17 0 2 MB
1/6
Judul Metodelogi Penelitian Kel 1 Kuantitatif
20 %
8%
KESAMAAN
AKADEMIK
Tanggal: ID Laporan: Jumlah kata: Jumlah karakter:
2022-05-26 11:56:03(+00:00 UTC) 628f6ad77b3673bf9 6062 36998
15 % INTERNET
2/6
Sumber serupa
1
HUBUNGAN KECEMASAN DENGAN KUALITAS TIDUR ... https://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jk/article/download/156/149
7,3%
Internet
2
HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KUALITAS TIDUR PADA LANSIA DI DESA SUMERTA KELOD Agung Istri Dewi,Nila Wahyuni,Ni Luh Nopi Andayani,I Putu Adiartha Griadhi Majalah Ilmiah Fisioterapi Indonesia,2020
0,9%
Akademik
3
HUBUNGAN KUALITAS TIDUR TERHADAP TEKANAN DARAH PADA WANITA LANSIA DI DENPASAR TIMUR Made Adelia Pradnya Saraswati,Putu Ayu Sita Saraswati,I Putu Gede Adiatmika,Luh Putu Ratna... Majalah Ilmiah Fisioterapi Indonesia,2020
0,7%
Akademik
4
Hubungan Antara Rasa Komunitas dengan Motivasi Kerja Pengurus Subak Yande Prayoga,Yohanes Kartika Herdiyanto Jurnal Psikologi Udayana,2014
0,3%
Akademik
5
CONSCIENTIOUSNESS DAN AGREEABLENESS SEBAGAI PEMODERASI PENGARUH LOVE OF MONEY PADA TAX EVASION TENDENCY MAHASISWA MAGISTER AKUNTANSI Marce Sherly Kase,Herkulanus Bambang Suprasto,Maria M. Ratna Sari E-Jurnal Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana,2017
0,3%
Akademik
6
PENGARUH KUALITAS PRODUK, HARGA, PROMOSI, DAN DISTRIBUSI TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PRODUK SANITARY WARE TOTO DI KOTA DENPASAR Made Fajar Fernando,Ni Made Asti Aksari E-Jurnal Manajemen Universitas Udayana,2017
0,3%
Akademik
7
Pengaruh Pengendalian Internal, Kompetensi dan Locus Of Control Pada Kecenderungan Kecurangan Akuntansi I Gede Beni Wirakusuma,Putu Ery Setiawan E-Jurnal Akuntansi,2019
0,3%
Akademik
8
PENGARUH MONOTON, KUALITAS TIDUR, PSIKOFISIOLOGI, DISTRAKSI, DAN KELELAHAN KERJA TERHADAP TINGKAT KEWASPADAAN Wiwik Budiawan,Heru Prastawa,Aldisa Kusumaningsari,Diana Novita Sari J@TI UNDIP : JURNAL TEKNIK INDUSTRI,2016
0,3%
Akademik
9
PENGARUH MELAFALKAN DZIKIR TERHADAP KUALITAS ... https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/JKJ/article/download/5098/pdf
0,3%
Internet
10
Pengaruh Efektivitas Penggunaan, Kepercayaan dan Kualitas Sistem Informasi Akuntansi pada Kinerja Karyawan Ni Luh Putu Dwi Gita Sari,I Made Pande Dwiana Putra E-Jurnal Akuntansi,2019
0,2%
Akademik
11
THE CORRELATION STUDY INVESTIGATING THE RELATION BETWEEN QUALITY OF SLEEP AND EXCESSIVE DAYTIME SLEEPINESS WITH BALANCE LEVEL ON AGING WORKERS AT THE CULTURAL OFFICE BALI PROVINCIAL GOVERNMENT Chika Nabella Jamaluddin,Ni Luh Nopi Andayani,Susy Purnawati Majalah Ilmiah Fisioterapi Indonesia,2019
0,2%
3/6
Akademik
12
Proporsi dan Alasan Pengunaan Buah Lokal dan Non Lokal Bali dalam Upacara Keagamaan Pura Kahyangan Tiga di Desa Pakraman Sebali Kecamatan Tegallala ng, Kabupaten Gianyar I WAYAN YOGA WIRA SAPUTRA,I DEWA PUTU OKA SUARDI,WAYAN WINDIA Jurnal Agribisnis dan Agrowisata (Journal of Agribusiness and Agritourism),2018
0,2%
Akademik
13
Pengaruh Norma Subyektif, Kinerja Aparatur, Kejelasan Sasaran Anggaran, Prosocial Behavior Terhadap Transparansi Dan Akuntabilitas Ikhwan Wadi,Lalu M. Furkan,Ahmad Rifa’i E-Jurnal Akuntansi,2020
0,2%
Akademik
14
PENGARUH KEPEMIMPINAN, MOTIVASI, DAN IKLIM ORGANISASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN DI WARUNG MINA PEGUYANGAN DENPASAR I Kadek Adnyana Dwi Putra,I Gst Bagus Honor Satrya E-Jurnal Manajemen Universitas Udayana,2019
0,2%
Akademik
15
Pengaruh Audit Tenure, Kompleksitas Audit, Dan Time Buget Pressure Terhadap Kualitas Audit Di Kantor Akuntan Public Provinsi Bali Ni Putu Nanna Chintya Dewi,Kadek Trisna Dwiyanti E-Jurnal Akuntansi,2019
0,2%
Akademik
16
PERBEDAAN KEMANDIRIAN REMAJA SMA ANTARA YANG SINGLE FATHER DENGAN SINGLE MOTHER AKIBAT PERCERAIAN I Gusti Ayu Mirah Suwinita,Adijanti Marheni Jurnal Psikologi Udayana,2015
0,2%
Akademik
17
Perbedaan Efikasi Diri Berdasarkan Tipe Pola Asuh Orangtua pada Remaja Tengah di Denpasar A.A. Mas Diah Widiyanti,Adijanti Marheni Jurnal Psikologi Udayana,2013
0,2%
Akademik
18
Permasalahan Subak di Daerah Pariwisata di Subak Teges, Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar KOMANG TRI PERMATA DEWI,WAYAN WINDIA,KETUT SURYA DIARTA Jurnal Agribisnis dan Agrowisata (Journal of Agribusiness and Agritourism),2018
0,2%
Akademik
19
Pengaruh Corporate Governance dan Profitabilitas terhadap Penghindaran Pajak dengan Ukuran Perusahaan Sebagai Variabel Pemoderasi Ni Putu Ayu Indira Yuni,Putu Ery Setiawan E-Jurnal Akuntansi,2019
0,2%
Akademik
20
Hubungan antara Gaya Hidup Sehat dengan Tingkat Stres Siswa Kelas XII SMA Negeri di Denpasar Menjelang Ujian Nasional Berdasarkan Strategi Coping Stres Nyoman Adi Krisna Wibawa,Putu Nugrahaeni Widiasavitri Jurnal Psikologi Udayana,2013
0,2%
Akademik
21
Study of Antecedent of Customer Satisfaction and Loyalty for Kompas Klasika Jateng & DIY Maria Moniqua Ratna,Harry Soesanto,I Made Sukresna Jurnal Sains Pemasaran Indonesia (Indonesian Journal of Marketing Science),2017
0,2%
Akademik
22
PENGARUH KEPUASAN KERJA TERHADAP TURNOVER INTENTION DENGAN KOMITMEN ORGANISASI SEBAGAI VARIABEL INTERVENING Azisah Putri Ayu NingTyas,Suseno Hadi Purnomo,Aswar Aswar E-Jurnal Manajemen Universitas Udayana,2020
0,2%
4/6
Akademik
23
Pengaruh Good Corporate Governance terhadap Manajemen Laba oleh CEO Baru pada Perusahaan Manufaktur Ni Putu Widianjani,Gerianta Wirawan Yasa E-Jurnal Akuntansi,2020
0,2%
Akademik
24
Pengaruh Inovasi Produk dan Harga Terhadap Keputusan Pembelian Sepeda Motor Honda Supra X 125 Riza Fakhri Lupiko,Handojo Djoko Waloejo Jurnal Administrasi Bisnis,2018
0,2%
Akademik
25
The Effect Of Service Quality And Amnesty Of Tax On Personal Taxpayer Compliance Listed In Kpp Pratama Badung Selatan Komang Sudaarsa,I Ketut Jati E-Jurnal Akuntansi,2018
0,2%
Akademik
26
The Effect Of Credit Growth On Profitability With Credit Turnover Rate As Moderator Variable At Lpd In Kecamatan Kediri Period 2013-2016 A.A. Ngr. Manik Yuda Pramartha,I Wayan Pradnyantha Wirasedana E-Jurnal Akuntansi,2018
0,2%
Akademik
27
Pengaruh Pemberian Aromaterapi Terhadap Konsentrasi Siswa Kelas V Sekolah Dasar dalam Mengerjakan Soal Ulangan Umum Ni Made Yanthi Ary Agustini,Hilda Sudhana Jurnal Psikologi Udayana,2014
0,2%
Akademik
28
Hubungan Antara Dukungan Sosial dengan Kualitas Hidup pada Orang Dengan HIV dan AIDS (ODHA) Di Yayasan Spirit Paramacitta Komang Diatmi,I Gusti Ayu Diah Fridari Jurnal Psikologi Udayana,2014
0,2%
Akademik
29
PENGARUH KOMITMEN ORGANISASIONAL, KEPUASAN KERJA DAN BUDAYA ORGANISASIONAL TERHADAP OCB KARYAWAN PADA TAMAN WANA VILLA AND SPA DI MELAYA, JEMBRANA Kadek Andi Darmawan,I Gusti Bagus Honor Satrya E-Jurnal Manajemen Universitas Udayana,2018
0,2%
Akademik
30
Kecemasan, Kualitas tidur, lansia - stikes bhamada slawi https://ojs.stikesbhamadaslawi.ac.id/index.php/jik/article/view/53
0,2%
Internet
31
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Tidur 2.1.1 ... http://eprints.umm.ac.id/72430/2/BAB%20II-dikonversi.pdf
0,2%
Internet
32
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendektan dan Metode ... http://eprints.umm.ac.id/42682/4/BAB%20III.pdf
0,2%
Internet
33
Rizki Nur Firmansyah 213118142 | PDF - Scribd https://id.scribd.com/document/515414504/Rizki-Nur-Firmansyah-213118142
0,2%
Internet
34
Strategi Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengembangan Jiwa Kewirausahaan (Entrepreneurship) di Dusun Langkan, Desa Landih, Kecamatan Bangli, Kabupate n Bangli
0,1%
5/6
I WAYAN SUI SUADNYANA,I GEDE SETIAWAN ADI PUTRA,I MADE SARJANA Jurnal Agribisnis dan Agrowisata (Journal of Agribusiness and Agritourism),2019 Akademik
35
Strategi Peningkatan Partisipasi Perempuan dalam Kegiatan Penyuluhan Pertanian di Subak Sembung Kota Denpas ar NI MADE DWI SUTRA PRAMASANTI,NI WAYAN SRI ASTITI,I MADE SARJANA Jurnal Agribisnis dan Agrowisata (Journal of Agribusiness and Agritourism),2018
0,1%
Akademik
36
Strategi Pengendalian Alih Fungsi Lahan Pertanian di Subak Kerdung, Kelurahan Pedungan, Kecamatan Denpasar Selatan, Kota Denpasar LATIEF IKHSAN,I WAYAN WINDIA,NI WAYAN SRI ASTITI Jurnal Agribisnis dan Agrowisata (Journal of Agribusiness and Agritourism),2019
0,1%
Akademik
37
Instrumen Penelitian: Pengertian, Kriteria & Jenis (Penjelasan ... https://serupa.id/instrumen-penelitian/
0,1%
Internet
38
12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Lanjut Usia 1. Definisi ... https://repository.poltekkes -smg.ac.id/repository/BAB%20II%20P1337420617139.pdf
0,1%
Internet
39
33 BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu ... http://eprints.peradaban.ac.id/454/4/40214152_BAB%20III.pdf
0,1%
Internet
40
Tahapan Tidur - PSYCHOLOGYMANIA https://www.psychologymania.com/2012/12/tahapan-tidur.html
0,1%
Internet
41
hubungan tingkat kecemasan dengan kualitas tidur penderita ... http://digilib.ukh.ac.id/download.php?id=1253
0,1%
Internet
42
jkmcendekia utama https://jurnal.stikescendekiautamakudus.ac.id/index.php/JKM/article/download/244/169
0,1%
Internet
43
KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT yang ... http://eprints.undip.ac.id/58349/3/KATA_PENGANTAR.pdf
0,1%
Internet
44
BAB IV PEMBAHASAN A. Uji Validitas dan Reabilitas 1. Uji ... https://dspace.uii.ac.id/bitstream/handle/123456789/14085/BAB%20IV%20PDF.pdf?sequence=8&is Allowed=y
0,1%
Internet
45
Hubungan Tingkat Kecemasan dengan Kualitas Tidur pada ... https://www.ojsstikesbanyuwangi.com/index.php/PHJ/article/download/136/92/
0,1%
Internet
46
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Teori Gangguan Pola ... http://repository.poltekkes -denpasar.ac.id/495/3/BAB%20II.pdf
0,1%
Internet
47
HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN KUALITAS ... https://www.online-journal.unja.ac.id/JINI/article/download/9231/5487/
0,1%
Internet
48
metode penelitian https://eprints.umm.ac.id/72227/14/BAB%20III.pdf
0,1%
6/6
Internet
49
HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN ... - UNUSA Repository http://repository.unusa.ac.id/8033/
0,1%
Internet
50
Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Kualitas Tidur Pada ... https://www.ojsstikesbanyuwangi.com/index.php/PHJ/article/view/136
0,1%
Internet
51
HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN ... - ResearchGate https://www.researchgate.net/publication/339309434_HUBUNGAN_TINGKAT_KECEMASAN_DEN GAN_KUALITAS_TIDUR_PADA_LANSIA_PENDERITA_HIPERTENSI
0,1%
Internet
52
hubungan tingkat kecemasan dengan kualitas tidur penderita ... http://digilib.ukh.ac.id/download.php?id=1632 Internet
0,1%
1/31
69%
HUBUNGAN KUALITAS TIDUR DENGAN TINGKAT KECEMASAN LANSIA DI POSBINDU Diajukan untuk memenuhi tugas Metodologi Penelitian Dosen Pengampu : Nunung Nurjanah S.Kp.,Ns.,M.Kep.,Sp.Kep.,An
Anggota :
Erina Nopiyanti
213119045
Ermita Revaliya
213119053
Dimas Rai Lugina
213119055
Devina Vivianita
213119057
Yashinta Cantika Rahayu
213119060
M.Febi Febrian Saputra
213119066
Assyfa Aulia Maharani
213119069
Aini Triawati
213119073
Rahma Ayu Seliany
213119080
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN (S-1) FAKULTAS ILMU DAN TEKNOLOGI KESEHATAN UNIVERSITAS JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI 2021
2/31
KATA PENGANTAR
Terima kasih atas karunia Tuhan Yang Maha Esa. Karena rahmatnya, kami dapat menyusun proposal penelitian yang berjudul "Hubungan Kualitas Tidur dengan Kecemasan pada Lansia di Posbindu". Dalam penulisan proposal penelitian ini banyak hambatan yang penulis hadapi namun atas bantuan dari berbagai pihak hambatan tersebut dapat penulis selesaikan dengan baik. Pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak Achmad Setya Roswendi, S.Kp., MPH selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan UNJANI 60%
2. Dosen Koordinator Mata kuliah Metodologi Penelitian yaitu Ibu Nunung Nurjanah, S.Kp., M.Kep., Ns.Sp.Kep.An 3. Anggota kelompok 1 Tingkat 3 Kelas B 97%
4. Semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya proposal ini. Besar harapan kami semoga proposal penelitian ini dapat membantu menambah wawasan dan pengetahuan kami tentang metodologi penelitian. Kami juga sebagai penulis menyadari sepenuhnya bahwa
laporan ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kata
kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik, saran, dan saran sangat kami harapkan untuk perbaikan makalah kami. Ingatlah bahwa sempurna tanpa saran yang membangun. Cimahi, Mei 2022
Tim Penyusun
i
3/31
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .............................................................................................................. I DAFTAR ISI............................................................................................................................ II BAB I ......................................................................................................................................... 1 PENDAHULUAN .................................................................................................................... 1 1.1
LATAR BELAKANG MASALAH ........................................................................... 1
1.2
RUMUSAN MASALAH ........................................................................................... 4
1.3
TUJUAN PENELITIAN ............................................................................................ 4
1.4
MANFAAT PENELITIAN ........................................................................................ 4
BAB II ....................................................................................................................................... 6 TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................................... 6 2.1
KECEMASAN ............................................................................................................... 6
2.2
TIDUR ......................................................................................................................... 9
2.3
KONSEP LANJUT USIA ............................................................................................... 13
2.4
KERANGKA TEORI ..................................................................................................... 14
BAB III.................................................................................................................................... 15 METODE PENELITIAN ...................................................................................................... 15 3.1
DESAIN P ENELITIAN.................................................................................................. 15
3.2
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS ......................................................................... 15
3.3
POPULASI, SAMPEL DAN SAMPLING P ENELITIAN ...................................................... 16
3.4
VARIABEL PENELITIAN ............................................................................................. 17
3.5
DEFINISI K ONSEPTUAL DAN DEFINISI OPERASIONAL ................................................ 18
3.6
TEMPAT PENELITIAN ................................................................................................. 20
3.7
WAKTU PENELITIAN ................................................................................................. 20
3.8
INSTRUMEN P ENELITIAN ........................................................................................... 20
3.9
UJI VALIDITAS DAN REABILITAS INSTRUMENT P ENELITIAN ..................................... 22
3.10
PROSEDUR P ENGUMPULAN DATA ............................................................................. 23
ii
4/31
3.11
ANALISA DATA ......................................................................................................... 23
3.12
ETIKA PENELITIAN .................................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 27
iii
5/31
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Diperkirakan sekitar 15,3 juta orang tua akan meningkat pada tahun 2000 dan sekitar 18,3 juta orang tua akan meningkat lagi pada tahun 2005. Jumlah lansia antara tahun 2005 dan 2010 diperkirakan sekitar 19,3 juta, sama dengan jumlah anak di bawah usia lima tahun. Selain itu, dari tahun 2020 hingga 2025, Indonesia menduduki peringkat negara dengan jumlah lansia terbanyak dengan usia harapan hidup 70 tahun atau lebih. Telah diperkirakan bahwa menurut Badan Pusat Statistik telah terdapat 18.283.107 lansia di Indonesia sekitar pada tahun 2005. Lalu pada tahun 2020, jumlah ini akan terus meningkat menjadi ± 33 juta (12,5 dari total penduduk) dan 54%
usia harapan hidup akan diproyeksikan sekitar 70 tahun (Nugroho, 2012). BPS mengatakan, bahwa penduduk lanjut usia pada tahun 1970 adalah 5,3 juta. Meningkatnya kesehatan penduduk dan usia harapan hidup (Arfian, 2013). Maka dari itu akibatnya, total jumlah lansia
meningkat sehingga dapat menimbulka n
berbagai masalah yang dihadapi oleh lansia, terutama tingkat cemas yang meninggi. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) didirikan pada tahun 2012 dengan 600 juta orang lanjut usia di seluruh dunia. WHO juga menemukan bahwa ada 142 juta 51%
orang lanjut usia di Asia Tenggara. Selain itu, jumlah lanjut usia di Indonesia meningkat dari 19 juta pada tahun 2006 dan menjadi 28 juta di tahun 2012. Masalah yang dihadapi lansia pun semakin meningkat, terutama jika tingkat kecemasan yang disebabkan oleh berbagai faktor, seperti masalah pada keluarga yang tinggi. Selain tingkat kecemasan yang meningkat, hal ini berdampak pada penuruna n kualitas dan tentu pola tidur pada lansia, sehingga dapat memberikan berbagai peluang bagi lansia untuk memperburuk kesehatannya (Arfian, 2013). Keputusan Republik Indonesia Tahun 2004 No. 43 “Lansia” berusia di atas 60 tahun, dan Departemen Kesehatan menyatakan bahwa Indonesia termasuk dalam lima besar dengan jumlah lansia terbanyak di dunia. Jumlah penduduk lanjut usia akan semakin meningkat dari tahun ke tiap tahun (Kementerian Kesehatan, 2017). Saat ini, pada tahun 2015, lansia (12,3%) tinggal di Asia (11,6%) ada Indonesia (8,1%) di seluruh dunia (Kementerian Kesehatan, 2017). Peningkatan jumlah orang tua memiliki efek positif dan negatif dan membuat perbedaan bagi orang tua. Efek 1
6/31
2 positifnya bila lansia sehat, aktif dan produktif. Dampak buruknya berujung pada berkembangnya masalah kesehatan pada lanjut usia (Kemenkes, 2017). Peruba han yang biasa dialami oleh lanjut usia adalah perubahan fisiologis seperti penuaan, mental, sosial dan psikologis (Kuhu & Sumedi, 2016). Tercapainya cita-cita suatu negara dengan keberhasilan pembangunan suatu negara dapat dilihat dari meningkatnya taraf hidup dan angka harapan hidup (UHH). Hal ini menyebabkan peningkatan penduduk lanjut usia, rendahnya angka kematian, rendahnya angka kelahiran dan perubahan epidemiologi di bidang kesehatan (Kemenkes, 2014). Dampak yang terlihat dari tahun 2004 hingga 2015 adalah UHH Indonesia meningkat dari 68.6 menjadi 70,8 dan prakiraan untuk 2030-2035 adalah 72,2. Menurut hasil Sensus Penduduk 2010, Indonesia merupakan salah satu dari lima negara dengan jumlah lansia terbanyak di dunia, yaitu 4.444 jiwa dan 18,1 juta jiwa pada
2010, atau
total penduduk 7,6, ri Jangkauan (Kementeria n
Kesehatan, 2016). WHO (2006) oleh Padilla (2013) telah mengklasifikasikan lansia menjadi empat kategori. Artinya, usia rata-rata (median) adalah 4550, lanjut usia (lansia) adalah 60-74, 7590, dan sangat tua (sangat tua). 90 tahun. Menurut Padila 2013, batas usia lanjut usia dibagi menjadi dua, 60-69 tahun dan 70 tahun ke atas. Menurut Bee (1996) dikutip dari Padila (2013), batas lanjut usia adalah dewasa muda yang berusia 18-25 dan dewasa muda yang juga berusia 25-40, paruh baya 40-65, lansia 65-75, saya adalah orang yang sangat tua. Dewasa di atas 75 tahun. Menurut (Nugroho, 2012), istilah tahun mengacu pada orang yang berusia di atas 60 tahun. Lansia kemungkinan besar akan menghadapi masalah kesehatan yang dipastikan
memerlukan
penanganan
terpadu segera. Sejalan dengan
bertambahnya usia, fungsi fisik, fisiologis, dan psikologis pada lanjut usia akan menurun. Masalah kesehatan mental yang umum terjadi pada orang tua atau lansia yaitu termasuk kecemasan, depresi, insomnia, delusi, dan demensia. Ketika masalah ini terjadi pada orang tua, gangguan ini dapat mempengaruhi kehidupan sehari- hari mereka. Menurut (Maryam et al., 2012), pencegahan dan perawatan lanjut usia dengan penyakit mental juga sangat penting untuk mempromosikan kemakmura n serta kesejahteraan keluarga dan masyarakat. Perubahan fisiologis meliputi semua sistem tubuh pada kulit contohnya keriputan area kulit, sistem muskuloskeletal seperti tulang yang fungsinya menurun, sistem pernapasan, kardiovaskular, gastrointestinal, system endokrin,
7/31
3 system reproduksi, dan juga sistem pada saraf. Terjadi perubahan pada sistem saraf, karena orang tua mengalami kontraksi saraf, peningkatan kadar serotonin, dan penurunan hipotalamus. Berubahnya atau naik turunnya pada sistem saraf dapat menyebabkan gangguan kesehatan pada lansia, termasuk gangguan tidur (Karjono & Rahayu, 2015). Tidur merupakan bagian dari sistem biologis yang bekerja 24 jam sehari untuk mengembalikan daya tahan dan energi tubuh. Pengaturan tidur dan terjaga diatur oleh bagian batang otak thalamus atau sistem aktivasi retikuler, serta hormon dan neurotransmitter. Ini terlibat dalam proses tertidur dan bangun, dan produksinya dipengaruhi oleh dua mekanisme: fungsi otak ini diproduksi di batang otak, dan serotonin dalam aliran darah bertanggung jawab untuk mentransmisikan impuls saraf ke otak. dan memainkan peran yang sangat penting Peran menginduksi kantuk dan kebutuhan tidur Tahap tidur terdiri dari tidur REM (rapid eye movement) dan tidur NREM (non-rem sleep) (Priyoto,2015). Gangguan tidur pada lansia sering disebut dengan insomnia, dan lansia menderita insomnia, sulit tidur nyenyak, dan sulit bangun pagi (Karjono & Rahayu, 62%
2015). Gangguan tidur juga bisa saja dipengaruhi oleh faktor dari internal dan 52%
51%
eksternal. Faktor internal ini dapat terdiri dari penyakit, stres dan ketakutan. Faktor eksternal biasanya dari lingkungan, gaya hidup dan pengobatan (Darmojo, Boedhi & Martino, 2015). (Nofiyanto, 2016) telah menjelaskan bahwa di Indonesia lanjut 63%
usia sekitar usia 50 ±65 yang terkena gangguan tidur, selain itu juga nilai ganggua n 51%
tidur pada lansia sangat tinggi yaitu sekitar 67%. . Secara tidak langsung, ganggua n 58%
tidur tersebut dapat mempengaruhi kualitas tidur pada lansia. Pada negara Amerika Serikat, prevalensi gangguan tidur pada lansia ditahun 2016 sekitar 67% (WHO). Di Indonesia diperkirakan sekitar 50% orang berusia di atas 65 tahun menderita insomnia, 2050% lansia melaporkan insomnia dan sekitar 17% menderita insomnia berat setiap tahunnya. Prevalensi insomnia pada lansia sangat tinggi, sekitar 67%. 51%
Kualitas termasuk pada bagian
penting dari kualitas hidup seseorang.
56%
Kualitas tidur yaitu kondisi di mana tidur yang kita terima saat bangun tidur menciptakan kesegaran dan kesehatan. Terdapat banyak factor yang mempenga r uhi kualitas tidur adalah lingkungan, gaya hidup buruk, aktivitas fisik yang kurang 78%
sehat, stres sosial, dan makanan serta kalori dalam tubuh. Perubahan pola tidur yang terjadi pada lansia disebabkan oleh perubahan susunan system saraf pusat yang dapat mempengaruhi tidur pada lansia (Ernawati, Syauqy & Haisah, 2017).
8/31
4 Posbindu Lansia merupakan program Pushesmas untuk Lansia (60+) dan bertujuan untuk membantu Lansia (4559) menjadi mandiri dan sehat di hari tua. 51%
Pelayanan Kesehatan posbindu untuk lansia
biasanya meliputi pemeriksaan
aktivitas harian, pengukuran berat badan normal, pengukuran tinggi badan, pengukuran tekanan darah normal, pendidikan kesehatan, tes klinis sederhana (glukosa darah, asam urat, kolesterol), tes status mental dan emosional, dan kebutuhan.Termasuk pengenalan singkat, kegiatan sosial lainnya yang biasa dilakukan tersebut sebulan sekali. Pemeriksaan kesehatan reguler dan konsultas i lansia adalah kunci keberhasilan komitmen kesehatan untuk kelompok lansia. Meski tidak sakit, kelompok senior harus menjalani pemeriksaan kesehatan rutin. Penyakit ini sudah dikenal dan dapat dicegah dengan cepat dengan adanya faktor risiko (Depkes RI, 2005, Lianyah, 2014). 1.2 RUMUSAN MASALAH Berdasarkan pernyataan di atas, penulis mengajukan pertanyaan penelitia n: 73%
“Bagaimanakah hubungan tingkat kecemasan dengan kualitas tidur yang ada pada lansia di Posbindu?” 1.3 TUJUAN PENELITIAN 1.1.1 Tujuan Umum 78%
Mengidentifikasi untuk
mengetahui hubungan
tingkat
kecemasan
dengan kualitas tidur pada lansia di Posbindu. 1.1.2
Tujuan Khusus 1. Mengidentifikasi tingkat kecemasan pada lansia di Posbindu. 2. Mengidentifikasi kualitas tidur pada lansia di Posbindu. 77%
3. Mengidentifikasi apakah adanya hubungan tingkat kecemasan dengan kualitas tidur pada lansia di Posbindu. 1.4 MANFAAT PENELITIAN 1.4.1 Manfaat Teoritis Hasil
penelitian
ini
tentunya
bertujuan
untuk
meningka tka n
pengetahuan di bidang psikiatri dan perawatan gerontik mengenai kecemasan dan kualitas tidur pada lanjut usia. Dan juga dapat menjadi dasar untuk penelitian selanjutnya. 1.4.2
Manfaat Praktis Di bidang penelitian, berkontribusi terhadap pelayanan medis seperti postbindu dan panti jompo, lebih akurat memprediksi faktor-faktor penyebab
9/31
5 kecemasan pada lansia,
mengatasi masalah umum yang terjadi, mengura ngi
tingkat kecemasan lansia, dan mengurangi gangguan tidur di hari tua nanti.
10/31
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kecemasan 2.1.1 Pengertian Kecemasan Kecemasan adalah gangguan kesadaran (efek) yang ditandai dengan rasa takut dan cemas yang mendalam dan menetap yang belum mengala mi real life testing ability (RTA), dan masih baik, dan tidak mengala mi gangguan kepribadian (personality division). Kecemasan
adalah
perasaan
cemas
yang
samar-samar
karena
ketidaknyamanan atau ketakutan dengan reaksi atau ketakutan bahwa sesuatu akan terjadi untuk mengantisipasi bahaya. Ini adalah sinyal yang mengingatkan orang akan peringatan risiko yang akan segera terjadi dan mendorong individu untuk mengambil tindakan untuk mengatasi ancaman tersebut (Nanda, 2009, Fitria, 2013). 55%
Penyebab dari stress dapat berasal dari sumber
berbagai sumber,
cotohnya internal maupun eksternal. Induksi stresor dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu pertama, ancaman terhadap integritas fisik meliputi pengurangan atau pembatasan kecacatan, ketakutan kehilangan kendali, dan hilangnya
objektivitas.
Lalu kedua reaksi emosional
meliputi
peningkatan gairah, kehilangan kesadaran, ketakutan, kecemasan, pelupaan, lekas marah,
kekecewaan,
menangis,
dan juga
ketidakberdayaan.
Kecemasan adalah reaksi yang bisa dialami semua orang. Namun, kecemasan
yang berlebihan
mengganggu
fungsi
dalam kehidupan
seseorang, terutama ketika itu menjadi hambatan. Kesimpulan yang dapat diambil dari berbagai definisi di atas adalah bahwa kecemasan akibat kecemasan sebenarnya menimbulkan kecemasan masa depan dan sudah pasti sangat mengancam yang dapat menimbulka n ketakutan akan sesuatu yang buruk akan terjadi, yaitu ketakutan atau kecemasan dalam suatu situasi. 2.1.2
Tingkat Kecemasan
6
11/31
7 Setiap orang perlu takut, tetapi sampai batas tertentu, Peplau telah mengidentifikasi empat tingkat kecemasan, yaitu: a. Kecemasan Ringan Ketakutan ini terkait dengan kehidupan sehari-hari, ketakutan adalah motivasi untuk belajar tumbuh dan menciptakan kreativitas . Tanda dan gejala termasuk peningkatan
dan gairah,
gairah,
kesadaran rangsangan internal dan eksternal, pemecahan masalah yang efektif, dan kemampuan belajar. Perubahan fisiologis dapat ditandai dengan adanya factor dari kegelisahan, gangguan tidur, dan hipersensitivitas suara, fungsi penting, juga pupil normal. b. Kecemasan Sedang Ketakutan memberdayakan orang dengan berfokus pada esensi dan mengesampingkan yang lain, individu dapat menarik perhatian selektif, tetapi melakukan sesuatu yang lebih fokus. Reaksi fisiologis : sering sesak napas, peningkatan denyut nadi dan tekanan darah, mulut
kering,
penyempitan
gelisah,
rentang
sembelit.
Respon
persepsi, tetapi tidak
kognitif
adalah
dapat menerima
rangsangan eksternal dan tidak dapat berkonsentrasi pada apa yang dikhawatirkannya. c. Kecemasan Berat Kecemasan yang parah sangat mempengaruhi persepsi individ u cenderung fokus pada detail dan hal-hal konkret dan tidak dapat memikirkan hal lain. Semua tindakan ditujukan untuk meredakan ketegangan. Tanda dan gejala kecemasan parah termasuk kognisi yang buruk, perhatian terhadap detail,
perhatian
terbatas,
kurangnya konsentrasi atau pemecahan masalah, dan kurangnya pembelajaran yang efektif. Pada tingkat ini, seseorang mengala mi sakit kepala, pusing, mual, tremor, insomnia, palpitasi, takikardia, hiperventilasi, pollakiuria dan buang air besar, serta diare. Diliha t secara emosional,
setiap individu mengalami ketakutan yang
membuat semua perhatian akan terfokus pada mereka. d. Panik
12/31
8 Tingkat ketakutan panik dikaitkan dengan kejutan, ketakutan, dan ketakutan. Orang yang sedang mengalami kepanikan karena kehilangan kendali tidak bisa berbuat apa-apa saat diinstruksika n. Panik menyebabkan peningkatan aktivitas motorik, penuruna n hubungan dengan orang lain, distorsi persepsi, dan hilangnya pemikiran rasional. Ketakutan ini tidak sesuai dengan kehidupan dan dapat menyebabkan kelelahan ekstrim dan kematian jika 65%
berkepanjangan. Tanda dan gejala biasanya yaitu tingkat panik yang tidak mampu memusatkan perhatian pada kejadian (Ratih, 2012). 2.1.3
Faktor yang mempengaruhi kecemasan pada Lansia 54%
Menurut Noorkasiani, terdapat dua faktor yang bisa menyebabkan kecemasan pada lansia : a. Faktor Internal a. Usia b. Jenis Kelamin c. Tingkat Pendidikan d. Motivasi b. Faktor Eksternal a. Dukungan Keluarga b. Dukungan Sosial 2.1.4
Teori Psikologis Penyebab Kecemasan 1. Faktor Prediposisi Dikutip dari Stuart G.W (2012), factor pediposisi memiliki beberapa teori diantaranya : a. Teori Psikoanalitik b. Teori Interpersonal c. Teori perilaku d. Teori keluarga e. Teori biologis
2.1.5
Pengukuran Tingkat Kecemasan Peneliti sedang melakukan penelitian untuk mengukur tingkat ketakutan Zung – Penggunaan survei penilaian diri skala kecemasan. 60%
Zung – Self- assessment Anxiety Scale (SAS) merupakan alat yang
13/31
9 digunakan untuk mengukur adanya tingkat kecemasan. Peringkat tersebut berdasarkan skala Likert 14, dengan skor 4 sangat jarang (1), kadang-kadang (2), sering (3), dan selalu (4) negatif.
Dengan
menggunakan kuesioner 20 item yang terdiri dari 5 pertanyaaan gejala sikap dan 15 pertanyaan gejala fisik. Tingkat kecemasan dapat dibagi menjadi empat kategori: biasanya ketika skor kuesioner mencapai 25 44, kecemasan ringan, ketika skor kuesioner mencapai 45 - 59, kecemasan berat, dan skor kuesioner. Skor dari 60 - 74 mencapai kecemasan ekstrim ketika evaluasi kuesioner mengembalikan skor dari 75 - 80 (Nursalam, 2012). 2.2 Tidur 2.2.1 Definisi Tidur Tidur ialah situasi ketika tubuh dalam posisi yang tidak sadar dan kemungkinan sensitif terhadap rangsangan internal yang diterima. Satusatunya perbedaan antara tidur dan ketidaksadaran adalah bahwa siklus tidur dapat diprediksi dan kurang responsif terhadap rangsangan eksternal. Menurut Fakihan (2016), tidur adalah suatu kondisi dimana individu tidak sadarkan diri karena persepsi yang berkurang terhadap lingkungan, dan dalam kondisi tersebut stimulasi yang cukup dapat membangunkan kondisi orang tersebut.
Tidur
juga
yaitu
bentuk
atau cara tubuh
untuk
menghilangkan kelelahan fisik atau mental (Iqbal, 2017). 2.2.2
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tidur Kualitas dan kuantitas tidur dapat ditentukan dari beberapa factor (Hidayat, 2012). Kualitas ini dapat menunjukkan
kemampuan
untuk
mendapatkan tidur dan istirahat yang sesuai dengan kebutuhan lansia. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhinya : f.
Penyakit Nyeri dapat mempengaruhi kebutuhan tidur seseorang. Ada juga
banyak kondisi medis yang mengakibatkan pasien tidak bisa tidur atau bahkan tidur. g. Latihan dan Kelelahan 57%
Kelelahan yang diterima karena aktivitas tinggi membutuhka n lebih banyak tidur atau istirahat untuk menjaga keseimbangan
14/31
10 pengeluaran energi yang dikonsumsi dalam tubuh. Hal ini terlihat pada orang yang lelah beraktivitas. Akibatnya, fase tidur nyenyak menjadi lebih pendek, memungkinkan seseorang tertidur lebih cepat. h. Stress Psikologis Keadaan mental dapat memanifestasikan dirinya dalam diri seseorang karena ketegangan mental. Hal ini terlihat ketika seseorang dengan gangguan kesehatan mental mengalami kecemasan dan sulit tidur. i.
Obat
Obat-obatan juga dapat mengganggu tidur. Beberapa jenis obat yang dapat mengganggu tidur adalah diuretik yang menyebabkan insomnia, antidepresan dapat menekan tidur REM, dan kafein dapat meningkatka n sistem saraf simpatik dan menyebabkan gangguan tidur dan menekan REM tertidur e. Nutrisi Agar terpenuhinya kebutuhan nutrisi lansia yang tepat untuk mempercepat proses tidur, maka dianjurkan untuk mengkons ums i Makanan tinggi L-triptofan, seperti keju, susu, daging, dan tuna, karena itu dapat dengan mudah membuat seseorang tertidur, adanya kandungan L Tritofan, asam amino dari protein yang dicerna. f.
Lingkungan Menjadikan lingkungan yang aman dan nyaman merupakan hal yang penting bagi semua orang
agar dapat mempercepat
proses
tidurnya. g. Motivasi 65%
Memerlukan motivasi atau dorongan atau juga keinginan untuk tidur dan dapat mempengaruhi proses tidur. Selain itu,
terdapatnya
keinginan untuk tidak tidur dapat menyebabkan terganggunya proses tidur dalam tubuh. 2.2.3
Kualitas Tidur Kualitas tidur adalah kondisi yang
menghasilkan kesegaran dan
kesehatan pada saat seseorang bangun tidur. Kualitas tidur melip uti beberapa aspek yaitu, aspek kuantitatif dengan contoh seperti waktu tidur
15/31
11 64%
dan latensi tidur, lalu aspek subjektif dengan contoh seperti tidur nyenyak dan istirahat (Khasanah & Hidayati, 2012). Menurut Hidayat dari Khasanah & Hidayati (2012), kualitas tidur dianggap baik jika tidak ada tanda-tanda kurang tidur dan tidak ada gangguan tidur. Beberapa perindikasi kurang tidur bisa dibedakan sebagai perindikasi fisik & psikologis. Tanda-tanda fisik kurang tidur adalah ekspresi wajah (area gelap di sekitar mata, pembengkakan kelopak mata, kemerahan pada konjungtiva, mata
cekung), kantuk yang berlebiha n,
kurang konsentrasi, dan malaise yang terlihat. Tanda-tanda psikologis termasuk penarikan, ketidakpedulian, malaise, kemalasan, memori yang buruk, kebingungan, halusinasi, ilusi optik, dan kemampuan pengambilan keputusan yang buruk. Tentu perlu mengukur 61%
kualitas tidur manusia. Pengkuran kualitas tidur dapat dengan Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) untuk mengetahui kualitas tidur yang baik atau buruk. PSQI yaitu kuesioner ketika digunakan cukup efektif
untuk
mengetahui pengukuran kualitas tidur dan pola tidur. Perangkat PSQI didasarkan pada pola tidur seseorang selama sebulan terakhir. Tujuan pembuatan
metode
PSQI adalah
untuk
mengukur
kualitas
tidur,
memberikan kriteria yang efektif untuk membedakan antara tidur yang baik dan buruk,
memberikan
indikator
yang
mudah
digunakan,
dapat
diinterpretasikan peneliti untuk subjek, dan gambaran umum gangguan tidur. Hal tersebut bisa dipengaruhi oleh kualitas tidur (Iqbal, 2003, 2017). 2.2.4
Tahapan Tidur Tahapan tidur meliputi tidur tenang atau non-REM (non-REM sleep) dan tidur aktif atau REM, dengan uraian sebagai berikut: a. Tidur NonREM Tidur non-rem terdiri dari empat tahap, masing- masing dengan karakteristiknya sendiri. Fase I tidur
terjadi ketika Anda
merasa
mengantuk dan tertidur. Seringkali, ketika telepon berdering atau sesuatu bangun, anda tidak benar-benar merasa tertidur. Gelombang radio di otak menunjukkan "gelombang alfa" ketika tegangan turun. Dimulai dengan Tahap I, tahap ini berlangsung 5 menit dari 30 detik pertama siklus tidur.
16/31
12 Fase II tidur, semua tubuh kita tampaknya berada dalam tahap tidur yang lebih dalam. Walaupun sebenarnya kita sedang tidur, tidur tetap mudah untuk dibangunkan. Tahap II memakan waktu 10-40 menit. 63%
Kadang- kadang, selama tidur Tahap II, seseorang mungkin terbangun oleh sentakan tiba- tiba pada anggota tubuhnya. Dikatakan normal karena sentakan yang terjadi sebagai akibat dari memasuki tahap tidur REM. Tahap III dan IV. Tahap ini merupakan tahap tidur nyenyak. Pada tahap III, tonus otot menghilang dengan cepat, sehingga orang yang mendapatkan tidur malam yang nyenyak sangat rileks. Tahap IV ditandai dengan tidak memiliki mimpi dan sulit untuk bangun. Orang menjadi bingung ketika dibutuhkan beberapa menit untuk bangun dan bereaksi langsung dari tahap ini. Pada fase ini, hormon tubuh melakukan pertumbuhan yang diproduksi untuk membantu tubuh pulih, memperbaiki
sel, membangun
otot, serta mendukung
jaringan.
Setidaknya hormon pertumbuhan bekerja dengan baik, sehingga Anda akan merasa baik dan segar setelah tidur malam yang nyenyak. Tahap non-rem memiliki ciri-ciri sebagai berikut. Non-REM Tahap I Kondisi ini masih merespon cahaya, berlangsung selama beberapa menit, mengurangi aktivitas fisik, mengurangi tanda-tanda vital dan metabolisme, dan terasa seperti mimpi saat terbangun. Pada tahap II non-rem, tubuh mulai mengendurkan otot-otot dan berlangsung 10 hingga 20 menit. Tubuh lama berfungsi dan dapat dengan mudah dibangunkan. Tahap III non-removal adalah awal dari keadaan tidur nyenyak,
sulit
dibangunkan,
relaksasi
otot lengkap,
hipotens i,
berlangsung 15-30 menit. b. Tidur REM Tidur REM sangat berbeda dengan tidur non-REM. Tidur REM adalah salah satu tahap tidur yang paling aktif. Pola pernapasan dan detak jantung tidak teratur, tidak berkeringat. Kram tangan, kaki, atau wajah dapat terjadi, dan pria mungkin mengalami ereksi selama tidur REM. Ada kegiatan seperti itu, tetapi orang-orang masih tertidur lelap dan sulit dibangunkan. Pada tahap ini, anggota badan tetap lemah dan
17/31
13 rileks. Tahap tidur ini dapat berperan sebagai pemulihkan pikiran, menghilangkan kecemasan dan memori, serta menjaga fungsi sel otak. Siklus tidur untuk orang dewasa biasanya terjadi setiap 90 menit. Selama 90 menit pertama, semua tahap tidur adalah non-rem. Setelah 90 menit, memasuki tahap tidur REM, yang akan kembali ke tahap tidur non-REM. Lalu setelah itu, masuk tahap tidur REM terjadi hampir setiap 90 menit. Pada tahap pertama tidur, tidur REM terjadi sangat singkat dan juga berlangsung hanya beberapa menit. Saat gangguan tidur terjadi, periode tidur REM terjadi di awal malam, sekitar 30-40 menit. Orang mendapatkan lebih banyak tidur pada tahap III dan IV. Selama tidur, tahap tidur berpindah dari satu tahap ke tahap lainnya tanpa mengikuti aturan yang biasa. Artinya, suatu malam Anda mungkin tidak memiliki Tahap III atau IV dari. Tapi satu malam lagi, Anda mencapai semua tahap tidur. Tidur REM ditandai dengan pembukaan dan penutupan mata yang cepat, kejang otot-otot kecil, fiksasi otot-otot besar, pernapasan tidak teratur, kadang-kadang apnea, denyut nadi cepat dan tidak teratur, tekanan darah tinggi atau berfluktuasi,
peningkatan
sekresi
getah
lambung.
Peningkata n
metabolisme, peningkatan tubuh suhu, siklus tidur: Sulit dibangunka n (Alimul, 2006). 2.3 Konsep Lanjut Usia 2.3.1 Pengertian Lanjut usia Kelompok senior merupakan sebuah kelompok penduduk yang rata-rata berusia di atas 60 tahun. Penuaan adalah
proses di mana jaringan
memperbaiki atau mengganti dirinya sendiri, secara bertahap mengura ngi kemampuannya untuk mempertahankan struktur dan fungsi normal, karena ini tidak mampu menahan infeksi juga tidak mampu memperbaiki luka 72%
yang telah rusak. Proses menua yaitu proses lanjutan yang dimulai secara alami dari sejak lahir dan umumnya juga dialami oleh semua makhluk hidup (Nugroho, 2012). 2.3.2
Batasan Lanjut Usia Menurut WHO, lanjut usia adalah 60-74 tahun, lanjut usia 75-90 tahun, dan sangat lanjut usia di atas 90 tahun. Dikutip dari Nugroho (2012),
18/31
14 berdasarkan dengan pendapat dari beberapa ahli, dikatakan klasifikasi usia disimpulkan bahwa yang disebut lansia adalah orang yang berusia 65 tahun 62%
ke atas. Terdapat beberapa kelompok, diantaranya pra lansia yaitu (45- 59 tahun), kelompok lansia (60 tahun ke atas), dan terakhir kelompok lansia yang berisiko tinggi (70 tahun ke atas) (Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung Barat, 2012). 2.3.3
Masalah yang Sering Dihadapi oleh Lansia Bentuk masalah yang dihadapi oleh lanjut usia adalah: 1. Demensia 2. Stres 3. Skizofrenia 4. Gangguan kecemasan 5. Gangguan Psikosomatik 6. Gangguan penggunaan Alkohol dan Zat lain 7. Gangguan Tidur / Insomnia
2.4 Kerangka Teori 2.4 Faktor yang mempengaruhi kecemasan pada lansia
Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas dan kuantitas tidur :
1. Faktor Internal
2. Faktor Eksternal
-
Penyakit
a) Usia
a) Dukungan keluarga
-
Latihan dan kelelahan
b) Jenis kelamin
b) Dukungan sosial
-
Stress psikologis
-
Obat
-
Nutrisi
-
Lingkungan
-
Motivasi
c) Tingkat pendidikan d) M otivasi
Teori kecemasan Stuart G.W (2012) 1. Kecemasan Ringan 2. Kecemasan Sedang 3. Kecemasan Berat 4. Panik
1. Kualitas tidur baik 2. Kualitas tidur buruk
19/31
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Rancangan
penelitian
menurut
PabunduTika
(20015:12) merencanaka n
bagaimana mengumpulkan, mengolah, dan menganalisis data secara sistematis dan terarah sehingga penelitian dapat dilakukan secara efisien dan efektif sesuai dengan tujuan penelitian. Menurut Sugiyono (2017: 8), metode survei kuantitatif adalah metode survei berdasarkan filosofi positivis, survei kelompok atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan alat survei, dan menganalisis data untuk tujuan pengujian kuantitatif atau statistik. 3.2 Kerangka Konsep dan Hipotesis 3.2.1 Kerangka Konsep Faktor predisposisi : 1. Teori psikoanalitik 2. Teori interpersonal 3. Teori perilaku 4. Teori keluarga 5. Teori biologi
Kecemasan Ringan
Kecemasan Sedang
Tingkat Kecemasan Faktor presipitasi : 1. Faktor eksternal a. Ancaman integrasi fisik b. Ancaman system diri 2. Faktor internal a. Usia b. Stressor c. Lingkungan d. Jenis kelamin e. pendidikan 3.2.2
Kecemasan Berat
Panik
Hipotesis 57%
Hipotesa ialah balasan pertama dari adanya rumusan masalah (Sugiyono, 2017). Ini masih awal, sehingga kita perlu membuktikan kebenarannya melalui data empiris yang dikumpulkan. 15
20/31
16 71%
Ha = Ada hubungan mengenai tingkat kecemasan dengan kualitas tidur pada lansia 75%
Ho = Tidak ada hubungan tingkat kecemasan dengan kualitas tidur pada lansia 3.3 Populasi, Sampel dan Sampling Penelitian 3.3.1 Populasi 57%
Populasi yaitu wilayah umum yang terdiri dari objek/subyek dengan jumlah
dan beberapa karakteristik
yang akan peneliti
tentukan untuk 66%
mempelajari dan menarik kesimpulan (Sugiyono, 2016: 135). Populasi dalam survei ini terdiri dari 198 lansia yang tinggal di Posbindu Anyelir Desa Kertawangi Kecamatan Cisarua Kabupaten Bandung Barat. 3.3.2
Sampel dan Sampling Penelitian Menurut Sugiyono (2017: 81), sampel adalah bagian dari populasi yang menjadi sumber data survei, dan populasi adalah bagian dari jumlah sifat yang 56%
dimiliki populasi. Sugishirono (2016:81) Metode pengambilan sampel ini yaitu 57%
metode untuk menentukan dari sampel yang akan digunakan. Metode yang dipakai pada penelitian ini menggunakan random sampling, yaitu diambilnya sampel dilakukan Ketika lansia yang berkunjung ke Posbindu. 𝜂 = Keterangan
𝑁 1 + 𝑁(𝑑)2
:
n
: Besar sampel penelitian
N
: Jumlah populasi
d
: Tingkat kepercayaan (0,05)
Maka sampel dalam penelitian ini dihitung :
𝑛 = 𝑛 = 𝑛 = 𝑛 =
198 1+198 (0,05)2 198 1+198 (0,0025) 198 1+0,25 198 1,25
𝑛 = 159
21/31
17 Berdasarkan hasil perhitungan diatas dapat disimpulkan bahwa hasil perhitunga n dari jumlah populasi sebanyak 198 orang dan menggunakan tingkat kepercayaan yang 56%
digunakan sebanyak 5% (0,05) maka didapatkan hasil yang dijadikan sampel pada penelitian ini adalah 159 orang. 3.4 Variabel Penelitian Variabel penelitian yaitu kelengkapan atau properti atau nilai yang didasarkan pada seseorang, objek, atau aktivitas dengan variasi eksklusif yang ditentukan oleh peneliti untuk melakukan penelitian dan penalaran dalam pernyataan Sugiyono (2019, 68). Didasarkan dari landasan dan kerangka konseptual yang ada, terbentuk variabel dalam survey ini adalah:
62%
1. Variabel bebas (Independent Variable) menurut (Sugiyono 2019:68). merupakan variabel yang disebabkan atau mempengaruhi berubahnya atau terbitnya variabel 64%
terikat. Variabel bebas (independen) pada survey yang dilakukan ini yaitu adanya tingkat kecemasan pada lansia di Posbindu Anyeril Desa Kertawangi di Kecamatan Cisarua Kabupaten Bandung Barat.
63%
2. Variabel Terikat (Dependent Variable) Menurut Sugishirono (2019: 69), yaitu 59%
variabel yang akan dipengaruhi atau merupakan hasil dari variabel bebas. Variabel terikat pada survey ialah kualitas tidur
lanjut usia di Posbindu Anyelir Desa
Kertawangi Kecamatan Cisarua Kabupaten Bandung Barat. Faktor Kualitas Tidur - Penyakit
-
Nutrisi
-
Latihan dan kelelahan
-
Lingkungan
-
Stress psikologis
-
Motivasi
-
Obat
Kecemasan Lansia
22/31
18 3.5 Definisi Konseptual dan Definisi Operasional Variabel Definisi Definisi
Alat Ukur
Hasil Ukur
Skala
Ordinal
Konseptual
Operasional
Kecemasan adalah
Kecemasan, yang
ZSAS
ZSAS
kekhawatiran
diukur dengan
kuesioner
dimasukan
umum yang samar-
menggunakan
yang
kedalam 4
samar terkait
Tongue Self-
dipakai
tahapan
dengan ketakutan
Assessment
untuk
kecemasan
dan
Anxiety Scale
peneliti
dengan
ketidakberdayaan.
(ZSAS), adalah
mengukur
penilaian
Masalah emosional
respons emosional
gejala dari
yaitu :
ini tidak memiliki
yang dihasilkan
cemas.
1. Skor 20 =
tujuan tertentu.
dari penyebab
Penilaian
tidak
Ketakutan dialami
non-spesifik yang
ini
mengalami
dan
dapat menciptakan
dirancang
kecemasan,
dikomunikasikan
ketidaknyamanan
agar
secara subjektif di
atau ancaman.
mengetahui
=
antara orang-orang
adanya
kecemasan
(Stuart, 2012).
kecemasan
ringan,
Stuart (2012) telah
dan
membagi
berbagai
=
kecemasan menjadi
tingkat
kecemasan
4 tingkatan yaitu :
kecemasan.
sedang,
Variabel Independent 56%
Tingkat Kecemasan
a. Kecemasan
2. Skor 21-40
3. Skor 41-60
4. Skor 61-80
ringan
=
b. Kecemasan
kecemasan
sedang c. Kecemasan
berat 5.
skor 81-
berat
100 =
d. Panik
panik.
23/31
19 Validitas perangkat ZSAS berkorelasi signifikan dengan Taylor Gejala dan Skala Kecemasan (TIMAS) 0,5, tetapi reliabilitas perangkat ZSAS adalah 0,87.
Variabel Dependent 61%
Kualitas
Kualitas tidur
Kualitas tidur
Penilaian
Tidur
mengacu pada
merupakan
kualitas
kemampuan individu
kepuasan
tidur yang
untuk tidur secara
seseorang
diambil dari
normal selama tahap
terhadap tidurnya,
Pittsburgh
tidur REM dan non-
Data kualitas
Sleep
REM. Ini termasuk
tidur dapat diukur
Quality
kualitas tidur di hari
dengan
Index
tua, menurut Kozier
menggunakan
(PSQI).
(2010).
Pittsburgh sleep
PSQI yaitu
a. Tidur ±6
quality index
hal yang
(PSQI). Semakin
digunakan
tinggi skornya,
untuk
semakin buruk
mengukur
kualitas tidurnya.
kualitas
jam/hari b. Tahap REM 20 – 25% c. Tahap IV NREM
Skor penilaian dari kualitas tidur dimulai dari 0-21. 1. Minimum skor = 0 (baik), 2. Maximum skor = 21 (buruk). Secara keseluruhan, skor
kadang-kadang
lansia
5 merupakan
absen
kualitas tidur
Sering
buruk
terbangun pada malam hari
3.6 Tempat Penelitian 63% Kegiatan survei ini dilakukan hanya pada Posbindu Anyelir sector wilayah desa Kertawangi, kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat. 3.7 Waktu Penelitian 53% Waktu yang peneliti gunakan untuk penelitian ini dimulai dari tanggal 24 Juni hingga 4 Juli 2015. 3.8 Instrumen Penelitian 69% Sugishirono (2017:102) mengatakan bahwa alat penunjang penelitian adalah alat yang digunakan sebagai tolak ukur fenomena alam dan sosial yang diamati. Alat tes yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam survei ini adalah soal tes berupa soal pilihan ganda untuk sampel dan dijawab secara individual. 3.8.1
Uji Instrumental Metode Zung Self-Evaluation Anxiety Scale (ZSAS), adalah metode yang digunakan dalam penelitian ini, selain itu metode ini juga merupakan perangkat untuk mempelajari tingkat kecemasan secara kuantitatif. Peneliti kemudian dapat membuat beberapa perubahan tergantung pada kebutuhan penelitian nya. 62%
Metode ZSAS memiliki tujuan sebagai tolak ukur kecemasan bagi ganggua n klinis dan menentukan gejala kecemasan. Pada Zung Self- Reating Anxiety Scale (ZSAS) memiliki skala 20 poin yang mencakup fitur yang biasa ditemukan pada gangguan kecemasan. (15 peningkatan respons kecemasan dan 5 penurunan respons kecemasan). Item respon peningkatan kecemasan sebagai berikut : 1. Perasaan saya menjadi gugup dan cemas lebih dari biasanya. 2. Saya merasa takut tanpa alasan yang jelas. 3. Saya merasa marah tersinggung atau panik. 4. Saya merasa seperti tubuh saya runtuh.
25/31
21 80%
5. Saya merasa kesulitan Ketika akan melakukan kegiatan atau merasakan sesuatu yang menakutkan akan terjadi. 6. Saya merasa anggota tubuh saya gemetar atau gemetar. 7. Saya selalu merasakan sakit pada kepala, nyeri pada leher dan juga otot. 8. Saya merasa badan saya lemah dan mudah capek. 57%
9. Saya dapat merasa ketika jantung saya berdetak kencang dan cepat. 10. Saya sering mengalami pusing. 11. Saya sering pingsan atau merasa seperti pingsan. 12. Pada bagian jari-jari tangan dan kaki saya serasa menjadi kaku dan mati rasa 13. Saya sering BAK lebih dari biasanya. 14. Wajah saya terasa panas dan kemerahan. 15. Saya mengalami mimpi- mimpi buruk.
Item respon penurunan kecemasan sebagai berikut : 1. Saya merasa semuanya bekerja dan tidak ada hal buruk yang terjadi. 2. Saya tidak bisa istirahat atau duduk. 3. Saya mudah sesak tersenggal-senggal. 4. Saya merasa tangan saya dingin. 5. Saya sulit dan tidak dapat istirahat malam. Menurut (Wiliam, W.K., 1971), peralatan ZSAS dikategorikan ke dalam empat 56%
tingkat kecemasan dengan skor yang berbeda. Artinya, 20 peringkat = merasa tidak takut, 21- 40 peringkat = kecemasan ringan, 41 - 60 = kecemasan sedang, 61- 80 = kecemasan berat, 81- 100 peringkat = panik. Validitas perangkat ZSAS berkorelasi signifikan dengan Taylor Gejala dan Skala Kecemasan (TIMAS) 0,5, sedangkan keandalan perangkat ZSAS adalah 0,87 (Wiliam, W.K., 1971). 69%
Perangkat penelitian yang dipakai untuk mempelajari kualitas tidur dalam penelitian ini adalah
Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) Sle ep Quality
Questionnaire. PSQI digunakan untuk mengukur kualitas tidur pada lansia (Buysee, 1989). 69%
Pada survei kali ini, ada tujuh macam yang dipakai untuk ukuran evaluasi. Dari ketujuh nilai ini yaitu: kualitas tidur, latensi tidur, waktu tidur, kebiasaan tidur, gangguan tidur, penggunaan hipnotis, disfungsi siang hari. Kisaran nilai kualitas tidur adalah 0- 21. Score minimal = 0 (baik), score maximal = 21 (buruk).
26/31
22 66%
Interpretasi keseluruhan adalah bahwa nilai 5 = kualitas tidur yang buruk. Uji Korelasi Produk-Momen Pearson digunakan untuk menguji keefektifan perangkat ini. Jika nilai r hitung > r tabel, maka pertanyaan dikatakan benar. Skor tabel untuk perangkat senilai 0,325. Uji kelayakan perangkat memakai uji Nascence Cronbach dengan nilai 0,726. 3.9 Uji Validitas dan Reabilitas Instrument Penelitian a. Uji Validitas 59%
Validitas adalah ukuran derajat kepastian antara data yang benar- benar dihasilkan oleh objek dan data yang dikumpulkan oleh peneliti (Sugiyono, 2018: 125). Untuk mencari nilai koefisiennya, peneliti menggunakan persamaan product moment Pearson pada persamaan berikut :
rxy
=
n ∑ XY − (∑ X × ∑ Y)
√ [n ∑ X2 − (∑ X2)][n ∑ Y2 − (∑ Y)2]
Keterangan : rxy
: Koefisien Korelasi
XY
: Jumlah perkalian variable x dan y
X
: Jumlah nilai variable x
Y
: Jumlah nilai variable y
X
: Jumlah pangkat dari nilai variable y
Y2
: Jumlah pangkat dari nilai variable y
n
: Banyaknya sampel 50%
Menurut Sugiyono (2017: 134), suatu item dikatakan valid jika faktor (r) antara item dengan jumlah item adalah positif dan ukurannya 0,3 atau lebih dan 0, 3 (>0,3), tetapi nilai korelasinya adalah 0,3 Validasi jika kurang dari (> 0.3). Dalam kasus