Makalah Keperawatan Bencana KLP II [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH KEPERAWATAN BENCANA PERAN DAN TUGAS PERAWAT DALAM FASE DISASTER RESPONSE GUNUNG MELETUS



OLEH KELOMPOK II : 1. Ni Putu Ari Wijayanti (18101110002) 2. Ni Putu Ayu Dina Febriani (18101110003) 3. Ni Luh Putu Mirah Nariyani (18101110010) 4. Ni Komang Raka Dewi (18101110013) 5. Ni Putu Sinta Dewi (18101110015) 6. Made Witari (18101110017)



PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ADVAITA MEDIKA TABANAN TAHUN AJARAN 2021



KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang telah memberikan rahmat, hidayah serta karunia-Nya kepada penulis sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah yang berjudul “PERAN DAN TUGAS PERAWAT



DALAM



FASE



DISASTER



RESPONSE



GUNUNG



MELETUS”. Kami menyadari bahwa makalah yang kami selesaikan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk menyempurnakan makalah kami selanjutnya. Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Serta kami berharap agar makalah ini dapat bermamfaat untuk kita semua. Tabanan, 6 Desember 2021



Kelompok II



DAFTAR ISI



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Putra et al., (2017) Bencana terjadi secara alami atau bisa juga karena ulah manusia. Bencana alam sering terjadi secara tiba-tiba atau tidak terduga seperti badai, banjir, gempa bumi, tsunami, dan letusan gunung. Manusia juga dapat membuat bencana sebagai akibat dari kesalahan, kelalaian, atau kerusakan yang disengaja seperti bioterorisme, ancaman bom, epidemi, kebakaran, kebocoran bahan radioaktif, dan perang. Singkatnya, bencana adalah kondisi di mana efek destruktif dari suatu peristiwa yang ditimbulkan oleh alam atau manusia melampaui sumber daya yang tersedia yang dibutuhkan oleh masyarakat atau wilayah. Menurut ESDM, (2018) Gunung berapi adalah rekahan pada kerak bumi tempat keluarnya lelehan batuan cair (magma) dan gas atau material lainnya ke permukaan bumi. Letusan atau erupsi gunung api terjadi ketika material panas muncul ke permukaan bumi yang dapat mengancam keselamatan hartabenda dan jiwa manusia, kerusakan lingkungan serta kerugian lainnya. Secara geologi Indonesia terletak pada daerah tektonik aktif dimana terjadi pertemuan atau tumbukan beberapa lempeng tektonik. Tumbukan lempeng-lempeng tersebut dapat menyebabkan bencana alam terutama gempa bumi dan aktivitas gunung berapi Di dunia terdapat sekitar 500 gunung api aktif dengan rata-rata dalam satu tahun 50 gunung api mengalami erupsi. Indonesia sering dilanda bencana alam, seperti gempa bumi dan letusan gunung berapi, karena secara geografis terletak di beberapa lempeng tektonik. Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana Indonesia, selama tahun 2016 telah terjadi 5176 bencana alam yang terjadi di Indonesia dan jumlah ini cenderung meningkat setiap tahunnya. Banjir, gempa bumi, dan letusan gunung berapi merupakan tiga bencana alam yang paling sering terjadi yang secara bersama-sama



menyebabkan jumlah evakuasi tertinggi pada tahun 2016 (825.928 jiwa). Upaya untuk mengembangkan kompetensi keperawatan bencana telah spesifik untuk kebutuhan masing-masing negara, yang melibatkan persepsi perawat, manajer, dan profesional kesehatan.(Susanti et al., 2019). Menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB, 2020), mencatat bahwa dalam kurun waktu tahun 2020 telah terjadi 2.925 kejadian bencana alam yang terhitung sejak rabu (1/1) hingga hari ini selasa (28/12). Adapun data yang dihimpun BNPB, bencana yang terjadi disepanjang 2020 tersebut didominasi dengan bencana alam hidrometeorologi seperti banjir, banjir bandang, tanah longsong, angin putting beliung, kekeringan, hingga kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Berdasarkan perincian data bencana geologi dan vulkanologi bahwa kejadian gempa bumi telah terjadi sebanyak 16 kali dan 7 kejadian untuk peristiwa erupsi gunung api. Menurut Susanti et al., (2019) Keperawatan bencana merupakan bidang keperawatan yang unik dimana perawat diharapkan mampu memberikan asuhan kepada berbagai klien dengan berbagai masalah kesehatan, termasuk fisik dan mental, dan secara terus menerus pada setiap siklus bencana. Saat ini, Indonesia sedang mengembangkan standar kompetensi keperawatan bencana yang diakui untuk membekali setiap perawat dengan kompetensi terkait bencana yang diperlukan. Upaya pengembangan standar di Indonesia antara lain mengintegrasikan pedoman atau teori yang ada, pertemuan pakar, dan praktik dunia nyata dari perspektif perawat. Pandangan khusus muncul dari para penyintas, seperti aspek budaya dan kesiapsiagaan kesehatan bencana terkait kegiatan yang ditawarkan oleh perawat, memberikan masukan berharga untuk mengidentifikasi area kompetensi mana yang perlu ditingkatkan. Perawat diharapkan dapat memberikan perawatan kesehatan fisik dan mental, melaksanakan kerja kolaboratif antar profesi, memprioritaskan kelompok rentan, memberikan kunjungan rumah ke keluarga yang terkena dampak, mengadvokasi korban untuk mengakses perawatan kesehatan, dan merujuk korban ke fasilitas kesehatan sesuai kebutuhan. Pentingnya perawat memiliki kompetensi untuk memperbarui informasi mengenai akses



kesehatan; termasuk pemanfaatan asuransi kesehatan dan menunjukkan kepekaan budaya dalam merawat para penyintas bencana. Perawat juga diharapkan mampu melatih masyarakat dan keluarga tentang kegiatan yang berhubungan dengan kesiapsiagaan; seperti: a) memberikan pertolongan pertama kepada orang yang terluka sebelum menerima bantuan profesional dan b) bagaimana menjaga lingkungan agar cukup bersih untuk mencegah wabah atau penyakit pascabencana. Keterampilan tersebut akan diajarkan untuk meningkatkan tingkat kelangsungan hidup di masyarakat yang terkena dampak. Selain itu, perawat harus dididik tentang cara-cara untuk meningkatkan kompetensi mereka dalam melaksanakan kegiatan pengurangan risiko bencana.(Susanti et al., 2019). 1.2 Rumusan Masalah Bagaimana peran dan tugas perawat dalam fase disaster respon gunung meletus? 1.3 Tujuan Penulisan Untuk mengetahui peran dan tugas perawat dalam fase disaster respon gunung meletus.



BAB II PEMBAHASAN 2.1 Konsep Response Disaster 2.1.1 Pengertian Disaster Sebagaiamana telah ditetapkan dalam pasal 1 ayat 1 UU RI No 24 tahun 2007 tentang penanggulangan bencana yang dimaksud dengan bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor alam atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda,dan dampak fisikologis. 2.1.2 Skala Bencana Skala bencana dapat dibagi menjadi empat skala berdasarkan tingkat bahaya dan dampak yang ditimbulkan. Adapun skala tersebut adalah sebagai berikut: Tabel Skala Bencana : Skala A B C D



Tingkat Bahaya Ringan Menengah Berat Dahsyat



Manusia Cedera Luka Parah Cacat Permanen Meninggal Dunia



Bangunan Rusak ringan Rusak sedang Rusak berat Hancur



2.1.3 Dampak Bencana Setiap peristiwa bencana yang terjadi tentu menimbulkan dampak bagi lingkungan sekitarnya. Dampak tersebut dapat berupa dampak yang besar ataupun dampak kecil. dampak adalah: Akibat yang timbul dari kejadian bencana. Dampak bencana dapat berupa korban jiwa, luka, pengungsian, kerusakan pada infrastruktur/aset, lingkungan/ekosistem, harta benda, penghidupan, gangguan pada stabilitas sosial, ekonomi, politik hasil-hasil pembangunan, dan dampak lainnya yang pada akhirnya dapat menurunkan tingkat kesejahteraan masyarakat. Besar kecilnya dampak tergantung pada tingkat ancaman (hazard), kerentanan



(vulnerability), dan kapasitas/kemampuan (capacity) untuk menanggulangi bencana. Semakin besar ancaman bencana, maka semakin besar peluang dampak yang ditimbulkan akibat bencana dan semakin tinggi tingkat kerentanan terhadap bencana, semakin besar peluang dampak yang ditimbulkan bencana. Demikian pula, semakin rendah kemampuan dalam menanggulangi bencana, semakin besar peluang



dampak



yang



ditimbulkan



bencana.



Kerentanan



dan



kapasitas/kemampuan adalah analog dengan dua sisi mata uang. Untuk menurunkan



(tingkat)



kerentanan



dilakukan



dengan



cara



meningkatkan



kapasitas/kemampuan. Dengan kata lain, meningkatnya kapasitas/kemampuan akan menurunkan (tingkat) kerentanan (fisik, ekonomi, sosial, dan lingkungan). Besaran dampak bencana juga dapat dipengaruhi oleh waktu datangnya kejadian bencana yaitu bencana yang datangnya secara tiba-tiba (sudden-on-set disaster) dan bencana yang terjadi secara perlahan-lahan (slow-on-disaster). 2.1.4 Letusan Gunung Api (Erupsi) a. Pengertian Letusan Gunung Api Letusan gunung api merupakan bagian dari aktivitas vulkanik yang dikenal denga erupsi. Penyebab terjadinya gunung api adalah pancaran magma dari dalam bumi yang berasosiasi dengan arus konveksi panas, proses tektonik dari pergerakan dan pembentukan lempeng/kulit bumi, akumulasi tekanan dan temperatur dari fluidamagma menimbulkan pelepasan energi. Mekanisme perusakan bahaya letusan gunung api dibagi menjadi dua berdasarkan waktu kejadiannya yaitu (1) bahaya utama (primer), dan (2) bahaya ikutan (sekunder) dan jenis bahaya tersebut masing-masing mempunyai resiko merusak dan mematikan. 1) Bahaya Utama (Primer) Bahaya utama letusan gunung api adalah bahaya yang langsung terjadi ketika proses peletusan sedang berlangsung. Jenis bahaya ini adalah awan panas (piroclastic flow), lontaran batu (pijar), hujan abu lebat, lelehan lava (lava flow) dan gas beracun. 2) Bahaya Ikutan (Sekunder)



Bahaya ikutan letusan gunung api adalah bahaya yang terjadi setelah proses peletusan berlangsung. apabila suatu gunung api meletus akan terjadi penumpukan material dalam berbagai ukuran di puncak dan lereng bagian atas. Pada saat musim hujan tiba sebagian material tersebut akan terbawa oleh air hujan dan tercipta adonan 16 lumpur turun ke lembah sebagai banjir bebatuan, banjir tersebut disebut lahar atau banjir lahar dingin. b. Penetapan Status Bahaya Gunung Meletus Dalam kegiatan vulkaniknya, gunung berapi memiliki tahapan-tahapan status bahaya sebelum mencapai puncak letusan. Penetapan status bahaya gunung meletus adalah sebagai berikut: Tabel 2. Penetapan Status Bahaya Gunung Meletus 1



Aktif Normal (Level I)



Kegiatan gunung api berdasarkan pengamatan dari hasil visual, kegempaan dan gejala vulkanik lainnya tidak memperlihatkan



2



Waspada (Level II)



adanya kelainan. Terjadi peningkatan kegiatan



berupa



kelainan yang tampak secara visual atau hasil pemeriksaan



kawah,



kegempaan, dan gejala 3



Siaga (Level III)



vulkanik lainnya Peningkatan semakin nyata



hasil



pengamatan visual/pemeriksaan kawah,



kegempaan



dan metoda lain saling



mendukung.



4



Awas (Level IV)



Berdasarkan



analisis,



perubahan



kegiatan



cenderung



diikuti



letusan. Menjelang



letusan



utama, letusan awal mulai terjadi berupa abu/asap. Berdasarkan analisis



data



pengamatan,



segera



akan



letusan



diikuti



utama. 2.1.5 Manajemen a. Pengertian Manajemen Manajemen adalah seni dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Para manajer mencapai tujuantujuan organisasi melalui pengaturan orang-orang-orang lain untuk melaksanakan berbagai tugas yang mungkin diperlukan, atau berarti dengan tidak melakukan tugas-tugas itu sendiri. Sedangkan menurut Stoner (dalam T. Hani Handoko, 2011:8) manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya-dumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Proses tersebut diuraikan sebagai berikut: 1) Perencanaan berarti bahwa para manajer memikirkan kegiatan-kegiatan mereka sebelum dilaksanakan. Berbagai kegiatan ini biasanya didasarkan pada berbagai metoda, rencana atau logika, bukan hanya atas dasar dugaan atau firasat. 2) Pengorganisasian berarti bahwa para manajer mengkoordinasikan sumber daya-sumber daya manusia dan material organisasi. Pengkoordinasian merupakan bagian vital pekerjaan manajer.



3) Pengarahan



berarti



para



manajer



mengarahkan,



memimpin,



dan



mempengaruhi para bawahan. 4) Pengawasan berarti para manajer berupaya untuk menjamin bahwa organisasi bergerak ke arah tujuan-tujuannya. Bila beberapa bagian organisasi ada pada jalur yang salah, manajer harus membetulkannya. Dari uraian definisi yang dipaparkan diatas, dapat disimpulkan bahwa manajemen merupakan kegiatan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan bersama dengan memanfaatkan sumber daya yang ada di dalam organisasi. Kegiatan manajemen tersebut meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan. 2.2 Peran dan Tugas Perawat dalam Response Disaster Gunung Meletus 2.2.1 Response Disaster Response merupakan tindakan tanggap bencana yang meliputi dua unsur terpenting, yakni tindakan penyelamatan dan pertolongan. Pertama-tama, tindakan tanggap bencana tersebut ditujukan untuk menyelamatkan dan menolong jiwa manusia baik secara personal, kelompok maupun masyarakat secara keseluruhan. Kedua, ditujukan untuk menyelamatkan. harta benda yang berhubungan dengan keberlangsungan hidup personal, kelompok maupun masyarakat selanjutnya. Sedangkan menurut Soehatman Ramli tanggap darurat (response) adalah: “Serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera pada saat kejadian bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan, yang meliputi kegiatan penyelamatan dan evakuasi korban, harta benda, pemenuhan kebutuhan dasar, perlindungan, pengurusan pengungsi, penyelamatan, serta pemulihan prasarana dan sarana.” Fungsi respons dalam manajemen bencana adalah tindakan yang diambil untuk membatasi cidera, hilangnya nyawa, serta kerusakan harta benda dan lingkungan. Kegiatan respons dapat dilakukan melalui kegiatan peringatan, evakuasi, dan penyediaan tempat penampungan/shelter. Response disaster dapat dibagi menjadi 4 yaitu : 1. warning atau evacuation adalah proses pencarian ataupun pemindahan korban baik yang selamat maupun yang sudah meninggal dunia selama terjadinya bencana.



2. Saving people adalah Penyelamatan orang-orang saat bencana terjadi seperti tidak berada dilokasi yang direkomendasikan untuk dikosongkan, tidak berada di lembah atau di aliran sungai, tidak berada di tempat terbuka lindungi diri dari abu letusan gunung berapi, gunakan kaca mata pelindung, gunakan masker untuk emnutup hidung dan mulu. 3. providing immediate assistance adalah upaya untuk menyediakan bantuan segera berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan dasar berupa sandang, pangan, papan, kesehatan, sanitasi dan juga air bersih. 4. assessing damage adalah upaya memperkecil kerusakan yang disebebkan oleh bencana yang berupa pengkajian yang tepat terhadap lokasi, kerusakan dan sumber daya. 2.2.2 Peran dan Tugas Dalam Response Disaster Secara umum, manusia dan teknologi tidak dapat memprediksi dan mencegah terjadinya dan kejadian bencana alam Oleh karena itu, sistem perawatan kesehatan masyarakat perlu mengembangkan kemampuan manajemen bencana yang memadai untuk semua staf layanan kesehatan. Manajemen bencana dapat didefinisikan sebagai pengaturan potensi dampak buruk yang berasal dari bencana untuk menjaga lingkungan yang aman dan memberikan layanan kesehatan yang berkelanjutan bagi para korban selama peristiwa bencana. Selanjutnya untuk menentukan



keberhasilan



penanggulangan



bencana,



diperlukan



untuk



menggambarkan kegiatan bencana ke dalam tahapan atau fase tertentu. Respon adalah fase pelaksanaan rencana bencana tentatif. Pada fase ini, tindakan yang pertama dilakukan adalah memberikan peringatan yang memadai kepada masyarakat tentang kejadian bencana yang akan terjadi. Fokus utama selama fase ini adalah penyelamatan jiwa, pertolongan pertama, dan perawatan darurat. Perawat harus menetapkan strategi triase bencana untuk memilah dan memprioritaskan korban untuk mengalokasikan perawatan yang memadai. Kemudian, perawatan bagi korban bencana akan terus dialokasikan untuk menyelamatkan nyawa para korban dan menstabilkan kondisi mereka. Sebagai salah satu disiplin ilmu keperawatan, Perawat memiliki tanggung jawab untuk membantu orang menggunakan pengetahuan dan keterampilannya baik



merawat orang sehat maupun sakit dalam segala situasi: normal, darurat, dan bencana. Selain itu, mereka juga harus meningkatkan kemampuan profesi mereka untuk memastikan layanan kesehatan yang memadai sebelum dan sesudah bencana dengan kontribusi mereka di semua fase bencana. Ketentuan ini penting karena bencana mempengaruhi kesehatan masyarakat dan sistem perawatan kesehatan masyarakat. Perawat memegang peran utama dalam memberikan manajemen dan bantuan kesehatan, dan mengalokasikan perawatan selama masa bencana untuk mengurangi dampak dampak bencana di masyarakat. Peran perawat dalam fase respon yaitu pada fase respon, prioritas tindakan pertama yang diperlukan adalah perhatian pada peringatan, mobilisasi, dan evakuasi, dilanjutkan dengan pengkajian dampak bencana dengan daftar kebutuhan langsung masyarakat, pengkajian dan komunikasi informasi mengenai dampak terkait kesehatan kepada instansi pemerintah terkait. Kemudian, perawat harus terus membantu para korban dalam situasi darurat. Tugas perawat dalam response disaster : melakukan penangangan dalam tugas bencana, melakukan pengkajian gawat darurat, melakukan penetapan masalah, melakukan penetapan perencanaan masalah, melakukan penetapan pelaksanaan tindakan, melakukan evaluasi dan analisa, melakukan pencatatan dan pelaporan.



BAB III PENUTUP



DAFTAR PUSTAKA



ESDM. (2018). Pengenalan Gunungapi. VSI Departemen ESDM, 12.



Putra, A. S. K., Petpichetchian, W., PhD, RN, & Maneewat, K. (2017). Review : Peran dan Kompetensi Perawat Kesehatan Masyarakat dalam Penanggulangan Bencana. Nurses Media, 1–14. Susanti, H., Hamid, A. Y. S., Mulyono, S., Putri, A. F., & Chandra, Y. A. (2019). Expectations of survivors towards disaster nurses in Indonesia: A qualitative study. International Journal of Nursing Sciences, 6(4), 392–398. https://www.bnpb.go.id/berita/sebanyak-2-925-bencana-alam-terjadi-pada-2020di-tanah-air-bencana-hidrometeorologi-mendominasi