Pertemuan 2 - Komponen Penyusun Lingkungan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KOMPONEN PENYUSUN LINGKUNGAN Maisarah S.Si., M.T. Program Studi Budidaya Perkebunan, Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Agrobisnis Perkebunan, Kampus STIP-AP Medan 20000, Indonesia Dipresentasikan sebagai bagian dari mata kuliah Pengelolaan Lingkungan (PKB-358) Oktober 2021



AGENDA PERKULIAHAN 2 ▪ Review Tugas 1 ▪ Penjelasan Tugas Presentasi Minggu ke-15 ▪ Topik Komponen Penyusun Lingkungan dan Pola Interaksi Makhluk Hidup



Tugas Presentasi Minggu ke-15



FORMAT LAPORAN (TERTULIS ATAU DIGITAL): 1. Pendahuluan (Latar Belakang, Maksud Dan Tujuan) 2. Uraian Teknis Tentang Objek Studi 3. Permasalahan Yang Ada/Timbul/Terjadi Serta Dampak Yang Diakibatkan 4. Analisa Terhadap Permasalahan Serta Usulan Alternative Pemecahannya 5. Penutup (Kesimpulan Dan Saran) 6. Daftar Pustaka 7. Durasi Laporan Digital (Audio/Visual) Maksimum 10 Menit



https://docs.google.com/spreadsheets/d/1JcDqut3aMIEgTMZe_ zrX_0__PaF-tuky-_wmCXCpz-g/edit?usp=sharing



Referensi Buku: ▪



Jazib, J. (2018). Basics Of Environmental Sciences.







Singh, D. Y. K. (2006). Environmental Science (Vol. 148). New Age International Limited Publishers.







Wiryono. (2013). Pengantar Ilmu Lingkungan (Vol. 148). Pertelon Media.



Jurnal dan Artikel ▪



(SPKS) Serikat Petani Kelapa Sawit. (2016). Standar Operasional Prosedur Pengendalian Opt. In Standar Operasional Prosedur Pengendalian Opt.







Erniwati, & Kahono, S. (2012). The diversity and potential natural enemies of weevil Elaeidobius kamerunicus Faust (Coleoptera: Curculionidae) in oil palm plantation in Kabupaten Penajam Paser Utara, East Kalimantan. Zoo Indonesia, 21(2), 9–15.







Prasetyo, H., & Zaman, S. (2016). Weeds Control on Oil Palm (Elaeis guineensis Jacq.) Plantation in Padang Halaban Estate, North Sumatera. Bul. Agrohorti 4(1): 87-93 (2016), 4(1), 1–69.







Rini, M. V., Pertiwi, K. O., & Saputra, H. (2017). Seleksi Lima Isolat Fungi Mikoriza Arbuskular untuk Pembibitan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) pada



dua Dosis Pupuk NPK. Jurnal Agrotek Tropika, 15(1), 138–143. ▪



Dislich, C., Keyel, A. C., Salecker, J., Kisel, Y., Meyer, K. M., Auliya, M., Barnes, A. D., Corre, M. D., Darras, K., Faust, H., Hess, B., Klasen, S., Knohl, A., Kreft, H., Meijide, A., Nurdiansyah, F., Otten, F., Pe’er, G., Steinebach, S., … Wiegand, K. (2017). A review of the ecosystem functions in oil palm plantations, using forests as a reference system. Biological Reviews, 92(3), 1539–1569.



DEFINI/ISTILAH PENGELOLAAN LINGKUNGAN Perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, adalah upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan/ atau kerusakan lingkungan hidup yang meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan dan penegakan hukum. - UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2009 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP -



Aspek Pengelolaan lingkungan hidup: ▪ Perencanaan tata ruang; ▪ Pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan; ▪ Penetapan sistem zona dan baku mutu lingkungan ▪ Penanggulangan kerusakan lingkungan dan bencana alam. ▪ Kebijakan penerapan AMDAL (Analisis mengenai Dampak Lingkungan); ▪ Perizinan; ▪ Penegakan hukum (law enforcement),



PENTINGNYA PENGELOLAAN LINGKUNGAN 1) Isu lingkungan Menjadi Penting Secara Internasional; 2) Regulasi Dunia dan Indonesia yang harus ditaati; 3) Peningkatan Polusi yang Eksplosif;



4) Menyelamatkan Umat Manusia Dari Kepunahan; 5) Perencanaan Pembangunan yang Bijaksana 6) Tidak timbulnya permasalahan lingkungan tanpa pengelolaan



EKOSISTEM Istilah ekosistem berasal dari kata 'eko’ yang menyiratkan lingkungan, dan 'sistem' menyiratkan kompleks yang saling bergantung dan berinteraksi. ▪



UU RI No. 32 Tahun 2009 : Ekosistem adalah tatanan unsur lingkungan hidup yang merupakan kesatuan utuh-menyeluruh dan saling mempengaruhi dalam membentuk keseimbangan, stabilitas, dan produktivitas lingkungan hidup.







A.G. Tansley



mendefinisikan ekosistem sebagai sistem yang



dihasilkan dari integrasi semua aktor lingkungan yang hidup dan tidak hidup.



Dengan demikian, ekosistem tidak hanya mencakup kompleks organisme tetapi juga seluruh kompleks faktor fisik yang membentuk lingkungan.



TIPE EKOSISTEM



FUNGSI EKOSISTEM 1. Transformasi Energi Matahari Menjadi Energi Makanan Radiasi matahari merupakan sumber energi utama dalam ekosistem, yang merupakan input dasar energi yang memasuki ekosistem. Tumbuhan hijau mengubah sebagian energi matahari menjadi energi makanan atau energi kimia.



2. Sirkulasi elemen melalui Aliran Energi Zat-zat organik dan anorganik dipindahkan secara reversibel melalui berbagai sistem siklus tertutup. Aktivitas ini dilakukan sedemikian rupa sehingga massa total zat-zat ini tetap hampir sama dan selalu tersedia untuk komunitas biotik.



3. Konversi Unsur menjadi Aliran Anorganik 4. Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman



KOMPONEN LINGKUNGAN Habitat : tempat tinggal alami atau lokalitas dari hewan, tumbuhan atau orang. Populasi : adalah sekelompok individu yang saling berinteraksi, biasanya dari spesies yang sama, dalam ruang yang dapat ditentukan.



Komunitas : adalah kumpulan berinteraksi pada suatu daerah.



populasi



yang



saling



Ekosistem : gabungan antara komunitas, yaitu kumpulan makhluk hidup berbagai jenis dengan lingkungan abiotiknya (benda tidak hidup) yang di dalamnya terjadi interaksi antar komponennya. Bioma : adalah kumpulan ekosistem yang berada pada satu iklim atau wilayah geografis yang dicirikan oleh vegetasi atau flora suatu tempat.



AGROEKOSISTEM Ekosistem pertanian tidak terbatas pada lokasi tempat keaktifan pertanian berada (lahan usaha tani), namun juga wilayah yang terpengaruh oleh keaktifan pertanian sebab siklus kimiawi maupun rantai makanan. Pada umumnya ekosistem pertanian dicirikan dengan mempunyai komposisi spesies yang tidak beragam, rantai energi dan aliran nutrien yang lebih sederhana dibandingkan yang terjadi di ekosistem natural.



Komponen Ekosistem



Problem



Solution



Komponen Ekosistem 1. Abiotik Bagian dari ekosistem yang tidak hidup meliputi faktor fisik dan kimia. a) Faktor Kimia : ▪ Komponen anorganik : unsur dan senyawa anorganik dasar seperti air, karbon dioksida, kalsium, oksigen, karbonat dan fosfat, keasaman, salinitas dan Solution ketersediaan unsur hara,dll.Problem ▪ Komponen organik: protein, karbohidrat, lipid dan asam amino, semua ini disintesis oleh biota (flora dan fauna) suatu ekosistem dan mencapai ekosistem sebagai limbah, sisa-sisa mati, dll. b) Faktor fisik seperti tanah, cahaya, panas, api, tekanan, geomagnetisme. Faktor fisik juga dapat dibedakan menjadi faktor iklim : radiasi matahari, suhu, angin, arus air, curah hujan, kelembaban.



Komponen Ekosistem 2. Biotik Merupakan komponen yang termasuk makhluk hidup dalam suatu ekosistem. Faktor lingkungan biotik terdiri dari tumbuhan, hewan, dan mikroba. Komponen ini terdiri atas: a) Komponen Autotrofik: produsen yang mengubah zat anorganik sederhana menjadi zat organik kompleks dengan bantuan energi matahari. Terdiri dari dua jenis: Solution Problem ▪ Fotosintetik: Memproduksi makanan dengan bantuan klorofil di hadapan sinar matahari sehingga energi yang digunakan adalah energi radiasi. Contoh : tanaman hijau, ganggang hijau dan bakteri fotosintesis. ▪ Kemosintetik: Memproduksi makanan dengan bantuan energi kimia yang berkembang selama reaksi kimia. Contoh : bakteri pemisah logam (Thiobacillus sp.), bakteri belerang (Thiotrix sp.), bakteri nitrit (Nitrosomonas sp.), bakteri nitrat (Nitrobacter sp.), dan bakteri besi (Cladotrix sp.).



Dalam ekosistem kita umumnya hanya menganggap tumbuhan hijau sebagai produsen karena mereka memproduksi makanan mereka dengan menggunakan energi dari matahari. Di laut ini termasuk bentuk alga kecil hingga rumput laut besar dan juga beberapa mikroorganisme



Komponen Ekosistem b) Konsumen atau komponen Heterotrofik: Mengkonsumsi makanan yang diproduksi oleh produsen. ▪ Konsumen Makro: organisme konsumen yang berukuran lebih besar dan memakan produsen. Berdasarkan posisinya dalam rantai makanan mereka dapat dikategorikan dalam konsumen primer (herbivora), sekunder (karnivora) dan tersier (omnivora). Problem ▪ Konsumen Mikro atau Pengurai: Sekelompok organisme yang memecah bahan organik mati menjadi partikel yang lebih kecil dan akhirnya menjadi zat yang lebih sederhana yang digunakan oleh tanaman sebagai nutrisi. Sering disebut juga “Reducers” mereka adalah jamur dan bakteri yang menguraikan bahan organik.



Solution



Carilah Faktor Biotik dan Abiotik dari gambar dibawah ini:



Pohon mati yang ada merupakan faktor abiotik atau biotik?



Carilah Faktor Biotik dan Abiotik dari gambar dibawah ini:



Faktor biotik dan abiotik pada perkebunan kelapa sawit: Faktor biotik : -Kelapa Sawit -Manusia -Hewan : Burung, insects, tikus, dll -Mikroorganisme : Bakteri Pengurai Faktor Abiotik : Faktor Fisik: -Tanah -Hujan -Udara -Matahari Faktor Kimiawi : -CO2 / Karbon storage -Oksigen -H2O / Air -Senyawa organik volatile -Nutrien : fosfat, nitrat (Dislich et al., 2017)



POLA INTERAKSI Interaksi ekologis dapat didefinisikan sebagai intra-spesifik atau antar-spesifik. ▪ Interaksi intraspesifik adalah interaksi yang terjadi antara individu-individu dari spesies yang sama, sedangkan ▪ Interaksi yang terjadi antara dua spesies atau lebih disebut interaksi antarspesies. Pola Interaksi: 1. Netralisme : Digunakan untuk menggambarkan interaksi di mana efek dari dua populasi satu sama lain dapat diabaikan. 2. Kompetisi : Interaksi individu yang bersaing untuk sumber daya bersama yang terbatas. interaksi organisme langsung atau tidak langsung yang mengarah pada perubahan ketika organisme berbagi sumber daya yang sama, seperti Solution Problem wilayah, mangsa, atau makanan. 3. Predasi dan Herbivora ▪ Predasi membutuhkan satu individu predator, untuk membunuh dan memakan individu lain mangsanya. Biasanya, interaksi ini terjadi antar spesies (antar spesifik); tetapi ketika itu terjadi dalam suatu spesies (intra-spesifik) itu adalah kanibalisme. Ini sering terjadi ketika sumber makanan langka, memaksa organisme dari spesies yang sama untuk saling memakan. ▪ Herbivora, yaitu ketika individu memakan semua atau sebagian organisme fotosintesis (tanaman atau ganggang), mungkin membunuhnya. Perbedaan penting antara herbivora dan predasi adalah bahwa herbivora tidak selalu menyebabkan kematian individu.



POLA INTERAKSI 4. Simbiosis : Interaksi yang dicirikan oleh dua atau lebih spesies yang hidup dengan sengaja dalam kontak langsung satu sama lain. Mencakup berbagai interaksi spesies tetapi biasanya mengacu pada tiga jenis utama, yaitu: ▪ Mutualisme, interaksi simbiosis di mana kedua atau semua individu mendapatkan keuntungan dari hubungan tersebut.



▪ Komensalisme, interaksi di mana satu individu diuntungkan sementara yang lain tidak dibantu atau dirugikan. Solution Problem ▪ Parasitisme, terjadi ketika satu individu parasite mendapat manfaat dari individu lain, inang, sementara merugikan inang dalam prosesnya. Parasit biasanya tidak membunuh inangnya, tetapi dapat melemahkannya secara signifikan; secara tidak langsung menyebabkan inang mati melalui penyakit, efek pada metabolisme, menurunkan kesehatan secara keseluruhan dan meningkatkan potensi predasi.



Pola interaksi yang terbentuk di perkebunan kelapa sawit (1) Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) Semua organisme yang mempunyai potensi menimbulkan kerusakan ekonomis atau gangguan pada tanaman. Ada 2 (dua) kategori OPT, yaitu:



▪ Kelompok Hama dan Gulma



Penyakit Busuk Pangkal Batang (Ganoderma boninense)



▪ Kelompok Penyakit



Hama Ulat Pemakan Daun Kelapa Sawit (UPDKS) Setothosea asigna



Setora nitens



Darna trima



Parasa lepida https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S1319562X21000863#f0010



Pola interaksi yang terbentuk di perkebunan kelapa sawit (2) Pengendalian hayati yang memanfaatkan musuh alami seperti parasitoid (serangga yang bermanfaat membunuh



serangga hama), untuk menekan populasi hama ulat api karena secara alami parasitoid aktif dalam mencari inangnya di lapangan. Sehingga dapat dilakukan dengan memperbanyak makanan (nectar) parasitoid yang tersedia pada tanaman.



Pola interaksi yang terbentuk di perkebunan kelapa sawit (3) 1. ▪ ▪ ▪ ▪ ▪



Kelompok Hama Rayap, Macrotermes gilvus dan Captotermes curvignathus Hewan tikus, Rattus tiomanicus Hewan babi hutan, sus crofa Hama Kumbang Tanduk, Oryctes rhinoceros Hama ulat pemakan daun kelapa sawit : ulat kantung (Lepidoptera: Psychidae), ulat api (Lepidoptera: Limacodidae), ulat buah kelapa sawit (Lepidoptera: Pyralidae) ▪ Hama Ulat Tandan, Thirataba sp ▪ Tungau merah, Oligonychus ▪ Belalang kembara, Locusta migratoria Linnaeus dan Valanga nigricornis Burmeister



3. Kelompok Penyakit Jamur Patogen ▪ Ganoderma Boninense : Penyakit busuk pangkal batang (BPB) ▪ Culvularia sp. : Penyakit bercak daun ▪ Phytophthora palmivora : Penyakit busuk pucuk kelapa sawit ▪ Fusarium oxysporum : Penyakit layu fusarium oleh ▪ Botryodiplodia sp., Melanconium elaeidis dan Glomerella cingulate : Penyakit Busuk Daun (Antraknosa) Pada Pembibitan ▪ Fusarium sp. dan Phytophtora sp. : Penyakit tajuk (Crown disease)



2. Kelompok gulma yang berbahaya atau pesaing berat ▪ sembung rambat, Mikania micrantha ▪ Alang-alang, Imperata cylindrica ▪ Asystasia coromandeliana (SPKS) Serikat Petani Kelapa Sawit. (2016) Prasetyo, H., & Zaman, S. (2016)



Pola interaksi yang terbentuk di perkebunan kelapa sawit (4) Kumbang moncong atau Kumbang sawit , Elaeidobius kamerunicus Penyerbuk utama dari bunga kelapa sawit. Pada saat populasi E. kamerunicus tinggi, maka fruit set juga tinggi. Sebaliknya, jika populasi E. kamerunicus rendah, diduga fruit set juga rendah. Fruit set adalah perbandingan atau rasio buah jadi yang (berkembang karena terjadi penyerbukan). Serangga mendapatkan nutrisi dari buah sawitnya, sedangkan tanaman kelapa sawit sendiri dibantu penyerbukannya. Penting untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi naik turunnya ukuran populasi.



Fungi Mikoriza Arbuskular (FMA) Keberadaan FMA dapat meningkatkan efisiensi penyerapan unsur hara terutama fosfor yang ketersediaannya sangat rendah. ▪ Entrophospora sp. ▪ Glomus sp., ▪ Gigaspora sp., d



(Erniwati & Kahono, 2012), (Rini et al., 2017)



BAHAN MINGGU DEPAN 1) Siklus Materi 2) Aliran Energi



TERIMA KASIH☺ Regards, Maisarah Phone : +62812218111397 Dosen Pengampu Mata Kuliah Pengelolaan Lingkungan Program Studi Budidaya Perkebunan, Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Agrobisnis Perkebunan, Kampus STIP-AP Medan 20000, Indonesia