Rancangan Aktualisasi Fatma Siap [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

RANCANGAN AKTUALISASI DAN HABITUASI NILAINILAI DASAR KEDUDUKAN DAN PERAN PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) DALAM NKRI OPTIMALISASI KOMUNIKASI TERAPEUTIK DALAM PELAYANAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PRE OPERATIF DI INSTALASI BEDAH SENTRAL RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA



Disusun Oleh Nama



: Fatma Risda Hidayanti, S.Kep., Ns.



NIP



: 1993092220190222014



Angkatan/ No Presensi



: IV / 20



Jabatan



: Perawat Ahli Pertama



Unit Kerja



: RSUD Dr. Moewardi Surakarta



Coach



: Iswahyudi, SP., MP.



Mentor



: Tutik Nurani, S.Kep., Ns., MM.



PELATIHAN DASAR CPNS GOLONGAN III ANGKATAN IV BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2020



i



HALAMAN PERSETUJUAN RANCANGAN AKTUALISASI DAN HABITUASI NILAI-NILAI DASAR KEDUDUKAN DAN PERAN PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) DALAM NKRI PELATIHAN DASAR CPNS GOLONGAN III ANGKATAN IV OPTIMALISASI KOMUNIKASI TERAPEUTIK DALAM PELAYANAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PRE OPERATIF DI INSTALASI BEDAH SENTRAL RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA



Nama : Fatma Risda Hidayanti, S.Kep., Ns NIP : 1993092220190222014 No. Presensi : 20 Dinyatakan disetujui untuk diseminarkan pada: Hari Tanggal Tempat



: Jum’at : 24 Januari 2020 : BPSDMD Provinsi Jawa Tengah



Semarang, 23 Januari 2020 Menyetujui, Coach



Mentor



Iswahyudi, SP., MP. Pembina / IVa NIP. 19701028 200012 1 002



Tutik Nurani, S.Kep., Ns., MM. Kasi Sumber Daya Pelayanan Keperawatan RSUD Dr Moewardi Surakarta NIP. 19660421 198511 2 001



ii



HALAMAN PENGESAHAN RANCANGAN AKTUALISASI DAN HABITUASI NILAI-NILAI DASAR KEDUDUKAN DAN PERAN PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) DALAM NKRI PELATIHAN DASAR CPNS GOLONGAN III ANGKATAN IV OPTIMALISASI KOMUNIKASI TERAPEUTIK DALAM PELAYANAN KEPERAWATAN PADA PASIEN PRE OPERATIF DI INSTALASI BEDAH SENTRAL RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA Nama



: Fatma Risda Hidayanti, S.Kep., Ns.



NIP



: 1993092220190222014



NDH



: 20



Telah diseminarkan dan disempurnakan sesuai arahan Penguji/Narasumber, Coach dan Mentor pada: Hari/ Tanggal : Jum’at/ 24 Januari 2020 Tempat



: BPSDMD Provinsi Jawa Tengah Mengesahkan,



Coach



Mentor



Iswahyudi, SP., MP. Pembina / IVa NIP. 19701028 200012 1 002



Tutik Nurani, S.Kep., Ns., MM. Kasi Sumber Daya Pelayanan Keperawatan RSUD Dr Moewardi Surakarta NIP. 19660421 198511 2 001 Penguji/ Narasumber



Ir. Wardi Astuti., M.Pd. Pembina Utama Madya/ IVd NIP. 19660818 199203 2 015



iii



PRAKATA



Pertama peserta ingin mengucapkan syukur kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat dan karuniaNya peserta dapat menyelesaikan rancangan aktualisasi dengan judul “Optimalisasi Komunikasi Terapeutik Dalam Pelayanan Keperawatan Pasien Pre Operatif di Instalasi Bedah Sentral RSUD Dr. Moewardi Surakarta Provinsi Jawa Tengah”. Rancangan aktualisasi ini diharapkan dapat digunakan sebagai pedoman peserta sendiri secara khusus dan bagi perawat bedah secara umum dalam melakukan aktualisasi yang mencerminkan nilai-nilai dasar profesi Pegawai Negri Sipil (PNS) yang terdiri dari akuntabilitas, nasionalisme, etika publik, komitmen mutu, dan anti korupsi (ANEKA). Rancangan aktualisasi ini tidak akan tersusun dengan baik tanpa bantuan dan dorongan dari pihak lain, maka pada kesempatan ini peserta mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu secara langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan rancangan aktualisasi ini. Ungkapan terima kasih peserta sampaikan kepada: 1. Drs.



Muhammad



Arief



Irwanto,



M.Si.



selaku



Kepala



Badan



Pengembangan Sumber Daya Manusia Daerah Provinsi Jawa Tengah yang telah mendukung kegiatan pendidikan dan pelatihan dasar CPNS; 2. Dr. Cahyono Hadi, Sp. OG. selaku Direktur RSUD Dr. Moewardi yang telah memberi kesempatan untuk mengikuti Latihan dasar CPNS Golongan III. 3. Ibu Ir. Wardi Astuti, M.Pd. selaku Narasumber yang memberikan saran, masukan perbaikan untuk penyempurnaan rancangan aktualisasi ini sehingga dapat diterapkan dengan lebih baik; 4. Bapak Iswahyudi, SP., MP. selaku coach yang senantiasa dengan sabar membimbing dan memberikan arahan dalam menyusun rancangan aktualisasi ini; 5. Ibu Tutik Nurani, S.Kep., Ns., MM. selaku mentor yang telah memberikan bimbingan, dukungan dan arahan kepada peserta dalam penyusunan rancangan aktualisasi ini.



iv



6. Keluaga besar staf dan karyawan RSUD Dr. Moewardi Surakarta; 7. Seluruh Widyaiswara dan Binsuh yang telah memberikan ilmu dan bimbingannya selama kegiatan pelatihan Dasar CPNS Golongan III Angkatan IV; 8. Panitia Penyelenggara Pelatihan Dasar CPNS Golongan III Provinsi Jawa tengah yang telah bekerja keras dalam mensukseskan Latsar ini; 9. Keluarga yang selalu memberikan doa dan dukungannya untuk peserta; 10. Seluruh rekan-rekan peserta LATSAR golongan III Angkatan IV tahun 2020



Peserta menyadari bahwa penyusunan rancangan aktualisasi ini masih terdapat banyak kekurangan. Kritik dan saran yang membangun sangat peserta harapkan. Semoga rancangan ini dapat dijadikan dasar dalam pelaksanaan dan pelaporan aktualisasi dan habituasi nilai-nilai dasar PNS dan memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi semua pihak yang membutuhkan dan dapat menambah wawasan bagi yang membaca.



Semarang, 23 Januari 2020



Penulis



v



DAFTAR ISI



HALAMAN JUDUL……………………………………….…………



i



HALAMAN PERSETUJUAN......................................................



ii



LEMBAR PENGESAHAN..........................................................



iii



PRAKATA………………………………………............................



iv



DAFTAR ISI…………………………………..………....................



vi



DAFTAR TABEL....…………………………………………………



viii



DAFTAR GAMBAR...………………………………………..……..



ix



BAB I PENDAHULUAN……………………………………...…....



1



A. Latar Belakang………………...................................



1



B. Identifikasi Isu …………….......................................



3



C. Dampak Jika Isu tidak Diselesaikan………………………………….............



7



D. Rumusan Masalah…………………………………....



7



E. Tujuan..…………………………………………………



7



F. Manfaat…………………………………………………



8



BAB II LANDASAN TEORI…………………………………………



9



A. Sikap dan Perilaku Bela Negara……………………..



9



B. Nilai Dasar Pegawai Negeri Sipil…………………….



11



C. Kedudukan dan Peran PNS dalam NKRI…………...



26



D. Tinjauan Umum Tentang Komunikasi Terapeutik dalam Pelayanan Keperawatan……………………… BAB III PROFIL UNIT KERJA DAN TUGAS PESERTA….…….



31 40



A. Profil Organisasi ….…………………………………...



40



1. Dasar Hukum Pembentukan Organisasi………...



40



2. Visi Misi dan Nilai Organisasi……………………..



43



3. Struktur Organisasi…………………………………



43



4. Deskripsi SDM, Sarpras, dan Sumber Daya Lainnya………………………………………………



46



B. Tugas dan Jabatan Peserta Diklat..…………………



50



vi



C. Role Model…………................................................. BAB IV RANCANGAN KEGIATAN AKTUALISASI……………...



53 54



A. Daftar Rancangan Kegiatan Aktualisasi dan Keterkaitan dengan NilaiANEKA…….....................



54



B. Jadwal Rencana Pelaksanaan Kegiatan Aktualisasi dan Habituasi……………………………



68



C. Antisipasi dan Strategi Menghadapi Kendala……..



69



BAB V PENUTUP………………………………………………….



71



DAFTAR PUSTAKA……………………………………………….



73



DAFTAR RIWAYAT HIDUP………………………………………



75



vii



DAFTAR TABEL



Tabel 1.1 Hasil Identifikasi Isu di RSUD Dr Moewardi Surakarta ........



3



Tabel 1.2 Identifikasi isu dengan metode APKL dan USG ..................



6



Tabel 3.1 Susunan Pegawai RSUD Dr. Moewardi……………….. ...... 46 Tabel 3.2 Sarana RSUD Dr. Moewardi……………………………… .... 47 Tabel 3.3 Prasarana RSUD Dr. Moewardi…………………………. ..... 48 Tabel 4.1 Rancangan Kegiatan Aktualisasi dan Habituasi .................. 56 Tabel 4.2 Jadwal Rancangan Aktualisasi dan Habiatuasi ................... 68 Tabel 4.3 Antisipasi dan Strategi Menghadapi Gejala ......................... 69



viii



DAFTAR GAMBAR Gambar 3.1 Susunan Organisasi…………………………………… ....... 45 Gambar 3.2 Role model ....................................................................... 53



ix



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat PNS adalah warga negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, diangkat sebagai Pegawai Negri Sipil secara tetap oleh pejabat pembina kepegawaian untuk menduduki jabatan pemerintahan. Pegawai Negri Sipil memiliki peranan yang menentukan dalam mengelola sumber daya di Indonesia. Untuk dapat menjalankan peranannya pada jalur yang benar dan profesional, maka setiap PNS harus senantiasa menanamkan nilai-nilai dasar dalam segala tugasnya. Menurut UU No. 5 tahun 2014 tentang ASN pasal 63-64 dan PP no 11 tahun 2017 tentang manajemen PNS pasal 34-35 CPNS wajib menjalani masa percobaan, masa percobaan melalui proses pendidikan dan latihan terintegrasi. Masa pecobaan dilaksanakan selama 1 tahun. Tujuannya adalah untuk membangun integritas moral, kejujuran, semangat dan motivasi nasionalisme dan kebangsaan, karakter kepribadian yang unggul dan bertanggungjawab, dan memperkuat profesionalisme serta kompetensi bidang. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai negeri Sipil (PNS), ditetapkan bahwa salah satu jenis Diklat yang strategis untuk mewujudkan PNS yang professional adalah melalui Diklat Prajabatan/Pelatihan Dasar. Hal ini diperlukan dalam rangka menanamkan nilai-nilai dasar profesi PNS. Kompetensi inilah yang berperan dalam membentuk karakter PNS yang professional di masyarakat. Masa percobaan selama 1 (satu) tahun yang wajib dijalani oleh CPNS melalui proses pendidikan dan pelatihan diatur dalam peraturan Lembaga Administrasi Negara (LAN) Nomor 12 Tahun 2018 Tentang Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil, menjelaskan bahwa Pelatihan Dasar (Latsar) yang diberikan untuk CPNS



bertujuan



untuk



memberikan



pemahaman



mengenai



wawasan



kebangsaan melalui pemaknaan terhadap nilai-nilai bela negara, membekali dengan nilai-nilai dasar ANEKA, yaitu Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, 1



Komitmen Mutu dan Anti Korupsi yang dibutuhkan dalam menjalankan tugas secara profesional sebagai pelayan masyarakat memegang nilai-nilai tersebut. ASN diharapkan dapat menginternalisasi, menerapkan, dan mengaktualisasikan, serta membuatnya menjadi kebiasaan (habituasi) dan merasakan manfaatnya sehingga terpatri dalam dirinya karakter seorang PNS yang professional. Salah satu sektor pelayanan publik yang harus dibangun dengan baik oleh PNS adalah membangun kesejahteraan sosial melalui pelayanan kesehatan. Dalam UU No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan menjelaskan bahwa fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu alat dan atau tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif, maupun rehabilitative yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan atau masyarakat. Rumah sakit merupakan salah satu fasilitas kesehatan yang bergerak dalam pelayanan publik. Rumah sakit dituntut untuk dapat memberikan pelayanan yang prima kepada pasiennya. Salah satunya adalah pelayanan keperawatan bedah, khususnya di kamar operasi. Pelayanan yang baik terhadap masyarakat harus selalu diterapkan. Sumber daya manusia yang ada di rumah sakit harus menerapkan nilai-nilai ANEKA dalam menjalankan tugasnya karena mereka yang berhubungan langsung dengan pelayanan kepada pasien. Pelayanan perawat kepada pasien harus bertanggung jawab dan bertanggung gugat. Dokumentasi keperawatan mencerminkan pertanggungjawaban perawat dalam melayani masyarakat. Dalam pelaksanaan pelayanan di RSUD Dr.Moewardi Surakarta pada prinsipnya sudah mengikuti ketentuan yang berlaku. Namun masih terdapat beberapa kekurangan yang masih perlu ditingkatkan. Salah satu pelayanan yang kurang optimal yaitu komunikasi terapeutik dalam pelayanan keperawatan pada pasien pre operatif di Instalasi Bedah Sentral RSUD Dr Moewardi. Komunikasi terapeutik yang kurang optimal dapat menimbulkan kekecewaan pada pasien dan juga menyebabkan kecemasan pada pasien pre operatif. Disamping itu pelaksanaan cuci tangan bedah di Instalasi Bedah Sentral RSUD Dr. Moewardi Surakarta juga belum optimal. Pelaksaan cuci tangan bedah yang tidak lengkap dapat menyebabkan peningkatan penularan infeksi.



2



Pelayanan lain yang kurang optimal yaitu handover pasien post operasi kepada perawat bangsal. Handover yang kurang maksimal menimbulkan informasi yang tidak lengkap bagi perawat bangsal. Selanjutnya adalah masalah monitoring suhu dan kelembaban kamar operasi yang juga kurang optimal dilaksanan. Selain itu penggunaan daftar set instrumen steril yang kurang optimal juga menjadi perhatian. Masalah ini dapat menimbulkan gangguan pada persiapan alat operasi. B. Identifikasi Isu Rancangan kegiatan aktualisasi akan dilaksanakan di Instalasi Bedah Sentral RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Rancangan aktualisasi tersebut disusun sesuai dengan nilai-nilai dasar Pegawai Negri Sipil (PNS) yaitu Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu, dan Anti Korupsi (ANEKA) dan sesuai dengan peran dan kedudukan PNS dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Berdasarkan prinsip-prinsip kedudukan dan Peran Pegawai Negeri Sipil dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia, dapat diidentifikasi isu-isu yang dapat dilihat pada table 1.1 sebagai berikut: Tabel 1.1 Hasil Identifikasi Isu di RSUD Dr. Moewardi Surakarta



No



Isu



Keterkaitan Mata Pelatihan



1.



Kurang Pelayanan Optimalnya Publik; komunikasi terapeutik dalam pelayanan keperawatan pasien pre operatif di RSUD Dr.Moewardi Surakarta



2.



Kurang optimalnya Cuci Tangan Bedah di Instalasi Bedah Sentral RSUD



Manajemen ASN; Pelayanan Publik;



3



Kondisi Saat Ini - Perawat belum semuanya melakukan komunikasi terapeutik berupa support mental pada pasien pre operasi - Ditemukan keluhan pasien dengan kecemasan sebelum memasuki ruang operasi - Masih ditemukan cuci tangan bedah yang tidak lengkap - Belum semua perawat bedah



Kondisi yang Diharapkan - Perawat paham dan menerapkan komunikasi terapeutik pada pasien pre operasi - Pasien mengatakan kecemasan berkurang



- Semua operasi diawali dengan cuci tangan bedah yang sempurna



Dr. Moewardi Surakarta



3.



4.



5.



menggunakan scrub brush



Kurangnya informasi keperawatan pada handover pasien post operasi kepada perawat bangsal di Instalasi Bedah Sentral RSUD Dr. Moewardi Surakarta Kurang optimalnya monitoring suhu dan kelembaban di Instalasi Bedah Sentral RSUD Dr Moewardi



Manajemen ASN;



Kurang optimalnya daftar set instrumen steril di Instalasi Bedah Sentral RSUD Dr.Moewardi



Manajemen ASN;



Manajemen ASN, Pelayanan Publik



- Perawat bedah menggunakan scrub brush agar cuci tangan bedah optimal - Ditemukan keluhan - Handover pasien dari perawat post operasi bangsal tentang kepada perawat handover yang bangsal menjadi kurang lengkap dari lengkap IBS



- Ditemukan lembar monitoring suhu dan kelembaban yang belum diisi lengkap sesuai tanggal - Suhu dan kelembaban diluar SPO - Belum semua set instrumen operasi memiliki daftar instrumen - Kelengkapan setiap set instrumen belum sesuai standar



- Lembar monitoring suhu dan kelembababn diisi tepat waktu - Suhu dankelembaban di ruang operasi sesuai SPO - Ketersediaan set instrumen yang lengkap beserta daftar set instrumen steril



Isu- isu yang didapatkan kemudian akan diidentifikasi dengan metode APKL dan USG. Metode APKL terdiri dari: a. Aktual artinya benar-benar terjadi dan sedang hangat dibicarakan dalam masyarakat. b. Problematik artinya isu yang memiliki dimensi masalah yang kompleks, sehingga perlu dicarikan segera solusinya. c. Kekhalayakan artinya isu yang menyangkut hajat hidup orang banyak. d. Layak artinya isu yang masuk akal dan realistis serta relevan untuk dimunculkan inisiatif pemecahan masalahnya.



4



Kemudian akan dilanjutkan penentuan prioritas isu. Prioritas isu dapat ditentukan dengan analisis USG. USG terdiri dari urgency, seriousness dan growht. Urgency artinya seberapa mendesak suatu isu harus dibahas, dianalisis dan ditindaklanjuti. Seriousness artinya seberapa serius suatu isu harus dibahas dikaitkan dengan akibat yang ditimbulkan. Growth artinya seberapa besar kemungkinan memburuknya isu tersebut jika tidak ditangani segera. Skor 1 berarti isu tersebut tidak urgent, serius, dan berkembang, skor 2 berarti kurang, skor 3 berarti cukup, skor 4 berarti isu tersebut urgent, serius dan berkembang, serta skor 5 berarti SANGAT USG. Berikut ini beberapa isu yang ada di RSUD Dr. Moewardi yang akan ditentukan kelayakannya menggunakan metode APKL dan USG, untuk lebih jelasnya lihat tabel 1.2 berikut ini:



5



Tabel 1.2 Identifikasi isu dengan metode APKL dan USG No 1



2



3 4



5



Keterkaitan Dengan Mata Pelatihan Pelayanan Publik;



Manajemen ASN; Pelayanan Publik; Manajemen ASN; Manajemen ASN; Pelayanan Publik; Manajemen ASN;



Analisis APKL Isu



KRITERIA USG



A



P



K



L



Ket



Kurang Optimalnya komunikasi terapeutik dalam pelayanan keperawatan pasien pre operatif di RSUD Dr.Moewardi Surakarta Kurang optimalnya Cuci Tangan Bedah di IBS RSUD Dr. Moewardi Surakarta



+



+



+



+



MS



Kurangnya informasi keperawatan pada handover pasien post operasi kepada perawat bangsal Kurang optimalnya monitoring suhu dan kelembaban di Instalasi Bedah Sentral RSUD Dr Moewardi



+



Kurang optimalnya daftar set instrumen steril di Instalasi Bedah Sentral RSUD Dr.Moewardi



+



+



+



+



+ +



+



+



+



+



+



+ +



+



U



S



G



Tot



Pering kat



5



5



5



15



1



3



4



2



9



4



-



-



-



-



-



4



3



3



10



3



5



3



4



12



2



MS



TMS MS



MS



Keterangan Analisis APKL: Keterangan:(+) : memenuhi,(-) : tidak memenuhi A = Aktual; P = Problematik; K = Khalayak; L = Layak; MS = Memenuhi syarat; TMS = Tidak memenuhi syarat Keterangan: berdasarkan Skala Likert 1-5 1 = sangat kecil, 2 = kurang 3 = cukup 4 = besar 5 = sangat besar U = Urgency; S = Seriousness; G = Growth; Tot = Total



6



Dari tabel 1.2 dilakukan identifikasi isu menggunakan metode APKL dan USG ditemukan bahwa isu Kurang Optimalnya Komunikasi Terapeutik dalam Pelayanan Keperawatan pada pasien pre operasi di RSUD Dr. Moewardi mempunyai skor urgency, seriousness, dan growth yang tinggi. Isu ini mempunyai kebutuhan yang mendesak untuk segera diselesaikan. Dampak keseriusan juga tinggi dan laju pertumbuhannya akan meningkat dan melebar jika tidak segera diselesaikan. Dari hasil analisis isu di atas ditetapkan isu yang dipilih dan akan ditindaklanjuti dengan gagasan rencana kegiatan adalah isu tentang Kurang Optimalnya Komunikasi Terapeutik dalam Pelayanan Keperawatan pada pasien pre operasi di RSUD Dr. Moewardi. C. Dampak jika Isu tidak DIselesaikan Dampak yang mungkin akan terjadi apabila isu tentang kurang optimalnya komunikasi terapeutik dalam pelayanan keperawatan pasien pre operatif tidak segera diatasi adalah: 1. Pasien akan merasa cemas hingga durante dan post operasi 2. Ketidakpuasan pasien terhadap mutu pelayanan keperawatan di Instalasi Bedah Sentral RSUD Dr Moewardi. 3. Menurunkannya kepuasan pasien di RSUD Dr Moewardi. D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah pada rancangan aktualisasi ini adalah: Bagaimana cara mengoptimalkan komunikasi terapeutik dalam pelayanan keperawatan pasien pre operatif di Instalasi Bedah sentral Rumah Sakit Umum Dr. Moewardi Surakarta dalam rangka mengaktualisasi dan menghabituasikan nilai- nilai dasar, kedudukan dan peran PNS dalam NKRI? E. Tujuan Berdasarkan identifikasi isu dan rumusan masalah yang telah ditemukan, tujuan yang akan dicapai dengan pelaksanaan rancangan aktualisasi ini adalah: 1. Mengoptimalkan pelaksanaan komunikasi terapeutik dalam pelayanan keperawatan pasien pre operatif di Instalasi Bedah Sentral RSUD Dr Moewardi 7



2. Mampu mengaktualisasikan dan menghabituasikan nilai-nilai dasar profesi PNS yaitu akuntabilitas, nasionalisme, etika publik, komitmen mutu, dan anti korupsi (ANEKA) dan peran kedudukan PNS dalam NKRI yang telah dipelajari dan dipahami saat melakukan aktualisasi dan habituasi di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. 3. Mampu Meningkatnya pemahaman perawat terkait komunikasi terapeutik dalam pelayanan keperawatan pasien pre operatif 4. Meningkatnya kepatuhan perawat dalam melakukan komunikasi terapeutik dalam pelayanan keperawatan pasien pre operatif 5. Meningkatnya kualitas mutu pelayanan keperawatan. F. Manfaat Manfaat kegiatan aktualisasi nilai-nilai dasar PNS ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi Peserta Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil Meningkatkan pengetahuan dan implementasi nilai dasar ANEKA, kedudukan, tugas, dan peran PNS sebagai landasan dalam menjalankan profesi di tempat kerja melalui kegiatan Optimalisasi Dokumentasi Keperawatan Intraoperatif di Instalasi Bedah Sentral RSUD Dr. Moewardi Surakarta 2. Bagi RSUD Dr. Moewardi a. Membantu terwujudnya visi dan misi RSUD Dr. Moewardi Surakarta b. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di RSUD Dr Moewardi Surakarta 3. Bagi Masyarakat a. Mendapatkan pelayanan kesehatan di RSUD Dr. Moewardi yang bermutu dan terakreditasi sebagai wujud aktualisasi nilai dasar ANEKA. b. Meningkatnya kepuasan



masyarakat



terhadap kualitas



kesehatan di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.



8



pelayanan



BAB II LANDASAN TEORI A. Sikap dan Perilaku Bela Negara 1. Wawasan Kebangsaan dan Nilai-Nilai Bela Negara Wawasan kebangsaan adalah cara pandang bangsa Indonesia berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 mengenai diri dan lingkungannya dalam mengekspresikan diri sebagai bangsa Indonesia di tengah lingkungan nusantara itu. Pemaknaan, pemahaman dan penghayatan wawasan kebangsaan dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan bagi aparatur negara, hakikatnya berkaitan dengan pembangunan kesadaran berbangsa dan bernegara. Upaya bela negara merupakan sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang- Undang Dasar 1945 dalam menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara. Upaya bela negara selain sebagai kewajiban dasar warga negara, juga merupakan kehormatan bagi yang dilaksanakan dengan penuh kesadaran, tanggung jawab dan rela berkoban dalam pengabdian kepada negara dan bangsa. Nilai-nilai bela negara yang harus lebih dipahami penerapannya dalam kehidupan masyarakat berbangsa dan bernegara antara lain: a. Cinta Tanah Air b. Kesadaran Berbangsa dan Bernegara c. Setia kepada Pancasila d. Rela berkorban untuk Bangsa dan Negara e. Memiliki kemampuan awal bela Negara f. Semangat mewujudkan Negara yang berdaulat, adil dan makmur 2. Analisa Isu Kontemporer Isu kontemporer adalah sesuatu hal yang modern, yang eksis dan yang terjadi dan masih berlangsung sampai sekarang, atau segala hal 9



yang berkaitan dengan saat ini. Perubahan-perubahan yang terjadi di masyarakat adalah sesuatu hal yang pasti terjadi. Perubahan berbangsa dan



tersebut,



telah



bernegara. Hal



mengubah ini



ditandai



tatanan



kehidupan



dengan



masuknya



kepentingan global ke dalam negeri dalam aspek hukum, politik, ekonomi, pembangunan, dan lain sebagainya. Perubahan cara pandang individu tentang tatanan berbangsa dan bernegara (wawasan kebangsaan), telah mempengaruhi cara pandang masyarakat dalam memahami pola kehidupan dan budaya yang selama ini dipertahankan atau diwariskan secara



turun



temurun.



Perubahan



lingkungan



masyarakat



juga



mempengaruhi cara pandang keluarga sebagai miniature dari kehidupan sosial



(masyarakat).



Tingkat



persaingan



yang



berlebihan



akan



menghilangkan keharmonisan hidup di dalam anggota keluarga, sebagai akibat dari ketidakharmonisan hidup di lingkungan keluarga maka secara tidak langsung membentuk sikap ego dan apatis terhadap tuntutan lingkungan sekitar. Oleh karena itu, pemahaman perubahan dan perkembangan lingkungan pada tataran makro merupakan faktor utama yang akan menambah wawasan PNS. Wawasan tersebut melingkupi pemahaman terhadap globalisasi, demokrasi, desentralisasi, dan daya saing nasional. Dalam konsep bela negara, seorang PNS diharapkan mampu mengindentifikasi isu-isu modern yang baru terjadi di sekelilingnya, melakukan analisis serta menyelesaikan isu-isu tersebut secara bijak dalam tujuan untuk bela negara. Mempertahankan keutuhan bangsa dan negara dari ancaman-ancaman pemecah persatuan yang berasal dari isu kontemporer tersebut. Usaha protektif dan penanggulangan isu yang berkembang dilakukan agar tidak terpengaruh secara negatif oleh isu tersebut. Penanaman nilai-nilai pancasila dan UUD 1945 merupakan salah satu upaya awal penanggulanan isu kontemporer. Seorang PNS juga diharapkan memiliki kemampuan dalam memahami isu dengan cara 10



peduli, memetakan hubungan kausalitas yang terjadi, serta melakukan analisis panapisan isu-isu tersebut. Kemudian dilanjutkan dengan upaya penyelesaian isu dengan meningkatkan kemampuan dalam mencari alternatif-alternatif solusi serta memilih dengan bijak alternatif tersebut. 3. Kesiapsiagaan Bela Negara Kesiapsiagaan bela negara merupakan aktualisasi nilai-nilai bela negara dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sesuai peran dan profesi warga negara, demi menjaga kedaulatan negara, keutuhan wilayah dan keselamatan segenap bangsa dari segala bentuk ancaman yang berasal dari dalam maupun dari luar negeri. Kesiapsiagaan bela negara merupakan kondisi warga negara yangsecara fisik memiliki kondisi kesehatan, keterampilan dan jasmani yang prima serta secara kondisi psikis yang memiliki kecerdasan intelektual, dan spiritual yang baik, senantiasa memelihara jiwa dan raganya, memiliki sifat-sifat disiplin, ulet, kerja keras, dan tahan uji, merupakan sikap mental dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh kecintaan kepada NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD NRI 1945 dalam menjamin kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara. Oleh sebab tiu dalam pelaksanaan latihan dasar bagi CPNS dibekali dengan latihan-latihan seperti: a.



Kegiatan olah raga dan kesehatan fisik



b.



Kesiapsiagaan dan kecerdasan mental



c.



Kegiatan baris-berbaris, apel, dan tata upacara



d.



Keprotokolan



e.



Kegiatan ketangkasan dan permainan



B. Nilai Dasar Pegawai Negeri Sipil Nilai-nilai dasar adalah nilai yang sangat dibutuhkan dalam tugas jabatan PNS secara profesional sebagai pelayan masyarakat. Aparatur Sipil Negara (ASN) dituntut untuk memiliki nilai- nilai dasar sebagai seperangkat prinsip yang menjadi landasan dalam menjalankan profesi 11



dan tugasnya sebagai ASN. Nilai -nilai dasar tersebut meliputi: Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu, dan Anti Korupsi. Kelima nilai-nilai tersebut kemudian menjadi akronim “ANEKA” yang dijabarkan sebagai berikut: 1. Akuntabilitas Akuntabilitas adalah kewajiban untuk memberikan pertanggung jawaban atau untuk menjawab dan menerangkan kinerja dan tindakan seseorang/badan hukum/pimpinan kolektif suatu organisasi kepada pihak yang memiliki hak atau berkewenangan untuk meminta keterangan atau pertanggungjawaban. Akuntabilitas adalah suatu kewajiban pertanggungjawaban yang harus dicapai. Akuntabilitas merujuk pada kewajiban setiap individu, kelompok atau institusi untuk memenuhi tanggung jawab yang menjadi amanahnya. Dengan demikian kepercayaan masyarakat kepada birokrasi akan semakin menguat karena aparaturnya mampu berperan



sebagai



penyalahgunaan



kontrol demokrasi,



kekuasaan



mencegah



korupsi



dan



serta meningkatkan efisiensi dan



efektivitas. a.



Aspek Akuntabilitas Terdapat beberapa aspek dalam akuntabilitas, antara lain : 1) Akuntabilitas adalah sebuah hubungan (accountability is a relationship),adalah hubungan antara dua belah pihak antara individu/kelompok/institusi dengan negara dan masyarakat. 2) Akuntabilitas berorientasi pada hasil (accountability is results oriented). Hasil yang diharapkan dari akuntabilitas adalah perilaku aparat pemerintah yang bertanggung jawab, adil dan inovatif. 3) Akuntabilitas membutuhkan adanya laporan (accountability requires reporting). Dengan memberikan laporan kinerja berarti mampu menjelaskan terhadap tindakan dan hasil yang 12



telah dicapai oleh individu/kelompok/institusi, serta mampu memberikan bukti nyata dari hasil dan proses yang telah dilakukan. 4) Akuntabilitas memerlukan konsekuensi (accountability is meaningless without consequences). Akuntabilitas adalah kewajiban, kewajiban menunjukkan tanggung jawab, dan tanggung jawab menghasilkan konsekuensi. Konsekuensi tersebut dapat berupa penghargaan atausanksi. 5) Akuntabilitas memperbaiki kinerja(accountability improves performance).



Tujuan



utama dari



akuntabilitas



adalah



memperbaiki kinerja PNS dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. b.



Jenis-jenis akuntabilitas Akuntabilitas publik terdiri atas dua macam, yaitu: 1) Akuntabilitas vertikal (vertical accountability), akuntabilitas yang pertanggungjawaban atas pengelolaan dananya kepada otoritas yang lebihtinggi. 2) Akuntabilitas akuntabilitas



horizontal yang



(horizontal



accountability),



pertanggungjawabannya



kepada



masyarakat luas. Akuntabilitas ini membutuhkan pejabat pemerintah untuk melapor “kesamping” kepada pejabat lainnya dan lembaga negara. c.



Tingkatan Akuntabilitas Akuntabilitas memiliki 5 tingkatan yang berbeda yaitu: 1) Akuntabilitas Personal Akuntabilitas personal mengacu pada nilai-nilai yang ada pada diri seseorang seperti kejujuran, integritas, moral dan etika. Pribadi yang akuntabel adalah yang menjadikan dirinya sebagai bagian dari solusi dan bukan masalah. 2) Akuntabilitas Individu Akuntabilitas individu mengacu pada hubungan antara 13



individu dan lingkungan kerjanya, yaitu antara PNS dengan instansinya sebagai pemberi wewenang. 3) AkuntabilitasKelompok Kinerja sebuah institusi biasanya atas kerja sama kelompok, maka pembagian kewenangan dan semangat kerja sama yang tinggi antar berbagai kelompok yang ada dalam sebuah institusi memainkan peranan penting dalam tercapainya kinerja organisasi yang diharapkan. 4) Akuntabilitas Organisasi Akuntabilitas



organisasi



mengacu pada



hasil



pelaporan



kinerjayang telah dicapai, baik pelaporan yang dilakukan oleh individu terhadap organisasi/institusi maupun kinerja organisasi kepada stakeholders lainnya. 5) Akuntabilitas Stakeholder Stakeholder yang dimaksud adalah masyarakat umum, pengguna layanan, pembayar pajak masukan,



saran, dan



kritik



yang memberikan



terhadap kinerjanya. Jadi



akuntabilitas stakeholder adalah tanggung jawab organisasi pemerintah untuk mewujudkan pelayanan dan kinerja yang adil, responsive dan bermartabat. d.



Indikator



dari



nilai-nilai



dasar



akuntabilitas



yang



harus



diperhatikan, yaitu: 1) Kepemimpinan Lingkungan yang akuntabel tercipta dari atas ke bawah di mana pimpinan memainkan peranan yang penting dalam menciptakan lingkungannya. 2) Transparansi Keterbukaan atas semua tindakan dan kebijakan yang dilakukan oleh individu maupun kelompok/instansi. 3) Integritas 14



Konsistensi



dan keteguhan



yangtak



tergoyahkan dalam



menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dan keyakinan. 4) Tanggung Jawab Kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatannya yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajiban. 5) Keadilan Kondisi kebenaran ideal secara moral mengenai sesuatu hal, baik menyangkut benda atauorang. 6) Kepercayaan Rasa keadilan akan membawa pada sebuah kepercayaan. Kepercayaan ini yang akan melahirkan akuntabilitas. 7) Keseimbangan Untuk mencapai akuntabilitas dalam lingkungan kerja, maka diperlukan



keseimbangan



antara



akuntabilitas



dan



kewenangan, serta harapan dan kapasitas. 8) Kejelasan Pelaksanaan wewenang dan tanggungjawab harus memiliki gambaran yang jelas tentang apa yang menjadi tujuan dan hasil yang diharapkan. 9) Konsistensi Adalah sebuah usaha untuk terus dan terus melakukan sesuatu sampai pada tercapai tujuan akhir. 2. Nasionalisme Menurut Kamus Besar bahasa Indoneisa nasionalisme adalah paham atau ajaran untuk mencintai bangsa dan negara sendiri; sifat nasional; kesadaran keanggotaan dalam suatu bangsa yang secara potensial atau aktual bersama-sama mencapai, mempertahankan, dan mengabadikan identitas, integritas, kemakmuran, dan kekuatan bangsa itu;semangat kebangsaan. 15



Nasionalisme



Pancasila



adalah



pandangan



atau



paham



kecintaan manusia Indonesia terhadap bangsa dan tanah airnya yang didasarkan pada nilai-nilai Pancasila. Prinsip nasionalisme bangsa Indonesia dilandasi nilai-nilai Pancasila yang diarahkan agar bangsa Indonesia senantiasa menempatkan persatuan kesatuan, kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau kepentingan golongan. Nasionalisme sangat penting dimiliki oleh setiap pegawai ASN. Bahkan



tidak



sekedar



mengaktualisasikan tugasnya.



Nilai-nilai



wawasan



nasionalisme yang



yang



saja



dalam



tetapi



menjalankan



senantiasa



kepentingan publik menjadi dasar yangharus pegawai



ASN.



Pegawai



ASN



kemampuan fungsidan



berorientasi



pada



dimiliki oleh setiap



harus memahami



dan



mampu



mengaktualisasikan Pancasila dan semangat nasionalisme serta wawasan kebangsaan dalam setiap pelaksanaan fungsi dan tugasnya, sesuai bidangnya masing-masing. Pegawai ASN dapat mempelajari bagaimana aktualisasi sila demi sila dalam Pancasila, dan kisah ketauladanan yang dapat diambil hikmahnya. Ada lima indikator dari nilai-nilai dasar nasionalisme yang harusdiperhatikan, yaitu : a.



Sila Pertama : Ketuhanan Yang MahaEsa 1) Bangsa



Indonesia



menyatakan



kepercayaannya



dan



ketakwaannya terhadap Tuhan Yang MahaEsa. 2) Manusia Indonesia percaya dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab. 3) Mengembangkan



sikap



hormat



menghormati



dan



bekerjasama antara pemeluk agama dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Yang Maha Esa. 16



4) Membina kerukunan hidup di antara sesama umat beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. 5) Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang menyangkut hubungan pribadi manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa. 6) Mengembangkan menjalankan



sikap



ibadah



saling menghormati sesuai



dengan



kebebasan



agama



dan



kepercayaannya masing-masing. 7) Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa kepada oranglain. b.



Sila Kedua : Kemanusiaan yang adil dan beradab 1) Mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa. 2) Mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan kewajiban asasi setiap



manusia, tanpa



membeda-bedakan



suku,



keturunan, agama, kepercayaan, jenis kelamin, kedudukan sosial, warna kulit dan sebagainya. 3) Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia. 4) Mengembangkan sikap saling tenggang rasa dan tepa selira. 5) Mengembangkan sikap tidak semena -mena terhadap orang lain. 6) Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. 7) Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan. 8) Berani membela kebenaran dan keadilan. 9) Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia. 10) Mengembangkan



sikap



hormat



menghormati



dan



kesatuan,



serta



bekerjasama dengan bangsa lain. c.



Sila Ketiga : Persatuan Indonesia 1) Mampu



menempatkan 17



persatuan,



kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan. 2) Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabila diperlukan. 3) Mengembangkan rasa cinta kepada tanahair dan bangsa. 4) Mengembangkan rasa



kebanggaan berkebangsaan dan



bertanah air Indonesia. 5) Memelihara



ketertiban



dunia



yang



berdasarkan



kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. 6) Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika. 7) Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa. d.



Sila



Keempat



:



Kerakyatan



yang



dipimpin



oleh



hikmat



kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan 1) Sebagai warga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia mempunyai kedudukan, hak, dan kewajiban yang sama. 2) Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain. 3) Mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama. 4) Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan. 5) Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai hasil musyawarah. 6) Dengan iktikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil keputusan musyawarah. 7) Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan. 8) Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur. 18



9) Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia, nilai-nilai kebenaran dan keadilan mengutamakan persatuan dan kesatuan demi kepentingan bersama. 10) Memberikan kepercayaan kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk melaksanakan pemusyawaratan. e.



SilaKelima:Keadilan sosial bagiseluruh rakyat Indonesia 1) Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan. 2) Mengembangkan sikap adil terhadap sesama. 3) Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban. 4) Menghormati hak orang lain. 5) Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri. 6) Tidak menggunakan hak milik untuk usaha -usaha yang bersifat pemerasan terhadap orang lain. 7) Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat pemborosan dan gaya hidup mewah. 8) Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan atau merugikan kepentingan umum. 9) Suka bekerjakeras. 10) Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan dan kesejahteraan bersama. 11) Suka melakukan



kegiatan dalam



rangka



mewujudkan



kemajuan yang merata dan berkeadilan sosial. 3. Etika Publik Etika publik adalah refleksi tentang standard/norma yang menentukan baik/buruk, perilaku benar/salah, tindakan dan keputusan 19



untuk mengarahkan kebijakan publik dalam rangka menjalankan tanggung jawab pelayan publik. Etika merupakan sistem penilaian perilaku serta keyakinan untuk menentukan perbuatan yang pantas, guna menjamin adanya perlindungan hak-hak individu, mencakup caracara pengambilan keputusan untuk membantu membedakan hal- hal yang baik dan buruk serta mengarahkan apa yang seharusnya dilakukan sesuai nila-nilai yangdianut. Sebagai



ASN



diharapkan mampu



menanamkan nilai dan membentuk sikap dan perilaku patuh kepada standard etika publik yang tinggi. a.



Nilai-nilai dasar etika publik sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang ASN, yaitu: 1) Memegang teguh nilai-nilai dalam ideologi Negara Pancasila. 2) Setia dan mempertahankan Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia 1945. 3) Menjalankan tugas secaraprofesional dan tidak berpihak. 4) Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian. 5) Menciptakan lingkungan kerja yang non diskriminatif. 6) Memelihara dan menjunjung tinggi standar etika luhur. 7) Mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerjanya kepada publik. 8) Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan program pemerintah. 9) Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat, tepat, akurat, berdaya guna, berhasil guna, dan santun. 10) Mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi. 11) Menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerjasama. 12) Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja pegawai. 13) Mendorong kesetaraan dalam pekerjaan. 14) Meningkatkan



efektivitas



sistem



pemerintahan



demokratis sebagai perangkat sistem karir. 20



yang



b.



Ada tiga fokus utama dalam pelayanan publik yakni: 1) Pelayanan publik yang berkualitas dan relevan. 2) Sisi dimensi reflektif, etika publik berfungsi sebagai bantuan dalam menimbang pilihan sarana kebijakan publik dan alat evaluasi. 3) Modalitas etika, menjembatani antara norma moral dan tindakan faktual.



c.



Pada prinsipnya ada 3 (tiga) dimensi etika publik yaitu: 1) Dimensi Kualitas Pelayanan Publik 2) Dimensi Modalitas 3) Dimensi Tindakan Integritas Publik



d.



Manfaat nilai etika bagi organisasi sebagai berikut: 1) Kebersamaan 2) Empati 3) Kepedulian 4) Kedewasaan 5) Orientasi organisasi 6) Respect 7) Kebajikan 8) Integritas 9) Inovatif 10) Keunggulan 11) Keluwesan 12) Kearifan Pelayanan publik yang professional membutuhkan tidak hanya



kompetensi teknis dan leadership, namun juga kompetensi etika. Oleh karena itu perlu dipahami etika dan kode etik pejabat publik. Tanpa memiliki kompetensi etika, pejabat menjadi cenderung tidak peka, tidak pedulidan bahkan seringkali deskriminatif , terutama pada masyarakat tingkat bawah yang tidak beruntung. Etika publik merupakan refleksi kritis yang mengarahkan bagaimana nilai-nilai kejujuran, solidaritas, 21



keadilan,



kesetaraan,



dan



lain-lain



dipraktekkan



dalam



wujud



keprihatinan dan kepedulian terhadap kesejahteraan masyarakat. Dengan ditetapkannya kode etik ASN, perilaku pejabat publik harusdirubah. Pertama, berubah dari penguasa menjadi pelayan; kedua, berubah dari wewenang menjadi peranan; ketiga, menyadari bahwa



pejabat



publik



adalah



amanah



yang



harus



dipertanggungjawabkan bukan hanya di dunia tapi juga di akhirat. 4. KomitmenMutu Komitmen mutu adalah janji pada diri kita sendiri ata u pada orang lain yang tercermin dalam tindakan kita untuk menjaga mutu kinerja pegawai. Komitmen mutu merupakan pelaksanaan pelayanan publik dengan berorientasi pada kualitas hasil, dipersepsikan oleh individu terhadap produk/ jasa berupa ukuran baik/buruk. Bidang apapun yang menjadi tanggungjawab pegawai negeri sipil semua mesti dilaksanakan secara optimal agar dapat memberi kepuasan kepada stakeholder. a. Nilai-nilai Komitmen Mutu: 1) Efektif Efektif dapat diartikan dengan berhasil guna, dapat mencapai hasil sesuai dengan target. Sedangkan efektivitas menunjukkan tingkat ketercapaian target yang telah direncanakan, baik menyangkut jumlah maupun mutu hasil kerja. Efektivitas organisasi tidak hanya diukur dari performans untuk mencapai target (rencana) mutu, kuantitas, ketepatan waktu dan alokasi sumber daya, melainkan juga



diukur



dari



kepuasan



dan



terpenuhinya



kebutuhan



pelanggan. 2) Efisien Efisien adalah berdaya guna dapat menjalankan tugas dan mencapai hasil tanpa menimbulkan keborosan. Sedangkan efisiensi merupakan tingkat ketepatan realisasi penggunaan sumber daya dan bagaimana pekerjaan dilaksanakan sehingga 22



dapat diketahui ada dan tidaknya pemborosan sumber daya, alokasi, penyimpangan prosedur dan mekanisme keluar alur. 3) Inovasi Inovasi muncul karena ada dorongan dari dalam (internal) untuk melakukan perubahan, atau bisa juga karena ada desakan kebutuhan dari pihak eksternal misalnya permintaan pasar. Inovasi lahir dari imajinasi pemikiran orang-orang kreatif, dan lahirnya kreativitas didorong oleh munculnya ide/gagasan baru untuk keluar dari rutinitas yang membosankan. Munculnya ide/gagasan baru, kreativitas,dan inovasi dilatarbelakangi oleh semangat belajar yang tidak pernah pudar, yang dijalani dalam proses pembelajaran secara berkelanjutan. Gagasan kreatif yang muncul dari hasil pemikiran individu akan mendorong munculnya berbagai prakarsa, sehingga dapat memperkaya program kerja dan memunculkan



diferensiasi



produk/jasa,



seiring



dengan



berkembangnya tuntutan kebutuhan pelanggan. 4) Adaptif Sebagai ASN kita harus mempunyai jiwa adaptif yang baik. Kemampuan menyesuaikan dan menempatkan diri di lingkungan yang ditempati menjadi syarat memberikan pelayanan yang baik pada masyarakat. 5) Perbaikan berkelanjutan Perbaikan berkelanjutan menuntut ASN untuk terus memberikan pelayanan yang optimal pada masyarakat. Monitoring dan evaluasi menjadi syarat kegiatan agar ASN mampu memberikan pelayanan yang terbaik. 6) Sepenuh hati Pelayanan sepenuh hati harus diberikan dengan dasar keihklasan. Bentuk pelayanan yang memberikan keihklasan akan senantiasa memberikan hasil yang optimal dalam pelayanan. 23



Ada



lima



dimensi



karakteristik



yang



digunakan



dalam



mengevaluasi kualitas pelayanan,yaitu: 7) Tangibles



(bukti langsung),



yaitu:



meliputi fasilitas



fisik,



perlengkapan, pegawai, dan sarana komunikasi; 8) Reliability (kehandalan), yaitu kemampuan dalam memberikan pelayanan dengan segera dan memuaskan serta sesuai dengan yang telah dijanjikan; 9) Responsiveness



(daya



tangkap),



yaitu



keinginan



untuk



memberikan pelayanan dengan tanggap; 10) Assurance



(jaminan),



yaitu



mencakup



kemampuan,



kesopanan, dan sifat dapat dipercaya; 11) Empathy, yaitu kemudahan dalam melakukan hubungan, komunikasi yang baik, dan perhatian dengan tulus terhadap kebutuhan pelanggan. Alangkah baiknya apabila seluruh aparatur penyelenggara pemerintahan dapat menampilkan kinerja yang merujuk pada nilai dasar orientasi mutu dalam memberikan layanan kepada publik. Setiap individu aparatur turut memikirkan bagaimana langkah perbaikan yang dapat dilakukan dari posisinya masing-masing. Dipihak lain pimpinan melakukan pemberdayaan aparatnya secara optimal, dan memberi arah menuju terciptanya layanan prima yang dapat memuaskan stakeholder. 5. AntiKorupsi Kata korupsi berasal dari bahasa latin yaitu “corruptio” yang artinya kerusakan, kebobrokan, dan kebusukan. Korupsi sering disebut dengan kejahatan luar biasa karena dampaknya dapat menyebabkan kerusakan yangluar biasa baik dalam ruang lingkup pribadi, keluarga, masyarakat dan kehidupan yang lebih luas. Kerusakan tersebut tidak hanya terjadi dalam kurun waktu yang pendek, namun dapat berdampak secara jangka panjang. Menurut UU No. 31/1999 joNo. UU 20/2001, terdapat 7 kelompok 24



tindak pidana korupsi yang terdiri dari: (1) kerugian keuangan negara, (2) suap -menyuap, (3) pemerasan, (4) perbuatan curang, (5) penggelapan



dalam



jabatan, (6)



benturan



kepentingan



dalam



pengadaan, dan (7) gratifikasi. Semua jenis tersebut merupakan delikdelik yang diadopsi dari KUHP (pasal 1 ayat 1 sub C UUNo.3/71). a.



Nilai-Nilai AntiKorupsi Adapun Nilai-nilai dasar anti korupsi adalah meliputi: 1) Kejujuran Jujur dapat didefinisikan sebagai lurus hati, tidak berbohong, dan tidak curang. Jujur adalah salah satu sifat yang sangat penting dalam kehidupan pegawai, tanpa sifat jujur pegawai tidak akan dipercaya dalam kehidupan sosialnya. 2) Kepedulian Peduli



adalah



mengindahkan,



memperhatikan



dan



menghiraukan. Nilai kepedulian sangat penting bagi seorang pegawai dalam kehidupan di tempat kerja dan di masyarakat. 3) Kemandirian Kondisi



mandiri



dapat



diartikan



sebagai



proses



mendewasakan diri yaitu dengan tidak bergantung pada orang lain untuk mengerjakan tugas dan tanggung jawabnya. 4) Kedisiplinan Disiplin adalah ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan 5) TanggungJawab Tanggung jawab adalah menerima segala sesuatu perbuatan yangsalah baik itu disengaja maupun tidak disengaja. Tanggung jawab tersebut berupa perwujudan dan kesadaran akan kewajiban



menerima dan menyelesaikan semua



masalah yang telah dilakukan. 6) Kerja Keras Bekerja keras didasari dengan adanya kemauan, dimana kemauan



menimbulkan 25



asosiasi



dengan



ketekadan,



ketekunan, daya tahan, tujuan jelas , daya kerja, pendirian, pengendalian diri, keberanian, ketabahan, keteguhan, tenaga, kekuatan dan pantang mundur. 7) Sederhana Gaya hidup sederhana dibiasakan untuk tidak hidup boros, hidup sesuai dengan kemampuannya dan dapat memenuhi Semua kebutuhannya. Prinsip hidup sederhara merupakan parameter penting dalam menjalin hubungan antara sesama karena prinsip ini akan mengatasi permasalahan kesenjangan sosial, iri, dengki, tamak, egosi dan juga menghindari dari keinginan yang berlebihan. 8) Keberanian Nilai keberanian dapat dikembangkan dan diwujudkan dalam bentuk berani mengatakan dan membela kebenaran, berani mengakui kesalahan, berani bertanggungjawab dan lain sebagainya. 9) Keadilan Adil berarti adalah sama berat, tidak berat sebelah, tidak memihak. Dampak korupsi tidak hanya sekedar menimbulkan kerugian keuangan negara namun dapat menimbulkan kerusakan kehidupan yang tidak hanya bersifat jangka pendek tetapi dapat pula bersifat jangka panjang. Fenomena dampak korupsi sampai pada kerusakan kehidupan dan dikaitkan dengan tanggung jawab manusia sebagai yang diberi amanah untuk mengelolanya dapat menjadikan sarana untuk memicu kesadaran diri para PNS untuk anti korupsi. C. Kedudukan dan Peran PNS dalam NKRI Berdasarkan UU No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (UU ASN), dalam rangka mencapai tujuan nasional diperlukan ASN yang profesional, bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme, mampu menyelenggarakan pelayanan publik bagi 26



masyarakat dan mampu menjalankan peran sebagai perekat persatuan dan kesatuan bangsa berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Pegawai ASN diserahi tugas untuk melaksanakan tugas pelayanan publik, tugas pemerintahan, dan tugas pembangunan tertentu. Berdasarkan Pasal 11 UU ASN, tugas pegawai ASN adalah melaksanakan kebijakan yang dibuat oleh pejabat pembina kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, memberikan pelayanan publik yang professional dan berkualitas, dan mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Untuk itu, ASN harus mengutamakan kepentingan publik dan masyarakat luas dalam menjalankan fungsi dan tugasnya tersebut. Peran dan kedudukan ASN dalam NKRI dapat dilihat dari kemampuan memahami manajemen ASN, Pelayanan Publik, dan inovasi yang berkaitan dengan Whole of Government (WoG). 1.



Manajemen ASN Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan pegawai ASN yang profesional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik, bersih dari praktek korupsi, kolusi dan nepotisme. Kedudukan atau status jabatan PNS dalam sistem birokrasi selama ini belum sempurna untuk menciptakan birokrasi yang professional. Berdasarkan jenisnya, pegawai ASN terdiri atas Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK). PNS merupakan warga negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu , diangkat sebagai ASN secara tetap oleh pejabat pembina kepegawaian untukmenduduki jabatan pemerintahan, memiliki nomor induk pegawai secara nasional. PPPK adalah warga negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, yang diangkat oleh pejabat pembina kepegawaian berdasarkan perjanjian kerja sesusi dengan kebutuhan instansi pemerintah untuk jangka waktu tertentu dalam rangka menjalankan tugas pemerintahan. 27



Manajemen ASN diselenggarakan berdasarkan Sistem Merit. Manajemen ASN meliputi penyusunan dan penetapan kebutuhan; pengadaan; pangkat dan jabatan; pengembangan karier; pola karier; promosi; mutasi; penilaian kinerja; penggajian dan tunjangan; penghargaan; disiplin; pemberhentian; jaminan pensiun dan jaminan hari tua; dan perlindungan (LAN, Manajemen Aparatur Sipil Negara, 2014). 2.



Whole of Government(WoG) Whole of Government (WoG) adalah kerjasama kolaboratif pemerintahan dari banyak sektor yang terkait dalam mencapai tujuan pembangunan kebijakan, manajemen program dan pelayanan publik. Dari definisi itu diketahui bahwa WoG merupakan pendekatan yang menekankan aspek kebersamaan dan menghilangkan sekat-sekat sektoral yang selama ini terbangun dalam model NPM. Bentuk pendekatannya bisa dilakukan dalam pelembagaan formal atau pendekatan informal. Beberapa cara pendekatan WoG yang dapat dilakukan baik dari sisi penataan institusi formal maupun informal antara lain: a.



Penguatan koordinasi antar lembaga, yaitu penguatan koordinasi yang dapat dilakukan jika jumlah lembaga-lembaga yang dikoordinasikan masih terjangkau dan manageable.



b.



Membentuk lembaga koordinasi khusus, yaitu pembentukan lembaga



terpisah



dan



permanen



yang



bertugas



dalam



mengkoordinasikan sektor atau kementrian. c.



Membentuk gugus tugas, yaitu bentuk pelembagaan koordinasi yang dilakukan diluar struktur formal, yang



sifatnya tidak



permanen. d.



Koalisi sosial, yaitu merupakan bentuk informal dari penyatuan koordinasi antar sektor atau lembaga, tanpa perlu membentuk pelembagaan khusus dalam koordinasi ini. Tantangan yang akan dihadapi dalam penerapan WoG di tataran 28



praktek antara lain: a.



Kapasitas SDM dan institusi



b.



Nilai dan budaya organisasi



c.



Kepemimpinan Jenis pelayanan publik yang dikenal yang dapat didekati oleh



pendekatan WoG adalah: a.



Pelayanan yangbersifat administratif, yaitu pelayanan publik yang menghasilkan berbagai produk dokumen resmi yang dibutuhkan warga masyarakat.



b.



Pelayanan jasa, yaitu pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk



jasa



yang



dibutuhkan



warga



masyarakat



seperti



pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan, perhubungan, dan lainnya. c.



Pelayanan barang, yaitu pelayanan yang menghasilkan jenis barang yang dibutuhkan warga masyarakat seperti



jalan,



perumahan, jaringan telepon, listrik, air bersih, dan seterusnya. d.



Pelayanan regulatif, yaitu pelayanan melalui penegakan hukuman dan peraturan perundang-undangan maupun kebijakan publik yang mengatur sendi-sendi kehidupan masyarakat. Adapun berdasarkan polanya, pelayanan publik dapat dibedakan



dalam lima macam pola pelayanan sebagai berikut: a. Pola pelayanan teknis fungsional, yaitu suatu pola pelayanan publik yang



diberikan oleh suatu instansi pemerintah sesuai



dengan bidang, tugas, fungsi dan wewenangnya. b. Pola pelayanan satu atap, yaitu pola pelayanan yang dilakukan secara



terpadu



pada



suatu



instansi



pemerintah



yang



bersangkutan sesuai kewenangan masing-masing. c. Pola pelayanan satu pintu, yaitu pola pelayanan masyarakat yang diberikan secara tunggal oleh satu unit kerja pemerintahan berdasarkan pelimpahan kewenangan dari unit kerja pemerintah 29



terkait lainnya yang bersangkutan. d. Pola pelayanan terpusat, yaitu pelayanan masyarakat yang dilakukan oleh suatu instansi pemerintah yang bertindak selaku koordinator terhadap pelayanan instansi pemerintah. e. Pola pelayanan menggunakan



elektronik, yaitu



teknologi



informasi



pola



pelayanan dengan



dan



komunikasi



yang



merupakan otomasi dan otomatisasi pemberian layanan yang bersifat elektronik atau on-line sehingga dapat menyesuaikan diri dengan keinginan dankapasitas masyarakat pengguna. 3.



Pelayanan Publik Pelayan publik adalah sebagai segala bentuk kegiatan pelayanan umum yang dilaksanakan oleh Instansi Pemerintah di Pusat dan Daerah, dan di lingkungan BUMN/BUMD dalam bentuk barang atau jasa, baik dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat. (Lembaga Admunistrasi Negara: 1998). Sedangkan definisi yang ada saat ini menjadi rujukan utama dalam penyelenggaraan pelayanan publik sebagaimana termuat dalam Undang -Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik, dijelaskan bahwa pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian



kegiatan



dalam rangka pemenuhan



kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan



administrasi



yang



disediakan



oleh



penyelenggara



pelayanan publik. Terdapat 3 unsur penting dalam pelayanan publik, yaitu unsur pertama adalah organisasi penyelenggara pelayanan publik, unsur kedua adalah penerima layanan (pelanggan) yaitu orang, masyarakat atau organisasi yang berkepentingan, dan unsur ketiga adalah kepuasan yang diberikan dan atau diterima oleh penerima layanan (pelanggan). Sembilan prinsip pelayanan publik yang baik untuk mewujudkan 30



pelayanan prima adalah: partisipatif, transparan, responsif, non diskriminatif, mudah dan murah, efektif dan efisien, aksesibel, akuntabel, dan berkeadilan. PNS perlu memahami berbagai hal yang menjadi fundamen pelayanan publik antara lain: a.



Pelayanan publik merupakan hak warga negara sebagai amanat konstitusi.



b.



Pelayanan publik diselenggarakan dengan pajak warga negara.



c.



Pelayanan publik diselenggarakan dengan tujuan untuk mencapai hal-hal strategis untuk memajukan bangsa di masa yang akan datang.



d.



Pelayanan publik tidak hanya untuk



memenuhi kebutuhan-



kebutuhan warga negara. D. Tinjauan Umum Tentang Komunikasi Terapeutik dalam Pelayanan Keperawatan Pasien Pre Operasi 1. Kecemasan Pada Pasien Pre Operasi Menurut Asmadi (2008) dalam Syahputra dkk (2013) kecemasan merupakan gejolak emosi seseorang yang berhubungan dengan sesuatu diluar dirinya dan mekanisme diri yang digunakan dalam mengatasi permasalahan, terlihat jelas bahwa kecemasan ini mempunyai dampak terhadap kehidupan seseorang, baik dampak positif maupun negatif. Pasien yang menjalani perawatan di rumah sakit dengan berbagai situasi dan kondisi akan membuatnya semakin cemas. Pre operasi dimulai ketika keputusan untuk informasi bedah dibuat dan berakhir ketika pasien dikirim ke meja operasi. Tindakan operasi atau pembedahan, baik elektif maupun kedaruratan adalah peristiwa kompleks yang menegangkan, sehingga pasien memerlukan pendekatan spiritual untuk mendapatkan ketenangan dalam menghadapi operasi (Brunner dan Suddart, 2010).



31



Kecemasan biasanya ditunjukan sebagai perasaan tidak nyaman atau tegang yang disebabkan oleh stimulasi saraf simpatis dan parasimpatis, sistem endokrin dan adanya kenaikan hormon katekolamin sebagai respon terhadap stress yang mengakibatkan takikardi hipertensi dan hemodinamik yang tidak stabil (Stuart, 2007). Cemas berbeda dengan rasa takut, karakteristik rasa takut adalah adanya suatu objek sumber yang spesifik dan dapat di identifikasi serta dapat dijelaskan oleh individu sedangkan kecemasan diartikan sebagai suatu kebingungan, kekhawatiran pada sesuatu yang akan terjadi dengan penyebab atau objek yang tidak jelas dan dihubungkan dengan perasaan



tidak



menentu



dan



tidak



berdaya.



Sebagai



contoh



kekhawatiran menghadapi operasi/pembedahan (misalnya takut sakit waktu operasi, takut terjadi kecacatan), kekhawatiran terhadap anestesi atau pembiusan (misalnya takut terjadi kegagalan anestesi/meninggal, takut tidak bangun lagi) dan lain-lain (Suliswati, 2005 dalam Nurjamiah, 2015). Tindakan pembedahan merupakan ancaman potensial maupun mental aktual pada integritas seseorang yang dapat membangkitkan reaksi stres fisiologis maupun psikologis. Menurut Long B.C (2001 dalam sari, 2016), pasien preoperasi akan mengalami reaksi emosional berupa



kecemasan.



Berbagai



alasan



yang



dapat menyebabkan



ketakutan/kecemasan pasien dalam menghadapi pembedahan antara lain: a. Takut nyeri setelah pembedahan b. Takut terjadi perubahan fisik, menjadi



buruk rupa dan tidak



berfungsi normal. c. Takut keganasan (bila diagnose yang ditegakkan belum pasti) d. Takut/cemas mengalami kondisi yang sama dengan orang lain yang mempunyai penyakit yang sama. e. Takut/ngeri menghadapi ruang operasi, peralatan pembedahan dan petugas. 32



f. Takut mati saat dibius/tidak sadar lagi g. Takut operasi gagal Ketakutan dan kecemasan yang mungkin dialami pasien dapat mempengaruhi respon fisiologis tubuh yang ditandai dengan adanya perubahan-perubahan fisik seperti : meningkatkan frekuensi nadi dan pernafasan, gerakan-gerakan tangan yang tidak terkontrol, telapak tangan yang lembab, gelisah, menanyakan pertanyaan yang sama berulang kali, sulit tidur dan sering berkemih. Tindakan keperawatan preoperative merupakan tindakan yang dilakukan oleh perawat dalam rangka mempersiapkan pasien untuk dilakukan tindakan



pembedahan dengan



tujuan



untuk



menjamin



keselamatan pasien intraoperatif. Persiapan fisik maupun pemeriksaan penunjang



serta



persiapan



mental



sangat



diperlukan karena



kesuksesan suatu tindakan pembedahan klien berawal dari kesuksesan persiapan yang dilakukan selama tahap persiapan. 2. Pengertian Komunikasi terapeutik Keterampilan berkomunikasi merupakan critical skill yang harus dimiliki oleh perawat, karena komunikasi merupakan proses yang dinamis yang digunakan untuk mengumpulkan data pengkajian, memberikan pendidikan atau informasi kesehatan, mempengaruhi klien untuk mengaplikasikannya dalam hidup, menunjang sering, menumbuhkan rasa nyaman, menumbuhkan rasa percaya diri dan menghargai nilai-nilai klien. Sehingga dapat juga disimpulkan bahwa dalam keperawatan, komunikasi merupakan bagian integral dari asuhan keperawatan. Seorang perawat yang



berkomunikasi



secara



efektif



akan



lebih



mampu



dalam



mengumpulkan data, melakukan tindakan keperawatan (intervensi), mengevaluasi



pelaksanaan



dari



intervensi



yang



telah



dilakukan,



melakukan perubahan untuk meningkatkan kesehatan dan mencegah terjadinya masalah-masalah legal yang berkaitan dengan proses keperawatan. 33



Komunikasi terapeutik adalah suatu sarana bagi perawat dalam menjalin hubungan saling percaya, sehingga dapat meningkatkan citra yang baik bagi tenaga kesehatan khususnya untuk profesi keperawatan. Komunikasi merupakan sesuatu yang sangat penting bagi perawat dalam berinteraksi dengan pasien (Mustikasari, 2006). Komunikasi dalam bidang keperawatan merupakan proses untuk menciptakan hubungan antara tenaga kesehatan dan pasien untuk mengenal kebutuhan pasien dan menentukan rencana tindakan serta kerjasama dalam memenuhi kebutuhan tersebut. Oleh karena itu komunikasi terapeutik memegang peranan penting memecahkan masalah yang



dihadapi



pada



dasarnya komunikasi terapeutik



merupakan



komunikasi proposional yang mengarah pada tujuan yaitu penyembuhan pasien pada komunikasi terapeutik terdapat dua komonen penting yaitu proses komunikasinya dan efek komunikasinya. Berpijak pada pendapat Shives (1994),13 di sebutkan bahwa teknik komunikasi terapeutik meliputi : 1. Mendengakan dengan penuh perhatian Hal yang dimaksud adalah memberikan perhatian terhada pesan verbal maupun non verbal yang datang dari pasien guna menegaskan bahwa perawat bersungguh-sungguh dalam menjalankan tugasnya. Adapun tekhnik melatih keterampilan mendengarkan dengan penuh keperhatian adalah: a.



Pandang pasien saat bicara



b.



Pertahankan kontak mata, sehingga asien merasa rileks dalam



mengeluarkan segala keluh kesahnya c.



Hindari tindakan yang tidak dibutuhkan



d. Jaga sikap tubuh, misalnya jangan menyilangkan kaki maupun tangan e.



Anggukan kepala saat pasien membicarakan hal penting atau



membutuhkan umpan balik f.



Condongkan tubuh kearah lawan bicara. 34



2. Menunjukkan penerimaan Penting untuk ditegaskan, menerima bukan berarti menyetujui. Menerima yang dimaksut adalah bersedia mendengarkan orang lain tanpa menunjukkan keraguan maupun tidak setuju. Sebagai perawat, tentu sudah menjadi bentuk keharusan untuk senantiasa menerima segala bentuk perilaku pasien. Dengan demikian, seorang perawat dianjurkan untuk menghilangkan ekspresi wajah maupun gerakkan tubuh yang menunjukkan tanda tidak setuju, semisal menggerutkan kening atau menggelengkkan kepala. Adapun beberapa teknik yang bisa dilakukkan oleh seorang perawat dalam hal ini adalah: a.



Mendengarkan tanpa harus memutus perbincangan.



b. Memberikan umpan balik yang menampakkan pengertian c.



Menunjukkan bahwa isyarat badan sesuai dengan komunikasi lisan



d. Menghindari berdebat, mengekspresikan keraguan, maupun mencoba mengubah pikiran pasien. 3. Memberikan Pertanyaan yang Berkaitan Tujuan dari seorang perawat dalam mengajukan pertanyaan terhadap pasien adalah guna memperoleh informasi yang bersifat spesifi. Maka , akan menjai lebih baik apabila pertanyaan yang diajukan berkaitan dengan topik yang sedang dibicarakan serta gunakan perkataan dalam konteks sosial budaya yang melatari keberadaan diri pasien. Sebagai catatan, selama dalam pengkajian, ajukan pertanyakan yang berurutan. 4. Mengulang Ucapan Pasien Menggunakan Susunan Kata-kata Sendiri Salah satu cara efektif bagi perawat guna memberikan umpan balik terhadap pasien. Sehingga, pasien mengetahui bahwa yang disampaikan perawat dimengerti dan berlanjut. Dalam hal ini perawat berhati-hati karena daya tangkap pasien berbeda-beda. Mengulang bukan hanya menyampaikan ulang pembicaraan, namun disertai rangkuman yang disimpulkan oleh perawat mengenai kondisi pasien. 35



5. Klarifikasi Apabila saat melangsungkan komunikasi terjadi kesalahan, penting bagi seorang perawat untuk menghentikan pembicaraan guna mengklarifikasi serta menyamakan persepsi. Sebab, keberadaan informasi sangat penting dalam memberikan pelayanan keperawatan kepada pasien. Supaya pesan bisa sampai dengan benar, seorang perawat harus memberikan contoh yang konkret dan mudah dimengerti oleh pasien. 6. Memfokuskan Komunikasi yang membias justru akan sulit dimengerti. Memfokuskan tujuan komunikasi merupakan salah satu metode yang dapat dilakukan guna membatasi pembicaraan, sehingga mudah dimengerti oleh pasien. Dalam hal ini, seorang perawat tidak boleh memutus pembicaraan pasien saat menyampaikan keluhannya, terkeculi apabila pembicaraan tersebut melenceng dari tujuan. 7. Menyampaikan Hasil Observasi Memberikan umpan balik kepada pasien dengan menyatakan hasil pengamatannya. Dalam hasil pengamatan, perawat harus berkomunikasi dengan jelas dan akurat, sehingga perawat menjadi paham mengenai kondisi yang diperlukan. 8. Menawarkan Informasi Setelah menyampaikan hasil observasi, tambahkan dengan informasi mengenai tips yang bisa membuat pasien percaya diri serta menumbuhkan kesadaran akan hidup sehat. Pemberian informasi berguna untuk meningkatkan rasa percaya pasien terhadap perawat. Maka, apabila terdapat informasi yang ditutupi oleh dokter, perawat harus melakukan klarifikasi terhadap alasan yang melatarinya. 9. Diam Diam merupakan metode guna memberikan ruang atau kesempatan kepada perawat dan pasien dalam mengorganisasi pikirannya. Metode diam membutuhkan ketrampilan dan ketepatan waktu. Diam dapat membuat



pasien



berkomunikasi 36



dengan



dirinya



sendiri



dalam



mengorganisasi pikiran dan memproses informasi yang disampaikan perawat. diam sangat berguna bagi pasien saat harus mengambil keputusan. 10. Meringkas Meringkas adalah pengulangan ide utama yang sudah dikomunikasikan secara singkat. Biasanya dilakukan di fase terminasi. 11. Menawarkan Diri Saat pasien belum siap berkumunikasi secara verbal dengan orang lain, perawat harus mengambil inisiatif dengan memulai komunikasi yang bisa mencairkan suasana, seperti menawarkan bantuan. Sehingga pasien menjadi



rileks



dalam



menghadapi



kenyataan



yang



terjadi,



lalu



menceritakan permasalahannya pada perawat. 12. Refleksi Menganjurkan pasien untuk mengemukakan ide dan perasaannya sebagai bagian dari dirinya sendiri. apabila pasien bertanya mengenai apa yang harus dikerjakan, perawat bisa menjawabnya dengan berdiskusi dengan pasien guna menentukan tindakan bersama. Dengan demikian, perawat mencoba menghargai pendapat pasien. Tindakan ini menunjukkan bahwa pasien



memiliki



hak



untuk



mengatur



dirinya



sendiri,



sehingga



memunculkan pikiran bahwa dirinya merupakan manusia yang memiliki kapasitas dan kemampuan. 3. Tujuan Komunikasi Terapeutik Menurut Purwanto tujuan dari komunikasi terapeutik : a. membantu pasien memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran mempertahakan kekuatan egonya. b. Membantu mengambil tindakan yang efektif untuk mengubah situasi yang ada c. Mengulang keraguan membantu dalam pengambilan tindakan yang efektif dan mempengaruhi orang lai lingkungan fisik dan dirinya. Dalam mencapai tujuan ini sering sekali perawat memenuhi kendala komunikasi yaitu : 37



a. Tingkah laku perawat Dirumah sakit pemerintah maupun swasta, perawat memegang peranan penting; tingkah laku; gerak-gerik perawat selalu dinilai oleh masyarakat. Bahkan sering juga surat kabar memuat berita berita tentang perawat rumah sakit. Bertindak yang tidak sebenarnya. Dipandang oleh klien perawat judes, jahat dan sebagainya. b. Perawatan yang berorientasi Rumah sakit Pelaksanaan perawatan difokuskan pada penyakit yang diderita klien semata, sedangkan psikososial kurang mendapat perhatian. Tujuan pelaksaan perawatan yang sebenarnya yaitu manusia seutuhnya yang meliputi bio, psiko dan sosial. 1) Bio : Kebutuhan dasar, makan minum, oksigen dan perkembangan keturunan. 2) Psiko : Jiwa, perawat supaya turut membantu memecahkan masalah yang ada hubungnnya dengan jiwa 3) Sosial : Perawat juga mengetahui kebiasaan-kebiasaan, adat istiadat dari klien di dalam masyarakat. c. Perawat kurang tanggap terhadap kebutuhan, keluhan-keluhan, serta kurang memperhatikan apa yang dirasakan oleh klien sehingga menghambat hubungan baik. Tujuan Komunikasi Terapeutik menurut Indrawati (2003): Membantu pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran serta dapat mengambil tindakan yang efektif untuk pasien, membantu mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan diri sendiri. Kualitas asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien sangat dipengaruhi oleh kualitas hubungan perawat-klien, Bila perawat tidak memperhatikan hal ini, hubungan perawat-klien tersebut bukanlah hubungan yang memberikan dampak terapeutik yang mempercepat kesembuhan klien, tetapi hubungan sosial biasa. 38



4. Manfaat Penerapan Komunikasi Terapeutik a.



Manfaat bagi Klien Dengan pemberian komunikasi terapeutik diharapkan dapat menurunkan tingat kecemasan pasien karena pasien merasa bahwa interaksinya dengan perawat merupakan kesempatan untuk berbagi pengetahuan, perasaan dan informasi dalam rangka mencapai tujuan perawatan yang optimal, sehingga proses operasi lebih lancar (Pohan, 2007). Tujuan komunikasi terapeutik adalah untuk menegakkan hubungan terapeutik antara petugas kesehatan dengan pasien, mengidentifikasi kebutuhan pasien atau klien yang penting (clientcentered goal) dan menilai persepsi pasien terhadap masalahnya. Tujuan komunikasi terapeutik untuk membantu pasien memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran pasien (Ester, 2003)



b. Manfaat bagi Tenaga Keperawatan Komunikasi



terapeutik



diterapkan oleh perawat



dalam



berhubungan dengan pasien untuk meningkatkan rasa saling percaya antara perawat dan pasien, apabila tidak diterapkan akan mengganggu



hubungan



terapeutik



dan



berdampak



pada



ketidakpuasan pasien (Pohan, 2007). c.



Manfaat bagi Institusi Dengan pemberian komunikasi terapeutik yang baik pada pasien pre operasi diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan keperawatan dan meningkatkan kepuasan pasien. Sehingga hal ini menjadi daya tarik tersendiri bagi pasien terhadap rumah sakit.



39



BAB III PROFIL UNIT KERJA DAN TUGAS PESERTA A. PROFIL ORGANISASI Organisasi



: RSUD Dr Moewardi



Status Kepemilikan



: Pemerintah Provinsi Jawa Tengah



Alamat



: Jl. Kolonel Sutarto No 132, Kelurahan Jebres Kecamatan Jebres, Kota Surakarta



1. Dasar Hukum pembentukan organisasi Sebelum menjadi Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi seperti sekarang ini, terjadi 3 (tiga) tahap pembentukan dalam prosesnya yaitu : a. Jaman penjajahan belanda sampai tahun 1942 Pada waktu itu di kota Surakarta terdapat tiga buah Rumah sakit Partikelir atau Sawata yaitu Zieken Zorg di Mangkubumen, Zending Ziekenhuis berkedudukan di Jebres dan Panti Rogo Rumah Sakit milik Pemerintah Kasusnanan/ keraton Surakarta. b. Jaman pendudukan jepang antara tahun 1942-1945 Pada waktu itu, Rumah Sakit Zieken Zorg juga dipakai sebagai Rumah Sakit “Internering Kamp” tetapi pindah ke Jebres menempati Ziending Ziekenhuis yang saat ini bernama Rumah Sakit Dr. Moewardi. Sedangkan Zending Ziekenhuis harus pindah



kebelakang



dimana



didirikan Rehabilitasi



Centrum (RC) Prof. Dr. Soeharso. c. Jaman kemerdekaan Pada tahun 1945-1948 Rumah Sakit atau Zieken Zorg. Rumah Sakit Tentara Surakarta diserahkan Palang Merah Indonesia Daerah Surakarta menyerahkan kemabali 40



kepada perhimpunan Bale Kusolo, ini merupakan lanjutan dari Partikelir Islandschziekenhuis der Verreniging Zieken Zorg. Disamping Rumah Sakit Bale Kusolo di Surakarta masih terdapat dua Rumah Sakit Partikelir yaitu : Rumah Sakit Surakarta adalah ex Zending Ziekenhuis dan Rumah Sakit Kadipolo adalah ex Rs Panti Rogo. Mulai tanggal 1 Januari 1950 Rumah Sakit Bale Kusolo diambil alih dan dikelola oleh pemerintah RI dan menetapkan nama Rumah Sakit Bale Kusolo diganti dengan nama Rumah Sakit “Pusat” Surakarta. , Mulai saat itu di kota Surakarta terdapat 3 Rumah Sakit, yaitu : Rumah Sakit “Pusat” Surakarta (Mangkubumen), Rumah Sakit “Surakarta” (Jebres), dan Rumah Sakit “Kadipolo” (Kadipolo). Ketiga Rumah Sakit itu di serahkan kepada Pemerintah Daerah Swantantra Tingkat 1. Berdasarkan Surat Keputusan dari Gubernur Kepala daerah Tingkat 1 Jawa Tengah di Semarang Nomor H.149/2/3 dengan dasar Surat dari Kepala Dinas Kesehatan Nomor K.693/UNH, menetapkan mempersatukan Rumah Sakit Mangkubumen, Kadipolo, dan Jebres, ketigatiganya di kota Surakarta dalam satu organisasi dibawah satu orang pemimpin dengan stafnya dengan nama Rumah Sakit Umum ‘Surakrata’. Ketiga Umah Sakit itu diadakan spesialisasi ataupun unit-unit pelaksana fungsional, diantaranya : a. Rumah Sakit Kadipolo di sebut Rumah Sakit Kompleks A, khusus untuk penyakit dalam b. Rumah Sakit Mangkubumen disebut Rumah Sakit Kompleks B, kusus pelayanan Radiologi, Kulit dan Kelamin, Gigi, Mata, THT, Bedah, Saraf. c. Rumah Sakit Jebres disebut juga Rumah Sakit Kompleks C. khusus untuk pelayanan Kebidanan dan Penyakit Kandungan, Anak dan Keluarga Berencana. Mengingat Rumah Sakit Kadipolo pada saat itu sudah 41



tidak efisien, mapa pada bulan September 1976, Rumah Sakit Kadipolo



dipindahkan



ke



Rumah



Sakit



Mangkubumen.



Mengingat masih sering terjadinya perbedaan pendapat di kalangan masyarakat mengenai nama Rumah Sakit Pusat dan Rumah Sakit Surakarta, maka Isnpektur Kepala Jabatan Kesehatan



Propinsi



Jawa



Tengah



mengusulkan



pada



Gubernur Jawa Tengah untuk mengganti nama Rumah Sakit di Surakrata antara lain Rumah Sakit Pusat menjadi RSU Mangkubumen, dan Rumah Sakit Surakarta menjadi RSU Jebres. Pengantian ini dikukuhkan dengan Surat Keputusan Mentri Kesehatan RI tanggal 9 Juli 1954 Nomor 44751/Rs. Dan pada akhirnya Gubernur Jawa Tengah melalui SK Nomor 445/29684 tanggal 24 oktober 1988 menetapkan nama Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi. Berdasar



Surat



Keputusan



bersama



Menteri



Kesehtan. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan serta Menteri Dalam



Negeri



RI,



Nomor



544/Menkes/SKB81,



Nomor



043a/V/1981 dan BO; 324 tahun 1981, ditetapkan bahwa RSUD Dr. Moewardi Surakrata menjadi Rumah Sakit Pendidikan. Namun pada kenyataanya belum memenuhi syarat sebagai Rumah Sakit Pendidikan. Wilayah Surakarta oleh Pemerintah Propinsi Dati 1 jawa tengah di tetapkan sebagai wilayah pengembangan Jawa Tengah sehingga RSUD Dr. Moewardi yang merupakan satu-satunya Rumah Sakit Pemerintah terbesar di wilayah tersebut harus menyesuaikan dan mampu sebagai pusat rujukan wilayah Surakarta dan sekitarnya. Atas pertimbangan tersebut pada lokasi Jebres kemudian dibangun bangunan fisik baru yang memenuhi standar Rumah Sakit B2 sekaligus Rumah Sakit Pendidikan. Baru pada taggal 28 Februari 1996 RSUD Dr. Moewardi lokasi Jebres diresmikan penggunaannya oleh Presiden Soeharto, dan sejak itulah 42



seluruh kegiatan RSUD Dr. Moewardi menjadi satu lokasi. Dari sejarah tersebut ditetapkan hari jadi RSUD Dr. Moewardi Surakarta pada tanggal 1 Januari 1950. Banyak prestasi yang telah diperoleh oleh RSUD. Dr. Moewardi diantaranya : a. Lulus akredisai 16 pelayanan + pasient safety yang ke3 kalinya b. Lulus ISO 9001: 2008 yang ke3 kalinya c. Lulus ISO 22000 : 2005 tentang Food Safety d. Penghargaan Citra Pelayanan Prima 2013 e. Penghargaan Citra Bhakti Kenerja Pelayanan Publik 2014 2. Visi, Misi,dan Nilai Organisasi a. Visi Rumah Sakit Terkemuka Berkelas Dunia b. Misi 1) Menyediakan pelayanan kesehatan berbasis pada keunggulan sumber daya manusia, kecanggihan dan kecukupan alat serta Profesionalisme Manajemen Pelayanan. 2) Menyediakan wahana pendidikan dan penelitian kesehatan yang unggul berbasis pada perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhologi kesehatan yang bersinergi dengan mutu pelayanan. c. Nilai-Nilai Budaya Kerja Nilai- Nilai budaya kerja yang diterapkan di RSUD Dr. Moewardi meliputi: 1) Profesionalisme (Profesionalism) 2) Kepedulian (Responsiveness) 3) Kepuasan Pelanggan (Costumer Satisfaction) 4) Kewirausahaan (Enterpreneurship) 5) Efisiensi (Efficiency) 6) Keadilan (Equity) Rumusan nilai- nilai dasar adalah: seluruh jajaran RSUD Dr. Moewardi tanpa terkecuali, dalam menjalankan tugas pokok dan 43



fungsinya memiliki budaya kelembagaan yang Profesional, Efisien dan Efektif, memiliki jiwa serta semangat birokrasi- wirausaha yang berkeadilan dan terbuka disertai kepedulian yang tinggi terhadap tuntutan kepuasan pelanggan dalam upaya pencapaian Visi dan Misi Rumah Sakit. d. Tujuan organisasi Guna mewujudkan Misi



RSUD Dr. Moewardi, terdapat tujuan yang



akan dicapai oleh RSUD Dr. Moewardi yaitu: 1) Meningkatkan kepuasan dan loyalitas pasien 2) Mewujudkan pelayanan yang efektif dan ekonomis 3) Mewujudkan kemandirian finansial rumah sakit 4) Mewujudkan



komitmen



dan



produktifitas sumber



daya



manusia 3. Struktur Organisasi Telah ditetapkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah No 8 Tahun 2008 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja RSUD dan RSJD Provinsi Jawa Tengah dengan susunan Direktur dibantu oleh 3 Wakil Direktur dan 10 Kepala Bagian/ Bidang serta 24 subbagian/seksi.



44



Gambar 3.1 Struktur Organisasi



45



4. Deskripsi SDM, Sarpras, dan Sumber Daya Lain Dalam upaya mewujudkan visi dan misi Provinsi Jawa Tengah dan



dalam



rangka



pelaksanaan



program kegiatan



RSUD



Dr. Moewardi maka perlu adanya dukungan sumber daya manusia, teknologi informasi, sarana Renstra RSUD Dr. Moewardi Tahun 2018-2023 14 dan prasarana dan pendanaan. Sumber daya di RSUD Dr. Moewardi sebagai berikut : a. Sumber daya manusia Sumber daya manusia di RSUD Dr. Moewardi sebanyak 2.263 orang, terdiri dari PNS sebanyak 1.118 orang, tenaga BLUD sebanyak 1.056 orang, dokter mitra mandiri sebanyak 46 orang dan dokter mitra UNS sebanyak 43 orang. Gambaran susunan pegawai RSUD Dr. Moewardi adalah sebagaimana pada tabel di bawah ini :



Tabel 3.1. Susunan Pegawai RSUD Dr. Moewardi Jumlah No



Jabatan



PNS



BLUD



Mitra



UNS



PNS & BLUD



1



Struktural



37



2



Dokter Umum



7



6



3



Dokter Spesialis



97



12



4



Dokter Gigi Umum



5



Dokter GIgi Spesialis



6



Perawat



502



496



998



7



Bidan



32



53



85



8



Perawat Gigi



6



6



9



Tekniker Gigi



1



1



10



Refraksionis



2



2



11



Apoteker



16



18



34



12



Asisten Apoteker



40



44



84



13



Radiografer



17



6



23



14



Radioterapi



4



4



8



15



Fisikawan Medis



1



1



2



16



Pranata Laboratorium



41



19



60



46



37 1



14



39



194



1



2



3



4



1



5



46



17



Psikolog Klinis



1



1



18



Fisioterapi



19



19



Okupasi Terapi



4



20



Terapi Wicara



1



1



2



21



Akupuntur



0



1



1



22



Ortotis Prostetis



0



2



2



23



Perekam Medis



23



37



60



24



Nutrisionis



15



9



24



25



Sanitarian



13



26



Teknik Elektromedik



9



2



11



27



Teknik Kardiovaskular



0



3



3



28



Pembimbing K3



0



1



1



29



Pranata Komputer



1



1



30



Pustakawan



0



0



31



Administrasi



223



340



Jumlah



1118



1056



1



20 4



13



563 46



43



2263



b. Sarana Prasarana Gambaran umum mengenai sarana dan prasarana yang dikelola oleh RSUD Dr. Moewardi dapat dilihat pada table-tabel berikut : Tabel 3.2. Sarana RSUD Dr. Moewardi Jenis Barang 1. Tanah dan



bangunanJl.Kol Soetarto No. 132 2. Tanah dan bangunan di Jl.Yosodipuro 3. Tanah Kosong di Mojosongo 4. Rumah dinas (4 lokasi)



Luas



Jumlah



Satuan



40.359/ 78.133 m²



1



Bidang



1.565/ 1.125 m²



1



Bidang



11.000 m²



2



Bidang



3.218 m²



31



Unit



Tanah/Bangunan



47



Tabel 3.3. Prasarana RSUD Dr. Moewardi Jenis Barang



Jumlah



Satuan



1) Alat Angkutan a) Jenis Sedan



6



Buah



b) Jenis Ambulance



13



Buah



c) Jenis Sepeda Motor



6



Buah



d) Pickup



13



Buah



e) Bus



1



Buah



f)



1



Buah



a) MSCT 64 slice



1



Buah



b) CT Scan



1



Buah



c) Computed Radiographi



1



Set/Buah



d) Cat lab Unit



3



Buah



e) Hard Lung Machine



1



Buah



f)



2



Set



g) Intra aortic balloon pump, authomatic autho pilot h) Radio Frekwention Ablation (RFA)



1



Buah



1



Buah



i)



2



Set



2



Buah



k) Simulator Radioteraphi



1



Buah



l)



Treatment Planning System Radioteraphi m) USG TCCD (Neurosonology)



2



Buah



1



Buah



n) USG Echo



1



Buah



o) Neuro Navigasi



1



Buah



p) MRI



1



Buah



q) MSCT 16 slice



1



Buah



r)



1



Buah



s) Optical Coherence Tomography (OCT) t) Body Pletismograph + Cardiopulmonary Exercise u) Electrosurgery cyro therapy



1



Buah



1



Buah



1



Buah



v) Bronkoskopy Fluorocent



1



Buah



w) Brakhiterapi



1



Buah



x) TranscCranial Magnetic Stumulation (TMS)



1



Buah



Alat kedokteran canggih



2) Alat Kedokteran Canggih



j)



Echocardiografi color Doppler



Endoscopy for gastro colonoscopy and broncoscopy Cobalt Radioteraphi



Cavitron Ultra Sonic Aspiration



48



y) Laser Ndyag



1



Buah



z) Full Body Phototherapy



1



Buah



aa) Vitrectromy



1



Buah



bb) Echocardiography



3



Buah



cc) Bone densitometry



1



Buah



c. Sumber daya lain Sumber daya lain yang dimiliki RSUD Dr. Moewardi adalah jenis-jenis



produk



pelayanan.



Berdasarkan



prioritas



pengembangan dibedakan ke dalam : 1)



Pelayanan Unggulan a) Pelayanan Onkologi Terpadu b) Pelayanan Jantung Terpadu



2)



Pelayanan Pendukung a) Pelayanan Rawat Jalan b) Pelayanan Rawat Inap c) Pelayanan Gawat Darurat d) Pelayanan Rawat Intensif e) Pelayanan Tindakan Medis Spesialistik f) Pelayanan Bedah Sentral g) Pelayanan Kebidanan h) Pelayanan Radiologi i) Pelayanan Rehabilitasi Medis j) Pelayanan Farmasi k) Pelayanan Gizi l) Pelayanan Medical Check Up m) Pelayanan Laboratorium Patologi Klinik n) Pelayanan Laboratorium Patologi Anatomi Pelayanan Bank Darah o) Pelayanan Hemodialisa p) Pelayanan Forensik, Medikolegal q) Pelayanan Korban Kekerasan Terhadap Peremupuan & Anak (PPKGBA)



49



r) Pelayanan Keluarga Miskin s) Pelayanan PONEK, VCT, TB Dots, NAPZA t) Pelayanan Ambulance dan Mobil Jenazah u) Pelayanan Pengelolaan Limbah Rumah Sakit v) Pelayanan Laundry dan CSSD w) Pelayanan



Pemeliharaan



Sarana



dan



Prasarana



Rumah Sakit x) Pelayanan Administrasi (TU dan Humas, Rumah Tangga, Keuangan, Kendaraan Dinas, Keamanan, Manajemen, Pengolah Data Elektronik (PDE), Rekam Medis, Perpustakaan dan lain-lain) B. Tugas Jabatan Peserta Diklat Jabatan peserta diklat di Rumah Sakit Umum Daerah adalah sebagai Perawat Ahli Pertama. Tugas Pokok Jabatan Fungsional perawat ahli pertama adalah sebagai berikut: 1)



Melakukan



pengkajian



keperawatan



dasar



pada



masyarakat; 2)



Melakukan pengkajian keperawatan lanjutan pada individu;



3)



Melakukan



pengkajian



keperawatan



lanjutan



pada



keluarga; 4)



Memberikan konsultasi data pengkajian keperawatan lanjutan;



5)



Merumuskan diagnosa keperawatan pada individu;



6)



Membuat prioritas diagnosa keperawatan;



7)



Merumuskan tujuan keperawatan pada individu dalam rangka menyusun rencana tindakan keperawatan;



8)



Merumuskan tujuan keperawatan pada keluarga dalam rangka menyusun rencana tindakan keperawatan;



9)



Menetapkan tindakan keperawatan pada individu dalam rangka menyusun rencana tindakan keperawatan;



10) Menetapkan tindakan keperawatan pada keluarga dalam rangka menyusun rencana tindakan keperawatan;



50



11) Melakukan stimulasi tumbuh kembang pada individu dalam rangka melakukan upaya promotif; 12) Memfasilitasi adaptasi dalam hospitalisasi pada individu dalam rangka melakukan upaya promotif; 13) Melaksanakan case finding/deteksi dini/penemuan kasus baru



pada



individu



dalam



rangka



melakukan



upayapromotif; 14) Melakukan



support



kepatuhan



terhadap



intervensi



kesehatan pada individu; 15) Melakukan pendidikan kesehatan pada individu pasien; 16) Mengajarkan keluarga untuk meningkatkan kesehatan anggota keluarganya; 17) Memfasilitasi



pasien



dalam



pemenuhan



kebutuhan



spiritualdalam rangka tindakan keperawatan yang berkaitan dengan ibadah; 18) Melakukan pendampingan pada pasien menjelang ajal (dying care); 19)



Memfasilitasi suasana lingkungan yang tenang dan aman;



20) Mengambil sampel darah melalui arteri, pulmonari arteri, cvp dalam rangka tindakan keperawatan spesifik terkait kasus dan kondisi pasien; 21)



Merawat pasien dengan wsd;



22)



Memantau pemberian elektrolit kosentrasi tinggi;



23)



Melakukan tatakelola



keperawatan



pada



pasien



dengan kemoterapi (pre, intra,post); 24)



Melakukan perawatan luka kanker



25)



Melakukan penatalaksanaan ekstravasasi;



26)



Melakukan rehabilitasi mental spiritual padaindividu;



27)



Melakukan



perawatan



lanjutan



pasca



hospitalisasi/



bencana dalam rangka melakukan upaya rehabilitatif padakeluarga 28)



Memberikan perawatan pada pasien menjelang ajal sampai



51



meninggal; 29)



Memberikan dukungan dalam proses kehilangan, berduka dan kematian;



30)



Melakukan penatalaksanaan manajemen gejala;



31)



Melakukan evaluasi tindakan keperawatan pada individu;



32)



Memodifikasi rencana asuhan keperawatan;



33)



Melakukan dokumentasi perencanaan keperawatan;



34)



Melakukan



dokumentasi



pelaksanaan



tindakankeperawatan; 35)



Melakukan dokumentasi evaluasi keperawatan;



36)



Menyusun rencana kegiatan individu perawat;



37)



Melakukan preseptorship danmentorship;



38)



Melaksanakan fungsi pengarahan pelaksanaan pelayanan keperawatan sebagai ketua tim/perawat primer.



52



C. Role Model



Gambar 3.2 Bapak H. Ganjar Pranowo, S.H., M.I.P. Gubernur Jawa Tengah



Role model adalah orang yang lebih sukses dari kita dan nantinya akan kita jadikan sebagai panutan kita. Yang menjadi role model dalam kegiatan aktualisasi ini adalah Bapak H. Ganjar Pranowo, S.H., M.I.P. beliau adalah seorang yang memiliki jiwa kepemimpinan yang tinggi. Sikap dan sifat kepemimpinan yang dimiliki Beliau terlihat dari ketegasan dan kegigihannya dalam memperjuangkan kemajuan Jawa Tengah.Sebagai seorang pemimpin, beliau adalah orang yang taat kepada aturan, profesional dan berintegritas mencerminkan nilainilai ANEKA (Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu dan Anti Korupsi). Beliau adalah pribadi yang ramah dan peduli dengan rakyat kecil. Dalam menjalan amanah yang diberikan, Beliau sangat menjunjung tinggi integritas, bertanggungjawab, konsisten dan pribadi yang berani melawan korupsi.



53



BAB IV RANCANGAN KEGIATAN AKTUALISASI DAN HABITUASI A.



Daftar Rancangan Kegiatan Aktualisasi dan Habituasi dan Keterkaitan dengan Nilai ANEKA



RANCANGAN KEGIATAN AKTUALISASI Unit Kerja



: RSUD Dr.Moewardi Surakarta Provinsi Jawa Tengah



Judul



: Optimalisasi Komunikasi Terapeutik dalam Pelayanan Keperawatan Pada Pasien Pre Operatif di Instalasi Bedah Sentral RSUD Dr, Moewardi Surakarta Provinsi Jawa Tengah



Isu-isu



:



1. Kurang Optimalnya komunikasi terapeutik dalam pelayanan keperawatan pasien pre operatif di IBS RSUD Dr Moewardi Surakarta 2. Kurang optimalnya Cuci Tangan Bedah di IBS RSUD Dr. Moewardi Surakarta 3. Kurangnya informasi keperawatan pada handover pasien post operasi kepada perawat



bangsal



di



IBS



RSUD



Dr



Moewardi 4. Kurang optimalnya monitoring suhu dan kelembaban di IBS RSUD Dr Moewardi 5. Kurang optimalnya daftar set instrumen steril di IBS RSUD Dr.Moewardi Isu yang Diangkat



: Kurang Optimalnya komunikasi terapeutik dalam pelayanan keperawatan pasien pre operatif di RSUD Dr.Moewardi Surakarta



54



Gagasan Penyelesaian isu



: Optimalisasi Komunikasi Terapeutik dalam Pelayanan Keperawatan Pada Pasien Pre Operatif di Instalasi Bedah Sentral RSUD Dr. Moewardi Surakarta Provinsi Jawa Tengah, terdiri dari 6 kegiatan: 1. Melakukan iidentifikasi Regulasi tentang komunikasi terapeutik pada pasien pre operasi di Instalasi Bedah Sentral RSUD Dr Moewardi 2. Menelaah SPO komunikasi terapeutik pada pasien pre operasi di Instalasi Bedah Sentral 3. Membuat



media



sosialisasi



video



komunikasi terapeutik pada pasien pre operasi 4. Memberikan



Sosialisasi



Komunikasi



Terapeutik pada pasien pre operasi pada teman sejawat 5. Melakukan Praktik komunikasi terapeutik pada pasien pre operasi 6. Melakukan



Evaluasi



Komunikasi terapeutik



55



pelaksanaan



Tabel 4.1 Rancangan Kegiatan Aktualisasi dan Habituasi No



1 1



Kegiatan



Tahapan Kegiatan



2 3 Melakukan identifikasi Regulasi tentang komunikasi terapeutik pada 1. Melakukan pasien pre konsultasi operasi di kepada Instalasi atasan Bedah Sentral 2. Melakukan RSUD Dr konsultasi Moewardi kepada (sumber mentor kegiatan: 3. Melakukan inovasi) identifikasi regulasi, panduan, SPO, standar, dan referensi lain yang berkaitan dengan komunikasi terapeutik pasien pre operasi



Output/ Hasil



Keterkaitan Substansi Mata Pelatihan



4 Teridentifikasinya regulasi tentang komunikasi terapeutik pada pasien pre operasi 1. Adanya rekomendasi atau ijin pelaksanaan kegiatan 2. Arahan/ rekomendasi kegiatan dari mentor 3. Teridentifikasinya regulasi/ panduan/ SPO/ standar/ referesi yang berkaitan dengan komunikasi terapeutik pasien pre operasi



5 Proses identifikasi regulasi tentang komunikasi terapeutik pada pasien pre operasi sejalan dengan substansi materi manajemen ASN bahwa dalam mengidentifikasi regulasi saya melaksanakan tugas dengan jujur, bertanggungjawab, dan berintegritas tinggi. Dalam kaitannya dengan aktualisasi nilai-nilai dasar PNS, maka nilai-nilai dasar yang relevan untuk diimplementasikan diantaranya: • Akuntabilitas: Transparansi a. Mendorong kerjasama antara kelompok internal. b. Meningkatkan kepercayaan dan keyakinan kepada pimpinan • Nasionalisme a. Sila 1: Mengembangkan sikap hormatmenghormati dan bekerjasama b. Sila 2:



56



Kontribusi terhadap Visi Misi Organisasi 6 Melalui output/hasil kegiatan ini “Teridentifikasinya regulasi tentang komunikasi terapeutik pada pasien pre operasi” Memberikan kontribusi dalam Visi Rumah sakit: Menjadi Rumah Sakit Terkemuka Berkelas Dunia. Dan memberikan kontribusi terhadap Misi Rumah sakit yaitu: Menyediakan wahana pendidkan dan penelitian kesehatan yang unggul berbasis pada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan yang



Penguatan Nilainilai Organisasi 7 Melalui output/ hasil kegiatan ini: “Teridentifikasinya regulasi tentang komunikasi terapeutik pada pasien pre operasi” Memberikan penguatan nilai organisasi RSUD Dr Moewardi yaitu: Profesionalisme



Menjaga sopan dan santun dalam berkonsultasi dengan mentor dan identifikasi dengan sejawat. c. Sila 3: Menggunakan bahasa persatuan (bahasa Indonesia) d. Sila 4: Saya bermusyawarah dengan mentor dan teman sejawat dalam proses identfikasi e. Sila 5: Bersifat netral terhadap hasil identifikasi dan tidak mementingksn diri sendiri Etika Publik: Dalam berkonsultasi saya menjelaskan ide secara jelas dan bahasa yang sopan serta menghargai atasan Komitmen Mutu: Saya bermusyawarah dengan mentor mengedepankan perbaikan berkelanjutan Anti Korupsi: Dalam mengidentifikasi regulasi saya bertanggungjawab dan jujur dengan hasil identifikasi



57



bersinergi dengan mutu pelayanan



No



1 2



Kegiatan



Tahapan Kegiatan



2 3 Melakukan telaah SPO komunikasi terapeutik pada pasien pre operasi di Instalasi 1. Berkonsultasi Bedah dengan Sentral mentor (sumber kegiatan: SKP/ Sasaran 2. Berkoordinasi Kinerja dengan Pegawai) teman sejawat tentang SPO komunikasi terapeutik pasien pre operasi



Output/ Hasil Kegiatan



Niai-nilai dasar



4 Tersedianya telaah SPO komunikasi terapeutik pada pasien pre operasi



5 Proses telaah SPO komunikasi terapeutik pada pasien pre operasi sejalan dengan substansi materi Pelayanan Publik, bahwa dalam telaah SPO saya menerapkan nilai akuntabel, efektif, dan efisien.



1. Adanya arahan atau rekomendasi SPO komunikasi terapeutik 2. Adanya kesepahaman tentang SPO komunikasi terapeutik



Dalam kaitannya dengan aktualisasi nilai-nilai dasar PNS, maka nilai-nilai dasar yang relevan untuk diimplementasikan diantaranya: • Akuntabilitas: Saya menghormati dengan kemampuan teman sejawat dan menumbuhkan kepercayaan • Nasionalisme Sila 4: Saya berkonsultasi dengan mentor dengan musyawarah • Etika Publik



58



Kontribusi terhadap Visi Misi Organisasi 6 Melalui output/hasil kegiatan ini “Tersedianya telaah SPO komunikasi terapeutik pada pasien pre operasi” Memberikan kontribusi dalam visi Rumah Sakit: Menjadi rumah sakit terkemuka berkelas dunia. Dan memberikan kontribusi terhadap Misi



Penguatan Nilainilai Organisasi 7 Melalui output/hasil kegiatan ini “Tersedianya telaah SPO komunikasi terapeutik pada pasien pre operasi”



Memberikan penguatan nilai organisasi RSUD Dr Moewardi yaitu: Efisiensi Profesionalisme



3. Menyusun SPO komunikasi terapeutik pada pasien pre operasi



3. Tersusunnya SPO Komunikasi Terapeutik



Saya berkonsultasi dengan mentor menggunakan etika sopan santun • Komitmen Mutu Penyusunan SPO Komunikasi terapeutik merupakan Inovasi baru Mampu menyelesaikan SPO sesuai waktu yang disepakati • Anti Korupsi Saya berusaha bekerja keras dalam menyusun SPO Komunikasi terapeutik



59



Rumah sakit yaitu Meyediakan pelayanan kesehatan berbasis pada keunggulan sumber daya manusia, kecanggihan dan kecukupan alat serta profesionalisme manajemen pelayanan.



No



Kegiatan



Tahapan Kegiatan



Output/ Hasil Kegiatan



1 3



2 Membuat media sosialisasi video komunikasi terapeutik pada pasien pre operasi (sumber kegiatan: inovasi)



3



4 Tersedianya media video pendokumentasian komunikasi terapeutik pada pasien pre operasi



1. Konsultasi dengan mentor dan KaUr tentang konten video 2. Membuat Script video 3. Berkoordinasi dengan teman sejawat untuk membantu pembuatan video 4. Pembuatan video sesuai arahan mentor/ KaUr diklat IBS



1. Adanya arahan/ rekomendasi konten video



Niai-nilai dasar



5 Proses pembuatan media sosialisasi video komunikasi terapeutik sejalan dengan substansi materi Manajemen ASN bahwa dalam membuat video memiliki informasi yang benar dan tidak menyesatkan kepada pihak lain



Dalam kaitannya dengan aktualisasi nilai-nilai dasar PNS, maka nilai-nilai dasar yang relevan untuk diimplementasikan diantaranya: • Akuntabilitas: a. Bertanggungjawab akan konten video sesuai dengan SPO 4. Tersedianya b. Menyampaikan media sosialisasi informasi dengan prinsip video kejelasan melalui video • Nasionalisme Sila 4: Saya melibatkan teman kerja dan bermusyawarah dalam membuat video • Etika Publik 2. Tersedianya script video 3. Adanya Kesepakatan membuat video bersama



60



Kontribusi terhadap Visi Misi Organisasi 6 Melalui output/hasil kegiatan ini: ” Tersedianya media video pendokumentasian komunikasi terapeutik pada pasien pre operasi” Memberikan kontribusi dalam Visi Rumah sakit: Menjadi Rumah Sakit Terkemuka Berkelas Dunia. Dan memberikan kontribusi terhadap Misi Rumah sakit yaitu: Menyediakan wahana pendidkan dan penelitian kesehatan yang unggul berbasis pada perkembangan ilmu pengetahuan



Penguatan Nilainilai Organisasi 7 Melalui output/hasil kegiatan ini: ” Tersedianya media video pendokumentasian komunikasi terapeutik pada pasien pre operasi” Memberikan penguatan nilai organisasi RSUD Dr Moewardi yaitu: Profesionalisme Efisiensi



Saya berkonsultasi dengan mentor dan KaUr diklat menggunakan etika dalam tutur kata dan bahasa yang jelas • Komitmen Mutu Saya membuat video dengan prinsip efisiensi dan kejelasan • Anti Korupsi Bekerja keras dalam membuat video



61



dan teknologi kesehatan yang bersinergi dengan mutu pelayanan



No



1 4



Kegiatan



Tahapan Kegiatan



2 3 Melakukan sosialisasi Komunikasi Terapeutik pada teman 1. Melakukan sejawat kosultasi dengan (sumber mentor dan KaUr kegiatan: diklat untuk SKP/ perizinan Sasaran sosialisasi Kinerja 2. Melakukan Pegawai) koordinasi dengan rekan perawat terkait pelaksanaan komunikasi terapeutik pasien pre operatif 3. Melakukan sosialisasi dengan rekan perawat



4. Mengevaluasi jalannya sosialisasi



Output/ Hasil Kegiatan



Niai-nilai dasar



4 Terlaksananya kegiatan sosialisasi komunikasi terapeutik Mendapatkan arahan dari mentor dan persetujuan KaUr IBS



5 Proses sosialisasi komunikasi terapeutik pada pasien pre operasi sejalan dengan substansi materi manajemen ASN bahwa saya melaksanakan tugas dengan cermat dan disiplin



Adanya kerjasama dengan perawat lain dalam sosialisasi



Terlaksananya sosialisasi komunikasi terapeutik pada pasien pre operatif Adanya lembar kehadiran dan notulen



Dalam kaitannya dengan aktualisasi nilai-nilai dasar PNS, maka nilai-nilai dasar yang relevan untuk diimplementasikan diantaranya:



Kontribusi terhadap Visi Misi Organisasi 6 Melalui output/hasil kegiatan ini: “Terlaksananya kegiatan sosialisasi komunikasi terapeutik”



Memberikan kontribusi dalam Visi • Akuntabilitas Rumah sakit: Saya menyampaikan rencana Menjadi Rumah sosialisasi dengan jelas dan Sakit transparan Terkemuka Saya memberika kesempatan rekan Berkelas Dunia. perawat untuk bertanya dengan prinsip non diskriminatif • Nasionalisme Dan Sila 1: memberikan Saya mengajak berdoa rekan kontribusi perawat sebelum dimulainya terhadap Misi sosialisasi sesuai dengan agama Rumah sakit dan kepercayaan masing-masing yaitu: • Etika Publik Menyediakan Setelah sosialisasi dilakukan wahana Evaluasi untuk mendorong kinerja pendidkan dan dan sebagai perbaikan penelitian berkelanjutan kesehatan yang



62



Penguatan Nilainilai Organisasi 7 Melalui output/hasil kegiatan ini: “Terlaksananya kegiatan sosialisasi komunikasi terapeutik” Memberikan penguatan nilai organisasi RSUD Dr Moewardi yaitu: Profesionalisme, Kepedulian, dan Kepuasan Pelanggan



• Komitmen Mutu Dalam penyampaian sosialisasi menerapkan prinsip efisiensi waktu sehingga tidak mengganggu pelayanan • Anti Korupsi Menyampaikan sosialisasi dengan jujur, berani dan mandiri.



63



unggul berbasis pada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan yang bersinergi dengan mutu pelayanan



No



1 5



Kegiatan



Tahapan Kegiatan



Output/ Hasil Kegiatan



2 3 Melakukan praktik komunikasi terapeutik pada pasien pre 1. Mengambil operasi pasien di ruang (Sumber transit dan kegiatan: memperkenalkan SKP/ diri Sasaran 2. Memberikan Kinerja support mental Pegawai) berupa dukungan kepada pasien 3. Membawa pasien ke ruang operasi dan mengajak pasien berdoa sebelum operasi dimulai



4 Terlaksananya komunikasi terapeutik pada pasien pre operasi 1. Pasien mengetahui nama tim operasi 2. Pasien mengatakan kecemasan berkurang dan siap operasi 3. Pasien berdoa sebelum operasi



Niai-nilai dasar



5 Proses praktik komunikasi terapeutik pada pasien pre operasi sejalan dengan substansi Manajemen ASN bahwa dalam menjalankan tugasnya dengan sikap hormat, sopan, dan tanpa tekanan. Serta sejalan dengan substansi Pelayanan Publik, bahwa dalam melakukan komunikasi terapeutik dengan prinsip tidak diskriminatif, dan responsive terhadap kondisi pasien. Dalam kaitanya dengan aktualisasi nilai-nilai dasar PNS, maka nilai-nilai dasar yang relevan untuk diimplementasikan, diantaranya: • Akuntabilitas: Tanggung jawab akan tugas yang diamanatkan Konsisten dalam memberikan pelayanan dengan komunikasi terapeutik • Nasionalisme: Sila 1:



64



Kontribusi terhadap Visi Misi Organisasi 6 Melalui output/ hasil kegiatan ini: “Terlaksananya komunikasi terapeutik pada pasien pre operasi” Memberikan kontribusi dalam Visi Rumah sakit: Menjadi Rumah Sakit Terkemuka Berkelas Dunia. Dan memberikan kontribusi terhadap Misi Rumah sakit yaitu: Menyediakan wahana pendidkan dan penelitian kesehatan yang unggul berbasis pada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan yang bersinergi dengan mutu pelayanan



Penguatan Nilainilai Organisasi 7 Melalui output/ hasil kegiatan ini: “Terlaksananya komunikasi terapeutik pada pasien pre operasi” Memberikan penguatan nilai organisasi RSUD Dr Moewardi yaitu: Profesionalisme, Kepedulian, Kepuasan Pelanggan



- Saya bekerja bersama perawat dan tenaga medis lainnya dengan prinsip saling menghormati serta memelihara dan menjunjung tinggi standar etika luhur - Saya mengajak berdoa pasien dengan menghormati agamanya • Etika Publik Saya memberikan support mental kepada pasien dengan jujur dan santun serta peduli. • Komitmen Mutu Melakukan komunikasi terapeutik dengan prinsip efektivitas • Anti Korupsi Memberikan komunikasi terapeutik dengan peduli kepada pasien dan adil tidak membeda-bedakan



65



No



1 6



Kegiatan



Tahapan Kegiatan



2 3 Melakukan evaluasi pelaksanaan Komunikasi terapeutik pada pasien pre operasi di Instalasi Bedah Sentral 1. Konsultasi RSUD Dr kepada Kaur Moewardi diklat IBS (sumber mengenai kegiatan: pelaksanaan SKP/ SPO komunikasi Sasaran terapeutik Kinerja 2. Konsultasi Pegawai) kepada Mentor mengenai pelaksanaan SPO komunikasi terapeutik 3. Mencari data prosentase pelaksanaan komunikasi terapeutik



Output/ Hasil Kegiatan



Keterkaitan Substansi Mata Pelatihan



4 Terlaksananya evaluasi komunikasi terapeutik pada pasien pre operasi di Instalasi Bedah Sentral RSUD Dr Moewardi Adanya arahan dari Kaur diklat IBS



5 Proses evaluasi komunikasi terapeutik pada pasien pre operasi sejalan dengan substansi Manajemen ASN, bahwa dalam evaluasi harus dengan jujur, bertanggung jawab, dan berintegritas tinggi.



Dalam kaitanya dengan aktualisasi nilai-nilai dasar PNS, maka nilai-nilai dasar yang relevan untuk diimplementasikan, diantaranya: Adanya arahan • Akuntabilitas Saya membuat dari mentor prosentase agar kinerja terukur dan dapat dipertanggungjawabkan • Nasionalisme Sila 4: Aanya Saya berkonsultasi pada prosentase mentor dengan pelaksanaan musyawarah akan hasil komunikasi evaluasi komunikasi terapeutik terapeutik • Etika Publik



66



Kontribusi terhadap Visi Misi Organisasi 6 Melalui output/hasil kegiatan ini: “Terlaksananya evaluasi komunikasi terapeutik pada pasien pre operasi di Instalasi Bedah Sentral RSUD Dr Moewardi” Memberikan kontribusi dalam Visi Rumah sakit: Menjadi Rumah Sakit Terkemuka Berkelas Dunia. Dan memberikan kontribusi terhadap Misi Rumah sakit yaitu: Menyediakan wahana pendidkan dan penelitian kesehatan yang unggul berbasis pada



Penguatan Nilai-nilai Organisasi 7 Melalui output/hasil kegiatan ini: “Terlaksananya evaluasi komunikasi terapeutik pada pasien pre operasi di Instalasi Bedah Sentral RSUD Dr Moewardi” Memberikan penguatan nilai organisasi RSUD Dr Moewardi yaitu: Profesionalisme, Kepedulian



Saya berkonsultasi dengan KaUr dan mentor menjunjung etika luhur • Komitmen Mutu Meningkatkan mutu proses secara berkelanjutan • Anti Korupsi Jujur terhadap hasil prosentase evaluasi komunikasi terapeutik



67



perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan yang bersinergi dengan mutu pelayanan



B. Jadwal Pelaksanaan KegiatanAktualisasi Tabel 4.2: Jadwal Rancangan Aktualisasi Jan KEGIATAN



Februari



Mar



Bukti Kegiatan



28 29 30 31 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 1 2



NO



1 Identifikasi regulasi tentang komunikasi terapeutik pada pasien pre operasi 2 Telaah SPO komunikasi terapeutik pada pasien pre operasi



Lembar persetujuan, Lembar konsultasi, Foto/video kegiatan, Lembar konsultasi, lembar SPO/SAK/PAK, foto/video kegiatan Lembar konsultasi, video media sosialisasi, foto/video kegiatan Lembar konsultasi, lembar persetujuan, video sosialisasi, notulen, daftar hadir Foto/video kegiatan,



3 Pembuatan media sosialisasi video komunikasi terapeutik pada pasien pre operasi 4 Sosialisasi komunikasi terapeutik pada pasien pre operasi 5 Melakukan praktik komunikasi terapeutik pada pasien pre operasi 6. Melakukan evaluasi pelaksanaan Komunikasi terapeutik



Lembar konsultasi, lembar ceklis komunikasi terapeutik



Keterangan : 1.



: Hari Libur Sabtu/Minggu



2.



: Aktualisasi dan Habituasi



68



C. Antisipasi Dan Strategi Menghadapi Kendala Aktualisasi nilai-nilai dasar Pegawai Negri Sipil (PNS) yang telah diaplikasikan pada institusi tempat kerja banyak memberikan kontribusi baik demi perubahan kearah yang lebih baik. Penyusun akan terus berusaha untuk tetap mengaplikasikan nilai-nilai dasar Pegawai Negri Sipil (PNS) yang terdiri dari Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu, dan Anti Korupsi serta Kedudukan dan Peran PNS yang terdiri dari Manajemen Aparatur Sipil Negara (ASN), Whole of Government (WoG), dan Pelayanan Publik, sebagai dasar dari segala kegiatan pelayanan keperawatan maupun berorganisasi, meskipun dalam pelaksanaanya mungkin akan menghadapi beberapa kendala. Analisis potensi kendala terkait pelaksanaan kegiatan secara sebagai berikut: Tabel 4.3 Antisipasi Menghadapi Kendala-kendala Aktualisasi No.



Kegiatan



1 Identifikasi regulasi tentang komunikasi terapeutik pada pasien pre operasi di Instalasi Bedah Sentral RSUD Dr.Moewardi (Sumber kegiatan: inisiatif yang disetujui) 2 Telaah SPO komunikasi terapeutik pada pasien pre operasi (Sumber kegiatan: inisiatif yang disetujui) 3 Pembuatan media sosialisasi video video komunikasi terapeutik pada pasien pre operasi (Sumber Kegiatan : inisiatif yang disetujui)



Kendala



Kurangnya pengalaman dalam mengidentifikasi regulasi



Antisipasi menghadapi kendala Memperluas komunikasi terhadap rekan sejawat dari berbagai instalasi



Solusi



Mencari data base regulasi di bidang keperawatan



Kegiatan memerlukan waktu relatif banyak



Manajemen waktu dengan baik



Melaksanakan kegiatan sesuai jadwal



Memerlukan keahlian multimedia editing



Adaptasi dengan perkembangan teknologi



Belajar aplikasi editing video



69



4 Sosialisasi Komunikasi Terapeutik pada teman sejawat (Sumber kegiatan: perintah atasan) 5 Melakukan praktik komunikasi terapeutik pada pasien pre operasi ( Sumber kegiatan : SKP)



Pre konference lengkap dilaksanakan di hari jumat saja Pekerjaan perawat di dalam kamar operasi sangat beragam dan padat



Manajemen waktu



Menempatkan sosialisasi di hari jumat



Komitmen pada kualitas



6 Evaluasi pelaksanaan Komunikasi terapeutik di Instalasi Bedah Sentral RSUD Dr Moewardi (Sumber kegiatan : perintah atasan)



Jadwal operasi berbeda beda sehingga pasien datang sewaktuwaktu



Manajemen waktu dan koordinasi dengan rekan sejawat



Melakukan komunikasi terapeutik pada pasien pre operasi dari ruang transit sampai ke meja operasi Meminta bantuan teman sejawat mengisi ceklist evaluasi pelaksanaan komunikasi terapeutik



70



BAB V PENUTUP Aktualisasi pada dasarnya menerapkan apa yang telah dipelajari di Diklat sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 tentang Pendidikan dan Pelatihan Jabatan Pegawai negeri Sipil (PNS). Utamanya bagi peserta sendiri dan secara umum bagi semua PNS di lingkungan kerja. Tentunya perubahan yang besar dimulai dari perubahan yang kecil. Selain itu dimulai dari diri sendiri sebelum merubah lingkungan yang lebih luas. Sesuai dengan harapan bahwa PNS menjadi agen perubahan dalam institusi pemerintah dalam menyediakan layanan kepada masyarakat luas. Rumah Sakit Umum Daerah Moewardi merupakan rumah sakit pendidikan dengan tipe A sehingga secara keseluruhan manajemen dan praktik rumah sakit ini dapat dikatakan relatif baik disandingkan dengan rumah sakit lain di sekitarnya. Namun demikian tidak menutup kesempatan bagi siapa saja yang ingin dan berpotensi melakukan perubahan ke arah yang lebih baik. Dalam hal ini peserta sebagai civitas hospitalia mempunyai kesempatan melakukan perubahan tersebut. Komunikasi terapeutik diterapkan oleh perawat dalam berhubungan dengan pasien untuk meningkatkan rasa saling percaya antara perawat dan pasien, apabila tidak diterapkan akan mengganggu hubungan terapeutik dan



berdampak



pada



ketidakpuasan



pasien.



Dengan



pemberian



komunikasi terapeutik diharapkan dapat menurunkan tingat kecemasan pasien karena pasien merasa bahwa interaksinya dengan perawat merupakan kesempatan untuk berbagi pengetahuan, perasaan dan informasi dalam rangka mencapai tujuan perawatan yang optimal, sehingga proses operasi lebih lancar Peserta



menetapkan



6



kegiatan



yang



bertujuan



untuk



mengoptimalkan dokumentasi keperawatan intraoperatif : 1. Identifikasi Regulasi tentang komunikasi terapeutik pada pasien pre operasi di Instalasi Bedah Sentral RSUD Dr Moewardi 71



2. Telaah SPO komunikasi terapeutik pada pasien pre operasi di Instalasi Bedah Sentral 3. Pembuatan media sosialisasi video komunikasi terapeutik pada pasien pre operasi 4. Sosialisasi Komunikasi Terapeutik pada pasien pre operasi pada teman sejawat 5. Praktik komunikasi terapeutik pada pasien pre operasi 6. Evaluasi pelaksanaan Komunikasi terapeutik ANEKA sebagai ruh aktifitas seorang PNS hendaklah diterapkan dalam melaksanakan tugas. Penerapan kegiatan tersebut merupakan langkah yang sangat awal dalam perjalanan pengabdian seorang Calon Pegawai Negri Sipil. Kegiatan-kegiatan yang disusun mencerminkan nilai ANEKA walaupun dalam setiap kegiatan tidak selalu mengandung nilai ANEKA secara lengkap. Peserta menyadari rancangan ini jauh dari kesempurnaan baik dari segi teknis maupun filosofi ANEKA yang terkandung didalamnya. Saran dan kritik selalu terbuka demi perubahan ke arah yang lebih baik. Semoga rancangan ini dapat bermanfaat bagi peserta secara khusus dan bagi Institusi secara lebih luas.



72



DAFTAR PUSTAKA Hatalea, Amna, Sugeng Rusmiwari, Akhirul Aminulloh. 2014. Budaya Kerja Pegawai Negeri Sipil. JISIP Vol 3 No.2. Universitas Tribhuwana Tunggaewi Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia. 2015. Aktualisasi: Modul Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil Golongan II dan Golongan III. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia. Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia. 2015. Akuntabilitas: Modul Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil Golongan II dan Golongan III. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia. Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia. 2015. Nasionalisme: Modul Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil Golongan II dan Golongan III. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia. Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia. 2015. Etika Publik: Modul Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil Golongan II dan Golongan III. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia. Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia. 2015. Komitmen Mutu: Modul Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil Golongan II dan Golongan III. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia. Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia. 2015. Anti Korupsi: Modul Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil Golongan II dan Golongan III. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia. Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia. 2017. Pelayanan Publik: Modul Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil Golongan II dan Golongan III. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia. Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia. 2017. Manajemen Aparatur Sipil Negara: Modul Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil Golongan II dan Golongan III. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia. Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia. 2017. Whole of Government Modul Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil Golongan II dan Golongan III. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia. 73



Republik Indonesia. 2009. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik. Republik Indonesia. 2014. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 Tentang Aparatur Sipil Negara. Spry, Cynthia. 1997. Essentials of Perioperative Nursing. Maryland: Aspen Publishers,Inc. Suryani. 2005. Komunikasi Terapeutik Teori Dan Praktik. Jakarta : EGC Warsini, Winda Irwanti, Agus Siswanto. Komunikasi Terapeutik Perawat Berhubungan Dengan Tingkat Kecemasan Pasien Pre-Operasi di Ruang Instalasi Bedah Sentral RSUD Saras Husada Purworejo. JNKI vol.3 No.1. STIK Alma Ata : Yogyakarta.



74



DAFTAR RIWAYAT HIDUP



A. IdentitasDiri Nama



Fatma Risda Hidayanti, S.Kep.,Ns



Jenis Kelamin



Perempuan



Tempat, tanggal lahir



Grobogan, 22 September 1993



Kewarganegaraan



Indonesia



Status Perkawinan



Menikah



Tinggi, berat badan



163 cm / 50 Kg



Kesehatan



Sehat



Agama



Islam



Alamat Lengkap



Telepon / HP



Kampung Sekip Rt 2 RW V No. 32 Desa Kadipiro Kecamatan Banjarsari, Surakarta 081259509960



E-mail



[email protected]



B. Riwayat Pendidikan 1999 – 2005



SD Negeri 3 Sulursari



2005 – 2008



SMP Negeri 1 Gabus



2008 – 2011



SMA N 1 Purwodadi



75



2011 – 2014 2014-2017



DIII Keperawatan Poltekkes Semarang S1 Keperawatan + Ners UNAIR



76



77