Metode Pemetaan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PEMETAAN ZONA KERENTANAN GERAKAN TANAH



LATAR BELAKANG TATAAN GEOLOGI INDONESIA INDONESIA TERLETAK INTERAKSI DARI 3 LEMPENG (TRIPLE JUNCTION) YANG MEMBENTUK ZONA SUBDUKSI YANG UNIK DI DUNIA, AKIBATNYA;



• Indonesia mempunyai 129 gunungapi aktif (terbanyak di dunia) • Banyak terjadi gempabumi baik di darat maupun di laut yang bisa memicu tsunami • Banyak terdapat lipatan, patahan, punggungan, bukit dengan kemiringan sedang hingga terjal kondisi yang demikian menyebabkan rentan terjadi gerakan tanah/ tanah longsor yang di picu oleh curah hujan atau gempabumi



Tektonik dan Sebaran Gunungapi Indonesia



PASIFIK EURASIA



INDO - AUSTRALIA



Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng aktif dunia, yaitu Lempeng Pasifik, Eurasia dan Indo-Australia Dampak Positif: • Tanah subur • Pemandangan Indah • Banyak Kandungan mineral logam, non logam dan migas



Dampak Negatif: Rawan bencana alam geologi seperti gempabumi/tsunami, letusan gunungapi, tanah longsor



KEJADIAN GERAKAN TANAH DI TIAP PROVINSI TAHUN 2008 PROVINSI Jawa Barat Jawa Tengah Jawa Timur DIY Banten Lampung Sumatera Barat Riau NAD Papua NTT Sulawesi Selatan Sulawesi Tengah Kalimantan Timur Maluku Sulawesi Utara TOTAL



PROVINSI



Kejadian 76 22 15 1 1 1 3 1 3 1 4 2 2 2 4 1 139



MD



LL



RR



27 13 6



13 3 0



0 1 11 0 8 11 0 5 0 2 4 0 88



0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 5 0 23



448 68 523 5 12 1 2 0 54 2 90 300 0 34 0 14 1553



RH



RT



BLR



BLH



LPR



JLN



SIP



61 61 105



636 693 18



8 1 6



2 0 3



20 0 35



130 0 305



6 1 0



8 0 2 0 3 3 0 13 0 0 2 0 258



30 0 54 0 33 0 47 0 0 0 10 34 1555



0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 15



0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5



0 0 0 0 0 0 0 108 0 0 0 0 163



0 0 25 48 0 0 0 0 0 0 0 0 508



0 0 25 0 0 0 0 0 0 0 0 0 32



KEJADIAN GERAKAN TANAH DI TIAP PROVINSI TAHUN 2009 (Sampai dengan 31 Maret 2009) Kejadian MD LL RR RH RT BLR BLH LPR JLN



SIP



Jawa Barat Jawa Tengah Banten Sumatera Barat Papua NTB Sulawesi Selatan



31 13 1 1 4 2 2



5 6 92 2 0 0 1



0 0 179 2 0 0 0



137 112 0 0 0 30 3



7 22 250 0 0 0 0



97 334 0 0 0 1 65



0 2 0 0 0 1 0



0 3 0 0 0 0 0



0 0 0 0 0 0 0



14 345 0 0 0 0 0



0 0 0 0 0 0 0



TOTAL



54



106



181



282



279



497



3



3



0



359



0



Catatan :



MD : Meninggal Dunia BLR : Bangunan Lain Rusak LL : Luka - luka BLH : Bangunan Lain Hancur RR : Rumah Rusak LPR : Lahan Pertanian Rusak



RH : Rumah Hancur RT : Rumah Terancam



JLN : Jalan SIP : Saluran Irigasi Putus



Sumber: PVMBG, Badan Geologi



MITIGASI BENCANA GEOLOGI



Sumber: PVMBG, Badan Geologi



Pemetaan



• Gerakan Tanah Lama • Distribusi Kejadian Gerakan Tanah • Kemiringan Lereng • Rata-rata Curah Hujan • Tata Guna Lahan • Kondisi Geologi • Mekanika Tanah



Software



Peta Zona Kerentanan Gerakan Tanah • Peta Zona Kerentanan Gerakan Tanah Tinggi • Peta Zona Kerentanan Gerakan Tanah Menengah • Peta Zona Kerentanan Gerakan Tanah Rendah • Peta Zona Kerentanan Gerakan Tanah Sangat Rendah Sumber: PVMBG, Badan Geologi



Tingkatan Status Kerentanan Gerakan Tanah Dan Respon Masyarakat



Menengah



Rendah



Sangat Rendah Sangat jarang terjadi Gerakan Tanah



Tinggi •Sering terjadi gerakan tanah jika musim hujan •Gerakan tanah lama bisa aktif kembali



Gerakan Tanah berpotensi terjadi jika curah hujan tinggi dan ada gangguan lereng



Gerakan tanah bisa terjadi jika ada gangguan lereng Tidak tinggal di bantaran sungai



Tidak Melakukan Pemotongan lereng, Waspada jika curah hujan tinggi Jangan tinggal di lereng terjal



Tidak dibangun permukiman, bangunan vital strategis, Konservasi Lahan Waspada, Mengungsi jika Curah Hujan Tinggi



Lokasi bangunan vital & Strategis.



PETA ZONA KERENTANAN GERAKAN TANAH Sumber: PVMBG, Badan Geologi



SISTEM PERINGATAN DINI (EARLY WARNING)  Sistem peringatan dini gerakan tanah dilakukan pada awal musim hujan dengan mengirim surat, booklet, dan poster tentang mitigasi bencana gerakan tanah.  Peta perkiraan wilayah potensi terjadi gerakan tanah dibuat dengan cara overlay antara peta zona kerentanan gerakan tanah dan prediksi curah hujan bulanan. Hasilnya berupa 3 tingkatan zona potensi gerakan tanah tinggi, sedang dan rendah yang diinformasikan kepada Pemerintah Daerah. PETA ZONA KERENTANAN GERAKAN TANAH



PETA PERKIRAAN CURAH HUJAN



Sumber: PVMBG, Badan Geologi







Kerjasama dengan BMG (Data prakiraan curah hujan bulanan)







Hasil prakiraan wilayah berpotensi terjadi gerakan tanah yaitu overlay dari peta zona kerentanan gerakan tanah dan prakiraan curah hujan bulanan







Peringatan dini kepada Pemda di seluruh Indonesia setiap awal musim hujan meliputi kabupaten, kecamatan, desa yang rentan terjadi gerakan tanah







Jalur jalan rawan gerakan tanah dikirim setiap awal musim hujan dan hari libur keagamaan



Sumber: PVMBG, Badan Geologi



PETA ZONA KERENTANAN GERAKAN TANAH INDONESIA



Sumber: PVMBG, Badan Geologi



MAKSUD DAN TUJUAN PEMETAAN Untuk memberikan informasi tentang daerah – derah yang rentan terhadap bencana alam gerakan tanah dan memperkecil / mengurangi kerusakan prasarana pembangunan serta korban jiwa manusia. Informasi yang termuat dalam Peta Zona Kerentanan Gerakan Tanah dapat digunakan untuk melengkapi data dasar dalam perencanaan Tata Ruang. TAHAPAN PENYUSUNAN PETA ZONA KERENTANAN GERAKAN TANAH 1. Pengumpulan data



Data primer; Data sekunder 2. Analisis laboratorium mekanika tanah Sifat fisik dasar; kadar air, berat jenis, berat isi asli, berat isi kering, berat isijenuh, angka pori, permeabilitas Sifat mekanika tanah atau batuan; direct shear atau triaxial test-kohesi



dan sudut geser dalam



TAHAPAN PENYUSUNAN PETA ZONA KERENTANAN GERAKAN TANAH



3. Penggambaran peta penunjang 1. Peta geologi 2. Peta tataguna lahan 3. Peta satuan kemiringan lereng



4. Peta distribusi kejadian gerakan tanah 5. Peta curah hujan rata-rata tahunan 6. Peta percepatan kegempaan regional



4. Analisis data / Metode 1. Analisis secara langsung 2. Analisis secara tidak langsung 3. Analisis gabungan



PETA KERENTANAN GERAKAN TANAH (landslide susceptibility map) Peta kerentanan gerakan tanah adalah sebuah peta yang menggambarkan tingkat kestabilan lereng pada suatu daerah menjadi kategori stabil sampai tidak stabil. Peta ini menunjukkan tingkat kerentanan suatu daerah untuk terjadi gerakan tanah atau longsoran. Kerentanan gerakan tanah tergantung juga pada faktor pemicu terjadinya longsoran seperti curah hujan dan kegempaan.



PETA BAHAYA LONGSORAN (landslide hazard map) Peta bahaya gerakan tanah (landslide hazard map) adalah sebuah peta yang mengindikasikan kemungkinan terjadinya gerakan tanah pada suatu daerah dengan memperhitungkan adanya ancaman . Sebuah peta bahaya gerakan tanah yang ideal tidak hanya memperlihatkan kemungkinan gerakan tanah dapat terjadi pada suatu tempat tertentu, tetapi juga mempunyai kemungkinan gerakan tanah berasal dari tempat yang jauh dan menghantam daerah tersebut. Bahaya gerakan tanah mengacu kepada potensi terjadinya kerusakan akibat gerakan tanah yang meliputi hilangnya nyawa atau korban luka, kerusakan harta benda, gangguan sosial ekonomi dan penurunan kualitas lingkungan.



PETA RESIKO GERAKAN TANAH (landslide risk map) Peta resiko gerakan tanah (landslide risk map) adalah peta yang menggambarkan besarnya penanggulangan tahunan yang harus disediakan untuk menanggulangi kerusakan akibat gerakan tanah. Peta resiko merupakan penggabungan dari informasi kemungkinan gerakan tanah pada peta bahaya gerakan tanah dengan analisa terhadap keseluruhan konsekuensi yang timbul akibat gerakan tanah. Resiko gerakan tanah mengacu kepada kemungkinan konsekuensi bahaya yang timbul, seperti korban jiwa, korban luka-luka, kerusakan properti dan sistem ekologi atau gangguan perekonomian pada daerah rawan gerakan tanah.



Zona Kerentanan Gerakan Tanah • Zona Kerentanan Gerakan Tanah Tinggi Zona ini sering terjadi gerakan tanah, gerakan tanah lama masih dapat aktif kembali, terutama karena curah hujan yang tinggi. • Zona Kerentanan Gerakan Tanah Menengah Dapat terjadi gerakan tanah berukuran kecil, terutama di tebing pemotongan jalan, tebing sungai, daerah curam dengan batuan dasar kuat dan tanah pelapukan yang tipis. Gerakan tanah lama masih dapat berkembang aktif kembali, terutama pada bagian gawir gerakan tanah yang disebabkan oleh hujan dengan intensitas tinggi.



• Sumber: PVMBG, Badan Geologi



•Zona Kerentanan Gerakan Tanah Rendah Jarang terjadi gerakan tanah apabila tidak mengalami gangguan pada lereng dan jika terdapat gerakan tanah lama. Gerakan tanah dapat juga terjadi dalam skala kecil, terutama pada tebing lembah sungai yang terjal • Zona Kerentanan Gerakan Tanah Sangat Rendah Daerah ini mempunyai tingkat kecenderungan sangat rendah untuk terkena gerakan tanah. Umumnya merupakan daerah mantap, sangat jarang atau hampir tidak pernah terjadi gerakan tanah. Sumber: PVMBG, Badan Geologi



PUBLIKASI PETA ZONA KERENTANAN GERAKAN TANAH • Skala 1 : 500.000 Peta Provinsi, contoh Peta Zona Kerentanan Gerakan Tanah Jawa Barat. • Skala 1 ; 250.000. Peta Zona kerentanan gerakan tanah luar P. Jawa, contoh Peta zona kerentanan gerakan tanah Pulau Lombok. • Skala 1 : 100.000 Contoh Peta Zona Kerentanan Gerakan Tanah L. Cianjur,



ANALISIS DATA / METODE PEMETAAN Pemetaan zona kerentanan gerakan tanah dilakukan dengan pendekatan menggunakan metoda tidak langsung (statistik) dan metoda langsung (pengamatan lapangan), penyelesaian dilakukan dengan menggabungkan kedua metoda tersebut. Metoda pemetaan tidak langsung dilakukan dengan melakukan tumpang tindih (overlaying) untuk mancari pengeruh faktor-faktor yang terdapat pada peta-peta parameter (peta geologi, kemiringan lereng dan tata guna lahan) terhadap sebaran (distribusi) gerakan tanah, kemudian analisis dilakukan dengan mengunakan GIS (Geografi Informasi Sistem) menggunakan Software ILWIS (Integrated Land and Water Information System) versi 2.1 (for Windows), sehingga zonasi kerentanan gerakan tanah dapat ditentukan. Cara langsung adalah dengan memetakan secara langsung zona kerentanan gerakan tanah di lapangan dengan mempelajari distribusi gerakan tanah, morfologi, geologi, tataguna lahan dan struktur geologi. Cara gabungan adalah menggabungkan peta zona kerentanan gerakan tanah cara tidak langsung dengan peta zona kerentanan gerakan tanah cara langsung sehingga menghasilkan peta zona kerentanan gerakan tanah final



BAGAN ALIR PEMETAAN GERAKAN TANAH



Sumber: PVMBG, Badan Geologi



Metoda langsung merupakan hasil pemetaan langsung zona kerentanan gerakan tanah di lapangan. Kriteria untuk zona kerentanan gerakan tanah didasarkan pada kondisi lapangan, yaitu : a. Penelitian gerakan tanah di lapangan, meliputi : •



Kejadian gerakan tanah







Morfologi (kemiringan lereng dan bentuk lereng)







Geologi (sifat fisik batuan dan tanah serta ketebalan tanah pelapukan)







Struktur geologi dan kondisi keairan







Kondisi tataguna lahan dan aktivitas manusia



b. Mempelajari sifat fisik dan keteknikan tanah hasil uji laboratorium (data pemetaan terdahulu) c. Melakukan analisis balik untuk mendapatkan nilai kuat geser pada saat harga



faktor keamanan (Fs) = 1,2 d. Melakukan analisis kemantapan lereng e. Menyusun tingkat kerentanan gerakan tanah



Sumber: PVMBG, Badan Geologi



Tingkat kerentanan gerakan tanah, yaitu tingkat yang menggambarkan kecenderungan suatu lereng alam (“natural slope”) untuk terkena gerakan tanah. Tingkat kerentanan suatu lereng untuk terjadi gerakan tanah ditunjukkan dalam suatu nilai faktor keamanan yang dikemukakan oleh Ward, (1976),



DISTRIBUSI GERAKAN TANAH



TANAH PELAPUKAN BATUAN (KEJADIAN GERAKAN TANAH) Tufa dan breksi Gn. Api Muda



KEMIRINGAN LERENG 0-5% ( 0-3)



5-15% (3-9)



15-30% (9-17)



30-50% (17-27)



50-70% (27-36)



>70% (36-90)



--



--



-



-



-



-



--



-



-



3



-



-



-



-



5



35



- 53



10-



dari G. Ambulombo (Qhva) ( Tidak ada kejadian gerakan tanah ) Breksi aglomerat dan tufa Gn. Api Muda dari G. Ine Rie (Qhvl)



(3 X kejadian gerakan



tanah) Lava dan breksi Gn. Api Tua (Qtvu) (103 X kejadian gerakan tanah)



TANAH PELAPUKAN BATUAN (KEJADIAN GERAKAN TANAH) Tufa dan breksi Gn. Api Muda



KEMIRINGAN LERENG 0-5% ( 0-3)



5-15% (3-9)



15-30% (9-17)



30-50% (17-27)



50-70% (27-36)



>70% (36-90)



--



--



-



-



-



-



--



-



-



3



-



-



-



-



5



35



- 53



10-



dari G. Ambulombo (Qhva) ( Tidak ada kejadian gerakan tanah ) Breksi aglomerat dan tufa Gn. Api Muda dari G. Ine Rie (Qhvl)



(3 X kejadian gerakan



tanah) Lava dan breksi Gn. Api Tua (Qtvu) (103 X kejadian gerakan tanah)



KEMIRINGAN LERENG



JENIS GERAKAN TANAH 0-5% (0-3 º )



5-15% (3-9 º )



15-30% (9-17 º )



30-50% (17-27 º )



50-70% (27-36 º )



>70% (36-90 º )



Longsoran Bahan Rombakan



-



-



5



35



51



10



Nendatan



-



-



-



-3



2



-



Sumber: PVMBG, Badan Geologi



Sumber: PVMBG, Badan Geologi



TINGKAT KERENTANAN GERAKAN TANAH UNTUK MASING MASING TANAH PELAPUKAN BATUAN PADA KEMIRINGAN LERENG TERTENTU Tingkat kerentanan gerakan tanah, yaitu tingkat yang menggambarkan kecenderungan suatu lereng alam (“natural slope”) untuk terkena gerakan tanah. Berdasarkan pertimbangan pada sudut kemiringan lereng kritis di lapangan maupun hasil analisis, maka kerentanan gerakan tanah pada setiap kisaran kemiringan lereng pada tanah pelapukan batuan dapat ditentukan, seperti terlihat pada Tabel dibawah ini. KEMIRINGAN LERENG TANAH PELAPUKAN



Tufa dan breksi Gn. Api Muda dari G. Ambulombo (Qhva)



Breksi aglomerat dan tufa Gn. Api Muda dari G. Ine Rie (Qhvl)



0 – 5%



5–15%



15-30%



30 –70%



50-70%



>70%



0 - 3



3 - 9



9-17



17-27



27-36



> 36



I



I



II/III



III



III/!V



III/IV



I



II



II



II/III



III



III



I



I



II



II/III



III



III/IV



Lava dan breksi Gn. Api Tua (Qtvu) Keterangan : I. Zona Kerentanan Gerakan Tanah Sangat Rendah II. Zona Kerentanan Gerakan Tanah Rendah III. Zona Kerentanan Gerakan Tanah Menengah IV. Zona Kerentanan Gerakan Tanah Tinggi



Peta Zona Kerentanan Gerakan tanah Cara Langsung



Sumber: PVMBG, Badan Geologi



Metoda Tidak Langsung (Statistik) Metoda tidak langsung adalah proses pembuatan peta zona kerentanan gerakan tanah didasarkan atas perhitungan kerapatan (density) gerakan tanah dan nilai bobot (weight value) dari masing-masing unit/klas/tipe pada setiap peta parameter. Kerapatan (density) adalah pencerminan dari luas kejadian gerakan tanah pada satu satuan (kelas) perluas dari luas unit (kelas) parameter. Luas gerakan tanah pada (unit/klas/tipe) Kerapatan (unit/klas/tipe) = Luas (unit/klas/tipe



Luas gerakan tanah pada (unit/klas/tipe) Nilai bobot ( unit/klas/tipe )



Luas seluruh gerakan tanah pada peta



= Jumlah luas (unit/klas/tipe)



Luas seluruh daerah peta



Tahapan dan prosedur perhitungan adalah sebagai berikut : 1. Tumpang tindih antara peta parameter dan peta sebaran gerakan tanah. 2. Menghitung luas daerah yang terkena gerakan tanah, dan luas seluruh peta. 3. Menghitung kerapatan gerakan tanah (dalam persen) pada seluruh daerah peta. 4. Menghitung kerapatan gerakan tanah (dalam persen) pada setiap unit/klas/tipe. 5. Menghitung nilai bobot pada tiap kelas unit/klas/tipe. 6. Pemberian nomor (urutan) nilai bobot pada tiap-tiap peta parameter. 7. Membuat tabel klasifikasi untuk mengklasifikasi ulang nilai bobot ber dasarkan peta parameter. 8. Menjumlahkan semua nilai bobot dari tiap peta parameter. 9. Mengklasifikasikan angka-angka hasil dari penjumlahan nilai bobot antara batas atas dan bawah menjadi 4 zona, yaitu : kerentanan sangat rendah, rendah, menengah dan tinggi.



LUAS 2 (km )



LUAS GERAKAN 2 TANAH (km )



DENSITY



WEIGHT



21,3700



0,00



0,0001



-0,0047



41,6752



0,0925



0,0052



0,0004



492,1822



2,5500



0,00027



0,00005



SATUAN BATUAN



Tufa dan breksi Gn. Api Muda dari G. Ambulombo (Qhva)



Breksi aglomerat dan tufa Gn. Api Muda dari G. Ine Rie (Qhvl) Lava dan breksi Gn. Api Tua (Qtvu)



LUAS (km 2) TATAGUNA LAHAN Kampung



LUAS GERAKAN TANAH (km 2)



DENSITY



WEIGHT



8,3950



0,00 00



0,00038



 0,00449



9,38316



0,00500



0,0008



 0,00399



Tanah kosong



69,84213



0,240144



0,00347



 0,00132



Hutan lindung



153,98290



0,43776



0,002860,



-0,00193



Perkebunan



164,5692



0,777969



0,00474



-0,00005



Tegalan



149,0549



1,18321



0,00795



-0,00316



Persawahan



KEMIRINGAN LERENG (%)



LUAS (km 2)



LUAS GERAKAN TANAH (km 2)



DENSITY



WEIGHT - 0,0046



0 – 5 (0 - 3)



24,8262



0,0025



0,0002



5 – 15 (3 – 8,5)



97,7094



0,1675



0,0017



15 – 30 (8,5 - 17)



187,8854



0,1675



0,0050



0,0002



30 – 50 (17 - 27)



150,1532



0,9279



0,0077



0,0029



50 – 70 (27 - 36)



48,9347



0,3251



0,0067



0,0019



> 70 (> 36)



45,7182



0,0725



0,0016



-0,0032



- 0,0031



TABEL PENGELOMPOKKAN NILAI BOBOT KEDALAM KELAS ZONASI



NILAI BATAS



KELAS



DERAJAT KERENTANAN



- 0,00270



1



Sangat Rendah



 0,00363



2



Rendah



 0,01045



3



Menengah



 0,02384



4



Tinggi



Sumber: PVMBG, Badan Geologi



Sumber: PVMBG, Badan Geologi



PETA GABUNGAN HASIL PEMETAAN LANGSUNG DENGAN STATISTIK SEBAGAI PETA FINAL Pembuatan zonasi kerentanan gerakan tanah merupakan tahap akhir dari semua proses yang dilakukan dengan cara melakukan tumpang tindih antara peta zona statistik dengan peta zona pemetaan langsung, hasilnya berupa peta dan tabel gabungan. Peta ini menggambarkan gabungan antara 4 (empat) kelas dari peta zona statistik dan 4 kelas dari hasil pemetaan langsung (Tabel di bawah). Untuk mengelompokkan zona tersebut dalam 4 (empat) kelas, maka pada tabel tersebut ditambah kolom final yang nilainya merupakan kelas rata-rata antara peta statistik dan peta pemetaan langsung, sehingga menjadi 4 kelas. Penggabungan antara peta statistik dan lapangan pada pembuatan peta zona kerentanan gerakan tanah dapat dibuat dengan menggunakan persamaan sebagai berikut : PZ



= TG.Final (PG)



PZ



= Peta zona kerentanan gerakan tanah akhir



TG



= Tabel gabungan



Final = Kolom final tabel gabungan yang menggambarkan kelas ratarata PG



= Peta gabungan



PETA ANALISIS STATISTIK



No. Rec. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16



1 1 1 1 2 2 2 2 3 3 3 3 3 4 4 4



PETA LAPANGAN 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4



Nr. Pixels 686 4578 662 15 9387 100727 18536 245 651 59117 15623 143 67 6902 4729 22



LUAS (Km²) 1,716205 11,445540 1,656163 0,037526 234,664831 251,81688 46,34005 0,612931 1,628644 147,79131 39,057435 0,357751 0,167618 17,25462 11,823305 0,055039



P e t a F i n al



1 1 2 2 1 2 3 3 2 2 3 3 1 3 4 4



Sumber: PVMBG, Badan Geologi



Y



Wae Wu



Naru



Susu Ekowolo



KEC. NGADABAWA Faobata



Rowa



e tu



PETA ZONA KERENTANAN GERAKAN TANAH DAERAH BAJAWA DAN SEKITARNYA KABUPATEN NGADA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR



ki Wo







a at



e Wa



Ubedolumolo



a an



BAJAWA



Wawowae



KEC. BOAWAE



Ululanga



M



Trikora Keligejo



Wolodala



ko Lo



150 0



eB Wa



Borobere



Inelika



500



0



Pomalewa



Bajawa



8°45'00" LS



121°7'30" BT Faupadi



Wolo Lega Wolo Runu



e Wae Ko



7 50



A M B ER D



1000



8°44'58" LS



SU



1 25



N



120°52'30" BT



A



DA



MI



N ER AL



E N ER G I



DEPARTEMEN ENERGI SUMBER DAYA MINERAL BADAN GEOLOGI PUSAT VULKANOLOGI DAN MITIGASI BENCANA GEOLOGI JALAN DIPONEGORO 57 BANDUNG



Sangadeto



Mangulewa



0



2,5



Kisanata Wolo Atagae



1250



1000



1 50



Wolo Bawa 1430



0



Woloroa



Wolokelo Bosiko



50 0



Mangulewa



o Go k



Mari Wolo Bobo



Bojawa



e Wa



Wolo Kapa



12 50



Borani



Mataloko Todabelu Wolo Sasa Toda



Bu la



Wolo Bombara 1428



1. Zona Kerentanan Gerakan Tanah Sangat Rendah Daerah yang mempunyai tingkat kerentanan sangat rendah untuk terjadi gerakan tanah. Pada zona ini sangat jarang atau tidak pernah terjadi gerakan tanah, baik gerakan tanah lama maupun baru, terkecuali pada daerah yang tidak luas disekitar tebing sungai. Merupakan daerah datar sampai landai, dengan kemiringan lereng < 15° dan lereng tidak dibentuk oleh endapan gerakan tanah, dan timbunan atau lempung yan bersifat mengembang.



Lokaguru



Gisiliba



Sobo



KETERANGAN Malaraja



Sadha



Wolo soge Rakateda Dua



Takatunga



Kuwujawa



Jadho



25 0



Wolo Nariwowo



2. Zona Kerentanan Gerakan Tanah Rendah



Ratogesa



Daaerah yang mempunyai tingkat kerentanan rendah untuk terjadi gerakan tanah. Pada zona ini jarang terjadi gerkan tanah jika tidak mengalami gangguan pada lereng, dan jika tidak terdapat gerakan tanah lama, lereng telah mantap kembali. Gerakan tanah berdimensi kecil mungkin dapat terjadi, terutama pada tebing lembah (alur) sungai. Kisaran kemiringan lereng mulai dari landai (5-5%) sampai sangat terjal (50-70%). Tergantung pada kondisi sifat fisik dan keteknikan batuan dan tanah pembentuk lereng. Pada lereng terjal umumnya dibentuk oleh tanah pelapukan yang cukup tipis dan vegetasi penutup baik cukup tipis dan vegetasi penutup baik, umumnya berupa hutan atau perkebunan.



Lokalodo



0 50



Dadawea



Beja



Radabata



Nuamuzi



ae W



Wolo Tolorojo



ko Wae La



KEC. BAJAWA



1 50 1 75 2 00 0 0



Warupade Foa



Rakateda Satu



Majamala



0



Were KEC. MAUPONGGO



sebowuli



Malabhaga



Watumanu



Weresatu Dariwali



Ta d



Dona



1300 Wolo Pale



Nenowea



Ngadusawu



Rutojawa



Ngalu Ngalu Ngalu Rita Rita Ngalu Ngalu NgaluRita Rita Rita Rita Ngalu Ngalu Ngalu Rita Rita Rita



Wa e Tiwu kale



la a po



Wolo lesa



L ok



re a na L ok



Delawawi



500



Wogowela



Waebela



Daerah yang mempunyai tingkat kerentanan tinggi untuk terjadi gerakan tanah. Pada zona ini sering terjadi gerakan tanah,sedangkan gerakan tanah lama dan gerakan tanah baru masih aktif bergerak akibat curah hujan tinggi dan erosi yang kuat. Kisaran kemiringan lereng mulai landai (5 - 15%) sampai tegak (>70%). Tergantung pada kondisi sifat fisik dan keteknikan batuan dan tanah. Vegetasi penutup lereng umumnya sangat kurang.



Ngalu Ngalu Ngalu Watuwawi Watuwawi Ngalu Ngalu NgaluWatuwawi Watuwawi Watuwawi Watuwawi Ngalu Ngalu Ngalu Watuwawi Watuwawi Watuwawi Ngalu Ngalu NgaluWolongiju Wolongiju Wolongiju Wolongiju Ngalu Ngalu Ngalu Wolongiju Wolongiju Ngalu Ngalu Ngalu Wolongiju Wolongiju Wolongiju



250 Ngedhubasa



Kelitei



4. Zona Kerentanan Gerakan Tanah Tinggi



Boba



Lokobo ba



Leko Nago



Wolo Ngali Robadora



Kisaran kemiringan lereng mulai dari landai (5 - 15 %) sampai sangat terjal (50 - 70%).Tergantung pada kondisi sifat fisik dan keteknikan batuan dan tanah sebagai material pembentuk lereng. Umumnya lereng mempunyai vegetasi penutup kurang.



1205



1354



KEC. GOWELA



Wolo Bogo



Warupele satu



tebing jalan atau jika lereng mengalami gangguan. Gerakan tanah lama dapat aktif kembali akibat curah hujan yang tinggi.



Weredua



Wolo Beo



Wolo Roka



7 50



Warupele dua



Pomasule



Daerah yang mempunyai tingkat kerentanan menengah untuk terjadi gerakan tanah. Pada zona ini dapat terjadi gerakan tanah terutama pada daerah yang berbatasan dengan lembah sungai, gawir,



KEC. AIMERE Nariwolo



W ae



Garusina



Ngelu Ngelu NgeluNgelo Ngelo Ngelo Ngelo Ngelu Ngelu Ngelu Ngelo Ngelo Ngelu Ngelu Ngelu Ngelo Ngelo Ngelo



Bela



u



Amere Paupaga



3. Zona Kerentanan Gerakan Tanah Menengah



Kezewea



Tiworiwu



Keli lnerei Tiworiwu



Paliseso



ja Lu



1 25 0



Teluk Teluk TelukWaiwae Waiwae Waiwae Waiwae Teluk Teluk Teluk Waiwae Waiwae Teluk Teluk TelukWaiwae Waiwae Waiwae



Laja Wolo Dagha



10 00



25 0 L eko



Bomeri



Solo



KAB. NGADA



Wolo Lele



Wolo Fela Aimere



Oleh : Rachman Sobarna, Yunara D.Triana , M. Iskak 2009



KEC. GOLEWA Ngalisabu



75 0



BATASAN DAN FUNGSI PETA Zona kerentanan gerakan tanah yang termuat dalam peta ini bersifat umum, untuk informasi awal tentang daerah daerah yang mempunyai kemungkinan terjadinya gerakan tanah dan daerah-daerah yang relatif mantap. Perubahan keadaan dari kondisi saat dipetakan, dapat merubah zona kerentanan gerakan tanah yang termuat dalam peta. Jika akan mengembangkan atau membangun pada daerah berkerentanan menengah diperlukan penyelidikan kemantapan lereng secara rinci untuk menghindari terjadinya gerakan tanah.



NgaluRano NgaluRano NgaluRano NgaluRano NgaluRano NgaluRano NgaluRano NgaluRano NgaluRano



Watutedo



Sewowoto Ngalu Ngalu NgaluWae Wae Wae Wae Ngalu Ngalu Ngalu Wae Wae Ngalu Ngalu Ngalu Wae Wae Wae



Ngalu Ngalu NgaluBoba Boba Boba Boba Ngalu Ngalu Ngalu Boba Boba Ngalu Ngalu Ngalu Boba Boba Boba



Ngedhusuba Ngalu Ngalu NgaluBurusi Burusi Burusi Burusi Ngalu Ngalu Ngalu Burusi Burusi Ngalu Ngalu NgaluBurusi Burusi Burusi



SARAN UNTUK PEMAKAI PETA Peta ini memuat informasi tingkat kerentanan (kepekaan) suatu daerah untuk terkena gerakan tanah sehingga dapat diidentifikasi daerah-daerah yang menghadapi permasalahan gerakan tanah, dan melakukan upaya pencegahan atau penanggulangan. Pada zona kerentanan gerakan tanah rendah dianjurkan melakukan penyelidikan gerakan tanah jika akan melakukan penyayatan lereng.



Ngalu Ngalu Ngalu Watum Watum ubu ubu ubu Ngalu Ngalu NgaluWatum Watum Watum Watum ubu ubu ubu Ngalu Ngalu Ngalu Watum Watum Watum ubu ubu ubu



SIMBOL GERAKAN TANAH



SIMBOL TOPOGRAFI



B B B B B B



A A A A A A



S S S S S S



U U U U U U



Garis ketinggian tiap 50 m



9°0'00" LS



9°0'00" LS



TT TT T T



U U U U U U



A A A A A A



LL LL L L



120°52'30" BT



LOKANGEKO



LETE



2107 - 331



121° 13'56"



PETA CURAH HUJAN RATA-RATA TAHUNAN 121° 19'6"



121° 11' 56"



SOA



8° 45' 00"



Nendatan



Jalan



Gawir longsoran



2107 - 224



PETA EPISENTER PULAU FLORES DAN SEKITARNYA



PETA PERCEPATAN PULAU FLORES DAN SEKITARNYA 121° 19' 116° 21' 47" -6° 9' 28"



126° 11' -6° 9' 28"



2



116° 21' 47" -6° 9' 28"



126° 11' -6° 9' 28"



1989



3



8° 45' 00"



2107 - 223



d



PETA PETUNJUK LOKASI 121° 07' 30" 8° 37'30"



121° 00' 00"



9°0'38"



2107 - 242



9°0'38"



120° 52' 30"



2107 - 241



-8 ° 5 5' 33"



8°55'2 0" LS



120° 45' 00" 8° 37'30"



-8 ° 5 5' 33"



8°55'20" LS



INDEK LEMBAR PEMETAAN



121°1134" BT



a



c



Longsoran



Sungai



121°7'30" BT



PEMBAGIAN ADMINISTRASI 121°8'53" BT



5 Km



Sarasedu



Wolo Pipidod0



2107 - 313 4



AIMERRE



BAJAWA



2003



MATALOKO



31982



2003



1987



1992



1982 8° 52' 30"



8° 52' 30"



2107 - 221



WAEBELA



5



6



2107 - 311



2004 1983



1975



DONA 4



120° 52' 30"



Lokasi Penyelikan



121° 00' 00"



9° 00' 00" 121° 07' 30"



121° 13'56"



121° 19'6"



-8° 58' 47"



120° 45' 00"



9°3'58"



9° 00' 00"



-8 ° 5 8' 47"



A. KABUPATEN NGADA a Kecamatan. Ngadabawa b. Kecamatan. Aimena c. Kecamatan. Bajawa d. Kecamatan. Golawe



121°1134" BT



8°58'52" LS



8°58'52" LS



121°8'53" BT



RADAMUDE



2107 - 222



9°3'58"



b



121° 11' 56"



Lokasi Penyelikan



0 - 1000



121° 19' 1000 - 2000



2000 - 3000



3000 - 4000



4000 - 5000 mm



3



-11° 27' 5" 116° 21' 47"



2



-11° 27' 5" 126° 11' -11° 27' 5"



Zona 2 = 0,10 g Zona 3 = 0,15 g Zona 4 = 0,20 g



Zona 5 = 0,25 g Zona 6= 0,30 g



-11° 27' 5" 126° 11'



116° 21' 47"



Magnitude > 6 5-6



Sumber: PVMBG, Badan Geologi



Kedalaman 0 - 33 km 33 - 90 km



< 5 > 90 km



Rekomendasi •Jangka Pendek •Jangka Menengah •Jangka Panjang



Jangka Pendek Kesiagaan dan kewaspadaan masyarakat menghadapi kemungkinan terjadinya bencana alam tanah longsor, baik bersifat prefentif maupun reaktif berdasarkan pada prinsip cepat tanggap (early detection), cepat tindakan (early action) dan cepat lapor (early warning) baik vertikal maupun horisontal. Memberitahukan secara lengkap tentang gejala awal tanah longsor, seperti adanya retakan tanah, kepada instansi yang berhubungan langsung dengan penanggulangan bencana. Pada daerah yang termasuk zona kerentanan gerakan tanah menengah dan tinggi tidak digunakan untuk lahan pertanian yang banyak memerlukan air. Memberikan penyuluhan kepada masyarakat mengenai dampak pemanfaatan lahan yang tidak tepat, seperti pembukaan sawah pada lereng yang terjal, penggundulan hutan dapat memicu terjadinya gerakan tanah/tanah longsor. Menyebar luaskan informasi mengenai daerah-daerah rawan longsor, sehingga masyarakat waspada jika terjadi bencana alam gerakan tanah/tanah longsor perlu dilakukan langkah-langkah represif sebagai berikut: ªMelaksanakan tindakan/penaggulangan darurat dengan mengutamakan keselamatan manusia dan harta bendanya ª Segera membentuk Posko, keamanan, kesehatan, regu penyelamat dan dapur umum, ª Segera menetapkan program rehabilitasi bidang fisik, sosial dan ekonomi



Pada daerah yang termasuk zona kerentanan gerakan tanah tinggi, sering terjadi gerakan tanah, agar dihindarkan untuk daerah pengembangan pemukiman, pada daerah tersebut disarankan untuk dijadikan daerah konservasi. Menghidari penimbunan di atas lereng dan pemotongan tegak pada kaki lereng



Jangka Menengah • Menyediakan lahan untuk relokasi pemukiman yang berada di daerah rawan bencana tanah longsor, bila daerah tersebut sudah dinyatakan tidak layak huni • Memberikan penyuluhan/penerangan tentang kewaspadaan dan kesiagaan dalam menghadapi terjadinya bencana alam gerakan tanah,termasuk upaya menyelamatkan diri dan harta benda. • Melakukan pemantauan terhadap gerakan tanah yang aktif terutama pada daerah yang dilalui jalur vital secara ekonomi dan jasa dan daerah padat penduduk, guna mengetahui ancaman bahaya gerakan tanah secara dini. • Pada daerah longsor yang masih aktif, perlu dibuat bangunan penambat (tiang, bronjong, tembok penahan dll.), jika tingkat ancaman bahaya semakin menghawatirkan, dilakukan pemindahan penduduk. • Tidak membuat pemukiman pada daerah pada daerah alur maupun sisi luar kelokan sungai, terutama sungai-sungai yang berhulu dari daerah pegunungan yang terjal • Membuat perencanaan yang mantap untuk menanggulangi bencana alam yang disebabkan oleh faktor non alam di daerahnya, dengan demikian secara bertahap kejadian bencana alam dapat dikurangi baik kualitas maupun kuantitasnya.



Jangka panjang 1.



2. 3.



4.



5. 6.



Menghutankan kembali lahan yang gundul (kritis), terutama pada daerah yang berkemiringan lereng terjal dengan pohon-pohon yang memunyai akar kuat dan dalam sehingga dapat berfungsi sebagai pengikat tanah, untuk mencegah/ mengurangi terjadinya erosi dan gerakan tanah. Dalam pengembangan wilayah perlu memasukan parameter daerah rawan bencana alam sebagai faktor pembatas, sehingga korban akibat bencana dapat ditekan hingga sekecil mungkin atau ditiadakan. Ketidakseimbangan ekosistem sering menimbulkan bencana, oleh karenanya dalam pemanfaatan lahan harus memperhatikan tata guna tanah serta memelihara/memperhatikan kelestarian alam dan lingkungan hidup di sekitarnya Gerakan tanah yang terjadi di wilayah ini sebagian besar terjadi pada daerah yang mempunyai kemiringan lereng agak terjal hingga terjal, oleh karena itu perlu dihindari pembangunan perumahan pada daerah yang mempunyai kemiringan lereng >30% (17°). Jika pembangunan terpaksa dilakukan perlu analisis kesetabilan lereng secara rinci pada setiap lokasi tapak (Site Plan). Memasukan wilayah rawan tanah longsor sebagai faktor pembatas dalam penyusunan RUTRK maupun RTRK yang dituangkan dalam Peraturan Daerah (Perda) Melakukan pengawasan/monitoring baik lingkungan alamnya maupun aktivitas penduduknya, kaitannya dengan ancaman bencana alam gerakan tanah.



BEBERAPA CONTOH KEJADIAN GERAKAN TANAH DI INDONESIA



GERAKAN TANAH YANG DIPICU GEMPABUMI PADANG, (30 SEPTEMBER 2009) ( sumber: PVMBG, Badan Geologi)



GERAKAN TANAH DI PERKEBUNAN TEH DEWATA, KAB. BANDUNG (23 FEBRUARI 2010) ( sumber: PVMBG, Badan Geologi)



KONDISI DAERAH BENCANA Secara administratif daerah bencana berada di Desa Tenjolaya, Kec. Pasir Jambu, Kab. Bandung. Jarak lokasi bencana dari Bandung ± 60 km dan ditempuh dalam waktu ± 3.5 jam. Secara geografis lokasi bencana terletak pada koordinat 7° 12’ 53.1” LS dan 107° 28’ 36.3” BT pada ketinggian lebih dari 1300 mdpl. Lokasi bencana merupakan lereng bagian selatan dari Gunung Waringin dengan morfologi berupa perbukitan bergelombang dengan kemiringan 15º - > 40º.



Secara geologi daerah bencana disusun oleh batuan dasar breksi tuf di bagian atas dan breksi andesit di bagian bawah dari G. Kendeng (Koesmono, dkk. 1996). Pada bagian bawah lembah mengalir Sungai Cimeri. Sungai di lokasi longsoran pada daerah berupa perbukitan, memiliki volume yang cukup besar dengan aliran yang deras. Hal ini mengindikasikan bahwa pada daerah ini terdapat banyak mata air



LOKASI LONGSORAN



Koesmono, dkk (996)



KONDISI GERAKAN TANAH/TANAH LONGSOR Longsoran di G. Waringin, dengan bidang longsor N 20°E ,kemiringan 70°-80°, arah longsoran menghadap ke arah N 215°E. lebar mencapai 50 m, dan tinggi 75 m sedangkan panjang massa tanah yang longsor mencapai lebih dari 800 meter dan lebar mencapai 80 meter. Koordinat sekitar mahkota 7° 12’ 49.5” LS dan 107° 28’ 48.1” BT dengan ketinggian 1379 mdpl, ujung dari massa tanah yang longsor berada pada koordinat 7°12’55.1” LS dan 107°28’36” BT dengan ketinggian 1300 mdpl.



Peta situasi dan penampang gerakan tanah di Kp. Dewata, Desa Tenjolaya, Kec.Pasirjambu, Kab. Bandung (Herry P., dkk)



Modifikasi dari varnes, 1978



(Unesco Working Party, 1993)



Pada bagian badan longsoran terdapat mata air dan terlihat adanya scarp-scarp baru yang berpotensi untuk meluncur kembali. Longsoran ini terjadi pada tanah hasil pelapukan dari breksi vulkanik pada perbukitan yang masih memilik hutan yang lebat. Jenis longsoran ini adalah sliding yang kemudian berubah menjadi aliran bahan rombakan



MEKANISME GERAKAN TANAH Gerakan tanah terjadi karena adanya peningkatan kandungan air pada lapisan tanah pelapukan yang bersifat porous seiring dengan curah hujan yang tinggi. Hujan yang turun dengan intensitas tinggi dan lama menimbulkan terjadinya penjenuhan pada tanah pelapukan dan batuan permukaan. Penjenuhan ini mengakibatkan bertambahnya bobot masa tanah dan meningkatnya tekanan pori sehingga tahanan geser menjadi berkurang. Kemiringan lereng yang terjal semakin memperkuat untuk terjadinya keruntuhan. Kontak antara tanah pelapukan yang cukup tebal dengan breksi tufa bertindak menjadi gelincir. Material longsoran bergerak mengikuti lembah dan menggerus tebing lembah yang dilaluinya sehingga semakin meningkatkan volume material rombakan yang dibawa. Banyaknya volume material rombakan yang kemudian tercampur dengan air sungai yang dilaluinya mengakibatkan viskositas semakin meningkat sehingga aliran bahan rombakan ini menjangkau areal yang cukup jauh dan merusak serta menimbun sarana dan prasarna yang dilaluinya.



Gerusan lereng lembah



Perubahan arah flow track material



Mahkota longsoran



Sebaran total bahan rombakan



GERAKAN TANAH DI KECAMATAN NANGGUNG, KAB. BOGOR (15 MARET 2010) ( sumber: PVMBG, Badan Geologi)



Gawir longsoran lama



GERAKAN TANAH DI KECAMATAN ARJASARI, KAB. BANDUNG (19 MARET 2010) ( sumber: PVMBG, Badan Geologi)



GERAKAN TANAH LEGOK HAYAM, KAB. BANDUNG, 21 MARET 2010 ( sumber: PVMBG, Badan Geologi)



TERIMA KASIH