Revisi Askep Luka Bakar (Sistem Integumen) - Dhea Permatasari Iskandar [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. M DENGAN DIAGNOSA MEDIS LUKA BAKAR (VULNUS COMBUSTIO) DI RUANG BEDAH RSUD dr. DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA



Oleh : Dhea Permatasari Iskandar NIM : 2018.C.10a.0964



YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PRODI SARJANA KEPERAWATAN TAHUN AKADEMIK 2020/2021



LEMBAR PERSETUJUAN Asuhan Keperawatan Ini Disusun Oleh: Nama



: Dhea Permatasari Iskandar



NIM



: 2018.C.10a.0964



Program Studi



: S1 Keperawatan



Judul



: “Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan pada Tn. M dengan diagnosa medis Luka Bakar (Vulnus Combustio) di Ruang Bedah RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya”. Telah melaksanakan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk



menempuh Praktik Praklinik Keperawatan II (PPK II) Pada Program Studi Sarjana Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya.



Laporan keperawatan ini telah disetujui oleh :



Pembimbing Akademik



Nia Pristina, S.Kep.,Ners



ii



LEMBAR PENGESAHAN Asuhan Keperawatan Ini Disusun Oleh: Nama



: Dhea Permatasari Iskandar



NIM



: 2018.C.10a.0964



Program Studi



: S1 Keperawatan



Judul



: “Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan pada Tn. M dengan diagnosa medis Luka Bakar (Vulnus Combustio) di Ruang Bedah RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya”. Telah melaksanakan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk



menempuh Praktik Praklinik Keperawatan II (PPK II) Pada Program Studi Sarjana Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangka Raya.



Laporan keperawatan ini telah disahkan oleh :



Ketua Prodi Sarjana Keperawatan



Pembimbing Praktik



Meilitha Carolina, Ners, M.Kep.



Nia Pristina, S. Kep., Ners



iii



KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan anugerah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan Pendahuluan yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada Tn. M dengan diagnosa medis



Luka Bakar (Vulnus Combustio) di Ruang Bedah RSUD dr. Doris



Sylvanus Palangka Raya”. Laporan pendahuluan ini disusun guna melengkapi tugas Praktik Praklinik Keperawatan II (PPK II). Laporan Pendahuluan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, saya ingin mengucapkan terimakasih kepada : 1.



Ibu Maria Adelheid Ensia, S.Pd., M.Kes., selaku Ketua STIKes Eka Harap Palangka Raya.



2.



Ibu Meilitha Carolina, Ners, M.Kep., selaku Ketua Program Studi Sarjana Keperawatan STIKes Eka Harap Palangka Raya.



3.



Ibu Meida Sinta Araini, S.Kep., Ners selaku Koordinator Praktik Pra Klinik Keperawatan II Program Studi Sarjana Keperawatan.



4.



Ibu Nia Pristina, S. Kep., Ners selaku Pembimbing Akademik yang telah banyak memberikan arahan, masukkan, dan bimbingan dalam penyelesaian asuhan keperawatan ini.



5.



Semua pihak yang telah banyak membantu dalam pelaksaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini. Saya menyadari bahwa laporan pendahuluan ini mungkin terdapat kesalahan



dan jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu penyusun mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca dan mudah-mudahan laporan pendahuluan ini dapat mencapai sasaran yang diharapkan sehingga dapat bermanfaat bagi kita semua. Palangka Raya, 6 Januari 2021



(Penyusun) Dhea Permatasari Iskandar



iv



DAFTAR ISI SAMPUL DEPAN LEMBAR PERSETUJUAN..................................................................................ii LEMBAR PENGESAHAN..................................................................................iii KATA PENGANTAR............................................................................................iv DAFTAR ISI...........................................................................................................v DAFTAR GAMBAR...........................................................................................vii BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1 1.1 Latar Belakang............................................................................................1 1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................2 1.3 Tujuan Penulisan.........................................................................................2 1.4 Manfaat Penulisan.......................................................................................3 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................5 2.1 Konsep Penyakit Luka Bakar.......................................................................5 2.1.1 Definisi Luka Bakar.........................................................................5 2.1.2 Anatomi Fisiologi.............................................................................5 2.1.3 Etiologi...........................................................................................10 2.1.4 Klasifikasi.......................................................................................11 2.1.5 Patofisiologi (Pathways).................................................................15 2.1.6 Manifestasi Klinis (Tanda dan Gejala)...........................................17 2.1.7 Komplikasi.....................................................................................18 2.1.8 Pemeriksaan Penunjang..................................................................20 2.1.9 Penatalaksanaan Medis..................................................................21 2.2 Manajemen Asuhan Keperawatan.............................................................26 2.2.1 Pengkajian Keperawatan................................................................26 2.2.2 Diagnosa Keperawatan...................................................................34 2.2.3 Intervensi Keperawatan..................................................................35 2.2.4 Implementasi Keperawatan............................................................44 2.2.5 Evaluasi Keperawatan....................................................................44 BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN.................................................................45 3.1 Pengkajian.................................................................................................45 3.2 Diagnosa Keperawatan..............................................................................63 3.3 Intervensi...................................................................................................65 3.4 Implementasi.............................................................................................72 3.5 Evaluasi.....................................................................................................72 BAB 4 PENUTUP................................................................................................82 4.1 Kesimpulan................................................................................................82 4.2 Saran...........................................................................................................85 DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................86 LAMPIRAN SAP (SATUAN ACARA PENYULUHAN) LEAFLET JURNAL



v



DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Luka Bakar Derajat I 12 Gambar 1.2 Luka Bakar Derajat II....................................................................13 Gambar 1.3 Luka Bakar Derajat III



13



Gambar 1.4 Berdasarkan luas luka bakar permukaan tubuh



14



Gambar 1.5 Manifestasi Klinis Vulnus Combustio Grade I-III



18



vi



1



BAB 1 PENDAHULUAN 1.1



Latar Belakang Vulnus Combustio atau Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau



kehilangan jaringan yang disebab kanadanya kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi.Kerusakan jaringan yang disebabkan api dan koloid (misalnya bubur panas) lebih berat dibandingkan air panas. Ledakan dapat menimbulkan luka bakar dan menyebabkan kerusakan organ. Bahan kimia terutama asam menyebabkan kerusakan yang hebat akibat reaksi jaringan sehingga terjadi diskonfigurasi jaringan yang menyebabkan gangguan



proses penyembuhan. Lama



kontak jaringan



dengan sumber



panas menentukan luas dan kedalaman kerusakan jaringan. Semakin lama waktu kontak, semakin luas dan dalam kerusakan jaringan yang terjadi. (Yefta, 2003). Badan kesehatan dunia (WHO) tahun 2017 secara global luka bakar termasuk dalam peringkat ke 15, penyebab utama kematian terjadi pada anakanak dan dewasa muda yang berusia 5-29 tahun. Prevalensi kejadian luka bakar didunia adalah pada tahun 2007-2009 tercatat per 100.000 orang yaitu negara yang mempunyai prevalensi terendah adalah Singapura (0,05%) dan prevalensi tertinggi adalah Finlandia (1,98%) (The World Fire Data Statistic Center, 2018). Prevalensi cedera luka bakar di Indonesia, angka mortalitas akibat trauma luka bakar sekitar 195.000 jiwa pertahun. Berdasarkan data unit luka bakar Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), pasien dengan luka bakar akut yang di rujuk pada tahun 2010 sebanyak 143 orang pasien. Dari 50 orang pasien, 24 orang pasien (48%) meninggal dan 26 orang pasien (52%) dapat diselamatkan. Luka bakar karena api atau akibat tidak langsung dari api,misalnya tersiram air panas,banyak terjadi pada kecelakaan rumah tangga (Depkes RI,2008). Derajat luka bakar yang paling banyak ditemukan yairu derajat II A dan B dengan 36 kasus atau 46,7 % dari seluruh kasus luka bakar yang didapatkan.(Awan adhy et al,2014). Luka bakar atau Vulnus Combustio yaitu luka yang disebabkan oleh suhu tinggi, dan disebabkan banyak faktor, yaitu fisik seperti api, air panas, listrik



1



2



seperti kabel listrik yang mengelupas, petir, atau bahan kimia seperti asam atau basa kuat. Luka bakar atau vulnus combustio merupakan masalah yang sangat signifikan oleh karena itu perlu penanganan yang spesifik dan membutuhkan tenaga medis yang profesional. Penyembuhan luka pada kulit merupakan kondisi yang



kompleks,



mencakup



berbagai



respon



terhadap



cedera.



Adanya luka akan mengaktifkan proses sistemik yang merubah fungsi fisiologi yang dapat melampaui kondisi lokal pada daerah yangmengalami luka. Secara umum penyembuhan luka menunjukkan respon organisme terhadap kerusakan fisik jaringan /organ serta usaha pengembalian kondisi homeostasis sehingga tercapai kestabilan fisiologi jaringan atau organ yang ditandai dengan terbentuknya epitel yang fungsional diatas daerah luka. (Gurtner,2007) Berdasarkan uraian di atas, maka penulis mengangkat laporan studi kasus tentang Asuhan Keperawatan Pada Nn.B dengan Luka Bakar di Sistem Integumen, dalam upaya ketepatan penegakan diagnosis hingga pemberian terapi yang adekuat sehingga dapat dilakukan pencegahan dari komplikasi yang dapat ditimbulkan. 1.2



Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan



masalah yaitu : Bagaimana pelaksanaan pemberian asuhan keperawatan pada Tn.M yang komprehensif dengan diagnosa medis Luka Bakar pada sistem integumen di RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya? 1.3



Tujuan Penulisan



1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum dari penulis studi kasus ini adalah untuk memberikan Asuhan Keperawatan pada Tn.M dengan diagnosa medis di Sistem Integumen dengan menggunakan proses keperawatan dari pengkajian sampai dengan evaluasi keperawatan. 1.3.2



Tujuan Khusus



3



1.3.2.1 Mahasiswa dapat melengkapi Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan pada Tn.M dengan diagnosa medis Luka Bakar di sistem Integumen. 1.3.2.2 Mahasiswa dapat mengidentifikasi pengkajian pada Tn.M dengan Luka Bakar di sistem Integumen. 1.3.2.3 Mahasiswa dapat merumuskan diagnosa pada Tn.M dengan Luka Bakar di sistem Integumen. 1.3.2.4 Mahasiswa dapat merencanakan tindakan keperawatan sesuai dengan masalah pada Tn.M dengan Luka Bakar di sistem Integumen. 1.3.2.5 Mahasiswa mampu mengimplementasikan rencana tindakan keperawatan pada Tn.M dengan Luka Bakar di sistem Integumen. 1.3.2.6 Mahasiswa mampu membuat evaluasi dari hasil tindakan keperawatan yang dilakukan pada Tn.M dengan Luka Bakar di sistem Integumen. 1.3.2.7 Mahasiswa dapat mendokumentasikan hasil dari laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan yang telah dilaksanakan pada Tn.M dengan Luka Bakar di sistem Integumen. 1.4



Manfaat Penulisan



1.4.1 Bagi Mahasiswa Diharapkan agar mahasiswa dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan dengan menerapkan proses keperawatan dan memanfaatkan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama menempuh pendidikan di Program Studi S1 Keperawatan STIKes Eka Harap Palangka Raya. 1.4.2 Bagi Klien dan Keluarga Klien dan keluarga mengerti cara perawatan pada penyakit Luka Bakar secara benar dan bisa melakukan keperawatan di rumah dengan mandiri. 1.4.3 Bagi Institusi 1.4.3.1 Bagi Institusi Pendidikan Sebagai sumber bacaan, referensi dan tolak ukur tingkat kemampuan mahasiswa dalam penguasaan terhadap ilmu keperawatan dan pendokumentasian proses keperawatan khususnya bagi mahasiswa STIKes Eka Harap dalam



4



memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit Luka Bakar sehingga dapat diterapkan di masa yang akan datang.



1.4.3.2 Bagi Institusi Rumah Sakit Memberikan



gambaran



pelaksanaan



Asuhan



Keperawatan



dan



Meningkatkan mutu pelayanan perawatan di Rumah Sakit kepada pasien dengan Luka



Bakar



melalui



Asuhan



Keperawatan



yang



dilaksanakan



secara



komprehensif. 1.4.4 Bagi IPTEK Dengan adanya laporan studi kasus diharapkan dapat menimbulkan ide-ide dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang keperawatan terutama penembangan dalam pelaksanaan asuhan keperawatan dengan konsep pendekatan proses keperawatanjang pelayanan perawatan yang berguna bagi status kesembuhan klien.



5



BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1



Konsep Penyakit Luka Bakar



2.1.1 Definisi Luka Bakar Combustio atau Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber panas, bahan kimia, listrik dan radiasi. kulit dengan luka bakarakan mengalami kerusakan pada epidermis, dermis, maupun jaringan subkutan tergantung faktor penyebab dan lamanya kontak dengan sumber panas penyebabnya. Kedalaman luka bakar akan mempengaruhi kerusakan/ gangguan integritas kulit dan kematian selsel (Moenadjat, 2010). Combustio atau Luka bakar bisa berasal dari berbagai sumber, dari api, matahari, uap, listrik, bahan kimia, dan cairan atau benda panas. Luka bakar bisa saja hanya berupa luka ringan yang bisa diobati sendiri atau kondisi berat yang mengancam nyawa yang membutuhkan perawatan medis yang intensif (PRECISE,2011). Combustio atau Luka bakar adalah kondisi atau terjadinya luka akibat terbakar, yang hanya disebabkan oleh panas yang tinggi, tetapi oleh senyawa kimia, listrik, dan pemanjanan (exposure) berlebihan terhadap sinar matahari. Menurut (Setiya, 2016) Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Vulnus Combustio atau dikenal luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh kontak dengan bahan kimia, listrik dan radiasi yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih dalam. Luka bakar bisa saja hanya berupa luka ringan yang bisa diobati sendiri atau kondisi berat yang mengancam nyawa yang membutuhkan perawatan medis yang intensif. 2.1.2 Anatomi Fisiologi Kulit merupakan organ tubuh yang paling luas yang berkontribusi terhadap total berat tubuh sebanyak 7 %. Keberadaan kulit memegang peranan penting dalam mencegah terjadinya kehilangan cairan yang berlebihan, dan mencegah



5



6



masuknya agen-agen yang ada di lingkungan seperti bakteri, kimia dan radiasi ultraviolet. Kulit juga akan menahan bila terjadi kekuatan-kekuatan mekanik seperti gesekan (friction), getaran (vibration) dan mendeteksi perubahanperubahan fisik di lingkungan luar, sehingga memungkinkan seseorang untuk menghindari stimuli-stimuli yang tidak nyaman. Kulit terdiri dari tiga lapisan, yaitu : epidermis (kulit ari), dermis (kulit jangat atau korium) dan lapisan subkutan/hipodermis 1.



Epidermis Epidermis sering kita sebut sebagai kuit luar. Epidermis merupakan lapisan



teratas pada kulit manusia dan memiliki tebal yang berbeda-beda : 400-600 μm untuk kulit tebal (kulit pada telapak tangan dan kaki) dan 75-150 μm untuk kulit tipis (kulit selain telapak tangan dan kaki, memiliki rambut). Selain sel-sel epitel, epidermis juga tersusun atas lapisan: a.



Melanosit,



yaitu



sel



yang



menghasilkan



melanin



melalui



proses



melanogenesis. Melanosit (sel pigmen) terdapat di bagian dasar epidermis. Melanosit menyintesis dan mengeluarkan melanin sebagai respons terhadap rangsangan hormon hipofisis anterior, hormon perangsang melanosit (melanocyte stimulating hormone, MSH). Melanosit merupakan sel-sel khusus epidermis yang terutama terlibat dalam produksi pigmen melanin yang mewarnai kulit dan rambut. Semakin banyak melanin, semakin gelap warnanya.. Melanin diyakini dapat menyerap cahaya ultraviolet dengan demikian akan melindungi seseorang terhadap efek pancaran cahaya ultraviolet dalam sinar matahari yang berbahaya. b.



Sel Langerhans, yaitu sel yang merupakan makrofag turunan sumsum tulang, yang merangsang sel Limfosit T, mengikat, mengolah, dan merepresentasikan antigen kepada sel Limfosit T. Dengan demikian, sel Langerhans berperan penting dalam imunologi kulit.Sel-sel imun yang disebut sel Langerhans terdapat di seluruh epidermis. Sel Langerhans mengenali partikel asing atau mikroorganisme yang masuk ke kulit dan membangkitkan



suatu



serangan



imun.



Sel



Langerhans



mungkin



bertanggungjawab mengenal dan menyingkirkan sel-sel kulit displastik dan neoplastik. Sel Langerhans secara fisik berhubungan dengan saraf-sarah



7



simpatis , yang mengisyaratkan adanya hubungan antara sistem saraf dan kemampuan kulit melawan infeksi atau mencegah kanker kulit. Stres dapat memengaruhi fungsi sel Langerhans dengan meningkatkan rangsang simpatis. Radiasi ultraviolet dapat merusak sel Langerhans, mengurangi kemampuannya mencegah kanker. c.



Sel Merkel, yaitu sel yang berfungsi sebagai mekanoreseptor sensoris dan berhubungan fungsi dengan sistem neuroendokrin difus.



d.



Keratinosit, yang secara bersusun dari lapisan paling luar hingga paling dalam sebagai berikut: 



Stratum Korneum /lapisan tanduk, terdiri atas 15-20 lapis sel gepeng, tanpa inti dengan sitoplasma yang dipenuhi keratin. Lapisan ini merupakan lapisan terluar dimana eleidin berubah menjadi keratin yang tersusun tidak teratur sedangkan serabut elastis dan retikulernya lebih sedikit sel-sel saling melekat erat.







Stratum Lucidum tidak jelas terlihat dan bila terlihat berupa lapisan tipis yang homogen, terang jernih, inti dan batas sel tak terlihat. Stratum lucidum terdiri dari protein eleidin. Selnya pipih, bedanya dengan stratum granulosum adalah sel-sel sudah banyak yang kehilangan inti dan butir-butir sel telah menjadi jernih sekali dan tembus sinar. Lapisan ini hanya terdapat pada telapak tangan dan telapak kaki.







Stratum Granulosum/ lapisan keratohialin, terdiri atas 2-4 lapis sel poligonal gepeng yang sitoplasmanya berisikan granul keratohialin. Pada membran sel terdapat granula lamela yang mengeluarkan materi perekat antar sel, yang bekerja sebagai penyaring selektif terhadap masuknya materi asing, serta menyediakan efek pelindung pada kulit.







Stratum Spinosum/ stratum malphigi / pickle cell layer, tersusun dari beberapa lapis sel di atas stratum basale. Sel pada lapisan ini berbentuk polihedris dengan inti bulat/lonjong. Pada sajian mikroskop tampak mempunyai tonjolan sehingga tampak seperti duri yang disebut spina dan terlihat saling berhubungan dan di dalamnya terdapat fibril sebagai intercellular bridge.Sel-sel spinosum saling



8



terikat



dengan



filamen;



filamen



ini



memiliki



fungsi



untuk



mempertahankan kohesivitas (kerekatan) antar sel dan melawan efek abrasi. Dengan demikian, sel-sel spinosum ini banyak terdapat di daerah yang berpotensi mengalami gesekan seperti telapak kaki. 



Stratum Basal/Germinativum, merupakan lapisan paling bawah pada epidermis (berbatasan dengan dermis), tersusun dari selapis sel-sel pigmen basal , berbentuk silindris dan dalam sitoplasmanya terdapat melanin. Pada lapisan basal ini terdapat sel-sel mitosis.



2.



Dermis Lapisan dermis terbagi menjadi dua yaitu a.



Bagian atas, pars papilaris (stratum papilaris). Lapisan ini berada langsung di bawah epidermis dan tersusun dari selsel fibroblas yang menghasilkan salah satu bentuk kolagen.



b.



Bagian bawah, pars retikularis (stratum retikularis). Lapisan ini terletak di bawah lapisan papilaris dan juga memproduksi kolagen.



Dermis juga tersusun dari pembuluh darah serta limfe, serabut saraf, kelenjar keringat serta sebasea dan akar rambut. 3.



Jaringan subkutan atau Hypodermis Hypodermis merupakan lapisan kulit yang terdalam. Lapisan ini



terutamanya adalah jaringan adipose yang memberikan bantalan antara lapisan kulit dan struktur internal seperti otot dan tulang. Jaringan subkutan dan jumlah deposit lemak merupakan faktor penting dalam pengaturan suhu tubuh. kelenjar pada kulit kelenjar keringat ditemukan pada kulit pada sebagian besar permukaan tubuh. Kelenjar initerutama terdapat pada telapak tangan dan kaki. Kelenjar keringat diklasifikasikan menjadi 2, yaitu kelenjar ekrin dan apokrin. Kelenjar ekrin ditemukan pada semua daerah kulit. Kelenjar apokrin berukuran lebih besar dan kelenjar ini terdapat aksila, anus, skrotum dan labia mayora.



9



Fungsi kulit adalah : a. Fungsi proteksi, kulit menjaga bagian tubuh gangguan fisis atau mekanis, misalnya terhadap gesekan tarikan gangguan kimiawi yang terdapat menimbulkan iritasi seperti lisol, karbol dan asam kuat. b. Proteksi rangsangan kimia, dapat terjadi karena sifat stratum korneum yang impermiabel terhadap berbagai zat kimia dan air. Lapisan keasamaan kulit yang melindungi kontak zat kimia dan kulit. c. Sungsi absorbsi, kulit yang tidak mudah menyerap air, larutan dan benda pada tetapi cairan yang mudah menguap dan mudah diserap begitu juga yang larut dalam lemak. d. Fungsi kulit sebagai pengatur panas. Suhu tubuh tetap stabil meskipun terjadi perubahan suhu lingkungan. e. Fungsi ekskresi, kelenjar-kelenjar kulit mengeluarkan zat-zat yang tidak berguna lagi. Atau zat sisa metabolisme dalam tubuh berupa NaCl, Urea, asam urat dan amonia. f. Fungsi persepsi, kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik didemis dan subkotis. Respon terhadap rangsangan panas diperankan oleh dermis dan subkutis, terhadap dingin diperankan oleh dermis, perabaan diperankan oleh papila dermis dan markel renvier, sedangkan tekanan diperankan oleh epidermis. Selaput saraf sensorik lebih banyak jumlahnya didaerah yang erotik. g. Fungsi pembentukan figmen, sel membentuk figmen (melanosit) terletak pada lapisan basal dan sel ini berasal dari rigi saraf h. Fungsi keratinisasi dimulai dari sel basal yang mengadakan pembelahan



10



i. Fungsi pembentukan vitamin D dengan mengubah dehidroksi kolesterol dengan pertolongan sinar matahari. Kulit adalah organ yang paling luas permukaannya yang membungkus seluruh bagian luar tubuh sehingga kulit sebagai perlindungan tubuh terhadap bahaya bahan kimia. Kulit merupakan indikator bagi seseorang untuk memperoleh kesan umum dengan melihat perubahan yang terjadi pada kulit 2.1.3 Etiologi Menurut (Joyce, 2014) Combustio dapat disebabkan oleh paparan api, baik secara langsung maupun tidak langsung, misal akibat tersiram air panas yang banyak terjadi pada kecelakaan rumah tangga. Selain itu, pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik maupun bahan kimia juga dapat menyebabkan luka bakar. Secara garis besar, penyebab terjadinya luka bakar dapat dibagi menjadi: 1.



Paparan api 



Flame: Akibat kontak langsung antara jaringan dengan api terbuka, dan menyebabkan cedera langsung ke jaringan tersebut. Api dapat membakar pakaian terlebih dahulu baru mengenai tubuh. Serat alami memiliki kecenderungan untuk terbakar, sedangkan serat sintetik cenderung meleleh atau menyala dan menimbulkan cedera tambahan berupa cedera kontak.







Benda panas (kontak): Terjadi akibat kontak langsung dengan benda panas. Luka bakar yang dihasilkan terbatas pada area tubuh yang mengalami kontak. Contohnya antara lain adalah luka bakar akibat rokok dan alat-alat seperti solder besi atau peralatan masak.



2.



Scalds (air panas) Terjadi akibat kontak dengan air panas. Semakin kental cairan dan semakin lama waktu kontaknya, semakin besar kerusakan yang akan ditimbulkan. Luka yang disengaja atau akibat kecelakaan dapat dibedakan berdasarkan pola luka bakarnya. Pada kasus kecelakaan, luka umumnya menunjukkan pola percikan, yang satu sama lain dipisahkan oleh kulit sehat. Sedangkan pada kasus yang disengaja, luka umumnya melibatkan keseluruhan



11



ekstremitas dalam pola sirkumferensial dengan garis yang menandai permukaan cairan. 3.



Uap panas Terutama ditemukan di daerah industri atau akibat kecelakaan radiator mobil. Uap panas menimbulkan cedera luas akibat kapasitas panas yang tinggi dari uap serta dispersi oleh uap bertekanan tinggi. Apabila terjadi inhalasi, uap panas dapat menyebabkan cedera hingga ke saluran napas distal di paru.



4.



Gas panas Inhalasi menyebabkan cedera thermal pada saluran nafas bagian atas dan oklusi jalan nafas akibat edema.



5.



Aliran listrik Cedera timbul akibat aliran listrik yang lewat menembus jaringan tubuh. Umumnya luka bakar mencapai kulit bagian dalam. Listrik yang menyebabkan percikan api dan membakar pakaian dapat menyebabkan luka bakar tambahan.



6.



Zat kimia (asam atau basa).



7.



Radiasi. Sunburn sinar matahari, terapi radiasi



2.1.4 Klasifikasi Luka bakar diklasifikasikan berdasarkan beberapa faktor, antara lain: 1)



Menurut (WHO, 2018) klasifikasi berdasarkan mekanisme dan penyebab yaitu : a.



Luka Bakar Termal Luka bakar termal dapat disebabkan oleh cairan panas, kontak dengan benda padat panas seperti lilin atau rokok, kontak dengan zat kimia dan aliran listrik.



b.



Luka Bakar Inhalasi



12



Luka bakar inhalasi disebabkan oleh terhirupnya gas panas, cairan panas atau produk berbahaya dari proses pembakaran yang tidak sempurna. 2)



Menurut (Barbara et al., 2013) Dera: a.



Derajat I (superficial partial-thickness) Luka bakar derajat I adalah setiap luka bakar yang di dalam proses penyembuhannya tidak meninggalkan jaringan parut. Luka bakar derajat I tampak sebagai suatu daerah yang berwarna kemerahan, terdapat gelembung gelembung yang ditutupi oleh daerah putih, epidermis yang tidak mengandung pembuluh darah dan dibatasi oleh kulit yang berwarna merah serta hiperemis. Luka bakar derajat I ini hanya mengenai epidermis dan biasanya sembuh dalam 5-7 hari, misalnya tersengat matahari. Luka tampak sebagai eritema dengan keluhan rasa nyeri atau hipersensitifitas setempat. Luka derajat I akan sembuh tanpa bekas.



Gambar 1.1 Luka Bakar derajat I b.



Derajat II (superficial & deep partial-thickness) Pada derajat II, kerusakan yang terjadi pada epidermis dan sebagian dermis, berupa reaksi inflamasi akut disertai proses eksudasi, melepuh, dasar luka berwarna merah atau pucat, terletak lebih tinggi di atas permukaan kulit normal, nyeri karena ujungujung saraf teriritasi. Luka bakar derajat II ada dua:  Derajat II dangkal (superficial) Kerusakan yang mengenai bagian superficial dari dermis, apendises kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea masih utuh. Luka sembuh dalam waktu 10-14 hari.



13



 Derajat II dalam (deep) Kerusakan hampir seluruh bagian dermis. Apendises kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea sebagian masih utuh. Penyembuhan terjadi lebih lama, tergantung apendises kulit yang tersisa. Biasanya penyembuhan terjadi dalam waktu lebih dari satu bulan.



Gambar 1.2 Luka bakar derajat II c.



Derajat III (full thickness) Pada derajat III, kerusakan meliputi seluruh ketebalan dermis dan lapisan yang lebih dalam, apendises kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea rusak, tidak ada pelepuhan, kulit berwarna abu-abu atau coklat, kering, letaknya lebih rendah dibandingkan kulit sekitar karena koagulasi protein pada lapisan epidermis dan dermis, tidak timbul rasa nyeri. Penyembuhan lama karena tidak ada proses epitelisasi spontan.



Gambar 1.3 Luka bakar derajat III 3)



Klasifikasi Berdasarkan Luas Luka Bakar a.



Luka bakar ringan/ minor 



Luka bakar dengan luas < 15 % pada dewasa







Luka bakar dengan luas < 10 % pada anak dan usia lanjut



14







Luka bakar dengan luas < 2 % pada segala usia (tidak mengenai muka, tangan, kaki, dan perineum.



b.



Luka bakar sedang (moderate burn) 



Luka bakar dengan luas 15 – 25 % pada dewasa, dengan luka bakar derajat III kurang dari 10 %







Luka bakar dengan luas 10 – 20 % pada anak usia < 10 tahun atau dewasa > 40 tahun, dengan luka bakar derajat III kurang dari 10 %







Luka bakar dengan derajat III < 10 % pada anak maupun dewasa yang tidak mengenai muka, tangan, kaki, dan perineum.



c.     Luka bakar berat (major burn) 



Derajat II-III > 20 % pada pasien berusia di bawah 10 tahun atau di atas usia 50 tahun







Derajat II-III > 25 % pada kelompok usia selain disebutkan pada butir pertama.







Luka bakar pada muka, telinga, tangan, kaki, dan perineum.







Adanya cedera pada jalan nafas (cedera inhalasi) tanpa memperhitungkan luas luka bakar.







Luka bakar listrik tegangan tinggi.







Disertai trauma lainnya.







Pasien-pasien dengan resiko tinggi. Untuk menilai luas luka menggunakan metode Rules of nine



berdasarkan luas permukaan tubuh total. Luas luka bakar ditentukan untuk menentukan kebutuhan cairan, dosis obat dan prognosis. Persentase pada orang dewasa dan anak-anak berbeda. Pada dewasa, kepala memiliki nilai 9% dan untuk ektremitas atas memiliki nilai masing-masing 9%. Untuk bagian tubuh anterior dan posterior serta ekstremitas bawah memiliki nilai masing-masing 18%, yang termasuk adalah toraks, abdomen dan punggung. Serta alat genital 1%. Sedangkan pada anak-anak persentasenya berbeda pada kepala memiliki nilai 18% dan ektremitas bawah 14% (Moenadjat, 2007).



15



Gambar 1.4 Berdasarkan luas luka bakar permukaan tubuh 2.1.5 Patofisiologi (Pathways) Vulnus Combustion disebabkan oleh perpindahan energi dari sumber panas ke tubuh. Panas tersebut dapat dipindahkan melalui konduksi atau radiasi elektromagnetik, derajat luka bakar yang berhubungan dengan beberapa faktor penyebab, konduksi jaringan yang terkena dan lamanya kulit kontak dengan sumber panas. Kulit dengan luka bakar mengalami kerusakan pada epidermis, dermis maupun jaringan subkutan tergantung pada penyebabnya. Kerusakan barier kulit ini juga menimbulkan respon inflamasi yang kemudian terjadi pelepasan makrofag, karena makrofag ini adalah berperan untuk pertahanan yang penting yang mencakup fagositosis serta respon imun maka terjadi reaksi antigenantibody, lalu dari reaksi tersebut terjadi pelepasan tromboplastin dan fibrinogen sehingga terjadi tromus, iskemia dan nekrosis. Terjadinya integritas kulit memungkinkan mikroorganisme masuk kedalam tubuh. Kehilangan cairan akan mempengaruhi nilai normal cairan dan elektrolit tubuh akibat dari peningkatan pada permeabilitas pembuluh darah sehingga terjadi perpindahan cairan dari intravaskular ke ekstravaskuler melalui kebocoran kapiler yang berakibat tubuh kehilangan natrium, air, klorida, kalium dan protein plasma. Kemudian terjadi edema menyeluruh dan dapat berlanjut pada syok hipovolemik apabila tidak segera ditangani. Kehilangan plasma dan protein cairan mengakibatkan penurunan tekanan osmotik koloid pada kompartemen vaskular kemudian kebocoran cairan dan elektrolit, kemudian berlanjut pembentukan edema tambahan pada jaringan yang terbakar dan ke seluruh tubuh. Menurunnya volume intravaskuler menyebabkan aliran plasma ke ginjal dan GFR (Rate Filtrasi Glomerular) akan menurun sehingga haluaran urin meningkat.



16



Jika resusitasi cairan untuk kebutuhan intravaskuler tidak adekuat bisa terjadi gagal ginjal dan apabila resusitasi cairan adekuat, maka cairan interstisial dapat ditarik kembali ke intravaskuler sehingga terjadi fase diuresis.



17



WOC Vulnus Combustio Sengatan Listrik



Bahan Kimia



Suhu tinggi/ Termal



Radiasi



Terpaparnya kulit dengan penyebab Prognosa penyakit perawatan Jangka panjang



Cemas



Kerusakan mukosa saluran nafas



Pengisian kapiler >3detik



Oedem laring Hipovolemia dan hemokonsentrasi Penurunan aliran darah Penurunan sirkulasi dan volume vaskuler Peningkatan kebutuhan O2 Takikardia dan takipenia RR meningkat



Obstruksi jalan nafas



Volume darah meningkat



Inflamasi jalan nafas



Syok luka bakar



Penumpuk an sekret



Penurunan aliran arteri dan/ atau vena



Kerusakan mukosa saluran nafas



MK : Perfusi Perifer Tidak Efektif



Sekresi tertahan



Sesak nafas MK: Pola nafas tidak efektif



B3 (BRAIN)



Vasodilatasi meningkatkan permeabilitas kapiler



Keracunan  gas CO2



MK : Bersihan Jalan Nafas tidak Efektif



MRS



Kurang terpanjang informasi



COMBUSTI



B2 (BLOOD)



B1 (BREATHING)



VULNUS



Cidera jaringan kulit



Suhu tubuh diatas nilai normal



Mengenai ujung saraf yang ada didaerah luka



Kulit kemerahan dan terasa hangat



Aktivitas sistem syaraf simpati



Terpapar lingkungan panas MK : Hipertermia



Pelepasan mediator nyeri (histamin, prostaglandin, bradikinin Meningkatkan sensitivitas nyeri



MK : Nyeri Tidur terganggu Kurangnya kontrol tidur



MK : Gangguan Pola Tidur



B4 (BLADDER)



B5 (BOWEL)



Penurunan aliran darah kehati



Penurunan aliran darah ke gastrointestinal



Vasodilatasi Penurunan vascular menurun Penurunan aliran darah ke ginjal



Pengeluaran air, natrium klorida, protein dalam sel Menurunnya cairan intraseluler MK : Hipovolemia



Ilius paralitik Dan gangguan metabolism karbohidrat, lemak, dan protein



Penurunan Hb dan Albumin, penurunan BB



MK : Defisit Nutrisi



Kurang pengetahuan



B6 (BONE) Peningkatan permeabilitas kapiler Penurunan suplai darah



Cedera jaringan kulit terbuka Kehilangan barrier kulit



Ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer



Pembuluh darah terbuka Ketidak seimbangan suplai dan kebutuhan O2 Penurunan kekuatran otot MK : Gangguan Mobilitas Fisik



Kerusakan pada dermis, epidermis dan subcutan Nekrosis MK : Gangguan Integritas Kulit



Kerusakan integritas kulit MK : Risiko Infeksi



18



2.1.6 Manifestasi Klinis (Tanda dan Gejala) Menurut (Corwin Elizabeth, 2009, Hal : 131) manifestasi klinis yang muncul pada klien dengan luka bakar sesuai dengan kerusakannya yaitu : Kedalaman & Penyebab Luka Bakar Grade I (Superfisial): tersengat matahari, terkena api dengan intensitas rendah



Grade II (PartialThickness): tersira m air mendidih, terbakar oleh nyala api



Grade III (FullThickness): terbaka r nyala api, terkena cairan mendidih dalam waktu yang lama, tersengat arus listrik.



Bagian Gejala Kulit Yang Terkena Epidermis kulit kering kemerahan, nyeri sekali, tampak merah dan kering seperti luka bakar matahari, atau mengalami lepuh/bulle, rasa nyeri mereda jika didinginkan. Epidermis Sangat nyeri, dan Bagian hiperestesia dermis (mati rasa), sensitif terhadap udara yang dingin.



Penampilan Luka Memerah, menjadi putih ketika ditekan minimal atau tanpa edema



Melepuh, dasar luka berbintikbintik merah, epidermis retak, permukaan luka merah, basah dan mengkilat,terdapat edema, terdapat vesikel,



Perjalanan Kesembuhan 3-7 hari dan tidak ada jaringan parut



Kesembuhan dalam waktu 3-9 minggu, pembentukan parut dan depigmentasi, infeksi dapat mengubahnya menjadi derajat-tiga Epidermis, Tidak terasa Kering, luka bakar Pembentukan keseluruhan nyeri, syok, berwarna putih eskar, dermis dan hematuria seperti bahan kulit diperlukan kadang(adanya darah atau gosong, kulit pencangkokan, kadang dalam urin) retak dengan pembentukan jaringan dan bagian lemak parut dan subkutan kemungkinan yang tampak, hilangnya pula hemolisis terdapat edema kontur serta (destruksi sel fungsi kulit, darah merah), hilangnya jari kemungkinan tangan atau terdapat luka ekstremitas masuk dan dapat terjadi keluar (pada luka bakar listrik)



19



Gambar 1.5 Vulnus Combustio Grade I



Gambar 1.6 Vulnus Combustio Grade II



Gambar 1.7 Vulnus Combustio Grade III 2.1.7 Komplikasi Menurut (Moenadjat, 2010) Kedalaman luka bakar dapat menyebabkan beberapa komplikasi, seperti : 1)



Infeksi Luka bakar dapat menyebabkan kulit menjadi lebih mudah mengalami infeksi bakteri dan meningkatkan terjadinya sepsis. Sepsis adalah infeksi dimana bakteri berada didalam darah sehingga dapat mempengaruhi seluruh



20



tubuh dan mengancam jiwa. ha ini akan berlangsung cepat dan dapat menyebabkan kegagalan organ 2)



Penurunan volume darah (Gagal jantung kongestif) Luka bakar dapat merusak pembuluh darah dan menyebabkan kehilangan cairan. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya hipovolemia atau penurunan volume darah hingga dibawah rentang normal. Penurunan volume darah dan cairan pada tubuh akan mengganggu kerja jantung untuk memompa darah ke seluruh tubuh.



3)



Suhu tubuh rendah Kulit dapat membantu mengontrol suhu pada tubuh, sehingga ketika sebagian besar kulit terluka maka tubuh dapat kehilangan panas. Hal ini dapat meningkatkan resiko suhu tubuh menjadi rendah atau biasa dalam bahas medis disebut hipotermia. Hipotermia adalah suatu kondisi dimana tubuh kehilangan panas lebih cepat daripada yang dapat menghasilkan panas.



4)



Terbentuk jaringan parut Luka bakar dapat menyebabkan bekas luka dan daerah kasar yang disebabka noleh pertumbuhan berlebih dari jaringan parut (keloid).



5)



Sindrom kompartemen Sindrom kompartemen merupakan proses terjadinya pemulihan integritas kapiler, syok luka bakar akan menghilang dan cairan mengalir kembali ke dalam kompartemen vaskuler, volume darah akan meningkat. Karena edema akan bertambah berat pada luka bakar yang melingkar. Tekanan terhadap pembuluh darah kecil dan saraf pada ekstremitas distal menyebabkan obstruksi aliran darah sehingga terjadi iskemia.



6)



Adult Respiratory Distress Syndrome (edema pulmonal) Akibat kegagalan respirasi terjadi jika derajat gangguan ventilasi dan pertukaran gas sudah mengancam jiwa pasien. Menghirup udara panas atau asap dapat membakar saluran udara dan menyebabkan kesulitan pada sistem pernafasan. Menghirup asap dapat menyebabkan kerusakan paru-paru dan dapat menyebabkan kegagalan pernafasan.



21



7)



Ileus Paralitik dan Ulkus Curling Berkurangnya peristaltic usus dan bising usus merupakan tanda-tanda ileus paralitik akibat luka bakar. Distensi lambung dan nausea dapat mengakibatnause. Perdarahan lambung yang terjadi sekunder akibat stress fisiologik yang massif (hipersekresi asam lambung) dapat ditandai oleh darah okulta dalam feces, regurgitasi muntahan atau vomitus yang berdarha, ini merupakan tanda-tanda ulkus curling.



8)



Syok sirkulasi terjadi akibat kelebihan muatan cairan atau bahkan hipovolemik yang terjadi sekunder akibat resusitasi cairan yang adekuat. Tandanya biasanya pasien menunjukkan mental berubah, perubahan status respirasi, penurunan haluaran urine, perubahan pada tekanan darah, curah janutng, tekanan cena sentral dan peningkatan frekuensi denyut nadi.



9)



Gagal ginjal akut Haluran urine yang tidak memadai dapat menunjukkan resusiratsi cairan yang tidak adekuat khususnya hemoglobin atau mioglobin terdektis dalam urine.



10)



Masalah pada tulang dan sendi Kedalaman luka bakar dapat membatasi pergerakan tulang dan sendi karena akan terbentuk jaringan parut yang dapat mengencangkan kulit, otot, atau tendon. Kondisi tertariknya sendi keluar dari posisi dapat terjadi secara permanen.



2.1.8 Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan penunjang yang diperlukan adalah : 1)



Hitung darah lengkap : Hb (Hemoglobin) turun, menunjukkan adanya pengeluaran darah yang banyak sedangkan peningkatan lebih dari 15% mengindikasikan adanya cedera, pada Ht (Hematokrit) yang meningkat menunjukkan adanya kehilangan cairan sedangkan Ht turun dapat terjadi sehubungan dengan kerusakan yang diakibatkan oleh panas terhadap pembuluh darah.



2)



Leukosit akan meningkat sebagai respon inflamasi



22



3)



Analisa Gas Darah (AGD) : Untuk kecurigaan cedera inhalasi.



4)



Elektrolit Serum. Kalium meningkat sehubungan dengan cidera jaringan, hipokalemia terjadi bila diuresis.



5)



Natrium Urin : Lebih besar dari 20 mEq/L mengindikasikan kelebihan cairan, kurang dari 10 mEqAL menduga ketidakadekuatan cairan.



6)



Alkali Fosfat : Peningkatan Alkali Fosfat sehubungan dengan perpindahan cairan interstisial atau gangguan pompa, natrium.



7)



Glukosa Serum : Peninggian Glukosa Serum menunjukkan respon stress.



8)



Albumin serum meningkat akibat kehilangan protein pada edema jaringan



9)



Kreatinin meningkat menunjukkan perfusi jaringan



10)



EKG : Tanda iskemik miokardial dapat terjadi pada luka bakar



11)



Fotografi luka bakar : Memberikan catatan untuk penyembuhan luka bakar selanjutnya.



12)



Loop aliran volume : Memberikan pengkajian non-invasif terhadap efek atau luasnya cedera.



2.1.9 Penatalaksanaan Medis Menurut (Muttaqin,2011:200-201) Pasien luka bakar (Combustio) harus dievaluasi secara sistematik. Prioritas utama adalah mempertahankan jalan nafas tetap paten, ventilasi yang efektif dan mendukung sirkulasi sistemik. Intubasi endotrakea dilakukan pada pasien yang menderita luka bakar berat atau kecurigaan adanya jejas inhalasi atau luka bakar di jalan nafas atas. Intubasi dapat tidak dilakukan bila telah terjadi edema luka bakar atau pemberian cairan resusitasi yang terlampau banyak. Pada pasien luka bakar, intubasi orotrakea dan nasotrakea lebih dipilih daripada trakeostomi. Pasien dengan luka bakar saja biasanya hipertensi. Adanya hipotensi awal yang tidak dapat dijelaskan atau adanya tanda-tanda hipovolemia sistemik pada pasien luka bakar menimbulkan kecurigaan adanya jejas (lecet, tergores,luka sedikit) tersembunyi. Oleh karena itu, setelah mempertahankan ABC, prioritas berikutnya adalah mendiagnosis dan menatalaksana jejas lain (trauma tumpul atau tajam) yang mengancam nyawa. Riwayat terjadinya luka bermanfaat untuk



23



mencari trauma terkait dan kemungkinan adanya jejas inhalasi. Informasi riwayat penyakit dahulu, penggunaan obat, dan alergi juga penting dalam evaluasi awal. Pakaian pasien dibuka semua, semua permukaan tubuh dinilai. Pemeriksaan radiologik pada tulang belakang servikal, pelvis, dan torak dapat membantu mengevaluasi adanya kemungkinan trauma tumpul. Setelah mengeksklusi jejas signifikan lainnya, luka bakar dievaluasi. Terlepas dari luasnya area jejas, dua hal yang harus dilakukan sebelum dilakukan transfer pasien adalah mempertahankan ventilasi adekuat, dan jika diindikasikan, melepas dari eskar yang mengkonstriksi. Berikut penatalaksanaan yang dapat dilakukan : 1)



Tatalaksana Resusitasi Luka Bakar A. Tatalaksana resusitasi jalan nafas: 



Intubasi Tindakan



intubasi



menimbulkan



dikerjakan



manifestasi



sebelum



obstruksi.



edema Tujuan



mukosa intubasi



mempertahankan jalan nafas dan sebagai fasilitas pemelliharaan jalan nafas. 



Krikotiroidotomi Bertujuan sama dengan intubasi hanya saja dianggap terlalu agresif dan menimbulkan morbiditas lebih besar dibanding intubasi. Krikotiroidotomi memperkecil dead space, memperbesar tidal volume, lebih mudah mengerjakan bilasan bronkoalveolar dan pasien dapat berbicara jika dibanding dengan intubasi.







Pemberian oksigen 100% Bertujuan untuk menyediakan kebutuhan oksigen jika terdapat patologi jalan nafas yang menghalangi suplai oksigen. Hati-hati dalam pemberian oksigen dosis besar karena dapat menimbulkan stress oksidatif, sehingga akan terbentuk radikal bebas yang bersifat vasodilator dan modulator sepsis.







Perawatan jalan nafas







Penghisapan sekret (secara berkala)







Pemberian terapi inhalasi



24



Bertujuan mengupayakan suasana udara yang lebih baik didalam lumen jalan nafas dan mencairkan sekret kental sehingga mudah dikeluarkan. Terapi inhalasi umumnya menggunakan cairan dasar natrium klorida 0,9% ditambah dengan bronkodilator bila perlu. Selain itu bias ditambahkan zat-zat dengan khasiat tertentu seperti atropin sulfat (menurunkan produksi sekret), natrium bikarbonat (mengatasi asidosis seluler) dan steroid (masih kontroversial). 



Bilasan bronkoalveolar.







Perawatan rehabilitatif untuk respirasi.







Eskarotomi pada dinding torak yang bertujuan untuk memperbaiki kompliansi paru.



B. Tatalaksana resusitasi cairan Resusitasi cairan diberikan dengan tujuan preservasi perfusi yang adekuat dan seimbang di seluruh pembuluh darah vaskular regional, sehingga iskemia jaringan tidak terjadi pada setiap organ sistemik. Dengan adanya resusitasi cairan yang tepat, kita dapat mengupayakan stabilisasi pasien secepat mungkin kembali ke kondisi fisiologik dalam persiapan menghadapi intervensi bedah seawal mungkin. Resusitasi cairan dilakukan dengan memberikan cairan pengganti. Ada beberapa cara untuk menghitung kebutuhan cairan ini: 



Cara Evans 1.



Luas luka bakar (%) x BB (kg) menjadi mL NaCl per 24 jam.



2.



Luas luka bakar (%) x BB (kg) menjadi mL plasma per 24 jam.



3.



2.000 cc glukosa 5% per 24 jam.



Separuh dari jumlah 1+2+3 diberikan dalam 8 jam pertama. Sisanya diberikan dalam 16 jam berikutnya. Pada hari kedua diberikan setengah jumlah cairan hari pertama. Pada hari ketiga diberikan setengah jumlah cairan hari kedua. 



Cara Baxter Luas luka bakar (%) x BB (kg) x 4 mL



25



Separuh dari jumlah cairan diberikan dalam 8 jam pertama. Sisanya diberikan dalam 16 jam berikutnya. Pada hari kedua diberikan setengah jumlah cairan hari pertama. Pada hari ketiga diberikan setengah jumlah cairan hari kedua. C. Resusitasi nutrisi Pada pasien luka bakar, pemberian nutrisi secara enteral sebaiknya dilakukan sejak dini dan pasien tidak perlu dipuasakan. Bila pasien tidak sadar, maka pemberian nutrisi dapat melalui naso-gastric tube (NGT). Nutrisi yang diberikan sebaiknya mengandung 10-15% protein, 50-60% karbohidrat dan 25-30% lemak. Pemberian nutrisi sejak awal ini dapat meningkatkan fungsi kekebalan tubuh dan mencegah terjadinya atrofi vili usus. 2)



Pemberian Obat-obatan Umumnya



untuk



menghilangkan



rasa



nyeri



dari



luka



bakar (Combustio) digunakan morfin dalam dosis kecil secara intravena (dosis dewasa awal : 0,1-0,2 mg/kg dan „maintenance‟ 5-20 mg/70 kg setiap 4 jam, sedangkan dosis anak-anak 0,05-0,2 mg/kg setiap 4 jam). Tetapi ada juga yang menyatakan pemberian methadone (5-10 mg dosis dewasa) setiap 8 jam merupakan terapi penghilang nyeri kronik yang bagus untuk semua pasien luka bakar dewasa. Jika pasien masih merasakan nyeri walau dengan pemberian morfin atau methadone, dapat juga diberikan benzodiazepine sebagai tambahan. 3)



Terapi pembedahan pada luka bakar



A.



Eksisi dini Eksisi dini adalah tindakan pembuangan jaringan nekrosis dan debris



(debridement) yang dilakukan dalam waktu kurang dari 7 hari (biasanya hari ke 57) pasca cedera termis. Dasar dari tindakan ini adalah: 



Mengupayakan proses penyembuhan berlangsung lebih cepat. Dengan dibuangnya jaringan nekrosis, debris dan eskar, proses inflamasi tidak akan berlangsung lebih lama dan segera dilanjutkan proses fibroplasia. Pada



26



daerah sekitar luka bakar umumnya terjadi edema, hal ini akan menghambat aliran darah dari arteri yang dapat mengakibatkan terjadinya iskemi pada jaringan tersebut ataupun menghambat proses penyembuhan dari luka tersebut. Dengan semakin lama waktu terlepasnya eskar, semakin lama juga waktu yang diperlukan untuk penyembuhan. 



Memutus rantai proses inflamasi yang dapat berlanjut menjadi komplikasi – komplikasi luka bakar (seperti SIRS). Hal ini didasarkan atas jaringan nekrosis yang melepaskan “burn toxic” (lipid protein complex) yang menginduksi dilepasnya mediator-mediator inflamasi.







Tindakan ini disertai anestesi baik lokal maupun general dan pemberian cairan melalui infus. Tindakan ini digunakan untuk mengatasi kasus luka bakar derajat II dalam dan derajat III. Tindakan ini diikuti tindakan hemostasis dan juga “skin grafting” (dianjurkan “split thickness skin grafting”). Tindakan ini juga tidak akan mengurangi mortalitas pada pasien luka bakar yang luas.



Kriteria penatalaksanaan eksisi dini ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu: 



Kasus luka bakar dalam yang diperkirakan mengalami penyembuhan lebih dari 3 minggu.







Kondisi fisik yang memungkinkan untuk menjalani operasi besar.







Tidak ada masalah dengan proses pembekuan darah.







Tersedia donor yang cukup untuk menutupi permukaan terbuka yang timbul.







Permukaan kulit yang dilakukan tindakan ini tidak boleh melebihi 25% dari seluruh luas permukaan tubuh.







Untuk memperkecil perdarahan dapat dilakukan hemostasis, yaitu dengan tourniquet sebelum dilakukan eksisi atau pemberian larutan epinephrine 1:100.000 pada daerah yang dieksisi.



B.



Skin grafting Skin grafting adalah metode penutupan luka sederhana. Tujuan dari metode



ini adalah: 



Menghentikan evaporate heat loss.



27







Mengupayakan agar proses penyembuhan terjadi sesuai dengan waktu.







Melindungi jaringan yang terbuka. Skin grafting harus dilakukan secepatnya setelah dilakukan eksisi pada luka



bakar pasien. Kulit yang digunakan dapat berupa kulit produk sintesis, kulit manusia yang berasal dari tubuh manusia lain yang telah diproses maupun berasal dari permukaan tubuh lain dari pasien (autograft). Daerah tubuh yang biasa digunakan sebagai daerah donor autograft adalah paha, bokong dan perut. Teknik mendapatkan kulit pasien secara autograft dapat dilakukan secarasplit thickness skin graft atau full thickness skin graft. Bedanya dari teknik – teknik tersebut adalah lapisan-lapisan kulit yang diambil sebagai donor. Untuk memaksimalkan penggunaan kulit donor tersebut, kulit donor tersebut dapat direnggangkan dan dibuat lubang – lubang pada kulit donor (seperti jaring-jaring dengan perbandingan tertentu, sekitar 1 : 1 sampai 1 : 6) dengan mesin. Metode ini disebut mess grafting. Ketebalan dari kulit donor tergantung dari lokasi luka yang akan dilakukan grafting, usia pasien, keparahan luka dan telah dilakukannya pengambilan kulit donor sebelumnya. Pengambilan kulit donor ini dapat dilakukan dengan mesin “dermatome‟ ataupun dengan manual dengan pisau Humbly atau Goulian. Sebelum dilakukan pengambilan donor diberikan juga vasokonstriktor (larutan epinefrin) dan juga anestesi. Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan penyatuan kulit donor dengan jaringan yang mau dilakukan grafting  adalah: 



Kulit donor setipis mungkin.







Pastikan kontak antara kulit donor dengan bed (jaringan yang dilakukan grafting), hal ini dapat dilakukan dengan cara :  Cegah gerakan geser, baik dengan pembalut elastik (balut tekan).  Drainase yang baik : Gunakan kasa adsorben



2.2 2.2.1



Manajemen Asuhan Keperawatan Pengkajian Keperawatan



2.2.1.1 Pengumpulan Data, meliputi : 1)



Identitas Klien



28



Pada tahap ini perlu mengetahui tentang nama, umur, jenis kelamin, suku bangsa, agama, pekerjaan, pendidikan terakhir, status perkawinan, alamat, nomor registrasi/MRS, dan diagnosa medis. Resiko luka bakar setiap umur berbeda: anak dibawah 2 tahun dan diatas 60 tahun mempunyai angka kematian lebih tinggi, pada umur 2 tahun lebih rentan terkena infeksi..



2)



Keluhan Utama Pada keluhan utama biasanya pasien dengan vulnus combustio akan



merasakan keluhan nyeri, sesak nafas. Nyeri dapat disebabkan kerena iritasi terhadap saraf. Dalam melakukan pengkajian nyeri harus diperhatikan paliatif, severe, time, quality (p,q,r,s,t). Sesak nafas yang timbul beberapa jam / hari setelah klien mengalami luka bakar dan disebabkan karena pelebaran pembuluh darah sehingga timbul penyumbatan saluran nafas bagian atas, bila edema paru berakibat sampai pada penurunan ekspansi paru. 3)



Riwayat Penyakit a.



Riwayat Penyakit Sekarang Pada klien dengan vulnus combustio/luka bakar dapat disebabkan oleh sumber api panas atau penyebab yang berbahaya, trauma kecelakaan kebakaran, zat kimia, sengatan listrik, suhu termal dan radiasi yang bisa saja mengakibatkan cedera inhalasi karena pemajanan suhu panas dan kotoran sisa pembakaran menimbulkan obstruksi jalan nafas/sesak nafas, rasa sangat nyeri, kulit merah dan mengelupas, luka lepuh berisi cairan, edema/pembengkakan, panas, serta perubahan warna kulit dan akan mengalami fungsio laesa. Nyeri yang dirasakan tidak selalu berbanding lurus dengan tingkat keparahan luka bakar. Ini karena luka bakar dengan tingkat keparahan yang tinggi mungkin tidak lagi terasa nyeri.



b.



Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat penyakit yang mungkin pernah diderita oleh klien sebelum mengalami luka bakar. Resiko kematian akan meningkat jika klien mempunyai riwayat penyakit kardiovaskuler, paru, DM, neurologis,



29



atau penyalagunaan obat dan alkohol. Penting dikaji untuk menetukan apakah



pasien



mempunyai



penyakit yang tidak melemahkan



kemampuan untuk mengatasi perpindahan cairan dan melawan infeksi atau bila terdapat beberapa masalah seperti diabetes, gagal ginjal dapat menjadi akut selama proses pembakaran. Jika terjadi cedera inhalasi pada keadaan penyakit kardiopulmonal (misalnya gagal jantung kongestif, emfisema) maka status pernapasan akan sangat terganggu. (Joyce.2014) c.



Riwayat Penyakit Keluarga Pada keluarga klien ada/tidak gambaran keadaan kesehatan keluarga dan penyakit yang berhubungan dengan kesehatan klien, meliputi : jumlah anggota keluarga, kebiasaan keluarga mencari pertolongan, tanggapan keluarga mengenai masalah kesehatan, serta kemungkinan penyakit turunan.



d.



Riwayat Psikososial Perasaan pasien terhadap penyakitnya, bagaimana cara mengatasinya serta bagaimana perilaku pasien terhadap tindakan yang dilakukan terhadap dirinya. Pada klien dengan luka bakar sering muncul masalah konsep diri body image yang disebabkan karena fungsi kulit sebagai kosmetik mengalami gangguan perubahan. Selain itu juga luka bakar juga membutuhkan perawatan yang laam sehingga mengganggu klien dalam melakukan aktifitas. Hal ini menumbuhkan stress, rasa cemas, dan takut.



2.2.1.2 Pemeriksaan Fisik (B1-B6) Pemeriksaan Fisik yang dapat dilakukan pada pasien dengan Vulnus Combustio adalah sebagai berikut: 1)



Keadaan umum Umumnya penderita datang dengan keadaan kotor mengeluh nyeri, panas,



sakit dan  gelisah sampai menimbulkan penurunan tingkat kesadaran bila luka bakar mencapai derajat cukup berat. 2)



Tanda-Tanda Vital



30



Tekanan darah menurun nadi cepat, suhu dingin, pernafasan lemah sehingga tanda tidak adekuatnya pengembalian darah pada 48 jam pertama. 3)



Pernafasan (B1: Breathing) Kemungkinan cedera inhalasi dapat terjadi serak; batuk mengi; partikel



karbon dalam sputum; ketidakmampuan menelan sekresi oral dan sianosis. Pengembangan torak mungkin terbatas pada adanya luka bakar lingkar dada; jalan nafas atau stridor/mengii (obstruksi sehubungan dengan laringospasme, oedema laringeal); bunyi nafas: gemericik (oedema paru); stridor (oedema laringeal); sekret jalan nafas dalam (ronkhi). Gejala: terkurung dalam ruang tertutup; terpajan lama (kemungkinan cedera



inhalasi). Tanda : serak; batuk mengii; partikel



karbon dalam sputum; ketidakmampuan menelan sekresi oral dan sianosis; indikasi cedera inhalasi. (Smeltzer, 2011) 4)



Kardiovaskuler (B2:Blood) Pada luka bakar, peningkatan perubahan permeabilitas kapiler yang hampir



menyeluruh,



terjadi



penimbunan



cairan



massif



di



jaringan



interstisial



menyababkan kondisi hipovolemik. Penurunanan Volume cairan intravascular mengalami defisit, timbul ketidakmampuan menyelenggarakan proses transportasi oksigen kejaringan (syok), takikardia (syok/ansietas/nyeri); disritmia (syok listrik); pembentukan oedema jaringan (semua luka bakar). 5)



Persyarafan (B3: Brain) Nyeri ringan sampai dengan berat pada saat cedera luka bakat dikarenakan



respon sensitivitas nyeri mengenai ujung-ujung saraf yang ada didaerah luka. Manifestasi sistem saraf pusat karena keracunan karbon monoksida pun dapat terjadi berkisar dari sakit kepala, sampai koma, hingga kematian. 6)



Perkemihan (B4: Bladder) Haluaran urin menurun disebabkan karena penurunan aliran darah ke ginjal



mengalami vasokontriksi terjadi depresi filtrasi glomerulus dan oliguria (pengeluaran output urin