Metode BST [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

METODE BST Metode bimbingan klinik merupakan suatu bantuan atau pengarahan yang berkesinambungan dari pembimbing klinik kepada mahasiswa di area klinik. Metode ini meliputi bedside teaching, observasi, metode kasus dan simulasi klinis (Suwarto, 2016). Bedside teaching merupakan salah satu metode bimbingan klinik mahasiswa yang terdiri dari singkatan



briefing,



expectation,



demonstrations,



specific



feedback,



inclusion



microskill,debriefing and education(Solikhah & Elsanti, 2012). Para pakar pendidikan klinik memberikan sebuah panduan dalam pengajaran dan pembelajaran dalam pendidikan klinik yang dikenal “BEDSIDE”. BEDSIDE merupakan singkatan



dari



Briefing, Expectation, Demonstrations, Spesific



Feedback, Inclution



microskill, Debriefing and Education. BEDSIDE ini dikembangkan dari teori experience and explanation cycles yang dikemukakankan oleh Cox, 1993. a. Briefing meliputi kegiatan menyiapkan mahasiswa co-ass tentang syarat pengetahuan yang harus dimiliki sebelum BST dan juga mempersiapkan pasien untuk BST. b. Expectation adalah menentukan tujuan belajar yang ingin dicapai oleh mahasiswa. c. Demonstrations tergantung tujuan yang ingin dicapai yaitu bila dosen ingin mengamati dan memberi feedback atas kegiatan mahasiswa maka dosen harus meminimalkan interupsi dan bila tujuannya sebagai model maka mahasiswa diberi kesempatan mengamati dosen dalam memeriksa pasien. d. Spesific Feedback diawali dengan positif aspek sehingga akan memotivasi mahasiswa untuk belajar. Inclution microskill merupakan kemampuan yang harus dimiliki oleh dosen klinik sehingga BST menjadi efektif dan efisien. e. Debriefing meliputi menanyakan masukan dari mahasiswa dan pasien. f. Education meliputi memberitahu sumber belajar yang digunakan mahasiswa belajar lebih lanjut dan dalam.



Kelebihan dari Bedside Teaching adalah: 1. Peningkatan kemampuan koping mahasiswa dari perilaku menghindari interaksi dengan pasien (sebelum diberikan bedside teaching) menjadi dapat berinteraksi dengan pasien gangguan jiwa (setelah diberikan bedside teaching). Hal ini terjadi karena stigma negatif masyarakat tentang rumah sakit jiwa, juga melekat dalam diri mahasiswa, sehingga setelah diberikan bedside teaching mahasiswa memiliki peningkatan mekanisme koping yang adaptif terhadap pasien dengan gangguan jiwa(Mustikasari, 2006). 2. Bedside teaching merupakan cara yang efektif dalam prinsip belajar dari riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, evidence based pengobatan dan interpretasi dari penemuan beberapa manifestasi klinis. 3. Memungkinka seluruh mahasiswa untuk menggunakan semua panca indera untuk mempelajari pasien dan permasalahannya. 4. Melatih sikap mahasiswa baik fisik maupun psikologik, dapat meningkatkan kemampuan teknik dalam melakukan keterampilan karena mahasiswa akan mendapat pengalaman mendemonstrasikan sesuatu yang belum pernah diperoleh mahasiswa, atau jika mahasiswa menemui kesulitan selama penerapan keterampilan.



Bedside teaching terdiri atas tiga tahap : 1. Tahap persiapan : Mahasiswa dan pembimbing mendiskusikan tujuan belajar yang ingin dicapai. Pembimbing memastikan bahwa mahasiswa paham atas apa yang akan dihadapi pada saat interaksi dengan pasien dan bagaimana mengoptimalkan kesempatan itu untuk mencapai tujuan belajar. 2. Tahap pengalaman : Pasien hadir bersama mahasiswa dan pembimbing. Pasien mendapat penjelasan tentang aktivitas pembelajaran dan memberikan persetujuan. Tahap pengalaman dapat berupa demonstrasi atau observasi 3. Tahap refleksi : Mahasiswa dan pembimbing mendiskusikan pencapaian tujuan belajar. Mahasiswa mendapatkan umpan balik, mendiskusikan hal-hal yang belum dipahami, memperkuat pengetahuan klinis dan clinical reasoning, serta merumuskan tujuan belajar untuk bedside teaching atau aktivitas pembelajaran lain selanjutnya. Untuk menjaga kenyamanan pasien sebaiknya tahap ini dilakukan di tempat lain tanpa keberadaan pasien



1. Demonstrasi keterampilan klinik oleh pembimbing klinik 2. Praktek keterampilan oleh mahasiswa dibawah pengawasan pembimbing klinik, pertama dengan model kemudian dengan klien 3. Evaluasi kompetensi keterampilan oleh mahasiswa lain