Proposal SAP Pingsan Kel 1 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

SATUAN ACARA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN DAN PROMOSI KESEHATAN “PERTOLONGAN PERTAMA PADA PINGSAN” Pembimbing : Dwi Setyorini, S.Kep., Ns., M.Biomed



Disusun oleh KELOMPOK 1 1. Agustina purwitasari



(201801001)



2. Aisah cahyaningsih



(201801002)



3. Andika Rifky M.



(201801009)



4. Hani murdiana



(201801049)



5. Mia fitria anggraeni



(201801066)



PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN STIKES KARYA HUSADA KEDIRI TAHUN AKADEMIK 2020/2021



LEMBAR PERSETUJUAN PENGAPDIAN MASYARAKAT PENDIDIKAN & PROMOSI KESEHATAN PERTOLONGAN PERTAMA PADA PINGSAN Oleh :



1. 2. 3. 4. 5.



Agustina purwitasari Aisah cahyaningsih Andika Rifky M. Hani murdiana Mia fitria anggraeni



(201801001) (201801002) (201801009) (201801049) (201801066)



Menyetujui untuk dilakukan FieldWork Pembimbing



Perwakilan Kelompok



(Dwi Setyorini, S.Kep., Ns., M.Biomed)



(Andyka Rifky M.)



NIDN : 07-0404-8101



NIM : 201801009 Mengetahui



Ketua Prodi Sarjana Keperawatan STIKES Karya Husada Kediri



(Farida Hayati, S.Kp.,M.Kep) NIDN :



HALAMAN PENGESAHAN PENGABDIAN MASYARAKAT Judul Kegiatan



: Pendidikan & Promosi Kesehatan Pertolongan Pertama Pada Pingsan



Pelaksana



1. Agustina purwitasari 2. Aisah cahyaningsih 3. Andika Rifky M. 4. Hani murdiana 5. Mia fitria anggraeni



:



(201801001) (201801002) (201801009) (201801049) (201801066)



Program Studi



: S1 Keperawatan



Dosen Pembimbing



: Dwi Setyorini, S.Kep., Ns., M.Biomed



Tempat



: Rumah masing-masing



Tanggal



: 28 September 2020 Kediri, 23 September 2020 Pembimbing



Perwakilan Kelompok



( Dwi Setyorini, S.Kep., Ns., M.Biomed)



(Andyka Rifky M. )



NIDN : 07-0404-8101



NIM : 201801009 Mengetahui Menyetujui



Ketua Prodi Sarjana Keperawatan STIKES Karya Husada Kediri



(Farida Hayati, S.Kp.,M.Kep) NIDN :



KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah- Nya yang tiada tertandingi sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan pendidikan & promkes dengan judul “Pendidikan & Promosi Kesehatan Pertolongan Pertama Pada Pingsan” Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian laporan pendidikan dan promosi kesehatan ini teruatama kepada pihak 1.



Ibu Ita Eko Suparni, SSiT., M.Keb, selaku ketua STIKES Karya Husada Kediri.



2.



Ibu Farida Hayati, S.Kep., M.Kep selaku Ketua Prodi S1 Keperawatan STIKES Karya



Husada Kediri. 3.



Ibu Dwi Setyorini, S.Kep., Ns., M.Biomed selaku Pemibimbing yang telah banyak



memberikan bimbingan, pengarahan, motivasi yang sangat membantu kami dalam pembuatan laporan pendidikan dan promosi kesehatan ini. 4.



Semua pihak yang telah bekerjasama terutama anggota kelompok ini, yang telah



memberikan dukungan dalam penyusunan laporan ini. Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu dengan segala kerendahan hati penuh mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun. Semoga proposal ini dapat bermanfaat untuk pembaca dan penulis, Aamiin. Kediri, 23 Septermber 2020



Penulis,



DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL LEMBAR PERSETUJUAN HALAMAN PENGESAHAN KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah 1.3 Tujuan 1.4 Manfaat BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian 2.2 Etiologi 2.3 Patofisiologi 2.4 Klasifikasi 2.5 Manifestasi 2.6 Komplikasi 2.7 Pemeriksaan diagnostic 2.8 Penatalaksanaan 2.9 Pemeriksaan fisik & penunjang 2.9 Pertolongan Pertama Saat Pingsan BAB 3 STRATEGI PELAKSANAAN 3.1 Sususan Keanggotaan 3.2 Satuan Acara Penyuluhan BAB 4 PELAKSANAAN KEGIATAN BAB 5 PENUTUP 5.1 Kesimpulan 5.2 Saran



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gawat artinya mengancam nyawa, sedangkan darurat adalah perlu mendapatkan penanganan atau tindakan segera untuk menghilangkan ancaman nyawa korban. Jadi, gawat darurat adalah keadaan yang mengancam nyawa yang harus dilakukan tindakan segera untuk menghindari kecacatan bahkan kematian korban (Hutabarat & Putra, 2016). Menurut BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) (2014) salah satu kriteria kegawatdaruratan pada bagian kardiovaskulaer (jantung dan pembuluh darah) adalah pingsan. Pingsan (sinkop) adalah hilangnya kesadaran disebabkan oleh penurunan sementara aliran darah ke otak (Ginsberg, 2008). Tiga persen sampai lima persen kasus yang masuk ke IGD (Instalasi Gawat Darurat) adalah karena pingsan dan pingsan menempati jumlah 1%-3% dari total pasien yang masuk rumah sakit. Dua puluh lima persen pasien pingsan dapat ditegakkan diagnosisnya setelah pemeriksaan fisik sedangkan pada 40% pasien pingsan belum diketahui penyebabnya. Pingsan dapat terjadi karena kurang aliran darah ke otak, sehingga terjadi penurunan perfusi serebral. Sebelum terjadinya pingsan akan ada episode presinkop. Tanda-tanda pingsan dilaporkan pasien seperti kram, mata berkunang, pusing, pandangan melayang, terlihat pucat, merasa sesak (stress pernapasan) dan telinga berdengung. Seseorang yang mengalami pingsan disebabkan oleh beberapa hal yaitu lingkungan yang panas, berdiri terlalu lama, nyeri, sakit, marah, berdiri, puasa, kelelahan dan menggunakan obatobatan. Bahwa 50 % dari populasi orang di bumi pernah mengalami pingsan dalam hidup mereka, baik itu pingsan yang diketahui penyebabnya maupun pingsan yang tidak diketahui penyebabnya. Sebanyak 35% anak pernah mengalami kejadian pingsan dalam hidupnya. Behrman (2000) mengatakan 25% pasien anak pernah menerima perawatan di ruang kegawatdarutan rumah sakit dan 10% pernah melakukan panggilan kegawatdarutan. Kejadian pingsan biasanya sering dialami oleh siswa SD, SMP, dan SMA yang sedang menjalankan upacara bendera setiap hari Senin ataupun saat sedang berolah raga. Seseorang dapat mengalami pingsan karena lingkungan yang panas atau terpapar sinar matahari langsung, kelelahan, dan berdiri terlalu lama. Oleh karena itu, perlu pengetahuan yang baik bagi pendidik ataupun guru untuk menangani siswa yang mengalami pingsan saat di sekolah.



Penanganan pingsan yang benar harus dilakukan secara cepat dan tepat. Siswa yang pingsan harus diposisikan supinasi dan dibawa ketempat yang teduh terlebih dahulu. Setelah itu, tinggikan posisi kaki 15 cm sampai 25 cm dari letak jantung agar darah mengalir ke otak, longgarkan pakaian bagian atas, usapkan kain basah atau dingin ke muka, kemudian periksa tanda-tanda vital dan adanya cedera. Guru hanya melakukan 2 penanganan dari yang seharusnya 5 penanganan pada pingsan. Menurut Smith (2006) apabila pasien sudah terlihat sadar segera diberi minuman yang manis agar meningkatkan glukosa darah, dan segera bawa ke rumah sakit jika pasien belum kembali pada keadaan sadar atau masih tetap pingsan. Berdasarkan studi pendahuluan dan teori terdapat perbedaan yaitu guru sekolah belum tahu penanganan pingsan dengan benar. Penanganan pingsan yang benar berdasarkan teori, seseorang yang pingsan posisi kaki harus ditinggikan dari jantung, melonggarkan pakaian dan penanganan yang lainnya. Akan tetapi guru maupun siswa belum memahami penanganan pingsan dengan benar. Pingsan apabila tidak ditangani akan berefek serius. Anak yang lebih muda pingsan dapat berisiko pada kematian sekalipun pada orang yang sehat bisa juga menyebabkan kematian tiba-tiba setelah episode pingsan. Selain menyebabkan kematian pingsan dapat menyebabkan cedera. Cedera ini terjadi pada 17-35% pasien yang mengalami pingsan, dan pingsan juga sering dicurigai menjadi penyebab aritmia karena cedera akibat pingsan yang serius. Untuk mengurangi angka kematian dan kesakitan perlu melakukan pertolongan pertama yang cepat dan tepat. Dalam melakukan promosi kesehatan bisa menggunakan media promosi kesehatan sebagai alat bantu pendidikan seperti media cetak, media elektronik dan media papan untuk mempermudah menerima pesan-pesan bagi masyarakat (Notoatmodjo, 2007). 1.2 Rumusan Masalah 1.2.1



Apa definisi dari pingsan ?



1.2.2



Bagaimana etiologi dari pingsan ?



1.2.3



Bagaimana patofisiologi pingsan ?



1.2.4



Bagaimana klasifikasi pingsan ?



1.2.5



Bagaimana manifestasi klinis pingsan?



1.2.6



Apa saja komplikasi pingsan?



1.2.7



Bagaimana pemeriksaan diagnostic pingsan ?



1.2.8



Bagaimana penatalaksanaan pingsan ?



1.2.9



Bagaimana pemeriksaan fisik & penunjang pingsan ?



1.2.10 Bagaimana pertolongan pertama pada orang pingsan ?



1.3 Tujuan 1.3.1



Tujuan umum Setelah dilakukan penyuluhan tentang pertolongan pertama pada siswa pingsan selama ±35 menit diharapkan peserta mengetahui, mengambil keputusan, dan mengaplikasikan tentang pertolongan pertama pada siswa yang pingsan.



1.3.2



Tujuan khusus Setelah diberikan penyuluhan selama ±35 menit diharapkan peserta mampu : 1. Menjelaskan definisi pertolongan pertama 2. Menjelaskan definisi pingsan 3. Menjelaskan penyebab pingsan 4. Menjelaskan tanda gejala pingsan 5. Menjelaskan pertolongan pertama pada orang pingsan 6. Menjelaskan cara mengevakuasi pada korban pingsan



1.4 Manfaat 1.4.1



Penulis Dapat digunakan untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam memahami pingsan dan memberitahu bagaimana cara mengevakuasi serta pengaplikasian dalam memberikan pertolongan pertama



1.4.2



Institusi pendidikan Dapat digunakan sebagai informasi bagi institusi pendidikan dalam pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan serta dapat digunakan sebagai sumber bacaan bagi mahasiswa di Stikes Karya Husada Kediri.



1.4.3



Lahan praktik Dapat meningkatkan pengetahuan tentang pertolongan pertama pada pingsan dan menjadikan pengalaman bagi siswa SMA dalam menyikapi jika ada teman yang mengalami pingsan dengan penanganan yang tepat.



BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. DEFINISI Sinkop berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari kata syn dan koptein, Yang artinya



memutuskan.



Sehingga



definisi



sinkop



(menurut European



Society of Cardiology: ESC), adalah suatu gejala dengan karakteristik klinik kehilangan kesadaran



yang



tiba-tiba



dan



bersifat



sementara,



dengan



konsekuensi terjadi pemulihan spontan. Onsetnya relatif cepat dan terjadi pemulihan spontan. Kehilangan kesadaran tersebut terjadi akibat penurunan aliran darah ke system aktivasi reticular yang berlokasi di batang otak, dan akan membaik tanpa membutuhkan terapi kimiawi maupun elektrik. B. ETIOLOGI Faktor yang dapat memicu terjadinya syncope dibagi menjadi 2 yaitu faktor psikogenik (rasa takut, tegang, stres emosional, rasa nyeri hebat yang terjadi secara tiba-tiba dan tidak terduga dan rasa ngeri melihat darah atau peralatan kedokteran seperti jarum suntik) dan faktor non psikogenik (posis duduk tegak, rasa lapar, kondisi fisik yang jelek dan lingkungan yang panas, lembab dan padat). Adapun penyebab syncope paling sering dibedakan menjadi beberapa bagian diantaranya yaitu: 1. Kardiak (Jantung) dan pembuluh dara 



Sumbatan Jantung Gangguan pada jantung bisa disebabkan adanya sumbatan (obstruksi) pada jantung. Sumbatan ini bisa disebabkan gangguan katup jantung, adanya tumor dan pembesaran otot-otot jantung serta penyakitpenyakit jantung.







Listrik Jantung Gangguan listrik jantung menyebabkan gangguan irama dan frekuensi denyut jantung sehingga volume darah yang dipompa ke tubuh dan yang sampai ke otak juga akan berkurang.







Vertebrobasilar sistem



Penyempitan pada pembuluh darah yang dikarenakan faktor umur, merokok, tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, dan diabetes. Sistem vertebrobasilar ini berisiko untuk terjadi penyempitan, dan jika ada gangguan sementara pada aliran darah ke otak tengah (midbrain) dan reticular activating system, pingsan atau syncope mungkin terjadi. 2. Persyarafan o Vasovagal Syncope Di dalam tubuh manusia terdapat sistem reflek pada saraf yang secara tidak sadar reflek saraf ini bisa menyebabkan penurunan tekanan darah mendadak. Vasovagal synsope akibat dari tindakan saraf vagus yang kemudian akan mengirim sinyal ke jantung kemudian memperlambat denyut jantung sehingga seseorang pingsan. Vasovagal sycope ini biasanya dipicu oleh rasa takut, nyeri, cedera, kelelahan dan berdiri terlalu lama. Situasi-situasi lain umumnya menyebabkan denyut jantung untuk sementara melambat dan menyebabkan pingsan seperti mengejan, batuk, bersin (Ocupational syncope) yang dapat menyebabkan vagal response. o Sinus Karotis Sinus Karotis merupakan bagian dari pembuluh darah leher yang sangat sensitif terhadap perubahan fisik dan regangan pembuluh darah pada daerah tersebut. Karena terlalu sensitif, maka hal ini akan mengakibatkan



pengiriman



inpuls



pada



saraf pusat



sehingga



menstimulasi system saraf yang membuat kehilangan kesadaran. 3. Pengaruh posisi tubuh Ortostatik Hypotensi Postural



hypotension



pembuluh-pembuluh



darah



perlu



untuk



mempertahankan kekuatan mereka sehingga tubuh dapat menahan efek-efek dari gravitas (gaya berat) dengan perubahan-perubaha dalam posisi. Ketika posisi tubuh berubah dari berbaring ke berdiri, sistem saraf autonomik meningkatkan kekuatan pada dinding-dinding pembuluh darah, membuat mereka mengerut, dan pada saat yang sama meningkatkan denyut jantung supaya darah dapat dipompa naik ke atas otak yang menyebabkan tekanan



darah yang relatif rendah pada saat berdiri. Hal ini biasa terjadi pada lansia dan ibu hamil. Biasanya pingsan akan terjadi ketika seseorang berdiri dengan cepat dan tidak ada cukup waktu untuk tubuh untuk mengkompensasi. Hal ini membuat jantung berdenyut lebih cepat serta terjadi vasokontraksi pembuluhpembuluh darah untuk mempertahankan tekanan darah tubuh dan aliran darah ke otak. 4. Kekurangan komponen-komponen tubuh o Hipoglikemia Penurunan gula darah tiba-tiba bisa menyebabkan penurunan glukosa yang tersedia untuk fungsi otak. Hal ini dapat dilihat pada penderita diabetes yang cenderung overdosis insulin. Jika orang kehilangan dosis, mungkin tergoda mengambil dosis insulin tambahan untuk menebus dosis yang terabaikan. Dalam kasus tersebut, gula darah cenderung tiba-tiba jatuh, dan membuat orang menjadi shock insulin. o Ketidakseimbangan elektrolit Hal ini dikarenakan perubahan konsentrasi cairan dalam tubuh dan juga secara langsung mempengaruhi tekanan darah dalam tubuh. o Anemia Anemia adalah suatu kondisi kurangnya sel darah merah (eritrosit) lebih spesifiknya adalah hemoglobin (Hb). Hal ini menyebabkan kurangnya jumlah oksigen mencapai otak yang menyebabkan pingsan, dikarenakan Hb tersebut adalah alat transportasi oksigen untuk sampai di sel dalam. Hal ini sel-sel yang ada di otak. 5. Penyebab Lain o Kehamilan Hal ini disebabkan oleh tekanan dari inferior vena cava (vena besar yang mengembalikan darah ke jantung) oleh kandungan yang membesar dan oleh orthostastic hypotension.



o Obat-obatan Obat-obat lain mungkin juga penyebab yang berpotensi dari pingsan atau syncope termasuk yang untuk tekanan darah tinggi yang dapat melebarkan pembuluh-pembuluh darah, antidepressants yang dapat mempengaruhi aktivitas elektrik jantung dan yang mempengaruhi keadaan mental seperti obat-obat nyeri, alkohol, dan kokain. C. PATOFISIOLOGI Pingsan (sinkop) adalah kehilangan kesadaran secara tiba-tiba, biasanya hanya beberapa detik atau menit, karena otak tidak mendapatkan cukup oksigen pada bagian-bagian



otak



yang



penurunankesadaran



aliran



darah,



merupakan pengisian



bagian oksigenasi



kesadaran.



Terdapat



cerebral,



resistensi



serebrovaskuler yang dapat ditunjukkan. Jika iskemia hanya berakhir beberapa menit, tidak terdapat efek pada otak. Iskemia yang lama mengakibatkan nekrosis jaringan otak pada daerah perbatasan dari perfusi antara daerah vaskuler dari arteri serebralis mayor. Patofisiologi dari sinkop terdiri dari tiga tipe: 1. Penurunan



output



jantung



sekunder



pada



penyakit



jantung



intrinsic atau terjadi penurunan klinis volume darah yang signifikan. 2. Penurunan resistensi pembuluh darah perifer dan atau venous return. 3. Penyakit serebrovaskular klinis signifikan yang mengarahkan pada penurunan perfusi serebral. Terlepas dari penyebabnya, semua kategori ini ada beberapa factor umum, yaitu gangguan oksigenasi otak yang memadai mengakibatkan perubahan kesadaran sementara. D. KLASIFIKASI klasifikasi patofisiologikal penyebab pokok syncope. Perbedaan dalam patofisiologi turunnya tekanan darah sistemik diikuti trurunnya alairan darah serebral global sebagai dasar syncope menjadi acuan klasifikasi. Syncope refleks (Neurally-mediated syncope) Vasovagal :  Dimediasi stress emosional: rasa takut, nyeri, instrumentasi, fobia darah  Dimediasi stress ortostatik



Situasional :  Batuk, bersin  Stimulaasi gastrointestinal (menelan,defekasi, nyeri viseral)  Miksi/panca miksi  Pasca latihan  Post prandial  Lainnya (comtohnya tertawa, memainkan alat musik tiup, angkat beban) Syncope sinus carotid Bentuk apikal (tanpa pemicu yang tampak dan atau manifestasi klinis yang atipikal) Syncope akibat hipotensi ortostatik Gangguan otonomik primer:  Gangguan otonomik murni, atrofi sistem multipel. Penyakit parkinson dengan kegagalan otonomik, lewy body dementia Gangguan otonomik sekunder  Diabetes,amiloidosis, uremia, cedera spinal Hipotensi ortostatik diinduksi obat:  Alkohol, vasodilator, diuretik, fenotiazine, antidepresan Deplesi volume  Perdarahan,diare, muntah, Dsb Syncope Kardiak (Kardiovaskular) Aritmia sebagai penyebab primer Bradikardia :  Disfungsi nodus sinus (termasuk sindrom bradikardi/takikardi)  Penyakit pada sistem konduksi atrioventrikular Takikardia :  Supraventrikular



 Ventrikular (Idiopatik, sekuder akibat penyakit jantung struktural atau channelpathies) Drug induced bradikardia dan takiaritmia Penyakit struktural Jantung: penyakit katup, infark miokard akut/iskemia, kardiomiopati obstruktif,



massa



kardiak



(miksoma



atria,



tumor



dsb),



penyakit



perikardium/tamponade, anomali kongenital pada arteri koroner,disfungsi katup prostetik. Penyebab lain: emboli paru, diseksi aorta akut, hipertensi pulmonal. E. MANIFESTASI KLINIS SYNCOPE Tanda gejala syncope bisa dilihat dalam 3 fase yaitu fase pre syncope, fase syncope dan fase post syncope. 



Fase pre syncope Pasien mungkin merasa mual, perasaan tidak nyaman, berkeringat dingin dan



lemah. Mungkin ada perasaan dizziness (kepentingan) atau vertigo (dengan kamar yang berputar), hypernea (kedalaman nafas meningkat) penglihatan mungkin memudar atau kabur, dan mungkin ada perdengaran yang meredam dan sensasisensasi kesemutan dalam tubuh. Fase pre syncope atau hampir pingsan, gejala-gejala yang sama kan terjadi, namun pada fase ini tekanan darah dan nadi turun dan pasien tidak sungguh kehilangan kesadaran. 



Fase syncope Fase syncope ditandai dengan hilangnya kesadaran pasien dengan gejala klinis



berupa: a. Pernafasan pendek, dangkal, dan tidak teratur b. Bradikardi dan hipotensi berlanjut c. Nadi teraba lemah dan gerakan konvulsif pada otot lengan, tungkai dan wajah. Pada fase ini pasien rentan mengalami obstruksi jalan nafas karena terjadinya relaksasi otot akibat hilangnya kesadaran. 



Fase post syncope



Fase terakhir adalah fase post syncope yaitu periode pemulihan dimana pasien kembali pada kesadaranya. Pada fase awal post syncope pasien dapat mengalami disorientasi, mual, dan berkeringat. Pada pemeriksaan klinis didapatkan nadi mulai meningkat dan teraba lebih kuat dan tekanan darah mulai naik. Setelah episode pingsan, pasien harus kembali ke fungsi mental yang normal, meskipun mungkin ada tanda-tanda dan gejala-gejala lain tergantung pada penyebab yang mendasari pingsan. Contohnya jika pasien ada ditengah-tengah serangan jantung, ia mungkin mengeluh nyeri dada atau tekanan dada. F. KOMPLIKASI SYNCOPE Pingsan biasanya tidak berbahaya, tetapi bisa jadi berbahaya bila terjadi di saat atau tempat tertentu, misalnya ketika sedang mengemudi atau berada di tempat yang tinggi. Hal tersebut bisa menyebabkan penderita terjatuh, terbentur dan mengalami cedera. Selain itu, pingsan disebabakan oelh kondisi medis tertentu seperti gangguan pada sistem saraf dan penyakit jantung, perlu mendapatkan penanganan untuk mencegah komplikasi akibat penyakit tersebut. G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK SYNCOPE Selain pemeriksaan fisik, tanda vital dan anamnase, klien syncope juga memerlukan beberapa pemeriksaan untuk menegakkan diagnose dan penyebab syncope diantaranya yaitu: a) EKG Untuk mengetahui adamnya gangguan listrik jantug dan sumbatan pada jantung. b) Holter monitor Untuk mengetahui perubahan dan fluktuasi kondisi jantung serta mengetahui irama dan denyut jantung yang abnormal yang mungkin terungkap sebagai penyebab yang potensial dari pingsan atau syncope. c) Tilt Table Test Tilt table test merupakan pemeriksaan untuk mendiagnosa ortostasic hypotension. Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara menempatkan pasien diatas



meja, kemudian meja dimiringkan secara bertahap dari posisi horisontal hingga posisi vertikal. Selama [pemeriksaan tekanan darah dan nadi terus dipantau sesduai dengan posisi-posisi yang berbeda. d) Masase Carotis Masase carotis dapat mendeteksi penyebab syncope, salah satu dugaanya yaitu aritmia (takikardi). Masase carotis dapat dilakukan untuk menurunkan heart rate. Pemijatan dilakukan di salah satu arteri carotis selama 10 menit dengan maksud untuk merangsang system parasympatis sehingga dapat memperlambat denyut jantung. e) CT Scan Untuk mengetahui adanya lesi dalam otak dan sebagai pencitraan otak. f) Tes Laboratorium diantaranya: Complete Blood Count, tes eletrolit, glukosa darah, tes fungsi ginjal.



H. PENATALAKSAAN Penanganan syncope sebenarnya cukup sederhana yaitu memastikan sirkulasi udara disekitarnya baik selanjutnya menempatkan pasien pada posisi supinasi atau posisi shock (shock position). Kedua posisi ini bisa memperbaiki venous return ke jantung dan selanjutnya meningkat cerebral blood flow. Selain intevensi tersebut pasien dapat diberikan oksigen murni 100% melalui fase mask dengan kecepatan aliran 6-8 liter per menit dan minuman manis. Bila intervensi dapat dilakukan segera maka biasanya kesadaran pasien akan kembali dalam waktu relatif cepat. Pada pasien gangguan irama jantung bisa diberi obat-obatan arytmia seperti golongan beta bloker. Untuk gangguan listrik jantung dan sumbatan bisa diberikan obat-obatan pacemaker (pacu jantung). Tatalaksana kegawatdaruratan medis dilakukan yaitu penilaian tentang jalan nafas (airway), pernafasan (breathing), sirkulasi (circulation), kesadaran (disability). Pada pasien yang mengalami syncope, perlu dimonitor kesadarannya secara berkala dengan melakukan komunikasi verbal dengan pasien. Apbila pasien dapat merespon baik secara verbal maupun non verbal berarti aspek airway dan breathing baik. Aspek circulation dapat dinilai dengan memonitor nadi arteri radialis dan pengukuran tekanan darah.



Adapun pencegahan yang bisa dilakukan pada pasien syncope bergantung pada penyebabnya, mungkin ada kesempatan untuk mencegah serangan-serangan pingsan seperti: a. Pasien-pasien yang telah mempunyai episode vasovagal mungkin sadar atas tanda-tanda peringatan dan mampu untuk duduk atau berbaring sebelum pingsan dan mencegah episode pingsan. b. Untuk pasien-pasien yang lebih tua dengan orthostatic hypotension, menunggu satu detik setelah merubah posisi-posisi mungkin adlah segalanya yang diperlukan untuk mengizinkan refleks-refleks tubuh untuk bereaksi. c. Pemasukan cairan yang memadai mungkin cukup untuk mencegah dehidrasi sebagai penyebab untuk pingsan atau syncope. I. PEMERIKSAAN FISIK DAN PENUNJANG Menurut Dewanto dkk (2009), pemeriksaan fisik dan penunjang untuk pasien syncope adalah sebagai berikut: a. Pemeriksaan jantung yang lengkap dan menyeluruh dapat memberikan gambaran mengenai penyebab syncope. b. Tanda-tanda vital c. Pemeriksaan neurologis sebagai barometer perbaikan ataupun perburukan gejala. Status mental biasanya normal. d. Identifikasi trauma e. Beberapa pemeriksaan bedside dapat membantu menunjukkan sumber syncope f. Pemeriksaan EKG 12 sadapan.



J. PERTOLONGAN PERTAMA PADA PASIEN SYNCOPE Memberikan pertolongan pertama pada orang pingsan adalah cara yang terbaik untuk terhindar dari risiko komplikasi seperti koma dan kerusakan otak. Oleh karena itu, semakin cepat pertolongan diberikan, hasilnhya pun akan semakin baik. Pingsan dapat terjadi kalau otak mendapatkan suplai darah yang dibutuhkan secara temporer.



Penyebabnya bisa tidak ada kaitannya dengan kondisi medis, atau bahkan bisa karena ada kelainan yang serius yang biasanya terjadi di jantung. Beberapa gejala berikut ini menjadi pertanda kalau orang akan pingsan: 



Tidak merespons secara tiba-tiba







Bicara cedal







Detak jantung yang cepat







Kebingungan







Pusing atau pening



Apabila melihat gejala-gejala tersebut ada orang lain, maka wajib waspada dan bisa melakukan berbagai upaya pencegahan agar tidan sampai pingsan. Namun, jika tidak sempat melakukan upaya pencegahan kenali juga langkah pertolongan pertama saat orang pingsan berikut: 



langkah awal dalam memberikan pertolongan pertama saat orang pingsn adalah memastikan keamanan orang. Dalam hal ini, harus membaringkan orang yang pingsan di tempat aman.







Kemudian, angkat kaki mereka setidaknya 30 cm supaya tidal sejajar dengan jantung. Hal ini berguna untuk mengalirkan darah kembali ke otak.







Kalau orangnya memakai baju ketat, segera longgarkan pakaian tersebut. Bisa melepas ikat pinggang, kerah baju hingga dasi yang terlalu mengikat tubuh orang yang pingsan, untuk meminimalkan pertukaran udara yang buruk dengan melonggarkan pakaian ketat. Jangan biarkan pasien dikerumuni terlalu banyak orang, biarkan penderita berbaring dengan tenang dan di udara terbuka, agar tersedia lebih banyak oksigen.







Cobalah untuk menyadarkan. Lakukan dengan menepuknya, memberikan sedikit guncangan pada tubuhnya atau memanggilnya dengan kencang. Hal ini untuk memepercepat pemulihan kesadaran, bila memang yang dialaminya hanyalah pingsan sederhana.







Hubungi petugas kesehatan apabila perlu dan waspadai kerja jantung dan paru. Saat penderita tidak kembali memperoleh kesadarannya setrelah



melakukan hal-hal di atas, segeralah panggil ambulans atau petugas kesehaatan. Harus terus waspada terkait dengan kerja organ jantung dan paru pasien. Ketika anda menemukan bahwa pasien tidak bernafas atau tidak ada denyut jantung di nadi karotis (di samping leher), maka segera resusitasi jantung paru (RJP). Panggil bantuan medis sembari meneruskan siklus RJP. Lakukan RJP dengan cara kompresi dada sebanyak 30 kali, lanjutkan pernafasan buatan sebanyak 2 kali. Lalu, ulangi siklus sampai bantuan datang. Inilah perbedaan tanda bahwa penurunan kesadaran yang terjadi bukanlah ”pingsan biasa”: 



Bibir dan wajah penderita membiru







Detak jantung sangat lemah







Ada keluhan nyeri dada sebelumnya







Nafas terlihat sesak







Sulit dibangunkan







Tampak kebingungan, gelish, tidak menyadari kondisi sekitar.



Behrman, Robert M, Kliegman, Ann M.Arvin, 2000, Ilmu Kesehatan Anak Nelson Volume 3 Edisi 15 .Jakarta: EGC Dewanto G., Dewanto G., Suwono, W. J., Riyanto, B., Turana Y.(2009). Panduan Praktis Diagnosis dan Tatalaksana Penyakit Saraf. Jakarta: EGC Ginsberg L., 2008. Lecture Notes Neurology. Jakarta: Erlangga. Hutabarat, R. Y., & Putra, C. S. (2016). Asuhan Keperawatan Kegawatdaruratan (1st ed.). Bogor: IN MEDIA. Mohamad Kartono,Pertolongan Pertama,Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama,1983. Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta. Smith, Tonu (2006). Dokter Dirumah Anda. Jakarta: Dian Rakyat. http://www.paresmapa.or.id/2018/11/cara-evakuasi-dan-angkat-korban.html?m=1



http://www.ensiklopediapramuka.com/?m=1 https://monosit.wordpress.com/pingsan/ https://www.google.com/amp/s/lifestyle.okezone.com/amp/2014/01/17/486/927821/ pertolongan-pertama-saat-orang-pingsang-ii-habis



BAB 3 STRATEGI PELAKSANAAN 3.1 SUSUNAN KEANGGOTAAN 1. Pelindung : Farida Hayati, S.Kp., M.Kep 2. Dosen pembimbing 1 : Dwi Setyorini, S.Kep., Ns., M.Biomed 3. Anggota Kelompok



: 1. Agustina purwitasari (201801001) 2. Aisah cahyaningsih 3. Andika Rifky M. 4. Hani murdiana 5. Mia fitria anggraeni



(201801002) (201801009) (201801049) (201801066)



3.2 SAP (SATUAN ACARA PEMBELAJARAN) SATUAN ACARA PEMBELAJARAN KEGAWATDARURATAN PADA REMAJA “PERTOLONGAN PERTAMA SISWA PINGSAN” A. Pengantar Pokok bahasan Sub pokok bahasan Sasaran Waktu Hari,tanggal Tempat Penyuluh



: Gawat Darurat : Pertolongan Pertama Pada Siswa Pingsan : Siswa/siswi SMA : 08.00-Selesai : Senin, 28 September 2020 : Rumah masing-masing :



A. Analisa Situasi Saat kegiatan sekolah contohnya upacara kegiatan ini pada umumnya wajib bagi seluruh siswa/i,akan tetapi di kegiatan ini kerap terjadi masalah kesehatan yaitu siswa/i mengalami pingsan,hal ini disebabkan oleh banyak faktor seperti belum sarapan,kondisi kesehatan yang tidak mendukung,cuaca yang panas saat upacara berlanjut.



Memang saat ini diketahui sudah banyak sekolah yang membentuk PMR dan juga fasilitas UKS (Unit Kesehatan Sekolah),akan tetapi masih banyak kesalahan saat pertama kali menanganai korban pingsan. Oleh karena itu kelompok kami akan melakukan penyuluhan mengenai “Pertolongan Pertama pada siswa/i pingsan” kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan upaya pencegahan dan penanganan awal pada siwa/i pingsan. B. Diagnosa Keperawatan Kurangnya pengetahuan tentang cara menangani untuk pertolongan pertama pada pingsan C. Tujuan Tujuan Instruksional Umum Setelah diberikan penyuluhan,diharapkan siswa mampu mengerti, memahami, mengaplikasikan tentang penanganan pertama pada pasien pingsan secara tepat. Tujuan Instruksional Khusus 1. Siswa mampu menjelaskan pengertian pertolongan pertama 2. Siswa mampu menjelaskan pengertian pingsan. 3. Siswa mampu mengidentifikasi penyebab pingsan. 4. Siswa mampu menjelaskan cara pencegahan pingsan. 5. Siswa mampu mempraktikkan dan mengindentifikasi cara penanganan pasien pingsan. 6. Siswa mampu mempraktikkan cara evakuasi korban pingsan. D. Isi Materi (Terlampir) E. Metode 1. Penyuluhan 2. Tanya Jawab F. Media 1. SAP 2. Leaflet 3. Laptop , Layar Proyektor (Power Point) 4. Zoom Metting G. KEGIATAN PENYULUHAN NO . 1.



WAKTU 4 Menit



KEGIATAN PENYULUHAN PEMBUKAAN 1. Memberi salam dan perkenalan 2. Menjelaskan tujuan penyuluhan 3. Menyebutkan materi/ pokok bahasan yang akan



KEGIATAN PESERTA 1. Menjawab salam 2. Mendengarkan,dan memperhatikan pembukaan yang disampaikan oleh moderator dan menjawab pertanyaan



2.



45 Menit



3.



10 Menit



4.



10 Menit



disampaikan 4. Menggali pengetahuan peserta tentang materi yang akan disampaikan PELAKSANAAN  Menjelaskan materi penyuluhan secara berurutan dan secara teratur  Materi : 1. Pengertian pertolongan pertama 2. Pengertian pingsan 3. Penyebab pingsan 4. Pencegahan pingsan 5. Pertolongan pertama pingsan  Demonstrasi 1. Cara evakuasi korban pingsan a. Tanya jawab Memberikan kesempatan kepada peserta untuk bertanya tentang materi yang kurang dipahami. EVALUASI - Meminta siswa/i mengulangi materi : 1. Pengertian pingsan 2. Penyebab pingsan 3. Pencegahan pingsan 4. Pertolongan pertama pingsan 5. Cara evakuasi korban pingsan - Memberikan kesempatan kepada respoden untuk bertanya. - Memberikan kesempatan kepada responde untuk menjawab pertanyaan yang dilontarkan - Memberikan pujian atas keberhasilan responden dalam menjelaskan pertanyaan dan menjawab pertanyaan



- Mendengarkan, memperhatikan, - Peserta menjawab beberapa pertanyaan yang dilontarkan penyaji - Peserta antusias mencatat apa saja yang menurut mereka penting



Mengajukan pertanyaan tentang materi yang kurang dipahami dan seputar pertolongan pertama siswa pingsan - Merespon dengan cara menjawab.



5.



5 Menit



Penutup a) Menjelaskan kesimpulan dari materi penyuluhan b) Ucapan terima kasih c) Salam



- Mendengarkan dan memperhatikan dengan seksama serta menjawab salam



H. Evaluasi 1. Evaluasi Struktural a) Sasaran hadir saat penyuluhan sesuai waktu yang dijadwalkan b) Penyelenggaraan dilaksanakan melalui media ZOOM c) Pengorganisasian penyelenggaraan dilaksanakan sebelumnya 2. Evaluasi Proses a) Sasaran antusias terhadap materi penyuluhan b) Tidak ada sasaran yang meninggalkan tempat penyuluhan sampai acara berakhir c) Sasaran mengajukan pertanyaan dan dapat menyimpulkan hasil penyuluhan 3. Evaluasi Hasil No Evaluasi lisan Respond Audiens Nilai . 1.



Pengertian pingsan



2.



Penyebab pingsan



3.



Pencegahan pingsan



4.



Pertolongan pertama pada siswa pingsan



5.



Cara mengevakusi korban pingsan



MATERI PENYULUHAN (Penyuluhan Kesehatan Tentang Pertolongan Pertama Pada Korban Pingsan di Anak SMA) 1. Pengertian pingsan



Sinkop istilah medis untuk pingsan, didefinisikan sebagai kehilangan kesadaran sementara dan lemahnya / jatuhnya postural tubuh ditandai dengan onset cepat, berdurasi pendek, dan pemulihan spontan akibat hipoperfusi serebral global yang disebabkan oleh hipotensi. Pingsan atau sinkop adalah suatu kondisi kehilangan kesadaran yang mendadak, dan biasanya sementara, yang disebabkan oleh kurangnya aliran darah dan oksigen ke otak. Gejala pertama yang dirasakan oleh seseorang sebelum pingsan adalah rasa pusing, berkurangnya penglihatan, tinitus, dan rasa panas. Selanjutnya, penglihatan orang tersebut akan menjadi gelap dan ia akan jatuh atau terkulai. Jika orang tersebut tidak dapat berganti posisi menjadi hampir horizontal, ia dapat mati karena efek trauma suspensi. Pingsan didefinisikan sebagai gejala hilangnya kesadaran yang mendadak dan sementara, kelemahan otot penyangga tubuh yang kembali normal secara spontan. Vertigo alias pusing tujuh keliling yang menyebabkan jatuh, kepala terasa ringan, perasaan lemah “mau pingsan”, kejang- kejang, semua itu tidak bisa disebut pingsan. Otak adalah organ yang sangat unik. Otak mengonsumsi oksigen secara terus menerus dan membutuhkan sekitar 3,6 ml oksigen per 100 gram jaringan otak per menit. Dan lagi, otak tidak dapat menyimpan energi. Akibatnya ia tergantung pada kelancaran dan suplai dari pembuluh darah di otak. Ketika aliran darah di otak terganggu, kesadaran akan hilang dalam waktu 10 detik. Ada beberapa mekanisme yang menyebabkan aliran darah di otak terganggu. Pertama, gangguan dari organ yang bertugas memompa darah, yakni jantung. Kedua, gangguan pada pipa penyalurnya, yakni pembuluh darah. Tidak seperti pipa PDAM yang tidak elastis, diameter pembuluh darah bisa melebar dan menyempit. Apabila terjadi penurunan tahanan yang mendadak, diameternya bisa melebar seketika. Akibatnya darah tidak tersalurkan dengan baik ke otak, karena terkumpul di tempat lain. Begitu juga kalau ada sumbatan sementara pada pembuluh darah di otak atau penurunan volume darah tubuh. Semuanya menyebabkan aliran darah ke otak berkurang. 2. Penyebab Pingsan Ada 7 penyebab seseorang mudah pingsan diantaranya : a) Anemia



Anemia atau kekurangan jumlah sel darah merah dapat menyebabkan pingsan karena tidak cukup sel darah merah untuk memasok oksigen ke otak. Anemia dapat disebabkan oleh kurangnya asupan zat besi, penyakit atau perdarahan (misalnya, menstruasi berlebihan). b) Reaksi saraf vagus Pingsan kebanyakan dipicu oleh saraf vagus yang menghubungkan sistem pencernaan ke otak dan berperan mengelola aliran darah ke otak dan usus. Overstimulasi saraf vagus memperlambat denyut jantung dan menurunkan tekanan darah sehingga mengurangi asupan darah ke otak yang menyebabkan pingsan. Stres berat, ketakutan, kecemasan, panik, dan rasa sakit yang kuat dapat merangsang saraf vagus. c) Syok Syok adalah kondisi yang ditandai oleh tekanan darah rendah yang kemudian dapat menyebabkan kehilangan kesadaran. Korban syok biasanya terlihat bingung, sebelum kehilangan kesadaran saat kondisinya semakin buruk. d) Perubahan tekanan darah Perubahan tekanan darah dapat menyebabkan pingsan. Kadang-kadang, jantung dan pembuluh darah tidak bereaksi cukup cepat ketika kebutuhan oksigen tubuh berubah. Hal ini sangat umum pada orang tua dan pada orang yang memiliki kondisi kesehatan tertentu, seperti diabetes. Pingsan dapat terjadi bila berdiri terlalu lama atau bekerja lebih keras dari kemampuan. e) Hipoglikemi Kekurangan gula darah atau hipoglikemi dapat membuat pingsan. Hipoglikemi tidak hanya disebabkan oleh diabetes, tetapi juga karena tidak makan untuk waktu yang lama. f) Obat Obat-obatan yang dimaksudkan untuk mengendalikan tindakan tekanan darah tinggi dapat terlalu banyak menurunkan tekanan darah sehingga menyebabkan pingsan. Alkohol, kokain dan ganja juga dapat menyebabkan pingsan. g) Dehidrasi Dehidrasi atau kekurangan cairan dalam tubuh juga dapat menyebabkan pingsan. Dehidrasi dapat disebabkan oleh muntah, diare, demam, berkeringat, luka bakar atau kurang minum. Beberapa penyakit seperti diabetes juga dapat menyebabkan dehidrasi



karena terlalu sering buang air kecil. Muntah dan diare, khususnya, juga merangsang saraf vagus sehingga berefek ganda. h) Panas Pingsan jenis ini terjadi pada orang-orang sehat yang bekerja di tempat yang sangat panas. Biasanya penderita mula-mula merasa jantung berdebar-debar, mual, muntah, sakit kepala, dan pingsan. Keringat yang bercucuran pada orang pingsan di udara yang sangat panas merupakan gejala petunjuk adanya pingsan karena panas. 3. Pencegahan pingsan Untuk mencegah agar jangan sampai pingsan, sewaktu gejalanya terasa masih ringan misalnya jantung terasa berdebar-debar, cobalah gerakkan tungkai atau kaki sambil sekali-kali batuk kecil. Adakalanya cara tersebut dapat dibantu lagi dengan mengalihkan perhatian kita sesaat. Kalau dengan cara tersebut gejala tidak juga berkurang, tetapi justru mulai mengeluarkan keringat dingin dan kepala terasa melayang, lebih baik kita langsung jongkok, menundukkan kepala diantara dua kaki, apabila berbaring usahakan tungkai dapat dinaikkan lebih tinggi dari kepala, minum minuman segar, jangan dipaksakan untuk berdiri dan jalan kalau dirasa belum kuat. Untuk mencegah terjadinya keadaan mudah pingsan yang bukan karena kelainan jantung dapat dilakukan dengan berolahraga seperti jogging, bersepeda, berenang, atau melakukan olahraga dinamis yang menguatkan otot tungkai. Kalau pingsan yang jelas disebabkan oleh kelainan jantung, diajurkan untuk berkonsultasi dengan dokter jantung agar dilakukan pemeriksaan dan pengobatan yang lebih tepat. 4. Pertolongan pertama saat pingsan a) Bawalah penderita ke tempat yang teduh dengan sirkulasi baik (hindarkan dari kerumunan orang). b) Baringkanlah mendatar dengan mengangkat ujung kaki setinggi 45 o (hal itu bertujuan untuk memudahkan darah kembali ke jantung dan otak). c) Longgarkan pakaian atau apapun yang ketat dan menghambat aliran darah. d) Berikanlah stimulus suara, sentuhan atau cubitan untuk membantu mengembalikan kesadaran penderita. e) Hindari stimulus bau-bauan karena kita tidak mengetahui riwayat alergi penderita. f) Hindari memberikan minuman/makanan melalui mulut.



g) Setelah penderita sadar, seringlah mengajak berbicara untuk menjaga kesadarannya (kesempatan ini dapat digunakan untuk mengetahui keluhan dan penyebab pingsan). h) Selanjutnya berikanlah penanganan sesuai dengan penyebabnya. Pengobatan tergantung kepada penyebabnya (aspek ini seringkali dilakukan di rumah sakit apabila diketemukan kondisi berbahaya seperti detak jantung sangat lemah). i) Rujuk ke pelayanan kesehatan terdekat apabila memerlukan pengobatan lanjutan.  TANDA DAN GEJALA PINGSAN 1. Pucat 2. Lemas 3. Mata berkunang-kunang 4. Keringat dingin 5. Mual 6. Kulit dingin dan lembab 5. Cara Evakuasi korban pingsan 1. Pengangkutan tanpa menggunakan alat/tandu



(Gambar 1) Gambar 1 : Evakuasi yang dilaksanakan oleh 1 orang terutama dapat dilakukan oleh anggota pemadan kebakaran untuk menolong penderita yang tidak sadar di dalam gedung yang terbakar atau yang melewati jalan/ lorong sempit.



(Gambar 2) Gambar 2 Cara mengevakuasi korban dengan posisi yang terlentang dan tidak terdapat patah tulang punggung.penolong harus mengatur keseimbangan



posisi. kaki (kuda2) secara benar,berdiri secara bertahap,hingga posisi akhir siap untuk berjalan.



(Gambar 3) Gambar 3 Cara mengevakuasi korban kecelakaan yang dalam posisi tengkurap dan tidak terdapat patah tulang punggung. Posisi penolong seperti dijelaskan di atas, yaitu harus menjaga keseimbangan dengan mengatur posisi kaki (kuda2) secara benar, berdiri secara bertahap, hingga posisi akhir siap untuk berjalan. Pengangkut menggunakan alat 



Alat bantu :  Dengan tenaga manusia - satu orang,dua orang,tiga orang atau empat orang  Dengan tandu - tandu khusus,tandu papan,tandu bambu,atau matras  Dengan kendara – darat,laut,dan udara



 Tahapan : Persiapan,pengangkatan korban ke atas tandu,pemberian selimut pada korban,tata letak korban pada tandu disesuaikan dengan luka atau cidera  Caranya : Harus secara efektif dan efisien dengan dua langkah pokok yaitu gunakan alat tubuh (paha,bahu,panggul),dan beban beban serapat mungkin dengan tubuh korban. Sikap mengangkat usahakan dalam posisi rapi dan seimbang untuk menghindari cidera.posisi siap angkat dan jalan,umumnya posisi kaki korban berada didepan dan kepala posisi lebih tinggi dari kaki. Kecuali menaik – bila tungkai tidak cidera dan menurun – bila tungkai luka atau hipotermia.



Mengangkut kesamping memasukan keambulan kecuali dalam keadaan tertentu-kaki lebih tinggi pada keadaan shock. Contoh cara mengangkat dan mengevakuasi korban :



(Gambar 4) Gambar 4 : Cara mengangkat dan mengevakuasi korban dengan 3 orang yang berada di satu sisi - tangan berada di bawah badan korban. Perhatikan posisi kaki dan cera berdiri hingga siap berjalan membawa pasien. Agar tiga orang penolong dapat bergerak secara serempak maka disarankan salah satu diantaranya agar dapat berperan memberi aba-aba secara pelahan.



(Gambar 5) Gambar 5 : Cara mengangkat dan mengevakuasi korban dengan 3 orang yang berada di sisi berlainan, tangan berada di bawah badan korban dan saling berpegangan.Posisi orang ke dua berada di tengah. Perhatikan posisi kaki dan cera berdiri hingga siap berjalan membawa pasien. Agar tiga orang penolong dapat bergerak secara



serempak maka disarankan salah satu diantaranya agar dapat berperan memberi aba-aba secara pelahan.



(Gambar 6) Gambar 6 : Cara mengangkat dan mengevakuasi korban dengan 4 orang yang berada di sisi berlainan, tangan berada di bawah badan korban dan saling berpegangan.Posisi penolong saling berhadapan di kedua sisi korban - agar lebih kuat menahan beban. Perhatikan posisi kaki dan cera berdiri hingga siap berjalan membawa pasien. Agar tiga orang penolong dapat bergerak secara serempak maka disarankan salah satu diantaranya agar dapat berperan memberi aba-aba secara pelahan.



(Gambar 7) Gambar 7: Dapat pula mengangkat dan mengevakuasi korban dengan 6 orang yang berada di sisi berlainan, tangan berada di bawah badan korban dan saling berpegangan.Posisi penolong saling berhadapan di kedua sisi korban - agar kuat menahan beban.



Perhatikan posisi kaki dan cera berdiri hingga siap berjalan



membawa pasien. Agar tiga orang penolong dapat bergerak secara serempak maka disarankan salah satu diantaranya agar dapat berperan memberi aba-aba secara pelahan.



Cara mengevakuasi dengan tandu :



(Gambar 8 dan 9) Gambar 8 : adalah cara mengangkat penderita dengan kain sprei, perhatikan posisi korban yang tengkurap - terutama jika ada kecurigaan patah tulang punggung. Gambar 9 : posisi penolong yang berjumlah 4 orang pada waktu berjalan membawa korban dengan tandu.