Makalah Psikiatri - Gangguan Panik - Hasina Paradiba Syahrial [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH PSIKIATRI GANGGUAN PANIK



Disusun oleh : HASINA PARADIBA SYAHRIAL 170100183



Pembimbing : dr. Nazli Mahdinasari Nasution, M.Ked (KJ), Sp.KJ



PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN JIWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA RUMAH SAKIT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2021



MAKALAH PSIKIATRI GANGGUAN PANIK Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Kelulusan Untuk Menyelesaikan Kepaniteraan Klinik Senior Program Pendidikan Profesi Dokter di Departemen Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Disusun oleh :



HASINA PARADIBA SYAHRIAL 170100183



Pembimbing :



dr. Nazli Mahdinasari Nasution, M.Ked (KJ), Sp.KJ



PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN JIWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA RUMAH SAKIT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2021



LEMBAR PENGESAHAN



NAMA



: HASINA PARADIBA SYAHRIAL



NIM



: 170100183



JUDUL



: Gangguan Panik



Pembimbing



Koordinator P3D Departemen Ilmu Kedokteran Jiwa Pembimbing Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara



(dr. Vita Camelia, M.Ked(K.J.), Sp.KJ)



(dr. Nazli Mahdinasari, M.Ked (KJ), Sp.KJ)



I



KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala nikmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah Psikiatri yang berjudul “Gangguan Panik” sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikanKepaniteraan Klinik Program Pendidikan Profesi Dokter (P3D) di Departemen Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada dr. Sp.KJ selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu serta pikiran dalam membimbing dan memberikan saran dalam penyelesaian makalah ini tepat pada waktunya. Dengan demikian penulis mengharapkan makalah ini dapat memberikan kontribusi positif dalam sistem pelayanan kesehatan secara optimal. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang membangun guna menyempurnakan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya di bidang Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Jiwa.



Medan, 27 Juli 2021



Penulis,



Hasina Paradiba Syahrial NIM. 170100183



II



DAFTAR ISI Halaman



Halaman Pengesahan...................................................................................



i



Kata Pengantar ............................................................................................



ii



Daftar Isi .......................................................................................................



iii



BAB I PENDAHULUAN .............................................................................



1



1.1 Latar Belakang .............................................................................



1



1.2 Rumusan Masalah ........................................................................



1



1.3 Tujuan Makalah............................................................................



2



1.4 Manfaat Makalah..........................................................................



2



BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................



3



2.1 Definisi.......................................................................................



3



2.2 Epidemiologi..............................................................................



3



2.3 Etiologi.......................................................................................



4



2.4 Gejala Klinis ......................................................................



5



2.5 Kriteria Diagnosa .....................................................................



6



2.6 Diagnosis Banding..............................................................



8



2.7 Tatalaksana ................................................................................



8



2.8 Prognosis......................................................................................



9



BAB III KESIMPULAN.............................................................................. 10 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 11 LAMPIRAN.................................................................................................. 12



III



BAB 1 PENDAHULUAN



1.1



Latar Belakang Gangguan panik merupakan suatu pengalaman serangan panik yang tidak



dharapkan yang diikuti oleh ketakutan yang menetap tentang kemungkinan berulangnya serangan atau perubahan perilaku dalam kehidupan sehari hari sebagai akibat dari serangan tersebut. Prevalensi dalam kehidupan, Gangguan Panik pada kisaran 1 hingga 4 % populasi, sedangkan Serangan Panik pada kisaran 3 hingga 6 %. Wanita 2 hingga 3 kali lipat lebih banyak menderita gangguan ini dibanding laki-laki. Gangguan Panik bisa terjadi kapan saja sepanjang hidup, onset tertinggi pada usia pada kisaran 20an, ditandai dengan episode serangan cemas tiba-tiba, terus menerus, sesak nafas, disertai perasaan akan datangnya bahaya, serta ketakutan akan kehilangan kontrol atau menjadi gila. Serangan panik ditandai dengan ketakutan atau kehilangan kendali bahkan ketika tidak ada bahaya nyata.Seseorang mungkin juga memiliki reaksi fisik yang kuat selama serangan panik, rasanya seperti mengalami serangan jantung. Serangan panik dapat terjadi kapan saja, dan banyak orang dengan gangguan panik khawatir dan takut akan kemungkinan serangan lain.



1.2



Rumusan Masalah 1. Apa itu gangguan panik ? 2. Apa etiologi dari panik ? 3. Bagaimana gambaran klinis dari panik ? 4. Apa saja diagnosis dari panik ? 5. Bagaimana penatalaksanaan gangguan panik ?



1



1.3



Tujuan Tujuan dilakukannya penulisan makalah psikiatri ini adalah sebagai salah satu



syarat untuk menyelesaikan kepaniteraan klinik senior program Pendidikan Profesi Dokter di Departemen Ilmu Kedokteran Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.



1.4



Manfaat Adanya penulisan makalah ini diharapkan dapat mengembangkan kemampuan



dan pemahaman penulis serta pembaca khususnya peserta program Pendidikan Profesi Dokter (P3D) untuk memahami teori serta penatalaksaan tentang gangguan panik.



2



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



2.1



DEFINISI Gangguan panik merupakan salah satu permasalahan kesehatan pada



masyarakat. Gangguan panik merupakan suatu pengalaman serangan panik yang tidak dharapkan yang diikuti oleh ketakutan yang menetap tentang kemungkinan berulangnya serangan atau perubahan perilaku dalam kehidupan sehari hari sebagai akibat dari serangan tersebut. Adapun berapa tipe Gangguan Panik ialah : • Gangguan panik tanpa agorafobia • Gangguan panik dengan agorafobia • Agorafobia tanpa riwayat gangguan panik



2.2



EPIDEMIOLOGI Gangguan Panik pada kisaran 1 hingga 4 % populasi, sedangkan Serangan



Panik pada kisaran 3 hingga 6 %. Wanita 2 hingga 3 kali lipat lebih banyak menderita gangguan ini dibanding laki-laki. Gangguan Panik bisa terjadi kapan saja sepanjang hidup, onset tertinggi pada usia pada kisaran 20-an, ditandai dengan episode serangan cemas tiba-tiba, terus menerus, sesak nafas, disertai perasaan akan datangnya bahaya, serta ketakutan akan kehilangan kontrol atau menjadi gila. Serangan panik ditandai dengan ketakutan atau kehilangan kendali bahkan ketika tidak ada bahaya nyata.Seseorang mungkin juga memiliki reaksi fisik yang kuat selama serangan panik, rasanya seperti mengalami serangan jantung Seseorang dengan gangguan panik mungkin menjadi putus asa dan merasa malu karena dia tidak dapat melakukan rutinitas normal. Gangguan panik sering dimulai pada akhir masa remaja atau awal masa dewasa, Lebih banyak wanita daripada, Namun tidak semua orang yang mengalami serangan panik akan mengalami gangguan panik 3



2.3



ETIOLOGI A. Faktor Biologik Dari berbagai penelitian ditemukan bahwa gangguan panik berhubungan dengan abnormalitas struktur dan fungsi otak, pada otak terdapat beberapa neurotransmiter yang mengalami gangguan fungsi, antara lain serotonin, GABA (Gama Amino Butiric Acid) dan norepinefrin. Hal tersebut didukung dengan efektifnya penggunaan Serotonin Reuptake Inhibitors (SSRIs) sebagai terapi pada penderita gangguan cemas, termasuk gangguan panik. Beberapa teori patofisiologi terkait gangguan cemas meliputi: adanya disregulasi pada sistem saraf pusat dan sistem saraf perifer, peningkatan tonus simpatik pada sistem otonomik, serta abnormalitas sistem neuroendokrin.



B. Faktor Genetik Keluarga generasi pertama terjadinya Gangguan Panik 4-8 kali beresiko untuk menderita gangguan ini. Kembar monozigot resiko lebih besar daripada dizigot. C. Faktor Psikososial  Teori Kognitif Perilaku Kecemasan bisa sebagai satu respon yang dipelajari dari perilaku orangtua atau melalui proses kondisioning klasik yang terjadi sesudah adanya stimulus luar yang menyebabkan individu menghindari stimulus tersebut.  Teori Psikososial Serangan panik muncul karena gagalnya pertahanan mental menghadapi impuls / dorongan yang menyebabkan anxietas. Pasien dengan riwayat pelecehan fisik dan seksual pada masa anak juga beresiko untuk menderita Gangguan Panik.



4



2.4



GEJALA KLINIS Serangan panik yang berulang dan tidak terduga (rasa takut yang fokal yang berlangsung selama beberapa menit ), dan selama serangan ada empat (atau lebih) dari gejala seperti :



1. Palpitasi , jantung terasa berat dan peningkatan denyut jantung 2. Keringat Banyak 3. Menggigil atau gemetaran 4. Perasaan nafas pendek atau tertahan tahan 5. Merasa tercekik 6. Nyeri dada 7. Mual atau rasa tidak nyaman diperut 8. Merasa pusing, goyang/hoyong, kepala terasa ringan atau nyeri 9. Derealisasi (merasa tidak didunia realita) atau depersonalisasi (merasa terpisah dari diri sendiri) 10. Takut kehilangan kendali diri atau menjadi gila 11. Takut mati 12. Parestesia (menurunnya sensasi) 13. Merasa kedinginan atau merah kepanasan



5



2.5



KRITERIA DIAGNOSIS Kriteria Diagnosis Gangguan Panik (menurut ICD X + PPDGJ III) Gambaran



khas gangguan panik (ansietas paroksismal episodik) berupa serangan cemas berat (panik) berulang, tidak terbatas pada situasi tertentu dan olehnya itu tidak bisa diprediksi. Seperti pada gangguan cemas lainnya, simptom yang dominan yaitu palpitasi, nyeri dada, rasa tercekik, pusing, deprsonalisasi atau derealisasi. Sering pula ditemukan rasa takut mati, kehilangan kontrol atau menjadi gila. Gangguan panik tidak boleh dijadikan diagnosis utama jika pasien mengalami gangguan depresi saat serangan terjadi. Dalam situasi seperti ini, serangan panik mungkin sekunder dari depresinya. Gangguan Panik pada PPDGJ III disebut juga Ansietas Paroksismal Episodik a. Gangguan panik baru ditegakkan sebagai diagnostik utama bila tidak ditemukan adanya gangguan ansietas fobik. b. Untuk diagnostik pasti harus ditemukan adanya beberapa kali serangan ansietas berat (severe attacks of autonomic anxiety) dalam masa kira-kira 1 bulan : 1) Pada keadaan-keadaan sebenarnya secara obyektif tidak ada bahaya 2) Tidak terbatas pada situasi yang diketahui atau yang dapat diduga sebelumnya (unpredictable situation) 3) Dengan keadaan yang relatif bebas dari gejala-gejala ansietas pada periode di antara serangan-serangan panik (meskipun demikian, umumnya dapat terjadi juga anxietas antisipatorik, yaitu ansietas yang terjadi setelah membayangkan sesuatu yang mengkawatirkan akan terjadi). a. Kriteria Diagnostik Agorafobia 1) Terjadinya ansietas ketika berada di suatu tempat atau situasi yang kemungkinan sulit untuk meloloskan diri (atau merasa malu) atau kemungkinan tidak terdapat pertolongan jika mendapatkan serangan panik atau gejala mirip panik. Karakteristik situasi yang menimbulkan rasa takut agorafobik tersebut meliputi; a) berada sendirian di luar rumah b) berada di tempat ramai atau berada dalam antrian 6



2) Situasi tersebut dihindari (misalnya, membatasi bepergian) atau jika dilakukan biasanya disertai penderitaan yang nyata atau dengan ansietas akan mengalami serangan panik atau gejala mirip panik, atau memerlukan pendamping atau ditemani. 3) Ansietas atau penghindaran fobik tidak memenuhi kriteria gangguan mental lainnya contohnya, fobia sosial (penghindaran terbatas pada situasi sosial karena rasa takut terhadap situasi tertentu, misalnya di elevator), gangguan obsesif kompulsif (misalnya, menghindari kotoran pada seseorang dengan obsesi kontaminasi), gangguan stres pasca traumatik (misalnya, menghindari stimuli yang berhubungan dengan stresor yang katastrofik), atau gangguan ansietas perpisahan (misalnya , menghindari meninggalkan rumah atau saudara) b.



Kriteria



Diagnostik



Gangguan



Panik



Tanpa



Agorafobia



(DSM-



IV-TR) 1) Baik 1 dan 2: a) Berulangnya (rekuren) serangan panik b)Sekurangnya satu serangan yang diikuti oleh sekurangnya satu bulan (atau lebih) gejala berikut ini: (1) Kekhawatiran yang menetap akan mengalami serangan ulang (2) Ketakutan tentang arti serangan atau akibatnya (misalnya, kehilangan kendali, menderita serangan jantung, atau “menjadi gila” (3) Perubahan perilaku bermakna berhubungan dengan serangan 2) Tidak terdapat agorafobia 3) Serangan panik bukan karena efek fisiologik langsung zat (misalnya, penyalahgunaan zat, medikasi) atau suatu kondisi medik umum (misalnya, hipertiroidisme) 4) Serangan panik bukan gangguan mental lainnya misalnya, fobia sosial (biasanya terjadi saat berhadapan dengan situasi sosial yang ditakuti), fobia spesifik (misalnya, mengalami situasi fobik tertentu), gangguan obsesif-kompulsif (misalnya, terpapar kotoran pada seseorang dengan obsesi tentang kontaminasi), gangguan stres pasca traumatik (misalnya, sebagai respons terhadap stimuli yang berhubungan dengan 7



stresor



katastrofik),



atau



gangguan



ansietas



perpisahan



(misalnya, sebagai respons jauh dari rumah atau sanak saudara dekat c. Kriteria Diagnostik Agorafobia Tanpa Riwayat Gangguan Panik 1) Keberadaan agorafobia dikaitkan dengan rasa takut akan terjadinya gejala seperti panik (misalnya, pusing atau diare) 2) Tidak pernah memenuhi kriteria gangguan panik 3) Gangguan bukan karena efek fisiologik langsung dari suatu zat (misalnya, penyalahgunaan zat, medikasi) atau suatu kondisi medik umum 4) Jika terdapat kondisi medik umum yang berhubungan, rasa takut yang digambarkan dalam kriteria A jelas melebihi yang biasanya berhubungan dengan kondisi tersebut.



2.6



DIAGNOSIS BANDING a. Gangguan jantung (misalnya aritmia, takikardia supraventrikular) b. Gangguan endokrin (misalnya hipertiroid, hiperparatiroid dan peokromositoma) c. Disfungsi vestibular d. Gangguan kejang e. Kondisi psikiatrik lainnya (misalnya, gangguan mood, gangguan stres akut, gangguan obsesif- kompulsif, atau gangguan stres pasca trauma f. Gangguan psikotik g. Ketergantungan atau penyalahgunaan zat (misalnya, gejala putus alkohol, intoksikasi kafein, penyalahgunaan stimulansia, atau kanabis)



2.7



TATALAKSANA Penggolongan obat anti-panik : a. Obat anti panik trisiklik misalnya, clomipramine, imipramine b. Obat anti panik benzodiazepine misalnya, alprazolam c. Obat anti panik RIMA misalnya moclobemide d. Obat anti panik SSRI misalnya,sertaline,fluoxetine,paroxetine,fluvoxamine,citalopram.\ 8



Mekanisme kerja obat anti panik adalah menghambat “reuptake” serotonin pada celah simpatik antar neuron, sehingga pada awalnya terjadi peningkatan serotonin dan sensitivitas reseptor , sekitar 2 sampai 4 minggu, kemudian seiring dengan peningkatan serotonin terjadi penurunan sensitivitas reseptor. Penurunan sensitivitas reseptor tersebut berkaitan dengan penurunan serangan panik dan juga gejala depresi yang menyertai akan berkurang pula, Penurunan hipersensitivitas melalui dua fase tersebut disebut juga “efek bifasik”. Psikoterapi Psikoterapi untuk gangguan panik adalah terapi perilaku dan kognitif (CBT). Terapi kognitif bertujuan juga untuk membangun kembali kognisi yang baru. Hal Pertama yang dapat dilakukan adalah mengidentifikasi gejala panik yang ti mbul dan perasaan serta pikiran yang salah berhubungan dengan gejala tersebut serta edukasi tentang gangguan panik itu sendiri. Biasanya pasien gangguan panik selalu mengidentifikasi sensasi tubuh yang ringan sebagai awal gangguan paniknya. Edukasi bahwa serangan panik dibatasi waktu dan tidak mengancam jiwa juga sangat dibutuhkan.



2.8



PROGNOSIS Gangguan panik umumnya bersifat kronis. Penelitian jangka panjang terhadap



pasien dengan gangguan panik sulit untuk di interpretasikan karena tidak dilakukan kontrol terhadap efek dari terapi. Namun demikian sekitar 30 sampai 40 % pasien sembuh sempurna, 50 % pasien masih mempunyai gejala yang ringan tapi tidak mengganggu aktifitas kehidupan sehari-hari, sekitar 10-20 % masih terus mengalami gejala yang signifikan.



9



BAB III KESIMPULAN



Gangguan panik merupakan salah satu permasalahan kesehatan pada masyarakat. Gangguan panik merupakan suatu pengalaman serangan panik yang tidak dharapkan yang diikuti oleh ketakutan yang menetap tentang kemungkinan berulangnya serangan atau perubahan perilaku dalam kehidupan sehari hari sebagai akibat dari serangan tersebut. Gangguan panik disebabkan beberapa faktor seperti faktor biologis,faktor genetik,faktor psikososial. Tatalaksana dapat berupa obat anti-panik golongan trisiklik, benzodiazepin, RIMA, SSRI.



10



DAFTAR PUSTAKA 1. Roy-Byrne PP, Craske MG, Stein MB. Panic disorder in adults: Epidemiology, pathogenesis, clinical manifestations, course, assesment, and diagnosis. The Lancet 2018 jan 25;368(9540:p. 1023-32



2. Kadek Aryati, Cahyaningsih FR. Case Report of A Man Age 27 Years Old with Panic Disorder. Januari 2020 3. De Jonge P et al. Cross-national epidemiology of panic disorder and panic attacks in the world mental health surveys. Depression and Anxiety. 2016;33(12):1155-1177 4. Bonevski D, Naumovska A. Trauma and anxiety disorders throughout lifespan: Fear and anxiety from normality to disorder. Psychiatria Danubina. 2018;30(Suppl 6):384389 5. Perna G et al. Long-term pharmacological treatments of anxiety disorders: An updated systematic review. Current Psychiatry Reports. 2016;18:23 6. Porter E, Chambless DL. A systematic review of predictors and moderators of improvement in cognitive-behavioral therapy for panic disorder and agoraphobia. Clinical Psychology Review. 2016;42:179-192. DOI: 10.1016/j.cpr.2016.09.004 7. PEDOMAN NASIONAL PELAYANAN KEDOKTERAN ILMU KEDOKTERAN JIWA (PSIKIATRI)



11



8. Dimitar Bonevski and Andromahi Naumovska. Panic Attacks and Panic Disorder 2019: 31 p. 102 9. National Institute of Mental Health Office of Science Policy 2016, Planning and CommunicationsScience Writing, Press, and Dissemination Branch6001 Executive BoulevardRoom 6200, MSC 9663Bethesda, MD 20892-9663, Panic Disorder:When Fear Overwhelms.



12



LAMPIRAN



10. PEDOMAN NASIONAL PELAYANAN KEDOKTERAN ILMU KEDOKTERAN JIWA (PSIKIATRI)



13



14



National Institute of Mental Health Office of Science Policy 2016, Planning and CommunicationsScience Writing, Press, and Dissemination Branch6001 Executive BoulevardRoom 6200, MSC 9663Bethesda, MD 20892-9663, Panic Disorder:When Fear Overwhelms.



15



16



Kadek Aryati, Cahyaningsih FR. Case Report of A Man Age 27 Years Old with



Panic Disorder. Januari 2020



17



Dimitar Bonevski and Andromahi Naumovska. Panic Attacks and Panic Disorder 2019: 31 p. 102



18



19



Yunita Victoria Natal, TERAPI KOGNITIF PERILAKU UNTUK MENURUNKAN TINGKAT KECEMASAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN AGORAFOBIA, JURNAL PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH LAMPUNG Vol. 3 No.1, Februari 2021



20



Perna G et al. Long-term pharmacological treatments of anxiety disorders: An updated systematic review. Current Psychiatry Reports. 2016;18:23



21



22



23