Pedoman Pelayanan Ok [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PEDOMAN PELAYANAN KAMAR OPERASI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK (RSIA) PERMATA BUNDA



SOLOK TAHUN 2019



PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK (RSIA) PERMATA BUNDA Nomor



/DIR/PER/ RSIA-PB/ IX / 2019 TENTANG



PEDOMAN PELAYANAN UNIT KAMAR OPERASI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK (RSIA) PERMATA BUNDA



DIREKTUR RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK (RSIA) PERMATA BUNDA Menimbang



:



a. bahwa RSIA permata Bunda sebagai institusi yang bergerak dibidang pelayanan kesehatan harus mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat setinggi – tingginya. b. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu adanya pedoman pelayanan Unit Kamar Operasi Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Permata Bunda. c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b, perlu menetapkan Peraturan Direktur tentang Pedoman Pelayanan Kamar Operasi Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Permata Bunda.



Mengingat: a. Undang-Undang RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan b. Undang-Undang RI Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah



Sakit c. Keputusan



Menteri



Kesehatan



Nomor



129/Menkes/SK/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit; d. Peraturan



Menteri



1438/MenKes/Per/IX/2010



Kesehatan tentang



RI



Nomor



Standar



Pelayanan



RI



Nomor



Kedokteran e. Peraturan



Menteri



Kesehatan



1691/MenKes/Per/VIII/2011 tentang Keselamatan Pasien Rumah Sakit f. Peraturan



Menteri



519/Menkes/Per/III/2011



Kesehatan tentang



Nomor Pedoman



Penyelenggaraan Pelayanan Anestesiologi dan Terapi Intensif di Rumah sakit;



MEMUTUSKAN



Menetapkan



:



KESATU



PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK



(RSIA)



PERMATA



BUNDA



TENTANG



PEDOMAN PELAYANAN UNIT KAMAR OPERASI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK PERMATA BUNDA



KEDUA



:



Pedoman Pelayanan Unit Kamar Operasi Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Permata Bunda yang dimaksud dalam diktum kesatu sebagaimana terlampir dalam surat keputusan ini.



KETIGA



:



Pedoman sebagaimana terlampir dalam surat keputusan ini dimaksud dalam Diktum kesatu harus dijadikan acuan dalam pelayanan di RSIA Permata Bunda.



KEEMPAT



:



Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila dikemudian



hari



ternyata



terdapat



hal-hal



yang



perlu



penyempurnaan akan diadakan perbaikan dan penyesuaian sebagaimana mestinya



Ditetapkan di Solok Pada tanggal September 2019 RSIA Permata Bunda Direktur



dr. Vyola Regina



BAB I PENDAHULUAN



1.1 LATAR BELAKANG Peningkatan kinerja pelayanan kesehatan telah menjadi tema utama diseluruh dunia. Dengan tema ini, pelayanan kesehatan dan kelompok profesional kesehatan sebagai pemberi pelayanan harus menampilkan akuntabilitas sosial mereka dalam memberikan pelayanan yang mutakhir kepada konsumen yang berdasarkan standar



profesionalisme, sehingga diharapkan dapat memenuhi



harapan masyarakat. Sebagai konsekuensinya peningkatan kinerja memerlukan persyaratan yang diterapkan dalam melaksanakan pekerjaan yang berdasarkan standar tertulis. Dalam pelayanan di Kamar Operasi, standar sangat membantu perawat untuk mencapai asuhan yang berkualitas, sehingga harus berfikir realistis tentang pentingnya evaluasi sistematis terhadap semua aspek asuhan yang berkualitas tinggi Namun keberhasilan dalam mengimplementasikan standar sangat tergantung pada individu itu sendiri, usaha bersama dari semua staf serta partisipasi dari seluruh anggota profesi. Pelayanan Kamar Operasi di Rumah Sakit perlu di tingkatkan dan dikembangkan secara berkesinambungan dalam rangka memenuhi kebutuhan pelayanan , pengobatan, perawatan , ke pasien baik dengan penyakit menular atau penyakit tidak menular. Standar yang dikembangkan dengan baik akan memberikan ciri ukuran kualitatif yang tepat seperti yang tercantum dalam standar pelaksanaannya Standar selalu berhubungan dengan mutu karena standar menentukan mutu. Standar dibuat untuk mengarahkan cara pelayanan yang akan diberikan serta hasil yang ingin dicapai. Standar merupakan pernyataan-pernyataan tertulis mengenai harapan – harapan singkat ketrampilan/kompetensi untuk memastikan pencapaian suatu hasil



tertentu. Untuk menjamin mutu asuhan yang diberikan, standar merupakan landasan normatif dan parameter untuk menentukan tingkat keberhasilan dalam memenuhi kebutuhan yang seharusnya. Dalam penyusunan standar diharuskan untuk memperhatikan proses dan harapan



yang akan terjadi dalam upaya



meningkatkan mutu layanan. Standar praktik sangat diperlukan dalam pelayanan keperawatan di Kamar Operasi . Standar sangat membantu keperawatan untuk memcapai asuhan yang berkualitas. Standar digunakan terutama pada tiga proses evaluasi yaitu menilai diri sendiri, inspeksi dan akreditasi. 1.2. TUJUAN a. Memberikan Pelayanan kepada pasien Kamar Operasi sesuai dengan standar asuhan keperawatan yang tepat. b. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan pada pasien serta mempunyai keinginan yang terus menerus untuk mengembangkan diri dan meningkatkan kemampuan dalam memberikan pelayanan c. Memberikan Asuhan keperawatan kepada pasien untuk kesembuhan yang optimal sehingga dapat memuaskan pasien d. Memberikan pelayanan kepada pasien dengan ramah, sopan, dan hangat sehingga memberikan kesan yang positif e. Memberikan pelayanan Informasi kesehatan dengan tepat pada pasien dan keluarga, sehingga dapat memenuhi hak pasien dan keluarga



1.3. PENGERTIAN DAN BATASAN Pengertian unit kerja Untuk tiap-tiap rumah sakit akan mempunyai ruang perawatan dengan nama sendiri – sendiri sesuai dengan tingkat pelayanan dan fasilitas yang diberikan oleh pihak rumah sakit kepada pasiennya. Standar Unit Kerja Kamar Operasi di rumah sakit meliputi Ruang Pre Operasi, Kamar Operasi, ruang RR (Recovery Room), ruang Kanit OK, ruang linen kotor, ruang linen bersih, spoolhoek, kamar mandi/toilet, pantri, ruang janitor. Adapun kondisi unit Kamar Operasi di RSIA Permata Bunda terdiri dari .



 Kamar Operasi Ruangan untuk pasien yang memerlukan tindakan bedah.  Ruang Administrasi Ruang untuk menyelenggarakan kegiatan administrasi khususnya pelayanan pasien di ruang Kamar Operasi. Ruangan ini menjadi satu dengan meja perawat di ruang Pre Operasi bagian depan dilengkapi meja kursi, lemari berkas/ arsip, dan telepon. Kegiatan di ruangan ini meliputi : Tempat serah terima pasien rencana operasi, pendatanganan surat pernyataan keluarga pasien (informed consent)  Ruang Recovery room (RR) Ruangan ini merupakan ruangan pemulihan pasien pasca tindakan bedah. Di ruangan ini dilakukan pemantauan kondisi pasien sampai stabil dan bisa dipindahkan ke ruang rawat inap.  Spoolhoek. Fasilitas untuk membuang kotoran bekas pelayanan pasien khususnya yang berupa cairan. Pada ruangan spoolhoek harus di sediakan kran air bersih untuk tempat mencuci tangan atau tempat cairan.  Kamar mandi / toilet Fasilitas diatur kebutuhan dan harus dijaga kebersihannya karena dengan kamar mandi/toilet yang bersih.



Lingkup kerja unit Memberikan pelayanan Kamar Operasi pada pasien dewasa, anak meliputi : 1. Pemeriksaan ulang sebelum tindakan 2. Persiapan sebelum tindakan bedah 3. Pemulihan pasca tindakan bedah 4. Pemeriksaan penunjang diagnostik 5. Tindakan medis yang bersifat diagnostik, terapeutik dan operatif 6. Pemberian obat- obatan pada pasien sesuai dengan catatan daftar obat pasien dan intruksi dokter spesialis dan sub spesialis 7. Pelayanan tranfusi darah 8. Pemakaian peralatan yang tersedia seperti oksigen, mesin anestesi dll.



BAB II STANDAR KETENAGAAN



A. Jumlah Tenaga Menurut Kualifikasi Berikut ini adalah daftar kualifikasi SDM di unit kerja Kamar Operasi ,adapun daftar kualifikasi ketenagaan dapat dilihat pada tabel dibawah ini: No.



Nama Jabatan



Pendidikan



Sertifikasi



Jumlah Tenaga



1



Penanggung



Dokter



Jawab



Penanggulangan pasien



1



infeksi Pelatihan ATLS/ACLS Pelatihan manajemen Kamar Operasi



2



Kepala Unit



SKep, Ners



Pelatihan BTCLS



1



Pelatihan manajemen Pelatihan penanggulangan infeksi



3



Perawat pelaksana



D III



Pelatihan Basic Life



4



Support



1. Penetapan jam kerja Hari kerja perusahaan adalah 6 ( enam ) hari kerja dalam seminggu dan jam kerja standar perusahaan adalah 40 jam dalam satu minggu. Rumah sakit Permata Bunda merupakan rumah sakit yang beroperasional selama 24 jam sehari untuk melayani masyarakat umum dan disesuaikan dengan jam kerja perusahaan.



Bagi karyawan yang berkerja secara shift, maka waktu kerja akan diatur secara mandiri oleh unit kerja yang bersangkutan dan tetap mengacu pada jam kerja standar yaitu selama 40 jam dalam satu minggu dengan 6 hari kerja. Untuk karyawan yang berkerja melebihi jam kerja standar maka kelebihan tersebut akan diperhitungkan dalam kebijakan lembur perusahaan. Adapun untuk tata tertib jam kerja adalah sebagai berikut : 1. Batas keterlambatan karyawan dalam satu bulan adalah 30 menit. 2. Apabila keterlambatan melebihi batas toleransi yang diberkan maka karyawan tersebut akan mendapatkan evaluasi kedisiplinan dari atasan langsung. 3. Apabila terjadi keterlambatan selama 3 bulan dalam satu tahun karyawan akan diberikan surat peringatan. 4. Izin meninggalkan dinas maksimal adalah 3 jam dalam satu hari kerja dengan persyaratan mengisi fom izin meninggalkan dinas (IMD) yang ditanda tangani oleh atasan langsung dan dapat dipertanggung jawabkan urgensinya. Pengaturan tenaga kerja di RSIA Permata Bunda berdasarkan shift dan non shift dapat dibawah ini : a. Karyawan shift 



Senin- Minggu o



Shift I



: 08.00-14.00 WIB



o



Shift II



: 14.00-21.00 WIB



o



Shift III



: 21.00-08.00 WIB



b. Karyawan non shift 



Senin-jum’at



: 08.00-16.00 WIB



2. Kuantitas SDM Pengaturan tenaga kerja di unit Kamar Operasi RSIA Permata Bunda berdasarkan shift. Tenaga kerja di unit Kamar Operasi saat ini berjumlah 5 orang yang memegang tanggung jawab sebagai :



1) Penanggung Jawab



: 1 orang



2) Kepala Unit



: 1 orang



3) Ketua Tim



: 1 orang



4) Perawat pelaksana



: 5 orang



5) Pos perawat



:



Tenaga kerja di unit Kamar Operasi ini berkerja dengan jadwal sebagai berikut : 1) Penanggung jawab



: Senin s.d. Jumat dimulai pukul 08.00 – 16.00



2) Kepala Unit



: Senin s.d Jumat dimulai pukul 08.00 – 16.00 Setiap sabtu masuk sebanyak 1 x dalam sebulan



3) Perawat Katim



: Senin s.d Jumat , dan berdinas di sabtu dan minggu



secara secara bergantian , jam kerja sesuai dengan shift pagi dan sore 4) Perawat pelaksana jadwalkan



: Bekerja sesuai dengan shift yang sudah di



BAB III STANDAR FASILITAS



3.1. BANGUNAN A. Lokasi Bangunan Kamar Operasi terletak pada lokasi yang tenang , aman, dan nyaman serta memiliki aksesibilitas atau pencapaian dari sarana penunjang Kamar Operasi. Lokasi Kamar Operasi Rsia Permata Bunda terletak di lantai 1, yang terdiri dari ruang Nurse station, ruang Kamar Operasi 1 kamar, ruang Preoperasi 1 kamar, ruang RR 1 kamar dan CSSD 1 ruang. B. Denah Berikut adalah denah Kamar Operasi :



CSSD Ruang dokter Toilet



Lemari instrumen steril



Ruang ganti



OK



Toilet



VK/Preop



RR



Ruang resusitasi bayi



Luas ruang kerja Luas ruang Kamar Operasi memiliki luas ±108 m2 , ukuran ini sudah melingkupi ruang preoperasi, transfer pasien, kamar operasi dan ruang recovery (RR).



3.2.



PENYIMPANAN ARSIP / TATA ARSIP Penyimpanan arsip sebagai berikut :  Status Pasien di tempatkan dengan menggunakan Brief Ordner (map besar berpenjepit) yang mana di dalamnya berisikan ringkasan penyakit pasien , dan hasil-hasil pemeriksaan selama perawatan. Status pasien yang terdapat di unit kamar operasi hanya status pasien yang mendapatkn tindakan pembedahan saat itu. Kemudian status akan dikembalikan sesuai dengan ruang perawatan pasien  Formulir – formulir (laporan operasi, anestesi, informed consent dll) yang di butuhkan untuk pasien di simpan di dalam laci yang terbuat dari kayu yang berbeda disusun secara rapi sehingga mudah untuk di ambil jika di perlukan  Surat permintaan barang , surat nota dinas , bukti permintaan uang di simpan dalam laci  Buku Register Kamar Operasi, buku ronde Kamar Operasi, buku expedisi permintaan obat, di simpan dalam lemari



3.3.



SARANA DAN PRASARANA



1. Standar pelayanan Minimal unit Kamar Operasi a. Pemberian pelayanan di Kamar Operasi b. Dokter penanggung jawab pasien Kamar Operasi c. Ketersediaan pelayanan Kamar Operasi d. Pelaporan adanya kejadian tak diharapkan / insiden keselamatan pasien e. Pelaporan dan pencatatan kematian pasien di meja operasi 2. Standar Minimal Sarana dan Prasana unit Kamar Operasi 



Meja operasi







Lampu operasi







Pintu yang otomatis tertutup







Sink







Mesin anestesi







Lampu / penerangan / sistem listrik







Gas medik







AC







Sistem Air







Sistem komunikasi



3. Standar Minimal Peralatan di Unit Kamar Operasi 



instrumen bedah







instrumen Secsio







cauterisasi







curretage set







monitor







obat emergensi







Bahan medis habis pakai







Trolley



4. Sarana kerja ( seperti komputer ) inventaris



BAB IV TATALAKSANA PELAYANAN



1. Persiapan Pasien Operasi A. Serah terima pasien Pengertian



: Tata cara serah terima pasien yang akan dioperasi antara perawat ruangan dan staf kamar operasi.



Tujuan



: - Diketahui program pengobatan dan pelaksanaan operasi oleh petugas ruangan dan kamar operasi agar pelaksanaan operasi bisa berhasil dengan baik dan mengutamakan keselamatan pasien. - Menyiapkan obat-obatan, alat-alat, darah dan persiapan khusus lainnya yang dibutuhkan untuk menunjang pelaksanaan operasi tersebut.



Prosedur : 1. Petugas ruangan mengetahui jadwal operasi 2. Petugas ruangan mempersiapkan area operasi sesuai prosedur yang berlaku. 3. Petugas ruangan mengisi formulir serah terima pasien 4. Petugas ruangan mempersiapkan semua catatan medik pasien termasuk surat izin operasi (informed consent) untuk dibawa bersama pasien ke ruang operasi. 5. Petugas ruangan menyertakan perlengkapan penunjang operasi misalnya : persediaan obat-obatan atau persediaan darah yang diperlukan saat operasi dilakukan yang akan dibawa bersama pasien ke kamar operasi. 6. Setengah jam sebelum jadwal operasi atau setelah ada panggilan dari petugas kamar operasi, pasien dibawa ke kamar operasi dengan memakai tempat tidur yang dipakai di ruangan. 7. Serah terima pasien pra operasi dilakukan di ruang transfer. 8. Petugas ruangan menyerahkan pasien disertai formulir serah terima yang ditanda tangani oleh petugas ruangan dan petugas kamar operasi dan ditulis dalam buku register kamar operasi. 9. Petugas kamar operasi memeriksa kelengkapan formulir kelengkapan identitas, catatan medik pasien, keadaan umum pasien, surat izin tindakan dan kelengkapan penunjang lainnya seperti obat-obatan dan persediaan darah. 10. Kejadian khusus dan pengobatan selama operasi berlangsung dicatat dalam berita acara oleh asisten operasi / omloop. 11. Setelah operasi selesai, asisten menyiapkan berita acara, catatan medik pasien. 12. Pasien dipersiapkan untuk serah terima dengan petugas ruangan.



13. Serah terima dilakukan di ruang transfer (RR), petugas kamar operasi menyerahkan pasien beserta semua kelengkapannya yang ditandai dengan penandatanganan berita acara serah terima pasien pasca operasi. B. Persiapan fisik Pasien harus dalam kondisi aman untuk dilakukan operasi yang ditandai oleh o Dilakukan pemeriksaan fisik secara menyeluruh dengan hasil pemeriksaan fisik oleh dokter ruangan dan atau dokter konsulen menunjukkan kondisi dalam batas toleransi o Dilakukan pemeriksaan penunjang yang lengkap, meliputi pemeriksaan laboratorium hematologi, kimia klinik, dan lainnya, pemeriksaan radiologi, pemeriksaan EKG, dan pemeriksaan lain yang diperlukan dengan hasil pemeriksaan penunjang dalam batas normal atau dalam batas toleransi / aman (pemeriksaan sesuai indikasi) o Dokter Ruangan dan atau dokter konsulen penyakit dalam dan atau dokter konsulen anestesi dan atau dokter konsulen lainnya menyatakan pasien dapat dioperasi (pasien beresiko seperti usia > 40 tahun) o Bila diperlukan dilakukan persiapan terhadap pasien untuk menunjang kelancaran operasi, seperti pemasangan infus, lavement, puasa, istirahat total, pemasangan Supportif seperti O2, Foley catheter, NGT , dll. o Pasien dalam keadaan bersih, bila perlu sudah mandi, pakaian dari RS, bersih. o Diberikan antibiotik perioperatif sesuai petunjuk dokter C. Persiapan mental o Pasien harus memahami maksud dan tujuan operasi serta resiko yang harus dihadapi dalam menjalani operasi ini. Lakukan Informed Consent sesuai prosedur. o Pasien di tenangkan dan diberi penyuluhan yang baik agar tegar menghadapi tindakan operasi yang akna dijalaninya. Pasien diminta untuk berdoa menurut keyakinannya masing-masing. o Keluarga pasien diminta selalu mendampingi dan mendukung secara moril. D. Persiapan area operasi Pengertian



: Tata cara mempersiapkan area pada tubuh pasien yang akan dilakukan operasi.



Tujuan



: Menyiapkan area operasi untuk menghindari dari infeksi nosokomial.



Prosedur



:



1. Petugas ruangan mengetahui rencana operasi dari pasien tersebut. 2. Petugas ruangan mengetahui jenis operasi yang akan dilakukan sehingga bisa mengetahui area mana yang perlu dipersiapkan. 3. 2 jam sebelum jadwal operasi ditentukan, petugas ruangan mempersiapkan area operasi. 4. Selain itu diperhatikan higiene pasien : mulut, kuku, rambut dan kulit. 5. Persiapkan area operasi dengan dilakukan pencukuran di area operasi yang cukup luas dengan mempertimbangkan keperluan untuk perluasan luka operasi. 6. Pencukuran menggunakan clipper searah dengan rambut kemudian dicuci dengan sabun sampai bersih. 7. Setelah dilakukan pencukuran, pasien dimandikan dan dikenakan pakaian khusus dan memakai tutup kepala. 8. Perhiasan, gigi palsu, kontak lens dan lain-lain harus sudah ditanggalkan dan diserahkan pada keluaga. Persiapan Kamar Operasi Pembersihan Rutin Pembersihan Harian  Setiap hari seluruh permukaan lantai kompleks OK – VK di bersihkan dan di desinfeksi  Setiap hari dilakukan pemeriksaan prasarana seperti penyediaan air bersih, kelistrikan, pencahayaan, ventilasi, dsb  Pelaksana adalah tim pemeliharaan serta cleaning service., dan penanggung jawab adalah Kepala OK dan Kepala VK Pembersihan Mingguan  Seluruh permukaan dinding Kamar Operasi dibersihkan dengan air mengalir dan didesinfeksi  Lantai dibersihkan dengan air mengalir / disemprot , dicuci dengan detergent, di keringkan dan didesinfeksi  Seluruh permukaan lain seperti permukaan lampu operasi, trolley anestesi, Kabel-kabel dan selang , cuff, Tabung O2, Tabung N2O, meja obat, kursi, AC dll dibersihkan dan didesinfeksi  Kamar mandi dibersihkan  Semua peralatan sterilisasi dibersihkan



 



Dilakukan rutin dan teratur seminggu sekali . Pelaksana adalah tim pemeliharaan serta cleaning service. dan penanggung jawab adalah kepala OK dan Kepala VK



Pembersihan Bulanan 



 



Dilakukan Pemeriksaan dan penilaian kondisi dan fungsi serta inventarisasi dan kondisi sarana fisik bangunan, prasarana dan peralatan serta obat-obatan di kompleks OK – VK Semua bahan medis yang disterilisasi kering diperiksa kapasitas formalinnya Semua hasil pemeriksaan dilaporkan di rapat bulanan



Pembersihan pra dan pasca operasi Pembersihan Pra Operasi  Bila jadwal operasi dilaksanakan setelah dilakukan pembersihan rutin maka ruangan bedah tidak perlu dibersihkan lagi  Bila jadwal operasi sebelum dilaksanakan pembersihan rutin, maka segera dilakukan pembersihan ruangan Operasi dan sekitarnya. Pembersihan Pasca Operasi  Cipratan pada dinding dibersihkan dan didesinfeksi  Lantai dibersihkan dan di desinfeksi  Meja Operasi dibersihkan dan didesinfeksi. Bebaskan pengunci roda, lantai dibawah meja operasi dibersihkan dan didesinfeksi. Roda meja operasi digelindingkan ke atas cairan desinfektan bolak balik. Setelah selesai semua, kembalikan meja operasi ke posisi semula dan kunci rodanya.  Semua kabel dan selang alat yang beada di dalam ruangan bedah dibersihkan  Alat-alat penunjang seperti suction, cauter meja instrumen bila terkontaminasi cairan tubuh pasien dibersihkan dan dibawa keluar OK. Hati hati kontaminasi roda. Bila perlu roda dibersihkan sebelumnya.  Bersihkan koridor dan ruangan lainnya  Penanggung Jawab adalah paramedik yang bertugas di OK Persiapan lain pra operasi



  



Nyalakan AC suhu dibawah 27o C Nyalakan lampu penerangan Siapkan lampu operasi



Persiapan instrumen, Linen dan peralatan lain Persiapan Instrumen 



           



 



Persiapan instrumen dilakukan oleh instrumenter dibantu oleh Onloop dan Asisten dua. Bila Operasi cito, maka persiapan dapat dilakukan oleh paramedik jaga Kamar Operasi Instrumenter mengetahui rencana tindakan operasi. Bila diperlukan instrumenter bisa melihat langsung pasien sehingga mendapatkan gambaran tentang segala kebutuhan di ruang operasi Instrumen , dan omloop berbagi tugas mempersiapkan instrumen, alat dan ruangan Instrumen yang akan dipakai dikeluarkan dan disusun pada trolley. Jenis instrumen dan jumlah disesuaikan standar . Instrumen diperiksa kelayakan pakainya. Pastikan kebersihannya. Instrumen dikelompokkan per jenis instrumen. Pastikan semua kunci instrumen terbuka. Lakukan sterilisasi Sterilisasi dapat dilakukan dengan steam pressure (autoclave) atau dry heat ( UV+panas) sesuai prosedur. Siapkan nampan yang sudah dialasi duk steril, Siapkan Trolley yang sudah dialasi Duk steril berlapis Keluarkan instrumen, letakkan pada nampan kemudian pindahkan pada trolley. Teknik dapat dimodifikasi sedemikian rupa sehingga jarak antara bahan medik atau instrumen yang keluar dari sterilisator dengan trolley sependek mungkin dan setertutup mungkin dari kemungkinan kontaminasi pasca sterilisasi Susun sedemikian rupa sehingga instrumen mudah disediakan secara berurutan sesuai urutan tindakan. Tutup trolley denganduk sehingga instrumen diatas trolley tertutup seluruhnya.



Persiapan Linen  



Instrumenter dibantu omloop menyiapkan sejumlah linen sesuai kebutuhan jenis tindakan operasi Jenis linen disesuaikan dengan standar



   



Lakukan sterilisasi. Sterilisasi linen harus sudah selesai sebelum instrumen Nampan dan Trolley diberi alas linen steril. Bila perlu berlapis 2. Letakkan linen pada trolley Tutup trolley dengan linen steril



SKEMA ALUR PENGELOLAAN INSTRUMEN TINDAKAN



Instrumen pasca tindakan



DEKONTAMINASI



PROSES PENCUCIAN BIASA



PENGERINGAN



Packing / set



STERILISASI DI PUSAT STERILISASI



Non packing



DISTRIBUSI



PENYIMPANAN



Skema



SKEMA ALUR PENGELOLAAN LINEN KOTOR LINEN KOTOR



Linen Non Infeksius



Linen Potential Infeksius



DEKONTAMINASI



DESINFEKSI



PROSES PENCUCIAN BIASA



PENGERINGAN , PERBAIKAN, PENYETRIKAAN, PACKING



Linen Non Tindakan



Linen Tindakan



STERILISASI DI PUSAT STERILISASI



DISTRIBUSI



PENYIMPANAN



Persiapan Personil Kamar Operasi 1. Dokter operator menentukan pasien untuk dioperasi, memberitahukan paramedik tentang waktu operasi. 2. Paramedik melaporkan kepada dokter anestesi untuk meminta persetujuan waktu operasi. 3. Paramedik mengatur / mengusahakan kesepakatan waktu antara dokter operator dan dokter anestesi. 4. Jika waktu operasi sudah disepakati, paramedik memberitahukan staf kamar operasi lainnya. 5. Paramedik mengusahakan staf kamar operasi selengkap mungkin. 6. Staf kamar operasi segera mempersiapkan operasi. Penunjukkan personil kamar operasi 1. Paramedik jaga menentukan paramedik yang akan ditugaskan di kamar operasi 2. Diusahakan paramedik yang ditunjuk adalah paramedik yang sudah berpengalaman di kamar operasi 3. Diusahakan Paramedik yang ditunjuk adalah paramedik yang sedang tidak tugas jaga Kamar Operasi /UGD 4. Diusahakan paramedik yang ditunjuk adalah paramedik yang sedang tidak libur 5. Paramedik yang ditugaskan di OK datang paling lambat 30 menit sebelum jadwal operasi. 6. Jika diperlukan paramedik jaga ruang Kamar Operasi/UGD membantu menyiapkan instrumentasi dan ruangan OK 7. Selalu konfirmasi dan pastikan semua siap hadir tepat pada waktunya



Pembagian tugas personil OK



1. Scrub Nurse ( Instrumenter) Pengertian : Petugas Kamar operasi yang secara steril mengelola semua kebutuhan instrumentasi sebelum, selama dan setelah operasi Tanggung jawab : menjaga keutuhan dan efisisensi derah steril dengan menyediakan instrumen dan supply steril yang diperlukan Syarat : Paramedik/bidan terlatih secara intern RS Menguasai betul / fasih teknik aseptik antiseptik Mengenal dengan baik teknik operasi yang dilakukan dan kemungkinan kegawatan Mengenal dengan baik instrumentasi yang diperlukan Mengenal karakteristik operator



-



Tugas



:



Sebelum Operasi -



-



Bersama omloop menyiapkan instrumen dan alat-alat termasuk benang jahit, jarum, juga ketersediaan obat2an anestesi, dan cairan Memeriksa ulang kesiapan instrumentasi , pastkan susunan berdasarkan urutan tindakan operasi. Melakukan cuci tangan bedah,memakai jas operasi dan sarung tangan steril dengan teknik yang benar Bila tersedia meja mayo, maka siapkan meja mayo Membantu dokter atau asisten satu dalam tindakan antiseptik kulit. Berdiri pada disisi operator / asisten satu saat melakukan antiseptik kulit. Membantu menutup pasien dengan duk steril Menyiapkan dan memberikan instrument Selama Operasi



-



Memperhatikan jalannya operasi dan mencoba membaca keperluan operator satu langkah lebih dahulu. Selalu tersedia kasa di daerah operasi. Sediakan pada wadah tertentu seperti nerbekken. Kelompokkan kasa dalam satu ikatan dengan jumlah yang tertentu. Buka lah bundel satu persatu bila diperlukan agar tidak tercampur satu sama lain. Hitung selalu kasa yang tersedia di area operasi dan kasa yang sudah terpakai. Buang Kasa yang sudah terpakai pada tempat sampah infeksius



-



Menjaga agar daerah operasi selalu rapi dan kering Instrumen tidak boleh menumpuk tapi harus tersusun. Jangan biarkan darah mengering pada instrumen Meminta supply alat tambahan kepada omloop Bila sarung tangan bolong atau robek atau tertusuk, segera diganti Posisi tubuh harus tegak, tidak bolah bersandar pada meja instrumen. Sebelum menutup luka, hitung kembali kasa , instrumen, jarum. Pasca Operasi - Membersihkan luka operasi dengan Na Cl 0,9% steril , keringkan dengan kasa kering - Luka operasi ditutup dengan kompres betadine dan kasa steril dan difixir dengan plester / Hypafix - Lepaskan duk, periksa duk klem jangan sampai tertinggal - Rendam instrumen dalam waskom plastik berisi larutan chlorine 0,5% atau alkazim, biarkan selama10 menit. Rendam secara sekaligus jangan menambah sedikit-sedikit instrumen yang direndam. - Bisturi di buang di tempat sampah benda tajam - Sebelum dicabut, kanul dan selang harus selalu di spooling / bilas dengan air chlorine 0,5% dan air bersih - Cuci handschoen dengan chlorine 0,5% sebelum dilepaskan. Jangan lepas handschoen sebelum semua pekerjaan selesai. Pengelolaan handschoen sesuai prosedur buku ini. - Bila ada spesimen yang sudah disiapkan Omloop, dicek kembali .



2. Asisten madya Pengertian : Petugas Kamar operasi yang secara steril membantu operator dan asisten utama selama operasi



-



Syarat : Paramedik/bidan terlatih secara intern RS Menguasai betul / fasih teknik aseptik antiseptik Tugas



:



Sebelum Operasi -



Bersama omloop menyiapkan instrumen dan alat-alat termasuk benang jahit, jarum, juga ketersediaan obat – obat anestesi, dan cairan Melakukan cuci tangan bedah,memakai jas operasi dan sarung tangan steril dengan teknik yang benar Bila tersedia meja mayo, maka siapkan meja mayo



-



-



Membantu dokter atau asisten satu dalam tindakan antiseptik kulit. Berdiri pada disisi operator / asisten satu saat melakukan antiseptik kulit. Membantu menutup pasien dengan duk steril Selama Operasi



-



-



Memperhatikan jalannya operasi dan mencoba membaca keperluan operator satu langkah lebih dahulu. menghitung selalu kasa yang tersedia di area operasi dan kasa yang sudah terpakai. Buang Kasa yang sudah terpakai pada tempat sampah infeksius Menjaga agar daerah operasi selalu rapi dan kering Membantu sehingga Instrumen tidak boleh menumpuk tapi harus tersusun. Sebelum menutup luka, hitung kembali kasa , instrumen, jarum. Pasca Operasi



-



-



Membersihkan luka operasi dengan Na Cl 0,9% steril , keringkan dengan kasa kering Luka operasi ditutup dengan kompres betadine dan kasa steril dan difixir dengan plester / Hypafix Lepaskan duk, periksa duk klem jangan sampai tertinggal Rendam instrumen dalam waskom plastik berisi larutan chlorine 0,5%, biarkan selama10 menit. Rendam secara sekaligus jangan menambah sedikit-sedikit instrumen yang direndam. Bisturi di buang di tempat sampah benda tajam Membantu malakukan spooling / bilas kanul dan selang dengan air chlorine 0,5% dan air bersih Cuci handschoen dengan chlorine 0,5% sebelum dilepaskan. Jangan lepas handschoen sebelum semua pekerjaan selesai. Pengelolaan handschoen sesuai prosedur buku ini. Membantu kegiatan omloop dan instrumenter



3.



Circuler (Omloop)



-



-



Nama jabatan



: Sirkuler / Omloop



Pengertian : Petugas kamar operasi yang tidak steril ( tidak memakai jas operasi tidak memakai handschoen steril)



Tanggung jawab: membantu memenuhi seluruh kebutuhan kamar operasi, operator, anestesi, instrumenter dan pasien sebelum, selama dan sesudah operasi. Membantu team yang steril dengan supply yang steril Syarat -



:



Paramedik/bidan terlatih secara intern RS Menguasai betul / fasih teknik aseptik antiseptik Mengenal dengan baik teknik operasi yang dilakukan dan kemungkinan kegawatan Mengenal dengan baik instrumentasi yang diperlukan dan letak penyimpanan instrumen dan bahan medik lain dalam kompleks OK Cekatan dan inisisatif Tugas



:



Sebelum Operasi -



Cuci tangan bedah tapi tidak memakai jas dan handschoen steril. Handschoen dapat yang steril tapi tidak dijaga sterilitasnya. Memeriksa kebersihan ruangan , membersihkan ruangan jika belum dibersihkan Membantu mempersiapkan instrumen bersama instrumenter Identifikasi pasien dan serah terima pasien, memastikan kelengkapan administrasi Membantu transport pasien senyaman mungkin Mengganti pakaian pasien Membantu memposisikan pasien di meja operasi Menyambungkan alat 2 ke supply listrik, menyambungkan selang dan kabel steril dengan alat yang non steril spt suction atau diatermi Membantu team steril mengenakan apron, jas operasi, sepatu goggle Mengisi buku catatan operasi, catatan pasien, formulir pemeriksaan, dsb



Selama Operasi -



Melihat jalannya operasi dan selalu memenuhi alat , supply atau instrumen yang dibutuhkan team Menghitung kasa yang dipakai Memperhatikan kebutuhan pasien semisal pasien kedinginan, infus habis , posisi dsb Selalu berkomunikasi dengan seluruh tim . Bila keluar ruangan agar memberitahukan instrumenter Menerima spesimen dengan baik dan mengelolanya dengan benar



-



-



Membantu kebutuhan personal tim steril seperti menghapus keringat, menghapus cipratan darah, membenahi pakaian , menyediakan alas kain pada lantai dsb Menjaga agar ruang operasi selalu bersih , rapi, dan nyaman



Setelah Operasi -



Menyediakan waskom chlorine 0,5% untuk cuci handschoen operator, melepaskan jas operasi Memasangkan plester pada kasa/dressing Membersihkan pasien dari darah dan kotoran lainnya dari tubuh. Memakaikan pakaian pasien dengan baik Transport pasien ke ruang pemulihan bersama penata anestesi atau serah terima pasien dengan petugas Kamar Operasi. Menyiapkan laporan operasi, formulir pemeriksaan, atau resep , serta konsumsi untuk operator Membantu instrumenter membersihkan alat dan instrumen Membersihkan ruangan operasi dan menyiapkan ruangan operasi



E. Transport Pasien   



   







Pasien diantarkan ke Ruang operasi oleh paramedik ruangan Kamar rawat Tergantung kondisi pasien, pasien dapat diantar dengan membawa bed atau dengan kursi roda Dilakukan serah terima berita acara tindakan operasi antara paramedik ruangan dengan petugas OK, beserta status pasien dan obat-obatan yang diperlukan Petugas OK memeriksa kembali kelengkapan administrasi dan identitas pasien Setelah dinilai lengkap, pasien dibawa ke koridor transport pasien untuk kemudian dipindahkan ke brankar OK Lakukan pemindahan senyaman mungkin Setelah pasien diatas brankar, posisikan senyaman mungkin, bed pasien dikeluarkan. Pasien dibawa ke ruang preoperasi Ganti semua pakaian dengan duk bersih, lepaskan semua perhiasan, beri penutup kepala, lakukan senyaman mungkin sesuai tata krama. Tenangkan pasien.











Setelah selesai, pasien ditransport ke ruang operasi, pindahkan pasien ke meja operasi senyaman mungkin. Posisikan senyaman mungkin. Semua suportif diperiksa kelancarannya : IV line, urine catheter, O2, Pasang manset Tekanan darah, pasang pulse oxymetri, nyalakan pulse oksimeter/ECG Monitor



PELAKSANAAN TINDAKAN OPERASI Surgical Scrub Pengertian : Adalah cara cuci tangan bedah yang dilakukan sebelum operasi Tujuan : Mencegah terjadinya infeksi dari tangan kepada pasien selama operasi Prosedur : 1. 2. 3. 4.



Lepaskan perhiasan di tangan dan pergelangan Pastikan bagian lengan pakaian OK tidak terlalu dekat ke siku Buka keran, biarkan air mengalir sejenak Dengan posisi tangan lebih tinggi dari siku, alirkan air sedemikian rupa sehingga seluruh permukaan jari-jari, telapak tangan, punggung tangan, pergelangan dan lengan bawah terbasuh dan air mengalir ke arah siku 5. Lakukan pada lengan yang satunya. 6. Keluarkan Chlorhexidine secukupnya dengan tangan satu dan menampungnya dengan tangan lainnya 7. Lakukan tujuh langkah pencucian tangan : - Gosok-gosokkan kedua telapak tangan - Gosok-gosokkan kedua telapak tangan dengan jari saling terkait diantara jari sedemikian rupa sehingga sela jari terkena - Gosok-gosok punggung tangan yang satu dengan telapak tangan yang lain , kaitkan jari diantara jari tangan yang lain sehingga sela jari terkena, lakukan secara bergantian - Letakkan punggung jari-jari tangan yang satu dengan telapak tangan yang lain dengan jari saling mengunci lalu gosok-gosok sedemikian rupa sehingga ujung jari-jari tangan yang satu membersihkan bukubuku jari tangan yang lain - Gosok-gosok ibu jari tangan yang satu dengan telapak tangan yang lain secara berputar, lakukan bergantian



-



-



Kuncupkan tangan yang satu sehingga semua ujung jari bertemu, lalu gosok-gosokkan ke telapak tangan yang satunya, secara berputar ke kiri dan ke kanan, lakukan bergantian Gosok-gosok seluruh permukaan pergelangan tangan hingga sepertiga tengah lengan bawah oleh telapak tangan yang lain, lakukan bergantian



8. Seluruh proses 7 langkah tadi dilakukan selama 1 menit, bisa dibagi2 per langkah atau lagkah tadi dilakukan berulang2 9. Biarkan keran air terbuka dan air mengalir sepanjang proses cuci tangan tadi 10. Dengan posisi tangan lebih tinggi dari siku, bilaslah seluruh tangan dan lengan dengan air mengalir sedemikian rupa sehingga seluruh permukaan terbasuh dan buih dari antiseptik terbasuh 11. Lakukan 7 langkah cuci tangan seperti diatas dengan antiseptik chlorheksidin sekali lagi. 12. Tutup keran dengan menggunakan siku 13. Pertahankan posisi tangan lebih tinggi dari siku, bila perlu jabatkan kedua tangan. Posisi tangan jangan terlalu tinggi jangan terlalu dekat dengan wajah. 14. Kenakan jas operasi dan Handschoen dengan lengan dan tangan masih terbalur antiseptik Surgical gown 1. Pakaian OK dan APP tim operasi sesuai prosedur 2. Jas wajib dipakai pada setiap operasi sedang hingga besar/ luar biasa 3. Setelah cuci tangan selesai, dan petugas sudah di dalam ruang operasi, buka Ikatan jas operasi 4. Kenakan jas dengan memasukkan tangan dan lengan kedalam lengan jas yang sesuai. Genggam ujung lengan jas dengan tangan. 5. Biarkan omloop mengikatkan tali di bagian belakang jas 6. Ikatlah tali pada lengan jas sehingga ujung lengan jas melekat pada pergelangan 7. Kenakan Handschoen dan posisikan tangan selalu diatas pusar 8. Ingat, walaupun sudah memakai jas, bagian pusar ke bawah tetap dianggap non steril. Handgloving 1. Kenakan Handschoen secara hand to hand Glove to glove



2. Handschoen selalu dalam keadaan bagian lengan terlipat keluar. 3. Ambil handshoen kanan dengan tangan kiri dengan memegang bagian lipatan handschoen kanan yang merupakan sisi yang melekat ke kulit 4. Masukkan tangan kanan hingga semua jari masuk ke tempatnya masing masing. Lepaskan tangan kiri dan biarkan handschoen masih dalam keadaan terlipat ditangan kanan 5. Ambil handschoen kiri dengan menggunakan tangan kanan yang sudah memakai handschoen dengan mengaitkan jari tangan kanan ke dalam lipatan, yaitu sisi yang kelak akan menghadap ke luar, tidak melekat ke kulit 6. Masukkan tangan kiri hingga jari-jari masuk ketempatnya masing masing. Dengan jari tangan kanan yang masih mengait ke lipatan handschoen kiri, lipatan kemudian di buka sedemikian rupa sehingga bagian lengan handschoen menutupi sepertiga distal lengan bawah tangan kiri. 7. Jari tangan kiri mengait ke lipatan handschoen kanan pada sisi yang kelak menghadap keluar, kemudian membuka lipatan sedemikian rupa sehingga sepertiga distal lengan bawah kana tertutup handschoen 8. Posisikan tangan diatas pusar Posisikan tubuh pasien 



Posisi Anestesi o Anestesi Umum Bila dilakukan anestesi umum, maka sebelum anestesi umum pasien sudah diposisikan terlentang. Posisikan senyaman mungkin. Ikat tungkai pada bagian atas lutut. Posisi lengan terlentang dan terikat pada penyanggah. o Anestesi spinal Bila dilakukan anestesi spinal, maka posisi anestesi spinal adalah duduk dengan tungkai lurus ke depan atau uncang-uncang pada kedua sisi bed operasi, tangan diletakkan pada bed atau tungkai dengan posisi palmar diatas, lemas, kepala tertunduk. o Posisikan pasien sesuai kebutuhan operasi setelah anestesi selesai.







Posisi Terlentang o Setelah proses anestesi selesai, maka posisi lengan disesuaikan kebutuhan apakah akan terlentang dan terikat pada penyanggah, atau terlipat dibawah kepala, atau lurus disamping tubuh pasien, Tungkai biasanya lurus dan terikat pada bagian atas lutut,



tambahan-tambahan lain semisal penyanggah bahu, penyanggah panggul dsb disesuaikan kebutuhan 



Posisi Litothomi o Posisi bokong pasien pada batas bagian badan dan tungkai bed operasi. Siapkan penyanggah tungkai di sisi kiri dan kanan batas tersebut. o Letakkan pelindung / pad pada penyanggah tungkai, lalu letakkan bagian belakang lutut pada penyanggah, sedemikian rupa sehingga bagian perineum terekspos dengan baik dan tungkai terposisikan dengan nyaman. o Posisikan lengan terlentang dan terikat pada penyanggah o Tutup pasien dengan baik







Posisi miring o Posisi pasien miring kiri atau kanan sedemikian rupa sehingga area operasi terekspos dengan baik, jalan nafas dan anestesi tidak terganggu, dan posisi pasien stabil tidak dapat jatuh ke posisi depan atau belakang.







Posisi tengkurap o Idem posisi miring.



Antiseptik area operasi  







 



Dengan bantuan sponge clamp / klem kassa / penser klem, balurkan Betadine ke area operasi menggunakan kassa steril Bila area operasi dinilai kotor , terkontaminasi, misal pada fraktu daerah ekstremitas, terutama tungkai, apalagi fraktur terbuka, area operasi dapat dicuci dulu dengan NaCl 0,9% steril dengan atau tanpa larutan savlon sebelum dibalur betadine. Pencucian dilakukan oleh omloop menggunakan handschoen non steril. Balurkan mulai titik tengah area operasi berputar kekiri atau ke kanan terus makin luas sedemikian rupa sehingga area yang terbalur betadine cukup luas dan jauh dari area operasi. Bila terpaksa membalur dengan arah lurus, maka balurkan menjauh area operasi. Betadine yang dibalurkan harus cukup banyak, tidak tipis-tipis. Pada area operasi pembaluran dapat dilakukan berkali-kali disertai sedikit tekanan agar kasa sekaligus berfungsi membersihkan kulit juga.











 



Buanglah kasa ke tempat sampah bila betadine yang terdapat pada kasa tinggal sedikit. Ganti kasa dengan yang baru sebelum memulai membalur lagi. Daerah sela-sela selangkangan dbalur terakhir. Klem kasa yang sudah dipakai membalur daerah selangkangan tidak boleh dipakai lagi sebelum disteril ulang, Setelah selesai antisepsis, klem kasa dipisahkan dengan alat lain dan dianggap non steril. Bila sudah ditutup dengan duk, betadine pada area operasi dibersihkan dengan alkohol 70%



Menutup area operasi  



 











Setelah Proses antisepsis selesai, batasi area operasi dengan duk steril. Pertama tutup bagian tungkai hingga batas bawah area operasi. Pada posisi lithotomi tutup bagian alas bokong dan bagian bawah bed. Bila menggunakan duk bolong, maka langkah selanjutnya hanya memakai duk bolong ini. Bila menggunakan duk biasa, maka setelah bagian tungkai, maka tutup bagian atas pasien hingga batas atas area operasi. Hati-hati duk menutupi wajah pasien Setelah itu tutup bagian samping tubuh pasien hingga batas lateral area operasi kiri dan kana. Fiksasi duk dengan doek klem. Posisikan doek klem supaya tidak menonjol / mengganggu pelaksanaan operasi. Lapisi bagian bawah dengan duk satu lagi sehingga bila bagian bawah dipakai menyimpan instrumen tidak mudah melorot atau basah dan terkena bed operasi.



Beberapa petunjuk selama operasi 



Menggunakan hak o Agar tercipta lapang pandang yang baik sisi luka perlu ditarik ke arah luar atau atas. o Gunakan hak yang sesuai dengan ukuran luka operasi dan kedalaman lapang pandang yang dibutuhkan. Contoh untuk ekstirpasi FAM mungkin hanya dibutuhkan hak Gigi atau langenbeck kecil saja. Untuk Hernia mungkin perlu hak Roche dan langenbeck saja, Untuk hysterctomy pada yang kurus bisa hanya



blaas hak saja atau hak cangku / langenbeck besar pada orang gemuk dsb. o Selalu lepaskan hak dari area operasi bila tangan operator masuk, karena selain bisa menghalangi tangan juga menyebabkan sakit pada tangan operator o Perhatikan arah operator , gerakkan / pindahkan hak untuk memberi lapang pandang yang lebih baik bila diperlukan 



Membersihkan darah o Untuk darah yang menggenang, gunakan suction dengan canul. o Untuk perdarahan yang banyak dan cepat dapat menggunakan suction tanpa kanul. Hindari tangan terlalu dekat dengan area operasi / menghalangi pandangan. o Untuk perdarahan yang merembes pada daerah yang sempit / dangkal, gunakan kasa depper kecil / terlipat pada klem kasa o Untuk perdarahan yang merembes pada daerah yang dalam / luas, gunakan kasa depper besar / tak terlipat / bendera pada klem kasa. Gunakan hanya 1 kasa saja untuk mencegah ketinggalan. o Menggunakan kasa depper adalah dengan di tekan-tekankan, bukan di usap / gosokan pada luka karena gesekan bisa menimbulkan kembali perdarahan, terutama pada daerah yang rapuh o Ingat usahakan selalu area operasi dalam keadaan yang kering dan bersih. o Gunakan kasa untuk membersihkan area operasi dan instrumen dari bekuan darah.







Menghentikan perdarahan o Harus pro aktif dalam menghentikan perdarahan. Bedakan perdarahan yang merembes dari jaringan, mengalir dari pembuluh vena dan menyemprot dari pembuluh arteri o Perdarahan yang merembes dari jaringan yang robek / di sayat, berasal dari pembuluh darah kecil. Coba lakukan pembersihan dengan kasa. Biasanya lama-kelamaan berhenti sendiri.bila masih, coba lakukan penekanan dengan kasa selema beberapa detik. o Bila tampak perdarahan mengalir, atau tidak berhenti dengan tekanan, mungkin berasal dari pembuluh vena yang ukurannya kecil sampai besar. Darah yang mengalir biasanya lebih gelap dan tidak ada pullsasi. Gunakan klem untuk menjepit pembuluh darah. Biarkan beberapa saat. Bila perdarahan berhenti, maka tidak perlu dijahit/ cauter. Tapi bila masih ada perdarahan, maka jepit ulang dengan klem untuk selanjutnya dijahit / diikat/ atau dibakar dengan cauter.



o Pengikatan / penjahitan perdarahan pada bagian tubuh yang menetap dalam tubuh menggunakan plain gut atau chromic gut. Untuk bagian tubuh yang akan dibuang, menggunakan silk/seide. o Cauterisasi dengan menempelkan ujung pen pada klem. Tekan tombol coagulate untuk membakar pembuluh darah selama beberapa detik hingga tampak bagian yang dijepit menghitam. Hindari klem atau cauter menempel pada jaringan epidermis kulit. Lepskan klem, perhatikan apakah perdarahan berhenti. 



Tentang Jarum o Selalu memegang benda tajam seperti bisturi atau jarum dengan alat, baik pinset,klem atau naldfulder. o Jarum dapat dipakai kembali sedangkan bisturi harus dibuang ditempat sampah benda tajam.



o



o



o



o







jenis jarum menurut mata jarumnya Jarum taper bermata jaru bulat, bila ditusukkan tidak merobek jaringan yang ditembusnya. Digunakan untuk menjahit jaringan lunak dibawah jaringan kutis. Kecuali pada jaringan yang keras seperti cervix uteri, kelenjar payudara yang displastik, bisa dipakai jarum cutting dengan pengawasan perdarahan. Jarum Cutting bermata jaru segi tiga, bila ditusukkan akan merobek jaringan yang ditembusnya sehingga bisa menimbulkan perdarahan. Digunakan untuk menjahit kulit atau jaringan yang keras. Jarum non traumatik, yaitu jarum yang langsung terhubung dengan benang diujung belakang /pangkalnya. Tidak memiliki lubang jarum sehingga dapat menembus jaringan dengan mulus. Misal jarum pada benang dalam kemasan sachet. Ekor benang pada lubang jarum jangan terlalu pendek sehingga mudah lepas atau terlalu panjang sehingga mengganggu penjahitan. Standar panjang ekor benang adalah 4 – 5 cm.



Tentang benang o Mengambil benang dalam kaset harus menggunakan naldfulder atau klem . tarik sebanyak 2 kali panjang naldfulder atau kira-kira 40cm. Atau sesuaikan dengan kebutuhan / karakter operator. o Mengambil benang dari sachet juga menggunakan naldfulder. Buka lipatan dan ambil jarum dengan nalfulder, dan tarik hingga benang keluar seluruhnya.



o Secara umum benang operasi dibagi menjadi 2 golongan besar yaitu benang absorbable ( dapat diabsorpsi) dan non absorbable ( tidak diabsorpsi) o Benang yang dapat diabsorpsi dapat dicerna tubuh untuk kemudian hancur oleh proses radang / inflamasi / reaksi tubuh sendiri sehingga hubungan antar 2 sisi bisa saja lepas . Jangka waktu penghancuran ini berbeda beda berkisar antara 3 hari hingga 3 bulan. o Benang yang non absorpsi tidak dapat dicerna tubuh. Bisa bertahan di dalam tubuh selama bertahun-tahun karena bersifat Inert ( tidak menimbulkan / merangsang reaksi tubuh) digunakan untuk kulit atau jaringan dibawah kulit yang sukar sembuh. o Contoh benang absorpsi adalah plain gut, chromic gut , Polyglycolic acid (dexxon / Atramat / polysorb) poligaktin ( Safil, safi quick) o Contoh benang non absorpsi adalah silk / seide, nilon (monosof , Dermalon ), Polypropylen ( Prolene , mersilene) o Ukuran benang bermacam-macam, pemakaiannya tergantung kebutuhan / jenis operasinya. 



Tentang gunting o Semua instrumen yang memiliki bagian yang diperuntukkan jari seperti gunting, klem, dsb di pegang dengan memasukkan ibu jari pada lubang yang satu dan jari manis pada lubang yang lain. Jari telunjuk dan tengah menopang instrumen dan membantu mengarahkan instrumen o Dalam hal gunting, untuk menjaga agar tangan tidak goyah yang bisa berakibat fatal, maka jari pada tangan kiri ikut membantu menopang gunting saat pengguntingan dilakukan



PASCA OPERASI Pengelolaan Pasien Perawatan luka operasi 



 



Segera setelah selesai tindakan operasi, area operasi dicuci bersih dengan NaCL 0,9% steril. Pembersihan dilakukan mulai dari luka sayatan meluas kesekitarnya. Luka operasi ditutup dengan kasa kompres betadine , lalu kasa steril polos. Fixasi kasa dengan Hypafix atau plester Setelah masuk Kamar Operasi perawatan luka sebagaimana standar asuhan keperawatan



Membersihkan Pasien dan memberikan pakaian  



 



Setelah area operasi dan sekitarnya dibersihkan pasien dipindahkan ke brankar dengan hati-hati. Bersihkan bagian tubuh pasien yang menempel pada bed operasi dengan air bersih dan washlap. Miring-mairingkan pasien untukmencapai bagian itu. Sambil dibersihkan, pakaian pasien diiapkan. Kenakan pakaian pada pasien, beri sarung atau kain bersih, serta selimuti ia. Pasien pindah ke bed pasien dalam keadaan sadar / tidak, pakaian dan tempat tidur rapi.



Recovery Room (RR) dan Pengawasan di ruang Kamar Operasi  







Tempatkan pasien dalam RR sampai pasien sadar betul. Petugas OK melaksanakan tugas pasca operasi sambil mengawasi pasien. Setelah selesai atau setelah pasien stabil dan sadar betul , pasien ditranfer ke Kamar Operasi. Kemungkinan lain adalah setelah selesai operasi pasien langsung ditransfer ke Kamar Operasi dan ditempatkan di HCU untuk beberapa jam sampai pasien sadar betul dan diawasi petugas Kamar Operasi. Bila sudah sadar betul / stabil, dapat dipindahkan ke ruangan inapnya.



Pengelolaan Linen 



   



 



Segera dekatkan waskom berisi Chlorine 0,5%, untuk cuci handschoen operator. Mintalah operator melepaskan handschoen untuk direndam pada waskom tsb. Segera buka jas operasi operator. Letakkan didalam ember linen kotor berpenutup. Semua duk dimasukkan ke ember linen kotor. Jangan biasakan menjatuhkan duk di lantai. Jika ada kain alas kaki dilantai juga dimasukkan ke dalam ember tsb. Jika apron terbuat dari plastik saja dan tidak ada bagian yang menyerap cairan tubuh pasien cukup dibersihkan dengan cairan chlorine saja. Tapi bila terbuat dariparasit dan atau ada bagian yang menyerap cairan tubuh pasien, harus diperlakukan sebagaimana linen. Pakaian OK setelah berganti pakaian diletakkan didalam ember. Jangan dibiasakan berserakan dilantai Penutup kepala dan masker dibuang kedalam tempat sampah infeksius. Selanjutnya Transport Linen kotor dalam ember tertutup menggunakan







trolley khusus dengan jalur yang sudah ditentukan, langsung ke ruang laundry. Jangan berhenti atau mampir ke mana-mana. Linen diolah di ruang laundry sesuai prosedur.



Pengelolaan Instrumen     







 



Segera rendam instrumen kedalam larutan chlorine 0,5% yang terdapat dalam wadah / ember plastik. Sebaiknya instrumen direndam sekaligus, jangan sedikit-sedikit. Rendam selama 10 menit. Bila instrumen direndam sedikit-sedikit, maka hitungan 10 menit sejak instrumen terakhir dimasukkan. Rendam sampai seluruh instrumen terendam seluruhnya, jangan lupa membuka pengunci instrumen Untuk selang dan atau kanul, maka sebelum direndam dilakukan spooling dulu dengan larutan chlorine 0,5% untuk kemudian direndam selama 10 menit. Setelah 10 menit lakukan pencucian dengan detergent dan pembilasan dengan air bersih mengalir dan penyikatan jika diperlukan. Untuk kanul dispooling dengan air detergent dan dispooling dengan airbersih dan dibilas. Keringkan dengan menggunakan handuk bersih atau dianginkan menggunakan hairdryer Bila instrumen termasuk dalam packing, maka setelah kering dilakukan packing kembali dan dilakukan sterilisasi segera. Bila instrumen tidak termasuk yang di packing maka instrumen disimpan dalam lemari kaca yang dilengkapi kantung karbon hidrophilik dan penerangan sekaliguss pemanasan dengan lampu pijar 10 Watt.



Pengelolaan Peralatan dan Fasilitas 



Bed Operasi o Seluruh permukaan bed operasi dibersihkan dengan chlorine 0,5% o Buka kunci roda, dan pindahkan bed agar lantai dibawah bed bisa dibersihkan. Gulirkan roda diatas genangan larutan chlorine bolak balik, keringkan lantai, kemudian kembalikan bed ke tempat semula dan di kunci roda







Trolley o Perlakuan sama dengan bed operasi. o Trolley diletakkan di ruang peralatan







Brankar dan standar o Perlakuan sama dengan bed operasi.



o Standar diletakkan di ruang peralatan, brankar di koridor transport / RR 



Lampu Operasi o Seluruh permukaan lampu operasi dibersihkan dengan chlorine 0,5% o Periksa adakah bola lampu yang rusak. Segera laporkan kepada bagian pemeliharaan untuk segera diganti.







Alat anestesi o Permukaan trolley di bersihkan dengan chlorine 0,5% o Vaporizer ditutup, O2 dan N2O ditutup. o Facemask di bersihkan denganchlorine 0,5% o Selang, canule, ETT, mayo diperlakukan sebagaimana instrumen.







Monitor EKG o Matikan monitor ECG, cabut kabel dari stekker o Gulung dengan bai semua kabel dan letakkan pada gantungannya.







AC o Matikan AC



Pengelolaan Ruangan         



Lantai dibersihkan dengan chlorine 0,5% Dinding dibersihkan dengan chlorine 0,5% Tempat cuci tangan diperiksa kebersihannya Spoolhoek diperiksa kebersihannya Ruang ganti pakaian dan Ruang dokter diperiksa kebersihannya Kamar mandi diperiksa Ruang instrumen diperiksa Ruang RR diperiksa Ruang sterilisasi diperiksa.



Pengelolaan spesimen Hal-hal yang harus diperhatikan pada penanganan specimen adalah label yang benar, pengawetan (preserverasi) dan pengiriman yang benar, sebab bila pemberian label yang salah atau specimen tertukar dapat berari menentukan diagnose yang salah untuk dua orang pasien. Hilangnya specimen dapat berarti tidak dapat menentukan diagnose atau harus



dilakukan pengambilan specimen baru dengan kemungkinan tidak mendapatkan specimen yang sama jenisnya dengan yang hilang. Oleh karena itu semua specimen harus diamankan kecuali dokter memintanya untuk membuang. a. Prosedur penanganan specimen 1. Tangani specimen dengan hati-hati 2. Instrumenter mengkonfirmasikan lagi dengan dokter mengenai sifat specimen dan jenis pemeriksaan yang akan dilakukan, kemudian periksa ulang dengan om loop sebelum menyerahkan kepada on loop. 3. Om loop menyimpannya ke dalam tempat yang tepat, seperti kantong plastik, stoples dan sebagainya yang steril. 4. Berikan label yang memuat : a. Nama pasien b. Nomor C.M. ( Catatan Medik ) c. Tanggal Operasi d. Nama specimen 5. Apabila diambil lebih dari satu specimen, specimen-specimen itu harus diberi nomor label sesuai dengan urutan diangkatnya dan tempatkan dalam tempat yang terpisah kecuali dokter meminta untuk menyimpan dalam satu wadah. 6. Organ-organ yang solid seperti : hati, limpa, uterus, dan lain-lain biasanya dipotong dahulu oleh Dokter sebelum disimpan pada tempat yang sudah berisi pengawet. 7. Organ yang berbentuk pipa seperti : Gaster, Colon, Vesica Urinaria harus dibuka dulu agar bahan pengawet mengenai sisi luar dan dalamnya. 8. Jangan membuat trauma pada jaringan specimen seperti biopsi nosofaringeal. 9. Tidak boleh memasukkan dengan paksa ke dalam tempat yang sempit. 10. Jangan membuang specimen kecuali Dokter memintanya untuk dibuang. b. Prosedur khusus Penanganan Specimen untuk Pemeriksaan Histologi 1. Rendam specimen dalam formalir 10% (0 cc larutan formalir kadar 40% dalam 90 cc air ) 2. Tutup rapat-rapat tempat specimen tadi untuk mencegah penguapan bahan pengawet. c. Prosedur Khusus penanganan Specimen Untuk Kultur.



1. Simpan dalam stoples atau tabung pemeriksaan / test tube yang steril oleh instrumenter. 2. Tidak boleh diberi bahan pengawet, karena jaringan harus dalam keadaan segar dan seperti asalnya. 3. Idealnya specimen untuk kultur dikirim segera kalau tidak specimen tersebut harus disimpan oleh kotak yang bersuhu ruangan, untuk mempertahankan agar jumlah bakteri tetap sampai kultur dilakukan. d. Prosedur Khusus Penanganan Specimen untuk Frozen Section 1. Pastikan bahwa bagian ahli, Patologi sudah diberitahu sebelumnya, biasanya sehari sebelumnya diberitahu oleh dokter ahli bedah yang akan mengoperasi pasien. 2. Perintahlah seseorang untuk bersiap-siap pergi mengantarkan specimen ke bagian Patologi Anatomi. 3. Ingatkan dokter untuk mengisi formulir Histologi dengan tepat, misalnya riwayat klinis dan penemuan operasi. 4. Simpan specimen dalam wadah yang sudah diberi label. Untuk pemeriksaan ini tidak perlu bahan pengawet. 5. Tuliskan nomor telepon yang harus dihubungi oleh ahli oleh patologi pada sebelah kanan atas formulir sehingga hasil dapat diperoleh dengan cepat. 6. Specimen dikirimkan ke Laboratorium P.A. 7. Catatkan hasil pemeriksaan dengan nama pasien nomor catatan medik, bila cocok laporkan segera ke dokter. 8. Jika specimen dikembalikan ke kamar bedah, rendam specimen itu dalam formulir tandai pada tempat specimen itu “Frosen section sudah dilakukan”. e. Prosedur Khusus Penanganan Specimen Untuk Difoto. 1. Tempatkan specimen pada sebuah tempat yang datar, kalau perlu yang dilapisi duk. 2. Sebelum dilakukan pemeriksaan specimen tidak boleh diberi bahan pengawet. f. Prosedur khusus Penanganan Benda Asing. 1. Simpan dalam kotak kontainer seperti stoples, kemudian kembalikan pada pasien, benda asing ini dapat berupa : tulang ikas, gigi palsu, dan sebagainya. 2. Benda asing jika perlu dibungkus dengan kertas kasa, kemudian masukkan ke dalam wadah/stoples, catat dalam buku catatan benda asing, kemudian serahkan kepada polisi sebagai tanda polisi mengambilnya ia harus menandatangani catatan tadi.



3. Data yang dibentuk dalam tubuh dimasukkan ke dalam kantong plastik tanpa bahan pengawet dan diberi label. Tanyakan pada dokter apakah data tersebut diperlukan oleh analisa atau diserahkan ke keluarganya. Catatan :   



Semua specimen harus dikirimkan dengan formulir yang tepat dan sudah ditandatangani. Specimen pada bagian yang menular misalnya : Hepatitis B harus ditangani lebih hati-hati. Simpan specimen ini pada stoples yang berlabel khusus, sehingga orangorang yang menanganinya akan lebih hati-hati.



DEKONTAMINASI, DESINFEKSI , STERILISASI A. DEFINISI Pada dasarnya, ada banyak usaha kita untuk meminimalisir potensi infeksi di RS dalam rangka pengendalian infeksi nosokomial. Dari sekian banyak usaha tersebut tidak ada satupun yang bisa secara mandiri dipergunakan tanpa dibantu usaha lain, tidak ada satu pun cara yang bisa digunakan untuk semua komponen benda hidup dan benda mati. Semua merupakan suatu kesatuan usaha yang bertujuan satu : Menghilangkan sebanyak mungkin mikroorganisme dalam proses interaksi pasien – RS dalam proses pelayanan medis di RS. Secara umum usaha-usaha tersebut dapat dikelompokkan sebagai berikut : Dekontaminasi Adalah suatu proses / kegiatan yang berusaha menghilangkan kontaminasi suatu benda oleh benda lain yang potensial menjadi sumber infeksi yang sekaligus juga menghilangkan sebagian mikroorganisme penting. Desinfeksi Adalah suatu proses / kegiatan yang berusaha membasmi sebagian besar mikroorganisme pada benda mati. Pengertian yang sama pada makhluk hidup disebut Antisepsis. Sterilisasi Adalah suatu proses yang mikroorganisme pada benda mati.



berusaha



membasmi



semua



B. DEKONTAMINASI



Di RS Proses dekontaminasi dilakukan paling awal yaitu segera setelah benda terpapar atau potensial terpapar dengan cairan tubuh pasien yang potensial mengandung mikroorganisme yang berbahaya. Dekontaminasi dapat juga dilakukan sebagai tindakan pencegahan . Pelaksana: Handschoen dan instrumen



: Paramedik/Bidan



Linen



: Bagian laundry



Perlengkapan : Pasca operasi / Pasca bersalin : masih memakai APP dan memakai sarung tangan karet / Rumah tangga Petugas laundry memakai APP sesuai prosedur pengelolaan linen kotor Dekontaminasi dapat dilakukan dengan beberapa tahap : Tahap 1



: jika benda mati terkontaminasi cairan atau jaringan tubuh pasien dalam bentuk yang lebih padat, atau keras, atau jumlah banyak . Biasanya dilakukan pada linen, sedangkan instrumen dan peralatan jarang terkontaminasi dengan kondisi seperti diatas. Contoh : Linen terkontaminasi stoolcell, atau feces , atau sisa makanan akibat muntah. Sebab dikhawatirkan bahan desinfektan yang selanjutnya akan diberikan bisa berkurang efektifitasnya jika bereaksi dengan bahan - bahan tsb. Cara : Dilakukan pencucian pada daerah yang terpapar saja dengan bantuan air mengalir yang kuat / disemprot dan dibantu penyikatan. Dilaksanakan oleh paramedis sebelum linen ditransfer ke laundry, pembersihan selanjutnya dilakukan oleh petugan laundry Dilaksanakan di spoolhoek di OK / VK dan unit Laundry



Tahap 2



: Dengan merendam instrumen / alat / linen dalam larutan chlorine 0,5% atau alkazim selama 10 menit. Tahap ini dapat membasmi kuman hingga 80% termasuk Virus HIV, HBV dan HCV Cara membuat larutan chlorine : a. Menggunakan Bayclin 1 bagian bayclin + 9,5 bagian air bersih b. Menggunakan Presept 5 gram Presept setiap liter air c. Menggunakan Kaporit 60% 1 ons / 100 gram kaporit + 12 liter air bersih d. Menggunakan Kaporit 0,5% 14 gram kaporit setiap liter air bersih



Cara merendam : a. Untuk instrumen dan handschoen Dilaksanakan di spoolhoek di OK / VK. Untuk Linen dilaksanakan di Ruang Laundry. b. Untuk Instrumen dan handschoen larutan chlorine disediakan dalam wadah plastik. Beri tanda ketinggian pada wadah tersebut untuk tiap kenaikan 1 liter airnya. Wadah untuk Handschoen dan instrumen terpisah. Untuk Linen , larutan chlorine disediakan dalam bak cuci. c. Handschoen sebelum dilepaskan dicuci dahulu dalam larutan chlorine, baru dilepaskan sesuai aturan dan direndam dalam keadaan terbalik. d. Instrumen direndam dalam keadaan terbuka kuncinya, dan sebaiknya direndam sekaligus tidak sedikit - sedikit. Sebab sifat korosif chlorine, maka masalah lama perendaman menjadi penting. Bila direndam sedikit-sedikit, maka hitungan 10 menit dimulai sejak instrumen terakhir dimasukkan. e. Linen langsung direndam dalam bak berisi larutan chlorine, serta diaduk-aduk sebentar agar semua linen terbasahi dengan baik. f. Rendam selama 10 menit. g. Instrumen kemudian diangkat, dicuci dan disikat dengan air detergent, dan dibilas dengan air mengalir h. Handschoen diangkat, dicuci dan dikucek dengan air detergent, dan dibilas bersih dengan air mengalir i. Linen diangkat, diperas, dan dibilas bersih dengan air mengalir. j. Selanjutnya sesuai prosedur pengelolaan masing-masing.



Catatan :Larutan chlorine 0,5% dapat juga dipakai sebagai usaha desinfeksi dengan membasuh permukaan seperti permukaan lantai, kaca, meja , meja operasi. C. DESINFEKSI Desinfeksi di RS dilakukan dengan beberapa cara : Menggunakan bahan kimia, dengan perebusan, dan desinfeksi ruangan dengan sinar Ultra violet Desinfeksi dengan bahan kimia Syarat bahan desinfektan yang baik : Potensi desinfeksi / antisepsis baik / kuat, spektrum luas Tidak bersifat toksik / karsinogenik / korosif / iritatif/ non alergenik Mudah didapat, harga ekonomis No



Jenis



Karakteristik



1



Sabun Antiseptik



Antiseptik lemah Cuci Efektif melepaskan biasa kotoran pada tubu atau benda mati



2



Karbol (phenol) Cresol (Lysol)



Desinfektan kuat Iritable dan toksik



3



Iodine/Betadine



4



Alkohol 70%



5



Chlorhexidine



Penggunaan tangan



Mengepel Lantai dan dinding Spektrum luas, keramik antisepsis/desinfektan sedang Antisepsis area Tidak begitu toksik, tindakan / tidak iritatif,tidak operasi korosif Terpengaruh darah Desinfeksi Ekonomis darurat instrumen Antisepsis dan desinfektan kuat, spektrum luas Tidak terlalu toksik, Antisepsis tubuh sedikit iritatif, mudah Desinfeksi menguap, tidak korosif, darurat mdh terbakar instrumen Harga ekonomis Antiseptik kuat, makin



6



7



kuat jika dicampur alkohol atau detergent Cuci tangan H2O2 (Hidrogen Tidak toksik bedah Peroksida) Relatif ekonomis Merendam Antiseptik lambat, instrumen namun karena melepaskan ion dapar membasmi kuman Membersihkan anaerob linen dari darah Iritatif pada luka Formalin ekonomis



antisepsis dan desinfektan kuat sangat iritatif dan karsinogenik Bila dicampur alkohol bisa sporisidal ekonomis



8 Glutaraldehyde (Cidex)



9 Chlorine



antiseptik kuat cepat 2 menit -10 menit Sporisidal 10 jam Tahan 14 hari iritatif Mahal



Mengawetkan spesimen Desinfeksi handschoen daur ulang



dan Desinfeksi instrumen Merendam instrumen, rubber/ selang



Dengan kadar ppm yang tepat dapat bersifat desinfektan kuat hingga sporisidal Desinfeksi Agak toksik semua alat, Iritatif dan korosif instrumen, linen, ekonomis permukaan Contoh penggunaan Presept Desinfeksi Linen 5g untuk 20 L air direndam selama 1 jam Desinfeksi Lantai 5g untuk 20L air sebagai air pel Desinfeksi Alat makan 5g untuk 20L air direndam 1 menit D. STERILISASI Ada 4 cara sterilisasi yang dilaksanakan di RS



1. Sterilisasi Steam pressure (Uap Bertekanan) dengan Autoclave Alat Auto Clave a. Katup pengaman b. Indikator tekanan c. Katup pembuka d. Tutup autoclave e. Baut f. Kunci wing g. Gasket /pelapis h. Container i. Tangki sterilisasi j. Tatakan berlubang k. Tabung pemanas l. Lampu Indikator m. Keran pengeluaran n. Alat pembuka mur



Cara Penggunaan : A. Pengemasan Kemas / bungkus benda yang akan disterilisasi dengan baik. Susun paket-paket tersebut pada tatakan berlubang dalam tangki sterilisasi, sisakan jarak diantara paket tsb agar pemanasan dapat tersebar dengan baik. B. Penambahan air Tambahkan 4 liter air bersih kedalam tanki utama. Selama proses sterilisasi, air akan menguap secara bertahap dan level air akan menurun. Jadi air yang dimasukkan harus cukup sedemikian sehingga menegah tabung pemanas terbakar karena air dibawah level tabung pemanas. C. Penyegelan Masukkan tangki sterilisasi kedalam tanki utama. Sisipkan pipa lunak yang terdapat pada tutup ke celah setengah lingkaran disisi tangki nsterilisasi. Kemudian tutup. Paskan posisi antara cekungan pada tutup dengan yang pada tangki utama. Dan kuatkan penutupan dengan kunci wing searah jarum jam sedemikian sehingga kedap udara. D. Pemanasan



Colokkan kabel listrik ke stekker PLN, maka tabung pemanas akan menjadi makin panas. Selama pemanasan, katup pengeluaran dalam posisi terbuka, sampai tampak adanya uap menyemprot keluar, maka katup pengeluaran ditutup. Indikator tekanan akan segera bergerak searah jarum jam petanda tekanan di dalam tangki makin naik. E. Sterilisasi Ketika tekanan mencapai batas yang diharapkan, mulailah hitung waktu yang dibutuhkan untuk sterilisasi. Lihatlah tabel dibawah ini. Ingat, tekanan dalam tanki tidak boleh dibawah 0,14Mpa, dan bila kita tidak mengontrol tekanan dengan menyesuaikan voltase listrik, katup pengaman akan membuka sendiri bila tekanan melebihi 0,165Mpa. Jenis benda Benda Karet Linen Instrumen Cairan dlm botol



Waktu 15 30-45 15 20-40



tekanan 0,1-0,11 0,1-0,15 0,1-0,15 0,1-0,15



Suhu 121 121-126 121-126 121-126



F. Pengeringan Benda-benda seperti instrumen, linen, dsb akan seger kering dengan cepat. Setelah sterilisasi selesai, bukalah katup pemuangan. Ketika jarum indikator menunjukkan angka 0, tunggu 1 – 2 menit lalu buka penutupnya dan teruskan pemanasan hingga 10 – 15 menit untuk menguapkan sisa air. Kemudian matikan pemanas dengan menekan saklar ke posisi OFF. G. Pendinginan Jika yang disterilisasi adalah cairan, maka tidak akan cepat kering. Karenanya jangan segera membuka katup pembuangan ketika waktu sterilisasi selesai, untuk menghindari cairan yang mendidih itu tumpah atau meledakkan wadahnya. Karena itu ketika sterilisasi selesai, matikan listriknya, dan biarkan tangki mendingin, sampai jarum indikator tekanan menunjukkan angka 0. Tunggu beberapa menit, kemudian buka katup pembuangan , lalu buka penutup. H. Pemeliharaan  Sebelum dioperasikan, periksalah apakah airnya cukup (4liter lebih) dan level air diatas tabung pemanas  Ketika memulai pemanasan, buka dulu katup pembuangan untuk mengeluarkan udara dingin dalam tanki, kalau tidak, udara akan menghambat panas dan efek sterilisasi akan terganggu.















    



Jika ingin mensterilkan cairan, tempatkan cairan kedalam botol kaca tahan panas hingga 3/4nya saja. Tutup botol dengan kain dan kasa dan ikat dengan tali. Jangan menggunakan sumbat karet atau kayu, karena botolnya bisa pecah. Letakkan botol diatas wadah metal yang lebih besar, sehingga bila botol pecah pecahan tidak berhamburan. Jangan langsung membuka katup pembuangan ketika waktu sterilisasinya selesai. Jangan mecampur bahan yang akan disterilisasi yang berbeda waktu sterilisasinya. Atau berbeda jnis seperti cairan dengan linen, misalnya. Setelah sterilisasi selesai dan jarum indikator tekanan menunjuk ke angka 0, kalau tidak bisa membuka penutupnya, bukalah katup pembuangan untuk membiarkan udara luar masuk ke dalam tanki. Periksa secra berkala kondisi autoclave Lebih bagus lagi jika air yang digunakan adalah air ion atau air suling. Ganti gasket / pelapis secara periodik Buanglah air jika autoclave tidak digunakan lagi. Pastikan jarum menunjuk ke angka 0 sebelum pemanasan dimulai.



BAB V LOGISTIK



Kebutuhan barang-barang logistik di Kamar Operasi terdiri dari barang tetap dan barang habis pakai. Barang tetap terdiri dari peralatan medis, peralatan keperawatan, alat tenun dan peralatan rumah tangga. Sedangkan barang habis pakai terdiri dari : Obat-obatan dan bahan habis pakai alkes (BHP), alat kebersihan, Cetakan dan Alat Tulis Kantor (ATK). Untuk proses pengadaan barang habis pakai di tiap ruangan melalui 3 proses, yaitu : 1. Perencanaan Kepala Ruangan mendata kebutuhan barang (BHP, alat kebersihan, cetakan dan ATK) dalam 1 tahun dan membuat rencana kebutuhan berdasar pemakaian tahun lalu ditambah 10% 2. Permintaan Permintaan kebutuhan barang perbulan ruangan dilakukan setiap awal bulan sesuai jadwal ke bagian farmasi untuk BHP, dan ke bagian penyimpan barang untuk alat kebersihan, cetakan dan ATK 3. Penyimpanan Penyimpanan barang dilakukan di tiap ruangan selama 1 bulan



A. Barang Tetap 1. Peralatan Keperawatan a. Ruang Operasi 1) Mesin anestesi 2) Lampu OK 3) Meja operasi 4) Meja mayo 5) Inkubator 6) Neonatal transport incubator 7) Radian warmer 8) Infusion pump



9) Syringe pump 10) Suction 11) Standar infuse 12) Laringoskop 13) Bag mask 14) Termometer digital 15) Bed side monitor neonate 16) Humidifier 17) Pulse oximetri 18) Lampu sorot 19) Kom betadin kecil 20) Tromol besar 21) Tromol kecil 22) Neerbeken 23) Klem 24) Pinset 25) Gunting 26) Bak stainless kecil 27) Bak stainless sedang 28) Bak stainless besar 29) Kit partus/resusitasi 30) Stetoskop bayi 31) Stetoskop dewasa 32) Lemari obat kaca 33) Meja perasat/tindakan 34) Partus set 35) Instrumen bedah SC, laparatomy 36) Gas medik 37) Sink 2. Alat Tenun a. Gown b. Doek steril



c. Sprey infant warmer d. Baju operator, asisten dan pasien e. Sarung O2 f. Gordin



3. Peralatan Rumah Tangga a. Lemari obat emergency b. Senter c. Meja pasien d. Lampu sorot e. Lampu senter/lampu emergency f. Nampan g. Tempat sampah besar h. Jam dinding



B. Barang Habis Pakai 1. Obat-obatan dan bahan habis pakai (BHP) a. Tiap ruangan dalam Kamar Operasi memiliki persediaan obat dan bahan habis pakai yang berasal dari bagian farmasi untuk keadaan kegawat daruratan sesuai dengan standar therapy b. Pemakaian obat pasien dilakukan dengan cara meresepkan obat sesuai kebutuhan dan disimpan dalam loker obat pasien selama pasien dirawat di ruangan rawat inap. 2. Alat kebersihan Regulasi sesuai dengan kebutuhan di ruangan 3. Cetakan Regulasi sesuai dengan kebutuhan ruangan 4. Alat tulis kantor Regulasi sesuai dengan kebutuhan ruangan



BAB VI KESELAMATAN PASIEN



A. Admisi Pasien Kamar Operasi Pasien yang masuk kamar operasi untuk menjaga keselamatan pasien tindakan yang harus dilakukan meliputi : 1.



Identitas pasien Identitas pasien merupakan hal yang sangat penting ditanyakan kepada



petugas



yang



mengoperkan



dan



mengklarifikasi



kebenarannya agar terhindar dari kesalahan identitas pasien yang dapat merugikan dalam pemberian terapi. 2. General consent General consent perlu dilihat dalam status pasien dan ditanyakan kepada petugas atas kelengkapan general consent, yaitu terdapat tanda tangan keluarga pasien sebagai penanggungjawab serta bersedia dengan peraturan serta pelayanan yang akan diberikan. General consent perlu juga di klarifikasi kepada pasien atau keluarga pasien atas penandatangan yang sudah dilakukan oleh keluarga pasien 3. Informed Consent Persetujuan / penolakan tindakan dari penanggung jawab pasien sangat diperlukan sebelum melakukan tindakan invasif atau noninvasif terhadap pasien. Consent dapat diberikan oleh keluarga atau pasien sendiri setelah mendapatkan penjelasan dari DPJP dan paramedik mengenai tindakan, tujuan, resiko, manfaat dan komplikasi nya. 4. Kelanjutan therapy Kelanjutan therapy yang yang harus kita perhatikan adalah terapy yang sudah diberikan dan therapy apa saja yang akan dilakukan pada saat operan dilakukan sehingga tidak memperburuk kondisi pasien saat masuk ruangan rawat inap.



5. Analisa keselamatan pasien Sebelum pasien masuk ruangan petugas diharuskan memeriksa gambaran umum pasien, dimulai dari fisik apakah ada kelemahan, dari struktur anatomi



sehingga resiko pasien jatuh,



dapat



terhindarkan B. Perencanaan Dalam melakukan perencanaan lakukan dengan pola:



spesifik,



mesureable, actual, realita dan time ( SMART) 1. Medis a. perencanaan pemberian therapi lakukan dengan mengacu pada PPK b. Setiap perencanaan asuhan dokumentasikan dalam clinical pathway c. Catat pula dalam dalam rekam medis yaitu catatan perkembangan yang terintergramasi d. Catatan Medis dalam bentuk SOAP (S; Data Subyektif, O; data Obyektf,A; asesmen/ diagnose dan P; planning) e. Pengisian SOAP dilakukan setiap visite f. Minimal visite 1x24 jam sehingga dapat diketahui dan dimonitor perkembangan pasien tersebut 2. Keperawatan a. Perencanaan asuhan mengacu pada standar asuhan 10 penyakit terbanyak b. Bila tidak tersedia dalam 10 penyakit terbanyak lakukan dengan melihat respon pasien c. Perencanaan asuhan didokumentasikan pada rekam medis master perencanaan asuhan keperawatan sesuai diagnose yang ditemukan d. Perencanaan dibuat untuk 1x24 jam yang disusun oleh kepala Tim, atau tenaga keperawatan lain yang ditunjuk 3. Gizi a. Perencanaan dibuat dalam lembaran catatan perkembangan yang terintergramasi



b. Menyusun perencanaan mengacu kepada permintaan atau intruksi dokter dan hasil asesmen 4. Farmasi/Apoteker a. Perencanaan apoteker didokumntasikan pada rekam medis catatan perkembangan yang terintergramasi b. Acuan perencanaan mengacu pada pemberian therapy/obat yang diajukan dokter dan hasil visite



C. Implementasi 1. Medis Implementasi yang dilakukan oleh tenaga medis di ruangan rawat inap adalah tindakan yang tidak dapat di limpahkan kepada tenaga perawat atau bidan, karena belum memiliki sertifikat dalam tindakan tersebut atau implementasi yang sifatnya memberikan bimbingan kepada tenaga perawat. Jenis tindakan yang harus dilakukan oleh dokter; a. Tindakan insisi vena untuk penanganan pemasangan kedaruratan cairan b. Pemasangan infuse lewat tulang rawan c. Memberikan inform consent terkait tindakan operasi d. Konsul kepada sub spesilis atau konsulen dalam bidang khusus 2. Keperawatan Implementasi yang dilakukan oleh tenaga perawat dan bidan adalah tindakan yang bersifat kolaborasi/pelimpahan wewenang maupun asuhan mandiri Jenis tindakan yang kolaboratif dalam bidang: a. Oksigenisasi 1) Pemasangan kanul oksigen 2) Pemasangan masker oksigen 3) Tindakan saction 4) BHD (Bantuan Hidup Dasar) b. Cairan dan elektrolit



1) Pemasangan infuse 2) Pemasangan tranfusi darah c. Nutrisi 1) Pemasangan NGT d. Eliminasi 1) Pemasangan Kateter Tindakan mandiri dalam keperawatan a. Oksigenisasi 1) Membersihkan jalan napas dengan menggunakan lidi woten 2) Membantu batuk efektif b. Cairan dan elektrolit 1) Mengobservasi intake dan output 2) Membantu member minum c. Nutrisi 1) Membantu memberikan makan lewat mulu 2) Membantu meberikan makanan cair lewat NGT d. Eliminasi 1) Membantu BAK di tempat tidur 2) Membantu BAB ditempat Tidur e. Personal Hygine 1) Membantu memandikan di tempat tidur 2) Menseka 3) Membantu cuci rambut 4) Membantu Oral higine f. Perawatan luka (lihat pada panduan perawatan luka) g. Pemberian edukasi (lihat panduan edukasi) h. Gangguan rasa nyaman:nyeri 1) Mengalihkan nyeri melalui destraksi dan manipulasi nyeri lainnya 2) Mengkaji tingkat range nyeri 3. Gizi



Implementasi yang harus dilakukan oleh tenaga Gizi adalah a. Memberikan nutrisi b. Mengobservasi makanan yang habis dan tidak habis c. Memberikan konsultasi diit



4. Farmasi Implemntasi tindakan asuhan klinik farmasi adalah a. Memberikan obat yang sudah perdosis/shif b. Memberikan konsultasi penggunaan obat c. Memberikan saran kepada dokter terkait obat yang di resepkan



D. Evaluasi 1. Medis a. Dilakukan sesuai rencana waktu therapy akhir terapi atau evaluasi yang sifat formatif (setelah tindakan) b. Evaluasi dicatat kedalam catatan perkembangan pasien dan terutama pada kolom Planing dicatata apakah therapy di stop atau dilanjutkan 2. Keperawatan a. Dilakukan sesuai rencana target waktu asuhan atau evaluasi yang sifat formatif (setelah tindakan/setelah shif) b. Evaluasi yang dilakukan diakhir dinas pada catatan “E” evaluasi 3. Gizi a. Dilakukan setelah pemberian nutrisi diperkirakan sudah 30 menit keatas b. Catat hasil evaluasi dalam catatan perkembangan pada kolom” O” (obyektif) 4. Farmasi a. Dilakukan setelah dilakukan implementasi berupa respon setelah pemberian obat atau edukasi b. Catat dalam catatan perkembangan yang terintergramasi pada kolom “O” (obyektif)



Keselamatan pasien di Kamar Operasi dibagi ke dalam beberapa aspek diantaranya : 1. Sumber Daya Manusia a. Pasien di kamar operasi mendapatkan asuhan dari petugas dimana petugas tersebut memiliki kualifikasi yang sudah ditetapkan b. Ketepatan identifikasi pasien c. Komunikasi yang efektif dengan pasien d. Keamanan pemberian cairan konsentrat e. Ketepatan tindakan dan prosedur yang akan dilakukan pada pasien f. Pengurangan resiko infeksi dari tindakan medis yang dilakukan 2.



Fisik a. Air bersih dilakukan pemeriksaan fisik, kimia dan biologi setiap 6 bulan sekali Fasilitas a. Meja OK harus sesuai standar b. Khusus untuk pasien gelisah harus dipasang restrain c. Tersedianya APAR d. Ventilasi AC dilengkapi dengan filter bakteri e. Dilakukannya kalibrasi berkala untuk peralatan medik f. Lantai ruangan dari bahan yang kuat, rata, tidak licin dan mudah dibersihkan g. Lantai kamar mandi dari bahan yang kuat, tidak licin, mudah dibersihkan mempunyai kemiringan yang cukup dan tidak ada genangan air h. Pintu dapat dibuka dari luar i. Adanya jalur evakuasi



BAB VII KESELAMATAN KERJA



A. Pengertian Keselamatan Kerja Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan mesin, pesawat alat



kerja, bahan dan proses pengolahan, landasan kerja dan



lingkungan kerja serta cara-cara melakukan pekerjaan dan proses produksi Keselamatan kerja merupakan tugas semua orang yang berada di rumah sakit termasuk instalasi farmasi dengan demikian keselamatan kerja adalah dari, oleh dan untuk setiap tenaga kerja dan orang lain yang berada di rumah sakit serta masyarakat di sekitar rumah sakit yang mungkin terkena dampak akibat suatu proses kerja. Dengan demikian jelas bahwa keselamatan kerja adalah merupakan sarana utama untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja yang dapat menimbulkan kerugian yang berupa luka/cidera, cacat/ kematian, kerugian harta benda dan kerusakan peralatan mesin dan lingkungan secara luas.



B. Tujuan Keselamatan Kerja 1.



Mencegah dan mengurangi kecelakaan ketika melakukan pekerjaan



2.



Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya paparan dari zat kimia yang membahayakan



3.



Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja baik fisik maupun psikis



4.



Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban



5.



Menerapkan ergonomi di tempat kerja



6.



Mengamankan dan memelihara alat-alat perlengkapan farmasi



7.



Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya



8.



Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran



9.



Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahaya kecelakaannya menjadi bertambah tinggi



C. Klasifikasi Kecelakaan Kerja Klasifikasi kecelakaan kerja di Kamar Operasi secara garis besar, diantaranya : 1.



Klasifikasi menurut jenis kecelakaan a. Terpapar zat kimia cair b. Menghirup obat berbahaya ketika melakukan peracikan c. Terjatuh d. Tersandung benda e. Terbentur alat f.Terkena arus listrik dll



2.



Klasifikasi menurut agen penyebabnya a. Alat-alat keperawatan seperti tertusuk jarum suntik, terbentur, dll b. Lingkungan kerja, seperti ruangan panas, pencahayaan kurang.



3.



Klasifikasi menurut jenis luka dan cideranya a. Efek terkena zat kimia b. Efek terkena menghirup obat c. Patah tulang d. Keseleo/dislokasi/terkilir e. Kenyerian otot dan kejang f. Luka tergores



4.



Klasifikasi menurut lokasi bagian tubuh yang terluka a. Kepala, leher, badan, lengan, kaki dan berbagai bagian tubuh lainnya b. Luka umum dsb



5.



Pencegahan kecelakaan kerja Pencegahan kecelakaan kerja yang di lakukan Kamar Operasi. Diantaranya adalah : a. Desain ruangan Ruangan operasi berukuran ±108 m2 terdiri dari ruang preoperasi, kamar operasi dan ruang recovey, dibagian belakang jugan terdapat ruang dokter, kamar ganti, toilet dan unit CSSD. Toilet dilengkapi keset kering untuk mencegah jatuh terpeleset. Ruangan gudang



linen didesain dengan menggunakan rak penyimpanan linen. Penyimpanan dilakukan untuk linen tebal disimpan ditahapan bawah sehingga tidak berbahaya sewaktu pengambilan, dan linen ringan disimpan di rak atas sehingga pengambilan lebih mudah dengan di fasilitasi menggunakan tangga b. Ruangan ganti pakaian Ruangan ganti pakaian di usahakan selalu bersih dan setiap pakaian pengganti di simpan dalam gantungan baju dan untuk pakaian dinas disimpan diloker c. Ruangan Dokter Ruangan di usahakan selalu bersih, dilengkapi dengan tempat cuci tangan dan tersedia loker untuk minimalkan terjadinya infeksi nosokomial



BAB VIII PENGENDALIAN MUTU



Pengendalian mutu merupakan suatu program yang bersifat objektif dan berkelanjutan untuk menilai dan memecahkan masalah yang ada sehingga dapat memberikan kepuasan pada pelanggan dan mencapai standar klinis yang bermutu. Penegmbangan mutu Kamar Operasi meliputi :



A. Pengembangan Mutu Standar Prosedur Operasional Pengendalian mutu Standar Prosedur Operasional seluruh staf dengan mengadakan rapat bulanan untuk mengevaluasi Standar Prosedur Operasional yang telah ada dan menambahkan Standar Prosedur Operasional yang belum ada/belum lengkap serta merevisi Standar Prosedur Operasional yang telah ada sesuai dengan keadaan dilingkungan kerja Seluruh staf memberikan masukan demi terciptanya unit pelayanan rawat inap yang lebih baik dari sebelumnya. Standar Prosedur Operasional yang kurang dicatat oleh seluruh staf untuk dibahas dalam rapat bulanan.



B. Pengembangan Mutu Sumber Daya Manusia 1. Pelatihan dan seminar staf r secara berkala baik internal maupun eksternal mengenai pelayanan kamar operasi yang sesuai dengan bagiannya masingmasing. 2. Pendidikan formal maupun informal untuk seluruh staf 3. Pertemuan staf dilakukan tiap bulan membahas dan melakukan evaluasi terhadap laporan bulanan, pencegahan infeksi dan permasalahan di rawat inap 4. Melakukan study banding dengan Kamar Operasi Rumah Sakit lain



C. Pengembangan Mutu Fasilitas dan Perawatan 1.



Lakukan kalibrasi untuk peralatan elektronik untuk menghindari kesalahan dalam menginterpretasikan informasi yang didapat



2.



Buat inventarisasi fasilitas dan peralatan yang ada, sehingga dapat diketahui apakah jumlah dan fungsinya masih dapat dipertahankan atau perlu diajukan permintaan baru atau perbaikan yang ada



3.



Menjaga kebersihan dan mengendalikan infeksi melalui sterilitas alat dan penyediaan cuci tangan



4.



Ikuti prosedur pemeliharaan alat kesehatan sesuai petunjuk operasional



BAB IX PENUTUP



Pedoman Pelayanan Kamar Operasi ini disusun dengan tujuan untuk meningkatkan mutu pelayanan medik dan keperawatan di Kamar Operasi. Dengan adanya pedoman ini diharapkan dapat tersusun standar pelayanan keperawatan di ruang operasi, standar asuhan keperawatan di kamar operasi dan tersusunnya prosedur atau protap kerja. Perawat dan bidan dalam hal ini sangat memegang peranan penting dan strategis untuk menentukan keberhasilan pelayanan yang diberikan kepada pasien. Untuk itu pedoman ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi perawat dan bidan di ruang operasi dalam memberikan asuhan medis atau keperawatan.



Ditetapkan di Solok Pada tanggal September 2019 RSIA Permata Bunda Direktur



dr. Vyola Regina