Modul Anfisman PDF [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PRAKTIKUM ANATOMI DAN FISIOLOGI MANUSIA Famakologi dan Farmasi Klinis



DAFTAR PENYUSUN



ANATOMI FISIOLOGI MANUSIA Edited by apt. Hendra Mahakam Putra, M.S.Farm. Fakultas Farmasi, Universitas Bhakti Kencana Rubi Farmakologi dan Farmasi Klinis



apt. Elis Susilawati, M.Si. Fakultas Farmasi, Universitas Bhakti Kencana Rubi Farmakologi dan Farmasi Klinis



i



KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat rahmat, taufik dan hidayah-Nya, penulisan Modul Praktikum Anatomi Fisiologi Manusia ini dapat diselesaikan. Modul Praktikum ini disusun sebagai panduan bagi mahasiswa dalam melaksanakan kegiatan praktikum yang merupakan bagian dari pembelajaran di Fakultas Farmasi Universitas Bhakti Kencana Bandung. Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada seluruh pihak yang telah memberikan sumbang saran dan pikiran pada penyusunan sampai dengan penerbitan modul ini.



Bandung, April 2020



Penulis



ii



DAFTAR ISI Halaman DAFTAR PENYUSUN ..............................................................................



i



KATA PENGANTAR ................................................................................



ii



DAFTAR ISI ...............................................................................................



iii



MODUL 1 : Tubuh Sebagai Satu Kesatuan ..............................................



1



MODUL 2 : Sistem Saraf..........................................................................



10



MODUL 3 : Sistem Panca Indra (Special Senses) ....................................



18



MODUL 4 : Sistem Lokomotorius ...........................................................



29



MODUL 5 : Sistem Endokrin ...................................................................



38



MODUL 6 : Sistem Kardiovaskular .........................................................



44



MODUL 7 : Sistem Ekskresi Urinari ........................................................



56



MODUL 8 : Sistem Respirasi ...................................................................



65



MODUL 9 : Sistem Pencernaan................................................................



72



MODUL 10 : Sistem Reproduksi................................................................



82



iii



MODUL 1 TUBUH SEBAGAI SATU KESATUAN 1.



Tujuan 1.1 Kompetensi yang Dicapai : Mahasiswa mampu mempraktekan system transport sel 1.2 Tujuan Praktikum



:



a. Menentukan bagian dan fungsi setiap organ tubuh b. Menentukan perbedaan system transport aktif dan pasif c. Menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi difusi dan osmosis d. Menentukan bagaimana setiap komponen penyusun tubuh berfungsi sebagai satu kesatuan



2.



Prinsip Berdasarkan prinsip transport pasif difusi dan osmosis sebagai fungsi homeostasis



3.



Pendahuluan / Dasar Teori Tubuh manusia merupakan suatu organisasi yang melaksanakan fungsinya secara simultan dan utuh. Di dalam tubuh seluruh tingkat organisasi mulai dari sel, jaringan, organ, sampai sistem organ bekerjasama untuk mempertahankan kehidupan di tingkat organisme yakni dengan menjaga homeostasis. Proses transport materi merupakan salah satu aktivitas yang berlangsung dalam tubuh kita yang berperan dalam mempertahankan homeostasis. Proses transport terdiri dari transport aktif dan transport pasif.



4.



Alat dan Bahan Alat



:



Gelas piala 50 ml dan 100 ml, selofan, tali, penangas air, bunsen, kaki tiga, cawan petri, tabung reaksi dan rak, pipet tetes, batang pengaduk, alat pelubang.



1



Bahan : NaCl 0,9%, larutan glukosa 5%, putih telur, AgNO3 1%, agar, metil jingga, asam asetat, Kristal KMnO4, Kristal metil jingga, larutan benedict, larutan sukrosa 20%, 40%, 60%, air hangat, eter. Pembuatan larutan Benedict : 17,3 g CuSO4.2H2O + 173 g Na-sitrat + 100 g Na2CO3 + aquadest ad 1000 ml.



5.



Prosedur Kerja 5.1



Anatomi Manusia



a. Carilah gambar anatomi manusia (dari literatur) yang dapat diamati berdasarkan pembedahan dengan : •



Guntingan midsagittal dalam kulit sepanjang daerah abdomen dan torak







Pengguntingan kulit secara lateral pada bagian anterior dan posterior dari torehan midsagittal.







Torehan sepanjang rongga abdomen.







Torehan lateral untuk memamerkan organ dalaman.



b. Tentukan bagian-bagian berikut : diagfragma, cor, pulmo, trachea, lien, gaster, hepar, pancreas, intestinium, kolon, anus, ren, vesical urinari, uretra, glandula suprarenalis, ovarium/testis, rectum. c. Tuliskan literatur yang saudara rujuk pada bagian daftar pustaka laporan saudara! 5.2



Fisiologi



5.2.1 Percobaan Difusi Dalam percobaan ini akan diamati 2 macam sistem transport pasif yang merupakan aktivitas sel, yaitu difusi dan asmosis. a.



Difusi sederhana 1.



Siapkan sebuah gelas piala yang setengahnya telah terisi air



2.



Masukkan beberapa butir Kristal KMnO4



3.



Amati selama 1 jam



4.



Ulangi percobaan dengan menggunakan air hangat



5.



Amati perbedaannya



2



b.



Difusi Agar 1.



Buat larutan agar 25 dalam air suling pada gelas piala. Agar tersebut dididihkan sampai diperoleh larutan bening



2.



Tuangkan larutan agar (sebanyak 5ml) ke cawan petri dan biarkan memadat



3.



Buat 2 buah lubang dengan jarak 3 cm pada agar yang telah memadat



4.



Letakkan kristal KMnO4 pada salah satu lubang dan kristal metil jingga pada lubang yang lain.



c.



5.



Catat jarak difusi KMnO4 dan metil jingga scbagai fungsi waktu



6.



Manakah yang berdifusi lebih cepat? Mengapa demikian?



Difusi melalui membran 1.



Buatlah larutan kolodial yang terdiri dari air, putih telur, natrium klorida 0,9 % dan glukosa 5%.



2.



Masukan larutan kolodial ke dalam kantong selofan ¾ penuh kemudian diikat rapat



3.



Gantungkan kantong selofan pada batang pengaduk dengan tali



4.



Celupkan kantong selofan tersebut ke dalam gelas piala berisi air suling dalam posisi melayang, diamkan selama 1 jam.



5.



Setelah 1 jam, uji air suling dalam gelas piala terhadap adanya NaCl, albumin dan glukosa



6.



Siapkan 9 buah tabung reaksi dan beri nomor 1 sampai 9 untuk pengujian difusi melalui membran



Uji terhadap NaCl •



Ke dalam tabung reaksi 1 masukan 3 ml cairan yang berasal dari gelas piala di atas







Ke dalam tabung reaksi 2 masukan 3 ml air suling







Ke dalam tabung reaksi 3 masukan 3 ml larutan NaCl 0,9%







Ke dalam tabung reaksi 1, 2 dan 3 tambahkan beberapa tete AgNO3







Amati perbedaan yang terjadi pada ketiga tabung (hasil positif ditunjukkan dengan adanya endapan putih)



3



Uji terhadap glukosa •



Ke dalam tabung reaksi 4 masukan 3 ml cairan yang berasal dari gelas piala di atas







Ke dalam tabung reaksi 5 masukan 3 ml air suling







Ke dalam tabung reaksi 6 masukan 3 ml larutan glukosa







Ke dalam tabung reaksi 4, 5, dan 6 tambahkan 3 ml larutan Benedict







Didihkan tabung 4, 5 dan 6 selama beberapa menit, kemudian dinginkan







Amati perbedaan yang terjadi pada ketiga tabung (hasil positif ditunjukan dengan adanya endapan hijau, kuning atau merah)



Uji terhadap albumin •



Ke dalam tabung reaksi 7 masukan 3 ml cairan yang berasal dari gelas piala di atas







Ke dalam tabung reaksi 8 masukan 3 ml air suling







Ke dalam tabung reaksi 9 masukan 3 ml putih telur







Ke dalam tabung reaksi 7, 8 dan 9 tambahkan beberapa tetes HNO







Amati perbedaan yang terjadi pada ketiga tabung (hasil positif ditunjukkan dengan adanya kekeruhan)



5.2.2 Percobaan Osmosis 1.



Siapkan 5 kantong selofan berukuran sama



2.



Kedalam kantong-kantong tersebut isikan masing-masing :



3.







Kantong 1: air hangat 10 ml







Kantong 2: larutan sukrosa 20% 10 ml







Kantong 3 : larutan sukrosa 40% 10 ml







Kantong 4 : larutan sukrosa 60% 10 ml







Kantong 5 : air suling hangat 10 ml



Semua kantong ditutup dan diikat dengan tali sehingga tidak terdapat udara dalam kantong



4.



Timbang bobot tiap kantong



5.



Celupkan kantong 1 sampai 4 ke dalam gelas piala berisi air hangat (satu kantong dicelupkan dalam satu gelas piala)



4



6.



Celupkan kantong 5 ke dalam gelas piala berisi larutan sukrosa 60%



7.



Setelah 15 menit, angkat kantong-kantong tersebut dan keringakan bagian luarnya



8.



Timbang bobot tiap kantong



9.



Celupkan kembali kantong-kantong tersebut ke dalam gelas piala masing-masing



10. Ulangi pada menit ke-30, 45, 60 dan 75.



5



Bagan Kerja :



6



6.



Hasil Praktikum



7



7.



Diskusi dan Pembahasan



8



8.



Kesimpulan



9.



Pustaka Gunstream, S, E., et al., 1989, Anatomy and Physiology Laboratori Textbook, Wm C Brown Publisher, Dubuque. Gunstream S, E., 2015, Anatomy and Physiology with Integrated Study 6th Edition, McGraw-Hill Education, New York. Martini, FH, Nath, JL, Bartholomew, EF., 2012, Fundamentals of Anatomy and Physiology, 9th Edition, Pearson Education Inc., London Rugh, R., 1990, The Mouse, its Reproduction and Development, Oxford University Press, Oxford.



9



MODUL 2 SISTEM SARAF 1.



Tujuan 1.1 Kompetensi yang Dicapai : Mahasiswa mampu menjelaskan anatomi dan mempraktekan fisiologi sistem saraf 1.2 Tujuan Praktikum



:



a. Menentukan fungsi dari otak dan sumsum tulang belakang pada sistem saraf pusat b. Menentukan fungsi sistem saraf otonom



2.



Prinsip Berdasarkan prinsip kerja sistem saraf pusat dan sistem saraf otonom



3.



Pendahuluan/ Dasar Teori Semakin tinggi tingkatan suatu mahluk hidup, makin besar kebutuhan terhadap sistem penghantar informasi, sistem koordinasi dan sitem pengaturan. Pada manusia terdapat sistem saraf yang jauh lebih berkembang daripada sistem saraf mahluk lain (khususnya otak). Sistem saraf berfungsi menerima rangsang (stimulus) dari lingkungan atau rangsang yang terjadi di dalm tubuh, mengubah, menghantar dan mengolah rangsang serta mengkoordinasi dan mengatur fungsi tubuh melalui impuls-impuls yang dibebaskan dari pusat ke perifer. Dalam titik pandang anatomi sekaligus fungsional, dibedakan antara sistem saraf pusat yang meliputi otak dan sumsum tulang belakng serta sistem saraf perifer yang meliputi serabut- serabut hantar dari sistem saraf pusat ke perifer dan dari perifer ke sistem saraf pusat. Sistem saraf otonom berfungsi untuk memelihara keseimbanngan organisme. Sisten ini mengatur fungsi-fungsi yang tidak berada dibawah kesadaran dan kemauan. Menurut fungsinya, sistem saraf otonom dibagi dalam dua bagian yaitu sistem saraf simpatikus dan sistem saraf parasimpatikus. Hanya sebagian kecil organ dan kelenjar yang dipersarafi



10



oleh salah satu sistem saraf otonom. Sebagian besar kelenjar dan organ memiliki persarafan ganda yaitu menerima serabut dari sistem saraf simpatikus disamping serabut saraf parasimpatikus. Keaktifan organ atau kelenjar pada umumnya dirangsang oleh salah satu sistem saraf otonom, sementara di pihak lain dihambat oleh sistem saraf otonom yang lainnya.



4.



Alat dan Bahan Alat



:



Alat bedah, papan bedah, toples, statif, dan klem, jarum, cawan petri, pipet tetes Bahan : Asam asetat 2%, air, larutan adrenalin 5% b/v, larutan asetilkholin 5% b/v, larutan NaCl 0,9%, mata katak (1 pasang/kelompok) Hewan Percobaan : Katak



5.



Prosedur Kerja 5.1



Anatomi Carilah dari literatur, amati dan gambarkan struktur sel saraf, otak serta spinalis cordata pada laporan saudara.



5.2



Fisiologi



5.2.1 Sistem Saraf Pusat Percobaan meliputi pengamatan katak menurut kondisi sarafnya. a.



Pengamatan pada katak dengan kondisi saraf normal (katak normal) 1.



Masukkan katak ke dalam toples kosong 11



2.



Amati aktivitas spontan katak yang meliputi : pernafasan, gerak melompat, posisi kepala, gerak buka-tutup mata



3.



Miringkan bejana pada berbagai posisi untuk mengamati kemampuan katak dalam menjaga keseimbangan tubuhnya.



4.



Letakkan katak pada posisi terlentang, amati bagaimana kemampuan righting refleks katak tersebut.



5.



Amati refleks katak dengan cara : •



Gantung katak pada statif dengan mengikat kedua kaki depannya. Jepit salah satu jari kaki katak dengan pinset, amati refleks penarikan kaki.







Letakan katak pada posisi terlentang. Tetesi dada dan paha katak dengan asam asetat 2%. Amati apakah katak berusaha untuk



menghilangkan



asam



tersebut



dengan anggota



badannya. •



Isi toples dengan air sampai setengah penuh. Masukkan katak ke dalam toples tersebut dan amati gerakan katak pada waktu berenang.



b.



Pengamatan pada katak dengan kondisi otak sudah rusak (katak reflex / katak spinal) 1.



Lakukan pengrusakan otak katak normal dengan cara jarum dilewatkan melalui foramen magnum ke dalam otak, kemudian gerakkan jarum tersebut ke kiri dan ke kanan.



2. c.



Lakukan pengamatan seperti pada katak normal



Pengamatan pada katak dengan kondisi otak dan sumsum tulang belakang sudah rusak (katak tanpa sistem saraf) 1.



Bersihkan asam yang tertinggal pada katak spinal (Point b)



2.



Masukkan jarum ke saluran vertebrata katak spinal tersebut mulai dari tengkuk (akibatnya : seluruh sistem saraf katak menjadi rusak).



3. d.



Lakukan pengamatan seperti pada katak normal



Pengamatan pada katak dengan kondisi otak hilang 1.



Siapkan seekor katak sehat



2.



Gunting rahang atas dan cranium katak tepat di belakang mata (rahang bawah tidak ikut digunting)



3.



Lakukan pengamatan seperti pada katak normal 12



Catat respon katak dalam bentuk tabel dengan keterangan : +++



: Untuk reaksi kuat



++



: Untuk reaksi sedang



+



: Untuk reaksi lemah



-



: Jika tidak ada reaksi



5.2.2 Sistem Saraf Otonom Percobaan yang dilakukan meliputi pengamatan efek adrenergik dan kolinergik pada pupil mata katak. 1.



Pisahkan kepala katak yang mengandung mata dari badan katak



2.



Gunting kepala katak tersebut secara longitudinal, sehingga setiap bagian mengandung satu mata



3.



Keluarkan mata katak



4.



Ukur diameter pupil mata katak



5.



Rendam atu mata katak dalam cawan petri berisi larutan adrenalin 5% b/v dan mata katak yang lain dalam larutan asetilkholin 5% b/v



6.



Amati perubahan pupil mata katak tersebut



13



Bagan Kerja :



14



6.



Hasil Praktikum



15



7.



Diskusi dan Pembahasan



16



8.



Kesimpulan



9.



Pustaka Gunstream, S, E., et al., 1989, Anatomy and Physiology Laboratori Textbook, Wm C Brown Publisher, Dubuque. Gunstream S, E., 2015, Anatomy and Physiology with Integrated Study 6th Edition, McGraw-Hill Education, New York. Martini, FH, Nath, JL, Bartholomew, EF., 2012, Fundamentals of Anatomy and Physiology, 9th Edition, Pearson Education Inc., London Rugh, R., 1990, The Mouse, its Reproduction and Development, Oxford University Press, Oxford.



17



MODUL 3 SISTEM PANCA INDRA (SPECIAL SENSES) 1.



Tujuan 1.1 Kompetensi yang Dicapai : Mahasiswa mampu menjelaskan anatomi dan mempraktekan fisiologi sistem panca indra (special senses) 1.2 Tujuan Praktikum



:



a. Menganalisa anatomi dan fisiologi indra penglihatan b. Menganalisa anatomi dan fisiologi indra pendengaran c. Menganalisa anatomi dan fisiologi indra pengecap/gustasi d. Menganalisa anatomi dan fisiologi indra penciuman/olfaktori e. Menganalisa anatomi dan fisiologi indra perasa/peliput



2.



Prinsip Berdasarkan mekanisme fisiologis dari masing-masing organ dalam sistem panca indra



3.



Pendahuluan/ Dasar Teori Tubuh kita berada di dalam suatu lingkungan yang selalu mengalami perubahan. Olch karena itu tubuh kita harus mampu mengenali perubahanperubaban teresebut sehingga dengan segera dapat melakukan pertahanan atau penyesuaian yang sangat penting untuk menjaga homeostasis tubuh. Kemampuan kita dalam mengenali perubahan-perubahan lingkungan tergantung pada sistem saraf sensoris dan reseptor-reseptonya. Misalnya, selama aktivasi saraf simpatik, kami mengalami peningkatan kesadaran akan informasi sensorik dan mendengar suara yang biasanya tidak akan kita sadari. Namun, ketika berkonsentrasi pada masalah yang sulit, kita mungkin tidak sadar akan adanya suara yang cukup keras. Umumnya kita mengklasifikasikan sensasi yang kita terima menjadi lima jenis yaitu penglihatan, pendengaran, sentuhan, rasa dan bau.



18



4.



Alat dan Bahan Alat



:



Pipet tetes, kartu snellen, garpu tala, jam/stopwatch, penutup mata, penutup hidung, penutup telinga, buku test buta warna Ishihara, jarum dan benang jahit. Bahan : Larutan kinin sulfat 0,1% dan 0,000008 M, larutan sukrosa 0,01 M dan 5%, larutan asam asetat 1%, larutan asam klorida 0,0009 N, larutan natrium klorida 0,01 M dan 10%, kapas, air es, jambu, kentang, bawang merah, kamfer, minyak permen, minyak cengkeh.



5.



Prosedur kerja Prosedur : 5.1



Indra Penglihatan



5.1.1 Anatomi mata Cari dari literatur bagian-bagian mata manusia, gambarkan kembali secara sederhana dalam laporan saudara dan tuliskan bagian-bagiannya. 5.1.2 Fisiologi penglihatan a.



Refleks akomodasi Ukurlah pupil mata dan amati adanya perbedaan pupil mata di bawah sinar biasa dan sinar terang (menggunakan lampu senter).



b.



Titik dekat 1.



Fokuskan mata pada objek (misal pensil atau batang pengaduk) berjarak 1 meter



2.



Perlahan-lahan gerakan objek mendekati mata sampai obyek terlihat berganda



3.



Gerakkan kembali menjauh sampai objek tampak lagi sebagai objek tunggal



4.



Jarak tersebut disebut titik dekat akomodasi



19



c.



Ketajaman penglihatan Uji ketajaman penglihatan saudara dengan kartu Snellen. Perhitungan penglihatan ketajaman penglihatan : 𝑽=



𝒅 𝑫



Keterangan : V = Nilai ketajaman penglihatan d = Jarak dimana huruf dapat dilihat dengan jelas (dapat dibaca) D = Jarak dimana huruf seharusnya dapat dibaca (mata normal) d.



Penglihatan binocular 1.



Masukan benang ke dalam lubang jarum dengan kedua mata terbuka



2.



Catat waktu yang diperlukan



3.



Lakukan kembali hal yang sama, kali ini dengan salah satu mata ditutup



4. e.



Buatlah kesimpulan dari percobaan tersebut



Uji buta warna 1.



Letakkan buku Ishihara berjarak 75 cm dari subjek



2.



Berikan jawaban nomor atau gambar apa yang terdapat dalam buku Ishihara tersebut.



3. 5.2



Setiap jawaban harus diberikan tidak lebih dari tiga detik.



Indra Pendengaran



5.2.1 Anatomi telinga Cari dari literatur bagian-bagian telinga manusia, gambarkan kembali secara sederhana dalam laporan saudara dan tuliskan bagian-bagiannya. 5.2.2 Fisiologi pendengaran a.



Uji ketajaman pendengaran 1.



Lakukan pengujian di ruangan yang sepi



2.



Salah seorang anggota kelompok yang diuji diminta untuk menutup telinga kiri dengan kapas dan menutup matanya



3.



Tempatkan sebuah jam yang berdetak di dekat telinga kanan.



4.



Jauhkan jam dari telinga dengan teratur dan perlahan-lahan



5.



Tentukan jarak dimana detak jam tepat tidak terdengar lagi



20



6.



Jauhkan jam sedikit lagi, kemudian dengan teratur dan perlahanlahan dekatkan kembali pada telinga



7.



Tentukan jarak dimana detak jam tepat terdengar kembali



8.



Apakah jarak yang diperoleh dengan kedua cara tersebut diatas sama besar?



9.



Lakukanlah hal yang sama pada telinga kiri dengan telinga kanan ditutup dengan kapas



10. Bandingkan ketajaman pendengaran telinga kanan dan kiri b.



Uji ketulian Uji ketulian dapat dilakukan dengan cara uji weber. Uji ini digunakan untuk membedakan tuli konduktif dan tuli perseptif (tuli sensori neural, tuli saraf) 1.



Pukulkan sebuah garpu tala dengan frekuensi 512 cps pada lutut



2.



Gigit garpu tala diantara gigi dengan bibir terbuka •



Orang dengan pendengaran normal akan melokalisir suara yang terdengar seakan dari posisi median







Penderita tuli koduktif pada salah satu telinga aka mendengar suara lebih jelas pada telinga tersebut







Penderita tuli perseptif pada salah satu telinga akan mendengar suara lebih jelas pada telinga yang normal.



Catatan : untuk mendapatkan keadaan serupa ketulian konduktif. Lakukan percobaan ini dengan salah satu telinga disumbat dengan kapas. 5.3



Indra Pengecap/Gustasi



5.3.1 Anatomi lidah Dengan merujuk ke literatur, gambarkan organ kecap dengan rambutrambut kecapnya. 5.3.2 Fisiologi pengecap a.



Distribusi reseptor kecap Tentukan lokasi reseptor untuk empat jenis rasa pada lidah dengan menggunakan satu tetes dari larutan-larutan sebagai berikut : •



Larutan kinin sulfat 0,1%







Larutan sukrosa 5%



21







Larutan asam asetat 1%







Larutan natrium klorida 10%



Setiap kali setelah mengecap satu rasa, berkumurlah dengan air tawar. b.



Nilai ambang rasa Berdasarkan literatur, larutan-larutan dibawah ini merupakan larutan yang memiliki rasa pada nilai ambang rasa lidah (pada rata-rata orang) : •



Pahit : kinin 0,000008 M







Manis : sukrosa 0,01 M







Asam : asam klorida 0,0009 M







Asin : natrium klorida 0,01 M



Ujilah kebenaran data literatur tersebut pada seluruh anggota kelompok dengan cara : 1.



Panaskan semua larutan pada suhu 37°C



2.



Teteskan 1 tetes larutan pada lidah yang bersih (sewaktu mencicipi lidah tidak digoyangkan)



5.4



Indra Penciuman/Olfaktori



5.4.1 Anatomi hidung Dengan merujuk pada literatur, gambarkan secara sederhana organ indera penciuman termasuk susunan reseptor penciumannya. 5.4.2 Fisiologi penciuman a.



Adaptasi pemciuman 1.



Siapkan 1 orang anggota kelompok sebagai responden



2.



Mintalah responden untuk menutup mata



3.



Ciumkan kamfer pada satu lubang hidung responden (lubang hidung yang lain di tutup). Apakah bau tersebut langsung tercium?



4.



Bila kamfer dicium terus menerus, catat waktu yang diperlukan sampai responden tidak dapat lagi mendeteksi bau tersebut. Waktu yang diperoleh merupakan waktu adaptasi.



5.



Mintalah responden untuk membedakan atau mengenali bau minyak permen dan minyak cengkeh dengan lubang hidung.



22



b.



Interaksi rasa dengan penciuman 1.



Siapkan 1 orang anggota kelompok sebagai responden



2.



Tutuplah mata dan lubang hidung responden



3.



Mintalah responden untuk menjulurkan lidah



4.



Tempatkan bergantian potongan-potongan jambu air, bawang merah, kentang atau makanan lain.



5.5



5.



Apakah macam-macam makanan ini dapat diidentifikasi?



6.



Ulang percobaan di atas dengan lubang hidung terbuka



Indra Perasa/Peliput



5.5.1 Anatomi kulit Dengan merujuk pada literatur, gambarka secara sederhana bagianbagian kulit. 5.5.2 Fisiologi peliput a.



Distribusi reseptor 1.



Pada bagian anterior dari lengan bawah gambarkan suatu daerah dengan luas sekitar 2 cm yang terdiri dari 20 kotak dengan menggunakan bolpoint seperti contoh berikut :



2.



Di dalam daerah tersebut, lakukan sentuhan perlahan dengan bulu sikat paling sedikit pada 20 tempat berbeda. Jika dirasakan adanya sensasi, tandai dengan huruf S. S artinya terasa adanya sensasi sentuh.



3.



Panaskan paku dalam air yang bersuhu sekitar 40 0C atau 500C. Kemudian dikeringkan. Cara lokasi reseptor panas seperti pada prosedur no. 2 tandai dengan huruf P jika dirasakan sensasi panas.



4.



Dinginkan paku dalam air es kemudian keringkan. Cari lokasi reseptor dingin seperti pada prosedur 2 dan 3, tandai dengan huruf D jikan dirasakan sensasi dingin.



23



5.



Lakukan lagi pada daerah yang sama dengan menggunakan jarum untuk reseptor nyeri.



6.



Sensasi dirasakan jika reseptor nyeri distimulasi oleh tekanan ringan, yang mewakili syok ringan. Tandai tempat reseptor pada daerah tersebut dengan huruf N.



7.



Jumlahkan lokasi reseptor untuk tiap sensasi.



8.



Ulangi prosedur di atas pada daerah antara lutut dan mata kaki.



9.



Berdasarkan hasil percobaan di atas, apakah ada perbedaan jumlah reseptor pada setiap daerah?



24



Bagan Kerja :



25



6.



Hasil Praktikum



26



7.



Diskusi dan Pembahasan



27



8.



Kesimpulan



9.



Pustaka Gunstream, S, E., et al., 1989, Anatomy and Physiology Laboratori Textbook, Wm C Brown Publisher, Dubuque. Gunstream S, E., 2015, Anatomy and Physiology with Integrated Study 6th Edition, McGraw-Hill Education, New York. Martini, FH, Nath, JL, Bartholomew, EF., 2012, Fundamentals of Anatomy and Physiology, 9th Edition, Pearson Education Inc., London Rugh, R., 1990, The Mouse, its Reproduction and Development, Oxford University Press, Oxford.



28



MODUL 4 SISTEM LOKOMOTORIUS 1.



Tujuan 1.1 Kompetensi yang Dicapai : Mahasiswa mampu menjelaskan anatomi dan mempraktekan fisiologi sistem lokomotorius 1.2 Tujuan Praktikum



:



a. Menentukan komponen matriks tulang beserta karakteristik dan fungsinya b. Menentukan faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan tulang c. Menentukan karakteristik otot skelet d. Menentukan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kerja otot skelet e. Menjelaskan mekanisme kontraksi otot skelet



2.



Prinsip Berdasarkan mekanisme fisiologis tulang dan otot



3.



Pendahuluan/ Dasar Teori Sistem lokomotorius adalah sistem yang dapat menggerakan tubuh. Sistem ini terdiri dari sistem skelet dan sistem otot. Sistem skelet meliputi semua tulang termasuk tulang rawan. Sistem otot merupakan sistem penggerak yang terdiri dari otot skelet, otot polos dan otot jantung. Pertumbuhan tulang dan otot mengakibatkan badan menjadi lebih tinggi dan lebih besar. Gerakan tubuh disebabkan oleh peristiwa kontraksi dan relaksasi otot. Kontraksi dan relaksasi otot terjadi karena adanya peristiwa biokimia pada sel otot. Struktur karakteristik otot dan sendi menentukan jenis dan jumlah gerakan yang mungkin terjadi.



29



4.



Alat dan Bahan Alat



:



Alat bedah, gelas piala 100 ml, cawan petri, pipet tetes, seperangkat alat pencatat yang terdiri dari kimograf, statif dan stimulator, beban 10-100 g, benang, kabel, lampu kerosin, alat pemanas dan pendingin. Bahan : Tulang paha ayam, asam asetat, larutan Ringer Catatan : Larutan ringer mengandung : NaCl



6,50 g



KCl



0,14 g



CaCl2



0,12 g



NaH2PO4



0,01 g



NaHCO3



0,20 g



Aquadest ad



1 Liter



Hewan Percobaan : Katak



5.



Prosedur kerja Prosedur : 5.1



Sistem Skelet



5.1.1 Anatomi tulang Carilah dari literatur, amati dan gambarkan dalam laporan saudara mengenai bagian-bagian tulang yang meliputi epifisis, rongga medula, tulang batu karang, tulang pejal (kompak). 5.1.2 Fisiologi Tulang 1.



Tulang paha ayam dibersihkan



2.



Siapkan 4 buah gelas kimia yang masing-masing berisi: NaCl 0.9%, asam asetat 5%, 10% dan 25%



3.



Masukan tulang paha ayam kedalam amsing-maisng larutan tersebut (1 jenis larutan untuk 1 paha ayam)



4.



Gelas kimia ditutup dengan plastik dan disimpan di lemari asam



30



5.



Perendaman tulang paha ayam dalam masing-masing larutan dilakukan selama 6 hari



6.



Lakukan pengamatan terhadap tulang tersebut (terjadi perubahan atau tidak?)



7. 5.2



Bahas fenomena tersebut



Sistem Otot



5.2.1 Anatomi sistem otot Dengan merujuk pada literatur gambaran potongan melintang suatu otot dan myofibril. Tuliskan bagian-bagian dari suatu otot skelet dan myofibril pada laporan praktikum anda. Selain itu amati, pelajari dan gambarkan serta tuliskan pad alaporan anda secara ringkas mengenai struktur anatomis dan sifat-sifat dari sel otot polos dan otot jantung. 5.2.2 Fisiologi otot skelet a.



Kontraksi isomerik dan isotonic 1.



Letakan tangan anda pada meja dalam keadaan rileks, telapak tangan menghadap ke atas



2.



Tempatkan sebuah buku diatas telapak tangan, kemudian buat masing-masing untuk mengangkat buku tersebut



3.



Amati permukaan anterior lengan atas anda selama anda melakukan demikian



4.



Jelaskan tipe kontraksi yang terjadi, apakah kontraksi isometri atau isotonic?



5.



Letakan lengan bawah anda sekali lagi dengan rileks pada meja dengan telapak tangan meghadap keatas.



6.



Tempatkan beberapa buku diatas telapak tangan anda, atau dapat pula diletakan beban lain yang sedemikian beratnya sehingga tidak mungkin terangkat oleh anda



7. b.



Amati apakah ada pemendekan dari biceps branchii?



Kontraksi otot gastrocnemius katak Katak yang dipergunakan adalah otot yang terisolasi, maka: Semua alat harus sudah tersedia dan tersusun, proses isolasi silakukan dalam waktu yang sesingkat mungkin serta selama percobaan, otot harus selalu dijaga.



31







Cara mengisolasi otot gastrocnemius katak :



1.



Korbankan seekor katak



2.



Gunting kulit dari bagian pinggul



3.



Kulliti seluruh kakinya dengan cara menariknya dengan pinset datau jari tangan dengan cepat







Pengaruh beban terhadap kerja otot :



1.



Tempatkan suatu wadah berbeban menggantung pada tangkai pengumpil. Kimograf dalam keadaan diam



2.



Berikan stimulus tunggal maksimum pada otot. Lihat gambaran yang terjadi



3.



Tempatkan beban 10 g pada wadah. Putar kimograf degan tangan. Berikan stimulus maksimal lagi



4.



Tambahkan beban setiap kali 10 g sampai 100 g atau sampai tak terjadi respon



5.



Amati gambaran yang terjadi. Ukur tinggi kontraksi yang terjadi pada saat setiap penambahan beban, kemudian lengkapi tabel berikut: Beban (g)



Tinggi kontraksi (cm)



Usaha (dyne)



10 20 30 Dst.







Pengaruh suhu terhadap kontraksi otot :



1.



Suatu preparat otot gastrocnemius terisolasi lain direndam dalam larutan ringer yang didinginkan



2.



Angkat preparat sesudah beberapa lama, kemudian pasangkan pada kelm dan pengumpil



3.



Pertahankan kelembaban dan suhu rendah dengan membasahinya dnegan larutan ringer dingin



32



4.



Berikan



stimulus



tunggal,



yang



dicatat



pada



kimograf



berkecepatan tinggi 5.



Basahi otot dengan larutan ringer hangat (±30˚C)



6.



Setelah 3-5 menit penghangatan, berikan lagi stimulus dan catat kontraksinya pada kimograf.



Bandingkan kedua jenis gambaran yang diperoleh •



Pengaruh peningkatan frekuensi stimulus terhadap kontraksi otot:



1.



Pasang kimograf dengan kecepatan rendah



2.



Pasang stimulator pada stimulus maksimal



3.



Berikan 6-8 kali stimulus pada otot dengan kecepatan stimulasi 23 stimulus/detik



4.



Amati gambaran yang terjadi



5.



Pindhakan jarum penulis pada bagian lain kimograf (dengan memutar menggunakan tangan), kemudian pasangkan kimograf pada kecepatan edang dan stimulator pada stimulasi maksimal



6.



Berikan stimulus dengan kecepatan meningkat: mulai dari 1 stimulasi/detik, meningkat menjadi 2, 3, 4, 5, 6, 7, 10, dan 20 stimulasi/detik



7.



Berikan stimulus terus menerus sampai terjadi keletihan otot



8.



Amati gambaran yang terjadi



33



Bagan Kerja :



34



6.



Hasil Praktikum



35



7.



Diskusi dan Pembahasan



36



8.



Kesimpulan



9.



Pustaka Gunstream, S, E., et al., 1989, Anatomy and Physiology Laboratori Textbook, Wm C Brown Publisher, Dubuque. Gunstream S, E., 2015, Anatomy and Physiology with Integrated Study 6th Edition, McGraw-Hill Education, New York. Martini, FH, Nath, JL, Bartholomew, EF., 2012, Fundamentals of Anatomy and Physiology, 9th Edition, Pearson Education Inc., London Rugh, R., 1990, The Mouse, its Reproduction and Development, Oxford University Press, Oxford.



37



MODUL 5 SISTEM ENDOKRIN 1.



Tujuan 1.1 Kompetensi yang Dicapai : Mahasiswa mampu menjelaskan anatomi dan mempraktekan fisiologi sistem endokrin 1.2 Tujuan Praktikum



:



a.



Menjelaskan peranan system endokrin dalam menjaga homeostasis



b.



Menentukan mekanisme kerja insulin dalam menurunkan kadar glukosa darah



2.



Prinsip Berdasrkan mekanisme fisiologis hormon insulin



3.



Pendahuluan/ Dasar Teori Di dalam tubuh kita terdapat 2 sistem yang bertanggung jawab terhadap pengaturan lingkugan internal. Penghantar informasi yang cepat dan terarah diatur oleh sistem saraf, sedangkan pengaturan fungsi secara global dan pengaturan yang berlangsung lebih lama berada di bawah tanggung jawab sistem endokrin melalui penghantar informasi kimiawi yang dikenal dengan istilah hormon. Tubuh manusia mengandung sekitar 30 mesenger kimia yang dikenal sebagai hormon, yang mengatur aktivitas seperti tidur, suhu tubuh, rasa lapar, dan manajemen stres. Hormon-hormon ini adalah produk dari sistem endokrin,



yang



bersama



dengan



saraf



sistem



mengontrol



dan



mengoordinasikan proses di dalam tubuh kita. Pengaturan oleh hormon sering berlangsung melalui reaks-reaksi yang diperantarai oleh hormon lain melalui suatu rangkaian 3 tingkat yang melibatkan hormon pembebas, hormon kedua dan hormon efektor. Rangkaian ini di atur oleh sistem hipotalamus hipofisis. Adapula pembebasan hormon yang tidak melibatkan sistem tersebut. Dalam hal ini, pembebasan



38



hormon disesuaikan dengan konsentrasi senyawa yang dijaga oleh hormon tersebut agar selalu tetap.



4.



Alat dan Bahan Alat



:



Gelas piala 500 ml, alat suntik 1 ml Bahan : Insulin 40 U.I/ ml, glukosa, aquadest Hewan Percobaan : Ikan mas kecil



5.



Prosedur kerja



5.1



Efek Insulin Terhadap Ikan 1.



Tempatkan seekor ikan mas kecil pada gelas piala yang berisis 200 ml air yang telah ditetesi 10 tetes insulin



2.



Amati baik-baik saat insulin dan air berdifusi melalui membran insang menuju ke aliran darah (Hasil dari peningkatan kadar insulin darah adalah penurunan kadar gula darah, gula darah menjadi di bawah normal. Akibatnya ikan akan mengalami iritabilita, konvulsi atau koma)



3.



Saat gejala-gejala diatas terjadi, pindahkan ikan ke gelas píala yang berisi 200 ml air dan ½ sendok teh glukosa. (Saat glukosa dan air berdifusi melalui membran insang menuju aliran darah, kadar gula darah meningkat dan ikan akan kembali normal)



39



Bagan Kerja :



40



6.



Hasil Praktikum



41



7.



Diskusi dan Pembahasan



42



8.



Kesimpulan



9.



Pustaka Gunstream, S, E., et al., 1989, Anatomy and Physiology Laboratori Textbook, Wm C Brown Publisher, Dubuque. Gunstream S, E., 2015, Anatomy and Physiology with Integrated Study 6th Edition, McGraw-Hill Education, New York. Martini, FH, Nath, JL, Bartholomew, EF., 2012, Fundamentals of Anatomy and Physiology, 9th Edition, Pearson Education Inc., London Rugh, R., 1990, The Mouse, its Reproduction and Development, Oxford University Press, Oxford.



43



MODUL 6 SISTEM KARDIOVASKULAR 1.



Tujuan 1.1 Kompetensi yang Dicapai : Mahasiswa mampu menjelaskan anatomi dan mempraktekan fisiologi sistem kardiovaskular 1.2 Tujuan Praktikum



:



a. Menentukan hubungan antara tekanan darah dengan posisi/aktivitas tubuh b. Menentukan mekanisme hyperemia c. Menentukan kondisi normal darah d. Melakukan penggolongan darah dan mekanismenya



2.



Prinsip Berdasarkan mekanisme fisiologis dari pembuluh darah dan darah



3.



Pendahuluan/ Dasar Teori 3.1 Pembuluh Darah dan Tekanan Darah Darah bersirkulasi di seluruh tubuh, bergerak dari jantung melalui jaringan dan kembali ke jantung, di dalam pembuluh darah. Aliran darah dalam pembuluh darah disebabkan oleh perbedaan tekanan dalam berbagai bagian dari sistein sirkulasi. Darah mengalir dari daerah dengan tekanan lebih tinggi ke tekanan lebih rendah. Tekanan darah terus menurun mulai dari aorta, arteri, arteriol, kapiler, venula, vena sampai ke vena cava. Dengan demikian darah mengalir melalui urutan jalur tersebut. Tekanan darah normal pada manusia adalah sekitar 120 mmHg/80 mmHg. 120 mmHg adalah tekanan sistole yaitu tekanan tertinggi yang terjadi saat ventrikel berkontraksi untuk mendorong darah ke arteri, sedangkan 80 mmHg adalah tekanan diastole yaitu tekanan teredndah yang terjadi saat jantung berada dalam fase relaksasi dan tidak ada darah yang mengalir melalui katup semilunar.



44



3.2 Darah Darah berfungsi mengangkut zat-zat yang diperlukan dan yang harus dibuang dari tubuh. Darah berperan pula dalam proses tukar-memukar zat-zat di dalam tubuh baik yang berupa gas, elektrolit, zat organik, vitamin, hormon dan lain-lain. Secara anatomis, darah merupakan jaringan cair yang terdiri dari plasma dan sel-sel darah. Plasma darah sebagian besar terdiri dari cairan yang mengandung bahan padat seperti albumin, globulin, fibrinogen, asam urat, urea, glukosa, asam amino dan elektrolit. Sedangkan sel-sel darah meliputi sel darah merah (eritrosit), sel darah putih (leukosit) dan platelet (trombosit). Eritrosit merupakan bagian utama dari darah. Sel darah merah berperan penting antara lain dalam mentransport O2 dan nutrient yang diperlukan oleh sel-sel tubuh. Leukosit adalah bagian dari sistem pertahanan tubuh. Sedangkan platelet (trombosit) berperan penting dalam proses pembekuan darah karena di dalamnya terdapat enzim-enzim yang penting dalam proses tersebut. Proses pembekuan darah merupakan proses yang kompleks untuk mencegah tubuh kehilangan darah berlebih ketika terjadi terluka. Berdasarkan jenis protein yang menyusun membran sel darah merah, darah digolongkan menjadi beberapa tipe. Penggolongan ini penting karena protein ini menyebabkan reaksi antigen antibodi. Tipe darah (golongan darah) yang utama adalah A, B, 0 (nol), dan AB. Penggolongan darah tersebut didasarkan pada memiliki atau tidak memiliki protein jenis A dan B yang sering disebut sebagai aglutinogen. Aglutinogen ini akan menimbulkan aglutinasi dan hemolisis sel darah merah bila berhubungan dengan antibodi yang khas, sehingga sangat penting untuk diperhatikan pada proses transfusi. Menurut penggolongan di atas, golongan A memiliki protein (aglutinogen) jenis A. golongan B memiliki protein (aglutinogen) jenis B dan golongan AB memiliki keduanya, sedangkan golongan 0 tidak memiliki satu pun aglutinogen tersebut dalam eritrositnya. Antibody yang dapat mengaglutinasi eritrosit terdapat dalam plasma dan disebut agglutinin. Agglutinin tipe alpha (α) yang dimiliki oleh golongan B dan 0 mengaglutinasi sel tipe A (yang dimiliki golongan A). Agglutinin tipe beta (β) yang dimiliki oleh golongan A dan 0 mngaglutinasi sel tipe B (yang dimiliki oleh golongan B). 45



4.



Alat dan Bahan Alat



:



Sfigmomanometer, stetoskop, Lanset darah, hemositometer, tabung-tabung reaksi, kaca objek, pipet pengencer sel darah merah, pipet pengencer sel darah putih,



mikroskop,



pipa



kapiler



henatokrit,



sentrifuga



hematokrit



(mikrosentrifuga), alat pengukur hematokrit, kertas tes Tallquist, pipet sahli, lilin, tusuk gigi, stopwatch, tali. Bahan : Kapas, alkohol 70%, NaCl, Na sitrat, asam asetat, gentian violet, serum anti A, serum anti B, serum Rh.



5.



Prosedur kerja 5.1 Pembuluh Darah dan Tekanan Darah 5.1.1 Pengukuran tekanan darah a.



Cara Palpatori 1.



Tutup sekrup pentil pada bola karet yang dipegang dengan tangan kanan



2.



Dengan ibu jari tangan kiri, rabalah nadi pada pergelangan tangan yang akan diukur tekanannya



3.



Berangsur-angsur, kembangkan ban dengan memompa bola karet, perhatikan tekanan pada saat denyut menghilang



4.



Naikkan tekanan 10 mmHg lagi di atas tekanan tadi



5.



Turunkan tekanan berangsur-angsur dengan cara perlahan-lahan membuka sekrup pentil



6.



Tekanan manometer di saat munculnya kembali denyut nadi untuk pertama kali adalah tekanan sistolik yang diukur



b.



Cara Auskultasi 1.



Ikatkan ban pada lengan atas



2.



Tempatkan bel stetoskop pada percabangan arteri bronchial menjadi arteri ulnaris dan arteri radalis



3.



Naikkan tekanan dalam ban, sehingga aliran dalam arteri radialis dan arteri ulnaris dihambat



4.



Turunkan tekanan berangsur-angsur dengan membuka sekrup pentil 46



5.



Catat tekanan saat bunyi terdengar untuk pertama kalinya. Ini merupakan tekanan sistolik



6.



Turunkan terus tekanan dalam ban, sampai pada suatu saat bunyi tidak terdengar lagi. Catat tekanan saat bunyi menghilang. Ini merupakan tekanan diastolik.



7.



Lakukan pengukuran tekan darah terhadap 2 anggota dari masingmasing kelompok, seorang perempuan dan seorang laki-laki, menurut posisi dan aktivitas yang tercantum pada tabel berikut kemudian bahas bagaimana kaitan antar perubahan tekanan darah dengan



perubahan



posisi



atau



aktivitas



dan



bagaimana



mekanismenya. Tabel Hubungan Tekanan Darah demham Posisi/Aktivitas Tubuh Tekanan darah Perempuan (Sisitol/diastole)



Posisi/Aktivitas



Tekanan darah Laki-laki (Sisitol/diastole)



Duduk Berbaring Kaki 90o tubuh Berdiri Kerja otak (diberi soal hitungan Gerak badan selama 1 menit 5.1.2 Hyperemia a.



Hyperemia pasif/reaktif 1.



Ikatkan seutas benang di ats sendi kedua pada sebuah jari tangan anda, biarkan beberapa menit



2.



Amati peristiwa yang terjadi (perubahan warna, perubahan ukuran, perubahan suhu)



3.



Mengapa jenis hyperemia ini dikatakan hiperimia tipe pasif? Peristiwa fisiologis apa yang menyebabkannya?



b.



Hyperemia aktif/fungsional 1.



Rendam satu jari tangan anda dalam air panas (dengan suhu tertinggi yang dapat saudara tahan), Biarkan beberapa menit



2.



Amati peristiwa yang terjadi (perubahan warna, perubahan ukuran, perubahan suhu)



47



3.



Mengapa jenis hyperemia ini dikatakan hyperimia aktif?



4. Peristiwa fisiologis apa yang menycbabkannya? 5. Catat perbedaan gejala yang timbul antara kedua tipe hyperimia ini! 5.2 Darah 5.2.1 Anatomi a.



Karakteristik dan morfologi darah •



Cara memperoleh darah segar untuk pemeriksaan :



1. Bersihkan jari manis atau kelingking dengan kapas yang dibasahi dengan etanol 70%, biarkan etanol menguap 2. Ambil darah dengan cara menusukan lanset steril ke ujung jari yang telah dibersihkan, Sebaiknya darah mengalir denga sendirinya tanpa ditekan. Jangan menggunakan tetes pertama. •



Cara pengisian pipet :



1.



Pegang pipet deckat pada ujungnya



2.



Tempatkan ujung pipet tersebut pada tetesan darah segar sehingga darah masuk sebanyak 0,5 tanda



3.



Isi pipet dengan cairan pengencer-pipet dalam keadaan horizontal sebanyak yang ditentukan. Jangan sampai terbentuk gelembung udara di dalam pipet



4.



Tutup ujung pipet dengan jari, kemudian kocok selama 2 menit



5.



Teteskan 2 tetes larutan encer ini pada hematocytometer



6.



Tutup hematocytometer dengan cover glass



7.



Setelah % menit, hitung jumlah sel darah dibawah mikroskop







Pengukuran sel darah merah :



1.



Ambil darah segar dengan cara seperti di atas



2.



Encerkan 200 kali denga cairan pengencer sel darah merah, yaitu natrium sitrat 2,5% kemudian kocok



3.



Teteskan 2 tetes pada hemositometer



4.



Hitung jumlah sel darah merah. Sel darah merah yang dihitung adalah sel yang terdapat pada 5 kotak kecil pada kotak besar yang terdapat di pusat, yaitu dari kotak-kotak kecil pada tiap sudut dan pada pusat kotak besar. Sel darah merah yang menyentuh batas atau berada di atas batas, hanya dihitung pada 2 sisi yang saling tegak lurus dari kotak tersebut. 48



Faktor perhitungan untuk menghitung sel darah merah adalah 10.000 jadi untuk memperoleh nilai sel darah merah per mm 3 darah, kalikanlah jumlah sel darah merah yang diperoleh dari hasil perhitungan antara volume kamar hitung pada hemositometer dengan faktor pengenceran. (Lihatlah pada literatur, bagaimana bentuk sel darah merah) •



Pengukuran sel darah putih :



1.



Ambil darah segar denga cara seperti diatas



2.



Encerkan 20 kali dengan cairan pengencer (Larutan Turk) Larutan Turk terdiri dari : • Asam asetat glasial 1 ml • Larutan gentian violet 1% (dalam air) 1 ml • Aquadest ad 100 ml



3.



Kocok, kemudian teteskan 2 tetes pada hemositometer



4.



Hitung jumlah sel darah putih



5.



Hitung pula berapa jumlah neutrofil, eusinofil, basofil. limfosit dan monosit serta presentasenya terhadap sel darah putih total. Sel darah putih yang dihitung adalah yang terdapat pada 4 kotak besar pada kedua sudut hemositometer. Sel darah putih yang berada pada batas, dihitung dari dua sisi yang saling tegak lurus dari kotak tersebut Faktor perhitungan untuk menghitung sel darah putih adalah 50 jadi untuk memperoleh nilai sel darah putih per mm3 darah, kalikanlah jumlah sel darah putih yang diperoleh dari hasil perhitungan dengan 50 faktor perihitungan ini diperoleh dari hasi! perhitungan antara volume kamar hitung pada hemositometer denga faktor pengenceran (lihatlah pada litelatur bentuk-bentuk sel darah putih)







Hematokrit :



1.



Ambil darah segar dengan cara seperti di atas



2.



Tempatkan pipa kapiler hematokrit pada tetes tersebut



3.



Isi kapiler kematokrit, minimal sampai dengan 2/3 penuh



4.



Tutup pipa kapiler yang telah rerisi darah tersebut dengan lilin



49



5.



Letakan



pipa-pipa



kapiler



pada



chamber mikrosentrifuga



sedemikian rupa sehingga posisinya seimbang (jika jumlah pipa kapiler yang sentrifuga tidak memungkinkan untuk membuat posisi yang seimbang, dapat ditambahkan pipa kapiler kosong sebagai penyeimbang) 6.



Tutup chamber dengan tutup sentrifuga. Sentrifuga dilakuakan pada kecepatan tinggi selama 4 menit.



7.



Tentukan nilai hematokrit dengan cara : • Mengukur perbadingan tinggi antara darah (sel darah dan plasma) dengan sel darah. 𝐻𝑒𝑚𝑎𝑡𝑜𝑘𝑟𝑖𝑡 (%) = [



𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑠𝑒𝑙 𝑑𝑎𝑟𝑎ℎ ] 𝑥 100% 𝑇𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 𝑑𝑎𝑟𝑎ℎ 𝑑𝑎𝑛 𝑝𝑙𝑎𝑠𝑚𝑎



• Atau dapat pula dengan menggunakan alat pengukur hematokrit 8.



Amati pula : warna plasma, di bagian mana terdapat sel darah



9.



Bandingkan nilai hematokrit dari laki-laki dan perempuan



5.2.2 Fisiologi a.



Penentuan Hb •



Metode Tallquist



1.



Ambil satu tetes darah dengan kertas Tallquist



2.



Tentukan prosentase Hb dengan membandingkan warna yang saudara peroleh dengan warna pada kertas pembanding







Metode Sahli



1.



Tabung sahli diisi dengan HCI 0,1 N s/d setinggi 10% dari tinggi skala maksimal



2.



Masukan darah sebanyak 20 mikroliter



3.



Aduk dengan menggunakan pengaduk yang tersedia



4.



Encerkan dengan HCl sampai warna campuran sama dengan warna standard pada alat



5.



Pembacaan dilakukan pada penerangan yang wajar, tidak di depan jendela. Angka yang dibaca pada skala langsung menunjukan kadar Hb darah



Bandingkan hasil yang diperoleh dari ke-2 metode di atas. b.



Waktu pendarahan 1.



Lukai ujung jari dengan lanset steril



50



2.



Catat waktu saat timbulnya tetes darah pertama



3.



Serap darah yang keluar dengan menggunakan kertas dapat menyerap, misalnya tissue



4.



Catat waktu saat darah berhenti mengalir (saat diserapkan, tidak ada bercak darah pada tissue)



Selisih waktu antara saat timbulnya tetes darah pertama dengan saat darah berhenti mengalir adalah waktu perdarahan. c.



Waktu koagulasi 1.



Lukai ujung jari dengan lanset steril



2.



Isikan darah yang keluar dari ujung jari pada sebuah kapiler



3.



Pada interval waktu ½ menit, patahkan sebagian dari pipa kapiler sampai teramati terjadinya benang halus fibrin pada bagian yang dipatahkan Waktu kongulasi (waktu pembekuan darah) adalah selisih waktu antara saat timbulnya tetes darah dari luka, sampai terbentuknya benang fibrin tersebut



4. d.



Catat hasil yang diperoleh dari scluruh kelompok



Penggolongan darah 1.



Siapkan sebuah kaca objek, beri garis tengah dengan lilin supaya kedua bagian tidak berhubungan



2.



Beri tanda A dan B pada sudut kiri dan kanan masing-masing



3.



Teteskan serum anti A pada bagian bertanda A dan teteskan serum anti-B pada bagian bertanda B



4.



Teteskan satu tetes darah pada bagian A (anti-A) kemudian campurkan ke-2 cairan dengan tusuk gigi



5.



Amati terjadinya aglutinasi



6.



Tentukan golongan darah saudara menurut tabel di bawah ini



Tabel Pengamatan Penentuan Golongan Darah Golongan Pengamatan 0 Tidak terjadi penggumpalan sel darah pada kedua sisi A Terjadi penggumpalan sel darah oleh serum anti-A B Terjadi penggumpalan sel darah oleh serum anti-B AB Terjadi penggumpalan sel darah pada kedua sisi



51



Bagan Kerja :



52



6.



Hasil Praktikum



53



7.



Diskusi dan Pembahasan



54



8.



Kesimpulan



9.



Pustaka Gunstream, S, E., et al., 1989, Anatomy and Physiology Laboratori Textbook, Wm C Brown Publisher, Dubuque. Gunstream S, E., 2015, Anatomy and Physiology with Integrated Study 6th Edition, McGraw-Hill Education, New York. Martini, FH, Nath, JL, Bartholomew, EF., 2012, Fundamentals of Anatomy and Physiology, 9th Edition, Pearson Education Inc., London Rugh, R., 1990, The Mouse, its Reproduction and Development, Oxford University Press, Oxford.



55



MODUL 7 SISTEM EKSKRESI URINARI 1.



Tujuan 1.1 Kompetensi yang Dicapai : Mahasiswa mampu menjelaskan anatomi dan mempraktekan fisiologi system ekskresi urinari 1.2 Tujuan Praktikum



:



a. Menentukan karakteristik urin b. Menentukan zat-zat kimia yang terlarut dalam urin c. Menentukan bagaimana peranan sistem eksresi urinari dalam menjaga homeostasis tubuh.



2.



Prinsip Berdasarkan mekanisme fisiologis sistem ekskresi urinari



3.



Pendahuluan/ Dasar Teori Sistem urinari memiliki tiga fungsi utama : (1) ekskresi, pengeluaran produk limbah organik dari tubuh berupa cairan; (2) eliminasi, pembuangan produk limbah tersebut ke lingkungan; dan (3) pengaturan homeostasis komposis zat terlarut dan volume darah. Ginjal adalah organ yang mengatur komposisi dan volume darah serta mengeluarkan buangan dari darah dalam bentuk urin melalui proses filtrasi, absorpsi dan sekresi. Unit fungsional ginjal adalah nefron. Kenormalan fungsi ginjal atau adanya penyakit-penyakit pada ginjal dan saluran urin dapat dideteksi antara lain dengan cara melakukan uji karakteristika urin serta analisa zat-zat yang terlarut dalam urin.



4.



Alat dan Bahan Alat



:



Piknometer, indikator universal atau pH meter, mikroskop, kaca objek + cover, tabung reaksi, pipet tetes, lampu spirtus.



56



Bahan : Perak nitrat, asam nitrat, larutan Na-nitroprusida, larutan KOH/NaOH 1 N, asam asetat, asam asetat glasial, larutan Fehling (A & B) Cara membuat larutan Fehling A & B : Fehling A : Larutkan 34,6 gram kristal CuSO4 dalam 500 ml aquadest Fehling B : Larutkan 77 gram KOH dalam 500 ml aquadest + 175 gram kalium natrium tartrat, aduk sampai larut



5.



Prosedur kerja 5.1 Anatomi Carilah dari literatur gambar anatomi sistem urinari laki-laki dan perempuan. Gambarkan secara sederhana dalam laporan saudara. 5.2 Fisiologi Tiap kelompok harus ada sukarelawan putra dan putri yang menyumbangkan urinnya, masing-masing sekitar 100 ml. Tampung sampel urin pada gelas kimia. 5.2.1 Pengamatan mikroskopik urin 1.



Tampung 10 ml urin dalam tabung sentrifuga



2.



Sentrifugsi selama 5 menit dengan kecepatan 1500 rpm



3.



Buang cairan di atasnya



4.



Kocok endapan/sedimen yang ada dengan sedikit sisa cairannya



5.



Teteskan pada object glass bertutup (diserapkan dari pinggir cover glass agar tidak timbul gelembung udara)



6.



Amati di bawah mikroskop Yang diamati adalah sedimen-sedimen mikro dalam urin, baik organik maupun anorganik. Sedimen organik meliputi : sisa gugusan sel (hyalin, epitel, granul darah), leukosit, eritrosit, spermatozoa, filamen uretra, fibrin, mikroorganisme. Sedimen anorganik meliputi senyawa urat dan kristal-kristal (magnesium, fosfat, kalium oksalat, kalsium fosfat), kolesterol, dll.



5.2.2 Uji karakteristik urin 1.



Ambil sedikit urin



2.



Amati : warma, serta bau urin



57



3.



Ukur pH urin dengan menggunakan indikator universal atau pH meter



4.



Tentukan bonot jenis urin dengan menggunakan piknometer, dengan cara sebagai berikut : •



Timbang piknometer kosong (dalam keadaan bersih dan kering). Diperoleh nilai W1







Isilah piknometer tersebut dengan aquadest bebas gas. Bagian luar piknometer di lap sampai kering, kemudian di tombang. Diperoleh nilai W2







Buanglah air dari piknometer tersebut. Piknometer dibilas dengan alkohol dan keringkan (sebaiknya dalam oven). Setelah kering isilah piknometer dengan sampel urin, kemudian timbang. Diperoleh nilai W3







Bobot jenis urin dihitung dengan persamaan sebagai berikut : 𝐵𝐽 =



(𝑊3 − 𝑊1) (𝑊2 − 𝑊1)



Catatan : pH urin normal 6,0 (Gradwohl), 5-7,8 (Tortora) Warna urin normal kuning (Tortora) Bau urin normal aromatik (Tortora) Bj urin normal : 1,001 - 1,060 (Gradwohl), 1,008- 1,030 (Tortora) 5.2.3 Analisa zat yang terlarut dalam urin a.



b.



Penetapan urea 1.



Teteskan 2 tetes urin pada kaca objek



2.



Teteskan pada sampel urin terscbut 2 tetes asam nitrat



3.



Panaskan perlahan-lahan atau biarkan cairan menguap



4.



Amati adanya kristal rhombis atau hexagonal dari urea nitrat



Penetapan ion klorida 1.



Masukan 5 ml urin ke dalam tabung reaksi



2.



Ke dalam tabung reaksi yang telah berisi urin tersebut, tambahkan beberapa tetes larutan perak nitrat



3.



Terjadinya kekeruhan atau endapan putih menunjukan adanya ion klorida



58



c.



Penetapan aseton 1.



Masukan 3 ml urin ke dalam tabung reaksi



2.



Basakan sampel urin tersebut dengan cara menambahkan beberapa tetes larutan KOH/NAOH



3.



Tambahkan beberapa tetes larutan Na-nittroprusid, kemudian kocok



4.



Tambahkan beberapa tetes asam asetat pekat, kemudian kocok Terjadinnya warna ungu sampai merah ungu menunjukan adanya aseton. Sedangkan warna merah menunjukan adanya alkohol, asam asetat, aldehid dan asam diasteat (badan keton)



d.



Penetapan gula pereduksi 1.



Masukan 1 ml Fehling (Fehling A : Fehling B, 1 : 1) ke dalam tabung reaksi, Encerkan dengan 4 ml air suling



2.



Panaskan perlahan



3.



Ke dalam tabung reaksi tersebut, tambahkan urin sebanyak 1 ml sedikit demi sedikit, sampai terjadi warna biru tepat hilang Terjadinya endapan merah bata menunjukan adanya gula pereduksi. Catatan : Untuk perhitungan semi kuantitatif sejumlah 0,05 gram gula dapat mereduksi 10 ml larutan Fehling.



4. e.



Hitung jumlah gula dalam urin galam gram/100 ml atau % b/v



Penetapan kualitatif albumin 1.



Masukan urin ke dalam tabung reaksi kira-kira sampai 4 isi tabung



2.



Didihkan perlahan-lahan, amati apa yang terjadi



3.



Ke dalam tabung reaksi, tambahkan 2 sampai 3 tetes larutan asam asetat glasial : air (1:1), kocok Terjadinya kekeruhan menunjukan adanya albumin. Tingkat kekeruhan setara denga jumlah albumin yang ada.



Catatan : -



Jika urin menjadi keruh setelah pendidihan dan menjadi jernih kembali setelah penambahan asam asetat, menunjukan adanya fosfat



59



-



Jika selama penambahan asam asetat terjadi gelembung udara, menunjukan adanya kalsium karbonat atau amonium karbonat



-



Jika urin keruh, jernih setelah pendidihan tapi timbul lagi kekeruhan setelah penambahan asam, menunjukan senyawa urat yang dikandung hanya sedikit



60



Bagan Kerja :



61



6.



Hasil Praktikum



62



7.



Diskusi dan Pembahasan



63



8.



Kesimpulan



9.



Pustaka Gunstream, S, E., et al., 1989, Anatomy and Physiology Laboratori Textbook, Wm C Brown Publisher, Dubuque. Gunstream S, E., 2015, Anatomy and Physiology with Integrated Study 6th Edition, McGraw-Hill Education, New York. Martini, FH, Nath, JL, Bartholomew, EF., 2012, Fundamentals of Anatomy and Physiology, 9th Edition, Pearson Education Inc., London Rugh, R., 1990, The Mouse, its Reproduction and Development, Oxford University Press, Oxford.



64



MODUL 8 SISTEM RESPIRASI 1.



Tujuan 1.1 Kompetensi yang Dicapai : Mahasiswa mampu Menjelaskan anatomi dan mempraktekan fisiologi sistem respirasi 1.2 Tujuan Praktikum



:



a. Menentukan komponen-komponen yang terlibat dalam proses inspirasi dan ekspirasi b. Menentukan perbedaan kondisi pernafasan pada kondisi normal dan tidak melalui kekuatan dan bunyi pernafasan c. Menentukan perbandingan volume tidal (VT), volume ekspirasi cadangan (VEC), dan volume inspirasi cadangan (VIC) d. Menentukan hal-hal yang mempengaruhi nilai dari volume tidal (VT), volume ekspirasi cadangan (VEC), dan volume inspirasi cadangan (VIC)



2.



Prinsip Berdasarkan mekanisme fisiologis sistem respirasi



3.



Pendahuluan/ Dasar Teori Sel-sel tibuh memerlukan suplay oksigen uang terus menerus untuk melakukan



aktivitas



vitalnya.



Sementara



aktivitas



sel-sel



tersebut



menghasilkan karbondioksida. Karbondioksida merupakan salah satu produk metabolisme yang bersifat racun terhadap sel, oleh karena itu harus cepat dieleminasi. Sistem respirasi bekerjasama dengan system kardiovaskular dalam nmenyuplai oksigen dan mengeleminasi karbondioksida. Sistem pernapasan memiliki lima fungsi dasar yakni : 1.



Menyediakan area permukaan yang luas untuk pertukaran gas antara udara dan darah yang bersirkulasi.



2.



Memindahkan udara ke dan dari permukaan pertukaran paru-paru di sepanjang lorong pernapasan.



65



3.



Melindungi permukaan pernapasan dari dehidrasi, perubahan suhu, atau variasi lingkungan lainnya, dan menjaga sistem pernapasan dan jaringan lain dari invasi patogen.



4.



Menghasilkan suara untuk berbicara, bernyanyi, dan bentuk lain dari komunikasi.



5.



Memfasilitasi deteksi bau oleh reseptor penciuman di bagian superior dari rongga hidung. Secara anatomis organ-organ dalam sistem respirasi terbagi menjadi



divisi konduksi dan divisi respirasi. Karakteristik organ-organ pada tiap divisi sangat terkait dengan perannya dalam sistem respirasi. Kenormalan fungsi sistem respirasi dapat diamati denagn berbagai cara. Salah satu cara yang cukup sederhana adalah dengan mengamati bunyi pernafasan. Cara yang lain adalah dengan melihat perbandingan volume tidal, volume ekspirasi cadangan dan volume inspirasi cadangan.



4.



Alat dan Bahan Alat



:



Spirometer, alat pengukur, stetoskop



Bahan : Etanol 70%, kapas



5.



Prosedur kerja



5.1



Anatomi Carilah dari literatur dan gambarkan pada laporan saudara organ-organ yang terlibat dalam sistem respirasi serta cantumkan bagian-bagiannya.



5.2



Fisiologi



5.2.1 Proses inspirasi dan ekspirasi Paru-paru dapat mengembang dan mengempis secara pasif sebagai respon terhadap perubahan volume dan tekanan di dalam dada. Pada proses inspirasi dan ekspirasi terjadi perubahan-perubahan pada rongga dada/toraks. 1.



Pelajari perubahan-perubahan tersebut dan gambarkan secara sederhana pada laporan anda (berdasarkan literatur)



66



2.



Dengan menggunakan alat pengukur, ukurlah rongga dada rekan saudara pada saat mengalami respirasi normal (inspirasi dan ekspirasi normal)



3.



Ukur pula rongga dada rekan saudara saat menarik nafas dalam (inspirasi maksimum) Catatan : bagian rongga dada yang diukur adalah daerah axila dan xiphoid



4.



Lengkapi tabel berikut :



Tabel Komponen-komponen yang terlibat dan perubahan yang terjadi pada proses ekspirasi dan inspirasi Proses



Komponen yang terlibat



Perubahan yang terjadi



Ekspirasi Inspirasi 5.2.2 Bunyi pernafasan 1.



Tempatkan stetoskop pada berbagai posisis di punggung



2.



Dengarkan bunyi pernafasan rekan saudara



3.



Hitunglah frekuensi permafasan (jumlah pernafasan/menit)



4.



Bahaslah kekuatan serta bunyi pernafasan rekan saudara



5.2.3 Menentukan perbandingan Volume Tidal (VT), Volume Ekspirasi Cadangan (VEC) dan Volume Inspirasi Cadangan (VIC) Dengan menggunaklan spirometer, lakukan hal-hal berikut : 1.



Lakukan inhalasi normal kemudian ekshalasi normal ke dalam spirometer. Catat nilai yang tetrtera pada spirometer. Nilai yang diperoleh adalah nilai VT



2.



Lakukan inhalasi normal. Setelah itu ekshalasikan sekuat-kuatnya ke dalam spirometer. Catat nilai yang tertera pada spirometer. Nilai yang diperoleh adalah nilai VEC



3.



Lakukan inhalasi sedalam mungkin. Setelah itu ekshalasikan sekuatkuatnya ke dalam spirometer. Catat nilai yang tertera pada spirometer. Nilai yang diperoleh adalah nilai Kapasitas Viatal (KV).



4.



Dari nilai KV ini dapat diperoleh nilai VIC sebagai berikut : Karena KV = VT + VIC + VEC, maka VIC = KV - (VK + VEČ) Tentukanlah perbandingan VT, VEC dan VIC



67



Bagan Kerja :



68



6.



Hasil Praktikum



69



7.



Diskusi dan Pembahasan



70



8.



Kesimpulan



9.



Pustaka Gunstream, S, E., et al., 1989, Anatomy and Physiology Laboratori Textbook, Wm C Brown Publisher, Dubuque. Gunstream S, E., 2015, Anatomy and Physiology with Integrated Study 6th Edition, McGraw-Hill Education, New York. Martini, FH, Nath, JL, Bartholomew, EF., 2012, Fundamentals of Anatomy and Physiology, 9th Edition, Pearson Education Inc., London Rugh, R., 1990, The Mouse, its Reproduction and Development, Oxford University Press, Oxford.



71



MODUL 9 SISTEM PENCERNAAN 1.



Tujuan 1.1 Kompetensi yang Dicapai : Mahasiswa mampu menjelaskan anatomi dan mempraktekan fisiologi sistem pencernaan 1.2 Tujuan Praktikum



:



a. Menentukan karakteristik dan komponen saliva b. Menentukan mekanisme pencernaan pati oleh saliva c. Menentukan mekanisme pencernaan protein di lambung d. Menentukan mekanisme pencernaan kimiawi di usus halus



2.



Prinsip Berdasarkan mekanisme fisiologis sistem pencernaan



3.



Pendahuluan/ Dasar Teori Sistem pencernaan berfungsi untuk memberikan pasokan nutrien bagi tubuh. Nutrien ini diperlukan sebagai sumber energi dalam melakukan segala aktivitas, bahan untuk memperbaiki bagian-bagian tubuh yang rusak serta untuk proses pertumbuhan. Organ-organ yang terlibat dalam sistem pencernaan dapat dibedakan menjadi organ yang dikenal dengan istilah Gastro Intestinal Tract (GIT). GIT terbentang mulai dari mulut sampai ke anus. Organ utama ini berfungsi untuk melakukan proses pencernaan dan proses absorpsi. Organ asesoris atau pelengkap adalah organ-organ yang membantu proses pencernaan. Organ-organ ini meliputi gigi, lidah, kelenjar ludah,hati, kandung empedu dan pankreas. Secara umum proses pencernaan meruoakan suatu proses pemecahan makanan yang di makan menjadi bagian-bagian yang lebih kecil/ lebih sederhana dan akhimya menjadi monomer/ unit-unit/satuan-satuan terkecil. Proses pencemaan meliputi ingesti, propulsi, pencernaan mekanik, pencemaan kimiawi, ansorpsi dan defekasi.



72



Pencernaan kimiawi yang merupakan suatu proses katabolik dilakukan oleh berbagai macam enzim yang ada dalam saluran cerna antara lain enzim salivari amilase, enzim-enzim yang dihasilkan oleh kelenjar-kelenjar di lambung, enzim-cnzim yang dihasilka oleh kelenjar-kelenjar di usus halus, serta enzim-enzim yang dihasilkan oleh pankreas. Selain itu proses pencernaan kimiawi di bantu oleh sekret-sekret yang di hasilkan oleh hati serta pankreas.



4.



Alat dan Bahan Alat



:



Mikroskop, inkubator, penangas air, stopwatch, lampu spirtus, termometer, gelas kimia, erlenmeyer atau vial bertutup, tabung reaksi, pipet tetes, kaca objek + cover glass, plat tetes, batang pengaduk, corong, kertas saring. Bahan : Saliva, pasta amilum 3%, larutan iodium 2% larutan Cu-sulfat 1%, larutan NaOH 40%, pereaksi benedict, asam asetat 6%, larutan glukosa 10%, metilen biru 0,15% dalam air, pereaksi biuret, larutan HCI 0,4%, larutan Na-karbonat 0,5%, larutan pepsin 5% (dibuat segar), larutan pankreatin, indikator universal, aquadest.



5.



Prosedur kerja 5.1



Anatomi Dengan merujuk pada literatur pelajari organ-organ yang terlibat dalam sistem pencernaan. Buat gambaran sederhana pada laporan saudara dan berikan nama bagian-bagiannya.



5.2



Fisiologi Untuk percobaan 5.2.1 dan 5.2.2 dalam tiap kelompok agar ada seorang sukarelawan yang menyumbangkan salivanya untuk dijadikan bahan percobaan. Saliva ditampung secukupnya dalam gelas kimia kecil.



5.2.1 Memeriksa komponen saliva a.



Uji mikroskopik 1.



Warnai satu tetes saliva dengan metilen blue dan tempatkan di atas object glass, kemudian tutup dengan cover glass



73



2.



Amati di bawah mikroskop adanya sel-sel epitel, butir-butir lemak, leukosit dan bakteri



b.



Pengamatan pH normal saliva Tentukanlah pH saliva dengan menggunakan kertas pH indikator (indikator universal)



c.



Membuktikan adanya mucin 1.



Ambil sedikit saliva



2.



Tetesi dengan asam asetat 6% Adanya endapan menunjukan bahwa pada saliva terdapat mucin



3. Jelaskan mengapa terjadi demikian d.



Membuktikan adanya protein 1.



Ambil 5 ml saliva, masukan ke dalam tabung reaksi



2.



Lakukan uji Biuret dengan cara : - Basakan saliva melalui penambahan 5 ml NaOH encer - Tambahkan Cu-sulfat 1% tetes demi tetes sampai timbul warna merah ungu Adanya protein ditunjukan oleh terjadinya warna merah ungu



3. Jelaskan mengapa terjadi demikian 5.2.2 Pencernaan pati di mulut a.



Pencernaan pati oleh saliva 1.



Buat pasta kanji (pasta amilum 3%) dengan cara amilum dilarutkan dalam air dingin kemudian dipanaskan



2.



Masukan 20 ml pasta amilum ke dalam gelas kimia, tambahkan 10 tetes saliva, aduk hingga merata dan Biarkan 1 menit



3.



Setelah 1 menit, lakukan 2 hal berikut secara bersamaan - Ambil 1 tetes larutan pasta amilum + saliva. Teteskan pada plat tetes, kemudian tambahkan 1-2 tetes larutan iodium - Ambil 3 tetes larutan amilum + saliva, Masukan ke dalam tabung reaksi yang berisi 5 ml larutan Benedict



4.



Amati apakah telah terjadi hilangnya kekeruhan larutan Hilangnya kekeruhan larutan ini menunjukan bahwa pati telat melarut



5.



Setiap menit berikutnya lakukan lagi hal yang sama seperti langkah di atas (ambil 1 tetes saliva yanng diuji dengan larutan iodium dan 74



3 tetes larutan pasta larutan pasta amilum + saliva yang diuji dengan larutan Benedict) 6.



Lakukan terus sampai tercapai titik akromik melalui tahap-tahap berkut. - Larutan pasta amilum + saliva dengan iodium timbul warna biru jernih - Larutan pasta amilum + saliva dengan larutan Benedict kekeruhan hilang - Larutan pasta amilum + saliva dengan iodium timbul warna merah Hal ini menunjukan amilum telah menjadi eritrodekstrin. - Larutan amilum + saliva dengan iodium : Lama kelamaan menimbulkan larutan yang tidak berwarna Hal ini memunjukan bahwa proses pemecahan amilum telah menghasilkan akromodekstrin. Tahap ini disebut titik akromik.



7.



Bila telah tercapai titik akromik, panaskan semua tabung reaksi (yang berisi campuuran pasta amilum + saliva dengan larutan Benedict) di penangas air yang mendidih, selama 5 menit Sebagai pembanding gunakan tabung reaksi larutan benedict yang di campur dengan 2 ml glukosa 10%



8.



Biarkan menjadi dingin, amati perubahan warna yang terjadi Perubahan warna yang terjadi dapat di jadiakn indicator apakah amilum telah dicerna oleh enzim-enzim dalam saliva dan proses pencernaan tersebut telah sampai ke tahap mana. Catatan : uji Benedict dengan dekstrosa/ glukosa akan memberikan endapan warna merah, kuning atau hijau tergantung dari jumlah gula



9.



Catat hasil yang diperoleh dalam bentuk tabel seperti berikut ini



75



Tabel 1 Pencernaan Amilum oleh Saliva Waktu setelah pencampuran pasta amilum + saliva 1 menit 2 menit 3 menit … dst.



Warna yang terjadi pada uji iodium



Warna yang terjadi pada uji Benedict



5.2.3 Pencernaan protein di lambung a.



Proses pencernaan protein secara in vitro 1.



Potong-potong putih telur (sampai seperti telah dikunyah)



2.



Masukan ke dalam gelas kimia



5.2.4 Pencernaan kimiawi di usus halus a.



Membandingkan kecepatan pencernaan albumin dan serum darah 1.



Siapkan 2 buah vial (vial 1 dan vial 2) -



Ke dalam vial 1 masukan 5 ml larutan pankreatin dan sedikit putih telur



-



Ke dalam vial 2 masukan 5 ml larutan pankreatin dan sedikit serum daran



2.



Inkubasikan vial 1 dan 2 pada suhu 40°C



3.



Tiap selang 15 menit, ambil sedikit larutan dari vial 1 dan 2, amati dengan menggunakan uji biuret



4.



Lakukan terus sampait 90 menit



5.



Amati perbedaan kecepatan pencernaan oleh penkreatin terhadap albumin dengan serum darah



6.



Catat hasil yang diperoleh dalam bentuk tabel seperti di bawah ini



76



Tabel 2 Perbedaan kecepatan pencernaan albumin dengan serum darah Waktu setelah pencampuran dengan pankreatin 15 Menit 30 Menit 45 menit 60 Menit 75 Menit 90 Menit b.



Hasil Uji Biuret Albumin



Serum



Kerja garam empedu terhadap pencernaan lemak 1.



Siapkan dua buah tabung reaksi (tabung 1 dan tabung 2)



2.



Tabung 1 diisi dengan air 5 ml, tabung 2 diisi dengan air dan garam empedu 5% (sama banyak)



3.



Ke dalam tabung 1 dan 2 diteteskan 1 tetes minyak sayur yang telah dicampur dengan pewarna (sudan)



4.



Kocok kedua tabung tersebut dan biarkan selama 5-10 menit



5.



Amati dan bandingkan pada tabung yang mana minyak terdispersi/ teremulsi (terlihat dan pecahnya minyak menjadi tetesan yang kecil-kecil)



6.



Jelaskan pentingnya proses emulsifikasi lemak dalam membantu proses pencernaannya.



77



Bagan Kerja :



78



6.



Hasil Praktikum



79



7.



Diskusi dan Pembahasan



80



8.



Kesimpulan



9.



Pustaka Gunstream, S, E., et al., 1989, Anatomy and Physiology Laboratori Textbook, Wm C Brown Publisher, Dubuque. Gunstream S, E., 2015, Anatomy and Physiology with Integrated Study 6th Edition, McGraw-Hill Education, New York. Martini, FH, Nath, JL, Bartholomew, EF., 2012, Fundamentals of Anatomy and Physiology, 9th Edition, Pearson Education Inc., London Rugh, R., 1990, The Mouse, its Reproduction and Development, Oxford University Press, Oxford.



81



MODUL 10 SISTEM REPRODUKSI 1.



Tujuan 1.1 Kompetensi yang Dicapai : Mahasiswa mampu menjelaskan anatomi dan mempraktekan fisiologi sistem reproduksi pria dan wanita 1.2 Tujuan Praktikum



:



a. Menentukan organ-organ dalam system reproduksi pada tikus b. Menentukan organ-organ dalam system reproduksi pada laki-laki dan perempuan c. Menentukan siklus estrus pada tikus



2.



Prinsip Berdasarkan mekanisme fisiologis system reproduksi



3.



Pendahuluan/ Dasar Teori Sistem reproduksi merupakan sistem yang menjamin kelangsungan hidup atau kelestarian suatu spesies. Dari laki-laki dihasilkan spermatozoa. Dari perempuan dihasilkan ovum. Fertilisasi terjadi akibat pertemuan spematozoa dengan ovum. Dari fertilisaasi dihasilkan keturunan. Organ utama sistem reproduksi disebut gonad. Fungsi gonad adalah menghasilakan gamet. Selain itu gonad juga menghasilkan hormon-hormon yang berperan dalam fungsi dan perkembangan organ-ogan reproduksi, memperngaruhi tingkah laku dan dorongan seksual, serta mempengaruhi ogan dan jaringan tubuh lainnya. Testes adalah organ reproduksi laki-laki. Sedangkan ovarium adalah organ reproduksi utama perempuan. Selain organ utama, pada sistem reproduksi laki-laki juga terdapat organ-organ accesoris yang berupa sistem ductus (saluran-saluran) dan kelenjar-kelenjar. Sistem ductus ini bertanggung jawab dalam hal pematangan, pemeliharaan, penyimpanan dan penghantar spermatozoa. Yang termasuk ke dalam sistem ductus adalah epididimis, vas deferens dan uretra.



82



Kelenjar-kelenjar accesoris pada sistem reproduks laki-laki terdiri dari vesica seminalis, kelenjar prostat dan kelenjar bulbouretral. Kelenjar-kelenjar ini menghasilkan sekret-sekret yang menunjang sperma. Campuran sperma dan sekret-sekret dari kelenjar-kelenjar tersebut disebut semen. Sistem ductus pada sistem reproduksi perempuan terdiri dari tuba uterus (tuba fallopi), uterus dan vagina. Tuba fallopi berfungsi mentransport ovum dari ovarium ke uterus. Prerempuan mengalami siklus aktivitas seksual bulanan yang disebut siklus mensturasi. Siklus menstrurasi sangat berkaitan dengan siklus di ovarium (siklus ovarium) serta pengaturan hormonal pada siklus-siklus tersebut. Dalam percobaan ini akan diamati organ-organ reproduksi tikus. Selain itu akan diamati pula siklus aktivitas seksual yang terjadi pada tikus betina (siklus uterus) sebagai model.



4.



Alat dan Bahan Alat



:



Alat bedah, papan bedah, tali, gambar-gambar anatomi sistem reproduksi manusia, mikroskop, kaca objek, pipet tetes. Bahan : Larutan NaCl fisiologis 0,9%, metanol, metilen biru dalam etanol (1:1000) Hewan Percobaan : Tikus jantan dan tikus betina



5.



Prosedur kerja 5.1 Anatomi 5.1.1 Sistem reproduksi tikus 1.



Bedah 1 ekor tikus jantan dan 1 ekor tikus betina



2.



Amati organ-organ yang terlibat di dalam sistem reproduksi



5.1.2 Sistem reproduksi manusia a.



Sistem reproduksi laki-laki Berdasarkan literatur, pelajari organ-organ yang terlibat dalam sistem reproduksi laki-laki, serta fungsi masing-masing organ.



83



b.



Sistem reproduksi perempuan Berdasarkan literatur, pelajari organ-organ yang terlibat dalam sistem reproduksi perempuan, serta fungsi masing-masing organ.



5.2 Fisiologi Pembuatan Apusan Vagina Tikus Betina : 1.



Bilas vagina tikus beberapa kali dengan menggunakan pipet tetes yang berisi larutan NaCl fisiologis 0,9 %



2.



Tempatkan beberapa tetes suspensi cairan vagina secara terpisah di atas kaca objek



3.



Biarkan suspensi cairan vagina tikus betina tersebut mengering diudara



4.



Setelah apusan mengering fiksasi diatas spirtus selama 3 menit dengan methanol



5.



Warnai apusan dengan larutan metilen biru selama 2 menit



6.



Bilas apusan tersebut dibilas dengan menggunakan akuadest



7.



Biarkan apusan mengering di udara



8.



Setelah apusan kering tutup dengan cover glass



9.



Amati apusan di bawah mikroskop untuk menunjukkan fase-fase pada siklus estrus tikus betina



84



Bagan Kerja :



85



6.



Hasil Praktikum



86



7.



Diskusi dan Pembahasan



87



8.



Kesimpulan



9.



Pustaka Gunstream, S, E., et al., 1989, Anatomy and Physiology Laboratori Textbook, Wm C Brown Publisher, Dubuque. Gunstream S, E., 2015, Anatomy and Physiology with Integrated Study 6th Edition, McGraw-Hill Education, New York. Martini, FH, Nath, JL, Bartholomew, EF., 2012, Fundamentals of Anatomy and Physiology, 9th Edition, Pearson Education Inc., London Rugh, R., 1990, The Mouse, its Reproduction and Development, Oxford University Press, Oxford.



88