Makalah Tren Dan Isu Hiv Kel.3 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MAKALAH TREND DAN ISU HIV AIDS Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah HIV/AIDS Dosen pengampu : Nila Putri Purwandari., S.Kep., Ns., M.Kep



Disusun Oleh : Kelompok 3 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.



Amifta Cindy Laura Arin Saqi Aryani Dwi Wardatul Hayati Eka Widiyaningrum Elshahna Prananda Hildha Dwi Astuti Intan Nur Lailiyah Maftukhah Imma Ulya



2019012163 2019012165 2019012171 2019012172 2019012173 2019012176 2019012179 2019012185



PSIK 3A



PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN CENDEKIA UTAMA KUDUS 2020



KATA PENGANTAR



Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “TREND DAN ISU HIV AIDS” secara tepat waktu. Makalah ini disusun sebagai salah satu persyaratan tugas mata kuliah HIV AIDS oleh dosen Pengampu Nila Putri Purwandari., S.Kep., Ns., M.Kep. Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih terdapat banyak sekali hambatan yang disebabkan oleh kurangnya sarana dan prasarana, serta keterbatasan kami sendiri. Makalah ini dapat terselesaikan karena beberapa pihak yang telah membantu dalam penulisan ini. Oleh karena itu, penulis menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, terutama kepada: 1. Ilham Setyo Budi, S.Kp., M.Kes. selaku kepala STIKES Cendekia Utama Kudus. 2. Heriyanti Widyaningsih, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku ketua prodi S1 Ilmu Keperawatan dan Ners STIKES Cendekia Utama Kudus. 3. Nila Putri Purwandari., S.Kep., Ns., M.Kep selaku dosen pengampu mata kuliah HIV AIDS. 4. Orang tua dan seluruh keluarga yang selalu memberikan semangat, dukungan, dan doa. 5. Teman-teman seperjuangan, atas perhatiannya semoga kita tetap menjalin serta menjaga silaturrokhim diantara kita semua, amin. Kami menyadari bahwasannya banyak sekali kekurangan dan kelemahan dalam pembuatan makalah ini, oleh sebab itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran agar karya tulis ini dapat memberikan pengetahuan dan manfaat bagi pembaca secara sempurna.



Kudus, Desember 2020



Penyusun



2



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR..............................................................................................2 DAFTAR ISI.............................................................................................................3 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang...............................................................................................4 B. Rumusan Masalah..........................................................................................4 C. Tujuan Penulisan............................................................................................4 BAB II PEMBAHASAN A. B. C. D.



Definisi HIV/AIDS........................................................................................6 Trend dan Isu Mengenai HIV/AIDS..............................................................9 Pendapat yang Salah Mengenai Penularan HIV/AIDS..................................10 Pencegahan Penularan HIV/AIDS.................................................................12



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan....................................................................................................15 B. Saran...............................................................................................................15 DAFTAR PUSTAKA



3



BAB I PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Masalah Trend kejadian HIV/AIDS didunia cenderung meningkat setiap tahunnya. Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2014 di dunia didapatkan 36.900.000 orang terinfeksi HIV/AIDS. Di Indonesia menurut Dirjen PP dan PL Kemenkes RI (2014), ada sekitar 150.285 orang terinfeksi HIV/AIDS. Bila dilihat keseluruhan provinsi di Indonesia, DKI Jakarta menempati urutan pertama HIV/AIDS sebanyak 32.782 orang dan provinsi Jambi menempati urutan ke 23 sebanyak 751 orang dan 15,4% berasal dari kota Jambi (Dinkes Kota Jambi, 2014). Jadi di Indonesia dan dunia memerlukan penanganan HIV/AIDS yang sama sehingga dapat menekan peningkatan HIV/AIDS. Berdasarkan kelompok umur, proporsi kasus HIV tertinggi terjadi pada usia 25-49 tahun (68%), diikuti kelompok umur 20-24 tahun (18,1%) dan kelompok umur 50 tahun (6,6%). Persentase faktor risiko HIV tertinggi adalah hubungan seks berisiko pada heteroseksual (53%), homoseksual (35%), lain-lain (11%) dan penggunaan jarum suntik tidak steril pada penasun (1%). Kasus HIV/AIDS di Indonesia ditemukan pertama kali pada tahun 1987 sampai Desember 2016, kasus HIV/AIDS terkenal di 407 (80%) dari 507 Kabupaten/ Kota di seluruh Provinsi Indonesia. Provinsi pertama kali ditemukan adanya HIV/AIDS adalah provinsi Bali, sedangkan yang terakhir melaporkan adalah Provinsi Sulawesi Barat pada tahun 2012. Persentase AIDS pada laki-laki sebanyak 67,9% dan perempuan 31,5%. Sementara itu 0,6% tidak melaporkan jenis kelamin. B. Rumusan Masalah Dari uraian latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Apa yang dimaksud dengan HIV/AIDS? 2. Bagaimana trend dan isu mengenai HIV/AIDS? 3. Bagaimana pendapat yang salah mengenai penularan HIV/AIDS? 4. Bagaimana pencegahan penularan HIV/AIDS?



C. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum Tujuan yang ingin dicapai yaitu untuk menyelesaikan tugas mata kuliah HIV/AIDS oleh dosen Nila Putri Purwandari., S.Kep., Ns., M.Kep 2. Tujuan khusus Tujuan khusus yang ingin dicapai pada makalah ini adalah: a. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan HIV/AIDS b. Untuk mengetahui bagaimana trend dan isu mengenai HIV/AIDS 4



c. Untuk mengetahui bagaimana pendapat yang salah mengenai penularan HIV/AIDS d. Untuk mengetahui bagaimana pencegahan penularan HIV/AIDS



5



BAB II PEMBAHASAN



A. Definisi HIV/AIDS Definisi HIV (Human immunodeficiency virus) merupakan virus yang menyebabkan Aids (Acquired Immuno Deficiency Syndrome). Infeksi HIV (Human immunodeficiency virus) dan Aids (Acquired Immuno Deficiency Syndrome) merupakan suatu spectrum dari penyakit infeksi pada sistem imun yang disebabkan oleh HIV (Human immunodeficiency virus) sehingga menyebabkan imunodefisiensi (keadaan dimana komponen sistem imun tidak dapat berfungsi secara normal). Aids (Acquired Immuno Deficiency Syndrome) adalah suatu kumpulan gejala berkurangnya kemampuan pertahanan diri yang disebabkan oleh masuknya virus HIV dalam tubuh seseorang. Orang dengan HIV/Aids (ODHA) merupakan orang \yang telah terinfeksi HIV. Epidemiologi HIV/Aids pertama kali dijelaskan tahun 1981 dengan ditemukannya infeksi oportunistik dan limfadenopati pada homoseksual, kemudian pada tahun 1983 berhasil diisolasi penyebabnya, kemudian berkembang pesat sampai saat ini. Lebih dari 20 juta orang meninggal karena infeksi HIV, dan diperkirakan lebih dari 60 juta orang terinfeksi HIV. Lebih dari 5 juta infeksi baru ditemukannya tiap tahun, sekitar 800.000 diantaranya adalah anak-anak. Di negara-negara sub-Sahara Afrika prevalensi wanita hamil menderita HIV sekitar 45%. Diperkirakan orang yang hidup dengan pasien HIV sekitar 30 juta. HIV/Aids menjadi pembunuh terbesar di dunia. Di Indonesia, jumlah kasus HIV yang dilaporkan tahun 2005 sebanyak 859, tahun 2006 sebanyak 7.195, tahun 2007 sebanyak 6.048, tahun 2008 sebanyak 10.362, tahun 2009 sebanyak 9.793, tahun 2010 sebanyak 21.591, tahun 2011 sebanyak 21.031, tahun 2012 sebanyak 21.511, tahun 2013 sebanyak 29.037, tahun 2014 sebanyak 32.711, tahun 2015 sebanyak 30.935, tahun 2016 sebanyak 41.260, bulan Januari-Maret 2017 infeksi HIV sebanyak 10.376 orang. Jumlah kumulatif sampai Maret 2017 adalah 242.699. Tahun 2017, prosentase tertinggi infeksi HIV pada kelompok 25-49 tahun (69,6%), diikuti 20-14 tahun (17,6%) dan kelompok umur ≥50 tahun (6,7%); rasio laki-laki dibandingkan perempuan adalah 2:1 (Sumber: Sistem Informasi HIV-AIDS & IMS [SIHA]). AIDS di Indonesia, dilaporkan tahun 2005 sebanyak 5.239, tahun 2006 sebanyak 3.680, tahun 2007 sebanyak 4.828, tahun 2008 sebanyak 5.298, tahun 2009 sebanyak 6.744, tahun 2010 sebanyak 7.470, tahun 2011 sebanyak 8.279, tahun 2012 sebanyak 10.862, tahun 2013 sebanyak 11.741, tahun 2014 sebanyak 7.963, tahun 2015 sebanyak 7.185, tahun 2016 sebanyak 7.491, bulan Januari-Maret 2017 6



sebanyak 673 orang. Jumlah kumulatif AIDS sampai Maret 2017 sebanyak 87.453. Tahun 2017, prosentase tertinggi umur 30-39 tahun (38,6%), diikuti umur 20-29 tahun (29,3%), dan kelompok umur 40-49 tahun (16,5%). Rasio laki-laki dibandingkan perempuan adalah 2:1 (Sumber: Sistem Informasi HIV-AIDS & IMS [SIHA]). Mayoritas penularan HIV melalui hubungan seksual, baik heterossekual maupun homoseksual atau biseksual. Selain itu, juga banyak terjadi penularan diantara pengguna narkoba suntik (IDUS= intravenous drug users). Virus yang infeksius dapat ditemukan di darah, semen, dan sekresi cairan vagina atau serviks. Infeksi menular seksual (IMS) meningkatkan risiko terjadinya infeksi HIV. Penularan HIV dapat terjadi secara vertikal saat di uterus selama kehamilan, selama persalinan, maupun saat menyusui. Ibu yang tidak terproteksi kemungkinan menularkan HIV ke anaknya sekitar 15-25% di Eropa dan 25-40% di Afrika. Di Indonesia, tahun 2017 ditemukan faktor risiko HIV tertinggi adalah hubungan seks beresiko pada LSL (laki-laki berhubungan seks denagn laki-laki) sebanyak 28%, heteroseksual 24%, lain-lain 9%, jarum suntik penasun 2%. Faktor risiko AIDS tertinggi adalah hubungan seks berisiko pada heteroseksual 67%, homoseksual 23%, perinatal 25%, dan jarum suntik penasun 2% (Sumber: Sistem Informasi HIV-AIDS & IMS [SIHA]). Jumlah AIDS menurut pekerjaan/status, tertinggi adalah ibu rumah tangga sebanyak 12.302, petani/peternak nelayan sebanyak 4.062, buruh kasar sebanyak 3.840, pekerja seks sebanyak 2.963, pegawai negeri sipil sebanyak 2.219, anak sekolah/mahasiswa sebanyak 2.034 (Sumber: Sistem Informasi HIV-AIDS & IMS [SIHA]). Jumlah AIDS terbanyak adalah Jawa Timur sebanyak 17.014, Papua sebanyak 13.398, DKI Jakarta sebanyak 8.769, Bali sebanyak 6.824, Jawa Tengah sebanyak 6.531, Jawa Barat sebanyak 5.289, Sumatra Utara sebanyak 3.897, Sulawesi Selatan sebanyak 2.812, Kalimantan Barat sebanyak 2.597, dan NTT sebanyak 1.959 (Sumber: Sistem Informasi HIV-AIDS & IMS [SIHA]). Epidemik HIV merupakan masalah dan tantangan serius terhadap kesehatan di dunia. Kecenderungan epidemik baik tingkat global maupun regional secara umum membentuk 3 pola epidemik. (Tabel 1.1)



7



ETIOLOGI DAN PATOGENESIS HIV merupakan retrovirus human limfotropik, termasuk family lentivirus, yang ditularkan melalui hubungan seksual, pajanan darah yang terinfeki, dan dari ibu kepada anaknya selama kehamilan, kelahiran, atau menyusui. HIV-1 merupakan penyebab umum infeksi HIV secara luas, sedangkan HIV-2 terutama dideteksi di Afrika Barat.



Tahap interaksi HIV pada sel pejamu (Gambar 1.2): -



Ikatan HIV external envelope glycoprotein gp120 dan gp41 ke reseptor CD4 pada sel Glikoprotein gp120 mengikat koreseptor chemokine receptor 5 (CCRS) atau CXCR4 tergantung tipe sel pejamu. Terjadi fusi antara membrane virus (envelope) dan membran sel Terjadi uncoating sehingga kapsid HIV masuk dalam sitoplasma sel Enzim reserve trancriptase mengintregrasi materi genetik di dalam genom sel pejamu dan melakukan kopi RNA virus menjadi DNA virus DNA virus masuk nucleus, terjadi splicing DNA virus ke dalam DNA sel T oleh enzim integrase Nukleus sel menggunakan DNA virus sebagai template untuk membuat RNA membentuk virus baru Materi genetik virus kemudian ditranskipsikan menjadi partikel virus baru yang dipotong-potong oleh enzim protease dan keluar dari sel yang terinfeksi dan menginfeksi sel yang lain



HIV menginfeksi limfoit T CD4⁺ sehingga menyebabkan imunosupresi. Selain limfosit T CD4⁺, limfosit B, monosit, makrofag, dan sel-sel yang mengekspresikan reseptor CD4 dan koreseptor tersebut dapat terinfeksi HIV.



8



B. Tren dan Isu Mengenai HIV/AIDS Tren penularan HIV/AIDS beralih yaitu dari pecandu narkoba menjadi perilaku heteroseksual. Dari perilaku heteroseksual tersebut, jumlah laki-laki positif HIV/AIDS lebih tinggi ketimbang wanita, dengan usia dominan yaitu  20-29 tahun. Koordinator Bidang Ilmiah Pertemuan Nasional (Pernas) AIDS IV, Yanri Subrongto mengatakan tren penularan berubah karena berbagai faktor, dari faktor heterokseksual sendiri, yaitu tentang Pekerja Seks Komersial (PSK). Ini disebabkan karena “PSK bisa pergi ke mana-mana tanpa dibatasi aturan, dan bisa saja membawa virus. Hal inilah yang memicu peningkatan kasus HIV/AIDS," paparnya dalam Konferensi Pers Pertemuan Nasional AIDS IV di Yogyakarta, Rabu (21/9). Data yang ada juga memberi informasi bahwa kelompok heteroseksual menjadi kelompok paling rentan atas kasus AIDS di Indonesia. Selama periode 1987-2016, tercatat ada 58.846 kasus dari kelompok heteroseksual. Kelompok kedua yang berisiko tinggi adalah IDU (Injecting Drug User) yang mencapai 9.080 kasus. Sayangnya, ada lebih dari 11 ribu kasus yang belum diketahui risiko penyebab kasusnya. Kelompok heteroseksual masih menjadi kelompok utama sebagai kelompok yang paling riskan dari kasus AIDS. Sekalipun telah menunjukkan tren yang menurun setelah 2013, angkanya masih cukup tinggi. Pada 2010, tercatat jumlah kasus AIDS yang dilaporkan karena hubungan heteroseksual sebanyak 4.715. Jumlah ini meningkat menjadi 5.545 pada 2016. Perilaku seksual sebagai faktor risiko terbesar dalam paparan HIV-AIDS menegaskan kembali soal problema promikuitas, atau hubungan seksual antara sejumlah pria dan wanita tanpa ada aturan yang mengikat. 9



Seks dengan lebih dari satu pasangan, tanpa pelindung, meningkatkan risiko HIVAIDS. Sampai saat ini masih banyak informasi hoax yang beredar mengenai penularan HIV-AIDS. Hal ini berimbas pada sikap masyarakat terhadap orang dengan HIV-AIDS (ODHA). Ya, stigma terhadap ODHA pun menjadi negatif. Nyatanya, penularan HIV-AIDS tidak semudah dari memakai pakaian yang sama atau berbagi makanan dengan ODHA, seperti yang ramai beredar dalam pesan berantai. Menurut dr Teguh Karyadi, SpPD, KAI, dari RS Cipto Mangunkusumo, perlu kedekatan yang luar biasa antara seorang pengidap dengan orang lain agar bisa terinfeksi karena hanya paparan cairan tubuh seperti darah dan cairan kelamin saja yang bisa menularkan virus. “Penularan HIV itu tidak mudah. Harus betul-betul yang terpercik cairan tubuh atau karena sesuatu invasif karena perilaku kita sendiri,” papar dr Teguh kepada detik Health beberapa waktu lalu.



C. Pendapat yang Salah Mengenai Penularan HIV/AIDS Berikut beberapa tanggapan/mitos yang sering beredar di masyarakat mengenai penularan HIV : 1. HIV sama dengan AIDS Fakta : HIV (Human Immunodeficiency Virus) dan AIDS adalah dua hal yang berbeda. HIV adalah nama virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh sementara AIDS adalah tahap akhir dan kelanjutan dari infeksi HIV jangka panjang setelah sistem imun tubuh akhirnya rusak. AIDS adalah penyakit kronis dengan sekumpulan gejala yang terkait dengan penurunan daya tahan tubuh, membuat pengidapnya sangat berisiko tinggi terhadap masalah kesehatan lain yang lebih serius. Tidak semua orang yang positif HIV otomatis juga terjangkit AIDS. Pengobatan HIV yang tepat guna bisa memperlambat atau menghentikan perkembangan virus HIV, yang pada akhirnya turut mencegah risiko AIDS. 2. HIV/AIDS penyakitnya gay dan pemakai narkoba Fakta : Pria gay dan orang-orang penasun (pengguna narkotika suntik) memang termasuk golongan orang yang paling rentan terkena HIV/AIDS. Hubungan intim sesama jenis lewat seks anal dan penggunaan jarum suntik narkoba bergantian memang menjadi penyebab HIV yang paling umum. Akan tetapi, seks vaginal (penetrasi penis-vagina) tanpa kondom menjadi cara penularan HIV dengan angka kejadian yang cenderung tinggi. Seks oral juga tergolong sebagai faktor risiko penularan infeksi HIV. Mengutip laporan teranyar dari Kemenkes, trend infeksi HIV selama 2010-2017 terus dominan terjadi pada golongan heteroseksual. Infodatin AIDS juga menunjukkan bahwa penderita HIV/AIDS di Indonesia paling banyak justru berasal dari kelompok ibu rumah tangga dan pekerja (baik kantoran, wirausaha, maupun tenaga medis). Meski begitu, seks anal tetap memiliki risiko infeksi HIV paling tinggi di antara metode seksual lainnya. 3. Saya bisa tertular HIV jika tinggal bersama atau bergaul dengan ODHA



10



Fakta : Beragam penelitian membuktikan bahwa HIV dan AIDS tidak disebarkan melalui sentuhan kulit (seperti dari bersalaman, berpelukan, atau tidur malam di atas ranjang yang sama), air mata, keringat, atau pertukaran air liur seperti saat berciuman. Anda tidak akan tertular HIV saat : - Berada di satu ruangan dan menghirup udara yang sama dengan ODHA - Menyentuh barang-barang yang telah disentuh oleh ODHA - Meminum dari gelas yang telah digunakan oleh ODHA - Memeluk, mencium, atau berjabat tangan dengan ODHA - Berbagi peralatan makan dengan ODHA - Menggunakan peralatan gym bersama-sama dengan ODHA HIV hanya bisa ditularkan melalui pertukaran cairan tubuh tertentu yang mengandung konsentrasi tinggi dari antibodi HIV, seperti darah, sumsum tulang belakang, air mani, cairan vagina dan anus, serta ASI. HIV ditularkan ketika salah satu cairan dari orang yang positif HIV) masuk melalui selaput lendir, luka terbuka, atau goresan di kulit orang yang tidak terinfeksi HIV. Organisasi HIV/AIDS asal Inggris, AVERT, mengatakan, ciuman mulut tertutup bukan ancaman besar. Tetapi, ciuman dengan mulut terbuka bisa menjadi faktor risiko jika ada darah yang terlibat, seperti luka gigit, gusi berdarah, atau sariawan di mulut. Lebih lanjut, Centers for Disease Control and Prevention US (CDC) menilai cairan tubuh lainnya, termasuk air liur, hanya memiliki sangat sedikit residu antibodi HIV sehingga risiko infeksi tergolong sangat rendah. 4. HIV dan AIDS dapat ditularkan lewat gigitan nyamuk Fakta : HIV memang ditularkan melalui darah, namun sampai detik ini tidak ada bukti medis yang dapat menunjukkan bahwa gigitan nyamuk bisa jadi perantara penyebaran virus HIV bahkan di tempat yang rawan HIV dan banyak nyamuknya. Saat nyamuk berpindah lokasi gigit, mereka tidak akan mengalirkan darah milik orang sebelumnya kepada ‘mangsa’ selanjutnya. Selain itu, umur virus HIV dalam serangga juga tidak akan bertahan lama. 5. HIV dan AIDS adalah hukuman mati Fakta : Pada tahun-tahun awal penyakit ini ditemukan, angka kematian akibat HIV/AIDS sangat tinggi. Selama masa epidemi dulu orang ODHA juga hanya dapat bertahan hidup sekitar 3 tahun. Begitu Anda terjangkit penyakit oportunistik yang berbahaya, harapan hidup tanpa pengobatan turun hingga sekitar 1 tahun. Namun sejak perkembangan sains modern, obat retroviral memungkinkan para ODHA untuk hidup lebih panjang umur, serta dapat beraktivitas normal dan tetap produktif. 6. HIV/AIDS tidak bisa disembuhkan Fakta : Sampai saat ini, belum ada obat penawar HIV AIDS. Pengobatan antiretroviral yang tersedia hanya bisa membantu menekan perkembangan penyakitnya, mencegah risiko penularan, dan mengurangi risiko kematian akibat komplikasi HIV/AIDS secara drastis. Obat HIV dapat membantu anda hidup 11



lebih sehat dan normal. Namun untuk bisa mencapai semua target ini, obat retroviral harus tetap diminum rutin seumur hidup. Jika anda terus-terusan lupa minum obat  HIV, virus akan menjadi kebal obat sehingga bisa menimbulkan berbagai efek samping parah di kemudian hari. 7. Selama minum obat, saya tidak akan menularkan penyakit Fakta : Diminum rutin, obat retroviral dapat membantu mengendalikan gejala penyakitnya tapi Anda tetap berisiko menularkan virus HIV pada orang lain apabila tidak berhati-hati. Pasalnya, obat hanya akan menekan kadar jumlah viral load HIV dalam darah sehingga terlihat normal pada tiap uji tes darah. Penelitian menunjukkan bahwa bagaimanapun juga darah atau cairan tubuh yang hanya sedikit mengandung virus HIV tetap berisiko menularkan penyakit. 8. Saya dan pasangan sama-sama ODHA, jadi tidak perlu seks aman Fakta : Meski Anda dan pasangan sama-sama positif HIV/AIDS, tetap penting untuk selalu melakukan seks aman untuk mencegah risiko infeksi pingpong dan khususnya penyebaran virus HIV yang kebal obat. Seks pakai kondom tetap berlaku pada pasangan sesama ODHA karena dua orang yang positif HIV bisa memiliki genetik virus yang berbeda. Jika keduanya terlibat dalam seks tanpa kondom, masing-masing virus dapat menginfeksi satu sama lain dan berevolusi untuk menyerang tubuh dengan dua tipe virus yang berbeda. Hal ini akan semakin memperparah penyakit masing-masing pihak dan mungkin akan membutuhkan perubahan terapi dan dosis obatnya. 9. Tanda dan gejala HIV dapat langsung muncul Fakta : Anda bisa terjangkit HIV positif tanpa menunjukkan gejala apapun selama bertahun-tahun. Gejala awal HIV bahkan bisa muncul 10 tahun setelah infeksi pertama, dan dapat berupa gejala mirip flu biasa. Satu-satunya cara untuk mengetahui apakah Anda atau pasangan Anda HIV positif adalah dengan tes HIV. 10. Ibu hamil dengan HIV positif akan selalu menularkan HIV kepada janinnya Fakta : Penularan infeksi ibu-ke-anak adalah salah satu cara penyebaran virus. Ibu hamil positif HIV yang tidak menjalani perawatan memiliki peluang penularan 1:4 kepada janin di dalam kandungannya. Saat ibu dan janin menerima pengobatan yang tepat guna sebelum, selama, dan sesudah kelahiran, peluang risiko infeksi pada bayi akan menurun hingga 1-2%.



D. Pencegahan Penularan HIV/AIDS HIV/AIDS adalah penyakit yang bisa dicegah. Berikut ini cara mencegah penularan pencegahan HIV AIDS agar tak menularkan ke orang lain. Pencegahan HIV AIDS tak hanya perlu diterapkan untuk diri sendiri. Agar orang lain tidak ikut terinfeksi virus ini, ada beberapa hal yang perlu dilakukan: 1. Memahami risiko diri Dalam menerapkan pencegahan HIV AIDS, kita harus mengetahui dengan jelas posisi kita apakah berisiko atau tidak. Misalnya, Anda harus menerima informasi 12



2.



3.



4.



5.



6.



7.



8.



tentang HIV dan AIDS dari sumber terpercaya, mengetahui rute penularan, dan memahami jenis aktivitas yang berisiko menularkan virus tersebut. Penting untuk diketahui bahwa HIV bisa menular melalui cairan tubuh, seperti air mani, cairan vagina, darah, dan ASI. Sementara itu, rute penularan yang utama termasuk berhubungan seks, menggunakan jarum suntik bersama, hingga menyusui. Gunakan kondom Hubungan seksual merupakan salah satu rute penularan HIV yang utama. Sejauh ini, penggunaan kondom masih menjadi salah satu metode pencegahan HIV AIDS yang bisa diandalkan, di samping juga mencegah kehamilan daninfeksi menular seksual (IMS) lainnya. Bahkan, dilansir dari situs resmi World Health Organization, menggunakan kondom lateks dapat memberikan perlindungan dari HIV dan penyakit IMS lain hingga 80%. Mencegah IMS lain amatlah penting dalam untuk menurunkan risiko HIV/AIDS. Sebab, IMS lain sering ‘mempercepat’ penularan HIV karena dapat merusak jaringan anus dan vagina. Jauhi narkoba dan minuman keras HIV dan AIDS tak hanya menular lewat berhubungan seks saja. Banyak pasien juga tertular virus ini karena penggunaan narkoba jarum suntik. Menurut laporan Kementerian Kesehatan RI Triwulan II tahun 2019, persentase positif HIV dari pengguna narkoba suntik mencapai 8,2% dari total kasus di Indonesia. Narkoba dalam bentuk apa pun dapat berbahaya untuk tubuh. Terlebih jika Anda sedang ada di dalam keadaan tidak sadar akibat minuman keras. Risikonya pun tentu tak hanya HIV saja, melainkan juga beragam penyakit hingga kematian. Konsumsi obat jika baru terpapar HIV Apabila Anda yakin bahwa baru saja terpapar HIV, seperti setelah berhubungan seks yang tidak aman, Anda bisa segera menemui dokter untuk mendapatkan obat pencegahan infeksi. Konsumsi obat ini setelah terpapar disebut dengan postexposure prophylaxis (PEP). Dokter mungkin akan memberikan obat antiretroviral tenofovir dan emtricitabine yang dikonsumsi selama 28 hari. Konsumsi obat setelah terpapar dilaporkan dapat menurunkan risiko infeksi HIV hingga 81%, apabila diminum dalam setidaknya 72 jam pasca paparan. Konsumsi obat PrEP Pre-exposure prophylaxis (PrEP) merupakan langkah pencegahan HIV AIDS di mana seseorang mengonsumsi obat antiretroviral harian. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menyarankan untuk berkonsultasi dengan dokter mengenai konsumsi PrEP jika Anda merupakan bagian dari populasi yang berisiko tinggi. Menjalani sirkumsisi atau sunat Beberapa laporan menyebutkan bahwa sunat atau sirkumsisi dapat menurunkan risiko seorang pria untuk tertular HIV hingga 60%. Diskusikan dengan dokter untuk mengetahui apakah Anda bisa menjalani sunat. Menggunakan jarum steril Jika Anda melakukan injeksi obat, tatto, atau tindik, gunakanlah jarum yang steril dan tidak digunakan bersama. Hal ini akan membantu mencegah penularan HIV. Tes secara berkala 13



Apabila Anda merupakan bagian dari kelompok yang berisiko tinggi terinfeksi HIV, tes secara berkala sangat disarankan. Apabila Anda dinyatakan positif HIV, Anda akan diberikan obat antiretroviral (ARV) seumur hidup agar virus di dalam tubuh bisa melemah dan menurunkan risiko infeksi oportunistik. Selain itu, dengan mengetahui status masing-masing, Anda membantu orang lain agar tak terpapar virus ini, termasuk menurunkan risiko penularan ibu hamil dan ibu menyusui pada bayinya. 9. Rutin minum ARV Obat ARV yang dikonsumsi pengidap HIV bisa melemahkan virus di dalam tubuhnya. Tak sampai di situ, konsumsi obat ini dengan rutin bisa membantu agar status pasien menjadi tidak terdeteksi atau “undetectable”. Pasien yang positif HIV namun tidak terdeteksi dilaporkan tidak akan menularkan virus tersebut ke orang lain – asal ARV dikonsumsi dengan rutin seumur hidup.



14



BAB III PENUTUP



A. Kesimpulan HIV (Human immunodeficiency virus) merupakan virus yang menyebabkan Aids (Acquired Immuno Deficiency Syndrome). Infeksi HIV dan Aids merupakan suatu spectrum dari penyakit infeksi pada sistem imun yang disebabkan oleh HIV sehingga menyebabkan imunodefisiensi (keadaan dimana komponen sistem imun tidak dapat berfungsi secara normal). Aids adalah suatu kumpulan gejala berkurangnya kemampuan pertahanan diri yang disebabkan oleh masuknya virus HIV dalam tubuh seseorang. Mayoritas penularan HIV melalui hubungan seksual, baik heterossekual maupun homoseksual atau biseksual. Selain itu, juga banyak terjadi penularan diantara pengguna narkoba suntik. Virus yang infeksius dapat ditemukan di darah, semen, dan sekresi cairan vagina atau serviks. Infeksi menular seksual (IMS) meningkatkan risiko terjadinya infeksi HIV. Penularan HIV dapat terjadi secara vertikal saat di uterus selama kehamilan, selama persalinan, maupun saat menyusui. Ibu yang tidak terproteksi kemungkinan menularkan HIV ke anaknya sekitar 1525%.Pendapat yang Salah Mengenai Penularan HIV bahwa HIV sama dengan AIDS, HIV/AIDS penyakitnya gay dan pemakai narkoba, saya bisa tertular HIV jika tinggal bersama atau bergaul dengan ODHA, HIV dan AIDS dapat ditularkan lewat gigitan nyamuk, HIV dan AIDS adalah hukuman mati, HIV/AIDS tidak bisa disembuhkan, selama minum obat, saya tidak akan menularkan penyakit, saya dan pasangan samasama ODHA, jadi tidak perlu seks aman, tanda dan gejala HIV dapat langsung muncul, dan ibu hamil dengan HIV positif akan selalu menularkan HIV kepada janinnya.Meskipun HIV/Aids belum ditemukan obatnya namun HIV/Aids dapat dicegah penularannya agar tidak menularkan ke orang lain. Pencegahan hanya perlu dilakukan oleh diri sendiri agar orang lain tidak tertular, seperti dapat memahami resiko diri, menggunakan kondom saat berhubungan intim, menjauhi narkoba dan minuman keras, mengonsumsi obat jika baru tertular HIV, mengonsumsi obat PrEP, menjalani sirkumsisi atau sunat, menggunakan jarum steril, tes secara berkala, dan rutin minum ARV.



B. Saran Penyakit HIV/AIDS termasuk salah satu penyakit akut yang sangat berbahaya dan mudah menular. Oleh karena itu penyakit menular seperti HIV/AIDS masyarakat perlu memahami resiko penderita HIV/AIDS dan mencegahnya sejak dini. Jika pun sudah tertular segera periksakan ke layanan kesehatan terdekat agar tidak semakin 15



parah. Meskipun penyakit HIV/AIDS tidak dapat disembuhkan paling tidak penderita tidak merasakan sakit atau nyeri dan penderita masih memiliki harapan dan semangat hidup. DAFTAR PUSTAKA



Putra, Arif. 2020. Pencegahan HIV/AIDS Tak Boleh Disepelekan, Ini Langkahnaya. https://www.sehatq.com/artikel/pencegahan-hiv-aids-yang-krusial-untukditerapkan, diakses pada 6 Desember 2020. Hidayati, Afif Nurul, dkk (editor). Manifestasi dan Tatalaksana Kelainan Kulit dan Kelamin pada Pasien HIV/AIDS. (Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, hlm: 3-7). Diakses pada tanggal 4 Desember 2020 Pukul: 05.10. Quamila, Ajeng. 2020. Meluruskan 10 Mitos yang Salah Tentang HIV/AIDS (online). (https://hellosehat.com/pusat-kesehatan/hivaids/10-mitos-hiv-dan-aids/#gref, diakses pada Senin, 07 Desember 2020). Widyanti, Restanti Indi. 2018. “Tren dan Isu HIV/AIDS pada ODHA (online)”. (http://restantiindi.blogspot.com/2018/07/normal-0-false-false-false-in-x-nonex.html, diakses pada Selasa, 08 Desember 2020).



16