Resti Melani Paliatif [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KEPERAWATAN MENJELANG AJAL DAN PALIATIF



Tentang Pengkajian Fisik Dan Psikologis Perawatan Paliatif



Dosen Pembimbing:



Ns. Amelia Susanti,M.Kep, Sp Kep J.



Disusun Oleh Resti Melani 2014201032 5A Keperawatan



SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN STIKES ALIFAH PADANG 2021/2022



KATA PENGANTAR



Pertama-tama Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan pertolongan-Nya yang telah memberikan kemudahan pada saya sehingga penyusunan makalah ini dapat selesai sesuai dengan yang diharapkan. Makalah ini saya susun dengan maksud menambah informasi dan pengetahuan kita mengenai mata kuliah keperawatan paliatif. Dengan demikian, jika kita telah terjun dalam dunia pengajaran, kita dapat mengaplikasikan pengetahuan kita terhadap anak didik yang menjadi tanggungjawab kita. Akhir kata, kami menyampaikan permohonan maaf kepada segala pihak jika dalam makalah ini terdapat kekeliruan atau ada kata yang tidak berkenan dihati pembaca. Sebagai manusia biasa, penyusun tentu tidak luput dari kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun penyusun sangat harapkan untuk kesempurnaan penyusunan selanjutnya.



Padang, 24 September 2022



Penulis



BAB I PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Masalah Menurut WHO (2016) penyakit-penyakit yang termasuk dalam perawatan paliatif seperti penyakit kardiovaskuler dengan prevalensi 38.5%, kanker 34%, penyakit pernapasan kronis 10.3%, HIV/AIDS 5.7%, diabetes 4.6% dan memerlukan perawatan paliatif sekitas 40-60%. Pada tahun 2011 terdapat 29 juta orang meninggal di karenakan penyakit yang membutuhkan perawatan paliatif. Kebanyakan orang yang membutuhkan perawatan paliatif berada pada kelompok dewasa 60% dengan usia lebih dari 60 tahun, dewasa (usia 15-59 tahun) 25%, pada usia 0-14 tahun yaitu 6% (Baxter, et al., 2014). Prevalensi penyakit paliatif di dunia berdasarkan kasus tertinggi yaitu Benua Pasifik Barat 29%, diikuti Eropa dan Asia Tenggara masing-masing 22% (WHO,2014). Benua Asia terdiri dari Asia Barat, Asia Selatan, Asia Tengah, Asia Timur dan Asia Tenggara.Indonesia merupakan salah satu negara yang termasuk dalam benua Asia Tenggara dengan kata lain bahwa Indonesia termasuk dalam Negara yang membutuhkan perawatan paliatif. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2013) prevalensi tumor/kanker di Indonesia adalah 1.4 per 1000 penduduk, atau sekitar 330.000 orang, diabete melitus 2.1%, jantung koroner (PJK) dengan bertambahnya umur, tertinggi pada kelompok umur 65 -74 tahun yaitu 3.6%.Kementrian kesehatan (KEMENKES, 2016) mengatakan kasus HIV sekitar 30.935, kasus TB sekitar330.910. Kasus stroke sekitar 1.236.825 dan 883.447 kasus penyakit jantung dan penyakit diabetes sekitar 1,5% (KEMENKES, 2014). Pelayanan perawatan paliatif memerlukan keterampilan dalam mengelola komplikasi penyakit dan pengobatan, mengelola rasa sakit dan gejala lain, memberikan perawatan psikososial bagi pasien dan keluarga, dan merawat saat sekarat dan berduka (Matzo & Sherman, 2015). Penyakit dengan perawatan paliatif merupakan penyakit yang sulit atau sudah tidak dapat disembuhkan, perawatan paliatif ini bersifat meningkatkan kualitas hidup (WHO,2016). Perawatan paliatif meliputi manajemen nyeri dan gejala; dukungan psikososial, emosional, dukungan spiritual; dan kondisi hidup nyaman dengan perawatan yang tepat, baik dirumah, rumah sakit atau tempat lain sesuai pilihan pasien. Perawatan



paliatif dilakukan sejak awal perjalanan penyakit, bersamaan dengan terapi lain dan menggunakan pendekatan tim multidisiplin untuk mengatasi kebutuhan pasien dan keluarga mereka (Canadian Cancer Society, 2016). Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan meningkatkan kualitas hidup pasien (dewasa dan anak-anak) dan keluarga dalam menghadapi penyakit yang mengancam jiwa dengan cara meringankan penderitaan rasa sakit melalui identifikasi dini, pengkajian yang sempurna, dan penatalaksanaan nyeri serta masalah lainnya baik fisik, psikologis, sosial dan spiritual.Perawatan paliatif merupakan perawatan yang berfokus pada pasien dan keluarga dalam mengoptimalkan kualitas hidup dengan mengantisipasi, mencegah, dan termasuk fisik, intelektual, emosional, sosial dan kebutuhan spiritual serta



untuk



menfasilitasi otonomi pasien, mengakses informasi, dan pilihan. Pada perawatan paliatif ini, kematian tidak dianggap sebagai sesuatu yang harus dihindari tetapi kematian merupakan suatu hal yang harus dihadapi sebagai bagian dari siklus kehidupan normal setiap yang bernyawa. Pelayanan perawatan paliatif memerlukan ketrampilan dalam mengelola komplikasi penyakit dan pengobatan, mengelola rasa sakit dan gejala lain, memberikan perawatan psikososial bagi pasien dan keluarga, dan merawat saat sekarat dan berduka. Penyakit dengan perawatan paliatif merupakan penyakit yang sulit atau sudah tidak dapat disembuhkan, perawatan paliatif ini bersifat meningkatkan kualitas hidup . Perawatan paliatif meliputi manajemen nyeri dan gejala: dukungan psikososial, emosional, dukungan spiritual dan kondisi hidup nyaman dengan perawatan yang tepat, baik dirumah sakit atau tempat lain sesuai pilihan pasien. Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan meningkatkan kualitas hidup pasien (dewasa dan anak-anak) dan keluarga dalam menghadapi penyakit yangmengancam jiwa, dengan cara meringankan penderitaan rasa sakit melalui identifikasi dini, pengkajian yang sempurna, dan penatalaksanaan nyeri serta masalah lainnya baik fisik, psikologis, sosial atau spiritual. (World Health Organization (WHO) 2016). Perawatan paliatif merupakan perawatan yang berfokus pada pasien dan keluarga dalam



mengoptimalkan



kualitas



hidup



dengan



mengantisipasi,



mencegah,



dan



menghilangkan penderitaan.Perawatan paliatif mencangkup seluruh rangkaian penyakit termasuk fisik, intelektual, emosional, sosial, dan kebutuhan spiritual serta untuk



memfasilitasi otonomi pasien, mengakses informasi, dan pilihan (National Consensus Project for Quality Palliative Care, 2013).Pada perawatan paliatif ini, kematian tidak dianggap sebagai sesuatu yang harus di hindari tetapi kematian merupakan suatu hal yang harus dihadapi sebagai bagian dari siklus kehidupan normal setiap yang bernyawa (Nurwijaya dkk, 2010). Selain itu Matzo & Sherman (2015) juga menyatakan bahwa kebutuhan pasien paliatif tidak hanya pemenuhan atau pengobatan gejala fisik, namun juga pentingnya dukungan terhadap kebutuhan psikologi, sosial dan spiritual yang dilakukandengan pendekatan yang dikenal sebagai perawatan paliatif. Romadoni (2013) menyatakan bahwa kebutuhan spiritual merupakan kebutuhan beribadah, rasa nyaman, motivasi dan kasihsayang tehadap sesama maupun sang penciptanya. Spiritual bertujuan untuk memberikan pertanyaan mengenai tujuan akhir tentang keyakinan dan kepercayaan pasien (Margaret & Sanchia, 2016). Spiritual merupakan bagian penting dalam perawatan, ruang lingkup dari pemberian dukungan spiritual adalah meliputi kejiwaan, kerohanian dan juga keagamaan. Kebutuhan spiritual tidak hanya dapat diberikan oleh perawat, melainkan dapat juga diberikan oleh kelompok agama ataupun keluarga (Balboni dkk, 2013). Hidayat (2009) mengatakan keluarga memiliki peran yang cukup strategis dalam memenuhi kebutuhan spiritual, karena keluarga memiliki ikatan emosional yang kuat dan selalu berinteraksi dalam kehidupan sehari-hari. Dukungan keluarga adalah suatu bentuk hubungan interpersonal yang meliputi sikap, tindakan dan penerimaan terhadap anggota keluarga, sehingga anggota keluarga yang sakit merasa ada yang memperhatikan (Friedman, 2010). Dukungan ini merupakan sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap penderita yang sakit. Susilawati (2015) mengatakan anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung akan selalu siap memberi pertolongan dan bantuan yang diperlukan (Susilawati, 2015). Adanya dukungan keluarga mempermudah penderita dalam melakukan aktivitasnya berkaitan dengan persoalan-persoalan yang dihadapinya juga merasa dicintai dan bisa berbagi beban, mengekspresikan perasaan secara terbuka dapat membantu dalam menghadapi permasalahan yang sedang terjadi serta adanya dukungan keluarga akan berdampak pada peningkatan rasa percayadiri pada penderita dalam menghadapi proses penyakitnya (Misgiyanto & Susilawati, 2014). Morris dkk (2015) menyatakan lebih dari



200.000 orang setiap tahun tidak mati di tempat yang mereka inginkan. Selain itu terdapat 63% pasien paliatif menyatakan ingin di rawat oleh keluarganya.



Aoun dkk (2015) mengatakan jika dukungan yang diberikan keluarga terhadap pasien paliatif tidak terpenuhi pasien akan merasa kesepian, tidak berharga dan merasa tidak dicintai maka dari itu peran dari keluarga sangat dibutuhkan bagi pasien sehingga pasien merasa diperhatikan, nyaman dan damai. Harrop dkk (2014) mengatakan pasien paliatif lebih nyaman mendapatkan perawatan ataupun bantuan dari keluarganya. Dimana bantuan ataupun dukungan yang didapatkan dari keluarga dapat mengurangi beban psikososial dan spiritual pada pasien dengan perawatan paliatif (Hudson dkk, 2014).



B. Rumusan Masalah a. Apa definisi dari perawatan paliatif ? b. Apa saja elemen yang terdapat dalam perawatan paliatif ? c. Apa masalah keperawatan pada pasien paliatif ? d. Apa saja bantuan yang dapat diberikan pada pasien terminal ? e. Apa saja faktor-faktor yang perlu dikaji dalam perawatan paliatif ? f. Bagaimana pengkajian fisik dalam perawatan paliatif ?



C. Tujuan a. Mahasiswa dapat mengetahui apa definisi dari perawatan paliatif b. Mahasiswa dapat mengetahui apa saja elemen yang terdapat dalam perawatan paliatif c. Mahasiswa dapat mengetahui apa masalah keperawatan pada pasien paliatif d. Mahasiswa dapat mengetahui apa saja bantuan yang dapat diberikan pada pasien terminal e. Mahasiswa dapat mengetahui apa saja faktor-faktor yang perlu dikaji dalam perawatan paliatif f. Mahasiswa dapat mengetahui bagaimana pengkajian fisik dalam perawatan paliatif.



BAB II PEMBAHASAN



A. Definisi Perawatan Paliatif Perawatan paliatif adalah pendekatan yang bertujuan meningkatkan kualitas hidup pasien (dewasa dan anak-anak) dan keluarga dalam menghadapi penyakit yangmengancam jiwa, dengan cara meringankan penderitaan rasa sakit melalui identifikasi dini, pengkajian yang sempurna, dan penatalaksanaan nyeri serta masalah lainnya baik fisik, psikologis, sosial atau spiritual. (World Health Organization (WHO) 2016). Perawatan paliatif merupakan perawatan yang berfokus pada pasien dan keluarga dalam



mengoptimalkan



kualitas



hidup



dengan



mengantisipasi,



mencegah,



dan



menghilangkan penderitaan.Perawatan paliatif mencangkup seluruh rangkaian penyakit termasuk fisik, intelektual, emosional, sosial, dan kebutuhan spiritual serta untuk memfasilitasi otonomi pasien, mengakses informasi, dan pilihan (National Consensus Project for Quality Palliative Care, 2013).Pada perawatan paliatif ini, kematian tidak dianggap sebagai sesuatu yang harus di hindari tetapi kematian merupakan suatu hal yang harus dihadapi sebagai bagian dari siklus kehidupan normal setiap yang bernyawa (Nurwijaya dkk, 2010). Menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (KEMENKES, 2013)dan Aziz, Witjaksono, dan Rasjidi (2008) prisinsip pelayanan perawatan paliatif yaitu menghilangkan nyeri dan mencegah timbulnya gejala serta keluhan fisik lainnya, penanggulangan nyeri, menghargai kehidupan dan menganggap kematian sebagai proses normal , tidak bertujuan mempercepat atau menghambat kematian, memberikan dukungan psikologis, sosial dan spiritual, memberikan dukungan agar pasien dapat hidup seaktif mungkin, memberikan dukungan kepada keluarga sampai masa dukacita, serta menggunakan pendekatan tim untuk mengatasi kebutuhan pasien dan keluarganya.



Perawatan paliatif merupakan pendekatan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien dan keluarga dalam menghadapi penyakit yang mengancam jiwa, dengan cara meringankan penderitaan terhadap rasa sakit dan memberikan dukungan fisik, psikososial dan spiritual yang dimulai sejak tegaknya diagnose hingga akhir kehidupan pasien. Perawatan paliatif juga merupakan suatu pendekatan dalam perawatan pasien yang terintegrasi dengan terapi pengobatan untuk mengoptimalkan kualitas hidup pasien dengan penyakit kronis atau mengancam jiwa. Pelayanan perawatan paliatif yang diberikan memiliki beberapa aspek yaitu fisik, psikologis, sosial, dan spiritual. Aspek fisik dalam perawatan meliputi pemberian asuhan terhadap reaksi patofisiologis seperti nyeri, gejala lain dan efek samping yang dialami pasien. Aspek social dalam perawatan yaitu memberikan pemahaman kepada pasien dan keluarga tentang penyakit dan komplikasinya, gejala, efek samping dari pengobatan seperti kecacatan yang berpengaruh terhadap hubungan interpersonal, kapasitas pasien untuk menerima dan kapasitas keluarga untuk menyediakan kebutuhan perawatan. Aspek psikologis yaitu memberikan asuhan terhadap reaksi seperti depresi, stress, kecemasan, serta pelayanan terhadap proses berduka dan kehilangan. Aspek spiritual dalam perawatan meliputi pemberian asuhan terhadap masalah keagamaan seperti harapan dan ketakutan, makna, tujuan, kepercayaan tentang kehidupan setelah kematian, rasa bersalah, pengampunan dan kehadiran rohaniawan sesuai keinginan pasien dan keluarga.



B. Tujuan Perawatan Paliatif Tujuan perawatan paliatif adalah untuk mengurangi penderitaan, memperpanjang umur, meningkatkan kualitas hidup, dan memberikan support kepada keluarga penderita. Meski pada akhirnya penderita meninggal, yang terpenting sebelum meninggal penderita siap secara fisik dan spiritualnya, serta tidak stress menghadapi penyakit yang dideritanya. Perawatan paliatif diberikan sejak diagnosa ditegakkan sampai akhir hayat. Artinya tidak mempedulikan pada stadium dini atau lanjut, masih bisa disembuhkan atau tidak, mutlak perawatan paliatif harus diberikan kepada penderita.



C. Pengkajian fisik dalam perawatan paliatif a. Faktor Fisik



Pada kondisi terminal atau menjelang ajal klien dihadapkan pada berbagai masalah pada fisik. Gejala fisik yang ditunjukan antara lain perubahan



pada



penglihatan, pendengaran, nutrisi, cairan, eliminasi, kulit, tanda-tanda vital, mobilisasi, nyeri. Perawat harus mampu mengenali perubahan fisik yang terjadi pada klien, klien mungkin mengalami berbagai gejala selama berbulan-bulansebelum terjadi kematian. Perawat harus respek terhadap perubahan fisik yang terjadi pada klien terminal karena hal tersebut menimbulkan ketidaknyamanan dan penurunan kemampuan klien dalam pemeliharaan diri. b. Mengkaji Kondisi Kesehatan Fisik Nyeri : Ketika mengkaji pasien sangat penting untuk mendengarkan pasien, memperhatikan pada bahaa yang digunakan untuk mendeskripsikan nyeri akan membantu diagnosanya. Tipe nyeri dapat ditentukan dari obat apa yang harus digunakan.



D. Masalah Keperawatan Pada Pasien Paliatif Permasalahan perawatan paliatif yang sering digambarkan pasien yaitu kejadiankejadian yang dapat mengancam diri sendiri eimana masalah yang seringkali di keluhkan pasien yaitu mengenai masalah seperti nyeri, masalah fisik, psikologi sosial, kultural serta spiritual (IAHPC, 2016).Permasalahan yang muncul pada pasien yang menerima perawatan paliatif dilihat dari persepktif keperawatan meliputi masalah psikologi, masalah hubungan sosial, konsep diri, masalah dukungan keluarga serta masalah pada aspek spiritual atau keagamaan (Campbell, 2013). a. Masalah Fisik Masalah fisik yang seringkali muncul yang merupakan keluhan dari pasien paliatif yaitu nyeri (Anonim, 2017).Nyeri merupakan pengalaman emosional dan sensori yang tidak menyenangkan yang muncul akibat rusaknya jaringan aktual yang terjadi secara tiba-tiba dari intensitas ringan hingga berat yang dapat diantisipasi dan diprediksi. Masalah nyeri dapat ditegakkan apabiladata subjektif dan objektif dari pasien memenuhi minimal tiga kriteria (NANDA, 2015). 1) Problem Oksigenisasi



Respirasi irregular, cepat atau lambat, pernafasan cheyne stokes, sirkulasi perifer menurun, perubahan mental : Agitasi-gelisah, tekanan darah menurun, hypoksia, akumulasi secret, dan nadi ireguler. 2) Problem Eliminasi Konstipasi, medikasi atau imobilitas memperlambat peristaltic, kurang diet serat dan asupan makanan jugas mempengaruhi konstipasi, inkontinensia fekal bisa terjadi oleh karena pengobatan atau kondisi penyakit (mis Ca Colon), retensi urin, inkopntinensia urin terjadi akibat penurunan kesadaran atau kondisi penyakit misalnya : Trauma medulla spinalis, oliguri terjadi seiring penurunan intake cairan atau kondisi penyakit mis gagal ginjal. 3) Problem Nutrisi dan Cairan Asupan makanan dan cairan menurun, peristaltic menurun, distensi abdomen, kehilangan BB, bibir kering dan pecah-pecah, lidah kering dan membengkak, mual, muntah, cegukan, dehidrasi terjadi karena asupan cairan menurun. 4) Problem suhu Ekstremitas dingin, kedinginan sehingga harus memakai selimut. 5) Problem Sensori Penglihatan menjadi kabur, refleks berkedip hilang saat mendekati kematian, menyebabkan kekeringan pada kornea, Pendengaran menurun, kemampuan berkonsentrasi menjadi menurun, pendengaran berkurang, sensasi menurun. 6) Problem nyeri Ambang nyeri menurun, pengobatan nyeri dilakukan secara intra vena, klien harus selalu didampingi untuk menurunkan kecemasan dan meningkatkan kenyamanan. 7) Problem Kulit dan Mobilitas Seringkali tirah baring lama menimbulkan masalah pada kulit sehingga pasien terminal memerlukan perubahan posisi yang sering.



E. Elemen dalam perawatan paliatif Menurut National Consensus Project dalam Campbell (2013), meliputi : a.



Populasi pasien



Dimana dalam populasi pasien ini mencangkup pasien dengan semua usia, penyakit kronis atau penyakit yang mengancam kehidupan b.



Perawatan yang berfokus pada pasien dan keluarga Dimana pasien dan keluarga merupakan bagian dari perawatan paliatif itu sendiri.



c.



Waktu perawatan paliatif. Waktu dalam pemberian perawatan paliatif berlangsung mulai sejak terdiagnosanya penyakit dan berlanjut hingga sembuh atau meninggal sampai periode duka cita.



d.



Perawatan komprehensif Dimana perawatan ini bersifat multidimensi yang bertujuan untuk menanggulangi gejala penderitaan yang termasuk dalam aspek fisik, psikologis, sosial maupun keagamaan.



e.



Tim interdisiplin Tim ini termasuk profesional dari kedokteran, perawat, farmasi, pekerja sosial, sukarelawan, koordinator pengurusan jenazah, pemuka agama, psikolog, asisten perawat, ahli diet, sukarelawan terlatih.



f.



Perhatian terhadap berkurangnya penderitaan Tujuan perawatan paliatif adalah mencegah dan mengurangi gejala penderitaan yang disebabkan oleh penyakit maupun pengobatan.



g.



Kemampuan berkomunikasi Komunikasi efektif diperlukan dalam memberikan informasi, mendengarkan aktif, menentukan tujuan, membantu membuat keputusan medis dan komunikasi efektif terhadap individu yang membantu pasien dan keluarga.



h.



Kemampuan merawat pasien yang meninggal dan berduka



i.



Perawatan yang berkesinambungan Dimana seluruh sistem pelayanan kesehatan yang ada dapat menjamin koordinasi, komunikasi, serta kelanjutan perawatan paliatif untuk mencegah krisis dan rujukan yang tidak diperukan.



j.



Akses yang tepat



Dalam pemberian perawatan paliatif dimana timharus bekerja pada akses yang tepat bagi seluruh cakupanusia, populasi, kategori diagnosis, komunitas, tanpa memandang ras, etnik, jenis kelamin, serta kemampuan instrumental pasien. k.



Hambatan pengaturan Perawatan paliatif seharusnya mencakup pembuat kebijakan, pelaksanaan undangundang, dan pengaturan yang dapat mewujudkan lingkungan klinis yang optimal.



l.



Peningkatan kualitas Dimana dalam peningkatan kualitas membutuhkan evaluasi teratur dan sistemik dalam kebutuhan pasien.



F. Bantuan yang dapat diberikan pada pasien terminal Keadaan Terminal adalah suatu keadaan sakit dimana menurut akal sehat tidak ada harapan lagi bagi si sakit untuk sembuh. Keadaan sakit itu dapat disebabkan oleh suatu penyakit atau suatu kecelakaan. Dalam perawatan paliatif peran perawat adalah memberikan Asuhan Keperawatan pada Pasien Terminal untuk membantu pasien menjalani sisa hidupnya dalam keadaan seoptimal mungkin. Perawat harus memahami apa yang dialami klien dengan kondisi terminal, tujuannya untuk dapat menyiapkan dukungan dan bantuan bagi klien sehingga pada saat-saat terakhir dalam hidup bisa bermakna dan akhirnya dapat meninggal dengan tenang dan damai. Bantuan yang dapat diberikan pada pasien terminal yakni : a. Pada Fase Denial. Perawat perlu waspada terhadap isyarat pasien dengan denial dengan cara mananyakan tentang kondisinya atau prognosisnya dan pasien dapat mengekspresikan perasaanperasaannya. b. Pada Fase Marah atau anger. Biasanya pasien akan merasa berdosa telah mengekspresikan perasaannya yang marah. Perawat perlu membantunya agar mengerti bahwa masih me rupakan hal yang normal dalam merespon perasaan kehilangan menjelang kamatian. Akan lebih baik bila kemarahan ditujukan kepada perawat sebagai orang yang dapat dipercaya, memberikan



ras aman dan akan menerima kemarahan tersebut, serta meneruskan asuhan sehingga membantu pasien dalam menumbuhkan rasa aman. c. Pada Fase Menawar. Pada fase ini perawat perlu mendengarkan segala keluhannya dan mendorong pasien untuk dapat berbicara karena akan mengurangi rasa bersalah dan takut yang tidak masuk akal.



d. Pada Fase Depresi. Pada fase ini perawat selalu hadir di dekatnya dan mendengarkan apa yang dikeluhkan oleh pasien. Akan lebih baik jika berkomunikasi secara non verbal yaitu duduk dengan tenang disampingnya dan mengamati reaksi-reaksi non verbal dari pasien sehingga menumbuhkan rasa aman bagi pasien. e. Pada Fase Penerimaan. Fase ini ditandai pasien dengan perasaan tenang, damai. Kepada keluarga dan temantemannya dibutuhkan pengertian bahwa pasien telah menerima keadaanya dan perlu dilibatkan seoptimal mungkin dalam program pengobatan dan mampu untuk menolong dirinya sendiri sebatas kemampuannya.



G. Bantuan Memenuhi Kebutuhan Fisiologis a. Kebersihan Diri Kebersihan



dilibatkan



untuk



mampu



melakukan



kerbersihan



diri



sebatas



kemampuannya dalam hal kebersihan kulit, rambut, mulut, badan dan sebagainya. b. Mengontrol Rasa Sakit Beberapa obat untuk mengurangi rasa sakit digunakan pada klien dengan sakit terminal, seperti morphin, heroin, dsbg. Pemberian obat ini diberikan sesuai dengan tingkat toleransi nyeri yang dirasakan klien. Obat-obatan lebih baik diberikan Intra Vena dibandingkan melalui Intra Muskular atau Subcutan, karena kondisi system sirkulasi sudah menurun. c. Membebaskan Jalan Nafas Untuk klien dengan kesadaran penuh, posisi fowler akan lebih baik dan pengeluaran



sekresi lendir perlu dilakukan untuk membebaskan jalan nafas, sedangkan bagi klien yang tida sadar, posisi yang baik adalah posisi sim dengan dipasang drainase dari mulut dan pemberian oksigen. d. Bergerak Apabila kondisinya memungkinkan, klien dapat dibantu untuk bergerak, seperti: turun dari tempat tidur, ganti posisi tidur untuk mencegah decubitus dan dilakukan secara periodik, jika diperlukan dapat digunakan alat untuk menyokong tubuh klien, karena tonus otot sudah menurun. e. Nutrisi Klien seringkali anorexia, nausea karena adanya penurunan peristaltik. Dapat diberikan annti ametik untuk mengurangi nausea dan merangsang nafsu makan serta pemberian makanan tinggi kalori dan protein serta vitamin. Karena terjadi tonus otot yang berkurang, terjadi dysphagia, perawat perlu menguji reflek menelan klien sebelum diberikan makanan, kalau perlu diberikan makanan cair atau Intra Vena atau Invus. f. Eliminasi Karena adanya penurunan atau kehilangan tonus otot dapat terjadi konstipasi, inkontinen urin dan feses. Obat laxant perlu diberikan untuk mencegah konstipasi. Klien dengan inkontinensia dapat diberikan urinal, pispot secara teratur atau dipasang duk yang diganjti setiap saat atau dilakukan kateterisasi. Harus dijaga kebersihan pada daerah sekitar perineum, apabila terjadi lecet, harus diberikan salep. g. Perubahan Sensori Klien dengan dying, penglihatan menjadi kabur, klien biasanya menolak atau menghadapkan kepala kearah lampu atau tempat terang. Klien masih dapat mendengar, tetapi tidak dapat atau mampu merespon, perawat dan keluarga harus bicara dengan jelas dan tidak berbisik-bisik.



BAB III PENUTUP



A. Kesimpulan Perawatan paliatif merupakan perawatan yang berfokus pada pasien dan keluarga dalam



mengoptimalkan



kualitas



hidup



dengan



mengantisipasi,



mencegah,



dan



menghilangkan penderitaan. Permasalahan perawatan paliatif yang sering digambarkan pasien yaitu kejadian-kejadian yang dapat mengancam diri sendiri dimana masalah yang dikeluhkan pasien yaitu salah satunya mengenai Fisiknya. Perawatan paliatif mengutamakan pendekatan yang bertujuan memperbaiki kualitas hidup pasien dan keluarga yang menghadapi masalah yang berhubungan dengan penyakit yang dapat mengancam jiwa, melalui pencegahan dan mengurangi penderitaan melalui identifikasi dini dan penilaian yang tertib serta penanganan nyeri dan masalah-masalah lain, fisik,dan spiritual.



B. Saran Perawat harus mampu mengenali perubahan Fisik yang terjadi pada klien, klien mungkin mengalami berbagai gejala selama berbulan-bulan sebelum terjadi kematian. Perawat harus respek terhadap perubahan Fisik yang terjadi pada klien terminal karena hal tersebut menimbulkan ketidaknyamanan dan penurunan kemampuan klien dalam pemeliharaan diri.



DAFTAR PUSTAKA



Aldridge, M. D. et al. (2015) ‘Education , implementation , and policy barriers to greater integration of palliative care : A literature review’, Palilative Medicine. doi: 10.1177/0269216315606645. Campbell, M. L. (2013) Nurse to Nurse Palliative Care : Expert Interventions. First. New York: McGrawHill Companies. doi: DOI: 10.1036/0071493239. Doyle, D. and Woodruff, R. (2013) The IAHPC Manual of Palliative Care. 3rd editio, Journal of Pain and Palliative Care Pharmacotherapy.3rd editio.doi: 10.3109/15360288.2013.848970. Kelley, A. S. and Morrison, R. S. (2015) ‘Palliative Care for the Seriously Ill’, The New England Jornal of Medicine, 373(8), pp. 747–755. doi: 10.1056/NEJMra1404684. WHO | WHO Definition of Palliative Care.WHO [Internet]. 2012 [cited 2017 Apr 11]; Available from: http://www.who.int/cancer/palliative/definition/en/ Kemenkes RI (2017) PROFIL KESEHATAN INDONESIA. Jakarta. Rochmawati, E., Wiechula, R. and Rn, K. C. (2016) ‘Current status of palliative care services in Indonesia : a literature review’, International Council of Nurses, pp. 180–190.