Perilaku Mencit [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/282433796



Aktivitas Harian Mencit Jantan (Mus musculus) di Laboratorium Article · January 2015



CITATIONS



READS



0



7,995



1 author: Rian Oktiansyah Universitas Islam Negeri Raden Fatah Palembang 3 PUBLICATIONS   1 CITATION    SEE PROFILE



All content following this page was uploaded by Rian Oktiansyah on 03 October 2015. The user has requested enhancement of the downloaded file.



1



Aktivitas Harian Mencit Jantan (Mus musculus) di Laboratorium Rian Oktiansyah (G352140241) Laporan Praktikum Bioteknik Hewan (BIO 661) INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2015 Pendahuluan Perilaku hewan adalah ekspresi untuk menyesuaikan diri dengan kondisi internal dan eksternal yang berbeda. Perilaku dapat digambarkan sebagai respon hewan terhadap stimulus (Blackshaw dan Wash 1986). Pengamatan perilaku hewan dapat dilakukan di lapang dan di laboratorium. Pengamatan perilaku hewan di lapang adalah melihat perilakunya yang muncul secara alami di alam sedangkan pengamatan perilaku hewan di laboratorium adalah melihat perilakunya yang muncul di kandang yang dibuat. Pengamatan perilaku tersebut berfungsi untuk membandingkan perilaku hewan yang muncul pada kondisi yang berbeda. Perilaku nokturnal adalah perilaku yang lebih aktif dilakukanoleh hewan pada malam hari. Adapun Teknik untuk mengamati perilaku hewan, antara lain ad libitum sampling, focal animal sampling, scan sampling, dan behaviour sampling. Ad libitum sampling digunakan pada awal pengamatan, yaitu mencatat semua aktivitas yang terlihat (Altmann 1974; Martin dan Bateson 1987). Contohnya, metode ad libitum digunakan untuk mengamati interaksi sosial mencit bergaris (Rhabdomys pumilio) di laboratorium dan di alam. Hasilnya, hampir semua interaksi sosial antara mencit bergaris jantan dewasa dan anak tidak menunjukkan sifat agresif (Schradin dan Pillay 2003). Recording rules adalah aturan waktu spesifik untuk mencatat perilaku. Metode dalam recording rules terdiri dari continuous recording dan time sampling. Time sampling terdiri dari instantaneous sampling dan one-zero sampling. Continuous recording bertujuan mengukur frekuensi dan mencatat pola durasi pada saat perilaku dimulai dan berhenti. Dengan teknik ini, setiap perilaku dicatat bersama dengan waktunya (Martin dan Bateson 1987). Contohnya, teknik pencatatan frekuensi dan durasi perilaku abnormal domba ternak saat makan yang menunjukkan bahwa 80% perilaku mondar-mandir saat makan dilakukan selama 30 menit (Lauber et al. 2012). Instantaneous sampling, yaitu mencatat perilaku dalam kurun waktu tertentu. Sesi observasi dibagi menjadi interval waktu yang pendek yang telah ditentukan, misalnya tiap 1 menit dalam 1 jam (Martin dan Bateson 1987). Contohnya, teknik pencatatan perilaku mencit di laboratorium yang dibiarkan sendiri pada kondisi kandang yang berbeda dengan interval waktu 15 menit selama 12 jam malam hari. Hasilnya, persentase perilaku eksplorasi dan lokomosi meningkat pada kondisi kandang yang disediakan peralatan (Olsson dan Sherwin 2006). Teknik dan aturan waktu dalam pengamatan perilaku tersebut tidak hanya digunakan di lapangan, tapi juga bisa digunakan untuk mengamati hewan di laboratorium, seperti mencit. Mencit merupakan hewan vertebrata sosial yang paling banyak digunakan untuk penelitian di laboratorium, termasuk perilakunya (Balcombe 2005). Mereka lebih aktif pada malam hari ketika ditempatkan bersama-sama. Banyak penelitian



2



mengenai perilaku mencit. Sebagian besar penelitian perilaku mencit di laboratorium didasarkan pada pengamatan perilaku standar di bawah kondisi yang sangat artifisial dan mempertimbangkan karakteristik spesifik spesies hewan, seperti preferensi lingkungannya (Olsson et al. 2003). Perilaku mencit di laboratorium, yaitu makan (feeding), grooming, mencari makan (foraging), lokomosi (moving), istirahat (resting), sosial (social), minum (drinking), eksplorasi (exploration), dan membangun sarang (nest-building) (Schellinck et al. 2010). Pentingnya pengamatan perilaku mencit di laboratorium adalah sebagai informasi tambahan untuk membandingkan dengan perilakunya di alam dan sebagai upaya peningkatan kesejahteraan mencit (animal walfare) melalui pengentasan rasa sakit dan penderitaan yang terkait dengan prosedur ilmiah. Oleh sebab itu, praktikum ini bertujuan untuk mempelajari aktivitas harian mencit jantan di laboratorium dengan menggunakan teknik observasi perilaku. Bahan dan Metode Alat Alat yang digunakan dalam pengamatan aktivitas harian mencit jantan (Mus musculus) adalah jam tangan yang memiliki stopwatch, lampu belajar dengan bola lampu warna merah (Philips, 15 watt) dengan panjang gelombang 6,60±0,30 nm (Sugito et al. 2005), dan handycam (sony DCR-SX44E, baterai model nomor NPFV30, 7.2 V, 3.6 Wh, 500 mAh, lensa zoom 60x) dengan memory 4 GB, tinggi tripod 75 cm. Pemotongan film menggunakan program windows movie maker 2.6 yang dapat diunduh secara gratis di http://www.microsoft.com/enus/download/details.aspx?id=34 Sampel Sampel yang diamati adalah kelompok mencit jantan (Mus musculus) galur Deutche Denken Yoken (DDY) yang terdiri dari 3 rasio umur, yaitu dewasa berumur 3 bulan, remaja berumur 1,5 bulan, dan anak berumur 21 hari serta seekor mencit betina dewasa. Mencit diperoleh dari Laboratorium Non Ruminansia dan Satwa harapan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Waktu dan Tempat Pengamatan dilakukan di kandang Bagian Fungsi Hayati dan Perilaku Hewan yang dimulai pada 27 Maret sampai 12 April 2015, dengan total 6 kali pengamatan. Ukuran kandang yang digunakan adalah 50 cm x 50 cm x 50 cm sebanyak 1 buah dengan jarak antara peneliti dengan kandang adalah 1-1,5 m. Habituasi Studi awal dilakukan 2 kali (tanggal 27 dan 28 Maret 2015) untuk habituasi dan mengetahui aktivitas apa saja yang dilakukan mencit jantan (dewasa, remaja, dan anak) selama satu malam (pukul 19.00 – 00.00 WIB). Seekor mencit betina dimasukkan ke dalam kandang untuk melihat perilaku sesual yang dilakukan mencit jantan. Habituasi bertujuan agar objek yang diamati terbiasa dengan kehadiran pengamat, begitu juga sebaliknya. Habituasi dilakukan dengan berdiri didekat



3



kandang pada posisi yang sama. Selama habituasi diusahakan tidak memakai parfum. Identifikasi individu Identifikasi individu dijelaskan berdasarkan dari ciri menonjol yang terdapat pada masing-masing individu (ukuran tubuh dari tiap rasio umur mencit jantan). Identifikasi individu disajikan pada Tabel 1. Tabel 1 Identifikasi individu No Individu Karakter



1



2



3



Dewasa



Ukuran tubuh paling besar dibandingkan dengan mencit jantan remaja dan anakan



Remaja



Ukuran tubuh menengah, Lebih kecil dari jantan dewasa namun lebih besar dari jantan anakan



Anak



Foto



Ukuran tubuh paling kecil dibandingkan dengan mencit jantan dewasa dan remaja



Pengamatan aktivitas harian Pengamatan aktivitas harian dilakukan pada hari jum’at (tanggal 3 April 2015 dan 10 April 2015), sabtu (4 April 2015 dan 11 April 2015), dan minggu (5 April 2015 dan 12 April 2015), dari pukul 19.00 sampai 00.00 WIB dengan menggunakan lampu belajar dengan bola lampu warna merah. Metode yang digunakan, yaitu ad libitum sampling dan focal animal sampling. Metode ad libitum sampling digunakan pada awal pengamatan untuk mengetahui aktivitas apa saja yang dilakukan oleh mencit jantan selama satu malam, dengan mencatat semua aktivitas mereka yang terlihat. Hasilnya adalah deskripsi aktivitas harian mencit jantan dalam satu malam yang dapat dilihat pada Tabel 3. Pada pengamatan selanjutnya, metode yang digunakan adalah focal animal sampling.



4



Focal animal sampling, yaitu mengamati dan mencatat aktivitas satu individu mencit setiap awal transisi waktu selama periode waktu tertentu dengan catatan individu selalu terlihat. Dengan metode ini, pengamat dapat fokus terhadap aktivitas masing-masing individu. Periode pengamatan tergantung pada sifat satwa dan kemampuan pengamat. Pengamatan mencit jantan di laboratorium dilakukan satu malam per individu. Jadwal pengamatan mencit jantan di laboratorium dapat dilihat pada Gambar 1. Hasil dari metode ini adalah durasi dan frekuensi dari setiap aktivitas. Uraian aktivitas harian mencit jantan di laboratorium dapat dilihat pada Tabel 2 (Schellinck et al. 2010). a. 19:00 19:30 20:00 20:30 21:00 22:30 23:00 00:00 21:30 22:00 23:30 akhir



mulai Jeda



Jeda



Jeda



Gambar 1 Interval waktu pengamatan Tabel 2 Etogram aktivitas harian mencit di laboratorium (Schellinck et al. 2010) No Aktivitas Harian Deskripsi Aktivitas berjalan dibawah maupun di tutup kandang Lokomosi 1 (memanjat) untuk meninggalkan satu lokasi menuju lokasi (moving) lainnya. Aktivitas mencit menjilati bagian tubuh mulai dari cakar pada 2 Grooming kaki depan, kepala, badan, kaki, alat kelamin, dan ekor. Aktivitas mencit meringkuk (kepala terselip di bawah Istirahat tubuhnya), terentang (belum terselip kepalanya di bawah 3 (resting) tubuh tapi bertumpu), tidur, atau tiduran tanpa melakukan aktivitas lainnya. 4



5 6 7 8 9



Aktivitas mencit mengambil makanan, memasukkan makanan ke dalam mulut, mengunyah, dan menelan makanan. Aktivitas yang berkaitan dengan kehidupan kelompok, seperti Sosial (social) allogrooming, berkelahi (aggressive/agonistic), genital inspection, seksual, inisial kontak, dan bermain. Mencari makan Aktivitas mencit mengendus substrat, membolak-balik (foraging) serasah, dan sebagainya. Eksplorasi Aktivitas mencit berdiri (Exploration) Minum Aktivitas mencit menempelkan mulutnya pada sumber air (Drinking) dan menelan air Membangun Aktivitas mencit mendorong dan menepuk serasah dengan sarang (nestkaki depannya, gathering, molding (membentuk sarang building) dengan gerakan memutar). Makan (feeding)



5



Analisis Data Analisis data disajikan secara deskriptif dengan menampilkan data dalam bentuk tabel, gambar, dan pie chart mengenai aktivitas harian mencit jantan di laboratorium baik secara keseluruhan maupun secara individu.



Hasil dan Pembahasan Hasil pengamatan mencit jantan di laboratorium dengan tiga rasio umur jantan, (dewasa, remaja, dan anak) dengan metode ad libitum ada 9 aktivitas. Aktivitas tersebut dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Aktivitas harian mencit jantan di laboratorium No Perilaku foto



Keterangan



1



Lokomosi



Mencit berjalan di tutup kandang



2



Grooming



Mencit menggrooming tubuhnya



3



Istirahat



Mencit Tidak melakukan aktivitas



Makan



Mencit mengambil dan memegang makanan, memasukkan makanan ke dalam mulut, lalu mengunyah



4



6



5



Sosial (Seksual)



6



Sosial (Allogrooming)



7



Eksplorasi



8



9



Mencit jantan menaiki mencit betina



Mencit jantan meng-grooming mencit jantan yang lain



Mencit jantan berdiri tegak



Minum



Mencit menempelkan mulutnya pada sumber air dan menelan air



Membuat Sarang



Mencit jantan mendorong serasah dengan kaki depan



7



Tabel 4 Frekuensi aktivitas mencit jantan di laboratorium Mencit jantan No Aktivitas Dewasa Remaja Anak 1 Lokomosi 86 95 55 2 Grooming 73 78 47 3 Istirahat 34 41 99 4 Makan 56 40 65 5 Sosial 23 32 14 6 Mencari Makan 11 9 14 7 Eksplorasi 15 4 7 8 Minum 3 4 2 9 Membuat Sarang 2 0 0



Rata-rata 78,7 66,0 58,0 53,7 23,0 11,3 8,7 3,0 0,7



Persentase (%) 25,96 21,78 19,14 17,71 7,59 3,74 2,86 0,99 0,22



Keterangan: : aktivitas yang utama dilakukan mencit jantan di laboratorium Hasil yang diperoleh dari metode ad libitum sampling, yaitu aktivitas harian mencit jantan (Mus musculus) di laboratorium yang terdiri dari grooming, makan, istirahat, sosial (seksual dan allogrooming), mencari makan, lokomosi, eksplorasi, membuat sarang, dan minum. Metode focal animal sampling memberikan hasil frekuensi yang merupakan persentase masing-masing aktivitas harian mencit jantan di laboratorium. Berdasarkan metode tersebut, aktivitas utama yang dilakukan mencit janan di laboratorium adalah lokomosi (Gambar 2). 1% 0% 4% 3% 7%



Lokomosi 26%



Grooming Istirahat Makan



18%



Sosial Mencari Makan Eksplorasi 22%



Minum Membuat Sarang



19%



Gambar 2 Persentase aktivitas harian mencit jantan di laboratorium Aktivitas lokomosi. Aktivitas harian mencit jantan dewasa dan remaja yang memiliki persentase paling besar adalah lokomosi, yaitu 28% dan 31%, sedangkan mencit jantan anak 18% (Gambar 3). Lokomosi merupakan aktivitas berpindahnya suatu individu dengan cara berjalan di kandang dan memanjat kandang (Koteja et al.



8



1999). Hal ini memperlihatkan bahwa mencit jantan merupakan spesies yang aktif bergerak. Pada periode 4-6 jam, mencit jantan di laboratorium banyak menghabiskan lebih banyak waktu untuk lokomosi (Van de Weerd et al. 2001). Persentase lokomosi mencit jantan remaja lebih besar daripada mencit jantan dewasa dan anak menunjukkan bahwa mencit jantan remaja lebih aktif. Hal ini terbukti pada malam hari, rodentia remaja lebih banyak terperangkap daripada rodentia dewasa (Gurnell 1982). Tingkat lokomosi dipengaruhi oleh ukuran kandang dan jumlah individu di dalam kandang (Arakawa 2005). Ukuran kandang 50 cm x 50 cm x 50 cm membuat mencit jantan remaja lebih aktif untuk mengeksplorasi wilayah daripada mencit jantan dewasa. Berbeda dengan mencit jantan dewasa dan remaja, mencit jantan anak, aktivitas harian yang memiliki persentase paling besar adalah istirahat dengan cara berdekatan, yaitu 33% (Gambar 3). Saat Istirahat, mencit tidak melakukan aktivitas apapun. Mencit jantan anak di laboratorium menghabiskan 50% waktunya untuk istirahat dengan cara berdekatan (Van Loo et al. 2004). Aktivitas ini menyediakan kehangatan dan membuat mereka merasa lebih aman ketika beristirahat.



Gambar 3



Aktivitas harian masing-masing rasio umur mencit jantan di laboratorium. Tanda panah hitam pada pie chart menunjukkan aktivitas utama pada masing-masing rasio umur mencit jantan di laboratorium.



Grooming. Persentase aktivitas grooming pada masing-masing rasio umur mencit jantan di laboratorium berbeda, yaitu mencit jantan dewasa 24%, mencit jantan remaja 26%, dan mencit jantan anak 15%. Frekuensi aktivitas grooming mencit jantan di laboratorium berkisar > 15% (Kalueff dan Touhimaa 2004). Grooming merupakan perilaku menjilati yang berpola mulai dari cakar pada kaki depan, kepala, badan, kaki, alat kelamin dan ekor (Denmark et al. 2010). Grooming memiliki 4 fase, yaitu fase 1 fase 2, fase 3, dan fase 4 (Gambar 4) (Berridge et al. 2005). Perbedaan persentase pada rasio umur mencit jantan tersebut terkait dengan aktivitas lokomosi. Grooming terjadi secara spontan sebagai aktivitas transisi antara istirahat dan lokomosi



9



(Smolinsky et al. 2009).Tingkat lokomosi yang tinggi dari mencit jantan dewasa dan remaja diduga berpengaruh terhadap waktu transisi sehingga aktivitas grooming pun terjadi. Grooming pada mencit bertujuan untuk membersihkan tubuh untuk menjaga kesehatan dengan menghapus detritus pembawa penyakit parasit, menarik pasangan, dan menghindari predator melalui penghapusan bau (Feusner et al. 2009).



Gambar 4 Fase grooming mencit (Berridge et al. 2005) Aktivitas istirahat. Istirahat merupakan suatu keadaan yang menunjukkan mencit tidak melakukan aktivitas apapun. Aktivitas istirahat bergantung kepada aktivitas lain yang telah dikerjakan oleh mencit (Balcombe 2006). Berdasarkan pengamatan, mencit jantan di laboratorium aktif bergerak. Frekuensi istirahat mencit jantan dewasa dan mencit jantan remaja berbanding lurus dengan frekuensi lokomosi (Gambar 3). Semakin tinggi frekuensi lokomosi yang dilakukan mencit, semakin tinggi frekuensi istirahat. Hal tersebut berkaitan dengan kehilangan energi yang membuat mencit merasa lelah sehingga beristirahat. Aktivitas makan. Aktivitas makan pada masing-masing mencit jantan, yaitu mencit jantan dewasa 18%, mencit jantan remaja 13%, dan mencit jantan anak 21%. Pada aktivitas ini, mencit jantan anak memiliki frekuensi tertinggi. Mencit membutuhkan energi dari makanan untuk pemeliharaan tubuh. Aktivitas makan yang tinggi ini bertujuan untuk mengatasi apabila tidak terdapat makanan. Mencit harus berinvestasi lebih banyak makan (disimpang dalam bentuk lemak) sebagai strategi fisiologis untuk mengalokasikan energi dan asupan nutrisi untuk pertumbuhan (Speakman 2008). Pada paktikum ini, makan yang diberikan berupa pelet. Aktivias sosial. Aktivitas sosial yang terlihat pada saat pengamatan mencit jantan di laboratorium adalah seksual, pemeriksaan genital, allogrooming, agonistik, dan berkerumun. Seksual adalah aktivitas yang muncul karena adanya interaksi jantan-betina yang bertujuan untuk reproduksi (Asaba et al. 2014). Mencit betina tertarik kepada mencit jantan karena adanya bau feromon dari mencit jantan yang menunjukkan status dominasinya. Dominasi tersebut terkait sifat mencit jantan, seperti agresivitas dan teritorial (Bronson 1979). Status sosial mencit jantan yang dominan dinilai melalui perubahan bau testosteron yang terdapat dalam urin. Urin dari mencit jantan yang dominan lebih efektif untuk mempercepat fungsi reproduksi mencit betina dibandingkan dengan mencit yang tidak dominan (Lombardi et al. 1976). Sebelum terjadi aktivitas seksual, mencit jantan melakukan pemeriksaan genital kepada mencit betina. Pemeriksaan genital lebih sering dilakukan oleh mencit jantan yang berfungsi untuk mendeteksi kondisi reproduksi lawan jenisnya (Nunn 2002). Mencit jantan yang dominan, dapat terlihat melalui aktivitas agonistiknya. Agonistik adalah aktivitas mencit jantan yang agresif, seperti menyerang mencit jantan yang lain, mengejar, menjepit, menggigit, ataupun agresif grooming (Gambar 5) (Allen



10



et al. 2010). Aktivitas agonistik menunjukkan tingkat dominasi diantara mencit jantan di dalam kandang. Selain aktivitas tersebut, aktivitas allogrooming terlihat pada saat pengamatan, mencit jantan dewasa melakukan allogrooming ke mencit betina atau ke mencit jantan lainnya. Allogrooming adalah grooming antara individu yang berjenis kelamin sama ataupun berbeda. Allogrooming menyediakan mekanisme bagi mencit untuk menguji kesesuaian, seperti mencit jantan menguji kesesuaian dengan mencit betina untuk kawin (Stopka dan Graciasova 2000).



Gambar 5 Aktivitas agonistik (Allen et al. 2010) Aktivitas mencari makan. Aktivitas mencari makan merupakan aktivitas mencit mengendus substrat, membolak-balik serasah, dan sebagainya (Schellinck et al. 2010). Berdasarkan Gambar 3, persentase frekuensi dari masing-masing rasio mencit jantan untuk aktivitas ini tidak jauh berbeda, yaitu mencit jantan dewasa 4%, mencit jantan remaja 3%,, dan mencit jantan anak 5%. Hal ini dikarenakan makanan disebar di dalam area kandang yang sama, kemudian mencit akan mencarinya sendiri, sama seperti jika mencit berada di alam namun berbeda dalam variasi makanannya. Makanan yang diberikan untuk mencit di laboratorium ini adalah pelet. Aktivitas mencari makan ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan makanan mencit ketika terjadi kekurangan makanan. Aktivitas eksplorasi. Aktivitas eksplorasi mencit jantan di laboratorium berbeda. Perbedaan frekuensi tersebut bergantung pada tahap perkembangan umur mencit jantan (Arakawa 2005). Berdasarkan hasil pengamatan, frekuensinya untuk mencit jantan dewasa 5%, mencit jantan remaja 1%, dan mencit jantan anak 2%. Mencit jantan dewasa memiliki aktivitas eksplorasi paling tinggi. Hal ini bermaksud untuk memantau daerah teritorial dari mencit jantan yang nantinya mengarah ke sifat dominansi dari mencit jantan itu sendiri. Aktivitas minum. Setelah aktivitas makan, mencit jantan melakukan aktivitas minum. Sama halnya dengan makan, minum juga memiliki fungsi, yaitu mengurangi rasa haus mencit karena pelet yang dimakan menyerap sebagian besar air (Bachmanov et al. 2002). Berdasarkan Gambar 3, frekuensi aktivitas minum mencit jantan sama, yaitu 1%. Selain untuk keperluan pemeliharaan tubuh dalam proses pertumbuhan dan fisiologis, kedua aktivitas ini dibutuhkan untuk melakukan aktivitas lain, seperti sosial, eksplorasi, dan membuat sarang. Aktivitas membuat sarang. Mencit jantan di laboratorium juga memperlihatkan aktivitas membuat sarang. Aktivitas tersebut dilakukan oleh mencit dengan cara mendorong ataupun mengumpulkan material yang ada di dalam kandang sehingga membentuk suatu kumpulan material. Material berpengaruh dalam aktivitas membuat sarang mencit. Pada proses praktikum ini, pengamat memberikan material berupa kertas tisu yang dirobek dan serutan kayu, kemudian dimasukkan ke



11



kandang mencit dan terlihat mencit jantan dewasa dan mencit jantan remaja membuat sarang. Telah dilaporkan penggunaan kertas tisu meningkatkan aktivitas membuat sarang. Bahan bersarang mungkin memiliki beberapa fungsi. Dengan membangun sarang, mencit dapat mengatur suhu mereka dan menghindari terlalu banyak cahaya atau menyembunyikan pasangan. Sarang juga dapat dijadikan tempat tinggal untuk mencit berlindung dari ancaman dan beristirahat (Van de Weerd et al. 1998). Defekasi adalah pengeluaran zat sisa hasil proses pencernaan berupa feses (tinja). Aktivitas membuang kotoran, baik itu membuang air besar (defekasi) maupun buang air kecil (urinasi) tidak diamati dalam praktikum ini. Hal ini disebabkan karena kandang mencit diisi dengan serasah sehingga secara metode tidak dapat mengamati waktu defekasi ataupun urinasi mencit. Kondisi pengamat yang kadang kurang fit dalam melakukan pengamatan mungkin mempengaruhi dalam proses pengambilan data. Hal ini dikarenakan sifat mencit yang nokturnal sedangkan pengamat diurnal. Untuk mengatasi hal tersebut, pengamat menggunakan waktu jeda 30 menit untuk istirahat supaya kembali fokus dalam proses pengambilan data. Dalam proses pengamatan dibutuhkan handycam yang memiliki infrared untuk merekam aktivitas mencit. Pengamat tidak memiliki handycam yang memiliki infrared dengan panjang gelombang 8 – 14 µm (Marinelli et al. 2000). Oleh sebab itu, pengamat menggunakan cahaya lampu warna merah dengan panjang gelombang 6,60±0,30 nm. Berdasarkan studi literatur, cahaya lampu warna merah dapat dijadikan alternatif untuk pengamatan mencit pada malam hari. mencit memiliki penglihatan yang kurang baik dan tidak mampu mendeteksi warna. Cahaya merah sering digunakan untuk mengobservasi mencit selama aktivitas malam hari (Bedrosian et al. 2013).



Kesimpulan Ad libitum sampling digunakan pada awal pengamatan, yaitu mencatat semua aktivitas yang terlihat. Focal animal sampling digunakan untuk mengamati dan mencatat perilaku satu individu setiap awal transisi waktu selama periode waktu tertentu dengan catatan individu selalu terlihat. Berdasarkan metode pengamatan ad libitum sampling, aktivitas harian mencit jantan di laboratorium terbagi menjadi 9 aktivitas, yaitu lokomosi, grooming, makan, mencari makan, sosial, eksplorasi, istirahat, membuat sarang, dan minum. Berdasarkan metode focal animal sampling, aktivitas utama yang dilakukan mencit jantan di laboratorium adalah lokomosi, grooming, istirahat, dan makan. Pengamat menggunakan cahaya lampu warna merah. Cahaya lampu warna merah dapat dijadikan alternatif untuk pengamatan mencit pada malam hari selain infrared.



12



Daftar Pustaka Allen AEC, Cheryl LC, Alexis JW, Donald WP, Elena C. Agonistic behavior in males and females: effects of an estrogen receptor beta agonist in gonadectomized and gonadally intact mice. Psychoneuroendocrinology, 35(7): 1008–1022. Altmann J. 1973. Observational Study of Behaviour: Sampling Methods. Chicago: University of Chicago. Arakawa H. 2005. Age dependent effects of space limitation and social tension on open-field behavior in male rats. Physiology and Behaviour, 84: 429-436. Arakawa H. 2005. Interaction between isolation rearing and social developmenton exploratory behavior in male rats. Behavioural Processes, 70: 223–234. Asaba A, Tatsuya H, Kazutaka M, Takefumi K. 2014. Sexual attractiveness of male chemicals and vocalizations in mice . Frontiers in Neuroscience, 8. Bachmanov AA, Danielle RR, Gary KB, Michael GT. 2002. Food Intake, Water Intake, and Drinking Spout Side Preference of 28 Mouse Strains. Behav Genet, 32(6): 435–443. Balcombe JP. 2006. Laboratory environments and rodents behavioural needs: a review. Bedrosian TA, Vaughun CA, Weil ZM, Nelson RJ. 2013. Behaviour of laboratory mice is altered by light pollution within the housing environment. Animal Welfare. 22: 483-487. Berridge KC, Wayne A, Kimberley RH, Xiaoxi Z. 2005. Sequential super-stereotypy of an instinctive fixed action pattern in hyper-dopaminergic mutant mice: a model of obsessive compulsive disorder and Tourette's. BMC Biology, 3:4. Blackshaw JK, Wash MAE. 1986. Notes on Some Topics in Applied Animal Behaviour. Australia: University of Queensland. Bronson FH. 1979. The reproductive ecology of the house mouse. Q. Rev. Biol. 54, 265–299. Denmark et al.. 2010. The effects of chronic social defeat stress on mouse self-grooming behavior and its patterning. Behavioural Brain Research, 28: 553-559. Feusner JMD, Emily HBA, Kathharine APMD, 2009. The Mouse Who Couldn’t Stop Washing: Pathologic Grooming in Animals and Humans. National Institute of Health, 14 (9): 503513. Gurnell J. 1982. Trap Response in Woodland Rodents. Acta Theriologica, 27 (10): 123—137. Kalueff AV, Pentti T. 2004.Grooming analysis algorithm for neurobehavioural stress research. Brain Research Protocols, 13: 151-158. Koteja P, Theodore G, Joanna KS, John GS, Patrick AC. 1999. Behaviour of house mice artificially selected for high levels of voluntary wheel running. Animal Behaviour, 58: 1307-1318. Lauber M, Judy AN, Allan G, Paul HH. 2012. Prevalence and Incidence of Abnormal Behaviours in Individually Housed Sheep. Animals, 2: 27-37. Lombardi JR, John GV, Malwhitsett J. 1976. Androgen Control of the Sexual Maturation Pheromone in House Mouse Urine. Biology of Reproduction, 15: 179-186. Marinelli WJ, Christoper MG, Alan HG, Green BD. 2000. A Tunable Fabry-Perot Etalon-Based Long-Wavelength Infrared Imaging Spectroradiometer. Applied Optics, 38(16): 25942604. Martin P, Bateson P. 1986. Measuring Behaviour: An introducing guide. United Kingdom (UK): Cambridge University Press. Nunn CL. 2002. Behavioural defences against sexually transmitted diseases in primates. Animal Behaviour, 66: 37-48. Schellinck HM, David PC, Richard EB. 2010. Advances in The Study of Behavior. Burlington: Academic Press. Schradin C, Neville P. 2003. Paternal Care in the Social and Diurnal Striped Mouse (Rhabdomys pumilio): Laboratory and Field Evidence. Journal of Comparative Psychology, 117 (3): 317-324. Smolinsky AN, Carisa LB, Justin LL, Allan VK. 2009. Analysis of Grooming Behavior and Its Utility in Studying Animal Stress, Anxiety, and Depression. Neuromethods, 42: 21-36.



13



Speakman JR. 2008. The physiological costs of reproduction in small mammals. Phil. Trans. R. Soc. B, 363: 375–398. Stopka P, Romana G. 2000. Conditional allogrooming in the herb-field mouse. Behavioural Ecology, 12 (5): 584-589. Sugito H, Wahyu SB, Sofjan F, Siti M. 2005. Pengukuran Panjang Gelombang Sumber Cahaya Berdasarkan Pola Interferensi Celah Banyak. Berkala Fisika, 8 (2): 37-44. Van de Weerd HA, Van Loo PLP, Van Zutphen LFM, Koolhaas JM, Baumans V. 1998. Strength Of Preference For Nesting Material as Environmental Enrichment For Laboratory Mice. Applied Animal Behaviour Science, 55: 369-382. Van de Weerd HA, Van Elderen IAD, Baumans V, Schlingmann F, Zethof T, Tolboom J, Van Zutphen LFM, Van der Heyden J. 2001. Behavioural Patterns Of Laboratory Mice Housed Under Enriched And Standard Housing Conditions. Netherland: Utrecht University. Van Loo PLP, Van de Weerd HA, Van Zutphen LFM, Baumans V. 2004. Preference for social contact versus environmental enrichment in male laboratory mice. Laboratory Animal, 38: 178-188.



View publication stats