Masalah Etis Yang Terkait Dengan Pengendalian Manajemen [PDF]

  • Author / Uploaded
  • afni
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MASALAH ETIS YANG TERKAIT DENGAN PENGENDALIAN MANAJEMEN Dosen Pengampu : Muhammad Ahyaruddin, SE.,M.sc.,Ak



DISUSUN OLEH : Afni Nurul Usmayanti



160301034



Febria Putri



160301042



Rahmiati



160301202



PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU



2019



2



KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr.Wb Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa dimana atas berkat dan rahmatnya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas pembelajaran yang diberikan oleh dosen yang bersangkutan yaitu Bapak Muhammad Ahyaruddin,M.Sc.,Ak. Adapun isi makalah ini adalah tentang perencanaan dan penganggaran. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang dapat bermanfaat untuk mengembangkan isi dari makalah ini. Demikian,kami berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca dan dapat menambah ilmu pengetahuan khusunya dalam bidang pusat perencanaan dan penganggaran.



Pekanbaru, 25 April 2019



Penulis



i



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR.......................................................................................................................................... i DAFTAR ISI..................................................................................................................................................... ii BAB I .............................................................................................................................................................. 1 PENDAHULUAN ............................................................................................................................................. 1 1.



Latar belakang .................................................................................................................................. 1



2.



Rumusan Masalah ............................................................................................................................ 1



3.



Tujuan Penulisan .............................................................................................................................. 1



BAB II ............................................................................................................................................................. 2 PEMBAHASAN ............................................................................................................................................... 2 A.



MASALAH ETIS YANG TERKAIT DENGAN PENGENDALIAN MANAJEMEN ...................................... 2



B.



PENTINGNYA ANALISIS ETIS YANG BAIK ......................................................................................... 2 1.



Utilitarianisme .............................................................................................................................. 3



2.



Hak dan kewajiban ....................................................................................................................... 4



3.



Keadilan/kewajaran ..................................................................................................................... 4



4.



Keutamaan ................................................................................................................................... 5



C.



MENGAPA ORANG BERTINDAK SECARA TIDAK ETIS? ..................................................................... 6



D.



BEBERAPA PENGENDALIAN MANAJEMEN UMUM- ISU-ISU ETIS TERKAIT .................................... 6



E.



1.



Etika menciptakan kelonggaran anggaran .................................................................................. 7



2.



Etika pengelolaan laba ................................................................................................................. 9



3.



Etika merespons indikator pengendalian yang cacat ............................................................... 10



4.



Etika menggunakan indikator pengendalian yang “terlalu bagus” .......................................... 11 PENYEBARAN ETIKA YANG BAIK DALAM ORGANISASI ................................................................. 12



DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................................................... 14



ii



BAB I PENDAHULUAN 1. Latar belakang Orang berperilaku tidak etis mungkin karena empat alasan dasar. Pertama, beberapa orang pada dasarnya tidak jujur. Penyebab kedua adalah moral yang telah terlepas (moral disengagement). Banyak orang tidak memiliki landasan dalam etika. Mereka bodoh. Mereka bahkan mungkin tidak mengenali masalah etika ketika mereka menghadapinya, sehingga hati nurani mereka tidak menghentikan mereka dari berperilaku tidak etis. Ketiga, beberapa orang yang mengenali masalah etika mengembangkan rasionalisasi untuk membenarkan perilaku tidak etis mereka. Dan, keempat, beberapa orang yang ahli dalam masalah etika dan mereka melakukan sesuatu yang salah tetapi tidak dapat berhenti karena kurang memiliki keberanian moral. Keberanian moral dapat didefinisikan sebagai kekuatan untuk melakukan hal yang benar meskipun takut akan konsekuensi. Mereka yang bersikeras bertindak secara etis dapat menderita banyak konsekuensi negatif, termasuk rasa malu, pengucilan, dan bahkan kehilangan pekerjaan. 2. Rumusan Masalah Makalah ini akan membahas mengenai masalah etis yang terkait dengan pengendalian manajemen. 3. Tujuan Penulisan Agar kita mengetahui mengenai masalah etis yang terkait dengan pengendalian manajemen



1



BAB II PEMBAHASAN A. MASALAH ETIS YANG TERKAIT DENGAN PENGENDALIAN MANAJEMEN Manajer yang terlibat dalam perancangan dan penggunaan sistem pengendalian manajemen harus memiliki dasar etika. Etika adalah bidang studi yang digunakan untuk menentukan perilaku yang dapat diterima secara normal. Etika adalah pelajaran yang sulit dipahami bagi banyak manajer. Salah satu alasannya adalah karena disiplin ilmu yang dipelajari banyak manajer adalah ekonomi atau bisnis. Dua asumsi umum dalam ekonomi adalah bahwa orang yang rasional harus bertindak untukmemaksimalkan kepentingan diri mereka dan bahwa tujuan utama karyawan dalam organisasi non-profit adalah untuk memaksimalkan nilai pemegang saham. Namun, etika memberikan asumsi alternatif mengenai bagaimana orangorang berperilaku atau harus berperilaku. Ini mengasumsikan bahwa individu yang beretika harus mempertimbangkan dampak dari tindakan mereka terhadap pemangku kepentingan lainnya. Perilaku etis dan perilaku yang memaksilmalkan nilai tidaklah setara. Sedangkan aforisme “etika yang baik adalah bisnis yang baik” biasanya benar, tetapi sesungguhnya tidak selalu benar. Etika yang baik tidak selalu “menguntungkan” baik bagi individu atau organisasi yang terlibat dan pasti tidak selalu “menguntungkan” dalam jangka pendek. Individu yang etis kadang-kadang harus mengambil tindakan yang tidak ditujukan untuk kepentingan pribadi mereka sendiri atau kepentingan pemilik organisasi dikarenakan adanya beberapa kepentingan yang sah dari para pemangku kepentingan lainnya. B. PENTINGNYA ANALISIS ETIS YANG BAIK Perilaku tidak etis merugikan individu, organisasi, pasar dan masyarakat. Perilaku tersebut menimbulkan kebutuhan akan undang-undang dan standar ekstra dari pemerintah dan lembaga pengatur, serta peraturan, kajian, atau pengawasan ekstra dalam organisasi.



2



Penyimpanan dalam etika sering menjadi penyebab masalah yang lebih serius, seperti kecurangan. Misalnya, pelaporan keuangan agresif, yang banyak orange menafsirkan sebagai sesuatu yang kurang etis tapi mungkin cukup legal, sering muncul menjadi sesuatu yang berisiko yang akhirnya memuncak menjadi tindakan penipuan yang merugikan. Untuk mengendalikan perilaku tidak etis dalam sebuah organisasi, manajer memerlukan keterampilan perseptif pertimbangan etis. Manajer yang tidak tahu mengenai etika dapat membuat sejumlah kesalahan yang dapat menyebabkan kemungkinan besar dilakukannya perilaku tidak etis dalam organisasi mereka. Pertama, mereka kadang-kadang tidak bisa mengenali munculnya masalah etika. Salah satu masalah yang umum terjadi adalah bahwa manajer kadang-kadang menyamakan masalah etika dan huku; mereka menyimpulkan bahwa jika suatu tindakan tidak ilegal, tindakan tersebut pasti etis. Ini jelas tidak benar. Kedua, masalah etika sering kali berhubungan dengan aturan yang kurang sesuai, seperti “ selalu berkata jujur” tidak merugikan, atau memperlakukan orang lain seperti anda ingin orang lain memperlakukan anda. Akibatnya, aturan tersebut jarang menjadi panduan untuk perilaku etis dalam situasi tertentu karena nilai-nilai manusia sering bervariasi. Model-model etika Tantangan pertama dalam mengadaptasi pemikiran etis untuk pengaturan manajerial adalah hukum mengenali keberadaan isu-isu etis yang ada atau yang mungkin ada. Empat model etika yang sering dikutip, yaitu utilitarianisme, gak dan kewajiban, keadilan/kewajaran, dan keutamaan 1. Utilitarianisme Model utilitarianisme kebenaran tindakan dinilai berdasarkan konsekuensinya. DalamDalam model ini, suatu tindakan secara moral benar jika tindakan tersebut memaksimalkan



total



kebaikan



di



dunia,



yaitu



jika



tindakan



lain



yang



dapat



dipertimbangkan.Utilitarianisme tidak berarti bahwa tindakan yang tepat adalah tindakan yang menghasilkan kebaikan untuk semua pihak yang dipengaruhi oleh tindakan tersebut.



3



Model utilitarianisme memiliki keterbatasan. Model ini sulit mengukur manfaat bersih karena manfaat dari beberapa tindakan atau keputusan sulit diukur, diagregasi, dan sulit di bandingkan antar individu, misalnya kepuasan kerja, kebebasan dari tekanan, atau kemungkinan yang berisiko akan adanya keuntungan tambahan suatu saat nanti. 2. Hak dan kewajiban Model hak dan kewajiban menyatakan bahwa setiap individu memiliki hak moral sebagai manusia. Hak-hak dasar yang sering dikutip di sebagian besar masyarakat modern meliputi hak untuk martabat, rasa hormat, dan kebebasan. Setiap hak yang dimiliki oleh individu menciptakan kewajiban bagi orang lain untuk memenuhinya. Jika manajemen puncak memiliki hak untuk diberikan laporan kinerja informatif dari manajer tingkat yang lebih rendah, maka para manajer dengan tingkat yang lebih rendah memiliki tugas untuk memberikan laporan tersebut. Hak dan kewajiban harus saling dipatuhi oleh pihak-pihak yang berpartisipasi dalam kelompok yang menerapkan hak dan kewajiban tersebut. Model hak dan kewajiban memiliki kelemahan. Kadang-kadang sulit untuk mendapatkan kesepakatan mengenai seperti apa hak-hak yang harus dimiliki individu yang berbeda atau kelompok individu. Hak dapat berkembang, hak juga dapat bertentangan. 3. Keadilan/kewajaran Model keadilan menyatakan bahwa orang harus diperlakukan sama, kecuali bila dalam beberapa hal mereka berbeda. Akan tetapi, masing-masing orang memiliki perbedaan dalam berbagai hal, dan menentukan perbedaan mana yang harus dianggap relevan merupakan masalah inti yang harus diperhatikan dalam menerapkan model keadilan/ kewajaran. Karyawan mungkin tidak peduli ketika paket kompensasi yang mereka terima berbeda ketika hal itu didasarkan pada perbedaan sifat pekerjaan Kelemahan lain dari model keadilan/kewajaran adalah kemudahannya untuk mengabaikan efek kesejahteraan sosial agregat dan individu tertentu. Persepsi keadilan bagi kelompok dapat merugikan kelompok lain.



4



4. Keutamaan Model perilaku moral terakhir yang umum digunakan berakar pada keutamaan. Contoh keutamaan yang paling jelas adalah integritas, loyalitas, dan keteguhan hati. Individu dengan integritas memiliki niat untuk melakukan apa yang benar secara etis tanpa memperhatikan kepentingan diri sendiri. Loyalitas adalah kesetiaan pada seseorang. Orang-orang memiliki banyak kesetiaan, kepada orang lain, organisasi, agama, pekerjaan, dan bahkan penyebab. Keteguhan hati adalah kekuatan untuk berdiri teguh dalam menghadapi kesulitan atau tekanan. Keutamaan sering tercermin dalam kode etik profesi dan kode etik perusahaan. Kelemahan pendekatan berbasis keutamaan salah satunya adalah bahwa daftar keutamaan potensial sangat panjang. Pengkritik model keutamaan berpendapat bahwa dalam model keutamaan tidak jelas yang mana keutamaan yang harus diterapkan dalam kondisi tertentu. Menganalisis isu-isu etis Perilaku etis yang baik harus berdasarkan lebih dari sekedar pendapat, intuisi, atau firasat. Berbagai macam model, tetapi kebanyakan terdiri dari langkah-langkah berikut: a. Mengklarifikasi fakta. Apa yang diketahui, atau apa yang perlu diketahui untuk membantu mendefinisikan masalah? Fakta-fakta harus mengidentifikasi apa, siapa, dimana, kapan, dan bagaimana. b. Menentukan masalah etis. Bagaimana dengan situasi yang menyebabkan meningkatnya masalah etika? Logika ini harus dinyatakan dengan menggunakan istilah dari satu model etika atau lebih. c. Menetapkan alternatif. Sebutkan alternatif tindakan, termasuk yang mewakili beberapa bentuk kompromi. d. Membandingkan nilai-nilai dan alternatif. Lihat apakah ada keputusan yang jelas. Jika salah satu tindakan sangat kuat, maka analisis dapat disimpulkan. e. Menilai konsekuensi. Identifikasi konsekuensi positif dan negatif jangka pendek dan jangka panjang untuk alternatif utama. Langkah ini akan sering mengungkapkan hasil 5



yang tak terduga, misalnya laba jangka pendek akan terlihat lebih kecil dikarenakan adanya biaya jangka panjang. f. Membuat keputusan. Seimbangkan konsekuensinya terhadap prinsip-prinsip atau nilainilai etika utama dan pilihan alternatif yang paling cocok. C. MENGAPA ORANG BERTINDAK SECARA TIDAK ETIS? Orang berperilaku tidak etis mungkin karena beberapa alasan. Pertama, beberapa orang pada dasarnya tidak jujur. Penyebab kedua adalah moral yang telah terlepas atau tidak adanya moral (moral disengagement). Banyak orang tidak memiliki landasan dalam etika.. Mereka bahkan mungkin tidak mengenali masalah etika ketika mereka menghadapinya, sehingga hati nurani mereka tidak menghentikan mereka dari berperilaku tidak etis. Ketiga, Beberapa orang yang mengenali masalah etika mengembangkan rasionalisasi untuk membenarkan perilaku tidak etis mereka. Rasionalisasi ini termasuk seperti “pembenaran”. Dan, keempat, beberapa orang yang ahli dalam masalah etika dan mereka melakukan sesuatu yang salah tetapi tidak dapat berhenti karena kurang memiliki keberanian/keteguhan moral. Keteguhan moral dapat didefinisikan sebagai kekuatan untuk melakukan hal yang benar meskipun takut akan konsekuensi. Mereka yang bersikeras bertindak secara etis dapat menderita banyak konsekuensi negatif, termasuk rasa malu, pengucilan, dan bahkan kehilangan pekerjaan. Orangorang dengan keyakinan etis yang rendah dan /keteguhan moral yang kecil mudah “menyerah”. Mereka yang ingin membangun keteguhan moral harus menjelaskan nilai-nilai inti mereka ,terlepas dari konsekuensinya. Mereka yang mengakui bahwa mereka tidak memilki keteguhan moral harus memilih lingkungan kerja mereka dengan hati-hati.



D. BEBERAPA PENGENDALIAN MANAJEMEN UMUM- ISU-ISU ETIS TERKAIT Banyak isu etika yang berada di dalam dan di sekitar SPM. Beberapa orang menggunakan argumen etika untuk mempertanyakan dasar dasar sistem “pengendalian” manajemen dan “sistem kapitalistik” yang “memaksa” manajemen untuk membuat keputusan ekonomi. Mereka berpendapat bahwa “satu nilai” lebih diutamakan dari pada “berbagai nilai” dan bahwa restrukturisasi dan perampingan perusahaan tidak etis karena mereka menempatkan keuntungan (dan bonus manajemen) di atas kesejahteraan karyawan. Berbeda 6



dengan lainnya bagaimanapun juga, restrukturisasi merupakan respon yang diperlukan untuk perubahan lingkungan. Sementara mereka dapat menyebabkan rasa sakit untuk karyawan. Walaupun restukturisasi tidak disukai oleh karyawan yang diberhentikan , restukturisasi membantu memastikan bahwa usaha yang direstukturisasi tetap kompetitif, sehingga mampu mempekerjakan karyawan yang tersisa. Mereka menyebutnya “destruksi kreatif” yaitu kondisi yang tidak disukai,tetai diperlukan untuk inovasi dan kemajuan. Bagian berikut mengidentifikasi dan membahas secara singkat empat hal yang mempunyai cakupan lebih kecil, tapi umum dan penting, mengenai masalah pengendalian manajemen-manajemen terkait masalah etika: (1) menciptakan budget slack; (2) mengelola pendapatan;(3) tanggapan terhadap indikator pengendalian yang cacat, dan (4) menggunakan pengukuran hasil yang “terlalu baik”. Isuisu tersebut penting, dan analisis yang diperlukan untuk menangani mereka juga mewakili masalah yang lebih besar yang dapat digunakan untuk menganalisa isu-isulain yang mungkin dihadapi. 1. Etika menciptakan kelonggaran anggaran Sebagian besar target kinerja, terutama yang digunakan pada tingkat organisasi manajerial, yang dinegosiasikan antara karyawan dan atasan mereka. Proses negosiasi memberikan kesempatan bagi karyawan tingkat rendah untuk “memainkan” proses, yaitu, untuk mengubah posisi merekauntuk dapat diberikan target lebih mudah dicapai. Distorsi ini dikenal sebagai sandbagging atau menciptakan slack. Tetapi apakah itu etis? Ketika karyawan membuat kelonggaran, mereka memanfaatkan posisi mereka pengetahuan unggul tentang kemungkinan bisnis. Mereka gagal untuk mengungkapkan kepada atasan mereka semua informasi dan wawasan informasi dan benar-benar menyajikan gambaran yang menyimpang dari kemungkinan. Dengan demikian, menciptakananggaran slack dapat ditafsirkan melanggar beberapa kewajiban yang tercantum dalam integritasdan objektivitas dalam Standar IMA Perilaku Etis.Standar integritas mengharuskan akuntan manajemen untuk menahan diri dari baik secara aktif maupun pasif menumbangkan pencapaian tujuan yang sah dan etis organisasi.” Standar objektivitas mengharuskan akuntan manajemen untuk menyampaikan informasi secara adil dan obyektif”.



7



Analisis dalam kerangka utilitarianisme juga menunjukkan bahwa penciptaan slack merupakan masalah etika. Biasanya, karyawan menciptakan anggaran kendur akan mendapatkan keuntungan pribadi dari tindakan mereka. Slack melindungi karyawan terhadap nasib buruk yang tak terduga,seperti penurunan ekonomi. Beberapa masalah etika yang umum atau kenaikan biaya, sehingga meningkatkan kemungkinan bahwa karyawan akan memenuhi target kinerja mereka dan mendapatkan imbalan tergantung kinerja. Jika fungsi reward-kinerja kontinu, seperti khas, kendur meningkatkan ukuran imbalan yang akan diterima.Masalah etika juga dapat muncul karena penciptaan slack dirasa mahal untuk beberapa pemangku kepentingan, khususnya perusahaan, pemilik, dan mungkin kreditur. Anggaran yang slack sering kurang optimal dalam memotivasi.Penciptaan slack juga muncul kurang adil untuk para pengguna anggaran: manajemen atas. Para pengguna akan mengandalkan informasi dalam anggaran untuk membuat keputusan investasi, alokasi sumber daya, dan evaluasi kinerja yang akan terdistorsi. Di sisi lain, beberapa argumen dapat diangkat untuk mendukung posisi bahwa penciptaan slack adalah tindakan etis. Banyak manajer, bahkan mungkin sebagian besar dari mereka, berpendapat bahwa menciptakan slack merupakan respon rasional dalam sistem result control. Mereka tidak melihat slack sebagai distorsi tetapi sebagai sarana untuk melindungi diri dari potensi downside dari masa depan yang pasti.Beberapa manajer juga berpendapat bahwa anggaran slack kadang-kadang diperlukan untuk mengatasi ketidakseimbangan kekuasaan yang melekat dalam hirarkis organisasi. Ini membantu melindungi manajer bawah dari ketidakadilan evaluasi yang dapat disebabkan oleh ukuran kinerja yang tidak sempurna atau pelanggaran evaluasi oleh atasan. Akhirnya, manajer yang membela penciptaan slack juga menunjukkan bahwa itu adalah dapat diterima sebagai bagian dari proses negosiasi anggaran organisasi mereka. Manajer di semua tingkatan organisasi bernegosiasi untuk slack dalam anggaran mereka, dan semua orang menyadari adanya norma perilaku. Memang, banyak manajer tingkat atas dipromosikan ke posisi mereka justru karena mereka baik di negosiasi, karenanya, untuk mencapai target anggaran mereka secara konsisten. Dalam banyak organisasi, atasan benar-



8



benar ingin bawahan mereka untuk menciptakan slack karena mereka juga mendapatkan keuntungan dari itu. Dengan demikian dalam membuat penilaian apakah penciptaan slack etis dalam pengaturan khusus, banyak faktor yang harus dipertimbangkan, termasuk: Seberapa baik pengukuran kinerja (sejauh mana mereka mencerminkan nilai “benar” kinerja manajer atau badan dan tidak terpengaruh oleh faktor-faktor yang manajer tidak dapat dapat mengendalikan); a.



apakah target anggaran diperlakukan sebagai janji yang kaku dari manajer untuk korporasi;



b.



apakah maksud manajer dalam menciptakan slack terutama mencerminkan kepentingan



c.



apakah (atau berapa banyak) atasan menyadari slack;



d.



apakah atasan mendorong terciptanya slack;



e.



apakah jumlah slack adalah “material”; atau



f.



apakah individu terikat oleh satu atau lebih dari set standar perilaku profesional. 2. Etika pengelolaan laba Masalah penting etika yang kedua melibatkan masalah manipulasi data. Bentuk umum



manipulasi adalah manajemen laba, yang mencakup tindakan yang perubahan melaporkan pendapatan dimana tidak memberikan keuntungan ekonomi yang nyata untuk organisasi dan, kadang-kadang menyebabkan kerusakan. Umumnya, tindakan manajemen laba dirancang baik untuk peningkatan laba, seperti untuk mencapai target anggaran atau meningkatkan harga saham, atau pola smoothearnings untuk memberikan kesan prediktabilitas laba yang lebih tinggi. Beberapa tindakan mungkin juga dirancang untuk mengurangi laba, untuk “menyelamatkan” keuntungan untuk masa yang akan datang ketika mungkin diperlukan atau untuk menurunkan harga saham untuk memfasilitasi pembelian manajemen. Manajemen laba dapat dilihat sebagai tindakan tidak etis, setidaknya kadang-kadang, untuk beberapa alasan. Pertama, sebagian besar menghasilkan tindakan tidak jelas baik oleh pengguna eksternal atau internal laporan keuangan. Kedua, banyak orang, dan asosiasi profesi, percaya bahwa manajer profesional dan akuntan memiliki kewajiban untuk mengungkapkan



9



informasi yang cukup disajikan. Ketiga, distorsi dapat diartikan sebagai tidak konsistennya integritas jujur, adil, dan jujur oleh manajer dan akuntan kewajiban. Keempat, manfaat yang diperoleh dari pengelolaan pendapatan secara tidak adil hanya kosmetik, tidak nyata. Seperti di daerah slack, bagaimanapun, manajer mungkin memiliki pembenaran yang baik untuk mengelola laba. Mereka mungkin menggunakan kekuasaan mereka untuk menampilkan seolah-olah meiliki pendapatan lebih. Mereka mungkin mengambil tindakan yang diperlukan untuk melindungi diri dari evaluasi kinerja yang tidak adil. Mereka mungkin juga akan mengambil tindakan yang membuatnya tidak perlu bagi mereka untuk mengambil, tindakan lebih merusak lainnya, seperti merumahkan karyawan atau menangguhkan pengeluaran penelitian dan pengembangan dalam menghadapi kekurangan anggaran. Beberapa faktor situasional cenderung mempengaruhi penilaian kapan tindakan manajemen laba dianggap etis. Beberapa pertimbangan yang paling penting mungkin meliputi: (1) arah manipulasi (memperbesar, mengecilkan, atau hanya meratakan laba); (2) ukuran efek (materialitas); (3) waktunya (kuartal vs akhir tahun, acak waktu vs segera sebelum sebuah penawaran obligasi); (4) metode yang digunakan (bermain dengan cadangan, menunda pengeluaran diskresioner, perubahan kebijakan akuntansi); (5) maksud manajer mengenai keinformatifan nomor (dan pengungkapan); (6) kejelasan aturan yang melarang tindakan; dan (7) tingkat pengulangan (satu kali penggunaan vs penggunaan berkelanjutan dari tindakan setelah peringatan). Karena sulit untuk membedakan benar dan salah, sulit bagi manajer untuk mengembangkan seperangkat aturan untuk mengontrol tindakan manajemen laba. Kurangnya kontrol diragukan berkontribusi terhadap tingginya insiden manajemen laba. Karena insiden tinggi, Arthur Levitt, mantan ketua Komisi Sekuritas dan Bursa (SEC), berbicara dan menyebut isu manajemen laba begitu serius, seperti Charles Niemeier, maka kepala akuntansi di divisi penegakan SEC, menegaskan: Setiap tahun kami telah semakin banyak kasus penipuan keuangan. Itu bukan berita besar. Semakin besar cerita adalah ukuran perusahaan yang diteliti. 3. Etika merespons indikator pengendalian yang cacat Target hasil dan petunjuk perusahaan memberikan sinyal kepada karyawan seperti apa titik berat perusahan tersebut, apakah itu keuntungan, pertumbuhan, atau kualitas. Ketika



10



target dan petunjuak tidak didefinisikan dengan baik, mereka benar-benar dapat memotivasi perilaku karyawan dalam kegiatan yang salah, berbeda dengan kepentingan yang diinginkan organisasi. Karyawan mendapatkan imbalan untuk melakukan apa yang diperintahkan, tetapi organisasi menderita kerugian. Survei terbaru menunjukkan bahwa hampir 10% karyawan mengaku bahwa pada tahun lalu mereka telah melakukan hal-hal di tempat kerja mereka akan malu atau malu untuk memberitahu anak-anak mereka, dan hampir sepertiga dari karyawan kadang-kadang merasa tertekan untuk terlibat dalam perbuatan untuk mencapai tujuan bisnis. Banyak kasus penipuan melibatkan karyawan untuk mengambil tindakan yang tidak etis dan ilegal yang mereka anggap perlu agar perusahaan mereka dapat berkembang atau bertahan hidup, kadang-kadang di bawah tekanan dari manajemen atas. Kami membahas satu contoh respons cacat yang umum terjadi yaitu Salah satu sering dikutip contoh adalah miopia. Hal ini terjadi ketika perusahaan menempatkan penekanan yang tinggi pada pencapaian target laba jangka pendek. Beberapa manajer terlibat dalam perilaku miopia bahkan mengetahui bahwa mereka melakukan kerusakan jangka panjang untuk perusahaan.Apa yang harus dilakukan jika karyawan mereka tahu langkah-langkah hasil atau resep tindakan yang cacat? Haruskah mereka bertindak untuk menghasilkan hasil yang mereka akan dihargai, atau harus mereka mengorbankan sendiri kepentingan mereka dalam mendukung apa yang mereka yakini sebagai yang terbaik bagi organisasi? 4. Etika menggunakan indikator pengendalian yang “terlalu bagus” Sering kali Indikator kontrol ketat mungkin terjadi karena kemajuan teknologi. Jaringan Dinamika Glendale, California, sebuah perusahaan perangkat lunak, menjual program surveilans komputer untuk memungkinkan pengawas untuk melihat layar komputer pribadi karyawan, dan ada banyak contoh teknologi lain yang membuat menguping secara elektronik mungkin terjadi. Pengawas dapat mendengarkan pembicaraan telepon karyawan atau panggilan penjualan; kamera bisa merekam semua tindakan beberapa karyawan mengambil; komputer dapat menghitung jumlah penekanan tombol oleh entri data pegawai dan operator telepon untuk mengukur produktivitas; dan perangkat lokasi dapat melacak keberadaan karyawan sepanjang hari kerja.



11



Apa yang menjadi masalah etika ?Mereka mungkin menjelaskan apa organisasi inginkan dari karyawan mereka, dan mereka dapat diukur secara akurat dan tepat waktu. Tapi mungkin ada konflik antara hak majikan untuk mengetahui apa yang sedang terjadi dan hak-hak karyawan atau kebebasan dari kontrol yang mereka anggap terlalu menindas. Dengan demikian, pertanyaan yang relevan dengan penentuan apakah penggunaan tindakan tersebut etis meliputi: a. Apakah penggunaan tindakan diungkapkan kepada karyawan? b. Apakah telah ada usaha perlindungan untuk melindungi data yang dikumpulkan? c. Apakah telah ada usaha perlindungan untuk memastikan bahwa data hanya digunakan untuk tujuan yang telah ditetapkan? d. Ketika supervisor menggunakan pengendalian yang ketat, mereka menekankan kualitas daripada hanya kuantitas ? E. PENYEBARAN ETIKA YANG BAIK DALAM ORGANISASI Kemajuan etika dalam sebuah organisasi biasanya hasil secara bertahap. Pada tahap awal, ketika organisasi kecil, organisasi menjadi perpanjangan dari pendiri atau kelompok manajemen puncak. Pendiri bertindak sebagai panutan, mengatur penekanan pada etika, dan biasanya dapat memonitor kepatuhan karyawan dengan penekanan itu.



Dalam



tahap perkembangan berikutnya, organisasi lebih menggunakan tindakan sejenis pengendalian akuntabilitas. Spesialis perusahaan mengembangkan daftar standar tertentu, aturan, dan peraturan yang dapat mewujudkan prinsip-prinsip etika yang baik. Mereka mengkomunikasikan daftar baik ini melalui kebijakan perusahaan dan prosedur manual, kode perilaku perusahaan, atau memorandum. Aturan-aturan ini memperjelas makna etika yang baik, membuat jelas bahwa perilaku etis dihargai, dan memberikan bimbingan kepada karyawan untuk memikirkan isu-isu etis. Setelah



aturan



dikomunikasikan,



manajer



mengambil



langkah-langkah



untuk



memastikan bahwa karyawan mengikuti aturan. Kadang-kadang perusahaan meminta karyawan kunci untuk menandatangani pernyataan yang menyatakan bahwa mereka telah mematuhi aturan.Jelas bahwa dengan memiliki standar etika dan aturan dan mengambil



12



langkah-langkah untuk memastikan bahwa karyawan telah membacanya tidak cukup. Manajer tingkat atas harus menetapkan “tone at the top” (panutan) yang baik dan mereka harus berusaha untuk mempertahankan MCSs internal yang baik sehingga pelanggar potensial tahu ada kemungkinan besar mereka akan tertangkap. Pemantauan harus dilakukan oleh atasan baik karyawan dan auditor internal. Pelanggar aturan harus dikenakan sanksi. Organisasi pada tahap yang lebih maju menempatkan penekanan etika lebih tinggi pada pengendalian personel atau budaya. Manajer mereka mengakui bahwa itu berbahaya untuk mencoba untuk mendorong karyawan untuk bertindak secara etis hanya karena alasan ekonomi. Prakiraan biaya untuk karyawan terlibat dalam perilaku tidak etis seringkali rendah karena kemungkinan tertangkap umumnya cukup rendah. Ini adalah alasan utama mengapa kejadian perilaku yang tidak etis sangat tinggi; itu mudah dikenali di kebanyakan organisasi. Manajer perusahaan di tahap lanjutan dalam pembangunan etika lebih mengakui bahwa kebajikan/etika yang baik sering dipelajari dari perilaku teladan, sehingga mereka mencari dan mempublikasikan contoh baik mengenai etika yang baik. Mereka memastikan bahwa perilaku teladan diatur di bagian atas. Mereka sering menunjuk ombudsman yang ditunjuk untuk membantu karyawan menghadapi masalah etika. Ini tahap yang lebih maju perkembangan etika perusahaan cenderung menghasilkan komitmen yang lebih tinggi untuk standar etika dan perbaikan terus-menerus dari struktur etis dan lingkungan.



13



DAFTAR PUSTAKA Merchant, Kenneth A, Wim A. Van der Stede, Management Control System, 3rd ed., Pearson. Anthony, Robert N., Vijay Govindarajan, Sistem Pengendalian Manajemen, Buku 1., Salemba Empat, Jakarta:2002. Hansen, Don R Maryanne M. Mowen, Management Accounting, Buku 2, Edisi 7, Salemba Empat, Jakarta:2005. Garrison, Ray H, Eric, Peter. Managerial Acounting, Buku 2, Edisi 11, Salemba Empat, Jakarta:2007.



14