Peran Motivasi Dalam Pembelajaran [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PERAN MOTIVASI DALAM PEMBELAJARAN



UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH KAJIAN PENELITIAN DAN PROBLEMATIKA PENDIDIKAN KIMIA yang diampu oleh Ibu Endang Budiasih, M.Si



Oleh : Hilya Ulinnaja NIM 180331864003/OFF A Putri Desita W NIM 180331664026/OFF B Mai Lisa Yanni



NIM 180331664027/OFF B



UNIVERSITAS NEGERI MALANG PROGRAM PASCASARJANA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA NOVEMBER 2018



KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan karuniaNyalah kami dapat menyelesaikan tugas ini. Tugas ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Kajian Penelitian dan Problematika Pendidikan Kimia semester ganjil tahun ajaran 2018–2019. Tujuan dari tugas ini adalah untuk mengetahui peran motivasi dalam pembelajaran. Sesuai dengan tugas yang diberikan, tugas ini berjudul “Peran Motivasi dalam Pembelajaran”. Selanjutnya, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami, khususnya : 1. Ibu Endang Budiasih, M.Si sebagai dosen pengampu mata kuliah Kajian Penelitian dan Problematika Pendidikan Kimia. Kami menyadari keterbatasan kami dalam menyusun tugas ini. Oleh karena itu, mohon maaf apabila di dalam penyusunan tugas ini jauh dari sempurna dan kami mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak terutama dari para dosen dan teman–teman yang bersifat membangun demi kesempurnaan tugas ini.



Malang, 1 November 2018



Penulis



ii



DAFTAR ISI Halaman Halaman Judul............................................................................................. i Kata Pengantar ............................................................................................ ii Daftar Isi...................................................................................................... iii Daftar Gambar ............................................................................................. iv BAB I



PENDAHULUAN A. Latar Belakang ....................................................................... 1 B. Rumusan Masalah .................................................................. 2 C. Tujuan .................................................................................... 2 D. Manfaat .................................................................................. 2



BAB II



PEMBAHASAN A. Motivasi ................................................................................. 3 B. Jenis-jenis Motivasi. .............................................................. 3 C. Hubungan Motivasi dengan Hasil Belajar ............................. 8 D. Faktor Penyebab Motivasi Rendah ........................................ 9 E. Cara Meningkatkan Motivasi Siswa ...................................... 11



BAB III PENUTUP A. Simpulan ................................................................................ 15 Daftar Pustaka ............................................................................................. 16



iii



DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Jenis-jenis motivasi ................................................................... 4



iv



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan dalam proses belajar dipengaruhi beberapa faktor. Salah satunya yaitu motivasi. Menurut teori motivasi kontemporer, arti motivasi adalah 'alasan' yang mendasari sebuah perbuatan yang dilakukan oleh seorang individu. Seseorang dikatakan memiliki motivasi tinggi dapat diartikan orang tersebut memiliki alasan yang sangat kuat untuk mencapai apa yang diinginkannya dengan mengerjakan pekerjaannya yang sekarang. Pendidikan merupakan usaha sadar untuk membangun kepribadian yang sesuai dengan normal atau kelompok. Motivasi belajar mempunyai fungsi sebagai energi penggerak terhadap tingkah laku, menentukan arah perbuatan, dan menentukan intensitas suatu perbuatan. Motivasi mendorong seseorang melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan yang ingin dicapainya (Sardiman, 2014:73) Dalam kegiatan belajar mengajar, apabila ada seorang siswa, misalnya tidak berbuat sesuatu yang seharusnya dikerjakan, maka perlu diselidiki sebab-sebabnya. Dan biasanya, sebab-sebab itu bermacam-macam, mungkin siswa tidak senang, mungkin sakit, mungkin lapar, mungkin memiliki masalah pribadi dan lain-lain. Hal ini berarti pada diri siswa tidak terangsang afeksinya untuk melakukan sesuatu, karena tidak memiliki tujuan atau kebutuhan belajar Motivasi menentukan tingkat berhasil atau gagalnya kegiatan belajar peserta didik. Belajar tanpa motivasi sulit untuk mencapai keberhasilan secara optimal. Pengalaman dan pengamatan sehari-hari dapat mengetahui keberhasilan belajar, apabila anak tidak memiliki motivasi belajar, maka tidak akan terjadi kegiatan belajar pada diri anak tersebut. Motivasi anak itu rendah umumnya diasumsikan bahwa prestasi yang bersangkutan akan rendah dan besar kemungkinan ia tidak akan mencapai tujuan belajar. Peserta didik gagal dalam belajar bila hal ini tidak diperhatikan, tidak dibantu. Motivasi belajar merupakan faktor psikis yang bersifat non intelektual. Peranannya yang khas



1



adalah dalam hal penumbuhan gairah, merasa senang dan semangat untuk belajar. Makalah ini akan membahas mengenai peran motivasi dalam kegiatan pembelajaran, mengidentifikasi sumber-sumber rendahnya motivasi belajar dan memberikan beberapa opsi penyelesaian untuk mengatasi rendahnya motivasi belajar siswa. B. Rumusan Masalah 1. Apakah definisi motivasi? 2. Apa saja jenis-jenis motivasi? 3. Apa hubungan motivasi dengan hasil belajar? 4. Faktor apa saja yang dapat membuat motivasi belajar menjadi rendah? 5. Bagaimana cara mengatasi rendahnya motivasi siswa? C. Tujuan Penulisan 1. Untuk mengetahui devinisi dari motivasi. 2. Untuk mengetahui jenis-jenis motivasi. 3. Untuk menganalisis hubungan motivasi dan hasil belajar. 4. Untuk menganalisis faktor yang membuat motivasi siswa rendah. 5. Untuk memberikan solusi cara mengatasi rendahnya motivasi siswa.



2



BAB II PEMBAHASAN A. Definisi Motivasi Proses belajar bukan proses yang mudah. Setelah menerima informasi, seseorang mengolah informasi tersebut hingga terbentuk disequilibrium pada pikiran siswa. Siswa melakukan asimilasi sehinga didapatkan pengetahuan baru. Motivasi belajar tinggi cenderung meningkatkan hasil belajar siswa. Siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi mau melakukan segala hal yang dibutuhkan untuk meneguhkan pemahamannya. Sedangkan siswa dengan motivasi rendah cenderung cepat menyerah dan tidak mau berproses. Hamzah (2008) menjelaskan bahwa pada dasarnya motivasi belajar adalah dorongan yang berasal dari dalam diri dan luar diri siswa yang sedang belajar dengan tujuan terwujudnya perubahan tingkah laku pada umumnya dengan beberapa indikator meliputi: a.



adanya keinginan untuk berhasil



b.



adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar



c.



adanya harapan dan cita-cita masa depan



d.



adanya penghargaan dalam belajar



e.



adanya kegiatan yang menarik dalam belajar



f.



adanya lingkungan yang mendukung seseorang siswa untuk dapat belajar dengan baik.



B. Jenis- Jenis Motivasi Dalam menilai motivasi siswa, seorang guru harus melihat dengan menyeluruh kondisi siswa tersebut. Baik kondisi fisik, mental maupun psikologis siswa. Hal ini dikarenakan motivasi belajar adalah faktor non intelektual yang penelitiannya harus berdasarkan pengamatan mendalam pada tiap siswa. Guru dituntut mampu mengidentifikasi motivasi siswa sebagai bahan asesmen. Ada 2 jenis motivasi, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik, yang ditunjukkan pada Gambar 1.



3



Gambar 1 Jenis Motivasi Sumber Gambar: Reeve (2008) dalam Alkaabi, et alBerdasarkan (2017) Gambar 1 menunjukkan kekuatan interaksi antara motivasi internal (instrinsik) dan motivasi eksternal (ekstrinsik). Motivasi ekstrinsik merupakan motivasi yang datang dari luar atau orang lain. Berbeda dari motivasi ekstrinsik, motivasi intrinsik merupakan motivasi yang datang dari diri seseorang, tidak perlu adanya rangsangan dari luar. Dari dalam diri seseorang, sudah ada dorongan yang menimbulkan mereka untuk melakukan sesuatu. Reeve (2008) dalam Alkaabi, et al (2017), berpendapat bahwa sumber motivasi mencakup kebutuhan (needs), kognisi (cognitions), dan emosi (emotions). Motivasi adalah suatu dorongan yang menggerakkan seseorang untuk melakukan suatu aktifitas. Seseorang tergerak untuk melakukan sesuatu itu karena berhubungan dengan kebutuhannya. Karena kebutuhan terhadap suatu objek, seseorang termotivasi untuk berbuat dan bertindak guna memenuhi tuntutan kebutuhan tersebut. Kognisi menekankan pada persepsi individu atas kejadian-kejadian dan pengaruhnya terhadap perilaku. Hal tersebut menyangkut cara seseorang berpikir mengenai apa yang terjadi pada dirinya sama pentingnya dengan penentu perilaku yang mengikutinya (subsequent behavior) sebagai realitas obyektif atas apa yang terjadi. Aplikasi yang dapat di lakukan di dalam kelas misalnya guru dapat memfasilitasi siswa untuk menciptakan visi dan tujuan mereka di dalam belajar dan mengubah pikiran-pikiran yang tidak terfokus di dalam pembelajaran menjadi fokus sehingga persepsi mereka akan membentuk kenyataan di dalam praktik pembelajaran (Supriyono, 2011).



4



Motivasi dan emosi merupakan keadaan atau gejala psikologi pada seorang individu. Adanya emosi menyebabkan seseorang merasakan senang, sedih, takut, cemas, semangat, dan sebagainya. Sedangkan motivasi menyebabkan



seseorang



melakukan



sesuatu



dan



bertahan



dalam



melakukannya dan ditandai dengan timbulnya reaksi dan perasaan untuk mencapai tujuan. Kita tahu bahwa dalam pembelajaran motivasi yang tinggi akan sangat mungkin muncul pada siswa ketika adanya keterlibatan siswa yang tinggi dalam proses pembelajaran. Adanya keterlibatan dan dan keaktifan siswa dalam belajar, tentunya harus ada upaya guru dalam memelihara agar siswa senantiasa memiliki otoritas belajar yang tinggi pula. Oleh sebab itu, peran guru sangat penting untuk memperhatikan kondisi siswa teruama emosi dan motivasi yang dimiliki siswa. Berikut ini merupakan pemaparan tentang motivasi intrinsik dan ekstrinsik secara ringkas. 1.



Motivasi Intrinsik Alex (2010) menjelaskan bahwa motivasi instrinsik adalah motifmotif yang bekerja tanpa memerlukan rangsangan dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Sebagai contoh seseorang senang membaca, tidak usah ada yang menyuruh atau mendorongnya, ia sudah rajin mencari buku-buku untuk dibacanya. Kemudian kalau dilihat dari segi tujuan kegiatan yang dilakukan (misalnya kegiatan belajar), maka yang dimaksud dengan motivasi instrinsik ini adalah ingin mencapai tujuan yang terkandung di dalam perbuatan belajar itu sendiri. Sebagai contoh konkret, seorang siswa itu melakukan belajar, karena betul-betul ingin mendapat pengetahuan, nilai atau keterampilan agar dapat berubah tingkah lakunya secara konstruktif, tidak karena tujuan yang lain-lain. Thursan (2005) menjelaskan bahwa motif instrinsik adalah motif yang mendorong seseorang melakukan kegiatan. Jadi, motif tersebut terfokus pada objek yang ingin dipelajari. Misalnya seorang siswa yang ingin



5



menekuni pelajaran matematika karena ia memang menyenangi pelajaran matematika dan ingin menguasai pelajaran tersebut. Menurut Sardiman (2012) motivasi instrinsik dapat dikatakan bentuk motivasi yang dalam melakukan kegiatan berdasarkan dorongan yang berasal dari dalam diri individu itu sendiri. Perlu diketahui bahwa siswa yang memiliki motivasi instrinsik akan memiliki tujuan menjadi orang yang terdidik, yang berpengetahuan, yang ahli dalam bidang studi tertentu. Senada dengan itu Thornbugh (dalam Elida, 1989) berpendapat bahwa motivasi



instrinsik



adalah



keinginan



melakukan



kegiatan



yang



disebabkan faktor pendorong yang berasal dari dalam diri individu. Atau dengan kata lain hal yang menyebabkan individu tersebut melakukan suatu kegiatan tanpa adanya pengaruh dari luar diri individu tersebut. Dorongan yang menggerakkan individu bersumber pada suatu kebutuhan, kebutuhan yang berisikan keharusan menjadi orang yang terdidik dan berpengetahuan. Jadi memang motivasi itu muncul dari kesadaran diri sendiri dengan tujuan secara esensial, bukan sekedar simbol dan seremonial. 2. Motivasi ekstrinsik Sumadi (2012) mengemukakan bahwa motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang berfungsi karena ada perangsang dari luar. Contohnya orang rajin belajar karena diberi tahu bahwa sebentar lagi akan ada ujian, orang membaca sesuatu karena diberi tahu bahwa hal itu harus dilakukannya sebelum dia menginginkan sesuatu, seperti ingin lulus ujian sekolah, melamar pekerjaan dan lainnya. Winkel (1996: 17) menyatakan bahwa motivasi ekstrinsik dapat digolongkan menjadi beberapa bentuk di antaranya: a.



Belajar untuk memenuhi kebutuhan.



b.



Belajar untuk menghindari hukuman.



c.



Belajar untuk memperoleh material yang dijanjikan.



d.



Belajar untuk meningkatkan gengsi di masyarakat.



e.



Belajar untuk memperoleh pujian.



6



f.



Belajar untuk tuntutan pekerjaan yang dipegang. Thursan (2005) mengungkapkan motif ekstrinsik adalah motif yang



mendorong seseorang melakukan suatu kegiatan, tetapi motif tersebut tidak berhubungan dengan kegiatan yang ditekuninya. Contoh, seorang siswa yang memilih jurusan IPA hanya karena memenuhi keinginan orang tuanya, walaupun sebenarnya dia tidak menyukai jurusan IPA. Selanjutnya, Elida (1989: 17) menjelaskan bahwa motivasi ekstrinsik terdiri dari beberapa hal, yaitu: a.



Diberikannya penghargaan



b.



Pemberitahuan adanya peningkatan belajar



c.



Hadiah yang diberikan



d.



Fasilitas



e.



Hukuman, dan



f.



Persaingan



C. Analisis Jurnal Tentang Motivasi 1. Jurnal 1 Judul Jurnal : Relating motivation and student outcomes in general organic chemistry Vol/No/Tahun: 2018 Penulis



: Ara C. Austin, Nicholas B. Hammond



Nama Jurnal : Chemistry Education Research and Practice Latar Belakang Masalah: Pencarian cara-cara baru untuk meningkatkan efisiensi pembelajaran, minat dalam pendidikan dan motivasi untuk belajar adalah tugas utama dalam menghadapi pendidikan modern, yang sangat menentukan kualitasnya. Pengamatan pada praktik pendidikan sekolah menengah, serta berbagai studi penelitian menunjukkan kecenderungan stabil penurunan motivasi siswa dan berkurangnya minat mereka secara keseluruhan dalam belajar dan mengajar. Persyaratan bahwa semua kegiatan pendidikan diharapkan untuk bertemu di sisi lain, ternyata masalah efisiensi pendidikan menjadi masalah serius yang harus diselesaikan terutama berkaitan dengan beberapa dimensi khususnya



7



seperti kesadaran, partisipasi, dan interaktivitas. Sisi lain dari medali dalam situasi ini tampaknya menjadi konteks pendidikan sebagian didefinisikan sebagai



motivasi,



pembentukan dan pengembangan



keingintahuan ilmiah. Solusi Permasalahan : Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mendiagnosis motivasi akademik dan minat siswa dalam program pendidikan berbasis masalah dalam ilmu kimia dan lingkungan. Untuk mencapai tujuannya dan memecahkan masalah yang berkaitan dengan efisiensi pembelajaran, eksplorasi dan evaluasi sikap siswa terhadap pendidikan berbasis masalah (klaim siswa, motivasi dan minat) dan hasilnya, penelitian ini menggunakan: 1) tugas secara khusus disesuaikan dengan materi kognitif yang akan diajarkan (masalah terstruktur, sebagian terstruktur dan tidak terstruktur); 2) peta untuk eksplorasi langsung dan penilaian tingkat motivasi dalam kegiatan pendidikan; 3) tes untuk motivasi akademik. Baik kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dievaluasi melalui sistem tes standar. Studi motivasi kognitif-dan-pendidikan siswa, serta klaim dan sikap mereka dilakukan pada dua tingkat: 1) diagnostik melalui penelitian dan penilaian peta dilakukan untuk menyelidiki dan mengevaluasi tingkat motivasi dalam perjalanan pendidikan dan pemodelan kognitif; 2) tingkat motivasi akademik dalam subjek dalam percobaan mengajar diperiksa. Berdasarkan analisis pengamatan guru dan kesimpulan yang ditarik sebagai hasilnya, ada minat yang semakin meningkat dalam pendidikan berbasis masalah dengan lebih dari separuh siswa menunjukkan minat yang kuat dalam kinerja mereka. Ini menunjukkan bahwa, ketika diterapkan, jenis pendidikan ini meningkatkan jumlah siswa yang aktif terlibat dalam kegiatan dan meningkatkan minat mereka. Dengan demikian, siswa tampak jauh lebih mandiri dalam kegiatan akademik dan umumnya menunjukkan sikap positif terhadap kegiatan dan hasil mereka. Pada awal penelitian, siswa memiliki preferensi untuk masalah yang terstruktur dengan baik karena mereka merasa tidak yakin apakah mereka



8



akan dapat berhasil berpartisipasi dalam pendidikan berbasis masalah. Bisa dibilang, memecahkan masalah jenis ini ditentukan oleh deklaratif dan



bukan



oleh



pengetahuan



prosedural,



menghalangi



transfer



pengetahuan dari satu situasi kognitif ke yang lain. Dengan kata lain, masalah-masalah ini membantu pengembangan keterampilan yang secara umum dapat diterapkan pada masalah serupa yang tidak memerlukan solusi kreatif dan tidak memiliki karakter situasional yang menonjol. 2. Jurnal 2 Judul Jurnal :



Penerapan



Tournaments



model (TGT)



pembelajaran pada



Materi



Team



Games



Redoks



untuk



Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Vol/No/Tahun: Vol 2/No 1/2017 Penulis



: R. Hiliasih, Evi Sapinatul B



Nama Jurnal : EduChemia Latar Belakang Masalah : Pembelajaran yang efektif ditandai dengan keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran. Siswa dapat aktif membangun pengetahuan dengan berbagai aktivitas yang mendukung seperti berkomunikasi, berpikir dan bergerak dalam belajar. Proses pembelajaran bersifat kompleks dan melibatkan berbagai aspek yang saling berkaitan, baik aspek psikologis, pedagogis, dan didaktis (Mulyasa, 2005). Aspek-aspek tersebut saling mempengaruhi. Dalam kegiatan pembelajaran, siswa memiliki berbagai macam sifat dan karakter yang berbeda-beda. Ada siswa yang antusias dalam belajar dan tidak sedikit pula siswa yang acuh dalam belajar. Perbedaan sikap siswa dalam proses belajar tersebut dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya adalah faktor psikologis. Faktor psikologis berasal dari dalam diri siswa tersebut. Faktor psikologis ini diantaranya faktor intelegensi, perhatian, minat, motif, bakat, kematangan dan kesiapan. Salah satu faktor psikologis yang sangat mempengaruhi proses dan hasil belajar siswa adalah motivasi. Seseorang akan berhasil dalam belajar, jika pada dirinya sendiri ada keinginan untuk belajar. Keinginan atau dorongan untuk belajar ini yang disebut motivasi.



9



Suatu pembelajaran dikatakan baik jika dapat menciptakan kondisi atau suatu proses yang mengarahkan siswa untuk melakukan aktivitas belajar. Akan tetapi, pembelajaran di sekolah selama ini umumnya dilakukan dengan menggunakan metode konvensional seperti ceramah, model dan media pembelajaran kurang bervariasi, dan kegiatan belajar berpusat pada guru (Teacher Center). Akibatnya siswa pasif dan kurang terlatih untuk menemukan konsep dan cenderung lebih cepat bosan dalam mengikuti pembelajaran Pembelajaran kimia yang merupakan salah satu bagian dari ilmu pengetahuan alam mempelajari tentang materi, struktur, dan sifat-sifatnya. Banyak siswa menganggap materi dalam pelajaran kimia bersifat abstrak. Reaksi Redoks (Reduksi oksidasi) merupakan salah satu konsep yang dibahas dalam mata pelajaran kimia, yang mengkaji konsepkonsep abstrak yang sulit untuk dipahami oleh siswa. Anggapan tersebut, membuat



siswa



tidak



antusias



dan



tidak



termotivasi



dalam



mempelajarinya. Hal ini berdampak pada rendahnya hasil belajar. Solusi : Berdasarkan beberapa data dan permasalahan tersebut, maka perlu diadakan perbaikan proses pembelajaran yang dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar kimia siswa. Oleh karena itu, untuk mengatasi hal tersebut, Kegiatan belajar-mengajar yang sebelumnya berpusat pada guru (Teacher Center), dialihkan menjadi berpusat pada siswa (Student Center). Salah satu model pembelajaran yang dikembangkan adalah model pembelajaran kooperatif yang memungkinkan siswa belajar dalam kelompok. Dengan demikian diharapkan siswa dapat saling membantu dalam memecahkan masalah dan mengusai kompetensi dasar yang harus dicapainya. Model pembelajaran kooperatif ada beberapa tipe, salah satu yang akan digunakan pada penelitian ini adalah Teams Games Tournaments atau disebut dengan TGT. Pembelajaran ini dimulai dengan presentasi guru pada awal pembelajaran dan dilanjutkan dengan kerja kelompok dalam mengerjakan lembar kerja. Tahap berikutnya adalah tournaments



10



mingguan yang dapat juga dilakukan setelah materi selesai. Tahap penutup adalah dengan memberikan penghargaan sebagai ciri dari pembelajaran kooperatif (Lee, 2002). Pentingnya motivasi dalam belajar kimia merupakan bahan kajian yang penting bagi guru, agar dapat menciptakan kegiatan belajar yang menyenangkan, efektif dan kreatif sehingga dengan tingginya motivasi diharapkan dapat meningkat hasil belajar siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat Slavin (2008) yang menyatakan bahwa metode pembelajaran TGT menyenangkan dan mempermudah siswa dalam mempelajari materi yang diajarkan (Slavin, 2008). Vigotsky (2007) menyebutkan bahwa interaksi sosial yang terjadi dalam kelompok merupakan faktor yang terpenting yang mendorong atau memicu



perkembangan



kognitif



seseorang.



Model



pembelajaran



kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) dapat menjauhkan siswa dari rasa bosan ketika siswa mengikuti pembelajaran dengan metode ceramah guru (Djamarah, 2010). Antusias belajar siswa dapat meningkat ketika siswa terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini tentunya mampu mendorong minat belajar yang kemudian mempengaruhi motivasi belajar siswa sebagaimana dikatakan Sardiman (2012) bahwa ciri-ciri siswa yang memiliki motivasi belajar yang baik ialah menunjukkan minat belajar, jika seseorang menunjukkan minat belajar yang baik maka orang tersebut memiliki motivasi belajar yang kuat. Menurut Davies dalam Dimyati (1999), prinsip tantangan dalam belajar bersesuaian dengan pernyataan bahwa apabila siswa diberikan tanggung jawab untuk mempelajari sendiri, maka ia lebih termotivasi untuk belajar, ia akan belajar dan mengingat secara lebih baik. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar motivasi siswa dalam menghadapi tantangan di kegiatan pembelajaran, maka kesadaran pada diri siswa untuk berusaha lebih baik dalam memperoleh, memproses, dan mengolah informasi yang terkait pemecahan masalah akan semakin besar. Motivasi belajar siswa juga dapat terlihat dari hasil belajar siswa pada materi reaksi redoks.



11



Hubungan antara motivasi belajar dan hasil belajar sangatlah erat hal ini dapat dibuktikan meningkatnya hasil belajar siswa. Menurut Purwanto (1999), motivasi adalah syarat mutlak untuk belajar. Tanpa adanya motivasi belajar yang tinggi, dapat diprediksikan bahwa hasil belajar yang dicapai akan rendah. Motivasi dikatakan sebagai suatu faktor yang penting dalam proses belajar karena salah satu fungsi motivasi menurut Rusyan (1992) yakni sebagai pemberi semangat terhadap siswa dalam kegiatan-kegiatan belajar. Adanya motivasi belajar yang tinggi terhadap suatu pelajaran akan menimbulkan semangat belajar dan ketertarikan yang besar untuk mempelajarinya secara sungguh-sungguh sehingga hasil belajar yang didapat cenderung baik. Hal ini dapat dilihat dari indikator motivasi belajar yang meliputi minat belajar, ketekunan, partisipasi, usaha untuk belajar, dan besar perhatian dalam belajar yang tergolong tinggi sejalan dengan hasil belajar yang didapat. Dengan kata lain, adanya minat belajar yang tinggi, ketekunan dalam belajar, partisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran, usaha yang besar dalam belajar dan menunjukkan perhatian dalam kegiatan pembelajaran maka proses pembelajaran yang dilakukan dapat berjalan dengan baik dan siswa dapat mencapai hasil belajar yang optimal. 3. Jurnal 3 Judul Jurnal



: Pengembangan Majalah Kimia Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar dan Kreativitas Peserta Didik Kelas X SMA N 1 Milati



Vol/No/Tahun: Vol 01/No 01/2013 Penulis



: Eko Yuliyanto dan Eli Rohaeti



Nama Jurnal : Jurnal Pendidikan Sains Universitas Muhammadiyah Semarang Latar Belakang Masalah : Ada banyak faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran di kelas baik berasal dari peserta didik maupun dari pendidiknya. Faktor yang berasal dari peserta didik bisa berupa motivasi baik itu motivasi intrinsik maupun ekstrinsik. Sebagian besar siswa menyatakan bahwa guru kimia



12



dalam mengajar tidak menarik. Beberapa ketidakmenarikan ini berupa kurangnya pembelajaran dengan praktik, kurangnya intermeso dengan canda tawa, penjelasan materi terlalu cepat, guru kurang memahami kondisi siswa, situasi pembelajaran terlalu tegang, tidak ada selingan menggunakan game, tidak ada intermeso berupa cerita, dan media pembelajaran monoton. Hal tersebut mengindikasikan bahwa prestasi belajar peserta didik dalam mempelajari kimia masih belum optimal dan tentu akan menyebabkan kreativitas peserta didik menjadi lemah. Kreativitas dipengaruhi oleh motivasi, khususnya motivasi intrinsik. Apabila motivasi intrinsik pada peserta didik dalam belajar kimia memang sudah rendah, maka dapat berpotensi menyebabkan rendahnya kreativitas peserta didik. Sebaliknya apabila peserta didik menunjukkan sikap kreatif yang tinggi berarti ia memliki motivasi belajar yang tinggi pula. Rendahnya motivasi maupun kreativitas peserta didik akan berpotensi terhadap rendahnya hasil belajar kimia. Rendahnya hasil belajar peserta didik disebabkan karena siswa kesulitan dalam memahami materi pelajaran. Kesulitan tersebut muncul disebabkan sumber belajar yang digunakan tidak menarik dan tidak sesuai dengan minat peserta didik. Membangkitkan motivasi peserta didik itu bukan hal yang musah untuk dilakukan, hal ini disebabkan adanya banyak faktor yang dapat mempengaruhi motivasi belajar peserta didik. Namun demikian, ada beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan motivasi dan kreativitas dalam pembelajaran kimia. Salah satu yang dapat dilakukan adalah melalui pengembangan sumber belajar, terutama buku baik buku pelajaran, bahan ajar, maupun media cetak lainnya. Selain sumber belajar dalam proses pembelajaran, penggunaan pendekatan pembelajaran juga sangat penting dilakukan. Solusi : Berdasarkan uraian tersebut, maka perlu adanya upaya untuk mengembangkan sumber belajar yang menarik dan sesuai minat peserta didik berupa majalah kimia. Pengembangan majalah kimia sebagai



13



sumber belajar kimia yang menarik sehingga nantinya akan dapat memotivasi peserta didik dalam mempelajari materi kimia dan dapat menumbuhkan sikap kreatifnya. Motivasi peserta didik adalah hal yang penting dalam proses pembelajaran. Peserta didik jika sudah termotivasi makan akan mendapatkan hasil yang terbaik, meskipun banyak hal yang menghalangi proses belajarnya. Peserta didik yang termotivasi adalah peserta didik yang memperhatikan, menyegerakan mengerjakan tugas, bertanya, membantu menjawab pertanyaan guru, senang dan tertarik. Majalah kimia yang dikembangkan haruslah sesuai dengan standar isi agar dapat membantu peserta didik untuk belajar secara mandiri dan mendapatkan kebermaknaan dari materi kimia yang sedang dipelajarinya. Penggunaan pendekatan dalam pembelajaran penting dilakukan karena dapat membantu dalam proses transfer informasi secara efektif dan juga efisien. Beberapa pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan dalam pengembangan majalah adalah Science, Environment, Technology, and Society (SETS), Chemo Enterpreneurship (CEP), dan penerapan Mind Mapping agar tidak monoton dan dapat menimbulkan suasana baru sehingga diharapkan akan dapat menciptakan ”Joyfull Learning”. Selain itu, melalui pengembangan majalah kimia dapat memberikan inspirasiinspirasi melalui topik atau permasalahan tertentu, sehingga dapat membantu peserta didik dalam memunculkan sikap kreatifnya. 4. Jurnal 4 Judul Jurnal : Conceptual Understanding of Acids and Bases Concept and Motivation to Learn Chemistry Vol/No/Tahun: Vol 0/No 0/2016 Penulis



: Ayla Cetin-Dindar and Omer Geban



Nama Jurnal : The Journal of Educational Research Latar Belakang Masalah : Dalam proses pembelajaran kimia seringkali dijumpai siswa mengalami kesulitan dalam memahami konsep-konsep dalam kimia. Siswa berhasil untuk menyelesaikan suatu masalah tertentu namun kesulitan apabila diminta untuk memberikan penjelasan atas jawaban



14



yang diberikannya tersebut. Hal tersebut disebabkan karena siswa masih belum dapat menghubungkan konsep kimia yang telah dipelajari dengan konsep yang baru diperoleh. Banyak faktor yang mempengaruhi hal tersebut, seperti pengalaman pribadi siswa, teman sebaya, budaya dan bahasa, pengalaman dalam kehidupan sehari-hari, penggunaan media, dan bahkan kurangnya pemahaman dari materi sebelumnya. Penggunaan



strategi



pembelajaran



juga



menentukan



tingkat



pemahaman dan hasil belajar siswa dalam memahami suatu materi pelajaran. Oleh sebab itu, penting bagi guru untuk dapat memilih strategi pembelajaran mana yang tepat untuk membantu proses pembelajaran. Selain pemilihan strategi pembelajaran yang dapat meningkatkan pemahaman dan hasil belajar siswa, guru juga harus memperhatikan tingkat motivasi siswa. Motivasi merupakan salah satu komponen terpenting dalam pembelajaran di lingkungan pendidikan. Karena setiap orang memiliki kebutuhan, tujuan, dan kepribadian yang berbeda, tentu motivasi untuk setiap orang jelaslah berbeda pula. Solusi : Strategi pembelajaran yang berpusat pada siswa diharapkan dapat meningkatkan pemahaman konseptual siswa dan mencegah adanya miskonsepsi terhadap konsep-konsep yang diajarkan. Melalui pembelajaran yang berpusat pada siswa memungkinkan siswa untuk dapat mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi. Salah satu strategi pembelajaran yang mempertimbangkan pengetahuan awal siswa dan secara aktif melibatkan siswa dalam proses pembelajaran adalah model pembelajaran 5E. Pada dasarnya model pembelajaran 5E ini membantu siswa mengeksplorasi, menjelaskan, dan memperluas konsep, selama proses pembelajaran. Model pembelajaran 5E melibatkan siswa dalam proses pembelajaran, memungkinkan siswa untuk dapat berpartisipasi secara aktif, dan meningkatkan motivasi mereka. Motivasi belajar siswa ini harus selalu ditumbuhkan secara berkelanjutan agar menimbulkan kesadaran pada siswa tentang pentingnya belajar kimia dan peran pengetahuan kimia itu



15



sendiri dalam kehidupan sehari-hari siswa. Guru menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan menggairahkan sesuai dengan minat dan kemampuan siswa sehingga siswa akan termotivasi dalam mengikuti proses pembelajaran. Guru mengajak siswa untuk terlibat langsung dalam pembelajaran yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari siswa, hal ini dikarenakan bagi siswa dunia alam adalah hal yang menarik baginya. Siswa akan lebih bersedia untuk belajar tentang fenomena sehari-hari dan mereka akan lebih termotivasi untuk terlibat dalam proses belajar dengan melakukan dan menemukan yang dapat meningkatkan pembelajaran bermakna. D. Cara Meningkatkan Motivasi Belajar Dalam mengidentifikasi rendahnya motivasi siswa, guru harus dapat menentukan dengan baik sumber rendahnya motivasi dan mengatasinya. Penanganan yang baik dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dan hasil belajarpun dapat meningkat. Jurnal-jurnal pendidikan banyak mengaitkan motivasi dengan keefektifan metode. Metode mengajar yang sesuai dengan materi terbukti mampu meningkatkan motivasi siswa. Pembelajaran yang “teacher center” dinilai kurang menarik dan membosankan. Guru dituntut untuk kreatif meramu metode dan pendekatan dalam pembelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman yang menyenangkan pada siswa. Salah satu jurnal yang mengaitkan motivasi dengan keefektifan metode adalah jurnal yang berjudul “Evaluating Student Motivation in Organic Chemistry Course: Moving from a Lecture-Based to a Flipped Approach with Peer-Led Team Learning (PLTL)”. Dalam jurnal tersebut dijelaskan bahwa dengan PLTL dapat menimbulkan lingkungan pembelajaran aktif melalui kerja kelompok kecil yang dipimpin oleh siswa yang berhasil menyelesaikan sasaran pembelajaran (pemimpin kelompok). Pada jurnal ini metode yang digunakan adalah PLTL dan model lingkungan kelas terbalik. Model lingkungan kelas terbalik maksudnya adalah strategi pembelajaran yang dikembangkan untuk melibatkan siswa dalam materi pelajaran sebelum dan selama kelas berlangsung dengan cara yang



16



berbeda dari kelas tradisional. Dalam metode terbalik, siswa diminta untuk mempelajari apa saja, misalnya mencatat ceramah, video, tutorial, buku teks, lembar kerja, dll sebelum datang ke kelas. Hal ini dimaksudkan untuk memungkinkan lebih banyak waktu untuk melakukan kegiatan lain selama di kelas, seperti sesi pemecahan masalah, kerja kelompok kecil atau diskusi kelas. Sebuah penelitian baru menemukan bahwa, mahasiswa dalam kimia organik, yang diajarkan dengan model kelas terbalik memiliki perubahan positif pada sikap terhadap kimia. Selain itu juga ditunjukkan pada sebuah perguruan tinggi di Amerika Serikat bagian tenggara memiliki persepsi motivasi positif terhadap kimia, seperti yang ditampilkan oleh nilai tinggi pada motivasi intrinsik, motivasi karir, dan kepercayaan diri. Dengan



PLTL



dan



lingkungan



kelas



terbalik,



siswa



dapat



mengembangkan lebih banyak motivasi intrinsik. Dalam lingkungan PLTL, siswa memiliki lebih banyak kesempatan untuk berinteraksi dengan anggota kelompok dan pemimpin kelompok, dan kegiatannya dirancang dengan baik. Bahan belajar siswa di kelas terbalik dipilih secara hati-hati yang membantu siswa belajar dan oleh karena itu, baik untuk kompetensi siswa dan akan memiliki efek positif terhadap motivasi siswa. Motivasi intrinsik memiliki hubungan yang lebih kuat dengan prestasi akademik siswa. Oleh karena itu, penulis jurnal tersebut menya-rankan kepada guru untuk mengambil upaya meningkatkan motivasi intrinsik siswa. Misalnya, guru dapat memberikan pilihan kepada siswa dan alasan untuk tugas yang diberikan. Guru juga dapat mengakui perasaan siswa dan memberi mereka rasa kebebasan. Selain itu, guru juga dapat memberikan umpan balik positif kepada siswa untuk membantu mereka menjadi lebih percaya diri dan tumbuh dalam diri mereka, serta membantu mereka untuk mempunyai rasa memiliki dengan mendorong kolaborasi dalam kelompok kecil. Banyak cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa. Penulis merangkumnya sebagai berikut: 1. Cara intrinsik -



Memberikan motivasi secara verbal kepada siswa setiap awal pelajaran. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan tujuan



17



pembelajaran dan manfaat mempelajari materi atau konsep yang akan di pelajari (mengadopsi metode Problem Based Learning). -



Mengajak siswa untuk melihat “diri”nya. Setiap orang memiliki kelebihan dan bakatnya masing-masing. Siswa tidak harus menguasai semua bidang karena barangkali dia tidak berbakat atau tidak berminat dibidang tersebut. Siswa yang memahami kemampuan, bakat, dan kelebihannya dirinya sendiri, kemudian memaksimalkan potensinya di satu bidang yang dia minati, lebih mudah untuk mencapai kesuksesan. Guru haruslah mampu memahami dan mengarahkan bakat siswa. Motivasi belajar siswa akan bertambah bila dia mampu melihat kedalam “diri”nya, dibidang mana yang akan dia geluti.



-



Merancang pembelajaran yang menyenangkan sesuai dengan konsep yang dipelajari. Pembelajaran yang berpusat siswa dan kontruktivis dapat meningkatkan keterlibatan siswa dan meningkatkan motivasi belajar siswa. Guru dapat mengadopsi metode inkuiri, learning cycle atau berbasis laboratorium agar memberikan pengalaman baru pada siswa.



-



Memaksimalkan semua fasilitas dan teknologi yang ada sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Siswa generasi abad 21 harus terbiasa dengan teknologi, sehingga pembelajaran dikelas harus mengoptimalkan penggunaan teknologi yang ada.



2. Cara ekstrinsik -



Meberikan tugas proyek (mengadopsi Project Based Learning) sehingga siswa diharuskan menyelesaikan permasalahan dengan cara membaca dan belajar.



-



Memberikan umpan balik kepada siswa. Umpan balik dapat berupa nilai kognitif dan afektif yang di komunikasikan kepada siswa. Dengan memberikan umpan balik, maka siswa akan lebih terpancing untuk meningkatkan pencapaiannya.



-



Memberikan teguran atau layanan konseling bagi siswa yang tidak mau mengikuti pelajaran dengan baik. Siswa yang motivasinya sangat rendah harus diberikan perhatian khusus dengan bimbingan konseling



18



sehingga dapat diketahui apa penyebab rendahnya motivasi siswa tersebut.



19



BAB III PENUTUP A. Simpulan 1. Motivasi adalah 'alasan' yang mendasari sebuah perbuatan yang dilakukan oleh seorang individu. Seseorang dikatakan memiliki motivasi tinggi dapat diartikan orang tersebut memiliki alasan yang sangat kuat untuk mencapai apa yang diinginkannya dengan mengerjakan pekerjaannya yang sekarang 2. Jenis-jenis motivasi adalah motivasi ekstrinsik dan motivasi intrinsik. 3. Motivasi belajar memegang pengaruh penting dalam pembelajaran. Siswa dengan motivasi tinggi cenderung menunjukkan hasil belajar yang memuaskan begitupula sebaliknya. 4. Beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya motivasi siswa adalah: faktor lingkungan, faktor ekonomi dan faktor guru. 5. Beberapa cara meningkatkan motivasi belajar dapat dibagi menjadi cara intrinsik dan ekstrinsik.



20



DAFTAR PUSTAKA Alex, S. (2010). Psikologi umum. Bandung: Pustaka Setia. Alkaabi, S.A.R., Alkaabi, W., & Vyver, G. (2017). Researching Student Motivation. Contemporary Issues in Education Research. 10(3):193-202. Dimyati & Mudjiono. (2006). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada. Dindar, A. C & Geban, O. 2016. Conceptual Understanding of Acids and Bases Concepts and Motivation to Learn Chemistry. The Journal of Educational Research. 0(0): 1-13. Elida, P. (1989). Motivasi dalam belajar. Jakarta: Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan. Hamdu, G., & Agustina, L. (Tanpa Tahun). Pengaruh Motivasi Belajar Siswa Terhadap Prestasi Belajar IPA di Sekolah Dasar. Unversitas Pendidikan Indonesia. Hamzah, B. U. (2008). Teori motivasi dan pengukurunnya: analisis di bidang pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Hiliasih, R dan Sapinatul, Evi. 2017. Penerapan model pembelajaran Team Games Tournaments (TGT) pada materi redoks untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa. Jakarta: Jurnal EduChemia Vol.2 No.1 Liu, Yujuan., Raker, J.R., & Lewis, J.E. (2018). Evaluating Student Motivation in Organic Chemistry Course: Moving from a Lecture-Based to a Flipped Approach with Peer-Led Team Learning. Chemistry Education Research and Practice. 19(251):251-264. Sardiman, A. M. (2012). Interaksi dan motivasi belajar mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Soemanto, Wasti. (2003). Psikologi Pendidikan. Malang: Rineka Cipta. Sumadi, S. (2012). Psikologi pendidikan. Jakarta: RajaGrafindo Persada. Supriyono. (2011). Motivasi dan Pembelajaran di Kelas: Sebuah Kajian Akademik Aplikasi Teori Motivasi. Universitas Negeri Malang: Naskah Akademik Pembelajaran Program S3. Thursan, H. (2005). Belajar secara efektif. Jakarta: Niaga Swadaya.



21



Winkel, W. S. (1996). Psikologi pengajaran. Jakarta: PT. Gramedia Widisarana Indonesia. Yulianto, E & Rohaeti, E. 2013. Pengembangan Majalah Kimia Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Dan Kreativitas Peserta Didik Kelas X SMA N 1 Mlati. Jurnal Pendidikan Sains Uuniversitas Negeri Semarang. 1(1):1-15.



22