Makalah Manajemen Bencana KLP 7 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH MANAJEMEN BENCANA “Manajemen Gizi pada Bencana”



Oleh : Kelompok 7 Reni Novita



1711211005



Shindy Sintia Soraya



1711211020



Febby Mula Marta



1711211043



Hukma Shabiyya



1711212048



Ananda Irmania Zsalsabila



1711213021



Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas 2019



KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah S.W.T atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga dapat menyelesaikan makalah “Manajemen Gizi pada Bencana”. Makalah ini ditulis guna menyelesaikan tugas mata kuliah Manajemen Bencana. Penyusunan tugas ini dilaksanakan atas bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu perkenankan kami menyampaikan ucapan hormat dan terima kasih kepada Dosen pengampu mata kuliah Manajemen Bencana yang telah membimbing dan membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Akhirnya kami berharap semoga makalah tugas ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Padang, 31 Maret 2019



Kelompok 7



1



DAFTAR ISI



Contents KATA PENGANTAR .................................................................................................................... 1 DAFTAR ISI ................................................................................................................................... 2 BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................... 3 1.1



Latar Belakang ................................................................................................................. 3



1.2



Rumusan Masalah ............................................................................................................ 4



1.3



Tujuan Penulisan .............................................................................................................. 4



1.4



Manfaat Penulisan ............................................................................................................ 4



BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................................ 5 2.1



Pengertian Bencana .......................................................................................................... 5



2.2



Manajemen Gizi Bencana ................................................................................................ 5



2.3



Tujuan Manajemen Gizi Bencana .................................................................................... 6



2.4



Strategi Manajemen Gizi Bencana ................................................................................... 7



2.5



Tahap Penanganan Gizi Darurat ...................................................................................... 8



2.6



Penanganan Gizi Darurat Pada Kelompok Rawan ......................................................... 10



2.7



Pemberian Makan dalam Situasi Darurat ....................................................................... 12



2.8



Penilaian Status Gizi Darurat ......................................................................................... 13



2.9



Monitoring dan Tindak Lanjut ....................................................................................... 14



BAB III PENUTUP ...................................................................................................................... 15 3.1



Kesimpulan..................................................................................................................... 15



3.2



Saran ............................................................................................................................... 15



DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 16



2



BAB I PENDAHULUAN 1.1



Latar Belakang Indonesia secara geografis adan demografis rentan terhadap terjadinya bencana



alam dan bencana non alam, termasuk potensdi bencana akibat konflik social. Kejadian bencana mengakibatkan korban bencana harus mengungsi dengan segala keterbatasan. Kondisi ini dapat berdampak pada perubahan status gizi korban bencana khususnya kelompok rentan yaitu bayi, balita, ibu hamil, ibu menyusui dan lanjut usia. Masalah gizi yang bisa timbul adalah kurang gizi pada bayi dan balita, bayi tidak mendapatkan Air Susu Ibu (ASI) karena terpisah dari ibunya dan semakin memburuknya status gizi kelompok masyarakat. bantuan makanan yang sering terlambat, tidak berkesinambungan dan terbatasnya ketersediaan pangan lokal dapat memperburuk kondisi yang ada. Masalah lain yang seringkali muncul adalah adanya bantuan pangan dari dalam dan luar negeri yang mendekati atau melewati masa kadaluarsa, tidak disertai label yang jelas, tidak ada keterangan halal serta melimpahnya bantuan susu formula bayi dan botol susu. Masalah tersebut diperburuk lagi dengan kurangnya pengetahuan dalam penyiapan makanan buatan lokal khususnya untuk bayi dan balita. Bayi dan anak berumur di bawah dua tahun (baduta) merupakan kelompok yang paling rentan dan memerlukan penanganan gizi khusus. Pemberian makanan yang tidak tepat pada kelompok tersebut dapat meningkatkan risiko kesakitan dan kematian, terlebih pada situasi bencana. Risiko kematian lebih tinggi pada bayi dan anak yang menderita kekurangan gizi terutama apabila bayi dan anak juga menderita kekurangan gizi mikro. Penelitian di pengungsian menunjukkan bahwa kematian anak balita 2-3 kali lebih besar dibandingkan kematian pada semua kelompok umur. Kematian terbesar terjadi pada kelompok umur 0-6 bulan (WHOUNICEF, 2001). Oleh karena itu penanganan gizi dalam situasi bencana menjadi bagian penting untuk menangani pengungsi secara cepat dan tepat.



3



1.2



Rumusan Masalah



1. Apa yang dimaksud dengan bencana? 2. Apa yang dimaksud dengan manajemen gizi bencana? 3. Apa tujuan dari manajemen gizi bencana? 4. Bagaimana strategi dari manajemen gizi? 5. Apa saja langkah-langkah yang dilakukan dalam penanganan gizi pada kondisi darurat? 6. Bagaimana penilaian status gizi darurat? 7. Apa tindak lanjut yang dilakukan terhadap situasi status gizi darurat?



1.3



Tujuan Penulisan



1.



Untuk mengetahui pengertian bencana.



2.



Untuk mengetahui pengertian manajemen gizi bencana.



3.



Untuk mengetahui tujuan manajemen gizi.



4.



Untuk mengetahui strategi manajemen gizi bencana.



5.



Untuk mengetahui langkah-langkah dalam penanganan gizi pada kondisi darurat.



6.



Untuk mengetahui penilaian status gizi darurat.



7.



Untuk mengetahui tindak lanjut terhadap situasi status gizi darurat.



1.4



Manfaat Penulisan 



Manfaat Bagi Penulis Dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Manajemen Bencana.







Manfaat Bagi Mahasiswa Kesehatan Masyarakat Untuk Membantu mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat memahami dan mendalami pokok bahasan Manajemen Gizi pada Bencana.



4



BAB II PEMBAHASAN 2.1



Pengertian Bencana



Definisi Bencana Undang-undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana menyebutkan definisi bencana sebagai berikut: Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Definisi tersebut menyebutkan bahwa bencana disebabkan oleh faktor alam, non alam, dan manusia. Oleh karena itu, Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tersebut juga mendefinisikan mengenai bencana alam, bencana nonalam, dan bencana sosial. 1. Bencana alam Bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor. 2. Bencana non alam Bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian peristiwa nonalam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit. 3. Bencana sosial Bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik sosial antarkelompok atau antarkomunitas masyarakat, dan terror. 2.2



Manajemen Gizi Bencana Dampak bencana alam yang bersifat darurat salah satunya adalah masalah



kesehatan dan gizi. Dengan kondisi darurat, tenaga kesehatan diperlukan untuk menanggulangi dampak dari bencana alam ini ahli gizi merupakan salah satu bagian dari tenaga kesehatan yang memiliki peran penting dalam setiap tahapan bencana, terutama di bidang gizi. Ibu, anak, dan lansia merupakan kelompok usia yang paling rentan mengalami masalah gizi kurang, sebagai dampak dari sebuah bencana. 5



Permasalahan gizi yang biasanya timbul pada bencana alam yang terjadi adalah gizi kurang pada kelompok usia bayi dan balita yang tidak mendapatkan Air Susu Ibu (ASI) dikarenakan anak tersebut terpisah dari ibunya saat bencana alam terjadi. Semakin memburuknya status gizi di sekelompok masyarakat dikarenakan bantuan makanan yang sering terlambat dan terbatasnya ketersediaan pangan di lokasi pengungsian dapat memperburuk kondisi yang ada. Terbatasnya ketersediaan pangan dapat diakibatkan karena adanya bantuan pangan yang mendekati atau melewati masa kadaluarsa. Makanan yang tidak disertai label yang jelas atau tidak ada keterangan halal sehingga pengungsi tidak dapat mengkonsumsi makanan tersebut. Masalah gizi pada hakikatnya adalah masalah kesehatan masyarakat, namun penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan kesehatan. Penyebab timbulnya masalah gizi adalah multi faktor, karena itu pendekatan penanggulannya melibatkan berbagai sektor yang terkait. Penangan gizi darurat pada saat bencana menjadi prioritas pertama dimana layanan pangan dan gizi merupakan bagian integral yang tidak terpisahkan dalam penanganan kedaruratan.



2.3



Tujuan Manajemen Gizi Bencana A. Tujuan Umum Petugas memahami kegiatan gizi dalam penanggulangan bencana mulai dari pra bencana, tanggap darurat dan pasca bencana secara cepat dan tepat untuk mencegah terjadinya penurunan status gizi korban bencana. B. Tujuan Khusus a. Petugas memahami kegiatan penanganan gizi pada pra bencana b. Petugas memahami pengelolaan penyelenggaraan makanan pada situasi bencana c. Petugas mampu menganalisis data hasil Rapid Health Assessment (RHA) kejadian bencana d. Petugas mampu menganalisis data status gizi balita dan ibu hamil korban bencana. e. Petugas mampu melaksanakan pemantauan dan evaluasi pasca bencana 6



2.4



Strategi Manajemen Gizi Bencana A. Pelayanan gizi Penyelenggaraan makanan darurat dipersiapkan oleh petugas pada waktu terjadi keadaan darurat yang ditetapkan oleh pemangku kepentingan setempat sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Pada saat masyarakat dinyatakan mengungsi, sehingga masyarakat tidak mungkin untuk menyelenggakan makanan sendiri. B. Penyuluhan gizi Penyuluhan gizi yang diberikan oleh tenaga petugas gizi pada kondisi darurat bencana mempunyai makna yang signifikan. Penyuluhan merupakan upaya perubahan perilaku manusia baik individu maupun masyarakat sehingga dapat menciptakan sikap mental dan kemampuan untuk memecahkan masalah yang dihadapinya guna dapat meningkatkan dan mempertahankan gizi yang baik. Harapan dari upaya ini adalah orang bisa memahami pentingnya makanan dan gizi, sehingga mau bersikap dan bertindak mengikuti norma – norma gizi. C. Penyediaan Tenaga Khusus atau Sumber Daya Manusia di bidang Gizi Peran tenaga kesehatan atau ahli gizi pada saat kondisi darurat bencana dapat memberikan kontribusi terhadap pelayanan gizi di tempat pengungsian menjadi lebih optimal. BPBK dan Dinsosnakermobduk saat mengusulkan pengadaan bahan makanan perlu berkoordinasi dengan Dinkes. Pada tahap tanggap darurat peran petugas kesehatan dapat membantu pada dapur umum dengan mengatur menu serta perhatian terhadap gizi dan kebersihan makanan yang akan diberikan pada masyarakat yang menderita akibat bencana. Dapur umum ini bisa saja diadakan di kantor – kantor pemerintah atau mungkin juga di sekitar terjadinya bencana terutama pada tempat-tempat pengungsian. D. Penyediaan Bahan Makanan Pada fase penyelamatan pengungsi baru saja terkena bencana, petugas belum sempat mengindentifikasi pengungsi secara lengkap, belum ada perencanaan pemberiaan makanan yang terinci sehinnga semua kelompok umur menerima bahan makanan yang sama. Bahan makanan yang mudah dibawa dan dimasak seperti beras, telur, ikan kaleng, kerupuk dan mie instan adalah bahan makanan umum yang tersedia pada saat kondisi darurat.



7



2.5



Tahap Penanganan Gizi Darurat



Tahapan di dalam penanganan gizi darurat, antara lain: 1. Fase pertama (fase I) adalah saat: 



Pengungsi baru terkena bencana.







Petugas belum sempat mengidentifikasi pengungsi secara lengkap.







Belum ada perencanaan pemberian makanan terinci sehingga semua golongan umur menerima bahan makanan yang sama.







Khusus untuk bayi dan baduta harus tetap diberikan ASI dan MP-ASI.



Fase ini maksimum sampai dengan hari ke-5, Fase ini bertujuan memberikan makanan kepada masyarakat agar tidak lapar. Sasarannya adalah seluruh pengungsi, dengan kegiatan: -



Pemberian makanan jadi dalam waktu sesingkat mungkin.



-



Pendataan awal: jumlah pengungsi, jenis kelamin, golongan umur.



-



Penyelenggaraan dapur umum (merujuk ke Depsos), dengan standar minimal.



2. Fase kedua (fase II) adalah: 



Pengungsi sudah lebih dari 5 hari bermukim di tempat pengungsian.







Sudah ada gambaran keadaan umum pengungsi (jumlah, golongan umur, jenis kelamin, keadaan lingkungan dan sebagainya), sehingga perencanaan pemberian bahan makanan sudah lebih terinci.







Penyediaan bahan makanan disesuaikan kebutuhan kelompok rawan.



Sasaran pada fase ini adalah seluruh pengungsi dengan kegiatan: a. Pengumpulan dan pengolahan data dasar status gizi. b. Menentukan strategi intervensi berdasarkan analisis status gizi. c. Menentukan strategi intervensi berdasarkan analisis status gizi. d. Merencanakan kebutuhan pangan untuk suplementasi gizi.



8



e. Menyediakan Paket Bantuan Pangan (ransum) yang cukup melalui koordinasi dengan sektor terkait, yang mudah di konsumsi oleh semua golongan umur dengan syarat minimal. Setiap orang diperhitungkan menerima ransum senilai 2.100 Kkal, 40 gram lemak dan 50 gram protein per hari.



1. Diusahakan memberikan pangan sesuai dengan kebiasaan dan ketersediaan setempat, mudah diangkut, disimpan dan didistribusikan. 2. Harus memenuhi kebutuhan vitamin dan mineral. 3. Mendistribusikan ransum sampai ditetapkan-nya jenis intervensi gizi berdasarkan hasil data dasar (maksimum 2 minggu). 4. Memberikan penyuluhan kepada pengungsi tentang kebutuhan gizi dan cara pengolahan bahan makanan masing-masing anggota keluarga.



3. Fase ketiga (fase III) adalah: Tahap ini dimulai selambat-lambatnya pada hari ke-20 di tempat pengungsian. Kegiatan tahap ini bertujuan untuk menanggulangi masalah gizi melalui intervensi sesuai tingkat kedaruratan gizi. Kegiatan : 



Melakukan penapisan (screening) bila prevalensi gizi kurang balita 10 -14,9% atau 5-9,9% yang disertai dengan faktor pemburuk.







Menyelenggarakan pemberian makanan tambah-an sesuai dengan jenis intervensi yang telah ditetapkan pada tahap 1 fase II.







Melakukan penyuluhan baik perorangan atau kelompok dengan materi penyuluhan sesuai dengan butir b.







Memantau perkembangan status gizi melalui surveilans.







Melakukan modifikasi/perbaikan intervensi sesuai dengan perubahan tingkat kedaruratan: 1. Jika prevalensi gizi kurang >15% atau 10-14,9% dengan faktor pemburuk, diberikan paket pangan dengan standar minimal per orang per hari (ransum), dan diberikan PMT darurat untuk balita, ibu hamil, ibu meneteki dan lansia; serta PMT terapi bagi penderita gizi buruk. 9



2. Jika prevalensi gizi kurang 10-14,9% atau 5- 9,9% dengan faktor pemburuk diberikan PMT darurat terbatas pada balita, ibu hamil, ibu meneteki dan lansia yang kurang gizi serta PMT terapi kepada penderita gizi buruk. 3. Jika prevalensi gizi kurang