13 0 790 KB
MAKALAH SEMINAR LITERATUR STEROID
DISUSUN OLEH : KELOMPOK III 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Meyly Ekawati Thebora S Della Tamara Putri Rismatua Oktafiani Wukhoidatul Malihah Bayu Aprilia Utami Razman Yushar Rinaldi Satria
F1C115006 F1C115007 F1C115018 F1C115019 F1C115023 F1C115025 F1C115027
DOSEN PENGAMPU Dr. Diah Riski Gusti, S. Si., M.Si
PROGRAM STUDI S-1 KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS JAMBI 2018
KATA PENGANTAR Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT, karena berkat limpahan rahmat-Nya lah tim penulis dapat menyelesaikan makalah “Seminar Literatur” ini. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan besar kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukkan kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran agama Islam yang sempurna dan menjadi anugerah serta rahmat bagi seluruh alam semesta. Tim penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang dapat mendidik serta membangun makalah ini agar menjadi lebih baik dan mendekati kesempurnaan. Dengan kekurangan yang masih ada, tim penulis mengharapkan masukan untuk menutupi kekurangan tersebut. Untuk itu tim penulis juga menghaturkan penghargaan dan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada dosen pembimbing kami Ibu Dr. Diah Riski Gusti, S. Si., M.Si yang telah memberikan pengarahannya kepada tim penulis untuk menyelesaikan tugas ini. Akhir kata, tim penulis hanya bisa berharap bahwa dibalik kekurangan yang ada dalam penyusunan makalah ini, masih dapat ditemukan sesuatu yang dapat memberikan manfaat dan panduan serta perubahan yang lebih baik bagi tim penulis, pembaca, serta pengguna lainnya.
Jambi, 23 Februari 2018
Tim Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................i DAFTAR ISI.................................................................................................ii BAB I PENDAHULUAN.................................................................................1 1.1 Latar Belakang..................................................................................1 1.2 Rumusan masalah............................................................................2 1.3 Tujuan..............................................................................................2 BAB II LANDASAN TEORI............................................................................3 2.1 Steroid..............................................................................................3 2.2 Manfaat Steroid.................................................................................5 2.2.1 Peran steroid pada tumbuhan..................................................5 2.2.2 Peran steroid pada hewan dan manusia...................................5 2.2.3 Peran steroid yang diproduksi tumbuhan bagi manusia...........6 2.3 Calligonum polygonoides Linn. (Polygonaceae)...................................6 BAB III METODELOGI PENELITIAN............................................................7 3.1 Pengumpulan dan Identifikasi Bahan Tanaman................................7 3.2 Ekstraksi dan Isolasi.........................................................................7 3.3 Kromatografi Gas Spektrometri Massa (GC MS).................................7 3.4 Analisis FTIR.....................................................................................8 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN..............................................................9 BAB V PENUTUP.......................................................................................15 5.1 Kesimpulan.....................................................................................15 DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................16
ii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Steroid adalah terpenoid lipid yang di identifikasi
oleh kerangka
karbon dengan 4 cincin menyatu. Steroid berbeda karena tingkat oksidasi mereka kelompok fungsional yang melekat pada cincin. Kegunaan
dari
steroid
dan
(androgen,
glukokortikoid)
progestagens,
adalah
untuk
estrogen,
keseimbangan
mineralokortikoid garam,
metabolisme
pengendalian dan perbaikan serta sebagai fungsi organ seksual dan perbedaan biologis lainnya antara kedua jenis kelamin. Steroid dalam bentuk garam empedu (misalnya, garam-garam asam deoxycholic dan kolat dan konjugat taurin dan glisin) memudahkan dalam proses
pencernaan.
Adapun
hasil
sintesis
steroid
seperti
glukokortikosteroid, estrogen, methylprednisolone, kortikosteroid, androgen, squalamine dan hidrokortison juga digunakan untuk pengobatan berbagai penyakit seperti radang sendi, keganasan, reaksi alergi, dan penyakit yang dihasilkan dari produksi normal atau hormon defisiensi. Campesterol (rapeseed, kedelai dan gandum-kuman minyak) adalah sterol yang paling dikenal di alam bersama dengan stigmasterol dan β-sitosterol, itu menunjukkan menurunkan kolesterol dan efek anti kanker. Karena angiogenesis adalah penting untuk kanker, itu dugaan bahwa efek antiangiogenic mungkin terlibat dalam aksi antikanker dari senyawa ini. Stigmasterol
mungkin
berguna
dalam
pencegahan
kanker
tertentu,
termasuk ovarium, prostat, payudara, dan kanker usus besar. Genus Calligonum milik keluarga Polygonaceae, terdiri dari sekitar 80 spesies dan ditemukan di banyak negara seperti Afrika Utara, Eropa Selatan dan Asia Barat. Calligonum polygonoides dikenal karena sifat obatnya. Bunga-bunga dari C. polygonoides berguna terhadap beberapa penyakit seperti batuk, asma dan rasa dingin. Adapula produk dari tanaman ini berupa jus penembak yang diterapkan pada mata sebagai penangkal kalajengking yang dapat menyengat, rebusan akarnya dicampur
1
2
dengan catechu digunakan sebagai obat kumur untuk sakit gusi, dan lateks yang digunakan untuk mengobati eksim, menyembuhkan gigitan anjing
rabies
dan
untuk
menginduksi
aborsi.
Ekstrak
metanol
C.
polygonoides menunjukkan toksisitas yang kuat di uji mematikan air garam-udang. Skrining fitokimia dari C. polygonoides menunjukkan hasil positif bagi flavonoid, alkaloid, protein, tanin, steroid, fenol, karbohidrat dan terpenoid. Minyak esensial dari tunas dan akar C.polygonoides mengandung campuran kompleks terpenoid, hidrokarbon, senyawa fenolik, turunan asam dan keton. Berdasarkan kandungan tersebut sehingga pada penelitian ini dilakukan
pengambilan
senyawa
murni
atau
isolasi
tehadap
akar
C.polygonoides dan karakterisasi steroid dari Calligonolides. 1.2 Rumusan masalah 1. Bagaimana cara mengisolasi steroid dari akar C. polygonoides ? 2. Apa instrumen yang dapat digunakan dalam menganalisis senyawa steroid dari akar C. polygonoides ? 1.3 Tujuan 1. Untuk mengisolasi dan mengkarakterisasi steroid dari akar C. Polygonoides. 2. Untuk mengetahui
instrumen
yang
dapat
digunakan
dalam
menganalisis senyawa steroid dari akar C. Polygonoides.
2
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Steroid Steroid adalah senyawa organik lemak sterol tidak terhidrolisis yang dapat dihasilkan dari reaksi penurunan senyawa terpena atau skualena. Steroid merupakan kelompok senyawa yang penting dengan struktur dasar sterana jenuh atau dalam bahasa Inggrisnya adalah saturated tetracyclic hydrocarbon
(1,2–cyclopentanoperhydrophenanthrene)
karbon dan 4 cincin.
dengan
17
atom
Steroid juga merupakan senyawa yang memiliki
beberapa turunan senyawanya seperti, kolesterol, ergosterol, progesteron, dan
estrogen
yang
merupakan
suatu
senyawa
ang
telah
banyak
dimanfaatkan pula. Pada umunya steroid berfungsi sebagai hormone dan struktur yang terdiri dari 17 atom karbon tersebut dapat membentuk tiga cincin sikloheksana dan satu cincin siklopentana. Perbedaan jenis steroid yang satu dengan steroid yang lain terletak pada gugus fungsional yang diikat oleh ke-empat cincin ini dan tahap oksidasi tiap-tiap cincinnya. Sifat umum yang dimiliki oleh steroid adalah molekul kompleks yang larut di dalam lemak dengan empat cincin yang saling tergabung (Lechninger, 1982).
Gambar 1. Struktur Steroid Pada steroid alami, hampir semua cincin berada dalam bentuk “kursi”, yaitu konformasi yang lebih stabil. Sebagian besar steroid pada tumbuhan semua cincinnya disambungkan satu sama lain dengan ikatan trans. Akibatnya ialah bahwa seluruh sistem cincin terletak pada satu bidang (sebidang) dan gugus penyulih mencuat tegak lurus pada bidang cincin. Gugus metil pada C-10 dinyatakan mengarah ke atas. Gugus apa saja yang letaknya trans terhadap gugus metl C-10 dinyatakan sebagai
3
4
konfigurasi alpha (α) dan gugus yang letaknya cis sebagai beta (β) (Robinson, 1995). Steroid merupakan salah satu golongan senyawa metabolik sekunder yang cukup penting dalam bidang medis. Sampai sekarang lebih dari 150 jenis steroid telah terdaftar sebagai obat. Beberapa jenis senyawa steroid yang digunakan dalam dunia obat-obatan antara lain esterogen merupakan jenis steroid hormon seks yang digunakan untuk kontrasepsi sebagai penghambat ovulasi, progestin merupakan steroid sintetik digunakan untuk mencegah keguguran dan uji kehamilan, glukokortikoid sebagai anti inflamasi, alergi, demam, leukemia, dan hipertensi serta kardenolida merupakan golongan steroid glikosida jantung yang digunakan sebagai obat diuretik dan penguat jantung. Karena semakin meningkatnya kebutuhan akan obat-obatan steroid, maka perlu diupayakan pencarian bahan baku yang lebih banyak untuk mensintesis obat-obatan steroid dimasa yang akan datang. Steroid
adalah
mengandung inti
suatu
golongan
senyawa
triterpenoid
yang
siklopentana perhidrofenantren yaitu dari tiga cincin
sikloheksana dan sebuah cincin siklopentana. Dahulu sering digunakan sebagai hormon kelamin,asam empedu, dll. Tetapi pada tahun-tahun terakhir ini makin banyak senyawa steroid yang ditemukan dalam jaringan tumbuhan. Tiga senyawa yang biasa disebut fitosterol terdapat pada hampir setiap tumbuhan tinggi yaitu: sitosterol, stigmasterol, dan kampesterol (Harborne, 1987). Menurut asalnya steroid dapat dibagi atas : 1. Zoosterol, yaitu steroid yang berasal dari hewan misalnya kolesterol. 2. Fitosterol, yaitu steroid yang berasal dari tumbuhan misalnya sitosterol dan stigmasterol. 3. Mycosterol, yaitu steroid yang berasal dari fungi misalnya ergosterol. 4. Marinesterol, yaitu steroid yang berasal dari organisme laut misalnya spongesterol. Sedangkan berdasarkan jumlah atom karbon yang dimilikinya, steroid dapat terbagi atas : 1. Steroid dengan jumlah atom karbon 27, misalnya zimasterol. 2. Steroid dengan jumlah atom karbon 28, misalnya ergosterol.
5
3. Steroid dengan jumlah atom karbon 29, misalnya stigmasterol. 2.2 Manfaat Steroid Menurut Wilbraham dan Matta (1992), beberapa steroid mempunyai peran penting baik organisme sebagai penghasil steroid tersebut maupun makhluk lain. Beberapa steroid mempunyai peran penting baik untuk organisme penghasil steroid tersebut maupun makhluk lain. Dan dapat didijelaskan berdasarkah hal berikut : 2.2.1 Peran steroid pada tumbuhan Brassinolide atau yang disebut steroid perangsang tumbuhan yang memiliki beberapa fungsi sebagai berikut : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Meningkatkan laju perpanjangan sel tumbuhan Menghambat penuaan daun Mengakibatkan lengkuk pada daun rumput-rumputan Menghambat proses gugurnya daun Menghambat pertumbuhan akar tumbuhan Meningkatkan resis Tensi pucuk tumbuhan kepada stress lingkungan
2.2.2 Peran steroid pada hewan dan manusia Steroid
pada
umumnya
dapat
digunakan
sebagai
obat
peradangan, fungsi dari steroid ini dapat dikenal sebagai peningkat massa dan kekuatan otot. Namun sebenarnya bila digunakan secara memadai di bawah pengawasan dokter, kortikosteroid merupakan obat yang cukup ampuh dalam mengatasi peradangan dan mengurangi rasa nyeri,
akan
teatpi
senyawa
ini
memiliki
banyak
resiko
jika
penggunaannya sembarangan atau tanpa pengarahan dari dokter. Disamping kemampuannya dalam meredakan nyeri, steroid juga bekerja langsung pada kimiawi otak untuk meningkatkan mood dan mengurangi sensasi nyeri. 2.2.3 Peran steroid yang diproduksi tumbuhan bagi manusia 1. Sebagai obat layu jantung dalam takaran yang sangat rendah, karena dapat memperbaiki irama jantung. Dalam dosis yang cukup tinggi digitalis dapat mematikan.
6
2. Banyak diantara metabolit sekunder mempunyai aktivitas biologis yang dapat mengobati berbagai penyakit, salah satunya adalah penyakit diabetes mellitus yang merupakan penyakit yang terjadi karena defisiensi insulin. 2.3 Calligonum polygonoides Linn. (Polygonaceae)
Gambar 2. Calligonum polygonoides Calligonum polygonoides Linn. (Polygonaceae) yang biasa dikenal dengan “Phog”merupakan salah satu tanaman yang mengandung sejumlah unsur fitokimia yaitu, flavonoid, alkaloid, protein, tanin, steroid, fenol, karbohidrat, terpenoid dan lain-lain. Tanaman ini merupakan adalah semak kecil yang ditemukan di daerah gurun Thar, biasanya tingginya 4 kaki sampai 6 kaki tapi kadang-kadang bisa mencapai ketinggian bahkan 10 kaki dengan ketebalan 1 sampai 2 kaki. Tanaman ini disebut sebagai orta dalam puisi Arab kuno. Biasanya tumbuh di tanah berpasir kering dan di atas bukit pasir. Tanaman ini
sangat kuat dan mampu tumbuh dalam
kondisi tanah dan kelembaban yang buruk serta mudah diperbanyak dengan cara memotong dan melapisi. BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Pengumpulan dan Identifikasi Bahan Tanaman Akar C. polygonoides dikumpulkan dari Desa Mehendri Jo-Par), District Umerkot di Provinsi Sindh Pakistan pada Januari 2012. Dari pabrik itu disimpan di herbarium dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Tanaman, Universitas Sindh Jamshoro, Pakistan. Sampel tanaman di identifikasi oleh
7
ahli taksonomi dari lembaga yang sama. Bahan tanaman dikeringkan atau diangin-anginkan dalam kondisi normal. 3.2 Ekstraksi dan Isolasi Sekitar 300 g akar bubuk C. polygonoides yang dimaserasi dalam metanol selama tiga hari. Digoyang sesekali dan dilakukan pengadukan. Kemudian
ekstrak
disaring
menggunakan
kertas
Whatman.
Filtrat
dipekatkan sampai kering di dalam vakum. Dilakukan tes (Reaksi Salkowski dan Lie-Bermann Burchard) untuk mendeteksi steroid dalam ekstrak. Ekstrak methanol kering dipisahkan dengan kromatografi kolom silika gel (ukuran partikel 0,2 dan 0,5 mm, 35 dan 70 mesh ASTM) dan gradien dilakukan dengan eluen kloroform, campuran kloroform-etil asetat dan etil asetat. Setiap fraksi dikumpulkan dalam porsi 20 ml dan dipantau dengan KLT (Predilapisi aluminium silika gel piring). Fraksi kloroform dengan KLT preparatif menggunakan heksana:kloroform (40:60) sistem pelarssut. Hasil TLC menunjukkan empat tempat dengan waktu retensi yang berbeda. Setiap spot (menunjukkan senyawa) tergores secara terpisah dan dilarutkan dalam heksana kemudian disaring menggunakan kertas Whatman. Senyawa terisolasi yang didapatkan di identifikasi dengan tes kimia. Untuk karakterisasi lebih lanjut dilakukan UV, FT-IR dan GC MS. 3.3 Kromatografi Gas Spektrometri Massa (GC MS) Analisis GC MS dari sampel tanaman dilakukan pada Agilent 6890 instrumen GC ditambah dengan MS 5975 massa XL lembam detektor selektif dan digunakan auto sampler 7683-B injector. HP 5 ms kolom dengan dimensi 30 m 0,25mm, ketebalan 0,25 mm digunakan untuk analisis. Suhu awal 150 °C dipertahankan selama 2 menit, suhu naik 230 °C terus selama 5 menit, dengan peningkatan 4 °C/menit. 1,0 mL sampel disuntikkan, menggunakan mode split dengan rasionya 10:1. Gas helium digunakan sebagai gas pembawa pada tingkat alir 0,8 mL/menit. Mode ionisasi elektron dengan energi ionisasi 70 eV digunakan untuk deteksi MS. Injektor dan masing-masing suhu transfer line ditetapkan pada 240 °C dan 270 °C.
8
3.4
Analisis FTIR Spektrum FT-IR diperoleh dengan menggunakan Thermo Nicolet
Avatar 330 FT-IR spectrometer dikendalikan oleh perangkat lunak OMNIC (instrumen Thermo Nicolet Analytical, Madison, WI, USA) stasiun dengan detektor deuterated triglycine sulfat (DTGS) dan optik KBr. Stasiun sampling dilengkapi dengan overhead ATR aksesori (Spectra-Tech, Shelton, CT) yang terdiri dari optik pengalihan dengan di ruang dimana radiasi inframerah diarahkan ke ATR selenide seng kristal dilepas dipasang di palung dangkal untuk sampel penahanan. Sebuah sinar spektrum tunggal (4000-650 cm 1) sampel diperoleh terhadap udara sebagai latar belakang pada resolusi 4 cm 1 dan total 32 scan.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini digunakan metode ektraksi sebagai metode dasar dalam pengambilan komponen atau senyawa metabolit sekunder yakni salah satunya steroid di dalam bahan yang homogen, dimana senyawa diambil dari bagian akar C. Polygonoides. Prinsip ekstraksi yang umum digunakan adalah metode maserasi karena merupakan salah satu metode praktis
dan
tidak
terlalu
banyak
menggunakan
alat.
Metode
ini
menggunakan pelarut metanol yang bersifat polar sebagai pelarut, hal ini dilakukan dengan mempertimbangkan sifat-sifat yang dimiliki oleh metanol. Metanol merupakan pelarut yang dapat melarutkan zat yang diinginkan, mempunyai titik didih yang rendah, murah dan mudah didapat, tidak toksik, tidak mudah terbakar dan berperan sebagai magic solvent. Ekstrak metanol akar C. Polygonoides yang telah diuapkan kemudian diuji dengan uji fitokimia. Digunakannya uji fitokimia ini dimaksudkan untuk mengetahui komponen bioaktif yang terdapat di dalam bahan dan memastikan adanya senyawa steroid pada ekstra kasar yang didapat. Pengujian
dilakukan
berdasarkan
pereaksi
salkowski
dan
pereaksi
Liebermann-Burchard. Uji salkowski digunakan untuk mengidentifikasi adanya steroid tak jenuh pada ekstrak, dengan hasil positif yang diperoleh adalah cincin warna merah. Sedangkan untuk uji Liebermann-Burchard hasil positif jika menandakan adanya warna merah ungu terbentuk setelah dicampurkan pereaksi. Berdasarkan literatur untuk hasil skrining fitokimia bubuk serta ekstrak air dari berbagai bagian C. poligonoides (akar, batang, kuncup, bunga dan biji) diskrining, karena produk alami bervariasi baik dalam konsentrasi dan jenis phytochemicals yang dilakukan untuk di berbagai bagian tanaman. Tabel 1. Menunjukkan Hasil Uji Fitokimia Pada C. Poligonoides Dengan Berbagai Konsentrasi Senyawa Alkaloid Tanin
Akar ± ++
Batang ++
Tunas ± ++
Bunga ++
Biji ± ++
9
10
Saponin + + + Flavonoid ± ++ Steroid + + + Phenols ++ ++ ++ Cardiac glycoside Karbohidrat ++ ++ ++ Asam amino Protein Terpenoid + + + Pholobatannins (++) = konsentrasi lebih tinggi, (+) = konsentrasi tinggi,
+ ++ ++ + + ++ ++ ++ ++ + ± + + (±) = konsentrasi
sedang, (–) = tidak ada konsentrasi Tujuan
dari
penelitian
ini
adalah
untuk
mengisolasi
dan
mengkarakterisasi steroid dari akar C. Polygonoides. Tabel 1 menunjukkan hasil uji fitokimia pada beberapa bagian konsentrasi tersebut. Berdasarkan uji fitokimia yang telah dilakukan, menerangankan bahwa hasil yang positif untuk steroid dengan kata lain, hasil menjelasakan bahwa di dalam akar tanaman tersebut
terdapat senyawa steroid. Selanjutnya ekstrak yang
dihasilkan dari metode tersebut diuji dengan kromatografi kolom melalui silika gel menggunakan ukuran 0,2-0,5 mm, 35-70 mesh ASTM dengan fasa gerak yaitu eluen yang ditingkatkan kepolarannya secara bergradien. Dikarenakan proses pemisahan dan pemurnian dilakukan dengan metode kromatografi kolom maka, sebelum pemisahan dan pemurnian tersebut dilakukan terlebih dahulu analisis dengan menggunakan Kromatografi Lapis Tipis (KLT), analisis ini bertujuan untuk menentukan pelarut atau eluen
yang
cocok
untuk
digunakan
pada
saat
pemisahan
dengan
kromatografi kolom sehingga antara pengotor dengan hasil isolasi dapat terpisah
secara
sempurna.
Hal ini dapat
terjadi
dikarenakan
pola
kromatogram pada KLT menunjukkan pola pemisahan yang terjadi pada kromatografi kolom. Setelah dilakukan tahapan ini barulah ditentukan bahwa dengan kromatografi kolom digunakan silika gel sebagai fasa diam dengan dielusi dalam sistem pelarut yang berbeda (CHCl 3, campuran CHCl3-EtOAc dan EtOAc)
dengan
elusi
gradien,
pemilihan
eluen
yang
berbeda-beda
dimaksudkan untuk mengefektifkan pemisahan dari senyawa-senyawa yang
11
ingin dipisahkan. Kromatografi kolom ini bertujuan untuk memisahkan komponen-komponen senyawa yang terdapat dalam sampel berdasarkan perbedaan tingkat kepolaran senyawa, sehingga fraksi yang diperoleh akan memiliki komponen yang lebih sederhana dari sebelumnya. Setiap fraksi yang didapat kemudian dipantau oleh KLT kembali. Setelah mendapatkan beberapa fraksi, lalu fraksi kloroform yang didapatkan dari metode tersebut dimurnikan lebih lanjut dengan persiapan KLT menggunakan heksana dan kloroform dengan perbandingan 40 : 60 sistem pelarut. Tujuan dari kegiatan ini adalah sebagai bahan pertimbangan untuk kemurnian fraksi yang didapat. Hasil KLT mengarah pada isolasi campesterol (1), stigmasterol (2), (3β, 5, 24S)-stigmastan-3-ol (3) dan stigmast-4-en-3-one (4) (ditunjukkan pada Gambar 3).
Gambar 3. Steroid Yang Diidentifikasi Dari Akar C. Polygonoid Hasil KLT menunjukkan empat titik dengan waktu retensi yang berbeda. Plat KLT selanjutnya dicelupkan kedalam chamber berisi heksana dengan tujuan penjenuhan atau untuk melihat ada atau tidaknya spot baru yang muncul dari eluen yang berbeda. Plat yang telah terjenuhkan oleh heksana selanjutnya divisualisasikan dengan lampu UV untuk memudahkan dalam melihat noda-noda pada plat KLT dengan mengukur harga Rfnya. Sedangkan untuk memastikan lebih lanjut, dilakukan penentuan struktur secara spektroskopi (FTIR dan GC-MS) sehingga diketahui struktur dan golongan senyawa tersebut.
12
Hasil dari spektroskopi FTIR pada penelitian tidak ditayangkan hasil kurva spektrumnya melainkan dialokalisasikan dalam bentuk penjabaran tabel yang dapat dilihat pada Tabel 2 berikut : Tabel 2. Hasil Analisis Spektroskopi FTIR Gugus fungsi C-H O-H C=C (CH2) (OH def) Sikloalkana
Panjang gelombang (cm-1) 2.950 2.860 3.360 1.630 1.445 1.371 1.050
Spektrum FTIR yang diperoleh dari senyawa yang terisolasi menunjukkan puncak diagnostik yang berkaitan dengan peregangan C-H pada 2.950 cm -1 dan 2.860 cm-1. Puncak penyerapan O-H dan C=C masing-masing 3.360 cm 1
dan 1.630 cm-1. Puncak penyerapan lainnya meliputi 1.445 cm -1 (CH2),
1.371 cm-1 (OH def) dan 1.050 cm-1 (sikloalkana) memverifikasi data yang diperlukan mengenai struktur steroid. Sedangkan untuk hasil spektrum dari spektroskopi UV (dicatat dalam metanol) stigmasterol menunjukkan puncak pada 256 nm karena mengandung dua ikatan rangkap terisolasi. Sementara, stigmast-4-en-3-one dan campesterol menunjukkan puncak masing-masing pada 231 dan 251 nm. GC-MS adalah metode yang paling berguna untuk karakterisasi steroid (Radulovic & Dordevic, 2011; Lacikova, 2007).
Gambar 4. Standar Spektrum Massa Dari Komponen
13
Masing-masing senyawa dianalisis dengan GC-MS dan diidentifikasi dengan perbandingan spektrum massanya dengan senyawa referensi dalam sistem data spektrum Wiley dan Institut Nasional Standar dan Teknologi (NIST). Senyawa diidentifikasikan dengan kemiripan persentase diatas 90%. Konformasi
lebih
lanjut
dari
senyawa
ini
dilakukan
dengan
membandingkan spektrum massa dan massanya dengan data dalam literatur (Jain & Bari, 2010; Kamboj & Saluja, 2011; Yang et al., 2003; Alexander-Lindo et al., 2004; Johnsson & Dutta, 2003; Patra et al., 2010). Hasil menunjukkan kesepakatan yang baik untuk struktur campesterol, stigmasterol,
(3β,
5,
24S)-stigmastan-3-ol
dan
stigmast-4-en-3-one.
Dengan hasil GC-MS berdasarkan literatur tersebut sebagai berikut : Tabel 3. Data Spektroskopi Stigmasterol dan Campesterol Senyawa Stigmasterol
Teknik Spektroskopi UV λmax IR: (CHCl3): 1
HNMR (CDCl3)
13
CNMR (CDCl3)
GCMS: m/z with % abundance Campesterol
UV λmax IR: (CHCl3): 1
HNMR (CDCl3)
13
CNMR (CDCl3)
Data 257 nm 3320, 2946, 2854, 1480, 1388, 1189, 1096, 1035, 668 cm-1 δ 5.14 (M, 1H, H-6), δ 4.16 (s, 1H), δ 4.14 (s, 1H), δ 3.62 (ttd, OH, H-3), δ 0.99 (s, 3H), δ 0.91 (s, 3H) δ 140.80, δ 130.10, δ 128.60, δ 121.80, δ 71.60, δ 58.10, δ 56.10, δ 52.10, δ 50.10, δ 42.28, δ 40.28, δ 37.40, δ 33.40, δ 31.71, δ 28.40, δ 27.10, δ 24.10, δ 21.80, δ 19.10, δ 17.10, δ 15.10, δ 12.80 412 (M+,C29H48O), 55 (100), 394 (8), 255 (16), 213 (9), 199 (8), 159 (25), 145 (29), 133 (26), 121 (19), 105 (32), 91 (34), 83 (64), 81 (59), 69 (52), 41 (39) 251 nm 3320, 2946, 1464, 1189, 1096, 1042 dan 680 cm-1 δ 5.10 (m, 1H, H-6), δ 3.21 (ttd, OH, H3), δ 1.27 (s, 3H), δ 1.14 (s, 3H), δ 1.09 (s, 3H), δ 0.98 (s, 3H), 0.95 (s, 3H) δ 140.80, δ 121.10, δ 71.60, δ 56.10, δ 50.10, δ 42.28, δ 37.40, δ 33.40, δ 31.71, δ 42.28, δ 40.28, δ 37.40, δ 33.40, δ 31.71, δ 28.40, δ 27.10, δ 24.10, δ 21.80, δ 19.10, δ 17.10, δ
14
GCMS: m/z with % abundance
15.10, δ 12.80 400 (M+,C28H48O), 43 (100), 382 (6), 367 (4), 261 (15), 161 (16), 159 (19), 147 (28), 145 (37), 105 (38), 91 (37), 161 (16), 159 (19), 147 (28), 145 (37), 105 (38), 91 (37), 81 (50), 67 (32), 57 (41), 55 (62) dan 29 (16)
Berdasarkan isi Tabel 3 di atas, dapat dilihat bahwa senyawa yang diperoleh dari akar tanaman ini merupakan golongan steroid
yaitu
campesterol, stigmasterol, (3β, 5, 24S)-stigmastan-3-ol dan stigmast-4-en3-one yang diperoleh dari literatur yang telah dijelaskan sebelumnya dapat dikatakan bahwa untuk data GC-MS (m/z) senyawa stigmasterol 412, campesterol 400, stigmast-4-en-3-one 412, dan 5-stigmastan-3-ol 416.
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa : 1. Isolasi steroid dari akar C.polygonoides dilakukan dengan cara maserasi dan berdasarkan perbandingan data yang diperoleh dari penelitian dengan
data
literatur,
diketahui
senyawa
yang terisolasi sebagai
campsterol, stigmasterol, (3β, 5α 24S)-stigmastan-3-ol dan stigmast 4en3-one. 2. Turunan steroid (stigmasterol, stigmast 4en-3-one, dan campsterol) yang diperoleh dari akar C.polygonoides dapat diidentifikasi menggunakan beberapa instrumen seperti, KLT, kromatograpi kolom, spektroskopi UV (256 nm, 231 dan 251 nm), FTIR (mengindikasi adanya gugus C-H,O-H, C=C, CH2, OH def dan sikloalkana), dan GC-MS (stigmasterol 412, campesterol 400, stigmast-4-en-3-one 412, dan 5-stigmastan-3-ol 416).
15
DAFTAR PUSTAKA Harbone, J. B. Metode Fitokimia, Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan. Bandung: ITB. Jain PS, Bari SB. Isolation of lupeol, stigmasterol, caempsterol from petroleum ether extract of woody stem of Wrightia tinctoria. Asian J Plant Sci. 2010;9:163e167. Lacikova L, Zapletal J, Masterova I, Grancai D. GC-MS analysis of leaves
petrol
species.
ether
Acta
extracts
facult
from
pharm
four
univ
Staphylea
L.
comenianaae.
2007;54:104-108 Lehninger, A. L. 1982. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: Erlangga. Patra A, Jha
S, Murthy PN, Manik Sharone A. Isolation and
characterization
of
stigmast-5-en-3b-ol
(b-sitosterol)
from the leaves of Hygrophila spinosa T. Anders. Int J Pharma Sci Res.2010;1:95-100. Radulovic NS, (Conium
Dordevic ND.
Steroids from poison hemlock
maculatum L.): a GCeMS analysis. J Serb Chem
Soc.2011;76:1471e1483. Robinson, T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Bandung: ITB Press. Samejo, M. Q., Memon, S., Bhanger, M. I dan Khan, K. M. 2013. Isolation and Characterization of Steroids from Calligonum polygonoides. Journal of pharmacy research. Vol 6: 346-349. Wilbraham, A.C dan M. B. Matta. 1992. Pengantar Kimia Organik Hayati. Bandung: ITB.
16