Materi 1 [PDF]

  • Author / Uploaded
  • Novi
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Makalah Konseling Remaja



PERKEMBANGAN REMAJA DALAM PERSPEKTIF PERKEMBANGAN SEPANJANG HAYAT



Oleh NOVI WAHYU SUCIANTI 1153151019 BK REGULER C 2015



PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI MEDAN MEDAN 2018



KATA PENGANTAR Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Konseling Remaja yang berjudul “Perkembangan Remaja dalam Perspektif Perkembangan Sepanjang Hayat”. Dalam makalah ini saya menguraikan materi mengenai perkembangan-perkembangan remaja dalam perspektif sepanjang hayat. Untuk itu saya berharap makalah ini dapat berguna dalam menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai perkembangan remaja. Dalam penyelesaian makalah ini, saya mendapatkan bantuan serta bimbingan dari beberapa pihak. Oleh karena itu, sudah sepantasnya jika saya mengucapkan terima kasih kepada: 1. Roida SM Sirumapea, M.Pd., selaku dosen pembimbing dalam mata kuliah Konseling Remaja. 2. teman-teman semua yang telah membantu memberikan saran selama pembuatan makalah ini. 3. orang tua saya yang banyak memberikan semangat dan bantuan, baik moril maupun materil.



Saya cukup menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Karena itu saya mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan makalah mendatang. Harapan saya semoga makalah ini bermanfaat dan memenuhi harapan dari berbagai pihak.



Medan, 18 Februari 2018



Novi Wahyu Sucianti



i



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR .................................................................................................................i DAFTAR ISI.............................................................................................................................. ii BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang............................................................................................................. 1 1.2 Rumusan masalah ........................................................................................................ 2 1.3 Tujuan Penulisan ........................................................................................................ 2 BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................ 3 2.1 Pengertian Perkembangan Masa Remaja .................................................................... 3 2.2 Pendekatan Sepanjang Hayat ..................................................................................... 6 2.3 Perkembangan Fisik Pada Masa Remaja .................................................................. 10 2.4 Perkembangan Kognitif Pada Masa Remaja ............................................................. 12 2.5 Perkembangan Bahasa Pada Masa Remaja ............................................................... 15 2.6 Perkembangan Sosial Pada Masa Remaja ................................................................. 17 2.7 Perkembangan Moral Pada Masa Remaja ................................................................. 18 BAB III PENUTUP .................................................................................................................. 20 3.1 Simpulan .................................................................................................................... 20 3.2 Saran .......................................................................................................................... 20 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................... 21



ii



BAB I PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang Masa remaja, menurut Mappiare (1982), berlangsung antara umur 12 tahun sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai dengan 22 tahun bagi pria. Rentang usia remaja dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu usia 12/13 tahun sampai dengan 17/18 tahun adalah remaja awal, dan usia 17/18 tahun sampai dengan 21/22 tahun adalah remaja akhir. Masa remaja terletak di antara masa anak dan masa dewasa. Masa remaja dianggap telah mulai ketika anak telah matang dalam aspek seksual dan kemudian berakhir setelah matang secara hukum. Menurut hukum di Amerika Serikat saat ini, individu dianggap telah dewasa apabila telah mencapai usia 18 tahun, dan bukan 21 tahun seperti ketentuan sebelumnya (Hurlock, 1991). Pada usia ini, umunya anak sedang duduk di bangku sekolah menengah. Masa remaja dapat dipandang sebagai suatu masa dimana individu dalamproses pertumbuhan



dan



perkembangan.Individu



pada



masa



remaja



mulaimeninggalkan



kebiasaan masa kanak-kanak dan menyesuaikan diri dengankebiasaan-kebiasaan orang dewasa.Remajadihadapkan



pada



tugas-tugasperkembangan yang baru yaitu mencapai



hubungan baru yang lebih matangdengan teman sebaya, mencapai peran sosial pria dan wanita, beradaptasidengan perubahan fisik, mempersiapkan karir ekonomi dan pernikahan (Hurlock, 2002). Remaja masih belum mampu menguasai dan memfungsikan secara maksimal fungsi fisik maupun psikisnya (Monks dkk., 1989). Namun, yang perlu ditekankan di sini adalah bahwa fase remaja merupakan fase perkembangan yang tengah berada pada masa amat potensial, baik dilihat dari aspek kognitif, emosi, maupun fisik. Menurut Slavin (1997) perkembangan berkaitan dengan mengapa dan bagaimana individu berkembang dan membesar, menyesuaikan diri kepada persekitaran dan berubah melalui peredaran masa. Beliau berpendapat, individu akan mengalami perkembangan sepanjang hayat, yaitu perkembangan dari segi fisikal, personaliti, sosioemosional dan kognitif serta bahasa. Dan disini saya akan mendeskripsikan remaja dalam perspektif perkembangan sepanjang hayat. Dimana perkembangan sepanjang hayat menyatakan bahwa perubahan akan terus berlangsung secara berkesinambungan dan terus menerus.



1



1.2 Rumusan Masalah 1) Bagaimana perkembangan remaja dalam perspektif perkembangan sepanjang hayat? 1.3 Tujuan Pembahasan Adapun tujuan dari makalah ini ialah : 1) Untuk mengetahui perkembangan remaja dalam perspektif perkembangan sepanjang hayat 2) Untuk menambah pengetahuan tentang remaja sehingga berguna di masa yang akan datang sebagaimana seorang guru BK yang akan menghadapi siswa remaja.



2



BAB II PEMBAHASAN



2.1 Pengertian Masa Perkembangan Remaja Masa perkembangan remaja merupakan Masa perkembangan setelah masa anak-anak dan menuju masa dewasa, yang meliputi perkembangan fisik, kognitif, emosi, sosial, moral, dan kesadaran beragama. Masa Remaja adalah Masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan tahun (Papalia dan Olds, 2001). Remaja berasal dari kata latin “adolensence” yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah “adolensence”mempunyai arti yang lebih luas lagi yang mencakup kematangan mental, emosional sosial dan fisik (Hurlock, 1992). Pada masa ini sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas karena tidak termasuk golongan anak tetapi tidak juga golongan dewasa atau tua. Seperti yang dikemukakan oleh Calon (dalam Monks, dkk 1994) bahwa masa remaja menunjukkan dengan jelas sifat transisi atau peralihan karena remaja belum memperoleh status dewasa dan tidak lagi memiliki status anak. Menurut Sri Rumini dan Siti Sundari (2004:53) masa remaja adalah peralihan dari masa anak dengan masa dewasa yang mengalami perkembangan semua aspek / fungsi untuk memasuki masa dewasa. Hal senada diungkapkan oleh Santrock (2003:26) bahwa “adolensence” diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif dan sosial-emosional. Dalam perkembangannya, banyak ahli perkembangan yang membuat definisi terkait dengan masa remaja, antara lain: definisi biologis, definisi psikologis, dan definisi sosial. Dari ketiga definisi tersebut, antara definisi yang satu dan definisi yang lain akan memiliki hubungan yang erat dalam aspek perkembangan remaja. Berikut penjelasan dari ketiga definisi tersebut. Remaja dalam Definisi Biologis. Secara fisik dan biologis, perubahan dalam pubertas secara nyata terlihat bertransformasi dari masa anak menuju dewasa dalam hal kematangan fisik dan organ seksual. Perubahan yang terjadi pada semua remaja tidak dipengaruhi oleh keadan budaya dan lain sebagainya, akan tetapi berlaku secara universal bagi seluruh remaja. Masa pubertas pada periode remaja awal akan berlangsung selama 2 sampai 4 tahun. Dalam prosesnya tidak semua orang mengalami secara lancer, salah satu penyebabnya adalah perbedaan pengaturan batas hormone dan frekuensinya yang dihasilkan 3



dalam sexual dismorphis. Hal ini menyebabkan perbedaan secara fisik antara remaja laki-laki dan perempuan yang berpengaruh juga terhadap perbedaan tinggi, berat, dan proporsi badan, dimana perbedaan tersebut akibat dari reproduksi system hormonal dalam tubuh. Perubahan fisik yang terlihat pertama kali pada remaja perempuan dimana antara umur 10 sampai 12 tahun adalah masa puncak pertumbuhan yang ditandai dengan perubahan yang sangat cepat. Sedangkan bagi remaja laki-laki lebih lambat 2 tahun yakni sekitar usia 14 tahun. Selama periode ini, pertumbuhan fisik pada perempuan berkisar 3,5 inch pertahun sedangkan pada laki-laki sedikit dibawahnya. Pada laki-laki pertumbuhan tinggi badan dimulai dengan perkembangan fungsi otot yang selaras dengan peningkatan berat badan. Sedangkan perubahan bagian tubuh pada perempuan ditandai dengan bertambah lebarnya bahu dan pinggul mereka. Perubahan system reproduksi terlihat dari semakin matangnya alat kelamin sekunder. Pada remaja laki-laki terlihat dari matangnya testis dan scrotum yang ditandai dengan mulai tumbuhnya bulu-bulu halus pada bagian tubuh tertentu. Sedangkan pada remaja perempuan ditandai dengan menyumbulnya bagian payudara dan tumbuhnya bulu-bulu halus di sekitar vagina. Dalam perjalanan selama masa puber, kebanyakan dari remaja perempuan mulai terjadi menstruasi yang bertepatan dengan puncak dari pertumbuhan itu sendiri. Sedangkan pada remaja laki-laki, pada masa pubertas akan mengalami pengalam pertama ejakulasi (mimpi basah). Akhir dari masa pubertas adalah semakin matangnya karakteristik alat kelamin sekunder. Seperti menyumbulnya payudara pada remaja perempuan dan tumbuhnya rambutrambut pada remaja laki-laki. Selain itu, karakteristik lain adalah semakin aktif/ matangnya perkembangan kelenjar keringat dan kelenjar minyak dalam kulit yang berfungsi untuk mengatur bau badan dan tumbuhnya jerawat. Matangnya kelenjar tersebut tidak terlepas dari produksi hormone androgen, dimana aktif secara bersamaan baik pada remaja perempuan maupun laki-laki. Akan tetapi produksi hormone androgen pada laki-laki menjadi lebih tinggi sehingga mengakibatkan remaja laki-laki memiliki resiko lebih besar dalam hal bau badan dan munculnya jerawat dibanding dengan remaja perempuan. Remaja dalam Definisi Psikologis. Pada remaja laki-laki, peggambaran periode ini adalah berkisar 15 tahun. Dengan karakteristik kegiatan berupa bermain video game, mengoleksi komik, dan bermain (kumpul-kumpul) dengan teman-teman setelah pulang jam sekolah. Bagaimanapun, kematangan fisik dapat merubah personal dan sosial expectation remaja dalam menghadapi tugas perkembangan yang baru. Tugas ini mereprentasikan definisi secara budaya dalam tugas perkembangan. Kematangan biologis akan berkontribusi 4



secara nyata berpengaruh dalam beberapa tugas perkembangan. Seperti penyesuaian bentuk tubuh pada orang dewasa, sedangkan norma budaya akan berpengaruh lebih dari yang lainnya, seperti perkembangan sosial skills. Masa remaja memiliki 8 tugas perkembangan. Pertama dan yang paling dasar adalah perhatian pada masa remaja awal, dan terakhir pada masa remaja akhir. Bagaimanapun, salah satu fokus utama dari tugas perkembangan adalah keberhasilan melanjutkan dan menstabilkan perasaan dalam diri. 1. Mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria maupun wanita 2. Mencapai peran sosial sebagai seorang pria atau wanita 3. Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif 4. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orangorang dewasa lainnya 5. Mempersiapkan kehidupan perkawinan dan keluarga 6. Mempersiapkan karier ekonomi 7. Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan untuk berperilaku (mengembangkan ideology) 8. Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab Remaja dalam Definisi Sosiologis. Sosiologis memberi definisi terminologi individual dalam lingkungan sosial mereka. Dalam perspektif sosiologis, dalam remaja mulai muncul apa yang disebut self-sufficient yang mana remaja bukanlah orang dewasa, belum sepenuhnya mandiri, dan bukan lagi sebagai anak-anak. Periode remaja menjadi masa transisi yang menandai berakhirnya batas perlindungan orang dewasa yang diatur dalam perundangundangan. David Bakan (1971) menyatakan bahwa kondisi sosial yang kompleks membutuhkan masa kanak-kanak yang lebih panjang atau terjadi penundaan masuknya masa usia remaja. Kondisi seperti ini dapat terjadi produksi ekonomi dalam negeri dalam kondisi yang sangat baik. Dalam perspektif sosiologis, lebih menekankan pandangannya terhadap pengaruh norma, moral, harapan-harapan sosial budaya, tekanan kelompok, dan dampak teknologi terhadap perilaku remaja. Konflik orangtua dengan remaja merupakan salah satu isu klasik dari perspektif sosiologis. Devis menyatakan bahwa terjadinya konflik antara orangtua dengan anak disebabkan oleh beberapa hal seperti (a) anak sedang mencapai pertumbuhan fisiknya, (b) sistem sosial orangtua kurang member peluang kepada anak untuk mengembangkan diri, dan (c) remaja cenderung bersifat ideal, sementara orangtua bersifat pragmatis. 5



2.2 Pendekatan Sepanjang Hayat Pendekatan sepanjang hayat memberikan perspektif yang unik dari periode masa remaja. Dimana pendekatan sepanjang hayat pada periode masa remaja dapat ditinjau dari beberapa perspektif. Isu-isu utama dalam periode masa remaja adalah kemandirian dan perubahan bentuk tubuh. Pada remaja laki-laki mereka akan mengalami perubahan dalam bentuk perkembangan secara fisik. Berikut terdapat empat macam perspektif yang dapat menggambarkan perkembangan sepanjang hayat pada periode masa remaja. 1. Perspektif Biologis. Perkembangan individu dimulai dari perubahan yang terjadi dari masa konsepsi sampai individu tersebut meninggal. Terdapat tiga keistimewaan yang berpengaruh terhadap perkembangan tersebut yakni pertumbuhan, diferensiasi/ perbedaan, dan kompleksitas/ hambatan yang ditemui. Pertumbuhan merupakan hasil dari proses metabolism penguraian protein yang dilakukan oleh sel-sel tubuh. Sel-sel baru akan diproduksi untuk menggantikan sel-sel tua yang telah mati. Proses ini dinamakan dengan mitosis. Pertambahan tinggi badan beberapa inchi juga akan terlihat nyata pada periode remaja. Selain itu, pada periode remaja juga terjadi progress/ kemajuan perkembangan yang bersifat umum menuju spesifik/ khusus. Aspek dalam pertumbuhan ini dikenal dengan istilah diferensiasi. Sebagai contoh pada masa pubertas, aktifnya hormone pada kelenjar keringat menyebabkan munculnya tipe sel-sel yang baru. Kedua tipe sel tersebut pada remaja laki-laki biasa disebut sebagai sel sperma sedangkan pada perempuan disebut dengan sel ovarium/ sel telur. Proses diferensiasi tersebut menimbulkan beberapa hambatan/ kompleksitas yang baru. Dimana membutuhkan pengintegrasian antar sel untuk dapat mengaktifkan fungsi-fungsinya. Selama periode masa remaja, system kelenjar endokrin akan bekerja untuk menyempurnakan pengintegrasian peran antar hormon yang aktif. Sebagai contoh, pada remaja perempuan akan memiliki bentuk badan sebagai seorang wanita sebelum mereka memulai menstruasi, sedangkan pada remaja laki-laki akan terlihat pertumbuhan tinggi badan beberapa inchi melebihi sosok ayah mereka. 2. Perspektif Psikologis. Perubahan biologis yang signifikan tidak hanya ditunjukan dengan perubahan inchi tinggi badan, ataupun yang lainnya seperti dijelaskan di atas. Akan tetapi perubahan signifikan yang sesungguhnya dari perubahan biologis adalah waktu ketika mereka telah mendapatkan satu hal yang ditentukan. Dimana perubahan biologis senantiasa ditafsirkan perkembangan otot yang ditandai dengan responsibilitas orang dewasa, atau menstruasi pada perempuan sebagai tanda telah berakhirnya masa anak-anak. Dalam perspektif psikologis, perkembangan akan mempertimbangkan dampak dari perubahan-perubahan tersebut seperti 6



pada masa remaja mulai mempertimbangakan rasa terhadap sesama. Dimana remaja disebutkan mudah mengetahui keadaan pada waktu sebelum berkembang secara utuh dengan responsibilitas yang mereka miliki. Seperti bagaimana menjadi percaya diri, optimis, mandiri, atau ketegasan. Ini semua merupakan perubahan usia yang dapat diprediksikan berdasarkan norma/ adat yang ada. 3. Perspektif Sosiologis. Perspektif sosiologis melihat bahwa perkembangan meliputi perubahan dalam peran sosial. seperti salah satu peran dalam keluarga, sekolah, atau pekerjaan yang berubah dengan usia. Perpindahan individu dari satu peran ke peran yang lain merupakan respon dari pengharapan lingkungan sosial yang berbeda. Di Amerika, usia 5 tahun merupakan awal dimulainya peran sosial di sekolah, dan tamat SMA pada usia 17 tahun. Pada usia 21 tahun mulai masuk ke peran pekerjaan, dan pada usia 65 tahun masuk ke peran masa pensiun. 4. Perspektif Kronologis (Sejarah). Lingkungan sosial remaja akan memberikan perubahan yang signifikan dalam norma atau adat yang berlaku dalam kehidupan mereka.perubahan ini akan berpengaruh pada setiap tahap perkembangan rentang kehidupan/ sepanjang hayat. Pengalaman pada periode masa remaja adalah hasil/ produk dari lingkungan sosial merekaseperti sebuah video games pada personal computer. Persentasi dalam populasi 65 lebih tua dua klai lipat disbanding pada akhir tahun 80an. Kecenderungan ini terus berlanjut sampai setengah dari populasi adalah usia pertengahan tepatnya pada tahun 2100. Tingginya keberadaan remaja dalam populasi pada tahun 1900an berdampak pada perbedaan lingkungan sosial dengan orangtua mereka. Meskipun rata-rata pertumbuhan memiliki pola yang sama dengan pada beberapa generasi, masyarakat cenderung memiliki ketergantungan pada norma adat yang berbeda ketika mereka lahir. Dimana perbedaan tersebut dapat dipengaruhi oleh perubahan lingkungan sosial seperti pengalaman peperangan, keadaan ekonomi, dan sebagainya.



Selama menjalani kehidupannya, individu memiliki 2 macam perspektif atau pandangan. Pertama, pendekatan tradisional (traditional approach) adalah pendekatan yang menekankan perkembangan pada perubahan ekstrim dari lahir hingga masa remaja saja. Sedangkan yang kedua, pendekatan pendekatan sepanjang hayat (lifespan approach) adalah pendekatan yang menekankan pada perubahan perkembangan terjadi selama masa hidup manusia.



Menurut



Paul



Baltes



(dalam



http://sayaituadi.wordpress.com/psikologi-



perkembangan/), perspektrif perkembangan sepanjang hayat (lifespan perspective) mencakup tujuh kandungan dasar yaitu: Perkembangan bersifat seumur hidup multidimensional, 7



multidireksional, plastis, melekat secara kesejarahan, multidisiplin, dan kontekstual. Berikut adalah penjelasan dari setiap kandungan tersebut. a. Perkembangan bersifat seumur hidup. Tidak ada periode usia yang mendominasi perkembangan hidup. Perkembangan meliputi keuntungan dan kerugian, yang berinteraksi dalam cara yang dinamis sepanjang siklus kehidupan. Sehingga selama proses bertambahnya usia, maka selama itulah proses perkembangan akan terus berjalan. b. Perkembangan bersifat multidimensional. Perkembangan terdiri atas dimensi biologis, kognitif, dan sosial. Dimensi inilah yang dikaji dalam setiap periode perkembangan manusia. Bahkan dalam satu dimensi semacam intelegensi, terdapat banyak komponen, seperti intelegensi abstrak, intelegensi nonverbal, intelegensi sosial, dan lain-lain. c. Perkembangan bersifat multidireksional. Beberapa dimensi atau komponen dari suatu dimensi dapat meningkat dalam masa pertumbuhan, sementara dimensi lainnya menurun. Misalnya, orang dewasa akan lebih arif dalam berpikir mengingat pengalaman yang banyak, tetapi disisi lain ia merasa mudah lelah jika malakukan pekerjaan berat. d. Perkembangan bersifat lentur (plastic). Bergantung pada kondisi kehidupan individu, perkembangan terjadi melalui banyak cara yang berbeda. Sehingga manusia satu dan lainnya belum tentu memiliki proses perkembangan yang sama. Misalnya, kemampuan penalaran orang dewasa dapat ditingkatkan melalui pelatihan dan orang dewasa lainnya melalui pengalaman pribadi. e. Perkembangan melekat secara kesejarahan. Perkembangan dipengaruhi oleh faktor sejarah dimana individu hidup. Seorang berusia 40 tahun mengalami depresi berat akibat perang dunia pertama, akan berbeda dengan seorang berusia 40 tahun mengalami depresi pada waktu sekarang ini. f. Perkembangan dipelajari oleh berbagai multidisiplin. Para pakar psikologi, sosiologi, antropologi, neurosains, dan peneliti kesehatan semuanya mempelajari perkembangan manusia dan berbagi persoalan untuk membuka misteri perkembangan masa hidup manusia. g. Perkembangan bersifat kontekstual. Perkembangan manusia mengikuti konteks yang meliputi linkungan, sosial, kebudayaan, dan lain-lain. Sehingga individu dilihat sebagai makhluk yang sedang berubah di dalam dunia yang sedang berubah.



8



Remaja didefinisikan sebagai tahap perkembangan transisi yang membawa individu dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Menurut Seifert dan Hoffnung (1987), periode ini umumnya dimulai sekitar usia 12 tahun hingga akhir masa pertumbuhan fisik, yaitu sekitar usia 20 tahun. Usia remaja berada dalam usia 12 tahun sampai 21 tahun bagi wanita, dan 13 tahun sampai 22 tahun bagi pria. Ada dua pandangan teoritis tentang remaja. Menurut pandangan teoritis pertama yang dicetuskan oleh psikolog G. Stanley Hall “adolescence is a time of “storm and stress”“. Artinya, remaja adalah masa yang penuh dengan “badai dan tekanan jiwa”, yaitu masa di mana terjadi perubahan besar secara fisik, intelektual dan emosional pada seseorang yang menyebabkan kesedihan dan kebimbangan (konflik) pada yang bersangkutan, serta menimbulkan konflik dengan lingkungannya (Seifert & Hoffnung, 1987). Dalam hal ini, Sigmund Freud dan Erik Erikson meyakini bahwa perkembangan di masa remaja penuh dengan konflik. Menurut pandangan teoritis kedua, masa remaja bukanlah masa yang penuh dengan konflik seperti yang digambarkan oleh pandangan yang pertama. Banyak remaja yang mampu beradaptasi dengan baik terhadap perubahan yang terjadi pada dirinya, serta mampu beradaptasi dengan baik terhadap perubahan kebutuhan dan harapan dari orang tua dan masyarakatnya. Bila dikaji, kedua pandangan tersebut ada benarnya, namun sangat sedikit remaja yang mengalami kondisi yang benar-benar ekstrim seperti kedua pandangan tersebut (selalu penuh konflik atau selalu dapat beradaptasi dengan baik). Kebanyakan remaja mengalami kedua situasi tersebut (penuh konflik atau dapat beradaptasi dengan mulus) secara bergantian (fluktuatif). Menurut Salzman (Yusuf, 2010: 184) mengemukakan bahwa remaja merupakan masa perkembangan sikap tergantung (dependence) terhadap orangtua ke arah kemandirian (independence), minat-minat seksual, perenungan diri, dan perhatian terhadap nilai-nilai estetika dan isu-isu moral. Dalam pandangan lifespan perspective, periode masa remaja di bagi kedalam dua masa yakni 1) masa remaja awal; 2) masa remaja akhir. 1. Remaja Awal a. Ketidakstabilan keadaan perasaan dan emosi. Pada masa ini, remaja mengalami badai dan topan dalam kehidupan perasaan dan emosinya. Keadaan semacam ini sering disebut strom and stress. Remaja sesekali sangat bergairah dalam bekerja tiba-tiba berganti lesu, kegembiraan yang meledak bertukar rasa sedih yang sangat, rasa percaya diri berganti rasa ragu-ragu yang berlebihan, termasuk ketidaktentuan dalam menentukan cita-cita dan menentukan hal-hal yang lain. 9



b. Status remaja awal yang membingungkan. Status mereka tidak hanya sulit ditentukan, tetapi juga membingungkan. Perlakuan orang tua terhadap mereka sering bergantiganti. Orang tua ragu memberikan tanggungjawab dengan alasn mereka masih “kanak-kanak”. Tetapi saat mereka bertingkah kekanak-kanakan, mereka mendapat teguran sebagai “orang dewasa”. Karena itu, mereka bingung akan status mereka. c. Banyak masalah yang dihadapi remaja. Remaja awal sebagai individu yang banyak mengalami masalah dalam kehidupannya. Hal ini dikarenakan mereka lebih mengutamakan emosionalitas sehingga kurang mampu menerima pendapat orang lain yang bertentangan dengan pendapatnya. Faktor ini disebabkan karena mereka menganggap bahwa dirinya lebih mampu daripada orang tua. 2. Remaja Akhir Pada masa ini terjadi proses penyempurnaan pertumbuhan fisik dan perkembagngan psikis dengan ditandai oleh: a. Stabilitas mulai timbul dan meningkat. Stabilitas mulai timbul dan meningkat dalam aspek psikis. Demikian pula stabil dalam minat-minatnya; pemilihan sekolah, jabatan, pakaian, pergaulan dengan sesama ataupun lain jenis. Mereka mulai menunjukkan kemantapan serta tidak mudah berubah pendirian. Proses menjadi stabil ini akan lebih cepat apabila orang tua berperan dengan lebih demokratis. b. Citra diri dan sikap pandang yang lebih realistis. Disini remaja mulai menilai dirinya sebagaimana adanya (apa adanya), menghargai miliknya, keluarganya dan orang lain seperti keadaan sesungguhnya. c. Menghadapi masalahnya secara lebih matang. Hal ini disebabkan oleh karena kemampuan piker remaja akhir yang telah lebih sempurna dan ditunjang oleh sikap pandangan yang lebih realistis. d. Perasaan menjadi lebih tenang. Mereka tidak lagi menampakkan gejala-gejala strom and stress sehingga muncullah suatu ketenangan dalam diri mereka. 2.3 Perkembangan Fisik Pada Masa Remaja Perubahan-perubahan fisik merupakan gejala primer dalam pertumbuhan masa remaja, yang berdampak terhadap perubahan-perubahan psikologis (Sarwono, 1994). Perkembangan fisik pada masa remaja diawali dengan pubertas, adalah masa kematangan fisik yang sangat cepat, yang meliputi aspek hormonal dan perubahan fisik. Pertumbuhan cepat bagi anak perempuan terjadi 2 tahun lebih awal dari anak laki-laki. Menurut Ziger dan 10



Stevenson secara garis besar perubahan dapat dikelompokkan menjadi 2 kategori yaitu perubahan yang behubungan dengan pertumbuhan fisik dan perubahan yang berhubungan dengan perkembangan karateristik seksual. a. Perubahan dalam Tinggi dan Berat Badan Tingkat pertumbuhan tertinggi terjadi pada usia sekitar 11 atau 12 tahun pada perempuan. Sedangkan tingkat pertumbuhan tertinggi pada laki-laki berlangsung 2 tahun setelah perempuan. Dalam usia remaja laki-laki akan mengalami pertumbuhan yang sangat pesat, hal itu dikarenakan laki-laki memulai percepatan pertumbuhan mereka 2 tahun lebih lambat dibandingkan dengan perempuan dan juga pada masa ini laki-laki baru masuk dalam tahap pubertas. Percepatan pertumbuhan badan juga terjadi dalam penambahan berat badan, yaitu sekitar 13 kg bagi laki-laki dan 10 kg bagi perempuan. Meskipun berat badan juga mengalami peningkatan selama masa remaja, namun berat badan lebih mudah dipengaruhi seperti diet, latihan, dan gaya hidup pada umumnya. Oleh karena itu perubahan berat badan lebih sedikit dapat diramalkan dibandingkan dengan tinggi badan. b. Perubahan dalam Proporsi Tubuh Perubahan-perubahan pada proporsi tubuh selama masa remaja juga terlihat dari ciriciri wajah, dimana wajah anak-anak mulai menghilang, seperti dahi yang semula sempit sekarang menjadi lebih luas, mulut melebar, dan bibir menjadi lebih penuh. Dalam perubahan struktur kerangka terjadi percepatan pertumbuhan otot, sehingga mengakibatkan terjadinya pengurangan jumlah lemak dalam tubuh. Perkembangan otot laki-laki lebih cepat dan mereka memiliki lebih banyak jaringan otot sehingga laki-laki lebih kuat dari perempuan. c. Perubahan Pubertas Pubertas adalah suatu periode dimana kematangan kerangka dan seksual terjadi dengan pesat terutama pada awal masa remaja. Urutan dari kematangan seksual tidak sama pada setiap individu. Bisa karena faktor keturunan atau lainnya. Perubahan yang terjadi pada masa remaja ditandai dengan perubahan pada ciri-ciri seks primer dan ciri-ciri seks sekunde. d. Perubahan Ciri-ciri Seks Primer Ciri-ciri seks primer menunjukkan pada organ tubuh yang secara langsung berhubungan dengan proses reproduksi. Ciri-ciri seks primer antara laki-laki dan perempuan berbeda. Pada laki-laki terjadi yang dinamakan mimpi basah dan pada perempuan menstruasi. e. Perubahan Ciri-ciri Seks Sekunder Ciri-ciri seks sekunder adalah tanda-tanda jasmaniah yang tidak langsung berhubungan dengan proses reproduksi, namun merupakan tanda-tanda yang membedakan 11



antara laki-laki dan perempuan. Pada laki-laki ciri-ciri seks sekunder yaitu tumbuh kumis dan janggut; jakun; bahu dan dada melebar; suara berat; tumbuh bulu diketiak, dada, kaki, lengan, dan disekitar kemaluan. Sedangkan pada perempuan ciri-ciri seks sekunder yaitu terlihat payudara dan pinggul membesar, suara menjadi lebih halus, tumbuh bulu diketiak dan disekitar kemaluan 2.4 Perkembangan Kognitif Pada Masa Remaja Tahap perkembangan kognitif pada remaja secara garis besar dapat ditinjau dari dua segi perubahan-perubahan perkembangan kognitif, diantaranya adalah: a. Pemikiran Operasional Formal Pemikiran operasional formal (formal operational though), yaitu suatu tahap perkembangan kognitif yang dimulai pada usia kira-kira 11 atau 12 tahun dan terus berlanjut sampai remaja mencapai masa tenang atau dewasa. Pada tahap ini anak sudah dapat berpikir secara abstrak dan hipotesis serta mampu memikirkan sesuatu yang akan terjadi. Ditinjau dari perspektif teori kognitif Piaget bahwa pemikiran operasional berlangsung antara usia 11 hingga 15 tahun. Beberapa gagasan Piaget tentang pemikiran operasional formal baru-baru ini ditantang (Byrnes, 1988; Danner, 1989; Keating, sedang dicetak; Lapsley, 1989; Overton & Byrnes, 1991; Overton & Montangero, 1991), ternyata terdapat lebih banyak variasi individual pada pemikiran operasional formal dari pada yang dibayangkan oleh piaget. Hanya kira-kira satu dari tiga remaja muda adalah pemikir operasional formal. (John W. Santrock, 2002, hal 10) Ketika remaja berpikir lebih abstrak dan idealistis, mereka juga berpikir lebih logis. Remaja mulai berpikir seperti ilmuwan, yang menyusun rencana-rencana untuk memecahkan masalah-masalah dan menguji pemecahan masalah secara sistematis. Tipe pemecahan masalah ini diberi nama penalaran deduktif hipotestis. Penalaran deduktif hipotetis adalah konsep operasional formal Piaget, yang menyatakan bahwa remaja memiliki kemampuan kognitif untuk mengembangkan hipotesis, atau dugaan terbaik, mengenai cara memecahkan masalah, seperti persamaan aljabar. Kemudian mereka menarik kesimpulan secara sistematis, atau menyimpulkan, pola mana yang diterapkan dalam memecahkan masalah. (John W. Santrock, 2002, hal 10). Akan tetapi, anak tahap formal operasional mulai mampu memecahkan masalah dengan membuat perencanaan kegiatan terlebih dahhulu dan berusaha mengantisipasi berbagai macam informasi yang akan diperlukannya untuk memecahkan masalah tersebut. Piaget membedakan gaya pemikiran formal operasional dari gaya pemikiran konkrit operasional dalam tiga hal penting (dalam Samsunuwiyati, 2005, hal 196), yaitu: 12







penekanan pada kemungkinan versus kenyataan (emphasizing the possible versus the real)







penggunaan penalaran ilmiah (using scientific reason), kualitas ini terlihat ketika remaja harus memecahkan beberapa masalah secara sistematis.







kecakapan



dalam



mengkombinasikan



ide-ide



(skillfully



combinting



ideas)



ciri-ciri pemikiran operasional formal dapat dirumuskan dalam 3 bentuk yaitu remaja berpikir secara abstrack (remaja dapat memecahkan persamaan-persamaan aljabar yang abstrak), idealistis (remaja sering berpikir tentang apa yang mungkin, mererka berpikir tentang ciri ideal diri mereka sendiri, orang lain dan dunia) dan logis (remaja mulai berpikir seperti ilmuwan, yang menyusun rencana unutk memecahkan masalahmasalah dan menguji secara sistematis pemecahan-pemecahan masalah) (dalam John W. Santrock, 2002, hal 11), . b. Perkembangan Pengambilan Keputusan Remaja adalah masa dimana terjadi peningkatan pengambilan keputusan. Dalam hal ini mulai mengambil keputusan-keputusan tentang masa depan, keputusan dalam memilih teman, keputusan tentang apakah melanjutkan kuliah setelah tamat SMU atau mencari kerja, keputusan untuk mengikuti les bahasa inggris atau computer, dan sebagainya. (dalam Samsunuwiyati, 2005, hal 198) Transisi dalam pengambilan keputusan muncul kira-kira pada usia 11 hingga 12 tahun dan pada usia 15 hingga 16 tahun. Misalnya, dalam suatu studi, murid-murid kelas delapan, sepuluh, dan dua belas diberikan dilemma-dilemayang meliputi pilihan atas suatu prosedur medis. Murid-murid yang paling tua cendrung menyebutkan secara spontan berbagai resiko, menyarankan konsultasi dengan seorang ahli luar, dan mengantisipasiakibat-akibat masa depan. (dalam John W. Santrock, 2002, hal 13) Pengambilan keputusan oleh remaja yang lebih tua sering kali jauh dari sempurna, dan kemampuan untuk mengambil keputusan tidak menjamin bahwa keputusan semacam itu akan dibuat dalam kehidupan sehari-hari, luasnya pengalaman sering memainkan peran yang sangat penting. Untuk itu, remaja perlu memiliki lebih banyak peluang untuk mempraktekan dan mendiskusikan pengambilan keputusan yang realistis. c. Perkembangan Orientasi Masa Depan Remaja mulai memikirkan tentang masa masa depan mereka secara sungguhsungguh. Remaja mulai memberikan perhatian yang besar terhadap berbagai lapangan kehidupan yang akan dijalaninya sebagai manusai dewasa dimasa yang mendatang. Diantara



13



lapangan kehidupan dimasa depan yang banyak mendapat perhatian remaja adalah lapangan pendidikan (Nurmi, 1959 dalam Samsunuwiyati, 2005, hal 199), disamping dunia kerja dan hidup berumah tangga. Menurut G. Trosmnisdorff (1983 dalam Samsunuwiyati, 2005, hal 199), orientasi masa depan merupakan fenomena motivasional yang kompleks yakni antisipasi dan evaluasi tentang dari masa depan dalam interaksinya dengan lingkungan. Menurut Nurmi orientasi masa depan berkaitan erat dengan harapan, tujuan, standar, rencana dan strategi pencapaian tujuan di masa yang akan datang. Sebagai suatu fenomena kognitif motivasional yang kompleks, orientasi masa depan berkaitan erat dengan skema kognitif yaitu suatu organisasi perceptual dari pengalaman masa lalu beserta kaitannya dengan pengalaman masa kini dan di masa yang akan datang. Menurut Nurmi (1991 dalam Samsunuwiyati, 2005, hal 200), skema kognitif tersebut berinteraksi dengan tiga tahap proses pembentukan orientasi masa depan yaitu : 1. Tahap Motivasional Merupakan tahap awal pembentukan orientasi masa depan remaja. Tahap ini mencakup motif, minat dan tujuan yang berkaitan dengan orientasi masa depan. 2. Tahap Planning Perencanaan merupakan tahap kedua proses pembentukan orientasi masa depan individu, yaitu bagaimana remaja membuat perencanaan tentang perwujudan minat dan tujuan mereka. Dalam hal ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 



penentuan subtujuan







penyusunan rencana







melaksanakan rencana dan strategi yang telah disusun



3. Tahap Evaluation Tahap akhir dari proses pembentukan orientasi masa depan. d. Perkembangan Kognisi Sosial Menurut David Elkind (1976 dalam John W. Santrock, 2002, hal 11), pemikiran remaja bersifat egosentris, yakin bahwa egosentrisme remaja memiliki dua bagian yaitu: 1.



Penonton Khayalan Merupakan keyakinan remaja bahwa orang lain memperhatikan dirinya sebagaimana



halnya dengan dirinya sendiri. Perilaku mengundang perhatian umum terjadi pada masa remaja, mencerminkan egosentrisme dan keinginan untuk tampil diatas pentas, diperhatikan, dan terlihat.



14



2.



Dongeng Pribadi Merupakan bagian dari egosentrisme remaja yang meliputi perasaan-perasaan unik



seorang remaja. Rasa unik pribadi remaja membuat mereka merasa bahwa tidak seorang pun dapat mengerti bagaimana perasaan mereka sebenarnya. e. Perkembangan Penalaran Moral Menurut Kohlberg adalah bagian dari penalaran, sehingga ia menamakannya dengan penalaran moral, penalaran atau pertimbangan tersebut berkenaan dengan keluasan wawasan mengenai relasi antara diri dan orang lain, hak dan kewajiban. Relasi diri dengan orang lain ini didasarkan atas prinsip equality artinya orang lain sama derajatnya dengan diri. Jadi, antara diri dan diri orang lain dapat dipertukarkan. Ini disebut prinsip reciprocity. Moralitas pada hakikatnya adalah penyelasaian konflik antara diri dan diri orang lain, antara hak dan kewajiban. (Samsunuwiyati, 2003, hal 206) Dengan demikian, orang yang bertindak sesuai dengan moral adalah orang yang mendasarkan tindakannya atas penilaian baik buruknya sesuatu. Karena bersifat penalaran maka perkembangan moral menurut Kohlberg sejalan dengan perkembangan nalar sebagaimana yang dikemukakan oleh Piaget. Makin tinggi tingkat penalaran seseorang menurut tahap-tahap perkembangan Piaget tersebut, makin tinggi pula tingkatan moralnya. Dengan penekanannya pada penalaran ini, berarti Kohlberg ingin melihat struktur proses kognitif yang mendasari jawaban atau pun perbuatan-perbuatan moral. f. Perkembangan Pemahaman tentang Agama Bagi remaja, agama memiliki arti yang sama pentingnya dengan moral. Bahkan, sebagaimana dijelaskan oleh Adam & Gullotta (1983, dalam Samsunuwiyati, 2003, hal 208), agama memberikan sebuah kerangka moral, sehingga membuat seseorang mampu membandingkan tingkah lakunya. Agama dapat menstabilkan tingkah laku dan bisa memberikan penjelasan mengapa dan untuk apa seseorang berada didunia ini. Agama memberikan perlindungan rasa aman, terutama bagi remaja yang tengah mencari eksistensi dirinya. 2.5 Perkembangan Bahasa Pada Masa Remaja Ragam bahasa remaja memiliki ciri khusus, lincah, singkat, dan kreatif. Kata-kata yang digunakan cenderung pendek, sementara kata yang agak panjang akan diperpendek melalui proses morfologi. Seperti kata permainan diganti dengan kata mainan. Pekerjaan diganti dengan kata kerjaan. Kalimat-kalimat yang digunakan biasanya berstruktur kalimat tunggal. Pengungkapan makna jauh lebih cepat yang sering membuat pendengar yang bukan penutur asli akan sulit 15



dalam memahaminya. Walaupun bahasa yang sangat singkat namun bahasa remaja ini sangat komunikatif. 2.6 Perkembangan Emosi Kehidupan anak (remaja) penuh dengan dorongan dan minat untuk mencapai atau memiliki sesuatu. Banyak-sedikitnya dorongan dan minat seseorang mendasari pengalaman emosionalnya. Berikut ini akan dibahas mengenai pengertian emosi, karakteristik dan faktorfaktor yang mempengaruhi perkembangan emosi remaja. a. Pengertian Emosi Emosi merupakan perpaduan dari beberapa perasaan yang mempunyai intensitas yang relatif tinggi, dan menimbulkan suatu gejolak dalam batin seseorang. Perilaku kita sehari-hari pada umumnya diwarnai oleh, perasaan-perasaan tertentu, seperti senang atau tidak senang, suka atau tidak suka, atau sedih dan gembira. Perasaan yang terlalu menyertai perbuatanperbuatan kita sehari-hari disebut sebagai warna efektif. Warna efektif ini kadang-kadang kuat, kadang-kadang lemah, atau kadang-kadang tidak jelas. Apabila warna efektif tersebut kuat, perasaan seperti itu dinamakan emosi (Sarlito, 1982:59). Beberapa contoh emosi yang lainnya adalah gembira, cinta, marah, takut, cemas, malu, kecewa, benci. b. Karakteristik Emosi Pada Remaja Berikut ini akan diuraikan beberapa kondisi emosional pada remaja, seperti :\ o Cinta atau kasih sayang Ciri yang menonjol dalam kehidupan remaja adalah adanya perasaan untuk mencintai dan dicintai orang lain. Kapasitas untuk memberi sama pentingnya dengan kemampuan untuk menerima rasa cinta. o Perasaan gembira Rasa gembira muncul apabila segala sesuatunya berlangsung dengan baik dan menyenangkan. Remaja akan mengalami kegembiraan jika ia diterima sebagai seorang sahabat atau bila cintanya diterima oleh yang dicintai. Perasaan gembira inilah yang mendorong mereka menjadi giat dan bersemangat dalam kehidupannya. o Kemarahan dan pernusuhan Rasa marah dan permusuhan merupakan gejala emosional yang penting diantara emosi-emosi yang memainkan peranan menonjol dalam perkembangan kepribadian remaja. Banyaknya hambatan yang menyebabkan kehilangan kendali terhadap rasa marah, berpengaruh terhadap kehidupan emosional remaja. Rasa marah ini akan terus berlanjut jika keinginan, harapan, minat, dan rencananya tidak dapat terpenuhi. o Ketakutan dan kecemburuan 16



Masa



remaja



telah



mengalami



serangkaian



perkembangan



panjang



yang



mempengaruhi pasang surut rasa ketakutannya. Banyak ketakutan baru yang muncul karena adanya kecemasan-kecemasan sejalan dengan perkembangan remaja itu sendiri. Remaja umumnya merasa takut hanya pada kejadian-kejadian yang berbahaya atau traumatik. c. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Emosi Sejumlah penelitian tentang emosi menunjukkan bahwa perkembangan emosi remaja sangat dipengaruhi oleh faktor kematangan dan faktor belajar (Hurlock, 1960:266). 2.7 Perkembangan Sosial Manusia sebagai makhluk social senantiasa berhubungan dengan manusialainnya. Me reka saling membutuhkan satu sama lain dalam kehidupan sosialnya. Berikut ini akan dibahas mengenai pengertian hubungan sosial, karakteristik dan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan hubungan sosial remaja. a. Pengertian Hubungan Sosial Hubungan sosial merupakan hubungan antar manusia yang saling membutuhkan. Hubungan sosial dimulai dari tingkat yang sederhana dan terbatas sampai pada tingkat yang luas dan



kompleks.



Remaja



yang



bertambah dewasa tidak hanya memerlukan



lain untuk memenuhi kebutuhan pribadinya,



tetapi juga untuk berpartisipasi



orang dan



berkontribusi memajukan kehidupan bermasyarakat. b. Karakteristik Perkembangan Sosial Remaja Perkembangan social remaja ditandai dengan menonjolnya fungsiintelektual dan emos ional.



Dalam hal ini terjadi krisis identitas diri,



yaitu



kepercayaan



diri



remaja



besar.



Hal



terhadap penilaian orang lain tentang keberadaan dirinya. Remaja mulai membentuk kelompok-kelompok kecil maupun ini mengakibatkan terjadinya persaingan



yang



ketat karena



masing-



masing individu ingin terlihat menonjol. Remaja dalam mempertahankan dirinya cenderung mengutamakan solidaritas teman tanpa mempedulikan objektivitas kebenarannya. Dalam proses penyesuaian diri, kemampuan intelektual dan emosional mempunyai pengaruh yang kuat. Saling pengertian kekurangan dan kelebihan masing-masing dan upaya menahan sikap menonjolkan diri atau dominasi terhadap pasangannya, memerlukan tindakan intelektual yang tepat dan kemampuan mengendalikan emosional. c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial Remaja Perkembangan sosial remaja dipengaruhi oleh banyak faktor, yaitu keluarga, status sosial ekonomi, tingkat pendidikan, dan kemampuan mental. 1) Faktor keluarga 17



Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama yang memberikan banyak pengaruh terhadap berbagai aspek perkembangan sosial anak. Keluarga merupakan media sosialisasi yang paling efektif bagi anak. 2) Kematangan Proses sosialisasi memerlukan kematangan fisik dan psikis. Untuk memberi dan menerima pandangan atau pendapat orang lain diperlukan kematangan intelektual dan emosional. 3) Status sosial ekonomi Kehidupan sosial dipengaruhi oleh kondisi atau status sosial ekonomi keluarga. Masyarakat akan memandang seorang anak dalam konteksnya yang utuh dengan keluarga anak itu. Di lain pihak, anak akan memperlihatkan sebagaiman yang telah ditanamkan dalam keluarganya. 4) Pendidikan Pendidikan merupakan media sosialisasi yang terarah bagi anak. Pendidikan moral diajarkan secara terprogram dengan tujuan untuk membentuk kepribadian anak agar mereka memiliki tanggung jawab sosial dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. 5) Kapasitas mental : emosi dan intelegensi Kapasitas emosi dan kemampuan berpikir mempengaruhi banyak hal, seperti kemampuan belajar, memecahkan masalah, berbahasa, dan menyesuaikan diri terhadap kehidupan bermasyarakat. Perkembangan emosi dan intelegensi berpengaruh terhadap perkembangan sosial anak. 2.8 Perkembangan Moral Berikut ini akan dibahas mengenai pengertian moral, karakteristik dan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan moral remaja. a. Pengertian Moral Moral merupakan ajaran tentang baik buruk suatu perbuatan dan kelakuan, akhlak, kewajiban, dan sebagainya (Purwadarminto, 1950:957). Dalam moral diatur segala perbuatan yang dinilai tidak baik dan perlu dihindari. Moral berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk membedakan antara perbuatan yang benar dan yang salah. Dengan demikian, moral juga mendasari dan mengendalikan seseorang dalam bersikap dan bertingkah laku. b. Karakteristik Perkembangan Moral Remaja Salah satu tugas perkembangan yang harus dilakukan remaja adalah mempelajari apa yang diharapkan oleh kelompok dari masyarakatnya. Remaja diharapkan mengganti konsep18



konsep moral yang berlaku umum dan merumuskannya ke dalam kode moral yang akan berfungsi sebagai pedoman perilakunnya. Micheal mengemukakan empat perubahan dasar dalam moral yang harus dilakukan oleh remaja, yaitu sebagai berikut: o Pandangan moral individu makin lama menjadi lebih abstrak. o Keyakinan moral lebih berpusat pada apa yang benar dan kurang pada apa yang salah. o Penilaian moral yang semakin kognitif mendorong remaja untuk berani mengambil keputusan terhadap berbagai masalah moral yang dihadapinya. o Penilaian moral secara psikologis menjadi lebih mahal dalam arti bahwa penilaian moral menimbulkan ketegangan emosi. c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Moral Berikut ini faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan moral remaja antara lain : 1) Lingkungan keluarga Pada tahap ini pembentukan moral anak dipengaruhi oleh peran orang tua. Anak yang tidak memiliki hubungan yang harmonis dengan orang



tuanya pada masa kecil



cenderung untuk melakukan perbuatan yang melanggar norma sosial. 2) Lingkungan social Masyarakat memiliki peran penting dalam pembentukan moral. Tingkah laku yang terkendali disebabkan oleh adanya control dari



masyarakat itu sendiri



mempunyai sanksi-sanksi sendiri untukpelanggar norma sosial.



19



yang



BAB III PENUTUP



3.1 Simpulan Remaja dalam perspektif perkembangan sepanjang hayat merupakan perkembangan sepanjang hayat yang perubahannya akan terus berlangsung secara berkesinambungan. Pengertian remaja disini adalah masa transisi dari masa kanak kanak menuju masa dewasa, secara umum biasanya terjadi sekitar usia 13 – 19 tahun. Ada dua periode masa remaja yakni periode remaja awal (early adolescence) dengan karakteristik dimulainya pubertas, perubahan peran sex, perkembangan kemandirian hubungan dengan orangtua, dan kematangan hubungan dengan teman sebaya. Sedangkan periode berikutnya adalah masa remaja akhir (late adolescence) dengan karakteristik pengintegrasian kebutuhan hubungan dengan lawan jenis, persiapan untuk bekerja, sampai pada bagaimana mengelola nilai-nilai yang menjadi panduan dalam lingkungan sosial mereka, dan terakhir sampai pada menemukan identitas diri. Perkembangan masa remaja sangat terlihat perubahan-perubahan yang terjadi. seperti misalnya pada perkembangan fisik terlihat dari bentuk tubuhnya, tinggi, dan proporsi tubuhnya. Dari perkembangan kognitif dan cara berfikirnya yang sudah mulai berfikir dengan baik.Sedangkan pada perkembangan psikososial nya yaitu terlihat pada beberapa hubungan dengan orang tua maupun dengan teman sebayanya. Masa remaja memang menunjuk pada sebuah rentang waktu dalam perjalanan hidup manusia. Karena itu perlu dipahami dalam konteks keseluruhan rentang waktu tersebut.



3.2 Saran Masa remaja yang merupakan masa paling penting, oleh karena itu perlu adanya Perhatian dari para pendidik(baik orang tua maupun guru). Pendidik perlu memperhatikan perkembangan yang terjadi pada masa remaja tersebut. Perlu pendidikan seks yang diintegrasikan dalam proses pembelajaran. Memperhatikan pemenuhan gizi agar pada masa remaja perkembangan fisiknya optimal. Pada perkembangan kognitif “opersional formal”, maka dalam pendidikan sangat dibutuhkan adanya stimulasi dari lingkungan baik guru maupun orangtua untuk mengembangkan rasa keingintahuan remaja dengan memberikan kesempatan untuk melakukan eksplorasi.



20



DAFTAR PUSTAKA Ali, Mohammad dan Mohammad Asrori. 2011. Psikologi Remaja. Jakarta: PT Bumi Aksara. Desmita. 2005. Psikologi Perkembangan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Enung, Fatimah. 2006. Psikologi Perkembangan (Perkembangan Peserta Didik). Bandung : CV. Pustaka Setia. Hurlock, E.B. 1991. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta : Penerbit Erlangga. Monks, dkk. 1994. Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: University Press NY: Holt, Rinehart and Winston, Inc. Papalia, D. E., Old, S. W., Feldman, & R. D. (2001). Perkembangan Manusia. Jakarta: Salemba Humanika. Samsunuwiyati, Mar’at. 2005. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya. Santrock, Jhon W. 2003. Adolescence Perkembangan Remaja. Jakarta: Erlangga Yusuf L.N , Sobur, Alex. 2003. Psikologi Umum. Bandung. Pustaka Setia. Syamsu dan Nani M. Sugandhi. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. .



21