Proposal Desain Inovatif Kel 2 Paser [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

PROPOSAL PELAKSANAAN TERAPI BERMAIN : MEWARNAI DAN PUZZLE PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH DI RUANG PANGERAN PANJI RSUD PANGLIMA SEBAYA



OLEH: KELOMPOK 2 Chandra Irawan



p07220420055



Eva Yulistina



p07220420057



Faulina Hartati



p07220420058



Maserur



p07220420069



Sukmawati



p07220420077



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS JURUSAN KEPERAWATAN POLTEKKES KALTIM 2021 KATA PENGANTAR i



Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga Proposal Desain Inovatif Stase Keperawatan Anak di RSUD Panglima Sebaya Ruang Pangeran Panji dengan judul PELAKSANAAN TERAPI BERMAIN : MEWARNAI DAN PUZZLE PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH DI RUANG PANGERAN PANJI RSUD PANGLIMA SEBAYA, dapat diselesaikan. Kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang terkait, terutama kepada dosen pembimbing / perseptor akademik dan klinik yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam penyelesaian proposal hasil desain inovatif ini. Semoga pelaksanaan desain inovatif ini nantinya dapat memberikan manfaat baik bagi perawat, fasilitas kesehatan, klien maupun akademik, dan kami menyadari masih banyak kekurangan dalam proposal ini. Oleh karena itu, kami mengharapkan saran dan kritik agar lebih baik lagi untuk ke depannya.



Tana Paser, 05 April 2021



Kelompok 2



ii



DAFTAR ISI Halaman Judul ..............................................................................................



i



Kata Pengantar...............................................................................................



ii



Daftar Isi........................................................................................................



iii



Daftar Tabel...................................................................................................



v



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang..........................................................................................



1



B. Tujuan.......................................................................................................



2



1. Tujuan Umum.......................................................................................



2



2. Tujuan Khusus......................................................................................



2



C. Manfaat.....................................................................................................



2



BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konsep Bermain.......................................................................................



4



1. Mewarnai..............................................................................................



5



2. Bermain Puzzle.....................................................................................



5



B. Konsep Tumbuh Kembang.......................................................................



6



1. Definisi Tumbuh Kembang..................................................................



6



2. Aspek-aspek Tumbuh Kembang..........................................................



6



3. Faktor yang Mempengaruhi Tumbang.................................................



7



C. Konsep Hospitalisasi................................................................................



8



1. Pengertian Hospitalisasi.......................................................................



8



2. Dampak Hospitalisasi...........................................................................



9



D. Konsep Kecemasan...................................................................................



9



1. Pengertian Kecemasan.........................................................................



9



2. Tingkat Kecemasan..............................................................................



9



E. Mekanisme................................................................................................



12



1. Identifikasi Pertanyaan........................................................................



12



a. Analisa PICOT..............................................................................



12



b. Pertanyaan Klinis..........................................................................



12



2. Ekstraksi Data dan Critical Apraisal...................................................



13



iii



BAB III STRATEGI PEMECAHAN MASALAH A. Jenis Intervensi.........................................................................................



17



B. Tujuan.......................................................................................................



17



C. Waktu........................................................................................................



17



D. Setting.......................................................................................................



17



E. Media / alat yang diperlukan.....................................................................



17



F. Prosedur operasional tindakan..................................................................



18



DAFTAR PUSTAKA



iv



DAFTAR TABEL



Tabel 1 Ekstraksi Data ..................................................................................



13



Tabel 2 Prosedur Operasional Mewarnai.......................................................



18



Tabel 3 Prosedur bermain puzzle...................................................................



20



Tabel 3 Lembar Instrumen Penilaian Kecemasan Hospitalisasi....................



22



v



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat anak sakit secara tidak sadar waktu bermain anak dikurangi oleh orang tuanya dengan tujuan untuk memperbanyak istirahat agar mempercepat kesembuhan. Anak hanya diperbolehkan melakukan aktifitas yang tidak memerlukan banyak energi seperti menonton, membaca buku cerita dan lain-lain, dan hanya diperbolehkan melakukan aktivitasnya diatas tempat tidur. Proses hospitalisasi memisahkan anak dari lingkungan sepermainannya. Di sisi lain pasien anak tetap memerlukan stimulasi untuk membantu proses tumbuh kembangnya. Anak yang mengalami hospitalisasi akan menghasilkan reaksi seperti kecemasan (Delfina, 2018). Kecemasan ini disebabkan karena ketika anak mengalami hospitalisasi anak yang takut akan berpisah dari orang tua, kehilangan kontrol, ketakutan kemungkinan cedera tubuh dan nyeri. Kehilangan kontrol dapat berupa perasaan marah dan bersalah, regresi. Bermain merupakan kegiatan yang dilakukan secara sukarela untuk memperoleh kesenangan atau kepuasan (Novia & Arini, 2020). Bermain merupakan cerminan kemampuan fisik, intelektual, emosional dan sosial dan bermain merupakan media yang baik untuk belajar karena dengan bermain, anak-anak akan berkata-kata (berkomunikasi), belajar menyesuaikan dari dengan lingkungan, melakukan apa yang dapat dilakukannya dan mengenal waktu, jarak serta suara. Dalam keadaan sakit anak tetap memerlukan stimulasi untuk merangsang perkembangan kognitif dan motoriknya. Bermain merupakan salah satu media untuk stimulasi tumbuh kembang anak dan mengurangi stress sebagai dampak dari proses hospitalisasi pada anak. Mewarnai dan bermain puzzle merupakan contoh alat permainan edukatif yang merangsang fungsi kognitif dan melatih ketrampilan anak. Anak usia prasekolah berada dalam tahap bermain dengan karakteristik bermain ketrampilan. Hasil studi pendahuluan di ruang Pangeran Panji RSUD Panglima Sebaya pada tanggal 01 April 2021 terdapat 10 pasien yang dirawat, 5 diantaranya usia pra sekolah dan dari 5 anak tersebut terdapat 3 anak yang mengalami kecemasan akibat hospitalisasi.



1



Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Fitriani, et all (2017) di ruang Hematologi Onkologi Anak RSUD Ulin Banjarmasin pada 14 responden dengan desain penelitian One Group pre-post test didapatkan hasil pengaruh terapi bermain puzzle pada penurunan tingkat kecemasan anak. Penelitian lain oleh Novia, et all (2020) pada anak usia pra sekolah sebanyak 20 responden dengan penelitian quasy eksperimen didapatkan hasil bahwa terapi bermain mewarnai mampu menurunkan tingkat kecemasan anak hospitalisasi. Ruang Pangeran Panji RSUD Panglima Sebaya belum memiliki ruang bermain khusus anak ataupun terapi bermain, sehingga kelompok memilih proposal desain inovatif mewarnai dan bermain puzzle sebagai salah satu bentuk permainan yang sesuai dengan tingkat usia dan perkembangan kognitif serta motorik pasien khususnya pada usia pra sekolah. B. Tujuan 1. Tujuan Umum Mengurangi efek hospitalisasi dan merangsang perkembangan kognitif, afektif, dan sosial anak sesuai dengan tahap perkembangan anak usia prasekolah selama perawatan di Rumah Sakit. 2. Tujuan Khusus a. Meningkatkan hubungan perawat, klien dan keluarga b. Meningkatkan kreativitas pada pasien anak c. Sosialisasi dengan teman sebaya / orang lain d. Melatih tingkat konsentrasi e. Sebagai media komunikasi antara perawat – klien f. Menurunkan dampak hospitalisasi C. Manfaat 1. Bagi Anak a.



Anak mendapatkan stimulasi yang adekuat untuk tumbuh kembang.



b.



Mengurangi stress hospitalisasi bagi anak



c.



Sebagai fungsi sosialisasi bagi anak.



d.



Sebagai fungsi rekreasi / hiburan bagi anak



2



2. Bagi Perawat a. Tercapai kepuasan kerja yang optimal. b. Dapat memantau status tumbuh kembang anak. c. Meningkatkan kepercayaan klien/keluarga kepada perawat. d. Memudahkan kerja perawat karena anak lebih kooperatif. 3. Bagi Institusi a. Tercapai pengalaman dalam terapi bermain pada pasien anak b. Tercipta model asuhan keperawatan anak secara holistik.



3



BAB II KAJIAN PUSTAKA



A. Konsep Bermain Anak usia prasekolah 3-6 tahun kemampuan motorik halusnya mulai berkembang dimana anak mulai dapat menggambar dan menulis. proses tahapan perkembangan setiap anak sama, yaitu merupakan hasil dari proses pematangan. Tetapi dalam pencapaiannya, setiap anak memiliki kecepatan yang berbeda, kemampuan motorik halus ini berkembang setelah kemampuan motorik kasar si kecil berkembang optimal. Perkembangan motorik halus pada usia tertentu menjadi lebih halus dan lebih terkoordinasi dibandingakan dengan masa bayi. Anak-anak terlihat lebih cepat dalam berlari dan meloncat serta menjaga keseimbangan badannya. Untuk memperhalus ketrampilan-ketrampilan motorik, anak terus melakukan berbagai aktivitas.(Maghfuroh, 2018) Aktivitas beramain merupakan suatu kegiatan yang menyenangkan bagi anak, meskipun hal tersebut tidak menghasilkan komoditas tertentu misalnya keuntungan financial (uang). Anak bebas mengekspresikan perasaan takut, cemas, gembira atau perasaan lainnya, sehingga dengan memberikan kebebasan bermain maka orang tua akan mengetahui suasana hati anak. (Dewi, 2018) Anak bermain pada dasarnya agar memperoleh kesenangan, sehingga tidak akan merasa jenuh. Bermain tidak sekedar mengisi waktu, tetapi merupakan kebutuhan anak seperti halnya makanan, perawatan dan cinta kasih. Bermain adalah unsur yang penting untuk perkembangan fisik, emosi, mental, intelektual, kreativitas dan sosial. Kebutuhan bermain tidak berhenti ketika anak sakit atau berada di Rumah Sakit. Karena bermain merupakan hal yang sangat penting dalam perkembangan mereka. Manfaat bermain yaitu meminimalkan munculnya stress akibat kecemasan yang berlebihan. Manfaat dari terapi bermain adalah menurunkan stres psikologis dan fisiologis yang merupakan tantangan bagi anak dalam menghadapi pengobatan. Manfaat jangka panjang adalah terapi bermain dapat membantu perkembangan respon perilaku positif untuk menggambarkan pengalaman pengobatan.(Amallia et al., 2018)



4



1.



Mewarnai Mewarnai adalah alat permainan edukatif dengan memberikan warna pada gambar sehingga membentuk paduan warna dari suatu gambar tertentu, berfungsi untuk meningkatkan kemampuan kognitif. Menggambar atau mewarnai merupakan salah satu permainan yang memberikan kesempatan anak untuk bebas berekspresi dan sangat terapeutik (sebagai permainan penyembuh).Dengan menggambar atau mewarnai gambar juga dapat memberikan rasa senang karena pada dasarnya anak usia prasekolah sudah sangat aktif dan imajinatif selain itu anak masih tetap dapat melanjutkan perkembangan kemampuan motorik halus dengan menggambar meskipun masih menjalani perawatan di rumah sakit.(Delfina, 2018) Mewarnai merupakan salah satu permainan yang memberikan kesempatan anak untuk bebas berekspresi untuk menghindari rasa bosan atau jenuh, dimana anak mulai menyukai dan mengenal warna serta mengenal bentuk-bentuk benda disekelilingnya. Mewarnai merupakan salah satu permainan yang memberikan kesempatan pada anak untuk bebas berekspresi dan



sangat



terapeutik,



melalui



mewarnai



tersebut,



anak



dapat



mengekspresikan pikiran, perasaan, fantasi, dan dapat kreativitasnya.(Novia & Arini, 2020) Menggambar atau mewarnai sebagai suatu permainan yang nondirective memberikan kesempatan anak untuk bebas berekspresi dan sangat therapeutic (sebagai permainan penyembuh atau therapeuticplay). Mengekpresi feelingnya dengan menggambar atau mewarnai gambar, berarti memberikan pada anak suatu cara untuk berkomunikasi, tanpa menggunakan kata.(Hartini & Winarsih, 2019) 2.



Bermain Puzzle Salah satu permainan untuk anak prasekolah adalah puzzle. Puzzle juga merupakan sebuah permainan yang menarik dapat menarik perhatian anak, melalui puzzle anak akan belajar sesuatu yang rumit serta bagaimana puzzle ini akan tersusun dengan benar. Puzzle juga meningkatkan daya pikir anak dan konsentrasi anak. (Handayani et al., 2019) Puzzle merupakan permainan yang dapat memfasilitasi permainan asosiatif dimana pada usia prasekolah ini anak senang bermain dengan anak 5



lain sehingga puzzle dapat dijadikan sarana bermain anak sambil bersosialisasi. Saat anak bermain, maka perhatian anak akan teralihkan dari kecemasan yang sedang dirasakannya. Penggunaan



metode



bermain



dengan



menggunakan



puzzle



disamping manfaatnya yang banyak, juga dapat memberikan kesenangan kepada anak saat memainkannya sehingga kecemasan yang dirasakan oleh anak dapat menurun. Bermain puzzle juga bermanfaat untuk membantu meningkatkan keterampilan motorik halus pada anak, juga dikarenakan bermain puzzle tidak memerlukan tenaga yang berlebihan sehingga anak tidak akan capek.(Fitriani et al., 2017) B. Konsep Tumbuh Kembang Anak Usia 3 – 6 Tahun 1. Definisi Tumbuh Kembang Gangguan pertumbuhan dan perkembangan merupakan masalah yang serius bagi negara maju maupun negara berkembang di dunia. Pertumbuhan dapat dilihat dari berat badan, tinggi badan, dan lingkar kepala, sedangkan perkembangan dapat dilihat dari kemampuan motorik, sosial dan emosional, kemampuan berbahasa serta kemampuan kognitif. Pada dasarnya, setiap anak akan melewati proses tumbuh kembang sesuai dengan tahapan usianya, akan tetapi banyak faktor yang memengaruhinya. Anak merupakan generasi penerus bangsa yang layak untuk mendapatkan perhatian dan setiap anak memiliki hak untuk mencapai perkembangan kognisi, sosial dan perilaku emosi yang optimal dengan demikian dibutuhkan anak dengan kualitas yang baik agar tercapai masa depan bangsa yang baik.(Merita, 2019) 2. Aspek – aspek Pertumbuhan dan Perkembangan Aspek-aspek pertumbuhan dan perkembangan dalam Prastiwi (2019), antara lain : a. Aspek Pertumbuhan Untuk



menilai



pertumbuhan



anak



dilakukan



pengukuran



antropometri, pengukuran antropometri meliputi pengukuran berat badan, tinggi badan (panjang badan), lingkar kepala. Pengukuran berat badan digunakan untuk menilai hasil peningkatan atau penurunan semua jaringan yang ada pada tubuh, pengukuran tinggi badan digunakan untuk menilai status perbaikan gizi disamping factor genetik sedangkan pengukuran lingkar kepala dimaksudkan untuk menilai pertumbuhan 6



otak. Pertumbuhan otak kecil (mikrosefali) menunjukkan adanya reterdasi mental, apabila otaknya besar (volume kepala meningkat) terjadi akibat penyumbatan cairan serebrospinal. b. Aspek perkembangan 1) Motorik kasar (gross motor), merupakan keterampilan yang meliputi aktivitas otot yang besar seperti gerakan lengan dan berjalan). Perkembangan motoric kasar pada masa prasekolah, diawali dengan kemampuan untuk berdiri dengan satu kaki selama 1-5 detik, melompat dengan satu kaki, membuat posisi merangkak dan lain-lain. 2) Motorik halus (fine motor Skills) merupakan keterampilan fisik yang melibatkan otot kecil dan koordinasi meta dan tangan yang memerlukan koordinasi yang cermat. Perkembangan motorik halus mulai memiliki kemampuan menggoyangkan jari-jari kaki, menggambar dua atau tiga bagian, menggambar orang, mampu menjepit benda, melambaikan tangan dan sebagainya. 3) Bahasa (language) adalah kemampuan untuk memberikan respon terhadap suara, mengkuti perintah dan dan berbicara spontan. Pada perkembangan bahasa diawali mampu menyebut hingga empat gambar, menyebut satu hingga dua warna, menyebutkan kegunaan benda, menghitung, mengartikan dua kata, meniru berbagai bunyi, mengerti larangan dan sebagainya. 4) Perilaku sosial (personal social) adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya. Perkembangan adaptasi social pada anak usia 3-5 tahun yaitu dapat berrmain dengan permainan sederhana, mengenali anggota keluarganya, menangis jika dimarahi, membuat permintaan yang sederhana dengan gaya tubuh, menunjukan peningkatan kecemasan terhadapa perpisahan dan sebagainya. 3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang Anak usia 3-5 tahun Menurut Hidayat (2009) dalam Prastiwi (2019), proses Percepatan dan Perlambatan Tumbuh kembang anak dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. a. Faktor Herediter 7



Faktor herediter merupakan faktor yang dapat diturunkan sebagai dasar dalam mencapai tumbuh kembang. Yang termasuk faktor herediter adalah bawaan, jenis kelamin, ras, suku bangsa. Faktor ini dapat ditentukan dengan intensitas dan kecepatan alam pembelahan sel telur, tingkat sensitifitas jaringan terhaap rangsangan, umur puberitas, dan berhentinya pertumbuhan tulang. b. Faktor Lingkungan Faktor



lingkungan



ini



dapat



meliputi



lingkungan



pranatal,



lingkungan postnatal, dan faktor hormonal. Faktor prenatal merupakan lingkungan dalam kandungan, mulai dari konsepsi sampai lahir yang meliputi gizi pada waktu ibu hamil, posisi janin, pengunaan obat-obatan , alkohol atau kebiasaan merokok. Faktor lingkungan pasca lahir yang mempengaruhi tumbuh kembang anak meliputi budaya lingkungan, sosial ekonomi, keluarga. nutrisi, posisi anak dalam keluarga dan status kesehatan. Faktor hormonal yang berperan dalam tumbuh kembang anak antara lain. somatotrofin (growth Hormon) yang berperan alam mempengaruhi pertumbuhan tinggi badan, dengan menstimulasi terjadinya poliferasi sel kartigo dan sistem skeletal. Hormon tiroid menstimulasi metabolisme tubuh, glukokartikoid menstimulasi pertumbuhan sel interstisial dari testis untuk memproduksi testosterone dan ovarium untuk memproduksi esterogen selanjutnya hormone tersebut menstimulasi perkembangan seks baik pada anak laki-laki maupun perempuan yang sesuai dengan peran hormonnya. C. Konsep Hospitalisasi 1. Pengertian hospitalisasi Hospitalisasi merupakan suatu alasan dimana seseorang berada di Rumah Sakit sebagai pasien untuk melaksanakan pemeriksaan diagnostik, prosedur operasi, perawatan medis, pemberian obat dan menstabilkan atau pemantauan kondisi tubuh. Hospitalisasi merupakan suatu kondisi yang krisis saat anak berada di Rumah Sakit.(Dewi, 2018) Hospitalisasi terjadi karena anak berusaha menyesuaikan lingkungan yang baru yaitu Rumah Sakit, kondisi tersebut menjadi stressor bagi anak, orang tua, dan keluarga dan bisa menjadi masalah besar yang menimbulkan ketakutan dan kecemasan. Sehingga menyebabkan perubahan fisiologis dan psikologis jika anak tidak mampu beradaptasi terhadap perubahan tersebut. 8



Respon fisiologis yang muncul seperti perubahan pada sistem kardiovskuler denyut jantung meningkat, perubahan pola nafas yang semakin cepat. Hospitalisasi juga membuat nafsu makan menurun, pusing, hingga insomnia. Perubahan perilaku juga terjadi seperti gelisah, rewel, menangis, memberontak, menarik diri hingga waspada terhadap lingkungan. Hal-hal ini yang menyebabkan anak tidak nyaman dan menggangu proses perawatan serta pengobatan pada anak. 2. Dampak hospitalisasi Hospitalisasi juga berdampak pada perkembangan anak. Anak yang sakit dan dirawat di Rumah Sakit akan mengalami kecemasan dan ketakutan. Dampak jangka pendek dari kecemasan dan ketakutan apabila tidak segera ditangani maka akan membuat anak melakukan penolakan terhadap tindakan keperawatan dan pengobatan sehingga memperlama hari rawat, memperberat kondisi anak dan dapat menyebabkan kematian. Dampak jangka panjang dari anak sakit apabila tidak segera ditangani akan menyebabkan kesulitan, kemampuan membaca yang memburuk, menurunnya kemampuan intelektual, serta mengalami gangguan bahasa dan perkembangan kognitif. D. Konsep Kecemasan 1. Pengertian Kecemasan Kecemasan merupakan suatu perasaan yang tidak pasti yang berkaitan dengan penilaian terhadap sesuatu yang berbahaya. Kecemasan merupakan perasaan khawatir atau ketakutan dan kegelisahan terhadap suatu ancaman. Kondisi ini dirasakan secara subjektif. (Dewi, 2018) 2. Tingkat Kecemasan Menurut Pasaribu dalam (Chrisnawati & Aldino, 2019) “Kecemasan ada empat tingkatan dengan penjelasan dan efeknya sebagai berikut: a.



Ansietas Ringan Ansietas ringan terjadi saat ketegangan hidup sehari-hari. Selama tahap ini seseorang waspada dan lapangan persepsi meningkat. Kemampuan seseorang untuk melihat, mendengar, dan menangkap lebih dari sebelumnya. Jenis ansietas ringan dapat memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitas.



b. Ansietas Sedang



9



Ansietas sedang dimana seseorang hanya berfokus pada hal yang penting saja lapang persepsi menyempit sehingga kurang melihat, mendengar, dan menangkap. Seseorang memblokir area tertentu tetapi masih mampu mengikuti perintah jika diarahkan untuk melakukannya. c. Ansietas Berat Ansietas berat ditandai dengan penurunan yang signifikan di lapang persepsi. Cenderung memfokuskan pada hal yang detail dan tidak berfikir tentang hal lain. Semua perilaku ditunjukan untuk mengurangi ansietas, dan banyak arahan yang dibutuhkan untuk fokus pada area lain. d. Panik Dikaitkan dengan rasa takut dan teror, sebagian orang yang mengalami kepanikan tidak dapat melakukan hal-hal bahkan dengan arahan. Gejala panik adalah peningkatan aktivitas motorik, penurunan kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyempit, dan kehilangan pemikiran rasional. Orang panik tidak mampu berkomunikasi atau berfungsi secara efektif. Kondisi panik yang berkepanjangan akan menghasilkan kelelahan dan kematian. Tapi panik dapat diobati dengan aman dan efektif.”. Menurut (Saputro & Fazris, 2017) dalam (Chrisnawati & Aldino, 2019) “Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS), pertama kali dikembangkan oleh Max Hamilton pada tahun 1956, untuk mengukur semua tanda kecemasan baik psikis maupun somatik. HARS terdiri dari 14 item pertanyaan untuk mengukur tanda adanya kecemasan pada anak dan orang dewasa.” Skala HARS penilaian kecemasan terdiri dari 14 item, meliputi: a. Perasaan Cemas, firasat buruk, takut akan pikiran sendiri, mudah tersinggung. b. Ketegangan: merasa tegang, gelisah, gemetar, mudah menangis, dan lesu, tidak bisa istirahat tenang, dan mudah terkejut. c. Ketakutan: takut terhadap gelap, terhadap orang asing, bila ditinggal sendiri, pada binatang besar, pada keramain lalu lintas, dan pada kerumunan orang banyak.



10



d. Gangguan tidur: sukar memulai tidur, terbangun pada malam hari, tidur tidak pulas, bangun dengan lesu, banyak mimpi-mimpi, mimpi buruk, dan mimpi menakutkan. e. Gangguan kecerdasan: daya ingat buruk, susah berkonsentrasi. f. Perasaan depresi: hilangnya minat, berkurangnya kesenangan pada hobi, sedih, bangun dini hari, perasaan berubah-ubah sepanjang hari. g. Gejala somatik: sakit dan nyeri otot, kaku, kedutan otot, gigi gemerutuk, suara tidak stabil. h. Gejala sensorik: tinitus, penglihatan kabur, muka merah atau pucat, merasa lemas, dan perasaan ditusuk-tusuk. i. Gejala kardiovaskuler: berdebar, nyeri di dada, denyut nadi mengeras, perasaan lesu lemas seperti mau pingsan, dan detak jantung hilang sekejap. j. Gejala pernapasan: rasa tertekan di dada, perasaan tercekik, sering menarik napas, napas pendek/ sesak. k. Gejala gastrointestinal: sulit menelan, perut melilit, gangguan pencernaan, nyeri sebelum dan sesudah makan, perasaan terbakar di perut, kembung, mual, muntah, buang air besar lembek, berat badan turun, susah buang air besar. l. Gejala urogenital : sering kencing, tidak dapat menahan air seni, amenorrhoe, menorrhagia, frigid, ejakulasi praecocks, ereksi lemah, dan impotensi. m. Gejala otonom: mulut kering, muka merah, mudah berkeringat, pusing, dan bulu roma berdiri. n. Perilaku sewaktu wawancara: gelisah, tidak tenang, jari gemetar, kerut kening, muka tegang, tonus otot meningkat, napas pendek cepat, dan muka merah. Cara penilaian kecemasan adalah dengan memberikan nilai dengan kategori: 0= tidak ada gejala sama sekali 1= satu gejala yang ada 2= sedang/separuh gejala yang ada 3= berat/ lebih dari separuh gejala yang ada 4= sangat berat semua gejala ada 11



Penentuan derajat kecemasan dengan cara menjumlahkan skor 1-14 dengan hasil: Skor kurang dari 14 = tidak ada kecemasan Skor 14-20 = kecemasan ringan Skor 21-27 = kecemasan sedang Skor 28-41 = kecemasan berat Skor 42-52 = kecemasaan berat sekali E. Mekanisme 1.



Identifikasi Pertanyaan a. Analisa PICOT P (Problem and Patient)



: Anak usia pra sekolah yang mengalami hospitalisasi



masalah dengan



rentang



I (Intervention)



umur 3 s.d 6 tahun. : Terapi bermain (mewarnai dan



C (Comparation) O (Outcome)



puzzle) : Tidak ada perbandingan : Masalah hospitalisasi (kecemasan,ketegangan,gelisah) menurun : Dilakukan pada hari Kamis, 07



T (Time)



April 2021 pukul 10.00 WITA ± 30 menit. b. Pertanyaan Klinis Apakah ada efektifitas pemberian terapi bermain (mewarnai,puzzle) pada penurunan kecemasan,ketegangan dan gelisah anak yang mengalami masalah hospitalisasi?



12



F. Ekstraksi Data dan Critical Appraisal Tabel 1 Ekstraksi Data dan Critical Appraisal No . 1.



Peneliti



Sampel



Desain/ Seleksi responden Fitriani, W., Santi, Pengambilan sampel Penelitian ini E., & Rahmayanti, menggunakan teknik merupakan penelitian D. (2017) consecutive sampling dengan pra-eksperimental jumlah 14 responden dengan One Group pre-post test design



2.



Hartini, S., & Jumlah sampel sebanyak 36 Penelitian quasy Terapi mewarnai Winarsih, B. D. responden anak pra sekolah di experiment dengan (2019) ruang Bogenvile RSU KUDUS menggunakan bentuk rancangan one group pre test- post test



13



Intervensi Pemberian terapi menggunakan permainan puzzle terhadap penurunan tingkat kecemasan pada anak usia prasekolah (3-6 tahun)



Hasil temuan/ Kesimpulan Hasil penelitian menggunakan wilcoxon sign rank test didapatkan p-value 0,005 menunjukkan bahwa terapi bermain puzzle memberikan pengaruh terhadap penurunan tingkat kecemasan pada anak usia prasekolah yang menjalani kemoterapi di ruang Hematologi Onkologi Anak RSUD Ulin Banjarmasin Analisis pada penelitian ini menggunakan analisis univariat dan bivariat, dengan korelasi Willcaxon dan sebelumnya menggunakan uji normalitas Saphiro Wilk. Hasil penelitian menunjukkan tingkat



Level Penelitian Level II Single Nonrando mize Trial



Level II Single Nonrando mize Trial



3.



Maghfuroh, L. (2018)



Populasi penelitian 50 anak dan sample 40 anak dengan tehnik Simple Random Sampling



Penelitian ini menggunakan onegroup pra-post test design tanpa control



4



Handayani, D. O.,



Subjek penelitian adalah 32 Penelitian



Penelitian ini untuk mengetahui pengaruh metode puzzle terhadap perkembangan motorik halus anak pra sekolah



ini Penelitian



14



ini



kecemasan sebelum dilakukan terapi mewarnai 63,9% tidak cemas, 11,1% cemas sedang dan 25% cemas ringan. Sedangkan setelah terapi mewarnai 86,1% tidak cemas dan 13,9% cemas ringan. Berdasarkan hasil uji statistic diperoleh nilai p=0,428(z hitung=3,051), sehingga tidak terdapat perbedaan antara tingkat kecemasan anak usia prasekolah saat hospitalisasi sebelum dan setelah dilakukan terapi bermain mewarnai gambar Setelah data terkumpul dengan menggunakan DDST selanjutnya dianalisa. Hasil penelitian ini menunjukkan ada pengaruh metode bermain puzzle terhadap perkembangan motorik halus diketahui p sign = 0,001 dimana nilai signifikan p < 0,05 Hasil penelitian



Level II Single Nonrando mize Trial



Level II



Yunita, N., & Maulidatif, E. (2019)



anak, sampel 30 accidental sampling



anak, merupakan penelitian pra-eksperimen dengan menggunakan bentuk rancangan one group pre test- post test



bertujuan untuk menganalisis pengaruh terapi bermain puzzle terhadap tingkat kecemasan pada anak usia sekolah yang dirawat di RS Bhakti Rahayu



menunjukkan bahwa setelah dilakukan 11 anak (36,7%) dan anak dalam kondisi normal sebanyak 19 anak (63,3%). Analisis uji Mc Nemar p