Makalah Keperawatan Gawat Darurat Kel 2 Keracunan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH KEPERAWATAN GAWAT DARURAT “Asuhan Keperawatan Gawat Darurat”



Dosen Pengajar : Ns.Mardiani, S.Kep.,M.M Disusun Oleh : Kelompok 2 1. Arza Lestari



P05 120318 003



2. Ayu Yulliandia



P05 120318 009



3. Anita Tri Suristri



P05 120318 002



4. Athendi Putra Pratama



P05 120318 007



5. Irtiara Sari



P05 120318 017



6. Maheza Putri Amanda



P05 120318 021



7. Milda Putri Dinanty



P05 120318 024



8. Mujahid Tamsyifillah



P05 120318 026



9. Rya Kartini Panjaitan



P05 120318 033



KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLTEKKES KEMENKES BENGKULU JURUSAN KEPERAWATAN TAHUN 2021



KATA PENGANTAR Puji syukur kita ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah Keperawatan Gawat Darurat dengan judul “Asuhan Keperawatan Gawat Darurat pada Pasien Keracunan Obat” dengan tepat pada waktunya. Banyak rintangan dan hambatan yang kami hadapi dalam penyusunan makalah ini. Namun berkat bantuan dan dukungan dari teman-teman serta bimbingan dari dosen, sehingga kami bisa menyelesaikan makalah  ini. Dengan adanya makalah ini di harapkan dapat membantu dalam proses pembelajaran dan dapat menambah pengetahuan para pembaca.   Bengkulu, Agustus 2021           Kelompok 2  



DAFTAR ISI



Daftar Isi..............................................................................................................................................2 BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................................3 a. ......................................................................................................................... Latar Belakang ..................................................................................................................................................3 b. Tujuan......................................................................................................................................4



BAB II KONSEP DASAR ...............................................................................................................4 a. Pengertian .......................................................................................................................5 b. Etiologi.............................................................................................................................5 c. Manifestasi Klinis .............................................................................................................5 d. Klasifikasi .........................................................................................................................7 e. Penatalaksanaan ..............................................................................................................8 f. Pemeriksaan Penunjang .................................................................................................13 BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN a. Pengkajian



.... ………………………………...…..13



…………………….....………………………………15



b. Diagnosa Keperawatan ……………………………………………………………….... c. Intervensi Keperawatan………………………………………………………………… BAB IV PENUTUP a. Kesimpulan ………………………………………………………………………….. b. Saran …………………………………………………………………………………



BAB I PENDAHULUAN A.      Latar Belakang Pertolongan terhadap keracunan yang ditimbulkan oleh zat apapun haruslah dipersiapkan dengan sebaik-baikanya. Pertolongan yang keliru atau secara berlebihan justru mendatangkan bahaya baru. Identifikasi racun  merupakan usaha untuk mengetahui bahan, zat, atau obat yang diduga sebagai penyebab terjadi keracunan, sehingga tindakan penganggulangannya dapat dilakukan dengan tepat, cepat dan akurat. Dalam menghadapi peristiwa keracunan, kita berhadapan dengan keadaan darurat yang dapat terjadi dimana dan kapan saja serta memerlukan kecepatan untuk bertindak dengan segera dan juga mengamati efek dan gejala keracunan yang timbul. Racun adalah zat atau senyawa yang masuk ke dalam tubuh dengan berbagai cara yang menghambat respons pada sistem biologis dan dapat menyebabkan gangguan kesehatan, penyakit, bahkan kematian. Keracunan sering dihubungkan dengan pangan atau bahan kimia. Pada kenyataannya bukan hanya pangan atau bahan kimia saja yang dapat menyebabkan keracunan. B.       Tujuan 1.  Untuk mengetahui konsep dasar mengenai keracunan obat 2. Untuk mengetahui asuhan keperawatan gawat darurat pada pasien dengan kercaunan obat



BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Racun adalah zat yang ketika tertelan, terhisap, diabsorbsi, menempel pada kulit, atau dihasilkan di dalam tubuh dalam jumlah yang relatif kecil menyebabkan cedera dari tubuh dengan adanya reaksi kimia. Keracunan melalui inhalasi dan menelan materi toksik, baik kecelakaan dan karena kesengajaan, merupakan kondisi bahaya yang mengganggu kesehatan bahkan dapat menimbulkan kematian. Sekitar 7% dari semua pengunjung departemen kedaruratan datang karena masalah toksik. Keracunan atau intoksikasi adalah keadaan patologik yang disebabkan oleh obat, serum, alkohol, bahan serta senyawa kimia toksik, dan lain-lain. Keracunan dapat diakibatkan oleh kecelakaan atau tindakan tidak disengaja, tindakan yang disengaja seperti usaha bunuh diri atau dengan maksud tertentu yang merupakan tindakan kriminal. Keracunan yang tidak disengaja dapat disebabkan oleh faktor lingkungan, baik lingkungan rumah tangga maupun lingkungan kerja. Keracunan obat adalah suatu efek obat yang timbul pada pasien karena beberapa faktor seperti miss use (salah penggunaan), miss dose (salah dosis), salah pemberian obat,dan lain – lain  yang sifatnya tidak di sengaja atau disengaja. B. Etiologi 1. Narkoba : obat yang bermanfaat dalam dosis terapeutik bisa mematikan bila dikonsumsi secara berlebihan. 2. Vitamin : vitamin, terutama A dan D, jika dikonsumsi dalam jumlah besar dapat menyebabkan masalah hati dan kematian 3. Warfarin : adalah pengencer darah yang digunakan untuk mencegah pembekuan darah. Bahan ini sering digunakan sebagai racun tikus dan dapat menyebabkan perdarahan dan kematian jika terlalu banyak



dikonsumsi. 4. Tidak tahu jumlah dosis yang diminum atau faktor lain yang tidak disengaja. 5. Efek dari kombinasi berbagai obat yang bisa menyebabkan reaksi keracunan untuk tubuh. 6. Tubuh penderita keracunan obat mengalami efek samping yang berlebihan sehingga efek keracunan menjadi tidak terduga. Kondisi ini seperti ini biasanya terjadi di rumah sakit akibat pasien tidak mengetahui jika ada alergi obat tertentu. Pemberikan obat anti alergi atau tes alergi biasanya diberikan oleh perawat sebelum pasien mendapatkan obat tertentu. 7. Penderita keracunan obat mengalami kecelakaan yang menyebabkan obat mengenai bagian tubuh tertentu. Kondisi ini biasanya terjadi untuk kasus keracunan obat yang melewati hidung, mata dan kulit. 8. Penderita keracunan obat bisa terkena keracunan karena dengan sengaja minum obat tertentu dalam jumlah yang lebih banyak. Kondisi ini sering terjadi pada orang yang depresi, mengalami masalah kesehatan jiwa, mental yang buruk dan pecandu narkoba. C. Manifestasi Klinis Tanda dan gejala keracunan : 1.



Penurunan respon



2.



Gangguan pernapasan



3.



Nyeri kepala



4.



Pusing



5.



Gangguan penglihatan



6.



Diare



7.



Lemas



8.



Kejang – kejang



9.



Gangguan pencernaan yang ringan, sedang, dan parah seperti mual, sakit perut, nyeri perut bawah dan muntah.



10. Tubuh mengeluarkan keringat berlebihan.



11. Beberapa bagian kulit menjadi biru akibat kekurangan oksigen dan kematian kerja syaraf pada kulit. D. Klasifikasi 1. Racun yang ditelan Racun yang tertelan bersifat korosif basa dan asam yang dapat meyebabkan kerusakan jaringan setelah bersentuhan dengan selaput lencir. Produk alkali meliputi pembersih salurang pembuangan, pembersih mangkuk toilet, detergen, pembersih oven. Produk asam meliputi pembersih kolam renang, pembersih logam, penghilang karat dan asam baterai. 2. Keracunan karbon monoksida Keracunan ini dapat terjadi sebagai akibat dari insiden industri atau rumah tangga atau percobaan bunuh diri. Hal ini terkait dengan lebih banyak kematian daripada racun lainnya kecuali alkohol. Karbon monoksida memberikan efek toksiknya dengan mengikat sirkulasi haemoglobin dan dengan demikian mengurangi kapasitas pembawa oksigen dari darah. 3. Keracunan kulit yang terkontaminasi Cedera kulit akibat paparan bahan kimis. Tingkat keparahan luka bakar kimia ditentukan oleh mekanisme aksi, kekuatan tembus dan konsentrasi, jumlah dan lamanya paparan kulit terhadap bahan kimia. 4. Keracunan makanan Yaitu penyakit mendadak yang terjadi setelah konsumsi makanan dan minuman yang terkontaminasi. Botulisme adalah bentuk keracunan makanan yang serius yang memerlukan pengawasan terus menerus E. Penatalaksanaan 1.



Melakukan CPR (Jika penderita tidak sadar) Keracunan obat sering menyebabkan efek kehilangan kesadaran dan sulit untuk bernafas. Dari saran medis jika ada kasus seperti ini maka penderita harus mendapatkan pertolongan dengan memberikan nafas buatan atau



CPR. Nafas buatan bisa mencegah efek buruk kehilangan kesadaran seperti koma dan kematian. Penderita keracunan obat bisa mengalami gagal nafas akibat pernafasan yang terus melambat. Setelah itu penderita harus dibawa kerumah sakit untuk mendapatkan perawatan yang tepat. 2.



Membuat Posisi Penderita Nyaman (jika sadar) Jika orang yang terkena keracunan obat dalam kondisi yang sadar maka buat penderita bisa berada dalam posisi yang nyaman. Posisi yang nyaman untuk penderita keracunan obat bisa dalam posisi duduk bersandar tegak, duduk sambil setengah tidur dan tidur dengan posisi bantal yang tinggi. Jika masih bisa diajak komunikasi maka cari tahu obat apa yang diminum oleh penderita. Selanjutnya bawa ke rumah sakit dan bawa sampel obat yang menyebabkan keracunan.



3.



Hindari Membuat Penderita Muntah Salah satu kesalahan yang paling sering terjadi pada kasus keracunan obat adalah membuat penderita muntah. Kesalahan ini bisa menyebabkan dampak yang sangat serius. Muntah pada keracunan obat harus bisa terjadi secara alami dan bukan karena membuat penderita muntah secara sengaja.



4.



Jangan Memberikan Air Putih Untuk penderita keracunan obat maka hindari memberikan air putih secara langsung. Air putih baru bisa diminum ketika penderita sadar dan sudah bisa minum sendiri. Memberikan air putih bisa menyebabkan kondisi yang sangat fatal karena mendorong penyebaran racun ke semua bagian tubuh. Hal ini bisa memicu gagalnya fungsi organ jika kondisi keracunan obat sangat parah.



5.



Jangan Menekan Perut Penderita keracunan obat biasanya akan merasa tidak nyaman pada bagian perut. Mereka merasa sangat mual dan keinginan untuk muntah berlebihan. Jika hal ini terjadi maka jangan pernah menekan perut penderita. Menekan perut bisa membuat kondisi tubuh menjadi sangat tidak nyaman. Jika mereka tidak bisa muntah secara alami maka bisa



membuat nafas semakin melambat, detak jantung lebih cepat dan kehilangan kesadaran. 6.



Berikan Minuman yang Netral Meskipun penderita keracunan obat tidak bisa minum air putih, namun masih bisa minum cairan yang netral. Salah satu jenis minuman netral yang paling sering menolong korban keracunan obat adalah air kelapa hijau. Air kelapa hijau sangat netral dan tidak menyebabkan efek samping apapun. Selain itu kandungan ion positif dalam air



F. Pemeriksaan Penunjang 1.



Pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan lengkap (urin, gula darah, dairan lambung, analisa gas darah, osmolalitas serum, elektrolit, kreatinin, glukosa, transaminase hati).



2.



Pemeriksaan EKG



3.



Foto thorak/abdomen



4.



Pemeriksaan khusus seperti : kadar kholinesterase plasma sangat membantu diagnosis keracunan IFO (kadarnya menurun sampai di bawah 50 %. Kadar meth- Hb darah : keracunan nitrit. Kadar barbiturate plasma : penting untuk penentuan derajat keracunan barbiturate.



5.



Pemeriksaan toksikologi : Penting untuk kepastian diagnosis, terutama untuk “visum repertum”. Bahan diambil dari :



a.



Muntahan penderita / bahan kumbah lambung yang pertama (100 ml)



b.



Urine sebanyak 100 ml



c.



Darah tanpa antikoagulan sebanyak 10 ml.



et



BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT A. Pengkajian a. Pengkajian Primer A(Airway)



: Terjadi hambatan jalan nafas karena terjadi



hipersaliva B(Breathing)



: Terjadi kegagalan dalam pernafasan, nafas cepat



dan dalam C(Circulation)



: Apabila terjadi keracunan karena zat korosif maka



percernaan akan mengalami perdarahan dalam terutama lambung. D(Dissability)



: Bisa menyebabkan pingsan atau hilang kesadaran



apabila keracunan dalam dosis yang banyak.



E(Eksposure)



: Nyeri perut, perdarahan



saluran



pencernaan,



pernafasan cepat, kejang, hipertensi, aritmia, pucat, hipersaliva F(fluid/Folley Catheter) : Jika pasien tidak sadarkan diri kateter diperlukan untuk pengeluaran urin b. Pengkajian Sekunder a). Data Subjektif 1. Riwayat kesehatan sekarang : Nafas yang cepat, mual muntah, perdarahan saluran cerna, kejang, hipersaliva, dan rasa terbakar di tenggorokan dan lambung. 2. Riwayat kesehatan sebelumnya : Riwayat keracunan, bahan racun yang digunakan, berapa lama diketahui setelah keracunan, ada masalah lain sebagai pencetus keracunan dan sindroma toksis yang ditimbulkan dan kapan terjadinya. b). Data Objektif 1)



Saluran pencernaan : mual, muntah, nyeri perut, dehidrasi dan perdarahan saluran pencernaan.



2)



Susunan saraf pusat : pernafasan cepat dan dalam tinnitus, disorientasi, delirium, kejang sampai koma.



3)



BMR meningkat : tachipnea, tachikardi, panas dan berkeringat.



4)



Gangguan metabolisme karbohidrat : ekskresi asam organic



dalam jumlah besar, hipoglikemi atau hiperglikemi dan ketosis. 5)



Gangguan koagulasi : gangguan aggregasi trombosit dan



trombositopenia. 6)



Gangguan



elektrolit



:



hiponatremia,



hipernatremia,



hipokalsemia atau hipokalsemia c). Aktivitas dan Istirahat Gejala : Keletihan, kelemahan, malaise Tanda : Kelemahan, hiporefleksi d) Sirkulasi Tanda : Nadilemah (hipovolemia), takikardi, hipotensi (padakasusberat), aritmia jantung, pucat, sianosis, keringat banyak.



e) Eliminasi Gejala :Perubahan pola berkemih, distensi vesika urinaria, bising usus menurun, kerusaka nginjal. Tanda : Perubahan warna urin contoh kuningpekat, merah, coklat f) Makanan Cairan Gejala : Dehidrasi, mual , muntah, anoreksia, nyeri ulu hati Tanda : Perubahan turgor kulit/kelembaban, berkeringat banyak g) Neurosensori Gejala :Sakit kepala, penglihatan kabur, midriasis, miosis, pupil mengecil, kram otot/kejang Tanda : Gangguan status mental, penurunan lapang perhatian, ketidakmampuan



berkonsentrasi kehilangan



memori penurunan



tingkat kesadaran (azotemia), koma, syok. h). Nyaman/Nyeri Gejala : Nyeri tubuh, sakit kepala Tanda : Perilaku berhati-hati/distraksi, gelisah i). Pernafasan Gejala : Nafas pendek, depresi napas, hipoksia Tanda :Takipneu, dispneu, peningkatan frekuensi, kusmaul, batuk produktif j). Keamanan Gejala : Penurunan tingkat kesadaran, koma, syok, asidemia B. Diagnosa Keperawatan 1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi 2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas 3. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera kimia (keracunan obat) 4. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif 5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan zat kimia 6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen



C. Intervensi Keperawatan 1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi -



NOC



Respiratory status : Ventilatot Respiratory status : Airway patency Vital sign status -



Kriteria Hasil







Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal)







Tanda – tanda vital dalam batas normal (tekanan darah, nadi, pernafasan)



-



NIC



a) Mengidentifikasi faktor yang memicu ketidakefekti fan pola nafas dan tindakan yang tepat untuk menghindari nya Rasional : Ketidakefekti fan pola nafas disebabkan oleh asites yang menekan diafragma kemudian ekspansi otot pernafasan tidak optimal b) Pantau kecepatan, irama, kedalaman dan upaya pernapasan Rasional : Mengetahui kemampuan dalam bernapas, mengetahui intervensi yang diambil untuk mengatasi adanya kecepatan dalam benapas c) Atur posisi pasien semi fowler untuk mengoptimalkan pernapasan Rasional : Posisi semi fowler membuat oksigen di dalam paru – paru semakin meningkat sehingga meringankan kesulitan dalam bernafas. d) Kolaborasi



dengan



ahli



terapi



pernapasan



untuk



memastikan



keadekuatan fungsi ventilator mekanik Rasional : Menjaga kestabilan penggunaan ventilato mekanik pada pasien 2. Ketidakefektifan



bersihan



jalan



obstruksi jalan nafas -



NOC 



Respiratory status : ventilation







Respiratory status : airway patency



nafas berhubungan dengan



-



Kriteria Hasil 



Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu







Menujukkan jalan nafas yang paten







Mampu mengidentifikasikan dan mencegah faktor yang dapat menghambat jalan nafas



-



NIC a) Monitor respirasi dan status O2 Rasional : mengetahui adanya gangguan pada saluran pernafasan b) Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi Rasional : posisi yang sesuai dapat membantu pasien untuk memperoleh suplai O2 yang adekuat c) Jelaskan penggunaan yang benar peralatan pendukung misalnya oksigen Rasional : agar keluarga dan pasien dapat mengetahui cara memasang oksigen d) Konsultasikan dengan dokter tentang kebutuhan untuk perkusi atau peralatan pendukung Rasional : peralatan pendukung yang sesuai dengan kondisi pasien dapat meningkatkan kesembuhan pasien



3. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera kimia (keracunan obat) -



-



NOC 



Pain level







Pain control







Comfort level



Kriteria hasil 



Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunkan



teknik nonfarmakologi untuk mengurangi



nyeri, mencari bantuan)







Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan managemen nyeri







Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi, dan tanda nyeri)



 -



Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang NIC



a). Kaji nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi Rasional : berguna dalam pengawasan keefektifan obat, kemajuan penyembuhan, perubahan dan karakteristik nyeri. b). Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman dan penerimaan respon pasien Rasional : dengan menggunakan menggali



komunikasi



terapeuti



akan



mempermudah



pengalaman pasien terhadap respon nyeri



c) Ajarkan teknik nonfarmakologi ditraksi atau nafas dalam Rasional : teknik relaksasi dan



distraksi dapat menurunkan



nyeri dan mengurangi kecemasan d) Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian obat analgetik Rasional : pemberian obat analgetik yang tepat dapat membantu pasien untuk beradaptasi dan mengatasi nyeri



BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Keracunan adalah suatu kejadian apabila substansi yang berasal dari alam ataupun buatan yang pada dosis tertentu dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan hidup yang bisa menyebabkan cedera atau kematian. Racun dapat memasuki jaringan hidup melalui beberapa cara yaitu termakan, terhirup, disuntikkan, dan terserap melalui kulit.



Dapat disebabkan oleh narkoba, vitamin, warfarinn, penurunan respon, tanda dan gejala yang dapat muncul yaitu gangguan pernapasan, nyeri kepala, pusing, gangguan penglihatan, diare, lemas, kejang – kejang B. Saran Dalam penggunaan obat, mengkonsumsi makanan, minuman kita sebaiknya harus berhati – hati, karena bisa saja makanan, minuman dan obat yang kita konsumsi itu menjadi racun. Jika menemukan, melihat pasien ataupun keluarga yang keracunan segera bawa ke dokter, dan jangan memberikan air minum.



DAFTAR PUSTAKA Michael



J.



Neal.2008.



At



a



Glance



Farmakologi



Medis



Edisi



kelima.Jakarta:Erlangga Priharjo, Robert.2007.Teknik dasar pemberian obat bagi perawat.Jakarta:EGC Krisanty, paula,dkk.2009.Asuhan Keperawatan Gawat Darurat.Jakarta:TIM