Pengkajian Pada Sistem Integument [PDF]

  • Author / Uploaded
  • anita
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kulit merupakan organ tubuh yang paling luas yang berkontribusi terhadap total beat tubuh sebanyak 7 %. Keberadaan kulit memegang peranan penting dalam mencegah terjadinya kehilangan cairan yang berlebihan, dan mencegah masuknya agen-agen yang ada di lingkungan seperti bakteri, kimia dan radiasi ultraviolet. Kulit juga akan menahan bila terjadi kekuatan-kekuatan mekanik seperti gesekan (friction), getaran (vibration) dan mendeteksi perubahanperubahan fisik di lingkungan luar, sehingga memungkinkan seseorang untuk menghindari stimuli-stimuli yang tidak nyaman. Kulit membangun sebuah barier yang memisahkan organ-organ internal dengan lingkungan luar, dan turut berpartisipasi dalam berbagianai fungsi tubuh vital. Banyak masalah atau penyakit yang terjadi pada kulit, permasalahan tersebut disebabkan alergi pada kulit dan penyebab lain. Yang sering ditandai dengan nyeri, itching ( gatal-gatal), dryness, lumps, lessi ( luka), massa, kerusakan integritas, sianosis. Makalah ini membahas mengenai pengkajian kita pada kulit. B. Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan Anatomi Kulit ? 2. Apa yang dimaksud dengan Fisiologi Kulit ? 3. Bagaimana Pengkajian pada Sistem Integumen ? C. Tujuan Penulisan 1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Anatomi Kulit 2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Fisiologi Kulit 3. Untuk mengetahui Pengkajian pada Sistem Integumen



BAB II PEMBAHASAN 1



A. Anatomi Kulit Kulit adalah suatu organ pembungkus seluruh permukaan luar tubuh, merupakan organ terberat dan terbesar dari tubuh. Seluruh kulit beratnya sekitar 16% berat tubuh, pada orang dewasa sekitar 2,7 – 3,6kg, Luasnya sekitar 1,5 – 1,9 meter persegi. Tebalnya kulit bervariasi mulai 0,5 -6 mm tergantung dari letak, umur dan jenis kelamin.Kulit tipis : kelopak mata, penis, labium minus dan kulit bagian medial lengan atas, Kulit tebal



: telapak



tangan, telapak kaki, punggung, bahu dan bokong. Secara embriologis kulit berasal dari dua lapis yang berbeda : 1. Lapisan luar adalah epidermis yang merupakan lapisan epitel berasal dari ectoderm 2. Lapisan dalam yang berasal dari mesoderm adalah dermis atau korium yang merupakan suatu lapisan jaringan ikat. 1. Epidermis ( Kulit Ari) Epidermis adalah lapisan luar kulit yang tipis dan avaskuler. Terdiri dari epitel berlapis gepeng bertanduk, mengandung sel melanosit, Langerhans dan merkel. Tebal epidermis berbeda-beda pada berbagai tempat di tubuh, paling tebal pada telapak tangan dan kaki.Ketebalan epidermis hanya sekitar 5% dari seluruh ketebalan kulit. Terjadi regenerasi setiap 4 - 6 minggu. a. Lapisan Epidermis Epidermis terdiri atas lima lapisan (dari lapisan yang paling atas sampai yang terdalam) : 1) Stratum Korneum (lapisan tanduk) Merupakan Lapisan Epidermis paling atas. Lapisan tanduk terdiri atas beberapa lapis sel pipih, tidak memiliki inti, tidak mengalami proses



metabolisme,



tidak



berwarna



dan



sangat



sedikit



mengandung air. Terdiri dari sel keratinosit yang bisa mengelupas dan berganti. 2



2) Stratum Lusidum (lapisan bening) Disebut juga lapisan barrier terletak dibawah lapisan tanduk dengan lapisan berbutir. Lapisan Bening terdiri dari protoplasma sel-sel jernih yang kecil-kecil, tipis, dan bersifat translusen sehingga dapat dilewati sinar (tembus cahaya).Lapisan ini sangat tampak jelas pada telapak tangan dan telapak kaki. 3) Stratum Granulosum (lapisan berbutir) Tersusun oleh sel-sel keratonosit berbentuk kumparan yang mengandung butir- butir di dalam protoplasmanya berbutir kasar dan berinti mengkerut. Lapisan ini tampak paling jelas pada kulit telapak tangan dan telapak kaki. 4) Stratum Spinosum (lapisan Bertaju) Disebut juga lapisisan malphigi terdiri atas sel-sel yang saling berhubungan dengan perantaraan jembatan-jembatan protoplasma berbentuk kubus. Jika sel-sel lapisan saling



berlepasan, maka



seakan akan selnya bertaju. Setiap sel berisi filamen-filamen kecil yang terdiri atas serabut protein. Sel-sel pada lapisan



taju normal,



tersusun menjadi beberapa baris. 5) Stratum Basale /Stratum Germinativum (lapisan benih) Merupakan lapisan terbawah epidermis, dibentuk oleh satu baris sel torak (silinder) dengan kedudukan tegak lurus terhadap permukaan dermis. Alas sel-sel torak ini bergerigi dan bersatu dengan lamina basalis di bawahnya. Lamina basalis yaitu struktur halus yang membatasi epidermis dengan dermis Terdapat aktifitas mitosis yang hebat dan bertanggung jawab dalam pembaharuan sel epidermis secara konstan. Epidermis diperbaharui setiap 28 hari untuk migrasi kepermukaan, hal ini tergantung letak, usia dan faktor lain. Merupakan satu lapis sel yg mengandung melanosit. b. Fungsi Epidermis :



3



Proteksi barier, organisasi sel, sintesis vitamin D dan sitokin, pembelahan dan mobilisasi sel, pigmentasi (melanosit) dan pengenalan alergen (sel Langerhans). 2. Dermis ( Kulit Jangat) Merupakan bagian yang paling penting di kulit yang sering dianggap sebagai “True Skin” karena 95% dermis membentuk ketebalan kulit. Terdiri



atas



jaringan



ikat



yang



menyokong



epidermis



dan



menghubungkannya dengan jaringan subkutis. Tebalnya bervariasi, yang paling tebal pada telapak kaki sekitar 3 mm. Kulit jangat atau dermis menjadi tempat ujung saraf perasa, tempat keberadaan kandung rambut, kelenjar keringat, kelenjar-kelenjar palit atau kelenjar minyak, pembuluhpembuluh darah dan getah bening, dan otot penegak rambut (muskulus arektor pili). a. Lapisan Dermis terdiri dua lapisan : 1) Lapisan papiler; tipis mengandung jaringan ikat jarang. 2) Lapisan retikuler; tebal terdiri dari jaringan ikat padat 3. Subkutan Merupakan lapisan di bawah dermis atau hypodermis yang terdiri dari lapisan lemak. Lapisan ini terdapat jaringan ikat yang menghubungkan kulit secara longgar dengan jaringan di bawahnya. Jumlah dan ukurannya berbeda-beda menurut daerah di tubuh dan keadaan nutrisi individu. Berfungsi menunjang suplai darah ke dermis untuk regenerasi. Fungsi Subkutis / hipodermis :Melekat ke struktur dasar, isolasi panas, cadangan kalori, kontrol bentuk tubuh dan mechanical shock absorber.



4. Vaskularisasi Kulit 4



Arteri yang memberi nutrisi pada kulit membentuk pleksus terletak antara lapisan papiler dan retikuler dermis dan selain itu antara dermis dan jaringan subkutis. Cabang kecil meninggalkan pleksus ini memperdarahi papilla dermis tiap papilla dermis punya satu arteri asenden dan satu cabang vena. Pada epidermis tidak terdapat pembuluh darah tapi mendapat nutrient dari dermis melalui membran epidermis 5. Kelenjar – Kelenjar pada Kulit a. Kelenjar Sebasae Berfungsi mengontrol sekresi minyak ke dalam ruang folikel rambut dan batang rambut yang akan melumasi rambut sehingga menjadi haluslentur dan lunak. b. Kelenjar Keringat Diklasifikasikan menjadi 2 kategori : 1) Kelenjar Ekrin terdapat disemua kulit Melepaskan keringan sebagai peningkatan suhu lingkungan dan suhu tubuh. Kecepatan sekresi dikndalikan oleh saraf simpatik. Pengeluaran keringat pada tangan, kaki, aksila, dahi, sebagai reaksi tubuh terhadap stress, nyeri, dll. 2) Kelenjar Apokrin Tedapat di aksila, anus, skrotum, labia mayora dan uara pada folikel rambut. Kelenjar ini aktif pada masa pubertas, pada wanita akan memberpesar dan berkurang pada siklus haid. Kelenjar apokrin memproduksi keringat yang akan keruh seperti susu yang akan diuraikan oleh bakteri menghasilkan bau khas pada aksila. Pada telinga bagian luar terdapat kelenjar apokrin khusus yang disebut kelenjar seruminosa yang menghasilkan serumen (wax).



6. Pembuluh Darah pada Kulit 5



Pembuluh darah kulit terdiri 2 anyaman pembuluh darah nadi yaitu : a. Anyaman pembuluh nadi kulit atas atau luar. Anyaman ini terdapat antara stratum papilaris dan stratum retikularis, dari anyaman ini berjalan arteriole pada tiap – tiap papilla kori. b. Anyaman pembuluh darah nadi kulit bawah atau dalam Anyaman ini terdapat antara korium dan subkutis, anyaman ini memberikan cabang – cabang pembuluh nadi ke alat – alat tambahan yang terdapat di korium. Dalam hal ini percabangan juga juga membentuk anyaman pembuluh nadi yang terdapat pada lapisan subkutis. Cabang – cabang ini kemudian akan menjadi pembuluh darah baik balik / vena yang juga akan membentuk anyaman, yaitu anyaman pembuluh darah balik yang ke dalam.Peredaran darah dalam kulit adalah penting sekali oleh karena di perkirakan 1/5 dari darah yang beredar melalui kulit.Disamping itu pembuluh darah pada kulit



sangat cepat menyempit/melebar oleh



pengaruh atau rangsangan panas, dingin, tekanan sakit, nyeri, dan emosi, penyempitan dan pelebaran ini terjadi secara refleks. 7. Susunan Saraf Kulit Kulit juga seperti organ lain terdapat cabang – cabang saraf spinal dan permukaan yang terdiri dari saraf-saraf motorik dan saraf sensorik.Ujung saraf motorik berguna untuk menggerakkan sel – sel otot yang terdapat pada kulit, sedangkan saraf sensorik berguna untuk menerima rangsangan yang terdapat dari luar atau kulit.Pada kulit ujung – ujung saraf sensorik ini membentuk bermacam – macam kegiatan untuk menerima rangsangan. Ujung – ujung saraf yang bebas untuk menerima rangsangan sakit/nyeri banyak terdapat di epidermis, disini ujung – ujung sarafnya mempunyai bentuk yang khas yang sudah merupakan suatu organ.



B. Fisiologi Kulit 6



Kulit merupakan organ yang berfungsi sangat penting bagi tubuh diantaranya: 1. Fungsi Proteksi Kulit punya bantalan lemak, ketebalan, serabut jaringan penunjang yang dapat melindungi tubuh dari gangguan : a. fisis/ mekanis : tekanan, gesekan, tarikan. b. kimiawi : iritan seperti lisol, karbil, asam, alkali kuat c. panas : radiasi, sengatan sinar UV d. infeksi luar : bakteri, jamur Beberapa macam perlindungan : a. Melanosit  melindungi kulit dari pajanan sinar matahari dengan mengadakan tanning (penggelapan kulit) b. Stratum korneum impermeable terhadap berbagai zat kimia dan air. c. Keasaman kulit kerna ekskresi keringat dan sebum perlindungan kimiawi terhadap infeksi bakteri maupun jamur d. Proses keratinisasi  sebagai sawar (barrier) mekanis karena sel mati melepaskan diri secara teratur. 2. Fungsi Absorpsi Permeabilitas kulit terhadap O2, CO2, dan uap air memungkinkan kulit ikut mengambil fungsi respirasi. Kemampuan absorbsinya bergantung pada ketebalan kulit, hidrasi, kelembaban, metabolisme, dan jenis vehikulum. Penyerapan dapat melalui celah antar sel, menembus sel epidermis, melalui muara saluran kelenjar. 3. Fungsi Ekskresi Mengeluarkan zat yang tidak berguna bagi tubuh seperti NaCl, urea, asam urat, dan amonia. Pada fetus, kelenjar lemak dengan bantuan hormon androgen dari ibunya memproduksi sebum untuk melindungi kulitnya dari cairan amnion, pada waktu lahir ditemui sebagai Vernix Caseosa. 4. Fungsi Persepsi Kulit mengandung ujung saraf sensori di dermis dan subkutis. Saraf sensori lebih banyak jumlahnya pada daerah yang erotik. a. Badan Ruffini di dermis dan subkutis  peka rangsangan panas 7



b. Badan Krause di dermis => peka rangsangan dingin c. Badan Taktik Meissner di papila dermis => peka rangsangan rabaan d. Badan Merkel Ranvier di epidermis => peka rangsangan rabaan e. Badan Paccini di epidemis => peka rangsangan tekanan 5. Fungsi Pengaturan Suhu Tubuh (termoregulasi) Dengan cara mengeluarkan keringat dan mengerutkan (otot berkontraksi) pembuluh darah kulit. Kulit kaya pembuluh darah sehingga mendapat nutrisi yang baik. Tonus vaskuler dipengaruhi oleh saraf simpatis (asetilkolin). Pada bayi, dinding pembuluh darah belum sempurna sehingga terjadi ekstravasasi cairan dan membuat kulit bayi terlihat lebih edematosa (banyak mengandung air dan Na) 5. Fungsi Pembentukan Pigmen Karena terdapat melanosit (sel pembentuk pigmen) yang terdiri dari butiran pigmen (melanosomes) 6. Fungsi Keratinisasi Keratinosit dimulai dari sel basal yang mengadakan pembelahan, sel basal yang lain akan berpindah ke atas dan berubah bentuknya menjadi sel spinosum, makin ke atas sel makin menjadi gepeng dan bergranula menjadi sel granulosum. Makin lama inti makin menghilang dan keratinosit menjadi sel tanduk yang amorf. Proses ini berlangsung 14-21 hari dan memberi perlindungan kulit terhadap infeksi secara mekanis fisiologik. 7. Fungsi Pembentukan Vitamin D Kulit mengubah 7 dihidroksi kolesterol dengan pertolongan sinar matahari. Tapi kebutuhan vitamin D tubuh tidak hanya cukup dari hal tersebut. Pemberian vit D sistemik masih tetap diperlukan.



C. Pengkajian pada Sistem Integument 1. Anamnesa 8



a. Identitas Klien Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan ( pada beberapa kasusu penyakit kulit, banyak termkait fajktor pekerjaan, mis dermatitis, kontak alergi), alamat, status perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal masuk rumah sakit dan diagnosa medis. b. Riwayat Kesehatan 1) Keluhan Utama Keluhan utama yang sering muncul pada sistem integument, yaitu diantaranya: nyeri, itching ( gatal-gatal), dryness, lumps, lessi ( luka), massa, kerusakan integritas, sianosis. 2) Riwayat Kesehatan Dahulu Kaji adanya masalah kulit, bagian tubuh mana yang pertama kali terkena, apa penyebabnya serta adakah masalah yang menyertainya : gatal, rasa terbakar, baal, nyeri, demam, nausea, vomiting. Apa ada factor pencetus karena makanan, spray baru, sabun baru, kosmetik. Bagaimana ruam atau lesi dan kapan muncul pertama kali, apakah ada rasa gatal, terbakar, kesemutan seperti merayap. Dan apakah klien mempunyai riwayat asma dan alergi. 3) Riwayat Kesehatan Sekarang Kaji pola PQRST dapat digunakan untuk menanyakan keluhan klien , misalnya klien dengan keluhan gatal, dapat dikembangkan pengekajian sebagai berikut : a) Provocative/ paliatif ( pencetus) : apa penyebab rasa gatal tersebut ? apa yang meringankan atau memperberat gatal ? b) Quality/ Quantity ( kualitas) : bagaimana gambaran rasa gatal tersebut seperti membakar, hilang timbul, atau bercampur nyeri ? c) Region/ radiasi ( lokasi) : rasa gatal tersebut terasa dimana ? apakah menjalar sampai dimana ? d) Severity Scale ( tingkat keparahan)



;



berapa



lama



berlangsungnya dan apakah mengganggu aktivitas sehari-hari ? e) Timing ( waktu) : kapan pertama kali dirasakan ? apakah timbul setiap saat dan sewaktu-waktu ? 4) Riwayat Kesehatan Keluarga



9



Kaji adanya predisposisi genetic yang berhubungan dengan gangguang system integument, seperti : alopecia, ichthyosis, atropi dermatitis. Penyakit sistemik yang terkait dengan system imun seperti : Diabetes Mellitis, lupus eritematosus, scabies( menular) 5) Riwayat pekerjaan atau aktivitas sehari-hari Kaji bagaimana pola tidur kien, sebab pola tidur dan istirahat sangat mempengaruhi kesehatan kulit, jika seseorang kurang istirahat, kulit akan tampak kusam dan tidak berseri. Kaji juga lingkungan kerja klien untuk mengetahui kontak klien dengan bahan- bahan iritan, bahan yang menimbulkan gangguan pada kulit induviud 6) Riwayat psikososial Kaji keadaan psikologis klien, stress yang berkepanjangan dan mempengaruhi



kesehatan



klit



seseorang,



bahkan



dapat



menimbulkan keadaan kulit. Kaji juga masalah kulit yang timbul pada konsep diri klien. Kaji apakah masalah kulit klien mempengaruhi



aktivitas



sehari-hari,



apakah



mempengaruhi



pandangan klien terhadap tubuhnya.



2. Pemeriksaan Fisik Sistem Integumen 1. Inspeksi a. Melakukan inspeksi warna kulit : 1) Cyanosis, warna kebiru-biruan, mungkin terlihat di bawah kuku, bibir dan mukosa mulut. Terjadi karena penurunan ikatan oksihemoglobin, atau penurunan oksigenasi darah. Dapat disebabkan oleh penyakit paru, penyakit jantung, abnormalitas hemoglobin, atau karena udara dingin. 2) Jaundice, warna kuning atau kehijauan. Ketika terjadi bilirubin jaringan meningkat dan dapat pertama kali terlihat di sclera kemudian membrane mukosa dan kulit.



10



3) Pallor (pucat), penurunan warna kulit. Terjadi karena penurunan aliran darah ke pembuluh darah. Pucat mungkin terjadi di muka, palpebra konjungtiva, mulut dan di bawah kuku. 4) Erytema, warna kemerahan di kulit. Mungkin terjadi secara general maupun local. Erytema general disebabkan karena demam, sedangkan erytema local disebabkan karena infeksi local atau terbakar matahari. 5) Hyperpigmentasi : addsion disease → meningkatnya melanin, maka lihat kulit coklat seperti pada area putting, genetalia, telapak kaki, waktu hamil. 6) Albino : ketidakmampuan memproduksi melanin, dapat dilihat pada rambut, kulit dan bulu mata. b. Melakukan inspeksi adanya lesi pada kulit 1) Makula Yang dimaksud dengan makula adalah perubahan warna kulit tanpa disertai perubahan konsistensi dan permukaannya. Makula berukuran < 1 cm, sedangkan jika > 1 cm disebut patch Beberapa contoh makula: makula hitam pada freckles, makula putih pada vitiligo, panu , makula merah (eritem) pada dermatitis 2) Papula Adalah penonjolan kulit yang solid dengan diameter < 1 cm. Terjadinya papula adalah karena adanya proses: a) infiltrat pada papilla dermis: proses infiltrasi selular pada kasus lichen nitidus proses non-selular pada kasus lichen amiloidosis b) hiperplasi epidermis :veruka , molluscum contagiosum 3) Plak (plaque) Yang dimaksud plak adalah kelainan kulit seperti papula dengan permukaan datar dan diameter > 1 cm. Plak dapat terjadi karena perluasan suatu papula, tetapi dapat juga karena gabungan



atau



konfluensi



dari



beberapa



papula,



misalnya:lichen simplex, psoriasis 4) Urtika



11



Penonjolan kulit dengan batas tegas, timbulnya cepat, tetapi hilangnya juga cepat; biasanya berwana kemerahan dan pucat di bagian tengah, sering terdapat pseudopodia (kaki semu). Urtika timbul disebabkan karena adanya edema interselular yang biasanya merupakan kelanjutan dari meningkatnya permeabilitas kapiler dan hampir tidak pernah dijumpai adanya infiltrat radang Biasanya urtika timbul akibat adanya reaksi alergi, atau reaksi hipersensitifitas. Urtika yang timbul di jaringan yang longgar, seperti di kelopak mata, bibir, dan scrotum biasanya berukuran besar (luas) dan dinamakan angioedema.



5) Nodul Penonjolan kulit dengan batas tegas, letaknya dalam, diameternya > 1 cm. Nodul terjadi karena adanya infiltrasi yang bersifat massif pada dermis dan subkutis. Yang perlu diketahui adalah bahwa tumor sebenarnya juga seperti nodul, hanya saja istilah tumor digunakan untuk nodul dengan diameter yang besar. Tetapi dewasa ini istilah tumor sering digunakan untuk kelainan-kelainan yang bersifat neoplastik saja. 6) Kista Yang dimaksud kista adalah suatu rongga yang dibatasi oleh epitel dan di dalamnya berisi massa cair atau semisolid (cairan, sel, produk sel). Kista yang kecil kadang sulit dibedakan dari nodul 7) Vesikula Yang dimaksud vesikel adalah suatu penonjolan kulit dengan batas tegas, berisi cairan serous dan diameternya < 1 cm. Jika diameter > 1 cm disebut bula.Vesikula dan bula dapat terjadi di lokasi



yang



berbeda



pada



lapisan



kulit



Vesikel/bula



intraepidermal atau suprabasal spongiosis:Vesikel atau bula yang terjadi karena proses spongiosis dimulai dengan terjadinya 12



edema interselular di antara sel-sel keratinosit yang terisi cairan. Contoh: dermatitis kontak alergi (DKA) Vesikel/bula subepidermal atau infrabasal atau intradermal: Vesikel atau bula infrabasal terjadi karena lepasnya lapisan basal dari membrana basalis. Vesikel atau bula yang terbentuk biasanya akibat proses autoimun, misalnya: bullous pemphigoid, dermatitis herpetiformis.



8) Pustula Yang dimaksud pustula adalah penonjolan kulit berbatas tegas, diameter < 1 cm, berisi cairan pus/nanah. Lokasi pus bisa intra epidermal atau subepidermal. 9) Purpura Yang dimaksud purpura adalah perubahan warna kulit menjadi kemerahan yang terjadi karena perdarahan di dalam kulit. Bedanya dengan makula eritem atau patch eritem adalah pada purpura jika dilakukan penekanan dengan gelas objek (tes diaskopi) warna merah tidak akan hilang, sedangkan pada makula atau patch akan berubah pucat atau warna merah menghilang. Purpura dibedakan berdasarkan diameternya: a. petechie : diameter < 1 cm b. echymosis : diameter > 1 cm Kadang purpura berdiameter sangat besar dan menonjol akibat perdarahan yang massif dan letaknya dalam (pada dermis maupun



subkutis),



disebut



hematom.



Contoh



purpura:



vaskulitis alergika 10) Skuama (squama) Yang dimaksud skuama adalah stratum korneum yang terkelupas dan tampak pada permukaan. Yang dimaksud krusta adalah bahan cair ,eksudat, darah atau serum maupun jaringan nekrotik yang mengering. Contoh: impetigo krustosa 11) Erosi



13



Yang dimaksud erosi adalah defek pada sebagian atau seluruh epidermis tetapi tidak sampai pada membrana basalis, sehingga pada proses penyembuhannya tidak meninggalkan bekas sikatrik. Contoh: vesikel yang pecah 12) Ulkus Yang dimaksud ulkus adalah defek yang mengenai seluruh epidermis dan melebihi membrana basalis, bahkan mungkin sampai



dermis



atau



subkutis,



sehingga



pada



proses



penyembuhannya sering meninggalkan sikatriks. Contoh: ulkus stasis, ulkus tropikum. 13) Ekskoriasi Yang dimaksud ekskoriasi adalah erosi yang terjadi karena garukan; sehingga seringkali memberikan gambaran erosi yang berderet. 14) Fisura Yang dimaksud fisura adalah defek linier yang dapat mulai dari permukaan sampai lapisan dermis. Contoh: cheilitis angularis 15) Atropi Yang dimaksud atropi adalah penipisan kulit, baik epidermis maupun dermis. Kulit yang mengalami atropi akan nampak mengkilat, putih, dengan gambaran permukaan yang hilang, mengkerut, dan tidak mempunyai adnexa lagi. Contoh: proses penuaan, atrofi akrena steroid Adanya atropi disertai teleangiektasi



dan



hipo



atau



hiperpigmentasi disebut poikiloderma 16) Sikatriks Yang dimaksud sikatriks adalah penonjolan kulit akibat penumpukan jaringan fibrosa sebagai pengganti jaringan kolagen normal. Jika jaringan terus menerus tumbuh berlebihan disebut keloid 17) Sclerosis Yang dimaksud sclerosis adalah mengerasnya kulit yang hanya dapat ditemukan dengan palpasi. Contoh: scleroderma



14



18) Likenifikasi Yang dimaksud likenifikasi adalah penebelan kulit yang ditandai dengan penegasan gambaran garis-garis permukaan kulit baik longitudinal maupun transfersal, biasanya disertai hiperpigmentasi. Proses likenifikasi terjadi sebagai akibat garukan kronis dan hebat. Contoh: lichen simplex 19) Hiperkeratosis Yang dimaksud hiperkeratosis adalah penebalan kulit yang terjadi karena menebalnya stratum korneum. Proses penebalan stratum korneum akan lebih jelas apabila dilihat secara mikroskopis. Contoh: keratoderma palmaris a) Nevus pigmentosus adalah andeng-andeng atau tahi lalat, hiperrpigmentasi pada suatu daerah kulit dengan batas tegak b) Tattoo adalah hiperpigmentasi buatan dengan memasukkan zat warna dengan tusukan – tusukan jarum c) Hemmangioma adalah suatu bercak kemerahan akibat pelebaran pembuluh – pembuluh darah setempat yang biasanya konginetal d) Spider nevi adalah suatu pelebaran pembuluh – pembuluha darah arteriola di kulit yang khas bentuk dan arah aliran darahnya (keluar) e) Mongolian spot adalah suatu bercak kebiruan yang sering di dapat di daerah gluteal – lumbal bayi – bayi f) Uremic frost adalah bedak ureum, salju ureum dikulit merupakan Kristal halus ureum yang terjadi akibat menguapnya keringat pasien uremia sehingga dikulit tertinggal “ bedak “ ureum g) Alopecia adalah kondisi yang menyebabkan hilangnya rambut c. Melakukan pemeriksaan vaskularitas pada kulit : Perubahan vascular yang lazim ditemukan adalah petechie, ekimosis, telangiektasis, angioma, venous star.



15



d. Melakukan pengkajian rambut 1) Warna rambut ( hitam, coklat, pirang, warna perak ) 2) Berbau atau warna – warni bendera yang khas untuk defisiensi vitamin A 3) Mudah rontok 4) Kulit kepala kotor 5) Berbau secara secara umum menunjukan tingkat hygiene seseorang 6) Pada kulit kepala bisa ditemui lesi seperti vesicular pustule, crusta karena varicela, dermatitis, jamur atau pedagogis 7) Catat warna dan teksture serta distribusinya e. Melakukan pemeriksaan kuku 1) Sudut 2) Sekeliling 3) Warna 4) Punggung atau permukaan 5) Kesimetrisan dan kebersihan 2. Palpasi a. Melakukan pengukuran suhu 1) Temperature kulit adalah indikasi yang menunjukkan keadaan sirkulasi darah dan suhu tubuh 2) Menurunnya temperatur dapat diakibatkan oleh menurunnya aliran darah yang disebabkan oleh arteriosclerosis oleh karena trombose 3) Meningkatnya factor eksternal sensation 4) Apakah kulit peka terhadap nyeri, sentuhan dan gatal b. Melakukan pemeriksaan kelembaban 1) Kehangatan kulit, (dingin – hangat – demam), dan pasien hipertyroidisme berkeringat terlalu banyak 2) Basah, berminyak, bagaimana keadaan ditelapak tangan, kaki dan muka 3) Kelembapan kulit tergantung pada : aktivitas, temperature, status emosi, susia, latihan, demam, lingkungan, kecemasan 4) Pasien dehidrasi terasa kering c. Teksture kulit Palpasi tekstur kulit dengan cara menekan secara lembut dengan ujung jari Normal : Halus, lembut, kenyal 16



Abnormal : Bengkak atau atropi d. Turgor Dinilai pada kulit perut dengan cubitan ringan. Bila lambat kembali kekeadaan semula, menunjukan turgor turun pada pasien dehidrasi Diukur : berapa lama kulit dan jaringan dibawahnya kembali ke bentuk awal setelah ditarik. Normal : < 3 detik e. Krepitasi Teraba ada gelembung – gelembung udara dibawah kulit akibat fraktur tulang iga atau trauma leher yang menusuk kulit sehingga udara paru – paru bisa berada di bawah kulit dada f. Odema 1) Pitting edema : bila menjadi cekung setelah penekanan pada tempat – tempat pretibial, sakrum, jari – jari, kelopak mata, pada penyakit jantung, ginjal,hipoprotenemia 2) Nonpitting edema : tidak menjadi cekung setelah penekanan, pada mixedema (hipotyroid), beri – beri D. Pemerisaan Diagnostic Test Alergi Penyakit alergi termasuk penyakit genetik atau keturunan, yang disebabkan oleh antibodi Imunoglobulin E (Ig E). Yang termasuk penyakit alergi adalah : 1. Rinitis alergi, ditandai oleh bersin-bersin, hidung tersumbat, gatal, berair. 2. Konjungtivitis alergi, ditandai oleh mata gatal, merah, berair, kelopak mata bengkak. 3. Urtikaria (biduran, kaligata), ditandai oleh kulit bentol, merah, gatal. 4. Dermatitis (eksim), ditandai oleh kulit merah, gatal, mengelupas, kasar. 5. Asma, ditandai oleh batuk lama, sesak napas, bunyi mengi waktu bernapas. 6. Pada saluran pencernaan, ditandai oleh mual, muntah, mules, diare. Untuk mengetahui seseorang apakah menderita penyakit alergi dapat kita periksa kadar Ig E dalam darah, maka nilainya lebih besar dari nilai normal atau ambang batas tinggi. Lalu pasien tersebut harus melakukan tes alergi untuk mengetahui bahan/zat apa yang menyebabkan penyakit alergi (alergen). Pemeriksaan penunjang



yang



digunakan untuk membantu menegakkan



diagnosis penyakit kulit karena alergi atau penyakit kulit karena reaksi imunologis baik humoral maupun selular disebut tes kulit. 1. Maksud Tes kulit 17



a. Mencari atau membuktikan penyebab dari dermatitis yang timbul, untuk ini tentunya sangat perlu diperhatikan adanya elevansi dengan riwayat penyakit dan hasil pemeriksaan fisik/ klinisnya. b. Untuk mengetahui apakah seseorang tahan terhadap bahan yang diujikan, biasanya digunakan sebagai tindakan preventif sebelum pemakaiannya secara lebih luas, misalnya untuk bahan-bahan kosmetik



2. Dasar tes kulit Kulit yang peka terhadap suatu bahan, apabila terjadi kontak atau kemasukan suatu bahan tertentu, maka akan dapat terjadi suatu reaksi peradangan kulit yang dapat bersifat lokal maupun general. Reaksi semacam ini merupakan reaksi imunitas selular, tetapi dapat juga karena reaksi imunitas humoral 3. Beberapa syarat yang harus dipenuhi untuk tindakan tes kulit: a. Persiapan penderita: b. Menjelang dilakukan tes, penderita tidak boleh mempergunakan preparat kortikosteroid lebih dari 20 mg per hari c. Tidak sedang menggunakan preparat anti histamin d. Sedapat mungkin menghindari bahan-bahan yang dicurigai sebagai penyebab penyakitnya. 4. Keadaan kulit yang akan dilakukan tes: a. sehat, bebas dari kelainan kulit apapun b. bebas dari rambut yang lebat c. bebas dari bahan kosmetik dan salep apapun d. letaknya jauh dari lesi kulit yang ada e. untuk tes IV , penyakitnya tidak sedang kambuh berat f. pada daerah yang akan dilakukan tes harus bebas lesi minimal 1bulan 5. Daerah yang dites : a. Punggung b. Lengan atas bagian volar c. Lengan bawah bagian volar (terutama tes IV) d. Jika terpaksa boleh di tempat lain 6. Bahan yang akan diuji : a. Apabila bersifat padat, maka dapat langsung ditempelkan saja b. Apabila bersifat cair, dapat diteteskan atau disuntikkan intrakutan 18



c. Bahan non alergenik biasanya menggunakan aquadest steril atau vaselin album, sedangkan bahan untuk kontrol positif biasanya menggunakan histamin. Ada beberapa macam tes alergi, yaitu : 1. Patch Tes (Tes Tempel). Tes ini untuk mengetahui alergi kontak terhadap bahan kimia, pada penyakit dermatitis atau eksim. Tes ini dilakukan di kulit punggung. a. Syarat tes ini : 1) Dalam 48 jam, pasien tidak boleh melakukan aktivitas yang berkeringat, mandi, posisi tidur tertelungkup, punggung tidak boleh bergesekan. 2) 2 hari sebelum tes, tidak boleh minum obat yang mengandung steroid atau anti bengkak. Daerah pungung harus bebas dari obat oles, krim atau salep. b. Teknik pelaksanaan: 1) Bahan yang dicurigai ditempelkan pada kulit dengan bantuan chamber yang berupa plastik atau kertas hisap, kertas aluminium yang impermeable, dan diplester. 2) Untuk bahan cair dapat diteteskan pada kertas hisap terlebih dahulu. 3) Penempelan dibiarkan selama 48 jam, baru dibuka untuk dibaca c. Pembacaan hasil tes Pembacaan hasil tes biasanya dilakukan pada 48 jam, 72 jam dan bisa diperpanjang sampai 92 jam. Penilaiannya adalah : Bentuk reaksi



nilai



tidak timbul kelainan



(-)



eritem, edem dan papula



(+)



eritem, edem, pepula dan vesikel



(++)



bula



(+++)



2. Tes Intra kutan 19



Tes ini dilakukan dengan menyuntikkan bahan yang dicurigai secara intrakutan a. Indikasi: 1) dermatitis atopik 2) alergi karena obat 3) TBC, Lepra, lymphogranuloma inguinale b. Teknik pelaksanaan 1) kulit daerah tes dibersihkan dengan alcohol 2) ekstrak alergen (0,01 cc) disuntikkan secara intrakutan, 3) sedangkan untuk kontrol disuntikkan larutan garam fisiologis 4) tunggu 10-20 menit (untuk penyakit infeksi ditunggu lebih lama lagi) c. Pembacaan hasil tes Eritema yang timbul



urtika yang timbul



nilai



sama dg kontrol



sama dg kontrol



(-)



ada, diameter kontrol



(+)



ada, diameter > 20 mm



ada, diameter > kontrol



(++)



Ada



ada, diameter 3 x kontrol



(+++)



Ada



ada, dg pseudopodi



(++++)



Hasil dianggap bermakna apabila menunjukkan (++) atau lebih



3.



Skin Prick Test (Tes tusuk kulit). Tes ini untuk memeriksa alergi terhadap alergen hirup dan makanan. Alergen Hirup yaitu debu, tungau debu, serpih kulit manusia, serpih kulit ayam, serpih kulit anjing, serpih kulit kucing, serpih kulit kuda, tepung sari rumput, tepung sari padi, tepung sari jagung, spora jamur, kecoa. Alergen Makanan yaitu udang, kepiting, bandeng, kakap, kuning telur, putih telur, coklat, kacang mete, kacang tanah, kedele, tomat, wortel, kerang, nanas, kopi, susu sapi, teh, ayam negeri, tongkol, cumi-cumi, gandum. a. Teknik pelaksanaan: 1) Tes ini dilakukan di kulit lengan bawah sisi dalam 2) Bahan allergen diteteskan selanjutnya ditusuk dengan jarum khusus (panjang mata jarum 2 mm) sedalam perbatasan epidermis dan dermis, atau sampai keluar serum, tapi jangan sampai keluar darah.



20



3) Jumlah goresan tergantung dari banyaknya bahan yang akan diujikan ditambah satu bahan untuk kontrol. Kontrol positif yang digunakan adalah histamine 4) Jarak goresan satu dengan yang lain sekitar 5 cm dan sejajar. Arah goresan menyilang sumbu panjang 5) dibiarkan selama 30 menit selanjutnya dilakukan pembacaan hasil b. Syarat tes ini : Pasien harus dalam keadaan sehat dan bebas obat yang mengandung antihistamin (obat anti alergi) selama 3 – 7 hari, tergantung jenis obatnya. Umur yang di anjurkan 4 – 50 tahun. c. Pembacaan hasil tes Setelah 30 menit, tetesan segera dihapus dan diperhatikan ada tidaknya tanda-tanda peradangan.



4.



Bentuk reaksi



nilai



tidak ada reaksi



(-)



Eritem < 20 mm



(+)



Eritem > 20 mm



(++)



Eritem dan urtika



(+++)



eritem, urtika dan pseudopodia



(++++)



RAST (Radio Allergo Sorbent Test) IgE Spesifik.Tes ini untuk mengetahui alergi terhadap alergen hirup dan makanan. Tes ini memerlukan sampel serum darah sebanyak 2 cc. Lalu serum darah tersebut diproses dengan mesin komputerisasi khusus, hasilnya dapat diketahui setelah 4 jam. Kelebihan tes ini : dapat dilakukan pada usia berapapun, tidak dipengaruhi oleh obat-obatan



21



BAB III PENUTUP A. Simpulan



Kulit adalah suatu organ pembungkus seluruh permukaan luar tubuh, merupakan organ terberat dan terbesar dari tubuh. Seluruh kulit beratnya sekitar 16% berat tubuh, pada orang dewasa sekitar 2,7 – 3,6kg, Luasnya sekitar 1,5 – 1,9 meter persegi. Secara anatomis kulit terdiri dari bagian epidermis ( kulit ari), dermis, dann subkutan. Terdapat kelenjar pada kulit yaitu : kelenjar sebasea ( minyak) dan kelenjar keringat. Fisiologi kulit proteksi, absorpsi, eksresi, persepsi, pengaturan suhu tubuh ( termoregulasi), fungsi keratinasi, pembentukan pigmen dan pembentukan vitamin D Pengkajian pada Sistem Integumen terdiri dari anamesa meliputi identitas pasien dan riwayat kesehatan. Pemeriksaan fisik pada system integument terdiri dari inspeksi dan palpasi pada kulit untuk menegakan diagnose pada gangguan pada system integument. Pemeriksaan diagnostic atau test alergi 22



yaitu : Patch test ( test temple), Intrakutan Test, Skin Prick Test (Tes tusuk kulit).dan RAST (Radio Allergo Sorbent Test) merupakan pemeriksaan penunjang dalam menegakan diagnose keperawatan. B. Saran



Diharapkan agar pembaca memahami dan dapat mengidentifikasi mengenai masalah kesehatan pada system integumen



DAFTAR PUSTAKA Arif Muttaqin, Kumala Sari. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Integumen. Jakarta : Salemba Medika Debora, Oda. 2011. Proses Keperawatan dan Pemeriksaan Fisik. Malang : Salemba Medika Hermawan. 2012. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Dermatitis. (http://www.dokterumum.net/arsip/asuhan-keperawatan-pada-klien-dengangangguan-dermatitis-com.html) diakses pada 9 Maret 2015 Muttaqin, Arif. 2010.Pengkajian Keperawatan Jakarta : Salemba Medika Potter, Patricia A. 2010. Fundamental Keperawatan Edisi 7 Buku 2. Jakarta : Salemba Medika Rahariyani, Lutfia D. 2007. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Integumen. Jakarta : EGC Syaifuiddin.2010. Anatomi dan Fisiologi : Kurikulum berbasis Kompetensi untuk Keperawatan dan Kebidanan, Edisi 4. Jakarta ; EGC



23