14 0 243 KB
KEPERAWATAN KRITIS II ASUHAN KEPERAWATAN DISSEMINATED INTRAVASCULAR COAGULATION (DIC)
Disusun Oleh: Kelompok 4 1. Ainun Nissa
20171660006
2. Nurul Holifah
20171660029
3. Adinda Duwi Elsinta
20171660030
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA 2020
KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan karuniaNya kami dapat menyelesaikan tugas Keperawatan Kritis II tentang asuhan keperawatan pada Disseminated Intravascular Coagulation (DIC) ini dalam rangka melengkapi tugas Keperawatan Kritis II. Pada makalah ini kami akan membahas materi mengenai bagaimana konsep serta teori dan asuhan keperawatan tentang DIC yang kami susun dari berbagai sumber dan kami rangkum pada laporan ini. Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu baik berupa ide-ide maupun yang terlibat langsung dalam pembuatan makalah ini. Kami juga berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi semua untuk dijadikan penunjang dalam mata kuliah Keperawatan Kritis II. Demikianlah yang dapat kami sampaikan, apabila ada kesalahan atau kekurangan kami mohon maaf. Kritik dan saran sangat terbuka supaya laporan ini dapat diperbaiki dan menjadi lebih baik lagi untuk berikutnya.
Surabaya, 25 Oktober 2020
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Koagulasi Intravaskular Diseminata atau leboh popular dengan istilah Disseminated Intravascular Coagulation (DIC) merupakan suatu diagnosis komplekas yang melibatkan komponen pembekuan darah akibat penyakit lain yang mendahuluinya. Kondisi ini menyebabkan perdarahan secara menyeluruh dengan koagulopati konsumtif yang parah. Banyak penyakit dengan berbagai macam penyebab yang dapat menyebabkan DIC. DIC merupakan keadaan yang harus dihindari, pengenalan tanda gejala, dan pelaksanaannya menjadi hal mutlak yang tak hanya harus dikuasi oleh hamatolog, namun hamper semua dokter dan berbagai disiplin ilmu (Sean Stitham, 2008). Disseminated Intravascular Coagulation (DIC) merupakan kelaina perdarahan yang sangat berbahaya dan mengancam nyawa, terutama apabila disebabkan oleh kelainan obstetik, keganasan metastasis, trauma massif, serta sepsis bacterial. DIC terjadi akibat trauma atau jaringan nekrotik yang akan melepaskan faktor-faktor pembekuan darah. Endotoksin dari bakteri gram negative akan mengaktivasi beberapa langkah pembekuan darah. Endotoksin ini pula yang dapat memicu pelepasan faktor pembekuan darah dari sel-sel mononuclear dan endotel. Sel yang teraktivasi ini akan memicu terjadinya koagulasi yang berpotensi menimbulkan trombi dan emboli pada mikrovaskular. Fase awal DIC ini akan diikuti oleh fase consumptive coagulopathy dan secondary fibrinolysis. Pembentukan fibrin yang terus menerus disertai dengan jumlah trombosit yang terus menurun akan menyebabkan perdarahan dan mengakibatkan terjadinya efek antihemostatik dari produksi degradasi fibrin. Pasien akan mudah mengalami perdarahan dibagian mukosa, tempat tusuk jarum suntik atau infus, tempat masuk kateter, atau insisi bedah. Akan terjadi akrosianosis, thrombosis, dan perubahan pre gangrene pada jari, genital, dan hidung akibat turunnya pasokan darah karena vasospasme atau mikrotrombin (Levi M, 2005). 1.2 Rumusan Masalah Bagaimana model asuhan keperawatan pada kasus Disseminated Intravascular Coagulation (DIC)?
1.3 Tujuan Penulisan Untuk mengetahui dan memahami model asuhan keperawatan pada kasus Disseminated Intravascular Coagulation (DIC) 1.4 Manfaat Penulisan 1. Bagi Penulis Meningkatkan pengetahuan penulis tentang model asuhan keperawatan pada kasus Disseminated Intravascular Coagulation (DIC) 2. Bagi Perawat Meningkatkan
pengetahuan
perawat
serta
sebagai
bahan
masukkan
untuk
mengembangkan tingkat profesionalisme pelayanan keperawatan yang sesuai dengan standar asuhan keperawatan
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Disseminated Intravascular Coagulation (DIC) merupakan kelainan perdarahan yang sangat berbahaya dan mengancam nyawa, terutama apabila disebabkan oleh kelainan obstetik, keganasan metastasis, trauma massif, serta sepsis bacterial. DIC terjadi akibat trauma atau jaringan nekrotik yang akan melepaskan faktor-faktor pembekuan darah. Endotoksin dari bakteri gram negative akan mengaktivasi beberapa langkah pembekuan darah. Endotoksin ini pula yang dapat memicu pelepasan faktor pembekuan darah dari sel-sel mononuclear dan endotel. Sel yang teraktivasi ini akan memicu terjadinya koagulasi yang berpotensi menimbulkan trombi dan emboli pada mikrovaskular. Fase awal DIC ini akan diikuti oleh fase consumptive coagulopathy dan secondary fibrinolysis. Pembentukan fibrin yang terus menerus disertai dengan jumlah trombosit yang terus menurun akan menyebabkan perdarahan dan mengakibatkan terjadinya efek antihemostatik dari produksi degradasi fibrin. Pasien akan mudah mengalami perdarahan dibagian mukosa, tempat tusuk jarum suntik atau infus, tempat masuk kateter, atau insisi bedah. Akan terjadi akrosianosis, thrombosis, dan perubahan pre gangrene pada jari, genital, dan hidung akibat turunnya pasokan darah karena vasospasme atau mikrotrombin (Levi M, 2005). Disseminated Intravascular Coagulation (DIC) adalah gangguan dimana terjadi koagulasi atau fibrinolysis (destruksi bekuan). DIC dapat terjadi pada setiap malignasi, tetapi yang paling umum berkaitan dengan malignasi hematologi seperti leukemia dan kanker prostat, traktus GI dan paru-paru. Proses penyakit tertentu yang umumnya tampak pada pasien kanker dapat juga mencetuskan DIC termasuk sepsis, gagal hepar dan anafilaksis (Brunner & Suddarth 2002). 2.2 Etiologi Hal yang dapat menyebabkan DIC, antara lain: 1. Abortus 2. Fetus mati dalam kandungan
3. Trauma bisa ular 4. Syok 5. Infeksi 6. Anoksemia 7. Asidosis 8. Autoimun 9. Keganasan 10. Hemolysis Perdarah DIC terjadinya karena: 1. Hipohibrinogemia 2. Trombositopenia 3. Beredarnya antikoagulan dalam sirkulasi darah (hasil perombakan fibrinogen) 4. Fibrinolisis berlebihan Orang yang memiliki resiko tinggi untuk terkena DIC adalah: 1. Wanita yang menjalani pembedahan kandungan atau persalinan yang disertai dengan komplikasi kehamilan 2. Penderita infeksi berat, dimana bakteri melepaskan endotoksin 3. Penderita leukemia, kanker paru, kanker prostat, dan lain sebagainya 4. Post op (operasi paru, by pass cardiopulmunal, lobektomi, gastrektomi, splenektomi, dan lain sebagainya) 1.3 Patofisiologi Adanya perubahan pembekuan tertentu mengakibatkan pelepasan substansi tromboplastik yang kemudian mengaktivkan thrombin dan selanjutnya akan mengaktifkan fibrinogen dan berakibat penumpukan fibrin pada mikrosirkulasi. Agregasi patelet/trombosit atau dhesivitas yang meningkat memungkinkan fibrin membeku dan terbentuk mikrotrombin di otak, ginjal, jantung, dan organ-organ lain sehingga menyebabkan mikroinfark dan nekrosis jaringan. Pada sisi lain sel-sel darah merah terkepung pada benang fibrin dan mengalami kerusakan (hemolisis) mengakibatkan penurunan aliran darah, berkurangnya trombosit, protombin, dan factor
pembekuan
yang
meluas
mengaktivkasi
mekanisme
fibrinolitik.
Sehingga
menyebabkan produksi zat pemecah fibrin. Zat pecah fibrin bekerja menghambat fungsi pembekuan trombosit, yang memungkinkan koagulasi menjadi lambat dan memicu perdarahan lebih lanjut. 1.4 Manifestasi Klinis 1. Perdarahan spontan 2. Perdarahan intrakranial 3. Hipoksia 4. Petechiae 5. Purpura 6. Anemia hemolitik 7. Syok hemoragik 8. Penurunan kesadaran 9. Hipotensi 10. Takikardi 11. Hematuria, oliguria 12. Sianosis 2.5 WOC 2.6 Komplikasi 1. Syok 2. Nekrosis tubular akut 3. Edema pulmonary 4. Gagal ginjal kronis 5. Konvulasi 6. Koma 7. Kegagalan sistem organ besar 2.7 Pemeriksaan Penunjang 1. D-dimer
Tes darah ini membantu menentukan proses pembekuan darah dengan mengukur fibrin yang dilepaskan. D-dimer pada orang yang memiliki kelain biasanya lebih tinggi dibandiungkan dengan keadaan normal. 2. Prothrimbin Time (PTT) Tes darah ini bertujuan untuk mengukur berapa lama waktu yang diperlukan dalam proses pembekuan darah. PTT yang memanjang dapat digunakan sebagai tanda dari DIC. 3. Fibrinogen Pemeriksaan ini digunakan untuk mengetahui seberapa banyak fibrinogen dalam darah. Fibrinogen sendiri merupakan suatu protein yang mempunyai peran dalam proses pembekuan darah. Tingkat fibrinogen yang rendah dapat menjadi tanda DIC. Hal ini terjadi ketika tubuh menggunakan fibrinogen lebih cepat dari yang diproduksi. 4. Hapusan Darah Pada pemeriksaan ini, tetesan dararah dioleskan pada slide dan diwarnai dengan pewarna khusus. Slide ini kemudian diperiksa dibawah mikroskop. Jumlah, ukuran, bentuk sel darah merah dan putih, platelet dapat diidentifikasi. Pada pasien DIC sel darah sering terlihat rusak dan tidak normal. 2.8 Penatalaksanaan Dalam pengobatan klien dengan DIC terdapat 2 prinsip yang perlu diperhatikan, yaitu (1) Khusus: pengobatan DIC bersifat individual atau kasus demi kasus, dan (2) Umum: mengobati pembekuan darah dalam, dan mengatasi perdarahan. 1. Bersifat khusus: mengatasi keadaan khusus dan mengancam nyawa Berhubung terdapat banyak macam penyakit yang dapat menyebabkan DIC bervariasi, pengobatan kasus demi kasus perlu mendapat perhatian yang besar. Mungkin hanya dengan pendekatan pengobatan etiologi saja untuk satu pasien sudah cukup sedangkan pada pasien yang lainnya tidak. Atau pemberian heparin pada kasus yang satu sangat diperlukan, sebaliknya pada kasus yang lain sama sekali tidak dianjurkan. Jadi harus selalu dilihat pada setiap individu keuntungan dan kerugian suatu pengobatan. Pengobatan harus didasarkan atas etiologi DIC, umur, keadaan hemodinamik, tempat dan beratnya pendarahan, tempat beratnya thrombus, dan gejala klinis yang ada hubungannya.
2. Besifat umum: mengobati atau menghilangkan faktor pencetus, menghentikan proses patologis pembekuan intravascular, terapi komponen atau substitusi, dan menghentikan sisa fibrinolysis. a. Pengobatan faktor pencetus Dengan mengobati factor pencetus, proses DIC dapat dihambat, dikurangi atau berhenti.
Misalnya
dengan
mengatasi
renjatan,
mengeluarkan
janin
mati,
memberantai infeksi (sepsis), dan mengembalikan volume dapat menghentikan proses DIC. b. Menghentikan koagulasi Menghentikan atau menghambat proses koagulasi dapat dilakukan dengan cara memberikan antikoagulan, misalnya heparin. Terdapat indikasi pemberian heparin pada pasien DIC, antara lain:
Penyakit dasar tidak adapt diatasi dalam waktu singkat
Terjadi perdarahan meski penyakit dasar sudah diatasi
Terdapat tanda-tanda thrombosis dalam mikrosirkulasi, gagal ginjal, gagal hati, sindrom gagal nafas.
Dosis: 100-200iu/kgBB intravena dan dosisi selanjutnya ditentukan berdasarkan aPTT atau masa pembekuan (MP) yang diperiksa 2-3 jam sesudah pemberian heparin. Target aPTT 1,5-2,5 kali control atau masa pembekuan (MP) 2-3 kali control. Bila aPTT kurang dari 1,5 kali control atau MP kurang dari 2 kali control, dosis heparin dinaikkan. Bila lebih dari 2,5 kali APTT control atau MP lebih dari 3 kali control maka diulang 2 jam. Kemudian bila APTT atau MP tetap lebih dari 2,5-3 kali control maka dosis dinaikkan sedangkan bila kurang, dosis diturunkan. Heparin diberikan tiap 4-6 jam dan dosis diberikan berkisar 20.000-30.000iu/hari. c. Terapi substitusi Bila perdarahan masih berlangsung terus menerus sesudah mengobati penyakit dasar dan telah diberi antikoagulan kemungkinan penyebabnya adalah penurunan komponen darah yaitu kekurangan factor pembekuan. Untuk ini dapat diberikan plasma beku segar (Fresh Frozen Plasma) atau kriopresipitat. Bila trombosit turun sampai 25.000 atau kurang pemberian trombosit konsentrat perlu diberikan. d. Antifibrinolisis
Antifibrinolisis seperti asam traneksamik atau Epsilon Amino Caproic Acid (EACA) hanya diberikan bila jelas thrombosis tidak ada dan fibriolisis yang sangat nyata. Antifibrinolisis tidak diberikan apabila DIC masih berlangsung dan bahkan merupakan kontraindikasi.
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN 3.1 Pengkajian 1. Kulit dan membran mukosa: rembesan difusi darah atau plasma, petechiae, pupura, sianosis 2. Sistem gastrointestinal: mual, muntah, uji guaiac positif pada emesis/ aspirasi nasogastrik dan feses, nyeri hebat pada abdomen, distensi abdomen 3. Sistem urinaria: hematuria, oliguria 4. Sistem pernafasan: dipsnea, takipnea, sputum mengandung darah 5. Sistem kardiovaskular: frekuensi jantung meningkat, nadi perifer tidak teraba 6. Sistem saraf perifer: perubahan tingakat kesadaran 7. Sistem musculoskeletal: megalami kelemahan 3.2 Diagnosa Keperawatan 1. Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif ditandai dengan frekuensi nadi meningkat 2. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan kekurangan volume cairan ditandai dengan nadi perifer tidak teraba dan warna kulit pucat 3. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis ditandai dengan frekuensi nadi meningkat 4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan ditandai dengan mengeluh lelah, merasa lemah dan sianosis 5. Gangguan integritas kulit/ jaringan berhubungan dengan penurunan mobilitas ditandai dengan kerusakan jaringan/ lapisan kulit 6. Risiko infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer: kerusakan integriras kulit
3.3 Intervensi Keperawatan NO
DIAGNOSA
1.
TUJUAN /
INTERVENSI
Hipovolemia
KRITERIA HASIL Setelah dilakukan
Observasi
berhubungan
askep 3x24 jam
-
dengan
diharap :
kehilangan cairan
-
aktif
ditandai
Turgor kulit
-
meningkat
Periksa tanda dan gejala hypovolemia
gejala hipolemia
guna menidaklanjuti
Monitor intake dan
tindakan yang akan
output cairan
diberikan
Terapeutik
dengan
mukosa
-
frekuensi nadi
membaik -
-
Periksa tnda dan
Membran
meningkat
-
RASIONAL
-
Monitor intake dan
Hitung kebutunhan
output cairan untuk
cairan
mengetahui cairan
Berikan posisi
yang akan di
lemah
modified
keluarkan sesuai
menurun
trendelenburg
dengan cairan yang
Berikan asupan oral
masuk
Perasaan
-
-
Edukasi -
-
Anjurkan
berapa cairan yang
memperbanyak asupan cairan oral -
Mengidentifikasi akan di butuhkan
-
Anjurkan
Memberikan posisi modified
mengindariperubahan
trandelenburg agar
posisi mendadak
memungkinkan
Kolaborasi
akses yang lebih
-
Kolaborasi pemberian
baik ke organ- organ
cairan IV isotonis
panggul dan
Kolaborasi pemberian
mengawatirkan akan
cairan IV hipotonis
efek negative pada
Kolaborasi pemberian
paru-paru dan otak
-
cairan koloid
-
Berikan asupan oral untuk suplementasi atau pasien yang
tidak mencukupi kebutuhan energy protein -
Untuk menjaga keseimbangan cairan tubuh agar tidak dehidrasi
-
Agar tekana darah tidak menurun dan nadi tidak menyempit
-
Untuk mengganti volume ekstrasel, misalnya kelebihan cairan setelah muntah
-
Hipotonis untuk mengganti cairan seluler dan menyediakan air bebas untuk ekresi sampah tubuh
-
Cairan koloid untuk molekulnya / ptotein cukup besar sehingga tidak akan keluar dari membrane kapiler dan tetap berada dalam pembuluh darah
2
Perfusi perifer Setelah dilakukan
Observasi
tidak
-
efektif askep 3x24 jam
berhubungan dengan
diharap : -
Denyut nadi
-
-
Mengidentifikasi
Identifikasi penyebab
perubahan sensasi
perubahan sensasi.
yang dirasakan
Identifikasi
-
Memeriksa perbedaan
kekurangan
perifer
penggunaan alat
volume cairan
meningkat
pengikat, prostesis,
Warna kulit
sepatu, dan pakaian.
perubahan yang
Periksa perbedaan
dialami pasien
ditandai
-
dengan
nadi
pucat
perifer
tidak
menurun
sensasi tajam atau
teraba
dan
Pengisian
tumpul
warna
kulit
-
kapiler
pucat -
-
Periksa perbedaan
membaik
sensasi panas atau
Akral
dingin
membaik -
-
-
Periksa kemampuan
Tugor kulit
mengidentifikasi
membaik
lokasi dan tekstur benda -
Monitor terjadinya parestesia, jika perlu
-
Monitor perubahan kulit
-
Monitor adanya tromboflebitis dan tromboemboli vena
Terapeutik: -
Hindari pemakaian benda-benda yang berlebihan suhunya (terlalu panas atau dingin)
Edukasi:
sensasi setiap benda -
-
Memonitor
-
Anjurkan penggunaan termometer untuk menguji suhu air
-
Anjurkan penggunaan sarung tangan termal saat memasak
-
Anjurkan memakai sepatu lembut dan bertumit rendah
Kolaborasi: -
Kolaborasi pemberian analgesik, jika perlu
-
Kolaborasi pemberian kortikosteroid, jika perlu
3
Nyeri
akut Setelah dilakukan
berhubungan dengan
-
fisiologis ditandai
-
meningkat
frekuensi,
-
-
dasar
Identifikasi
-
kuaiitas,
-
nintervensi. skala
Pengalaman adalah
Identifikasi nyeri non
yang
nyeri
individual digabungkan
dengan baik respon
Identifikasi
factor
yang
memperberat
dan
memperingan
nyeri -
untuk
kebutuhan/keefektifa
verbal
Keluhan nyeri
data
mengevaluasi
nyeri.
Anoreksia
menurun
lokasi,
intensitas nyeri.
Meringis
menurun
identifikasi
karakteristik, durasi,
Kesulitan
menurun
Informasi memberikan
-
tidur menurun
dengan frekuensi nadi
-
askep 3x24 jam
agen diharap :
pencedera
Observasi
-
Meningkatkan relaksasi membantu
Identifikasi pengetahuan
fisik dan emosional.
menfokuskan dan
dan
keyakinan
tetang
nyeri -
-
perhatian. -
Pengaruh
budaya
Memungkinkan pasien
untuk
dalam respon nyeri
berpartisipasi
secara
Monitor keberhasilan
aktif
dan
terapi komplementet
meningkatkan
rasa
yang sudah diberikan
control.
Monitor efek samping -
Saat
penggunaan analgesik
pengobatan
penyakit
/
terjadi,
penilaian dosis dan Terapeutik : -
pemberian
berikan teknik non farmakologis
untuk
mengurangi
rasa
nyeri -
control yang
lingkungan memperberat
rasa nyeri -
fasilitas istirahat tidur
Edukasi : -
jelaskan
penyebab
dan pemicu nyeri -
jelaskan
strategi
meredakan nyeri -
anjaurkan
monitor
nyeri secara nyeri -
anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
diperlukan.
akan
-
ajarkan
Teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi
rasa nyeri Kolaborasi : -
kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
4
Intoleransi
Setelah dilakukan
Observasi
aktivitas
askep 3x24 jam
-
berhubungan
diharap :
-
Dengan memonitor
Identifikasi gangguan
lokasi dan
fungsi tubuh yang
ketidaknyamanan
Keluhan
mengakibatka
yang dirasakan
kelemahan
lelah
kelelahan
pasien, perawat
ditandai
menurun
Monitor kelelahan
dapat mengetahui
fisik dan emosional
lokasi mana saja dan
Monitor lokasi dan
memahami hal apa
dengan
-
dengan
-
-
Tekanan
mengeluh
darah
lelah, merasa
membaik
ketidaknyamanan
yang membuat
Perasaan
selama melakukan
pasien tidak nyaman.
lemah
aktivitas
lemah sianosis
dan
-
menurun
-
-
Lingkungan yang
Terapeutik
nyaman menjadi
-
Sediakan lingkungan
faktor utama dalam
nayaman dan rendah
mengurangi nyeri
stimulus
pada pasien
-
-
Fasilitasi duduk di
-
Memfasilitasi berupa
sisi temapat tidur, jika
tempat duduk dapat
tidak dapat berpindah
meringankan pasien
atau berjalan
saat ingin turun ke
Berikan aktivitas
bawah, sehingga
distraksi yang
pasien lebih mudah
menenangkan
melakukan
Edukasi
-
Tirah baring dapat
-
Anjurkan tirah baring
mengurangi aktivitas
-
Ajarkan strategi
fisik,dan pasien
koping untuk
dapat beristirahat
mengurangi kelelahan
dengan beristirahat
Kolaborasi
secara total , nyeri
-
Kolaborasi dengan
pada px akan
ahli gizi tentang cara
menurun
meningkatkan asupan
-
makanan
Dengan berkolaborasi dengan ahli gizi,asupan makana pasien akan terpenuhi sehingga tidak terjadi deficit nutrisi atau
5
Gangguan
Setelah dilakukan
Observasi :
integritas
askep 3x24 jam
-
-
Identifikasi
kulit/ jaringan diharap :
penyebab
berhubungan
integritas kulit
-
Kerusakan
kekurangan BB Agar penanganan sesuai dengan
gangguan
penyebabnya. -
Agar tidak
dengan
jaringan
Terapeutik :
memunculkan
penurunan
menurun
-
kerusakan lainnya
mobilitas
Gunakan produk
Kerusakan
berbahan
ditandai
lapisan
ringan/alami dan
kesehatan kepada px
dengan
menurun
hipoalergik pada kulit
atau keluarga px agar
sensitive
tidak salah dalam
-
kerusakan jaringan/
Edukasi :
lapisan kulit
-
Anjurkan menghindari terpapar suhu ekstrem
-
Memberi pendidikan
mengambil tindakan
-
Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi.
-
Jelaskan jenis obat, alasan
pemberian,
tindakan
yang
diharapkan, dan efek samping
sebelum
pemberian. 6
Risiko infeksi Setelah dilakukan
Observasi:
berhubungan
askep 3x24 jam
dengan
diharap :
dan gejala infeksi
-
lokal dan sistemik
ketidakadekua tan pertahanan tubuh primer: kerusakan
Nyeri
-
Bengkak
-
Batasi jumlah
-
Beri perawatan kulit pada area
Kerusakan
edema -
Memantau adakah infeksi
-
Agar pasien cukup istirahat
-
Agar tidak infeksi
-
Agar tidak
pengunjung
menurun jaringan dan
-
Monitor tanda
Terapeutik:
menurun
integriras kulit
Kemerahan menurun
-
-
-
tertular -
Menghindari infeksi
-
Agar pasien
Cuci tangan
mengetahui dan
lapisan kulit
sebelum dan
terhindar dari
menurun
sesudah kontak
infeksi
Suhu kulit
dengan pasien
membaik
dan lingkungan
kuman yang
pasien
masuk ditubuh
-
Pertahankan
-
-
teknik aseptik pada pasien berisiko tinggi Edukasi: -
Jelaskan tanda
Menghindari
Untuk perawatan luka mandiri
-
Agar tidak dehirrasi
dan gejala infeksi -
Ajarkan cara mencuci tangan yang benar
-
Ajarkan cara memeriksa kondisi luka
-
Anjurkan meningkatkan asupan cairan dan nutrisi