (Componential Campaign Model)



b.



Model Difusi Inovasi Kampanye



c.



Model Kampanye Komunikasi Kesehatan Strategis



d.



Model Kampanye Ostergaard



e.



The Five Functional Stages Development Model



f.



The Communication Functions Model



g.



Model Kampanye Nowak dan Warneryd



4. Komunikasi politik adalah komunikasi yang melibatkan pesan pesan politik dan aktor aktor politik atau berkaitan dengan kekuasaan, pemerintahan, dan kebijakan pemerintahan. Dengan pengertian ini, sebagai sebuah ilmu terapan, komunikasi politik bukanlah hal yang baru. Dalam kampanye komunikasi politik tentu juga menggunakan strategi sesuai



23



dengan model model kampanye yang digunakan. B. Saran Saran yang perlu penulis berikan yaitu perlu adanya pemahaman tentang model model dalam kampanye komunikasi strategis agar kita dapat memahami fenomena kampanye bukan hanya dari tahapan kegiatannya, tetapi juga dari interaksi antar komponen yang terdapat didalamnya.



24



DAFTAR PUSTAKA Ariswati. (2021). Strategi Komunikasi. Aceh: Syiah Kuala University Press. Basri, F. (2005). Perencanaan Strategis. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Budianto, H. (2019). Kontestasi Politik dalam Ruang Media. Jakarta: Prenadamedia Group. Danial, A. (2009). Iklan Politik. Yogyakarta: Printing Cemerlang. dkk, T. S. (2019). Komunikasi Politik, Media Massa dan Opini Publik. Depok: Raja Grafindo. Effendy, O. U. (Bandung). Hubungan Masyarakat suatu Studi Komunikologis. 2022: Remaja Rosdakarya. Endah Fantini, d. (2022). Humas & Keprotokolan. Solok: Cendikia Muslim. Fatmawati. (2021). Kampanye Politik : Sebuah Pendekatan Fenomenologi. Banyumas: CV Ameta Media. Firmanzah. (2006). Marketing Politik. Jakarta: Yyasan Obor Indonesia. Gregory, A. (2001). Perencanaan dan Manajemen Kampanye Public Relation. Jakarta: Erlangga. Heryanto, G. G. (2021). Strategi Literasi Politik. Yogyakarta: IRCiSoD. Hikmat, M. M. (2010). Komunikasi Politik. Bandung: Simbiosa Rekatama Media. Lerbinger, O. (2019). Corprorate Communication. Hoboken: Wiley. Liliweri, A. (2011). Komunikasi : Serba Ada Serba Makna. Jakarta: Kencana. Priyowidodo, G. (2020). Monograf Netnografi Komunikasi. Depok: Rajawali Printing.



25



Quail, M. (1994). Teori Komunikasi Massa. Jakarta: Erlangga. Sudianto. (2016). Komunikasi Politik. Jakarta: Rajawali Pers. Venus, A. (2018). Manajemen Kampanye : Panduan dan Praktis dalam Mengefektifkan Kampanye Komunikasi. Bandung: Simbiosa Rekatama Media. Yenni, Y. (2002). Pengaruh Berita Di Surat Kabar terhadap Perspektif Mahasiswa. Bandung: Fikom Unisba. Zamroni, M. (2022). Kuasa Media Politik. Jakarta: Prenadamedia Group.



26