MODUL Dan ASKEP Katarak Pujawati [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

MODUL KATARAK



Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Departemen Keperawatan Dasar Profesi Program Profesi Ners STIKes Kuningan Dosen Pembimbing : TIM



Disusun Oleh : PUJAWATI OKTAVIA (JNR0200114)



PROGRAM STUDI PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN KUNINGAN 2021



KATA PENGANTAR



Dengan mengucap syukur Alhamdulillah Kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat meyelesaikan modul ini. Modul ini disusun sebagai salah satu tugas Stase Keperawatan Dasar Profesi di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kuningan. Dengan terselesaikannya modul ini, tidak lupa berkat bantuan, bimbingan, dan dorongan dari bapak Ns. Yana Hendriana, S.Kep., M.Kep selaku dosen pembimbing Stase Keperawatan Dasar Profesi. Penulis menyadari bahwa dalam modul ini masih belum sempurna dan masih banyak kekurangan. Kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan untuk perbaikan dimasa mendatang. Besar harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi penulis dan pembaca.



Kuningan,



Januari 2021



Pujawati Oktavia



DAFTAR ISI COVER............................................................................................................. i KATA PENGANTAR.................................................................................... ii DAFTAR ISI................................................................................................... iii MODUL KATARAK I.



Tujuan Umum............................................................................ 1



II. Tujuan Khusus........................................................................... 1 III. Anatomi Fisiologi....................................................................... 1 1.



Anatomi................................................................................ 1



2.



Fisiologi................................................................................ 2



IV. Katarak....................................................................................... 4 1.



Definisi Katarak................................................................... 4



2.



Etiologi................................................................................. 4



3.



Tanda dan Gejala.................................................................. 5



4.



Klasifikasi............................................................................. 6



5.



Patofisiologi.......................................................................... 7



6.



Pathways.............................................................................. 8



7.



Pemeriksaan diagnostik........................................................ 9



8.



Makanan Terbaik Untuk Kesehatan Mata............................ 10



9.



Pencegahan........................................................................... 11



10. Penatalaksanaan.................................................................... 11 11. Asuhan Keperawatan............................................................ 12



V.



1.



Pengkajian..................................................................... 12



2.



Diagnosa Keperawatan.................................................. 13



3.



Intervensi Keperawatan................................................. 14



Berfikir Kritis..................................................................... 22 1.



Studi Kasus.................................................................... 22



2.



Pertanyaan Terkait Kasus.............................................. 22



VI.



Keterampilan Klinik Tindakan Irigasi Mata.................. 25



VII.



Evaluasi............................................................................... 29



VIII.



Daftar Pustaka.................................................................... 30



MODUL KASUS KATARAK PROGRAM PROFESI NERS STIKKU



I.



Tujuan Umum Setelah menyelesaikan modul ini mahasiswa mampu memahami dan menerapkan asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah katarak.



II. Tujuan Khusus 1.



Menguraikan anatomi dan fisiologi mata.



2.



Menjelaskan patofisiologi katarak.



3.



Menjelaskan pengkajian pada klien dengan masalah katarak.



4.



Merumuskan diagnosa keperawatan dengan masalah katarak.



5.



Mampu menyususn rencana asuhan keperawatan dengan masalah katarak.



6.



Mampu mengimplementasikan rencana asuhan keperawatan dengan masalah katarak.



7.



Mampu melaksanakan evaluasi asuhan keperawatan dengan masalah katarak.



8.



Mampu mendemonstrasikan video irigasi mata.



III. Anatomi fisiologi A. Anatomi Bola mata merupakan organ sferis dengan diameter kurang lebih 2,5 cm, yang terletak pada bagian orbit. Bola mata terdiri dari beberapa lapisan, kuat dan tidak elastic yang menyusun selera ini akan mempertahankan bentuk bola mata dan memberikan



proteksi



terhadap



bangunan-bangunan



halus



dibawahnya



(H. Syaifudin, 2011). 1. Bagian Luar a.



Bulu Mata Bulu mata yaitu rambut-rambut halus yang terdapat ditepi kelopak mata. 



b.



Alis Mata (Supersilium) Alis yaitu rambut-rambut halus yang terdapat diatas mata. 



c.



Kelopak Mata (Palpebra) Kelopak mata merupakan 2 buah lipatan atas dan bawah kulit yang terletak di depan bulbus okuli. 



d.



Kelenjar Air Mata 



e.



Kelenjar Meibom 



Gambar : Struktur aksesoris mata (Marieb, 2001) B. Fisiologi 1. Bagian Dalam



Gambar : Bagian – bagian bola mata (Marieb, 2001)



a.



Konjungtiva Konjungtiva adalah membran tipis bening yang melapisi permukaan bagian dalam kelopak mata dan dan menutupi bagian depan sklera (bagian putih mata), kecuali kornea.Konjungtiva mengandung banyak sekali pembuluh darah.



b.



Sklera Sklera merupakan selaput jaringan ikat yang kuat dan berada pada lapisan terluar mata yang berwarna putih.



c.



Kornea



Kornea merupakan selaput yang tembus cahaya, melalui kornea kita dapat melihat membran pupil dan iris. d.



Koroid Koroid adalah lapisan yang dibangun oleh jaringan ikat yang memiliki banyak pembuluh darah dan sejumlah sel pigmen.



e.



Iris Iris merupakan diafragma yang terletak diantara kornea dan mata.



f.



Pupil Dari kornea, cahaya akan diteruskan ke pupil. Pupil menentukan kuantitas cahaya yang masuk ke bagian mata yang lebih dalam. Pupil mata akan melebar jika kondisi ruangan yang gelap, dan akan menyempit jika kondisi ruangan terang.



g.



Lensa Lensa berada tepat dibelakang iris dan tergantung pada ligamen suspensori. Bentuk lensa disebut ruang viretus, berisi cairan yang lebih kental(humor



viterus),



yang



bersama



dengan



humor



akueus



berperandalam memelihara bentuk bola mata. h.



Retina Retina merupakan lapisan bagian dalam yang sangat halus dan sangat sensitif terhadap cahaya. Pada retina terdapat reseptor(fotoreseptor).



i.



Aqueous humor Aquaeous humor atau cairan berair terdapat dibalik kornea. Strukturnya sama dengan cairan sel, mengandung nutrisi bagi kornea dan dapat melakukan difusi gas dengan udara luar melalui kornea.



j.



Vitreous humor Badan bening ini terletak dibelakang lensa. Bentuknya berupa zat transparan seperti jeli(agar-agar) yang jernih. Zat ini mengisi pada mata dan membuat bola mata membulat.



k.



Bintik Kuning Bintik kuning adalah bagian retina yang paling peka terhadap cahaya karena merupakan tempat perkumpulan sel-sel saraf yang berbentuk kerucut dan batang.



l.



Saraf Optik



Saraf yang memasuki sel tali dan kerucut dalam retina, untuk menuju ke otak. m. Otot Mata Otot-otot yang melekat pada mata : a) Muskulus levator palpebralis superior inferior. b) Muskulus orbikularis okuli otot lingkar mata. c) Muskulus rektus okuli inferior (otot disekitar mata) d) Muskulus rektus okuli medial (otot disekitar mata) e) Muskulus obliques okuli inferior f)



Muskulus obliques okuli superior



IV. Katarak A. Definisi Katarak merupakan kelainan lensa mata yang keruh di dalam bola mata. Katarak terjadi akibat kekeruhan pada lensa mata yang mengakibatkan tergantungnya cahaya masuk ke dalam bola mata, sehingga penglihatan menjadi kabur dan lama kelamaan dapat menyebabkan kebutaan ( Ilyas S, 2014). Katarak adalah kekeruhan lensa mata atau kapsul lensa yang mengubah gambaran yang di proyeksikan pada retina. Katarak merupakan penyebab umum kehilangan pandangan secara bertahap (Istiqomah, 2013). Katarak adalah penegmbangan dari keadaan tidak tembus cahaya dalam lensa. Seiring bertambahnya uisa, ada gangguan dalam struktur lensa dan akumulasi pigmen. Katarak ditandai dengan adanya gangguan penglihatan (kabur atau mendung), penurunan tajam penglihatan secara progresif, membutuhkan lebih banyak cahaya untuk melihat hal-hal yang jelas, silau, perubahan persepsi warna dapat terjadi dengan intensitas berkurang, kurangnya kontras atau distrorsi kekuningan, katarak terus berkembang seiring waktu menyebabkan kerusakan penglihatan secara progresif (Aini, 2018). B. Etiologi Katarak bisa disebabkan karena kecelakaan atau trauma.Sebuah benda asing yang merusak lensa mata bisa menyebabkan katarak.Namun, katarak paling lazim mengenai orang-orang yang sudah berusia lanjut. Katarak disebabkan oleh berbagai faktor : 1.



Fisik



2.



Kimia



3.



Penyakit Predisposisi



4.



Genetik dan gangguan perkembangan



5.



Infeksi virus di masa pertumbuhan janin



6.



Usia



(Tamsuri, 2018). C. Tanda dan Gejala Penglihatan kabur, ciri khasnya adalah seperti melihat dari balik air terjun atau kabut putih, penglihatan ganda, silau, dan penglihatan semakin kabur, walau sudah berganti-ganti ukuran kacamata (Kemenkes, 2017). Gejala subjektif dari pasien dengan katarak antara lain (Maria, 2017) : 1. Biasanya klien melaporkan penurunan ketajaman penglihatan dan silau serta gangguan fungsional yang diakibatkan oleh kehilangan penglihatan tadi. 2. Menyilaukan dengan distrosi bayangan dan susah melihat di malam hari. Gejala objektif biasana meliputi (Maria, 2017) : 1. Pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tidak akan tampak dengan oftalmoskop. Ketika lensa sudah opak, cahaya akan dipendarkan dan bukannya diransmisikan dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada retina. Hasilnya adalah pandangan menjadi kabur atau redup. 2. Pupil yang normalnya hitam akan tampak abu-abu putih. Penglihatan seakanakan melihat asap dan pupil mata seakan bertambah putih. 3. Pada akhirnya apabila katarak telah matang pupil akan tampak benar-benar putih, sehingga refleks cahaya pada mata menjadi negative. Gejala umum gangguan katarak meliputi (Maria, 2017) : 1. Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek. 2. Gangguan penglihatan bisa berupa. 3. Peka terhadap sinar atau cahaya. 4. Dapat melihat dobel pada satu mata (diplobia) 5. Memerlukan pencahayaan yang ternag untuk dapat membaca. 6. Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu.



Gejala lainnya adalah (Maria, 2017) : 1. Sering berganti kacamata 2. Penglihatan sering pada salah satu mata. D. Klasifikasi Berdasarkan pada usia, katarak dapat diklasifikasikan menjadi : 1. Katarak congenital, katarak yang sudah terlihat pada usia kurang dari 1 tahun. 2. Katarak juvenile, katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun. 3. Katarak senile, katarak setelah usia 50 tahun. Berdasarkan penyebabnya, katarak dapat dibedakan menjadi : 1. Katarak traumatika Katarak terjadi akibat rudapaksa atau trauma baik karena trauma tumpul maupun tajam. Rudapaksa ini dapat mengakibatkan katarak pada satu mata (katarak monokular). Penyebab katarak ini antara lain karena radiasi sinar X, Radioaktif, dan benda asing. 2. Katarak toksika Merupakan katarak yang terjadi akibat adanya pajanan dengan bahan kimia tertentu. Selain itu. Katarak ini juga dapat terjadi karena penggunaan obat seperti kortikosteroid dan chlorpromazine. 3. Katarak Komplikata Katarak terjadi akibat adanya pajaan dengan bahan kimia tertentu. Selain itu, katarak ini dapat juga terjadi karena penggunaan obat seperti diabete melitus, hipoparatiroidisme, atau akibat kelainan local seperti uveitis, glaucoma, dan miopia atau proses degenerasi pada satu mata lainnya. Berdasarkan stadium, katarak seline dapat dibedakan menjadi : 1. Katarak insipient Merupakan stadium awal katarak yaitu kekeruhan lensa masih berbentuk bercak-bercak kekeruhan yang tidak teratur. 2. Katarak imatur Lensa mulai menyerap cairan sehingga lensa agak cembung, meneybabkan terjadinya nyopia, dan iris terdorong kedepan serta bilik mata depan menjadi dangkal. 3. Katarak matur



Merupakan proses degenerasi lanjut lensa. Pada stadium ini, terjadi kekeruhan lensa. 4. Katarak hipermatur Pada stadium ini, terjadi proses degenerasi lanjut lensa dan korteks lensa dapat mencair sehingga nucleus lensa tenggelam di dalam korteks lensa (Tansuri, 2018). E. Patofisioogi Dalam keadaan normal transparansi lensa terjadi karena adanya keseimbangan antara protein yang dapat larut dengan protein yang tidak dapat larut dalam membran semipermeable. Apabila terjadi peningkatan jumlah protein yang tidak dapat diserap, mengakibtkan jumlah protein dalam lensa melebihi jumlah protein pada bagian lain sehingga membentuk massa transparan atau bintik kecil di sekitar lensa, membentuk suatu kapsul yang dikenal dengan katarak. Terjadinya penumpukan cairan dan disintegrasi pada serabut tersebut mengakibatkan jalannya cahayanya terhambat dan mengakibatkan gangguan penglihatan (Fitria, 2017).



F. PATHWAY I. Trauma



Perubahan serabut



Degeneratif



Penyakit lain



Kompresi sentral



Jumlah protein meningkat



Densitas



Keruh



Lensa mata



Katarak



Menghambat jalan cahaya



Penurunan ketajaman penglihatan



Pembedahan



Pre Operasi



Post Operasi



Penglihatan berkurang / buta



Gangguan Persepsi Sensori Visual



Ansietas



Nyeri Akut



Resiko Cidera



G. Komplikasi Adapun klomplikasi yang umumnya terjadi pada pasien yang mengalami penyakit katarak adalah sebagai berikut : 1. uveitis, terjadi karena masa lensa merupakan benda asing untuk jaringan uvea, sehingga menimbulkan reaksi radang/alergi. 7. Glaukoma, terjadi karena masa lensa menyumbat sudut bilik mata sehingga mengganggu aliran cairan bilik mata depan. 8. Kerusakan endotel kornea 9. Sumbatan pupil 10. Edema macula sistosoid 11. Endoftalmitis 12. Fistula luka operasi 13. Pelepasan koroid 14. Bleeding (Septiara, 2019) H. Pemeriksaan Diagnostik 1. Kartu mata snellen/mesin telebinokuler: mungkin terganggu dengan kerusakan kornea, lensa, akueus/vitreus humor, kesalahan refraksi, penyakit system saraf, penglihatan ke retina. 2.



Lapangan penglihatan : penurunan mungkin karena massa tumor, karotis, glukoma.



3.



Pengukuran Tonografi : TIO (12-25 mmHg).



4.



Pengukuran Gonioskopi : membedakan sudut terbuka dari sudut tertutup glukona.



5.



Tes Provokatif : menentukan adanya/tipe glukona.



6.



Oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, atrofi papilledema, perdarahan.



7.



Darah lengkap, LED : menunjukkan anemi sistematik/infeksi.



8.



EKG, kolesterol serum, lipid



9.



Tes toleransi glukosa : kontrol DM



10. Keratometri 11. Pemeriksaan lampu slit. 12. A-scan ultrasound (echography). 13. Penghitungan sel endotel penting untuk fakoemulsifikasi & implantasi.



14. USG mata sebagai persiapan untuk pembedahan katarak (Maria, 2017). I.



Makanan terbaik untuk kesehatan mata



 



1.      Salmon Salmon memiliki kandungan omega 3 yang amat dibutuhkan oleh tubuh kita.dengan rutin mengkonsumsi salmon,anda akan terlindungi dari berbagai jenis penyakit yang menyerang mata. 2.



Wortel Wortel meruapakan jenis sayuran yang mengandung banyak vitamin A dan sangat baik untuk kesehatan.kandunanbeta karoten yang terdapat pada wortel akan diubah oleh tubuh menjadi vitamin A.vitamin A trsebutlah yang bermanfaat bagi kesehatan mata.mengkonsumsi wortel dapat dilakukan dengan menjadikannya sayur bening dan jus wortel.



3.



Bayam Bayam sangat kaya akan zat besi,selain itu juga mengandung vitamin dan mineral yang amat baik bagi kesehatan mata. Kandungan yang terdapat dalam bayam yang bisa membantu menjaga kesehatan mata yaitu zaexanthin,lutein,dan zinc. Zat-zat tersebut merupakan zat antioksidan yang sangat berguna untuk mencegah berbagai penyakit salah satunya dalah katarak mata.



4.



Brokoli Sayuran yang satu ini memiliki kandungan yang sama hebatnya dengan bayam. Dengan kandungan yang terdapat didalam brokoli,mata anda tentunya akan terjaga dengan baik. Mengkonsumsi brokoli secara rutin dikatakan mampu melindungi mata dari penyakit katarak.



5.



Coklat hitam Coklat hitam (dark chocolate) di sebut sebut sebagai makana paling baik untuk kesehatan mata karena di dalam dark chocolate mengandung flavanoid yang membantu melindungu pembuluh darah mata.flavanoid tersebut bermanfaat sebagai zat untuk mempertajam dan memperjelas penglihatan mata, selain itu juga membantu melindungi kornea mata dan retina mata. Agar mata tetap sehat dan normal,rajin-rajin mengkonsumsi makanan yang baik dan menyehatkan setiap harinya.dengan mengkonsumsi makanan yang baik dan sehat ,tentunya anda dapat menjaga kesehata diri



anda. Agar mata anda tetap sehat anda dapat menambah asupan makanan dengan sumplemen vitamin A (Fitria, 2017). J. Pencegahan Disarankan agar banyak mengkonsumsi buah-buahan yang banyak mengandung vitamin C, B2, A, Adan E. Selain itu, untuk mengurangi pajanan sinar matahari (sinar UV) secara berlebihan, lebih baik menggunakan kacamata hitam dan topi saat keluar pada siang hari (Maria, 2017). K. Penatalaksanaan 1.



Pembedahan Metode yang paling populer dalam mengeluarkan katarak adalah EGC (extracapsular cataract extraction) atau ekstraksi lensa ekstrakapsular. Pembedahan diindikasikan bagi mereka yang memerlukan penglihatan akut untuk bekerja ataupun keamanan. Biasanya diindikasikan bila koreksi tajam penglihatan yang terbaik yang dapat dicapai adalah 20/50 atau lebih buruk lagi bila ketajaman pandangan mempengaruhi keamanan atau kualitas hidup atau bila visialisasi segmen posterior sangat perlu untuk mengevaluasi perkembangan berbagai penyakit retina atau saraf optikus seperti : diabetes dan glaukoma. Ada dua makam teknik pembedahan, yaitu ekstrasi katarak intra kapsuler dan ekstraksi katarak ekstraksi kapsuler (Fitria, 2017).



2.



Koreksi lensa Bila penglihatan dapat dikoreksi dengan dilaton pupil dan retrksi kuat sampai titik dimana kelayan melakukan aktivitas sehari-hari, maka penanganan konservatif. Dilakukan karena lensa atau isi lensa dikeluarkan maka perlu menggantikannya, yaitu dengan lensa intraokular, ini yang paling sering. Sedangkan metode lain adalah lensa eksternal, kacamata katarak atau lensa kontak (contact lens) (Fitria, 2017).



3.



Terapi Obat tetes mata dapat digunakan sebagai terapi pengobatan. Ini dapat diberikan pada pasien dengan katarak yang belum begitu parah. Senyawa aktif dalam obat tetes mata yang bertanggung jawab terhadap penyembuhan penyakit katarak adalah saponin. Saponin ini memiliki efek meningkatkan



aktivitas



proteasome



yaitu



protein



yang



mampu



mendegenerasi berbagai jenis protein menjadi polipeptida pendek dan



asam amino. Karena aktivitas inilah lapisan protein keluar dari mata berupa cairan kental warna putih kekuningan. Dan saran untuk mencegah penyakit katarak dianjurkan untuk banyak mengkonsumsi buah – buahan yang banyak mengandung vitamin C, vitamin A, dan vitamin E (Fitria, 2017). L. Asuhan Keperawatan 1.



Pengkajian Pengkajian yang dapat dilakukan pada klien dengan katarak adalah : a. Keterangan lain mengenai identitas pasien. Pada pasien dengan katarak konginetal biasanya sudah terlihat pada  usia di bawah 1 tahun, sedangakan pasien dengan katarak juvenile terja di pada usia 40 tahun. b. Riwayat penyakit sekarang Merupakan penjelasan dari keluhan utama. Misalnya yang sering terjadi pada pasien dengan katarak adalah penurunan ketajaman penglihatan. c. Riwayat penyakit dahulu Adanya riwayat penyakit sistemik yang di miliki oleh pasien seperti DM< hipertensi, pembedahan mata sebelumnya, dan penyakit metabolis lainnya memicu resiko katarak. d. Aktifitas istirahat Gejala yang terjadi pada aktifitas istirahat yakni perubahan aktifitas bia sanya atau hobi yang berhubungan dengan gangguan penglihatan. e. Neurosensori Gejala yang terjadi pada neurosensori adalah gamgguam penglihatan kabur/tidak jelas, sinar terang menyebabkan silau dengan kehilangan bertahap penglihatan perifer, kesulitan memfokuskan kerja dengan dekat atau merasa di ruang gelap. Penglihatan berawan/kabur, tampak lingkaran cahay/pelangi di sekita sinar, perubahan kacamata, pengobatan tidak memperbaiki penglihatan, fotophobia (glukoma akut).



Gejala tersebut ditandai dengan mata tampak kecoklatan atau putih susu pada pupil (katarak), pupil menyempit dan merah atau mata keras dan kornea berawan (golukoma berat atau peningkatan air mata). f. Nyeri / kenyamanan Gejalanya yaitu ketidaknyamanan ringan / atau mata berair. Nyeri tibatiba/berat menetap atau tekanan pada atau sekitar mata, dan sakit kepala. g. Pembelajaran / pengajaran Pada pengkajian klien dengan gangguan mata ( katarak ) kaji riwayat keluarga apakah ada riwayat diabetes atau gangguan system vaskuler. Kaji riwayat stress, alergi, gangguan vasomotor seperti peningkatan tekanan vena, ketidakseimbangan endokrin dan diabetes, serta riwayat terpajan pada radiasi, steroid/toksisitas fenotiazin (Septiara, 2019). 2.



Diagnosa Keperawatan



a. Sebelum operasi 1) Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan gangguan penglihatan d.d klien melihat bayangan 2) Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi d.d klien merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang dihadapi. b. Sesudah operasi 1) Nyeri akut berhubungan dengan agen pecendera fisik (prosedur operasi) d.d klen mengeluh nyeri klien tampak meringis 2) Risiko cedera ditandai dengan perubahan fungsi psikomotor.



3.



Intervensi



a. Sebelum operasi No



1.



Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia



Standar Luaran Keperawatan



Standar Intervensi



(SDKI)



Indonesia (SLKI)



Keperawatan Indonesia (SIKI)



Gangguan persepsi sensori berhubungan Setelah



dilakukan



intervensi Intervensi



:



Manajemen



dengan gangguan penglihatan d.d klien keperawatan selama 3 x 24 jam Kesehatan Lingkungan melihat bayangan (D. 0085)



maka Tingkat Jatuh Menurun



Kategori : Psikologis



dengan kriteria hasil :



Observasi :



Subkategori : Integritas Ego



1. Jatuh dari tempat tidur



1. Identifikasi



kebutuhan



2. Jatuh saat berjalan



keselamatan



Definisi :



3. Jatuh saat naik tangga



fisik,



Perubahan persepsi terhadap stimulus baik



4. Jatuh saat di kamar mandi



riwayat perilaku)



fungsi



(mis.



Kondisi



kognitif



dan



internal maupun eksternal yang disertai dengan respon yang berkurang, berlebihan



Terapeutik :



atau terdistorsi.



1. Hilangkan bahaya keselamatan lingkungan (mis. Fisik, biologi,



Penyebab :



dan



1. Gangguan penglihatan



memungkinkan



2. Usia lanjut



kimia),



jika



2. Modifikasi lingkungan untuk meminimalkan



Gejala dan Tanda Mayor :



risiko 17



bahaya



dan



Subjektif : 1. Merasakan



3. Sediakan alat bantu keamanan sesuatu



melalui



indera



lingkungan (mis. Commode



perabaan, penciuman, peradaban, atau



chair dan pegangan tangan)



pengecapan



4. Fasilitasi



relokasi



ke



lingkungan yang aman Objektif 1. Respons tidak sesuai



Edukasi :



2. Bersikap seolah melihat, mendengar,



1. Ajarkan individu, keluarga dan



mengecap,



meraba,



atau



mencium



kelompok risiko tinggi bahaya



sesuatu.



lingkungan.



Gejala dan Tanda Minor Subjektif : 1. Menyatakan kesal Objektif : 1. Menyendiri 2. Melamun 3. Konsentrasi buruk Kondisi Klinis Terkait : 2.



1. Katarak Ansietas berhubungan dengan kurang Setelah 18



dilakukan



intervensi Intervensi : Reduksi Ansietas



terpapar



informasi



d.d



klien



merasa keperawatan selama 3 x 24 jam Observasi :



khawatir dengan akibat dari kondisi yang diharapkan kecemasan menurun dihadapi (D. 0080)



atau pasien dapat tenang dengan



Kategori : Psikologis



kriteria :



Subkategori : Integritas Ego



Tingkat ansietas



2. Tidak



indivindu terhadap objek yang tidak jelas dan spesifik



akibat



antisipasi



memungkinkan



tanda



1.



indivindu



bahaya



terdapat



yang



perilaku



menumbuhkan kepercayaan



3. Frekuensi napas menurun



melakukan



2.



4. Frekuensi nadi menurun 5. Tekanan darah menurun 6. Menurunkan



Penyebab :



3.



stimulus



7. Menggunakan



Gejala dan Tanda Mayor : Subjektif : dengan



akibat



dari



Diskusikan



perencanaan



teknik Edukasi :



cemas



1.



Anjurkan



mengungkapkan



perasaan dan persepsi 2.



kondisi yang dihadapi.



Anjurkan selalu



2. Sulit konsentrasi



keluarga



untuk



disamping



dan



mendukung pasien 3. 19



yang



yang akan datang.



relaksasi untuk menurunkan



9. Pola tidur membaik.



situasi



realistis tentang peristiwa



8. Konsentrasi membaik khawatir



Pahami



membuat ansietas



lingkungan ketika cemas



1. Kekhawatiran mengalami kegagalan



Ciptakan suasana terapeutik untuk



gelisah



tindakan untuk menghadapi ancaman.



1. Merasa



ansietas



kecemasan



Kondisi emosi dan pengalaman subyektif



Monitor tanda-tanda



Terapeutik :



1. Menyingkirkan Definisi :



1.



Latih teknik relaksasi.



Objektif 1. Tampak gelisah 2. Sulit tidur Gejala dan Tanda Minor Subjektif : 1. Mengeluh pusing Objektif : 1. Frekuensi napas meningkat 2. Frekuensi nadi meningkat 3. Tekanan darah meningkat Kondisi Klinis Terkait : 1. Rencana Operasi



b. Sesudah operasi No



Standar Diagnosa Keperawatan



Standar Luaran Keperawatan



Standar Intervensi



Indonesia (SDKI)



Indonesia (SLKI)



Keperawatan Indonesia (SIKI)



20



1.



Nyeri akut berhubungan dengan agen Setelah



dilakukan



asuhan Intervensi : Manajemen nyeri



pecendera fisik (prosedur operasi) d.d keperawatan selama 3 x 24 jam Observasi : klen mengeluh nyeri klien tampak diharapkan



nyeri



pada



pasien



1. Identifikasi



lokasi,



meringis (D. 0077)



berkurang dengan kriteria hasil :



karakteristik, durasi, frekuensi,



Kategori : Psikologis



Tingkat Nyeri



kualitas, intensitas nyeri



Subkategori : Nyeri dan Kenyamanan



1.



Nyeri berkurang dengan skala 2



2. Identifikasi skala nyeri



2.



Pasien tidak mengeluh nyeri



3. Identifikasi



3.



Pasien tampak tenang



Definisi :



Pasien dapat tidur dengan tenang



berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual 5.



Frekuensi



atau fungsional, dengan onset mendadak



normal (60-100x/menit)



atau lambat dan berintensitas



Tekanan



ringan 6.



darah



dalam dalam



batas batas



normal (90/60 mmHg – 120/80



3 bulan.



mmHg)



Penyebab : 1. Agen



fisiologis



(mis.



Iflamasi, iskemia, neoplasma) 2. Agen



RR dalam batas normal (1620x/menit)



pencedera pencedera



kimiawi



faktor



yang



memperingan



dan



5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang nyeri 6. Identidikasi budaya terhadap respon nyeri 7. Identifikasi



pengaruh



nyeri



terhadap kualitas hidup pasien Kontrol Nyeri



(mis. 1.



Terbakar, bahan kimia iritan)



Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan



3. Agen pencedera fisik (mis. Abses, amputasi, prosedur operasi, trauma, dll)



4. Identifikasi



memperberat nyeri



hingga berat yang berlangsung kurang dari 7.



nyeri



nonverbal



Pengalaman sensorik atau emosional yang 4.



nadi



respon



2. 21



8. Monitor



efek



samping



penggunaan analgetik 9. Monitor keberhasilan terapi



manajemen nyeri



komplementer



Mampu menegali nyeri (skala,



diberikan.



yang



sudah



Gejala dan Tanda Mayor :



intensitas, frekuensi dan tanda



Subjektif : Mengeluh nyeri



nyeri)



Objektif



Terapeutik :



Status Kenyamanan



1. Fasilitasi istirahat tidur



1.



2. Kontrol



1. Tampak meringis



Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang



2. Bersikap proaktif (mis. Waspada, posisi



lingkungan



memperberat nyeri (mis. Suhu ruangan,



menghindari nyeri)



yang



pencahayaan



dan



kebisingan).



3. gelisah



3. Berikan



teknik



4. frekuensi nadi meningkat



nonfarmakologis



5. sulit tidur



meredakan nyeri (aromaterapi, terapi



unyik



pijat,



hypnosis,



Gejala dan Tanda Minor



biofeedback, teknik imajinasi



Subjektif : -



terbimbing, teknik tarik napas dalam



dan



Objektif :



hangat/dingin).



1. Tekanan darah meningkat



bahaya



2. Pola napas berubah



lingkungan



3. Nafsu makan berubah



biologi,



4. Proses berpikir terganggu



memungkinkan



kompres Hilangkan keselamatan



dan



(mis.



Fisik,



kimia),



jika



5. Menarik diri 6. Berfokus pada diri sendiri



Edukasi :



7. Diaforesis



1. Jelaskan 22



penyebab,



periode



dan pemicu nyeri. Kondisi Klinis Terkait :



2. Jelaskan strategi meredakan



1. Kondisi pembedahan



nyeri 3. Anjurkan



menggunakan



analgetik secara tepat 4. Anjurkan monitor nyeri secara mandiri Kolaborasi 1. Kolaborasi 2.



Setelah



perubahan fungsi psikomotor (D. 0136)



keperawatan selama 3 x 24 jam Kesehatan Lingkungan



Kategori : Lingkungan



diharapkan



Subkategori : Keamanan dan Proteksi



berkurang dengan kriteria hasil :



Berisiko kerusakan



mengalami fisik



yang



.bahaya



atau



nyeri



pada



pasien Observasi : 1. Identifikasi



kebutuhan



1.



Kejadian cedera menurun



keselamatan



2.



Gangguan mobilitas menurun



fisik,



3.



Pasien mampu beraktivitas



riwayat perilaku)



menyebabkan



sendiri.



seseorang tidak lagi sepenuhnya sehat atau



fungsi



2. Monitor



(mis.



Kondisi



kognitif,



perubahan



keselamatan lingkungan



dalam kondisi baik. Terapeutik : 23



obat



analgetik, jika perlu asuhan Intervensi : Manajemen



Risiko cedera ditandai dengan



Definisi :



dilakukan



pemberian



dan status



Faktor Risiko :



1.



Ekstrenal



Hilangkan



bahaya



kesekamatan lingkungan



1. Ketidakamanan transportasi



2.



Modifikasi lingkungan untuk



Internal



meminimalkan bahaya dan



1. Perubahan fungsi psikomotor



risiko 3.



Kondisi Klinis Terkait :



Sediakan



alat



bantu



keamanan lingkungan



1. Gangguan penglihatan



4.



Lakukan program skrining bahaya lingkungan.



Edukasi : 1.



Anjurkan indivindu, keluarga dan kelompok risiko tinggi bahaya lingkungan.



24



V.



Berfikir Kritis a.



Studi Kasus Tn. B umur 65 tahun mengunjungi poliklinik mata dengan keluhan mata penglihatan tampak berkabut, fotophobia, diplopia pada satu mata, disertai dengan pengeluaran air mata yang terus-menerus, pandangan lebih jelas pada malam hari. Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu. Ketajaman penglihatan menurun, klien mengeluh tidak bisa membaca dan hanya melihat samar-samar klien terganggu dengan matanya, dan tidak dapat beraktivitas seperti biasa, klien menggunakan kacamata sejak 12 tahun lalu. Klien menanyakan jenis makanan terbaik bagi penyakitnya. Saat dilakukan pemeriksaan Opthalmologis ditemukan hilangnya refleks merah dan terlihat gambaran opaque pada lensa. Kondisi ini dialami oleh kedua mata. Opthalmologis merencanakan dilakukan operasi setelah pemeriksaan tes diagnostik.



b. Pertanyaan Terkait Kasus 1.



Setiap keadaan kekeruhan yang terjadi pada lensa mata yang dapat terjadi akibat hudrasi (penambahan cairan lensa), denaturasi protein lensa atau dapat juga akibat dari kedua-duanya. Biasanya mengenai kedua mata dan berjalan progresif. Penderita tidak bisa melihat dengan jelas karena dengan lensa yang keruh cahaya sulit mencapai retina dan akan menghasilkan bayangan yang kabur pada retina. Jumlah dan bentuk kekeruhan pada setiap lensa mata dapat bervariasi. Dari soal diatas merupakan penyakit apa? a.



Katarak



b. Cacingan c.



Buta warna



d. LNH e.



Varises



2. Perhatikan soal dibawah ini ! 1.



Ketuaan



2.



Trauma



3.



Penyakit mta lain (uveitis)



4.



Penyakit sistemik (diabetes mellitus) 25



5.



Defek congenital



Yang mana termasuk dari etiologi penyakit katarak ? a.



1, 2, 3



b.



2, 3, 4



c.



3, 4, 5



d.



Benar semua



e.



Salah semua



3. Perhatikan soal dibawah ini ! 1.



Katarak congenital



2.



Katarak juvenile



3.



Katarak senile



4.



Katarak traumatik



5.



Katarak komplikata



6.



Katarak toksika



Yang mana katarak dapat diklasifikasikan bedasarkan pada usia? a.



1, 2, 3



b.



2, 3, 4



c.



3, 4, 5



d.



4, 5, 6



e.



Salah semua



4. Perhatikan soal dibawah ini ! 1.



Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek



2.



Peka terhadap sinar atau cahaya



3.



Dapat melihat dobel pada satu mata



4.



Memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat membaca



5.



Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu



Yang mana termasuk dari gejala umum gangguan katarak ? a.



1, 3, 4



b.



2, 5, 4 26



c.



3, 1, 2



d.



Benar semua



e.



Salah semua



5. Perhatikan soal dibawah ini ! 1.



Kartu nama snellen



2.



Lapang penglihatan



3.



Pengukuran tonografi



4.



Pengukuran gonioskopi



5.



Tes provokatif



Yang mana pemeriksaan doagnostik yang dapat dilakukan pada penderita katarak ? a.



1, 4, 5



b.



2, 4, 3



c.



1, 2, 3



d.



Benar semua



e.



Salah semua



27



VI.



Keterampilan Klinik Tindakan Irigasi Mata



DAFTAR TILIK IRIGASI MATA KEPERAWATAN DASAR PROFESI PROGRAM PROFESI NERS STIKKU



Nama Mahasiswa



: ...........................................................................



NPM



:............................................................................



Tanggal



:............................................................................



Skala Penilaian Perlu NO.



ASPEK /KOMPONEN YANG DINILAI



Latihan Cukup Lagi 1



Pengertian: Irigasi mata adalah suatu tindakan membersihkan mata. Tujuan irigasi adalah untuk membersihkan dan mengeluarkan benda asing dari dalam mata. Indikasi: 1. Cedera kimiawi pada mata 2. Benda-benda asing pada mata 3. Inflamasi mata. Kontra Indikasi: 1. Luka karena ada tusukan pada mata dapat menyebabkan terkikis pada daerah mata tersebut Kemungkinan Komplikasi: 1. Cedera perforasi pada mata bila irigasi dilakukan tidak hati-hati dan lembut. 2. Kontaminasi silang pada mata yang sehat bila terdapat infeksi. 3. Abrasi kornea dan konjungtiva 28



2



Baik 3



1.



Persiapan alat: Steril , bak instrumen berisi : 1.



Spuit 20 cc atau spuit khusus mata steril



2.



Kapas basah steril dalam tempatnya



3.



Kain kasa steril 2



4.



NaCl didalam kom kecil



5.



Korentang



6.



Handscoon 1 pasang



7.



Retractor desmares



8. Pembalut Tidak steril (bersih)



:



1. Bengkok 2. handuk kecil 3. Perlak dan alasnya 2.



4. Plester Persiapan perawat dan lingkungan 1.



Memberitahu dan menjelaskan tujuan tindakan



2.



Menyiapkan



posisi



pasien



sesuai kebutuhan 3.



Pasien diatur duduk atau tidur dengan kepala miring kearah mata yang akan dicuci



4. 3. 4.



Menyiapkan lingkungan aman



dan nyaman Cuci tangan Pelaksanaan prosedur 1.



Perlak dan alasnya dipasang pada dada sampai bahu pasien



2.



Pasien dianjurkan memegang bengkok



3.



Pasang Handscoon



4.



Mata yang akan dicuci dilap dengan kapas basah dari arah luar ke dalam 29



5.



Spuit diisi cairan NaCl (sesuai dengan kebutuhan)



6.



Gunakan retraktor desmares untuk membuka kelopak mata bagian atas jika tidak ada alat kelopak mata harus ditahan dengan kasa steril Untuk menahan agar kelopak mata tetap terbuka berikan tekanan pada tulang promin pada alis dan pipi.



7.



Cairan disemprotkan perlahan-lahan dari arah dalam ke luar



Biasanya menggunakan 1 liter cairan NaCL dengan cepat untuk cedera karena asap dan menggunakan 2 liter cairan NaCL untuk cedera asam alkali bersifat basa. 8.



Setelah bersih, kelopak mata dibersihkan dengan kapas lembab



9.



Jika perlu berikan obat



10. Buka handscoon 11. Keringkan bagian luar mata dan daerah sekitarnya setelah melakukan irigasi dengan handuk 12. Tutup Mata yang dirigasi menggunakan kasa / pembalut 13. Merapikan pasien 14. Peralatan dibereskan dan dikembalikan ketempat semula 5.



15. Perawat cuci tangan Tindakan Lanjutan: 1. Periksa efektifitas irigasi 2. Liter pH vornikus konjungtiva dengan pH (kertas lakmus), pH normal mata 7,4 dan bila hasil abnormal lanjutkan irigasinya. 3. Bila pH pengukuran menunjukkan angka yang normal periksa kembali setelah 20 menit untuk memastikan bahwa hal ini normal 4. Kaji rasa nyaman pasien 30



Hindari: 1. Menghindari tersentuh alat-alat pada bola mata 6.



2. Menghindari penekanan terlalu lama pada bola mata Dokumentasi: 1. Tanggal dan waktu prosedur 2. Jumlah cairan (NaCl) 3. Karakter cairan yang keluar dari mata 4. Penampakan mata (terdapat tanda-tanda infeksi/tidak) 5. Nama Pasien 6 .Nama Perawat & TTD perawat



Nilai Akhir Keterampian



= Total Nilai yang Diperoleh x 100 Total Item



Kuningan, Penguji, ( ............................................. ) Global rating : Beri tanda ( √ ) pada kolom yang disesuaikan dengan penilaian anda secara umum terhadap kemampuan mahasiswa Tidak Lulus



VII.



Border Line



Lulus



Evaluasi 31



Superior



1.



Pertanyaan nomer 1 tentang pengertian katarak jawaban A



2.



Pertanyaan nomer 2 tentang etiologi katarak jawaban D



3.



Pertanyaan nomer 3 tentang klasifikasi katarak jawaban A



4.



Pertanyaan nomer 4 tentang gejala umum katarak jawaban D



5.



Pertanyaan nomer 5 tentang pemeriksaan doagnostik katarak jawaban D



DAFTAR PUSTAKA 32



Aini. (2018). Kejadian Katarak Senilis Di RSUD Tugurejo. HIGEA. Vol 2 No 2. https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/higeia/article/view/20639 Fitria, A. (2017). HUBUNGAN UMUR, SIKAP, PENGETAHUAN, BIAYA TERHADAP TINDAKAN UNTUK MELAKUKAN OPERASI KATARAK. Jurnal Berkala Epidemiologi. Vol. 4 No. 2. https://e-journal.unair.ac.id/JBE/article/view/2144/2459 Ilyas, S. (2014). Ikhtisar Ilmu Penyakit Mata. Ed.2. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Istiqomah. (2013). Asuhan Keperawatan Perioperatif Konsep, Proses, dan Aplikasi. Jakarta : Selemba Medika Kementerian Kesehatan RI. (2017). Modul Deteksi Dini Katarak. Jakarta: Kemenkes RI http://www.p2ptm.kemkes.go.id/dokumen-ptm/modul-deteksi-dini-katarak Maria, A. (2017). Laporan Pendahuluan Katarak. https://www.academia.edu/5013862/Laporan_Pendahuluan_Katarak Septiara, T. (2019). Laporan Pendahuluan Katarak. https://www.scribd.com/document/435403835/LAPORAN-PENDAHULUANKATARAK Syaifuddin. (2011). Anatomi Fisiologi Kurikulum Berbasisi Kompetensi Untuk Keperawatan Dan Kebidanan. Ed. 4. Jakarta: EGC Tamsuri. (2018). Klien Gangguan Mata & Penglihatan Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta:EGC



33



ASUHAN KEPERAWATAN KATARAK



Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Departemen Keperawatan Dasar Profesi Program Profesi Ners STIKes Kuningan Dosen Pembimbing : TIM



Disusun Oleh : PUJAWATI OKTAVIA (JNR0200114)



PROGRAM STUDI PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN KUNINGAN 2021



A. Pengkajian a.



Identitas Pasien Terdiri dari nama, jenis kelamin, umur, alamat, tanggal masuk rs, tanggal pengkajian, diagnosa medis dan nomer rekam medis.



b.



Identitas Penanggung Jawab Terdiri dari nama, jenis kelamin, umur, alamat dan hubungan dengan klien.



B. Riwayat Sakit dan Kesehatan a.



Anamnesis Keluhan yang sering ditemukan adalah adanya penurunan penglihatan seperti pandangan mata yang kabur, silau bila terkena cahaya/sinar, sulit melihat di malam hari.



b.



Pengkajian secara umum dilakukan dengan metode head to toe yang meliputi keadaan umum, status kesadaran, tanda-tanda vital dan pemeriksaan fisik.



c.



Riwayat kesehatan 1.



Keluhan Utama Penurunan ketajaman penglihatan dan silau.



2.



Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat kesehatan dahulu pasien perlu diketahui untuk menemukan masalah primer pasien, seperti: kesulitan membaca, pandangan kabur, pandangan ganda, atau hilangnya daerah penglihatan soliter. Perawat harus menemukan apakah masalahnya hanya mengenai satu mata atau dua mata dan berapa lama pasien sudah menderita kelainan ini. Riwayat mata yang jelas sangat penting. Apakah pasien pernah mengalami cedera mata atau infeksi mata, penyakit apa yang terakhir diderita pasien.



3.



Riwayat Penyakit Sekarang Eksplorasi keadaan atau status okuler umum pasien. Tanyakan kepada pasien apakah ia mengenakan kacamata atau lensa kontak, apakah pasien mengalami kesulitan melihat (fokus) pada jarak dekat atau jauh, apakah ada keluhan dalam membaca atau menonton televisi, bagaimana dengan masalah membedakan warna atau masalah dengan penglihatan lateral atau perifer.



4.



Riwayat Penyakit Keluarga Adakah riwayat kelainan mata pada keluarga derajat pertama atau kakek-nenek.



5.



Pemeriksaan fisik 2



6.



Pada inspeksi mata akan tampak pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tak akan tampak dengan oftalmoskop (Budiyasa, 2017). Katarak terlihat tampak hitam terhadap refleks fundus ketika mata diperiksa dengan oftalmoskop direk. Pemeriksaan slit lamp memungkinkan pemeriksaan katarak secara rinci dan identifikasi lokasi opasitas dengan tepat. Katarak terkait usia biasanya terletak didaerah nukleus, korteks, atau subkapsular. Katarak terinduksi steroid umumnya terletak di subkapsular posterior. Tampilan lain yang menandakan penyebab okular katarak dapat ditemukan, antara lain deposisi pigmen pada lensa menunjukkan inflamasi sebelumnya atau kerusakan iris menandakan trauma mata sebelumnya (Budiyasa, 2017).  Perubahan pola fungsi Data yang diperoleh dalam kasus katarak, menurut Budiyasa, 2017 adalah sebagai berikut : a.



Persepsi tehadap kesehatan Bagaimana manajemen pasien dalam memelihara kesehatan, adakah kebiasaan merokok, mengkonsumsi alkohol,dan apakah pasien mempunyai riwayat alergi terhadap obat, makanan atau yang lainnya.



b.



Pola aktifitas dan latihan Bagaimana kemampuan pasien dalam melakukan aktifitas atau perawatan diri, dengan skor : 0 = mandiri, 1= dibantu sebagian, 2= perlu bantuan orang lain, 3= perlu bantuan orang lain dan alat, 4= tergantung/ tidak mampu. Skor dapat dinilai melalui : Aktifitas 0 1 2 3 4



c.



Pola istirahat tidur Berapa lama waktu tidur pasien, apakah ada kesulitan tidur seperti insomnia atau masalah lain. Apakah saat tertidur sering terbangun.



d.



Pola nutrisi metabolik Adakah diet khusus yang dijalani pasien, jika ada anjuran diet apa yang telah diberikan. Kaji nafsu makan pasien sebelum dan setelah sakit mengalami perubahan atau tidak, adakah keluhan mual dan muntah, adakah penurunan berat badan yang drastis dalam 3 bulan terakhir.



e.



 Pola eliminasi        Kaji kebiasaan BAK dan BAB pasien, apakah ada gangguan atau kesulitan. Untuk BAK kaji warna, bau dan frekuensi sedangkan untuk BAB kaji bentuk, warna, bau dan frekuensi.



f.



Pola kognitif perseptual



3



Status mental pasien atau tingkat kesadaran, kemampuan bicara, mendengar, melihat, membaca serta kemampuan pasien berinteraksi. Adakah keluhan nyeri karena suatu hal, jika ada kaji kualitas nyeri. g.



Pola konsep diri Bagaimana pasien mampu mengenal diri dan menerimanya seperti harga diri, ideal diri pasien dalam hidupnya, identitas diri dan gambaran akan dirinya.



h.



Pola koping Masalah utama pasien masuk rumah sakit, cara pasien menerima dan menghadapi perubahan yang terjadi pada dirinya dari sebelum sakit hingga setelah sakit.



i.



Pola seksual reproduksi Pola seksual pasien selama di rumah sakit, menstruasi terakhir dan adakah masalah saat menstruasi.



j.



Pola peran hubungan Status perkawinan pasien, pekerjaan, kualitas bekerja, sistem pendukung dalam menghadapi masalah, dan bagaiman dukungan keluarga selama pasien dirawat di rumah sakit.



k.



Pola nilai dan kepercayaan Apa agama pasien, sebagai pendukung untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan atas sakit yang diderita.



C. Diagnosa Keperawatan b. Sebelum operasi 3) Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan gangguan penglihatan d.d klien melihat bayangan (D. 0085) 4) Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi d.d klien merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang dihadapi (D. 0080) c.



Sesudah operasi 3) Nyeri akut berhubungan dengan agen pecendera fisik (prosedur operasi) d.d klen mengeluh nyeri klien tampak meringis (D. 0077) 4) Risiko cedera ditandai dengan perubahan fungsi psikomotor (D. 0136)



4



D. Rencana Asuhan Keperawatan a.



Sebelum operasi No



1.



Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia



Standar Luaran Keperawatan



Standar Intervensi



(SDKI)



Indonesia (SLKI)



Keperawatan Indonesia (SIKI)



Gangguan persepsi sensori berhubungan Setelah



dilakukan



intervensi Intervensi



:



Manajemen



dengan gangguan penglihatan d.d klien keperawatan selama 3 x 24 jam Kesehatan Lingkungan melihat bayangan (D. 0085)



maka Tingkat Jatuh Menurun



Kategori : Psikologis



dengan kriteria hasil :



Observasi :



Subkategori : Integritas Ego



5. Jatuh dari tempat tidur



5. Identifikasi



kebutuhan



6. Jatuh saat berjalan



keselamatan



Definisi :



7. Jatuh saat naik tangga



fisik,



Perubahan persepsi terhadap stimulus baik



8. Jatuh saat di kamar mandi



riwayat perilaku)



fungsi



(mis.



Kondisi



kognitif



dan



internal maupun eksternal yang disertai dengan respon yang berkurang, berlebihan



Terapeutik :



atau terdistorsi.



2. Hilangkan bahaya keselamatan lingkungan (mis. Fisik, biologi,



Penyebab :



dan



3. Gangguan penglihatan



memungkinkan



4. Usia lanjut



kimia),



jika



6. Modifikasi lingkungan untuk meminimalkan 5



bahaya



dan



Gejala dan Tanda Mayor :



risiko



Subjektif : 2. Merasakan



7. Sediakan alat bantu keamanan sesuatu



melalui



indera



lingkungan (mis. Commode



perabaan, penciuman, peradaban, atau



chair dan pegangan tangan)



pengecapan



8. Fasilitasi



relokasi



ke



lingkungan yang aman Objektif 3. Respons tidak sesuai



Edukasi :



4. Bersikap seolah melihat, mendengar,



2. Ajarkan individu, keluarga dan



mengecap,



meraba,



atau



mencium



kelompok risiko tinggi bahaya



sesuatu.



lingkungan.



Gejala dan Tanda Minor Subjektif : 2. Menyatakan kesal Objektif : 4. Menyendiri 5. Melamun 6. Konsentrasi buruk Kondisi Klinis Terkait : 2. Katarak 6



2.



Ansietas



berhubungan dengan kurang Setelah



terpapar



informasi



d.d



klien



dilakukan



intervensi Intervensi : Reduksi Ansietas



merasa keperawatan selama 3 x 24 jam Observasi :



khawatir dengan akibat dari kondisi yang diharapkan kecemasan menurun dihadapi (D. 0080)



atau pasien dapat tenang dengan



Kategori : Psikologis



kriteria :



Subkategori : Integritas Ego



Tingkat ansietas



indivindu terhadap objek yang tidak jelas dan spesifik



akibat



antisipasi



memungkinkan



indivindu



bahaya



yang



melakukan



tindakan untuk menghadapi ancaman.



11. Tidak



terdapat



tanda



2.



perilaku



menumbuhkan kepercayaan



12. Frekuensi napas menurun



5.



13. Frekuensi nadi menurun 14. Tekanan darah menurun



Penyebab :



6.



stimulus



16. Menggunakan



Gejala dan Tanda Mayor : Subjektif : dengan



akibat



dari



Diskusikan



cemas



4.



Anjurkan



mengungkapkan



perasaan dan persepsi 5.



Anjurkan selalu



4. Sulit konsentrasi



perencanaan



teknik Edukasi :



kondisi yang dihadapi.



keluarga



untuk



disamping



dan



mendukung pasien 7



yang



yang akan datang.



relaksasi untuk menurunkan



18. Pola tidur membaik.



situasi



realistis tentang peristiwa



17. Konsentrasi membaik khawatir



Pahami



membuat ansietas



lingkungan ketika cemas



2. Kekhawatiran mengalami kegagalan



Ciptakan suasana terapeutik untuk



gelisah



15. Menurunkan



3. Merasa



ansietas



kecemasan



Kondisi emosi dan pengalaman subyektif



Monitor tanda-tanda



Terapeutik :



10. Menyingkirkan Definisi :



4.



6.



Latih teknik relaksasi.



Objektif 3. Tampak gelisah 4. Sulit tidur Gejala dan Tanda Minor Subjektif : 2. Mengeluh pusing Objektif : 4. Frekuensi napas meningkat 5. Frekuensi nadi meningkat 6. Tekanan darah meningkat Kondisi Klinis Terkait : 2. Rencana Operasi



b. Sesudah operasi No



Standar Diagnosa Keperawatan



Standar Luaran Keperawatan 8



Standar Intervensi



1.



Indonesia (SDKI) Indonesia (SLKI) Nyeri akut berhubungan dengan agen Setelah dilakukan



Keperawatan Indonesia (SIKI) asuhan Intervensi : Manajemen nyeri



pecendera fisik (prosedur operasi) d.d keperawatan selama 3 x 24 jam Observasi : klen mengeluh nyeri klien tampak diharapkan



nyeri



pada



pasien



10.



Identifikasi



lokasi,



meringis (D. 0077)



berkurang dengan kriteria hasil :



karakteristik, durasi, frekuensi,



Kategori : Psikologis



Tingkat Nyeri



kualitas, intensitas nyeri



Subkategori : Nyeri dan Kenyamanan



8.



Nyeri berkurang dengan skala 2



11.



Identifikasi skala nyeri



9.



Pasien tidak mengeluh nyeri



12.



Identifikasi respon nyeri



Definisi :



10. Pasien tampak tenang



nonverbal



Pengalaman sensorik atau emosional yang 11. Pasien dapat tidur dengan tenang berkaitan dengan kerusakan jaringan aktual 12. Frekuensi atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat



dan berintensitas



nadi



dalam



batas



normal (60-100x/menit)



ringan 13. Tekanan



darah



dalam



batas



normal (90/60 mmHg – 120/80



3 bulan.



mmHg) 14. RR dalam batas normal (16-



4. Agen



20x/menit) pencedera



fisiologis



(mis.



Iflamasi, iskemia, neoplasma) 5. Agen



pencedera



kimiawi



(mis. 3.



6. Agen pencedera fisik (mis. Abses,



faktor yang



memperingan



dan



14.



Identifikasi



pengetahuan



dan keyakinan tentang nyeri 15.



Identidikasi



budaya



terhadap respon nyeri 16.



Identifikasi pengaruh nyeri



terhadap kualitas hidup pasien Kontrol Nyeri



Terbakar, bahan kimia iritan)



Identifikasi



memperberat nyeri



hingga berat yang berlangsung kurang dari



Penyebab :



13.



Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri 9



17.



Monitor



efek



samping



penggunaan analgetik 18.



Monitor



terapi



keberhasilan



komplementer



yang



amputasi, prosedur operasi, trauma, dll)



4.



Mampu menegali nyeri (skala,



Gejala dan Tanda Mayor :



intensitas, frekuensi dan tanda



Subjektif : Mengeluh nyeri



nyeri)



Objektif 6. Tampak meringis



sudah diberikan. Terapeutik :



Status Kenyamanan



4. Fasilitasi istirahat tidur



2.



5. Kontrol



Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang



7. Bersikap proaktif (mis. Waspada, posisi



lingkungan



memperberat nyeri (mis. Suhu ruangan,



menghindari nyeri)



yang



pencahayaan



dan



kebisingan).



8. gelisah



6. Berikan



teknik



9. frekuensi nadi meningkat



nonfarmakologis



10.sulit tidur



meredakan nyeri (aromaterapi, terapi



unyik



pijat,



hypnosis,



Gejala dan Tanda Minor



biofeedback, teknik imajinasi



Subjektif : -



terbimbing, teknik tarik napas dalam



dan



Objektif :



hangat/dingin).



8. Tekanan darah meningkat



bahaya



9. Pola napas berubah



lingkungan



10.Nafsu makan berubah



biologi,



11.Proses berpikir terganggu



memungkinkan



12.Menarik diri 13.Berfokus pada diri sendiri



Edukasi : 10



kompres Hilangkan keselamatan



dan



(mis. kimia),



Fisik, jika



14.Diaforesis



5. Jelaskan



penyebab,



periode



dan pemicu nyeri. Kondisi Klinis Terkait :



6. Jelaskan strategi meredakan



2. Kondisi pembedahan



nyeri 7. Anjurkan



menggunakan



analgetik secara tepat 8. Anjurkan monitor nyeri secara mandiri Kolaborasi 2. Kolaborasi 2.



pemberian



analgetik, jika perlu asuhan Intervensi : Manajemen



Risiko cedera ditandai dengan



Setelah



perubahan fungsi psikomotor (D. 0136)



keperawatan selama 3 x 24 jam Kesehatan Lingkungan



Kategori : Lingkungan



diharapkan



Subkategori : Keamanan dan Proteksi



berkurang dengan kriteria hasil :



Definisi : Berisiko kerusakan



mengalami fisik



yang



.bahaya



atau



menyebabkan



dilakukan nyeri



pada



pasien Observasi : 3. Identifikasi



kebutuhan



4.



Kejadian cedera menurun



keselamatan



5.



Gangguan mobilitas menurun



fisik,



6.



Pasien mampu beraktivitas



riwayat perilaku)



sendiri.



seseorang tidak lagi sepenuhnya sehat atau



fungsi



4. Monitor



(mis.



Kondisi



kognitif,



perubahan



keselamatan lingkungan



dalam kondisi baik. 11



obat



dan status



Terapeutik : Faktor Risiko :



5.



Ekstrenal



Hilangkan



bahaya



kesekamatan lingkungan



2. Ketidakamanan transportasi



6.



Modifikasi lingkungan untuk



Internal



meminimalkan bahaya dan



2. Perubahan fungsi psikomotor



risiko 7.



Kondisi Klinis Terkait :



Sediakan



alat



bantu



keamanan lingkungan



2. Gangguan penglihatan



8.



Lakukan program skrining bahaya lingkungan.



Edukasi : 2.



Anjurkan indivindu, keluarga dan kelompok risiko tinggi bahaya lingkungan.



12



E. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN Implementasi keperawatan adalah serangkaian kegiatan yang dilaukan oleh perawat untuk membantu pasien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kestatus kesehatan yang baik yang menggambarkan kriteria hasil. Dalam pelaksanaan implementasi keperawatan terdiri dari tiga jenis yaitu : independent implementation, interdeppenden/collaburatif dan implementation (Budiyasa, 2017). F. EVALUASI Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir dari rangkaian proses keperawatan yang berguna apakah tujuan dari tindakan keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau perlu pendekatan lain. Evaluasi keperawatan mengukur keberhasilan dari rencana dan pelaksanaan tindakan keperawatan yang dilakukan dalam memenuhi kebutuhan pasien, penilaian adalah tahap yang menentukan apakah tujuan tercapai (Budiyasa, 2017).



13



DAFTAR PUSTAKA



Budiyasa, S. (2017). Askep teoritis Katarak. https://www.scribd.com/document/361106661/askep-teoritis-katarak PPNI. 2018. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi 1. Jakarta. DPD PPNI PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia : Definisi dan Tindakan Keperawatan, Edisi 1. Jakarta. DPD PPNI PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia : Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan, Edisi 1. Jakarta. DPD PPNI



14