Perina 3 Revisi Fitri [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BY.NY. A HIPERBILIRUBIN DI RUANG PERINA RS HERMINA SOLO



Disusun Oleh: WAHYU FITRIYANA RS HERMINA SOLO



BAB I PENDAHULUAN



A.



LATAR BELAKANG Hiperbilirubin pada bayi baru lahir merupakan penyakit yang disebabkan oleh penimbunan



bilirubin dalam jaringan tubuh sehingga kulit, mukosa, dan sklera berubah menjadi kuning (Nike, 2014). Hiperbilirubin adalah warna kuning yang dapat terlihat pada sklera, selaput lendir, kulit atau organ lain akibat penumpukan bilirubin. Peningkatan kadar bilirubin terjadi pada hari ke-2 dan ke-3 dan mencapai puncaknya pada hari ke-5 sampai hari ke-7, kemudian menurun kembali pada hari ke-10 sampai hari ke-14 (Dewi, 2014). Salah satu penyebab kematian bayi luar adalah hiperbilirubin, dimana hiperbilirubin merupakan salah satu fenomena klinis yang paling sering ditemukan pada bayi baru lahir dalam minggu pertama dalam kehidupannya. Insiden hiperbilirubinemia di Amerika 65%, Malaysia 75%, Indonesia 51,47% (Putridan Mexitalia, 2014). Berdasarkan data Riset Kesehatan dasar (Riskerdas, 2015) menunjukkkan angka hiperbilirubin pada bayi baru lahir di Indonesia sebesar 51,4%, sedangkan kasus hiperbilirubin selama 3 bulan terakhir di RS Hermina solo adalah 50,2% dari total pasien yang dirawat di ruang perina. Terjadinya kuning pada bayi baru lahir, merupakan keadaan yang relatif tidak berbahaya, tetapi pada kadar bilirubin yang tinggi dapat menjadi toksik dan berbahaya terhadap sistem saraf pusat. Hiperbilirubin dengan kosentrasi bilirubin yang tinggi, yang serumnya mungkin



menjurus kearah



terjadinya kern ikterus bila kadar bilirubin tidak dikendalikan. Kern ikterus adalah ensefalopati yang biasanya ditemukan pada bayi cukup bulan dengan hiperbilirubin berat (bilirubin indirek lebih dari 20 mg%), disertai penyakit hemolitik berat dan pada autopsy ditemukan bercak bilirubin pada otak (ALKhadar, 2010). Maka sebagai perawat profesional kita harus memiliki kompetensi yang baik dalam menanggulangi kejadian penyakit hiperbilirubin untuk memperbaiki mutu dan kualitas kesehatan masyarakat dan dapat memberikan pelayanan berkualitas berdasarkan pada ilmu pengetahuan yang kita miliki.



2



B 1.



TUJUAN Tujuan Umum Mampu memberikan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Hiperbilirubinemia.



2.



Tujuan Khusus a)



Mampu mengetahui definisi, klasifikasi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, komplikasi, pemeriksaan diagnostic dan penatalaksanaan pada pasien dengan hiperbilirubinemia.



b)



Membuat asuhan keperawatan mulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi.



3



BAB II KONSEP DASAR



A.



Definisi a.



Hiperbilirubin merupakan suatu kondisi dimana produksi bilirubin yang berlebihan didalam darah (Slusher, 2013).



b.



Ikterus neonatorum adalah keadaan klinis pada bayi yang ditandai dengan pewarnaan ikterus pada kulit dan sklera akibat akumulasi bilirubin tak terkonjugasi yang berlebihan (Solh, 2010).



c.



Ikterus berasal dari kata "ikterus" berarti warna kekuningan pada jaringan tubuh termasuk keuningan pada kulit dan jaringan dalam (Guyton, 2012).



Klasifikasi berdasarkan ikterus Ikterus fisiologis 1.



Timbul pada hari kedua-ketiga



2.



Kadar Bilirubin Indirek setelah 2 x 24 jam tidak melewati 15 mg pada neonatus cukup bulan dan 10 mg % pada kurang bulan.



3.



Kecepatan peningkatan kadar bilirubin tak melebihi 5 mg per hari



4.



Kadar bilirubin direk kurang dari 1 mg



5.



Ikterus hilang pada 10 hari pertama



6.



Tidak terbukti mempunyai hubungan dengan keadan patologis tertentu



Ikterus patologis 1.



Ikterus terjadi sebelum umur 24 jam



2.



Setiap peningkatan kadar bilirubin serum yang memerlukan fototerapi



3.



Peningkatan kadar bilirubin total serum > 0.5 mg/dl /jam



4.



Adanya tanda- tanda penyakit yang mendasari pada setiap bayi (muntah,letargi,malas menetek,penurunan berat badan yang cepat,apnea,takipnea atau suhu yang tidak stabil)



5.



B. 1.



Ikterus bertahan setelah 8 hari pada bayi cukup bulan atau setelah 14 hari pada bayi kurang bulan



Etiologi Peningkatan produksi : a.



Hemolisis, misal pada inkompatibilitas yang terjadi bila terdapat ketidaksesuaian golongan darah



b.



dan anak pada penggolongan Rhesus dan ABO.



Pendarahan tertutup misalnya pada trauma kelahiran.



4



c.



Ikatan bilirubin dengan protein terganggu seperti gangguan metabolik yang terdapat pada bayi



hipoksia atau asidosis .



d.



Defisiensi G6PD (Glukosa 6 Phospat Dehidrogenase).



e.



Ikterus ASI yang disebabkan oleh dikeluarkannya pregnan 3 (alfa), 20



(beta), diol



(steroid). f.



Kurangnya Enzim Glukoronil Transeferase , sehingga kadar Bilirubin Indirek meningkat misalnya pada berat badan lahir rendah.



g. 2.



Kelainan kongenital (Rotor Sindrome) dan Dubin Hiperbilirubinemia.



Gangguan



transportasi



Hipoalbuminemia 3.



akibat



penurunan



kapasitas



pengangkutan



atau karena pengaruh obat-obat tertentu misalnya



Gangguan fungsi Hati yang disebabkan oleh beberapa mikroorganisme



misalnya



pada



Sulfadiasine. atau toksin yang dapat



langsung merusak sel hati dan darah merah seperti infeksi, toksoplasmosis, siphilis. 4.



Gangguan ekskresi yang terjadi intra atau ekstra hepatik.



5.



Peningkatan sirkulasi enterohepatik misalnya pada Ileus obstruktif



C



PATOFISIOLOGI Bilirubin adalah produk pemecahan hemoglobin yang berasal dari pengrusakan sel darah merah/RBCs. Ketika RBCs rusak maka produknya akan masuk sirkulasi, dimana hemoglobin pecah menjadi heme dan globin. Gloobin (protein) digunakan kembali oleh tubuh sedangkan heme akan diruah menjadi bilirubin unkonjugata dan berikatan dengan albumin. Kejadian yang sering ditemukan adalah apabila terdapat penambahan sebab bilirubin pada streptococus hepar yang terlalu berlebihan. Hal ini dapat ditemukan bila terdapat peningkatan penghancuran eritrosit, polisitemia, memendeknya umur eritrosit janin/bayi, meningkatnya bilirubin dari sumber lain, atau terdapatnya peningkatan sirkulasi enterohepatik. Gangguan ambilan bilirubin plasma terjadi apabila kadar protein-Z dan protein-Y terikat oleh anion lain, misalnya pada bayi dengan asidosis atau dengan anoksia/hipoksia, ditentukan gangguan konjugasi hepar (defisiensi enzim glukuronii transferase) atau bayi menderita gangguan ekskresi, misalnya penderita hepatitis neonatal atau sumbatan saluran empedu intra/ekstra hepatika. Pada derajat tertentu, bilirubin ini akan bersifat toksik dan merusakan jaringan otak. Toksisitas ini terutama ditemukan pada bilirubin indirek. Sifat indirek ini yang memungkinkan efek patologik pada sel otak apabila bilirubin tadi dapat menembus sawar darah otak. Kelainan yang terjadi pada otak ini disebut kern ikterus atau ensefalopati biliaris.



5



D



PATOFLOW HIPERBILIRUBIN Hemoglobin Heme



Biliverdin



Globin



Fe



Peningkatan destruksi eritosit(gangguan konjugasi bilirubin/gangguan transport bilirubin/peningkatan siklus enterohepatik)Hb dan Eritrosit Abnormal



Pemecahan bilirubin berlebih/bilirubin yang tidak berikatan dengan albumin meningkat



Suplai bilirubin melebihi kemampuan hepar



Hepar tidak mampu melakukan konjugasi



otak



Sebagian masuk kembali ke siklus enterohepatik



Peningkatan bilirubin tidak terkonjugasi dalam darah obstruksi usus, tinja berwarna pucat



kern ikterik



Resti injury internal



Pengeluaran



meconium



terlambat,



ikterus sklera leher dan badan, peningkatan bilirubin indirek >12mg/dl



Cemas OT



rash



indikasi fototerapi



sinar dengan intensitas tinggi



Gangguan integritas kulit metabolisme meningkat



Kurang volume cairan



Peningkatan suhu tubuh



letargi



reflek hisap menurun



intake tidak adekuat



Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi



6



PATOFLOW KASUS HIPERBILIRUBIN golda ibu O golda bayi B



bayi membentuk antigen non O



menghancurkan sel darah merah bayi



pembentukan bilirubin



bilirubin indirek meningkat



produksi asi kurang



gangguan ekskresi bilirubin



intake tidak adekuat penurunan BB



hiperbilirubinemia



ikterus dikulit, konjungtiva, mukosa gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan



otak



kren ikterik



fototerapi



resiko kurang volume cairan resti gangguan integritas kulit



resti injury internal



7



E



TANDA DAN GEJALA 1.



Kulit berwarna kuning sampai jingga



2.



Pasien tampak lemah



3.



Nafsu makan berkurang



4.



Reflek hisap kurang



5.



Urine pekat



6.



Perut buncit



7.



Pembesaran lien dan hati



8.



Gangguan neurologic



9.



Feses seperti dempul



10. Terdapat ikterus pada sklera, kuku/kulit dan membran mukosa 11. Jaundice yang tampak 24 jam pertama disebabkan penyakit hemolitik pada bayi baru lahir, sepsis atau ibu dengan diabetik atau infeksi. 12. Jaundice yang tampak pada hari ke 2 atau 3 dan mencapai puncak pada hari ke 3-4 dan menurun hari ke 5-7 yang biasanya merupakan jaundice fisiologi



F



PEMERIKSAAN PENUNJANG Penegakan diagnosis untuk hiperbillirubinemia adalah sebagai berikut: 1.



Visual Ikterometer dari Kramer atau dengan bilirubinometer,seperti tampak pada gambar dibawah ini :



1 2 3 4



8



Kramer 1 : Kepala dan leher



: 7,4 mg %(1,2)



Kramer 2 : Dada sampai pusat



: 10,6 mg %(1,1)



Kramer 3 : Pusat bagian bawah sampai lutut



: 14,1 mg %(0,7)



Kramer 4 : Lutut sampai pergelangan kaki, Bahu sampai pergelangan tangan 2.



: 17,2 mg %(0,9



Lakukan pemeriksaan penunjang :



a) Pemeriksaan laboratorium a. Bilirubin serum 1) Pada bayi cukup bulan , bilirubin mencapai kurang lebih 6 mg/dl antara 2- 4 hari setelah lahir. Apabila nilainya lebih dari 10 mg/dl tidak fisiologis 2) Pada bayi premature, kadar bilirubin yang lebih dari 14 mg/ dl tidak fisiologis. b. Golongan darah (ABO, Rh) c. Tes antibody direct (Coombs) d. Serum albumin e. Pemeriksaan darah tepi lengkap dengan hitung jenis dan morfologi f. Jumlah retikulosit g. G6PD h. Urinalisis b) Pemeriksaan radiologi Di perlukan untuk melihat adanya metastasis di paru atau peningkatan diagfragma kanan pada pembesaran hati , seperti abses hati atau hepatoma. c) Ultrasonografi Digunakan untuk membedakan antara kolestasis intra hepatic dengan ektra hepatik. d) Biopsy hati Digunakan untuk memastikan diagnosa terutama pada kasus yang sukar seperti untuk membedakan obstruksi ekstra hepatic dengan intra hepatik selain itu juga untuk memastikan keadaan seperti hepatitis, sirosis hati, hepatoma. e) Peritoneoskopi Dilakukan untuk memastikan diagnosis dan dapat dibuat foto dokumentasi untuk perbandingan pada pemeriksaan ulangan pada penderita penyakit ini. f)



Laparatomi Dilakukan untuk memastikan diagnosis dan dapat dibuat foto dokumentasi untuk perbandingan pada pemeriksaan ulangan pada penderita penyakit ini.



9



G



PENATALAKSANAAN



Berdasarkan pada penyebabnya , maka manajemen bayi dengan hiperbilirubinemia diarahkan untuk mencegah anemia dan membatasi efek dari hiperbilirubinemia. Pengobatan mempunyai tujuan : a.



Menghilangkan anemia



b.



Menghilangkan antibodi maternal dan eritrosit tersensitisasi



c.



Meningkatkan badan serum albumin



d.



Menurunkan serum bilirubin



Terapi : 1.



Lakukan fototerapi intensif dan atau tranfusi tukar sesuai indikasi



2.



Tindakan a. Bila bilirubin total >25 mg atau > 20 mg/dl pada bayi sakit atau bayi < 38 minggu, lakukan pemeriksaan golongan darah atau cross match pada pasien yang akan dilakukan tranfusi tukar b. Pada bayi dengan penyakit autoimun hemolitik dan kadar bilirubin total meningkat walau telah dilakukan terapi intensif atau dalam 2-3 mg/dl kadar tranfusi ganti berikan immunoglobulin intravena 0.5 g/kg selama 2 jam dan boleh diulang bila perlu 12 jam kemudian c. Pada bayi yang mengalami penurunan berat badan lebih dari 12 % atau secara klinis menunjukkan tanda dehidrasi dianjurkan pemberian susu formula atau ASI tambahan bila pemberian peroral sulit dapat diberikan intravena



3.



Pada bayi mendapat fototerapi intensif a. Pemberian minum dilakukan setiap 2 – 3 jam b. Bila bilirubin total > 25 mg/dl pemeriksaan dilakukan dalam 2- 3 jam c. Bila bilirubin total 20 -25 mg/dl pemeriksaan ulangan dilakukan setiap 3 – 4 jam jika bilirubin total terus turun periksa ulang dalam 8 – 12 jam d. Bila kadar bilirubin total tidak turun atau malah mendekati kadar tranfusi tukar atau perbandingan bilirubin total dengan albumin meningkat maka lakukan tranfusi tukar e. Bila kadar bilirubin total kurang dari 13 – 14 mg/dl foto terapi dihentikan f. Tergantung kepada penyebab hiperbilirubin pemeriksaan bilirubin ulangan boleh dilakukan setelah 24 jam bayi pulang untuk melihat kemungkinan terjadinya rebound



10



Tindakan umum 1. Memeriksa golongan darah ibu, (Rh, ABO) dll pada waktu hamil 2. Mencegah trauma lahir, pemberian obat pada ibu hamil, atau bayi baru lahir yang dapat menimbulkan ikterus, infeksi dan dehidrasi. 3. Pemberian makanan dini dengan jumlah cairan dan kalori yang sesuai dengan kebutuhan bayi baru lahir. 4. Imunisasi yang cukup baik di tempat bayi dirawat.



G



Komplikasi a.



Terjadi kern ikterik yaitu kerusakan pada otak karena perlengketan bilirubun indirek pada otak



b.



Reterdasi mental – kerusakan neurologis



c.



Gangguan pendengaran dan penglihatan



d.



Kematian



11



II



Asuhan Keperawatan pada Bayi dengan Hiperbilirubin A. Pengkajian 1. Data Subyektif a.



Riwayat Penyakit Terdapat riwayat gangguan hemolisis darah (ketidaksesuaian golongan Rh atau golongan darah A, B, O). Polisistemia,infeksi,hematoma,gangguan metabolisme hepar obstruksi saluran pencernaan ibu menderita DM.



b.



Riwayat Kehamilan Kurangnya antenatal care yang baik.Penggunaan obat – obat yangmeningkatkan ikterus. Contoh: salisilat sulkaturosic oxitosin yang dapatmempercepat proses konjugasi sebelum ibu partus.



c.



Riwayat Persalinan Lahir prematur/kurang bulan, riwayat trauma persalinan.



d.



Riwayat Postnatal Adanya kelainan darah tapi kadar bilirubin meningkat, sehingga kulit bayi tampak kuning.



e.



Riwayat Kesehatan Keluarga Seperti ketidak cocokan darah ibu dan anak Polycythemia, gangguan saluran cerna dan hati (hepatitis)



f.



Riwayat Pikososial Kurangnya kasih sayang karena perpisahan, perubahan peran orang tua



g.



Pengetahuan Keluarga Penyebab perawatan pengobatan dan pemahaman orang tua pada bayi yang ikterus



h.



Orang tua mengatakan bayi terlihat kuning



i.



Orang tua bayi mengatakan kulit bayi merah – merah di seluruh tubuh, kemerahan daerah bokong bayi



2. Data obyektif a.



Kulit berwarna kuning sampai jingga



b.



Pasien tampak lemah



c.



Lethargi



d.



Hipotonus



e.



Bayi tidak mau menetek



f.



Reflek hisap kurang



g.



Urine pekat 12



h.



Perut buncit



i.



Pembesaran lien dan hati



j.



Gangguan neurologic



k.



Lebih banyak tidur



l.



Feses seperti dempul



m. Tanda-tanda dehidrasi : mukosa mulut kering, turgor kurang elastis, Ubun-ubun cekung n.



Kadar bilirubin total mencapai 29 mg/dl.



o.



Terdapat ikterus pada sklera, kuku/kulit dan membran mukosa.



B. Diagnosa dan Intervensi keperawatan Diagnosa keperawatan 1 Resiko injury internal berhubungan dengan peningkatan serum bilirubin sekunder dari pemecahan sel darah merah dan gangguan ekskresi bilirubin Data Subyektif : 



Orang tua bayi mengatakan bayi terlihat kuning







Bayi tidak mau menetek







Lebih banyak tidur



Data Obyektif 



Bayi tampak lemah







Lethargi







Terdapat ikterus pada sklera, kuku/kulit dan membran mukosa







Hipotonus







Reflek hisap kurang







Feses seperti dempul







Kadar bilirubin total mencapai 29 mg/dl



Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan dengan kriteria waktu yang telah ditentukan bayi terbebas dari injuri internal Kriteria Hasil 1.



Bilirubin serum menurun



2.



Tidak ada jaundice



3.



Refleks moro normal



4.



Tidak terdapat sepsis



5.



Rrefleks hisap dan menelan baik 13



Intervensi keperawatan 1.



:



Kaji klinis tiap 3-4 jam dan catat R: untuk mengetahui keefektifan dari fototerapi



2.



Berikan fototerapi sesuai program R: untuk menurunkan kadar bilirubin



3.



Monitor kadar bilirubin 4 –8 jam sesuai program R: untuk mengetahui keefektifan dari fototerapi



4.



Monitor Hb dan Ht R: untuk mengetahui kadar hb dalam darah sebagai akibat dari pmecahan sel drah merah



5.



Berikan intake oral secara adekuat R: untuk membantu pengeluaran bilirubin darah



6.



Libatkan orang tua dalam pemberian intake oral R: untuk meningkatkan intake bayi



7.



Jelaskan kepada orang tua tentang tanda hiperbilirubin R: Agar OT mmahami kondisi anaknya



8.



Kolaborasi : a. Pemeriksaan kadar bilirubin, Hb, Ht R: untuk mengontrol kadar hb dalam darah b. Pemberian transfusi tukar R: untuk menurunkan kadar bilirubin dalam darah



Diagnosa keperawatan 2 Kurangnya volume cairan berhubungan dengan tidak adekuatnya intake cairan, fototherapi, dan diare. Data subyektif : 



Orang tua mengatakan bayinya tidak mau menetek







BAK sedikit



Data Obyektif 



Keadaan umum pasien







Hasil monitor tanda-tanda vital







Diuresis < 1- 2 cc/kg/BB/jam







Tanda-tanda dehidrasi : mukosa kering,turgor kulit kurang elastic, ubun- ubun cekung







Urine pekat



14



Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan dengan kriteria waktu yang telah ditentukan cairan tubuh neonatus adekuat Kriteria Hasil : 1.



Tanda-tanda vital dalam batas normal



2.



Intake dan output seimbang



3.



Tugor kulit elastis, ubun-ubun tidak cekung



4.



Membran mukosa kulit lembab



Intervensi keperawatan : 1.



Kaji tanda-tanda vital R: untuk mengetahui kondisi bayi



2.



Kaji tanda-tanda dehidrasi, membran mukosa, ubun-ubun dan tugor kulit R: untuk mengetahui derajat dehidrasi dan menentukan tindakan selanjutnya



3.



Berikan minum sesuai jadwal R: meningkatkan intake oral



4.



Monitor intake output R: memonitor keseimbangan cairan pasien



5.



Jelaskan tentang manfaat kebutuhan cairan bagi tubuh R: Agar orang tua mengetahui manfaat dan tujuan pemberian cairan



6.



Libatkan orang tua dalam pemberian intake oral yang adekuat R: Orang tua mampu memberi minum secara mandiri



7.



Kolaborasi : Pemberian cairan intravena bila indikasi : meningkatnya suhu,meningkatnya konsentrasi urine dan cairan hilang berlebihan R:Untuk mencegah syok hipovolemik



Diagnosa keperawatan 3 Resiko tinggi gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi : kurang dari yang dibutuhkan tubuh berhubungan dengan reflek menghisap kurang baik. Data Subyektif 



Orang tua mengatakan bayi tidak maumenetek, lebih banyak tidur



Data Obyektif 



Keadaan umum pasien







Hasil pengukuran tanda-tanda vital







Reflek menghisap kurang 15







BB bayi saat lahir dan saat perawatan



Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan dengan kriteria waktu yang ditentukan Kebutuhan nutrisi terpenuhi Kriteria Hasil 1.



Rencana nutrisi terpenuhi sesuai kebutuhan



2.



Reflek menghisap baik



3.



BB stabil



Intervensi keperawatan: 1.



Kaji kemampuan bayi reflek menghisap R:Mengetahui kemammpuan bayi dalam menghisap



2.



Monitor intake output R:Mengetahui intake oral bayi



3.



Beri minum ASI atau PASI yang adekuat R:Meningkatan intake oral, sehingga kebutuhan nutrisi terpenuhi



4.



Timbang BB tiap hari R:Mengetahui kenaikan dan penurunan BB



5.



Jelaskan kepada orang tua tentang manfaat untuk tetap menyusui R:Untuk meningkatkan BB bayi



6.



Libatkan orang tua dalam pemberian nutrisi R:Membantu meningkatkan BB



Diagnosa perawatan 4 Gangguan integritas kulit berhubungan dengan efek terapi sinar dan diare Data Subyektif : Orang tua bayi mengatakan kulit bayi merah – merah di seluruh tubuh, kemerahan



daerah bokong



bayi Data obyektif : 



Keadaan umum pasien







Kulit bayi merah-merah







Daerah perianal bayi merah



Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan dengan kriteria waktu yang telah ditentukan keutuhan kulit bayi dapat dipertahankan



16



Kriteria Hasil 1.



Tanda rash dan ruam kulit tidak ada



2.



Bayi nyaman



Intervensi keperawatan : 1.



Kaji warna kulit tiap 8 jam R:Untuk mengetahui kondisi kulit bayi



2.



Rubah posisi setiap 4 jam R:Mencegah timbulnya rash



3.



Letakan bayi dengan jarak 40 -45 cm dari lampu R:Untuk mengurangi efek panas dari sinar terlalu dekat dengan kulit



4.



Jaga kebersihan kulit dan kelembabannya. R:Mencegah timbulnya rash



5.



Libatkan orang tua dalam menjaga kebersihan bayi R:Agar orang tua mampu melakukan perawatan kulit secara mandiri



6.



Jelaskan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan bayi R:Untuk menghindari timbulnya rash



7.



Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat topical R:Jika muncul rash dapat diberikan terapi



Diagnosa keperawatan 5 Resiko terjadi peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan efek terapi sinar Data Subyektif : Orang tua bayi mengatakan anaknya demam Data Obyektif : 



Keadaan umum pasien







Hasil pengukuran tanda-tanda vital







Bayi mendapat fototerapi



Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan dengan kriteria waktu yang telah ditentukan peningkatan suhu tubuh tidak terjadi Kriteria Hasil 1.



Suhu tubuh 36.5 – 37.5



2.



Badan bayi tidak panas



17



Intervensi keperawatan: 1.



Monitor suhu tubuh R:Untuk mengetahui suhu tubuh bayi



2.



Atur posisi bayi dan letakan bayi dengan jarak 45-50 cm dari lampu R:Mencegah peningkatan suhu karena jarak yang terlalu dekat dengan sinar lampu



3.



Atur suhu ruangan/incubator R:untuk mengontrol suhu bayi



4.



Pertahankan intake dan output R:Untuk memonitor kesimbangan cairan



5.



Libatkan orangtua dalam pemberian intake yang adekuat R: Orang tua mampu memberi minum secara mandiri



6.



Jelaskan kepada kepada orang tua mengenai kondisi bayi R:Agar orang tua mengerti perkembangan kondisi bayi



7.



Kolaborasi dengan dokter waktu pemberian therapy sinar R:Untuk menurunkan kadar bilirubin



Diagnosa keperawatan 6 Cemas pada orang tua berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang penyakit bayinya dan efek samping therapy sinar. Data Subyektif : Orang tua menanyakan kondisi bayi ,proses penyakit dan perawatan Data Obyektif : Ekspresi wajah tegang Tujuan :Setelah dilakukan tindakan keperawatan dengan kriteria waktu yang telah ditentukan cemas pada orang tua berkurang Kriteria Hasil 1.



Orang tua secara verbal memahami proses penyakit dan perawatan pada bayi.



2.



Orang tua memahami efek samping therapy sinar



3.



Orang tua mengekspresikan kecemasan yang minimal



Intervensi keperawatan 1.



Kaji pengetahuan orang tua tentang penyakit anaknya R:Untuk mengetahui sejauh mana orang tua mengetahui kondisi bayi



2.



Kaji ekspresi dari perasaan non verbal orang tua serta gunakan mekanisme koping R:Untuk mengetahui tingkat kecemasan 18



3.



Bantu orang tua untuk mengungkapkan pikirannya R:Untuk membantu orang tua mengeluarkan pikiran



4.



Anjurkan orang tua ikut dalam perawatan bayi R:Agar orang tua mandiri dalam merwat bayinya



5.



Libatkan orangtua dalam proses perawatan bayi R:Agar orang tua mandiri dalam merwat bayinya



6.



Jelaskan kepada pasien setiap perkembangan bayi R:Agar orang tua mengetahui kondisi bayinya



7.



Kolaborasi dengan dokter untuk menjelaskan kondisi pasien



C. Implementasi Tindakan keperawatan adalah pelaksanaan rencana tindakan keperawatan dan juga diartikan dengan memberikan asuhan keperawatan secara nyata dan langsung.Tindakan keperawatan yang dilakukan pada pasien dengan gagal jantung sesuai dengan perencanaan yang dibuat dan berdasarkan prioiritas.



D. Evaluasi Evaluasi adalah pengukuran keberhasilan rencana tindakan yang telah dilakukan dalam memenuhi kebutuhan pasien. Evaluasi dapat menunjukkan empat kemungkinan yang akan menentukan langkah asuhan keperawatan selanjutnya : 1.



Masalah dapat teratasi seluruhnya



2.



Masalah dapat teratasi sebagian



3.



Masalah tidak teratasi



4.



Timbul masalah baru



Evaluasi terdiri dari evaluasi formatif dan evaluasi sumatif : 1.



Evaluasi Formatif Evaluasi ini dilaksanakan secara terus menerus untuk menilai kemajuan dalam mencapai tujuan.Dalam melakukan evaluasi formatif dapat dilihat pada catatan perkembangan pasien setelah perawat melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien.Selain itu evaluasi harus berpedoman pada tahap selanjutnya.



2.



Evaluasi Sumatif



19



Evaluasi ini dibuat setelah beberapa tujuan dari yang diharapkan pasien tercapai.Evaluasi sumatif asuhan keperawatan pada pasien dengan hiperbilirubinemia sesuai dengan criteria hasil yang telah ditetapkan.



20



DAFTAR PUSTAKA



Buku Ajar Neonatologi edisi pertama, 2008 Badan Penerbit IDAI Eko Wahyu, S1 Keperawatn UMP, 2015 PDF repository, UMP.ac.id



IDAI,Buku Ajar NEONATOLOGIedisi 1,Jakarta : Badan Penerbit IDAI, 2009



Laporan Pendahuluan (LP) hiperbilirubinemia/ Yulia Warda http://www.academia.edu



Martin CR, Cloherty JP. (2004) Neonatal hyperbilirubinemia. Dalam: Cloherty JP, Stark AR, eds. Manual of neonatal care; edisi ke-5. Boston : Lippincott Williams & Wilkins, ; 185-222.



PDF scholar.unand.ac.ad >2.pdf bab 1 pendahuluan A. Latar Belakang Angka Kematian Bayi



Rita Yuliani,SuriadiAsuhan Keperawatan Pada Anak edisi 2 Jakarta : Sagung Seto,2006



Wong.Donna L Buku Ajar Keperawatan Pediatrik ,Jakarta : EGC,2008



21



BAB III LAPORAN KASUS ASUHAN KEPERAWATAN NEONATUS DENGAN HIPERBILIRUBIN



1. Identitas pasien : a. Nama bayi



: By. Ny. A



b. Umur / Tanggal lahir



: 10hr, 16/01/2021



c. No CM



: T110886



d. Suku Bangsa



: Jawa



e. Alamat



: Bibis kulon rt1 rw 17 gilingan



2. Identitas Penanggung Jawab a. Nama



: Tn. F



b. Umur



: 30 Tahun



c. Pekerjaan



: Swasta



d. SukuBangsa



: Jawa



e. Alamat



: Bibis kulon rt1 rw 17 gilingan



ASSESMEN KEPERAWATAN (Diisi oleh perawat ruangan) A



Anamnesa Tiba di ruangan tanggal: 25/01/2021



Pukul: 08.00 WIB



Tgl/Jam pengkajian: 25/01/2021 pukul: 09.00WIB Diperoleh dari: status dan Tn F, Hubungan dengan pasien Orang Tua Cara masuk Digendong



:Menggunakan isolet transport



Couve



Infant Warmer



Box bayi



Asal pasien



:IGD Poliklinik



Rujukan dr spesial/RS Luar/bidan/klinikOK



VK 1.



Diagnose medis saat masuk : Hiperbilirubinemia



2.



Keluhan utama : Kuning Ortu mengatakan anak tampak kuning, bayi menghisap kuat tapi produksi ASI sedikit



3.



Riwayat obstetrik



: G1P0A0 Usia gestasi :38 minggu



4.



Pernah di rawat : Ya Tidak



5.



Status gizi ibu: Baik Buruk



6.



Obat-obatan yang di konsumsi selama kehamilan:Tidak adaAda, jenis vitamin hamil 22



7.



Kebiasaan ibu



: Merokok Minum Jamu Minuman beralkohol □Tidak ada



8.



Riwayat persalinan



: SC Spontan Kepala /Bokong VE FORCEP



Ketuban:Jernih Hijau encer/kental Meconium Darah Putih keruh lain-lain Volume :Normal OligohidramnionPoligohidramnion, APGAR SCORE: 7/8/9 Antropometri BBL 9.



: BB: 2775 gr, PB: 46 cm, LK: 34 cm, LD : 31 cm, LP: 29 cm



Riwayat penyakit keluarga:Tidak ada Ada:Diabetes Kanker AsthmJantung Lain-lain ________________________________________________



10. Riwayat tranfusi darah :Tidak Ya, kapan 11. Riwayat imunisasi B



Timbul reaksi Tidak/Ya



:  Tidak  Ya, sebutkan :_______



Status Sosial, Ekonomi, Spiritual Suku/Budaya, Nilai Kepercayaan 1. Pekerjaan penanggung jawab/ OT pasien : PNS/ TNI/ POLRI Swasta PensiunLain- lain 2. Pendidikan suami/ Penangguang jawab/ OT : SD SMP SLTA Akademi/PT  Pasca sarjana Lain-lain 3. Cara pembayaran



: Pribadi  Perusahaan  Asuransi  Lain-lain bpjs



4. Tinggal bersama



:  Keluarga  Orang Tua  Anak  Panti Asuhan



5. Spiritual/ agama



: Islam  Protestan  Katolik  Hindu  Budha Konghucu



6. OT/keluarga pasien mengungkapkan keprihatinan yang berhubungan dengan rawat inap:  Tidak  ya



: Ketidakmampuan mempertahankan praktek spiritual seperti biasa Perasaan negative tentang system kepercayaan terhadap spiritual Konflik antara kepercayaan spiritual dengan ketentuan sistem kesehatan Bimbingan rohani Lain-lain



7. Suku/ budaya : Jawa 8. Nilai-nilai kepercayaan pasien/keluarga :  Ada  Tidak ada



 Tidak mau dilakukan transfusi



 Tidak mau pulang dihari tertentu  Tidak mau diimunisasi  Lain-lain 9. Kebutuhan privasi pasien:  Ya  Tidak  Keinginan waktu/tempat khusus saat wawancara & tindakan  Kondisi penyakit/Pengobatan  Tidak menerima kunjungan, sebutkan jika ada Transportasi  Lain-lain



23



C



Pemeriksaan Fisik 1.



Keadaan umum :Tampak Tidak Sakit Sakit Ringan Sakit Sedang Sakit Berat



2.



Kesadaran :Compos Mentis Apatis SomnolenSopor Sopor Coma Coma



3.



GCS



4.



Tanda Vital:Sh: 37C, Nadi: 138x/menit RR: 48x/mnt, SpO2:Tidak diukur ,TD: tidak diukur, Down



:E4M4V2



Score: 0 5.



Berat badan



:2700 gr, TB: tidak terkaji cm, LK: tidak terkaji cm, LD: tidak terkaji cm,



LP: tidak terkaji cm 6.



7.



Gol darah/Rh (Bayi)



:A B O AB



Rh: Positif Negatif



Gol darah/Rh (Ibu)



:A B O AB Rh: Positif Negatif



Gol darah/Rh (Ayah)



:A B O AB Rh: Positif Negatif



Pengkajian Persistem : Sistem Susunan Syaraf Pusat



Gerak bayi: Aktif tidak Aktif UUB



: Datar Cekung Tegang Menonjol Lain



Kejang



: Tidak Ada Ada kejang



Reflek : Moro Menelan Hisap Babinski Rooting Lain-lain Tangis bayi: Kuat Melengking Lain-lain Sistem Penglihatan



Posisi mata: Simetris Asimetris Besar Pupil: Isokor Anisokor Kelopak mata: TAK Edema Cekung Lain-lain Konjungtiva: TAK Anemis Konjungtivitis Lain-lain Sklera : TAK Ikterik Perdarahan Lain-lain



Sistem Pendengaran



TAK Asimetris Serumen Keluar Cairan Tidak ada Lubang Drum Lain-lain



Sistem Penciuman Sistem Cardiovaskuler



TAK Asimetris Pengeluaran Cairan Lain-lain Warna Kulit: Kemerahan Sianosis Pucat Lain-Lain Denyut Nadi: Teratur Tidak Teratur Frekuensi 138 X/Mnt Sirkulasi : Akral Hangat Akral Dingin CRT: 12mg/dl.Data – data pada bayi yang tidak sesuai dengan teori adalah keadaan umum anak yang masih cukup aktif, reflek menghisap kuat,tangis kuat,TTV dalam batas normal,dan hal tersebut dikarenakan bayi sudah mendapat intake yang adekuat.Pada tinjauan teori di jelaskan bahwa jika bilirubin sudah mencapai 16 ditandai dengan ikterik Kramer V, sedangkan pada kasus ditemukan ikterik Kramer III tapi hasil bilirubin total sudah mencapai 20,60mg/dl, sehingga metode Kramer saat ini tidak menjadi patokan utama serta pada saat pengkajian bayi sudah dilakukan foto terapi selama 72 jam. 2. Diagnosa Diagnosa keperawatan yang muncul pada bayi hiperbilirubin menurut teori adalah Gangguan integritas kulit berhubungan dengan peningkatan metabolism,peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan peningkatan metabolism, kurang volume cairan berhubungan dengan peningkatan metabolism,cemas orang tua berhubungan dengan ikterus, resiko injury binternal berhubungan dengan kern ikterus, gangguan kebutuhan nutrisi berhubungan dengan intake yang tidak adekuat .Diagnosa keperawatan yang tidak muncul pada kasus adalah cemas hal tersebut di karenakan pada saat pengkajian klinis bayi sudah berkurang ikteriknya, kadar bilirubin sudah turun, keluarga sudah mendapat edukasi tentang fototerapi pada saat masuk perinatologi.Untuk diagnosa peningkatan suhu tubuh tidak kami angkat karena data lebih sesuai untuk masuk ke diagnosa nutrisi dan kurang volume cairan. 3. Intervensi 39



Intervensi keperawatan yang disusun sudah sesuai dengan teori Implementasi 4. Implementasi Implementasi dilakukan sesuai dengan dengan intervensi yang telah disusun. Namun ada beberapa intervensi yang dilakukan seperti kolaborasi untuk pemberian terapi dan intake karena bayi tidak dehidrasi, kolaborasi untuk pemberian obat topical tidak dilakukan karena tidak muncul rash, dan pemberian nutrisi parenteral juga tidak dilakukan karena BB sudah naik, bayi sudah minum adlib. 5. Evaluasi Diagnosa gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh teratasi dan untuk diagnosa resiko injury internal, resiko gangguan integritas kulit, resiko kurang volume cairan tidak terjadi.



40



BAB V PENUTUP



1. Kesimpulan Hiperbilirubin merupakan suatu kondisi bayi baru lahir dengan kadar bilirubin serum total lebih dari 10mg/dl pada minggu pertama yang ditandai dengan ikterus, yang dikenal dengan ikterus neonatorum fisiologis. Hiperbilirubin yang merupakan suatu keadaan meningkatnya kadar bilirubin di dalam jaringan ektravaskuler, sehingga konjungtiva kulit dan mukosa akan berwarna kuning. Keadaan tersebut juga bisa berpotensi besar terjadinya kern ikterus, yaitu kerusakan otak akibat perlengketan bilirubin indirek yang nantinya dapat mengakibatkan kematian pada bayi, sehingga diperlukan penanganan yang sesuai dengan standart.



2.



Saran Bagi tenaga kesehatan khususnya perawat Perawat diharapkan dapat melakukan deteksi dini dan mampu memberikan asuhan keperawatan secara profesional pada penderita hiperbilirubin sehingga tidak terjadi komplikasi yang tidak diharapkan. Dan pada saat bayi diperbolehkan pulang harus dipastikan bahwa ibu sudah bisa menyusui dengan benar.



41