Perbedaan Dokter Praktek Umum Dan Dokter Keluarga [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

1. PERBEDAAN DOKTER PRAKTEK UMUM DAN DOKTER KELUARGA Tabel ini menjelaskan tentang perbedaan antara dokter praktek umum dengan dokter keluarga Cakupan Pelayanan Sifat Pelayanan Cara Pelayanan Jenis Pelayanan Peran keluarga Promotif dan pencegahan Hubungan dokterpasien Awal pelayanan



DOKTER PRAKTEK UMUM Terbatas Sesuai Keluhan Kasus per kasus dengan pengamatan sesaat Lebih kuratif hanya untuk penyakit tertentu Kurang dipertimbangkan



DOKTER KELUARGA Lebih Luas Menyeluruh, Paripurna, bukan sekedar yang dikeluhkan Kasus per kasus dengan berkesinambungan sepanjang hayat Lebih kearah pencegahan, tanpa mengabaikan pengobatan dan rehabilitasi Lebih diperhatikan dan dilibatkan



Tidak jadi perhatian



Jadi perhatian utama



Dokter – pasien



Dokter – pasien – teman sejawat dan konsultan



Secara individual



Secara individual sebagai bagian dari keluarga komunitas dan lingkungan



Dalam penjelasan Undang-Undang No 20 tahun 2013 tentang Pendidikan Kedokteran, pasal mengenai dokter layanan primer pasal 8 ayat 2 disebutkan bahwa : Program dokter layanan primer ditujukan untuk memenuhi kualifikasi sebagai pelaku awal pada layanan kesehatan tingkat pertama, melakukan penapisan rujukan tingkat pertama ke tingkat kedua, dan melakukan kendali mutu serta kendali biaya sesuai dengan standar kompetensi dokter dalam sistem jaminan kesehatan nasional.



2. Prinsip Pelayanan Yang Diberikan Dokter Gigi Keluarga 1. Dilandasi kebutuhan seluruh anggota keluarga 2. Rencana Terapi dan Asuhan komprehensif 3. Tindakan terapi dan asuhan pelayanan yang bersifat menyeluruh 4. Tindakan terapi dan asuhan pelayanan dilaksanakan secara menyeluruh dan profesional 5. Tindakan terapi dan asuhan pelayanan dilaksanakan berdasarkan SOP



Masalah Perilaku dan Solusi Mengenai Kesehatan Gigi dan Mulut Masyarakat Perilaku masyarakat yang menimbulkan masalah kesehatan gigi dan mulut masyarakat sering kali kita temukan baik di masyarakat perkotaan maupun masyarakat pedesaan. Masalah-masalah tersebut dapat disebabkan berbagai faktor baik intrinsik maupun ekstrinsik, misalnya pengaruh lingkungan, pendidikan, prilaku, ekonomi, sosial, dan budaya.Masalah utama yang ditimbulkan mengenai kesehatan gigi masyarakat adalah mengenai periodontal dan karies gigi. Bila hal ini masih terus berlanjut,masyarakat akan terus mengalami masalah kesehatan gigi dan mulut karena unsur kebudayaan, prilaku masyarakat tersebut akan diturunkan ke generasi selanjutnya.Karenanya dibutuhkan pencegahan dini serta pemberitahuan mengenai kesehatan gigi dan perbaikan perilaku yang salah terhadap menjaga kesehatan gigi. Selain itu,dalam menghadapi masalah yang timbul,juga perlu upaya-upaya pemecahan yang timbul dari masyarakat sendiri,sebagai contohnya dengan mengadakan penyuluhan yang melibatkan tokoh-tokoh masyarakat itu (pendekatan terhadap tokoh masyarakat),hal ini tentu saja lebih efektif karena dengan mengajak para tokoh masyarakat yang menjadi panutan,masyarakat bisa lebih mengerti dan percaya. Fluoridasi



Fluoridasi adalah pemberian sejumlah garam fluor pada air minum untuk mengurangi insidensi karies dengan kadar optimum 1mg/ltr air.Metode yang digunakan terbagi menjadi dua,yaitu topical(dalam ruang praktek dokter gigi seperti aplikasi gel fluor,varnish fluor,larutan kumur),ataupun secara sistemik(Community approach seperti fluoridasi air minum masyarakat,tablet fluor maupun fluoridasi dengan pasta gigi). Namun dalam hal ini,masyarakat harus diberi pengetahuan bahwa penyikatan gigi itu tidak boleh berlebihan karena jika berlebihan maka akan merusak enamel gigi. Penyikatan gigi itu biasanya dua kali sehari. Pagi,setelah makan dan malam sebelum tidur.Karena selain dapat mencegah karies,jika pengunaan nya berlebihan akan menyebabkan kegangguan gastro intestinal dan keracunan akut.Konsentrasi fluor di dalm air lebih baik 0.7-1.22 ppm. Fluor dapat mencegah metabolism kuman di dalam gigi,mencegah penggunaan pH dan pengunaan enzim yang berguna untuk pembentukan karies. (Anorital,SKM , dkk). Managemen perilaku adalah kemampuan memahami konsep perilaku kesehatan individu dan masyarakat di bidang kesehatan gigi Kesehatan gigi dan mulut adalah mampu menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat menuju kesehatan gigi dan mulut prima. Melakukan survey di daerah tersebut supaya kita bisa mengetahui kondisi derajat kesehatan mereka, misalnya sikat gigi yang baik dan benar berapa kali dalam sehari melalui soal jawab. Pendekatan yang dilakukan dapat dilakukan dengan dua cara: 1. Pendekatan secara sugestif kita melakukan pendekatan pada penduduk di wilayah kumuh tersebut dengan cara menakut-nakuti mereka secara halus agar mereka memiliki keinginan, motivasi, dorongan ataupun kemauan untuk menjaga dan merawat kebersihan gigi dan mulut mereka supaya terhindar dari penyakit-penyakit yang mereka takuti. 1. Pendekatan secara persuasif kita melakukan pendekatan pada penduduk tersebut dengan cara memberikan pengetahuan kepada mereka mengenai kesehatan gigi dan mulut. Bisa dilakukan dengan mengadakan penyuluhan-penyuluhan.



anda-tanda bahwa air tanah sudah tercemar dapat dikenali melalui pengamatan fisik. Beberapa di antaranya seprti dikutip dari Indiastudychannel, Selasa (25/5/2010) adalah: 1. Warna kekuningan akan muncul jika air tercemar chromium dan materi organik. Jika air berwarna merah kekuningan, itu menandakan adanya cemaran besi. Sementara pengotor berupa lumpur akan memberi warna merah kecoklatan. 2. Kekeruhan juga merupakan tanda bahwa air tanah telah tercemar oleh koloid (bio zat yang lekat seperti getah atau lem). Lumpur, tanah liat dan berbagai mikroorganisme seperti plankton maupun partikel lainnya bisa menyebabkan air berubah menjadi keruh. 3. Polutan berupa mineral akan membuat air tanah memiliki rasa tertentu. Jika terasa pahit, pemicunya bisa berupa besi, alumunium, mangaan, sulfat maupun kapur dalam jumlah besar.



4. Air tanah yang rasanya seperti air sabun menunjukkan adanya cemaran alkali. Sumbernya bisa berupa natrium bikarbonat, maupun bahan pencuci yang lain misalnya detergen. 5. Sedangkan rasa payau menunjukkan kandungan garam yang tinggi, sering terjadi di daerah sekitar muara sungai. 6. Bau yang tercium dalam air tanah juga menunjukkan adanya pencemaran. Apapun baunya, itu sudah menunjukkan bahwa air tanah tidak layak untuk dikonsumsi.



Syarat kadar kualitas air yang baik Secara fisik kualitas air yang baik adalah bening, tidak keruh, tidak berbau, berasa tawar dan tidak berwarna, serta suhu air hendaknya di bawah suhu udara. Secara kimiawi kualitas air yang baik meliputi pH yang bersifat normal/netral, bahan kimia yang tidak melebihi ambang batas ketetapan serta tingkat kesadahan yang rendah, kekurangan atau kelebihan suatu zat kimia dalm air akan menyebabkan gangguan fisiologis pada manusia. Sedangkan secara biologis kualitas air yang sehat harus bebas dari segala bakteri terutama bakteri patogen dan nonpatogen walaupun tidak menimbulkan penyakit namun menyebabkan bau dan rasa tidak enak pada air, serta menyebabkan adanya lendir pada air, serta tidak mengandung bakteri coli lebih dari 1 coli/100 mL air. Bakteri patogen menyebabkan penyakit pada manusia, organisme ini bersal dari bakteri, protozoa dan virus.. yang mungkin ada dalam air misalnya bakteri typhsum, vibrio colerae, bakteri dysentriae, bakteri enteritis, dan entamoeba hystolotica. Air yang mengandung golongan coli, dianggap telah terkontaminasi dengan kotoran manusia. dalam pemerikasaan bakteriologik, tidak langsung diperiksa air tersebut mengandung bakteri patogen, tetapi diperiksa dengan indikator bakteri golongan coli. Pencemaran air akan menimbulkan terganggunya/hilangnya persyaratan kualitas air tersebut baik secara fisik, kimia maupun biologi.



Kadar yang disyaratkan



Kadar yang tidak boleh dilampaui



7,0 – 8,5



Di bawah 6,5 dan di atas 9,5



Bahan-bahan padat



Tidak melebihi 50 mg/L



Tidak melebihi 1500 mg/L



Warna



Tidak melebihi 6 satuan



Tidak melebihi 50 satuan



Rasa



Tidak mengganggu







Bau



Tidak mengganggu







Syarat fisik Keasaman



Jenis Bahan



Kadar yang dibenarkan (mg/liter)



Flour (F)



1-1,5



Clor (Cl)



250



Arsen (As) Ph CO2 Besi (Fe)



0,05 6,5 – 9,0 0 0,3



Tembaga (Cu)



1



Zat organik



10



Komposisi ideal bahan kimia dalam air



Cara memperoleh air bersih Zat zat kimia yang larut dalam air yang dapat mengganggu bahkan membahayakan kesehatan manusia antara lain * : 1. Arsen : Kadar maksimum yang masih diperbolehkan dalam air 0,05 mg/l. dikenal sebagai racun; Chronic effect, bersifat karsinogenik dengan melalui kontak dengan Arsen atau melalui makanan (Food intake) 2. Barium : Kadar maksimum yang masih diperbolehkan dalam air 1,5 mg/l. Dikenal sebagai bahan kimia yang bersifat toxis terhadap hati, aliran darah, nervous. 3. Cadmium : kadar maksimum yang masih diperbolehkan dalam air 0,01 mg/l. Sebagai racun yang akut bagi manusia melalui makanan. 4. Chromium : Kadar maksimum yang masih diperbolehkan dalam air 0,05 mg/l. Karsinogenic pada pernafasan. Bersifat komulatif dalam daging tikus pada kadar mg/l. 5. Lead (Timah Hitam) : Kadar maksimum yang masih diperbolehkan dalam air 0,05 mg/l. Dikenal sebagai racun dengan melalui



makanan, air, udara dan menghisap rokok. 6. Mercury (Air Raksa) : Kadar maksimum yang masih diperbolehkan dalam air minum 0,002 mg/l. Dikenal sebagai racun pada pekerja dan ikan. Terdapat dalam air alam kurang dari 1 mg/l. Terdapat dalam makanan 10 - 70. 7. Nitrate (Nitrat) : Kadar maksimum yang masih diperbolehkan dalam air minum 10 mg/l. Air sumur dengan kandungan 15 - 250 mg/l menyebabkan Methemogloinemia pada bayi yang disebabkan karena susu yang dicampur dengan air tsb. 8. Selenium : Kadar maksimum yang masih diperbolehkan dalam air minum 0,01 mg/l. dikenal sebagai racun ayng berhubungan dengan pekerjaan dan menyebabkan keracunan pada anak bila lebih dari 3 - 4 mg/kg makanan masuk. 9. Silver (Perak) : Kada maksimum yang masih diperbolehkan dalam air minum 0,05 mg/l. dapat menyebabkan penyakit Argria, warna kulit yang kelabu kebiru biruan, mata. 10. Sulfate : konsentrasi maksimum yang masih diperbolehkan dalam air 250 mg/l. Menyebabkan Laxative apabila kadarnya berupa magnesium dan Sodiums. 11. Besi : Konsentrasi maksimum yang masih diperbolehkan dalam air 0,3 mg/l. Besi berguna untuk metabolisne tubuh manusia. Nilai ambang rasa 2 mg/l, menimbulkan warna, menyebabkan timbulnya koloidal yang berwarna dalam air. 12. Tembaga : Konsentrasi maksimum yang diperbolehkan dalam air 1 mg/l. Penting untuk metabolisme. Menyebabkan air mempunyai rasa tertentu. Nilai ambang rasa 1 -5 mg/l. 13. Chlorida : Konsentrasi maksimum yang diperbolehkan dalam air 250 mg/l. Kadar yang berlebihan menyebabkan air menjadi asin rasanya. rasa asin akan bertambah akibat adanya limbah yang mencemari air. 14. Fluor : Kekurangan Fluor dalam air dapat menyebabkan caries gigi. Dan kelebihan Fluor menyebabkan



penyakit Fluoresis. Kadar di dalam air minum 1 - 2 mg/l.



BAB II PEMBAHASAN A. Latar Belakang PHC World Health Essembly tahun 1977 telah menghasilkan kesepakatan global untuk mencapai “Kesehatan Bagi Semua atau Health for All” . Pada tahun 2000 (KBS 2000 / HFA by The Year 2000), yaitu tercapainya suatu derajat kesehatan yang optimal yang memungkinkan setiap orang hidup produktif baik secara sosial maupun ekonomi. Selanjutnya pada tahun 1978, konferensi di Alma Ata menetapkan Primary Health Care (PHC) sebagai pendekatan atau strategi global untuk mencapai kesehatan bagi semua (KBS) atau Health for All by The Year 2000 (HFA 2000). Dalam konferensi tersebut Indonesia juga ikut menandatangani dan telah mengambil kesepakatan global pula dengan menyatakan mbahwa untuk mencapai kesehatan bagi semua tahun 2000 (HFA 2000) kuncinya adalah PHC (Primary Health Care) dan bentuk operasional dari PHC tersebut di Indonesia adalah PKMD (Pengembangan Kesehatan Masyarakat Desa).



B. Perkembangan PHC Primary health care (PHC) merupakan hasil pengkajian, pemikiran, pengalaman dalam pembangunan kesehatan di banyak negara yang di awali dengan kampanye masal pada tahun 1950-an dalam pemberantasan penyakit menular, karena pada waktu itu banyak negara yang tidak



mampu mengatasi dan menanggulangi wabah penyakit TBC, campak, diare, dan



sebagainya. Pada tahun 1960 teknologi kuratif dan preventif dalam struktur pelayanan kesehatan telah mengalami kemajuan, sehingga timbullah pemikiran untuk mengembangkan konsep “Upaya Dasar Kesehatan”. Pada tahun 1972/1973, WHO mengadakan studi dan mengungkapkan bahwa banyak negara tidak puas atas sistem kesehatan yang dijalankan dan banyak issue tentang kurangnya pemerataan pelayanan kesehatan di daerah – daerah pedesaan. Akhirnya pada tahun 1977 dalam sidang kesehatan sedunia (World Health Essembly) dihasilkan kesepakatan “Health for All by The Year 2000 atau Kesehatan Bagi Semua Tahun 2000”. Dengan sasaran semesta utamanya



adalah: “Tercapainya Derajat Kesehatan yang Memungkinkan Setiap Orang Hidup Produktif Baik Secara Ssosial Maupun Ekonomi”. Oleh karena itu, untuk mewujudkan hal tersebut di perlukan perubahan orientasi dalam pembangunan kesehatan yang meliputi perubahan – perubahan dari : 



Pelayanan kuratif ke promotif dan preventif







Daerah perkotaan ke pedesaan







Golongan mampu ke golongan masyarakat berpenghasilan rendah







Kampanye massal ke upaya kesehatan terpadu Sebagai tindak lanjut, pada tahun 1978 Konferensi Alma Ata menetapkan “Primary



Health Care (PHC)”sebagai strategi global atau pendekatan untuk mencapai “Health for All by The Year 2000” (HFA 2000) atau Kesehatan Bagi Semua Tahun 2000 (KBS 2000).



C. Pengertian PHC Primary Health Care (PHC) adalah pelayanan kesehatan pokok yang berdasarkan kepada metode dan teknologi praktis, ilmiah dan sosial yang dapat diterima secara umum baik oleh individu maupun keluarga dalam masyarakat melalui partisipasi mereka sepenuhnya, serta biaya yang dapat terjangkau oleh masyarakat dan negara untuk memelihara setiap tingkat perkembangan mereka dalam semangat untuk hidup mandiri (self reliance) dan menentukan nasib sendiri (self determination). Pelayanan kesehatan primer / PHC merupakan strategi yang dapat dipakai untuk menjamin tingkat minimal dari pelayanan kesehatan untuk semua penduduk. PHC menekankan pada perkembangan yang bisa di terima, terjangkau, pelayanan kesehatan yang diberikan adalah essensial bisa diraih dan mengutamakan pada peningkatan serta kelestarian yang di sertai percaya pada diri sendiri disertai partisipasi masyarakat dalam menentukan sesuatu tentang kesehatan.



D. Tujuan PHC 



Tujuan Umum



Mencoba menemukan kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan yang diselenggarakan sehingga akan di capai tingkat kepuasan pada masyarakat yang menerima pelayanan. 



Tujuan Khusus 1. Pelayanan harus mencapai keseluruhan penduduk yang di layani. 2. Pelayanan harus dapat diterima oleh penduduk yang di layani. Pelayanan harus berdasarkan kebutuhan medis dari populasi yang di layani. Pelayanan harus secara maksimum menggunakan tenaga dan sumber-sumber daya lain dalam



3. 4.



memenuhi kebutuhan masyarakat.



E. Fungsi PHC Primary heatlh care (PHC) hendaknya memenuhi fungsi sebagai berikut : 1. 2. 3. 4. 5.



Pemeliharaan kesehatan Pencegahan penyakit Diagnosis dan pengobatan Pelayanan tindak lanjut Pemberian sertifikat



F. Unsur Utama Dalam PHC Tiga unsur utama yang terkandung dalam PHC adalah sebagai berikut : 1. Mencakup upaya-upaya dasar kesehatan 2. Melibatkan peran serta masyarakat 3. Melibatkan kerjasama lintas sektoral



G. Perkembangan PHC di Indonesia PHC merupakan hasil peng;kajian, pemikiran, pengalaman dalam pembangunan kesehatan di banyak negara yang diawali dengan kampanye massal pada tahun 1950-an dalam pemberantasan penyakit menular, karena pada waktu itu banyak negara yang tidak mampu mengatasi dan menanggulangi wabah penyakit TBC, campak, diare dsb. Pada tahun 1960 teknologi kuratif dan preventif dalam struktur pelayanan kesehatan telah mengalami kemajuan. Sehingga timbulah pemikiran untuk mengembangkan konsep “Upaya Dasar Kesehatan”.



Pada tahun 1972/1973, WHO mengadakan studi dan mengungkapkan bahwa banyak negara tidak puas atas sistem kesehatan yang dijalankan dan banyak issue tentang kurangnya pemerataan pelayanan kesehatan di daerah – daerah pedesaan. Akhirnya pada tahun 1977 dalam sidang kesehatan dunia (World Health Essembly) dihasilkan kesepakatan “Health for All by The Year 2000 atau Kesehatan Bagi Semua Tahun 2000 dengan sasaran semesta utamanya adalah : “Tercapainya Derajat Kesehatan yang Memungkinkan Setiap Orang Hidup Produktif Baik Secara Sosial Maupun Ekonomi”. Oleh karena itu untuk mewujudkan hal tersebut diperlukan perubahan orientasi dalam pembangunan kesehatan yang meliputi perubahan-perubahan dari : 1. 2. 3. 4.



Pelayanan Kuratif ke promotif dan preventif Daerah perkotaan ke pedesaan Golongan mampu ke golongan masyarakat berpenghasilan rendah Kampanye massal ke upaya kesehatan terpadu



BAB III PENUTUP A.



Kesimpulan Primary Health Care (PHC) merupakan hasil pengkajian, pemikiran, pengalaman dalam pembangunan kesehatan di banyak negara yang diawali dengan kampanye massal pada tahun 1950-an dalam pemberantasan penyakit menular, karena pada waktu itu banyak negara tidak mampu mengatasi dan meenanggulangi wabah penyakit TBC, campak, diare dan sebagainya. Primary Health Care (PHC) adalah pelayanan kesehatan pokok yang berdasarkan kepada metode dan teknologi praktis, ilmiah dan sosial yang dapat diterima secara umum baik oleh individu maupun keluarga dalam masyarakat melalui partisipasi mereka sepenuhnya, serta dengan biaya yang dapat terjangkau oleh masyarakat dan negara untuk memelihara setiap tingkat



perkembangan mereka dalam semangat untuk hidup mandiri (self reliance) dan menentukan nasib sendiri (Self determination). Di Indonesia, pelaksanaan Primary Health Care secara umum dilaksanakan melalui pusat kesehatan dan di bawahnya (termsuk sub-pusat kesehatan, pusat kesehatan berjalan) dan banyak kegiatan berbasis kesehatan masyarakat seperti Rumah BersalinDesa dan Pelayanan Kesehatan Desa seperti Layanan Pos Terpadu (ISP atau Posyandu). Secara administratif, indonesia terdiri dari 33 provinsi, 349 Kabupaten dan 91 Kotamadya, 5.263 Kecamatan dan 62.806 Desa. Di Indonesia, PHC memiliki tiga strategi utama, yaitu kerjassama multisektoral, partisipasi masyarakat dan penerapan teknologi yang sesuai dengan kebutuhan dengan pelaksanaan di masyarakat. Sampai saat ini semua penerapan itu telah berjalan meskipun ada beberapa hambatan dalam pelaksanaannya.



Mineral a. Kalsium (Ca), Fosfor (P), Magnesium (Mg) Fungsi Ca, P, dan Mg merupakan unsur utama dalam pembentukan tulang dan gigi dan merupakan unsur mineral yang terbanyak dalam tubuh. Dampak Bagi Kesehatan Gigi dan Mulut Jika Kurang Asupan Zat Gizi Ca, P, dan Mg 



mineralisasi tulang dan gigi menjadi terganggu, sehingga tulang akan mudah patah.







Gigi rapuh sehingga rentan terhadap karies







Pertumbuhan tulang dan gigi pada anak-anak menjadi terganggu.



Sumber Ca, P, dan Mg banyak terdapat dalam susu, telur, sayuran, dan ikan. b. Besi (Fe) Fungsi Fe merupakan unsur pembentukan Hemoglobin Dampak Bagi Kesehatan Gigi dan Mulut Jika Kurang Asupan Zat Gizi Fe Kekurangan asupan Fe dapat mengakibatkan anemia, gangguan pada lidah dan luka pada sudut bibir. Gejalanya berupa penipisan papila pada tepi-tepi lidah, serta penipisan mukosa mulut secara menyeluruh sehingga pasien rentan terhadap stomatitis aptosa ( sariawan ), dan warna mukosa menjadi pucat. Sumber Fe banyak terdapat dalam telur, hati, kacang-kacangan, sayuran



c. Fluor (F) Fungsi Mencegah karies gigi dengan meningkatkan daya tahan email, remineralisasi lesi-lesi karies dini dan sebagai bahan anti bakteri Dampak Bagi Kesehatan Gigi dan Mulut Jika Kurang Asupan Zat Gizi F Jika kekurangan fluor, pada gigi akan mengakibatkan gigi menjadi rapuh dan mudah terserang karies karena fungsi flour adalah sebagai pelindung gigi dari serangan bakteri. Di USA terlihat pemberian flourisasi mampu menurunkan karies sebanyak 60-70% pada anak-anak yang menderita karies (Mustafa, 1993).