Revisi Ke 2 LP Erna Sari Fraktur Os Mandibula-1 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. C DENGAN DIAGNOSA MEDIS FRAKTUR OS MANDIBULA RSUD DR. DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA



Disusun Oleh : NAMA : Erna Sari NIM :2018.C.10a.0966



YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PRODI SARJANA KEPERAWATAN TAHUN AJARAN 2020/2021



i



LEMBAR PENGESAHAN



Laporan ini disusun oleh : Nama



: Erna Sari



NIM



: 2018.C.10a.0966



Program Studi



: Sarjana Keperawatan



Judul



: Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Pada Tn. C Dengan Diagnosa medis Fraktur Os Mandibula RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.



Telah melakukan asuhan keperawatan sebagai persyaratan untuk menyelesaikan Praktik Pra Klinik Keperawatan 2 Program Studi Sarjana Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Eka Harap Palangkaraya. Laporan keperawatan ini telah disetujui oleh :



Mengetahui: Pembimbing Akademik



Ketua Program Studi Sarjana Keperawatan,



Kristinawati, S.Kep., Ners



Meilitha Carolina, Ners., M.Kep



ii



KATA PENGANTAR Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, sehingga dapat menyelesaikan Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Pada Tn.C Dengan Diagnosa Medis Fraktur Os Mandibula RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya. dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Saya berharap laporan pendahuluan penyakit ini dapat berguna dan menambah wawasan serta pengetahuan kita mengenai penyakit Fraktur Os Mandibula. Menyadari sepenuhnya bahwa di dalam laporan pendahuluan penyakit ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna oleh sebab itu berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan laporan pendahuluan. Semoga laporan sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-katanyang kurang berkenan dan saya memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan.



Palangkaraya, 30 September 2020



Erna Sari



iii



DAFTAR ISI SAMPUL DEPAN...............................................................................................i LEMBAR PENGESAHAN................................................................................ii KATA PENGANTAR........................................................................................iii DAFTAR ISI.......................................................................................................iv BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang................................................................................................1 1.2 Rumusan Masalah .........................................................................................2 1.3 Tujuan Penulisan ...........................................................................................3 1.4 Manfaat Penjulisan ........................................................................................3 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Penyakit.............................................................................................5 2.1.1 Definisi Fraktur Os Mandibula...........................................................…5 2.1.2 Etiologi..................................................................................................12 1.1.3 Klasisfikasi............................................................................................13 2.1.4 Patofisiologi ( patway )..........................................................................13 2.1.5 Manifestasi Klinis ( Tanda dan gejala)..................................................16 2.1.6 Komplikasi.............................................................................................16 2.1.7 Pemeriksaan Penunjang.........................................................................16 2.1.8 Penatalaksanaan medis..........................................................................18 2.2 Menajemen Asuhan keperawatan..................................................................25 2.3.1 Pengkajian Keperawatan.......................................................................25 2.3.2



Diagnosa Keperawatan.......................................................................26



2.3.3



Intervensi Keperawatan......................................................................26



2.3.4



Implementasi Keperawatan................................................................27



2.3.5. Evaluasi Keperawatan..........................................................................27 BAB 3 ASUAHAN KEPERAWATAN 3.1 Pengakajian....................................................................................................29 3.2 Dianosa .........................................................................................................29 3.3 Intervensi.......................................................................................................30 3.4 Implementasi & Evaluasi Keperawatan........................................................31 BAB 4 PENUTUP.............................................................................................32 iv



4.1 Kesimpulan....................................................................................................32 4.2 Saran..............................................................................................................32 DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................3



v



1



BAB 1 PENDAHULUAN



1.1



Latar Belakang Fraktur mandibula merupakan fraktur kedua tersering pada kerangka wajah,



hal ini disebabkan kondisi mandibula yang terpisah dari kranium. Lokasi fraktur mandibula meliputi daerah symphisis, parasymphisis, kondilus, ramus, angulus, alveolus dan korpus. Lokasi yang paling sering adalah pada symphisis yaitu 26,7 %. Fraktur mandibula adalah terputusnya kontinuitas struktur tulang pada mandibula. Hilangnya kontinuitas pada rahang bawah (mandibula), dapat berakibat fatal bila tidak ditangani dengan benar. Mandibula mudah terkena cedera karena posisinya yang menonjol, sehingga mandibula mudah menjadi sasaran pukulan dan benturan. Daerah yang lemah pada mandibula adalah daerah subkondilar, angulus mandibula, dan daerah mentalis. Diagnosis fraktur mandibula dapat ditunjukkan dengan adanya rasa sakit, pembengkakan, nyeri tekan, maloklusi, patahnya gigi, adanya gap, tidak ratanya gigi, tidak simetrisnya arkus dentalis, adanya laserasi intra oral, gigi yang longgar dan krepitasi (Hakim & Adhani, 2016). World Health Organization (WHO) mencatat pada tahun 2011 – 2012 terdapat 5,6 juta orang meninggal dunia dan 1,3 juta orang menderita fraktur akibat kecelakaan lalu lintas (WHO, 2011). Penyebab terbanyak fraktur adalah kecelakaan, baik itu kecelakaan kerja, kecelakaan lalu lintas dan sebagainya. Tetapi fraktur juga bisa terjadi akibat faktor lain seperti proses degeneratif dan patologi (Depkes RI, 2010). Data hasil penelitian pada rekam medis fraktur mandibula di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang dari bulan Januari – Desember 2010 berdasarkan etiologi, usia, jenis kelamin, dan lokasi anatomisnya. Dari hasil perhitungan data, ditentukan prevalensi fraktur mandibula di RSSA Malang, kemudian dibahas secara deskriptif dengan menggunakan tabel dan grafik. Dari hasil penelitian di dapatkan 680 penderita fraktur mandibula bisa dianalisis fraktur mandibula berdasarkan jenis kelamin dan usia, sedangkan hanya 363 penderita fraktur yang bisa dianalisis fraktur mandibula berdasarkan etiologi dan lokasi anatomis.



2



Prevalensi fraktur mandibula berdasarkan usia yang paling banyak dan sering terjadi adalah pada kelompok usia dewasa (18 - 40 th) dengan presentase 65,15%. Penderita fraktur mandibula lebih banyak dialami oleh laki-laki dibandingkan dengan perempuan yaitu 83,32%. Kecelakaan berkendara merupakan penyebab terbanyak dari fraktur mandibula sebesar 79,88%. Fraktur 2 mandibula paling banyak terjadi pada bagian kondilus dengan presentase 35,26% (Dinkes, 2011). Adapun penyebab Fraktur os mandibula sendiri bagian dari trauma mandibula cukup sering ditemukan dengan fraktur os mandibula. Kecelakaan kendaraan bermotor merupakan penyebab tersering fraktur os mandibula maupun fraktur wajah lainya. Pada fraktur os mandibula juga dapat muncul berbagai komplikasi yang cukup berat, dimana apabila tidak ditangani dengan baik dapat mengakibatkan kecacatan dan kematian. Berdasarkan uraian diatas, salah satu upaya preventif dan promotif yang dilakukan untuk meminimalisir permasalahan khusus Pasien dengan fraktur mandibula akan merasakan adanya nyeri, upaya yang dilakukan untuk mengatasi nyeri meliputi tindakan farmakologi dan non farmakologi Tindakan non farmakologi merupakan terapi yang mendukung terapi farmakologi dengan metode yang lebih sederhana, murah, praktis, dan tanpa efek yang merugikan (Potter & Perry, 2010). Tindakan non farmakologi yang dapat digunakan untuk mengatasi



nyeri



antara



lain



dengan



teknik



relaksasi



nafas



dalam



(Koensomardiyah, 2009). Perawat dapat mengajarkan klien cara melakukan nafas dalam secara perlahan melalui hidung dan menghembuskan nafas secara perlahan melalui mulut selama 5-10 menit per hari (Demir, 2012). Teknik relaksasi nafas dalam merupakan suatu bentuk asuhan keperawatan, yang dalam hal ini perawat mengajarkan kepada klien bagaimana cara melakukan napas dalam, napas lambat (menahan inspirasi secara maksimal) dan bagaimana menghembuskan napas secara perlahan, Selain dapat menurunkan intensitas nyeri, teknik relaksasi nafas dalam juga dapat meningkatkan ventilasi paru dan meningkatkan oksigenasi darah (Nurman, 2017). Berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk Memberikan Asuhan Keperawatan pada Tn.C dengan diagnosa medis Fraktur Os Mandibula RSUD dr Doris Sylvanus Palangka raya.



3



1.2



Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang diatas bagaimana rencana keperawatan yang



dapat dilakukan pada pasien penderita Fraktur Os Mandibula dan bagaimana asuhan keperawatan Pada Tn.C dengan diagnosa medis Fraktur Os Mandibula RSUD dr.Doris Sylvanus Palangka Raya. 1.3



Tujuan Penulisan



1.3.1 Tujuan Umum Mahasiswa mampu melakukan dan memberikan Asuhan Keperawatan pada Tn.C. 1.3.2 Tujuan Khusus 1.3.2.1 Mahasiswa mampu menjelaskan konsep dasar penyakit Fraktur Os Mandibula pada Tn.C dengan diagnosa Fraktur Os Mandibula RSUD dr.Doris Sylvanus Palangka Raya. 1.3.2.2 Mahasiswa mampu menjelaskan Manajemen Keperawatan Pada Pasien Fraktur Os Mandibula pada Tn.C dengan diagnosa medis Fraktur Os Mandibula RSUD dr.Doris Sylvanus Palangka Raya. 1.3.2.3 Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada Tn.C dengan diagnosa Fraktur Os Mandibula RSUD dr.Doris Sylvanus Palangka Raya. 1.3.2.4 Mahasiswa mampu menentukan dan menyusun Intervensi pada Tn.C dengan diagnosa medis Fraktur Os Mandibula RSUD dr.Doris Sylvanus Palangka Raya. 1.3.2.5 Mahasiswa mampu melaksanakan implementasi pada Tn.C dengan diagnosa medis Fraktur Os Mandibula RSUD dr.Doris Sylvanus Palangka Raya. 1.3.2.6 Mahasiswa mampu melakukan evaluasi pada Tn.C dengan diagnosa medis Fraktur Os Mandibula RSUD dr.Doris Sylvanus Palangka Raya. 1.3.2.7 Mahasiswa mampu menyusun dokumentasi Pada Tn.C dengan diagnosa Fraktur Os Mandibula RSUD dr.Doris Sylvanus Palangka Raya. 1.4



Manfaat Penulisan



1.4.1



Teoritis



4



Sebagai bahan masukan dan informasi bagi perawat untuk meningkatkan mutu profesi keperawatan dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada klien dengan penyakit Fraktur Os Mandibula. 1.4.2 1.



Praktis Bagi Mahasiswa Untuk menambah ilmu dan pengetahuan bagi mahasiswa dalam mempelajari asuhan keperawatan pada klien. Fraktur Os Mandibula. Serta sebagai acuan atau referensi mahasiswa dalam penulisan laporan Pendahuluan selanjutnya



2.



RSUD dr. Doris Sylvanus Untuk RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya penulisan laporan pendahuluan ini di dapat sebagai referensi bagi perawat dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan Fraktur Os Mandibula serta, sebagai masukan untuk meningkatkan mutu pelayanan yang lebih baik, khususnya pada pasien dengan Fraktur Os Mandibula.



3.



Bagi Institusi Pendidikan Sebagai sumber bacaan di perpustakaan STIKes Eka Harap Palangka Raya dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan perawatan di masa yang akan datang serta sebagai tolak ukur kemampuan mahasiswa dalam penguasaan terhadap ilmu keperawatan mulai dari proses keperawatan sampai pendokumentasian.



4.



Bagi Pasien dan Keluarga Supaya pasien dan keluarga dapat mengetahui gambaran umum tentang gangguan Fraktur Os Mandibula beserta perawatan yang benar bagi klien agar penderita mendapat perawatan yang tepat dalam keluarganya.



5



BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1.1



Konsep Penyakit



2.1.1 Definisi Fraktur os Mandibula Fraktur merupakan suatu kondisi terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau tulang rawan yang disebabkan oleh rudapaksa, dapat berupa trauma langsung dan trauma tidak langsung (Smeltzer & Bare, 2002) dalam (Mesuri & Huriani, 2014) Fraktur mandibula adalah putusnya kontinuitas tulang mandibular. Hilangnya kontinuitas pada rahang bawah (mandibula), dapat berakibat fatal bila tidak ditangani dengan benar. Mandibula adalah tulang rahang bawah pada manusia dan berfungsi sebagai tempat menempelnya gigi geligi. Klasifikasi fraktur mandibula berdasarkan pada letak anatomi dari fraktur mandibula dapat terjadi pada daerah-daerah dento alveolar, kondilus, koronoideus, ramus, sudut mandibula, korpus mandibula, simfisis, dan parasimfisis (Hakim, 2016). Fraktur mandibula merupakan kondisi diskontinuitas tulang mandibula yang diakibatkan oleh trauma wajah ataupun keadaan patologis. Pukulan keras pada muka



dapat



mengakibatkan



terjadinya



suatu



fraktur



pada



mandibula



(Reksodiputro, 2017). 2.1.2 Etiologi Menurut Helmi (2014), Fraktur mandibula dapat disebabkan oleh trauma maupun proses patologik. 2.1.2.1 Fraktur traumatik disebabkan oleh: 1.



Kecelakaan kendaraan bermotor (50,8%)



2.



Terjatuh (22,3%)



3.



Kekerasan atau perkelahian (18,8%)



4.



Kecelakaan kerja (2,8%)



5.



Kecelakaan berolahraga (3,7%)



6.



Kecelakaan lainnya (1,6%)



6



2.1.2.2 Fraktur Patologik Fraktur patologik dapat disebabkan oleh kista, tumor tulang, osteogenesis imperfekta, osteomielitis, osteoporosis, atropi atau nekrosis tulang. 2.1.3



Klasifikasi Menurut Manalu (2018), klasifikasi fraktur mandibula diantaranya adalah:



2.1.3.1 Menunjukkan regio-regio pada mandibula yaitu: corpus, simfisis, sudut, ramus, prosesus koronoid, prosesus kondilar, prosesus alveolar. Fraktur yang terjadi dapat pada satu, dua atau lebih pada region mandibula ini. 2.1.3.2 Berdasarkan ada tidaknya gigi. Klasifikasi berdasarkan gigi pasien penting diketahui karena akan menentukan jenis terapi yang akan kita ambil. Dengan adanya gigi, penyatuan fraktur dapat dilakukan dengan jalan pengikatan gigi dengan menggunakan kawat. Berikut derajat fraktur mandibula berdasarkan ada tidaknya gigi:



1. Fraktur kelas 1: gigi terdapat di 2 sisi fraktur, penanganan pada fraktur kelas 1 ini dapat melalui interdental wiring (memasang kawat pada gigi)



2. Fraktur kelas 2: gigi hanya terdapat di salah satu fraktur 3. Fraktur kelas 3: tidak terdapat gigi di kedua sisi fraktur, pada keadaan ini dilakukan melalui open reduction, kemudian dipasangkan plate and screw, atau bisa juga dengan cara intermaxillary fixation.dengan melihat cara perawatan, maka pola fraktur mandibula dapat digolongkan menjadi:



1. Fraktur Unilateral biasanya hanya tunggal, tetapi kadang terjadi lebih dari satu fraktur yang dapat di jumpai pada satu sisi mandibula dan bila hal ini terjadi, sering didapatkan pemindahan fragmen secara nyata. Suatu fraktur korpus mandibula unilateral sering terjadi.



2. Fraktur Bilateral adalah suatu kombinasi antara kecelakaan langsung dan tidak langsung. Fraktur ini umumnya akibat mekanisme yang menyangkut angulus dan bagian leher kondilar yang berlawanan atau daerah gigi kanius dan angulus yang berlawanan.



7



3. Multiple Fracture adalah gabungan yang sempurna dari kecelakaan langsung dan tidak langsung dapat menimbulkan terjadinya fraktur multipel. Pada umumnya fraktur ini terjadi karena trauma tepat mengenai titik tengah dagu yang mengakibatkan fraktur pada simpisis dan kedua kondilus.



4. Fraktur kominutif. Fraktur ini hampir selalu diakibatkan oleh kecelakaan langsung yang cukup keras pada daerah fraktur, seperti pada kasus kecelakaan terkena peluru saat perang. Dalam seharihari, fraktur ini sering terjadi pada simfisis dan parasimfisis. Fraktur yang disebabkan oleh kontraksi muskulus yang berlebihan. Kadang fraktur pada prosesus koronoid terjadi karena adanya kontraksi refleks yang datang sekonyong-konyong mungkin juga menjadi penyebab terjadinya fraktur pada leherkondilar.Oikarinen dan Malstrom(1969), dalam serangkaian 600 fraktur mandibula menemukan 49,1% fraktur tunggal, 39,9 mempunyai dua fraktur, 9,4% mempunyai tiga fraktur, 1,2% , mempunyai 4 fraktur, dan 0,4% mempunyai lebih dari empat fraktur. 2.1.4



Patofisiologi (Pathway) Fraktur gangguan pada tulang biasanya disebabkan oleh trauma gangguan



adanya gaya dalam tubuh yaitu stress, gangguan fisik, gangguan metabolik, patologik. Kemampuan otot mendukung tulang turun, baik yang terbuka maupun yang tertutup. Kerusakan pembuluh darah akan mengakibatkan pendarahan, maka volume darah menurun. COP menurun maka terjadi perubahan perfusi jaringan. Hematoma akan mengeksudasi plasma dan proliferasi menjadi oedem lokal dan terjadi penumpukan di dalam tubuh. Fraktur terbuka atau tertutup akan mengenai serabut syaraf yang dapat menimbulkan gangguan rasa nyaman nyeri. Selain itu dapat mengenai tulang dan dapat terjadi neurovaskuler yang menimbulkan nyeri gerak sehingga mobilitas fisik terganggu. Disamping itu fraktur terbuka dapat mengenai jaringan lunak yang kemungkinan dapat terjadi infeksi terkontaminasi dengan udara luar dan kerusakan jaringan lunak akan mengakibatkan kerusakan integritas kulit. Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma gangguan metabolik, patologik yang terjadi itu terbuka atau tertutup. Pada



8



umumnya pada pasien fraktur terbuka maupun tertutup adalah dilakukan imobilitas



yang bertujuan



untuk mempertahankan



fragmen yang telah



dihubungkan, tetap pada tempatnya sampai sembuh (Sylvia, 2006).



9 Trauma



Gerakan pintir mendadak



Kontraksi otot ekstem



FRAKTUR MANDIBULA Diskontiunitas tulang



Keadaan patologis



MRS



MK : Ansietas



Pergeseran fragmen tulang



BI



B2



B3



B4



B5



B6



Perubahan jaringan sekitar



Perubahan jaringan sekitar



Pergeseran fragmen tulang



Perubahan jaringan sekitar



Penurunan metabolisme



Perubahan jaringan sekitar



Laserasi kulit



Spasme otot



Inflamasi



Laserasi kulit



Terputusnya vena/ arteri



Peningkatan tekanan kapiler



Merangsang neurotransmiter



Terputusnya vena / arteri



Hipotalamus



perdarahan



Rasa mual dan muntah



Pelepasan histamin



Suplai O2 oleh darah



Protein plasma hilang



Reseptor nyeri



Perdarahan



Kebutuhan O2



Edema



Persepsi nyeri



Kehilangan volume cairan



Takipnea, dispnea



Penekanan pembuluh darah



MK : Nyeri Akut



perfusi jaringan MK : Ketidakefektifan



Perfusi Jaringan Perifer.



Ada luka terbuka Tidak napsu makan



perdarahan



MK: Ketidakefektifan Pola Napas



Laserasi kulit



MK : Kekurangan Volume Cairan



MK : Defisit Nutrisi



Sebagai media masuknya virus penyebab infeksi



MK : Risiko Infeksi



10



2.1.5



Manifestasi Klinis Gejala umum fraktur menurut Lukman (2013), adalah sebagai berikut:



2.1.5.1 Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang di imobilisasi. Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai alamiah yang dirancang untuk meminimalkan gerakan antar fragmen tulang. 2.1.5.2 Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian yamg tidak dapat digunakan dan cenderung bergerak secara tidak alamiah (gerakan luar biasa) bukannya tetap rigid seperti normalnya. Pergeseran fragmen pada fraktur lengan atau tungkai menyebabkan deformitas (terlihat maupun teraba) ekstremitas yang bisa diketahui dengan membandingkan ekstemitas normal. Ekstremitas tak daat berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot bergantung pada integritas tulang tempat melekatnya otot. 2.1.5.3 Pada fraktur tulang panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi otot yang melekat di atas dan bawah tempat fraktur. Fragmen sering saling melingkupi satu sama lain sampai 2,5-5 cm (1-2 inchi). 2.1.5.4 Saat ekstremitas di periksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang dinamakan krepitus yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu degan lainnya. Uji krepitus dapat mengakibatkan kerusakan jaringan lunak yang lebih berat. 2.1.5.5 Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagai akibat trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini bisa baru terjadi setelah beberapa jam atau hari setelah cidera. Gejala pada fraktur mandibula biasanya timbul rasa nyeri terus menerus pendarahan oral, fungsi berubah, terjadi pembengkakan, krepitasi, sepsis pada fraktur terbuka, dan deformitas. Jika fraktur ini mengenai korpus mandibula, akan terlihat gerakan yang abnormal pada tempat fraktur sehingga gerakan mandibula menjadi terbatas dan susunan gigi menjadi tidak teratur. Sebagian besar fraktur mandibula terjadi tanpa terbukanya tulang dan tanpa kerusakan jaringan keras atau lunak (Sukman, 2016). 2.1.6



Komplikasi



11



Menurut Helmi (2014), Secara umum komplikasi fraktur terdiri atas komplikasi awal dan komplikasi lama yaitu, sebagai berikut: 2.1.6.1 Komplikasi awal



2.1.6.1.1 Syok Syok terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya permeabilitas kapiler yang bisa menyebabkan menurunnya oksigenasi. Hal 8 ini biasanya terjadi pada fraktur. Pada beberapa kondisi tertentu, syok neurogenik sering terjadi pada fraktur femur karena sakit yang hebat pada pasien.



2.1.6.1.2 Kerusakan arteri Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai oleh: tidak adanya nadi, CRT (Cappillary Refill Time) menurun, sianosis bagian distal, hematoma yang lebar serta dingin pada ekstremitas yang disebabkan oleh tindakan emergensi pembidaian, perubahan posisi pada orang sakit, tindakan reduksi, dan pembedahan.



2.1.6.1.3 Sindrom kompartemen Sindrom



kompartemen



adalah



suatu



kondisi



dimana



tejadi



terjebaknyaotot, tulang, syaraf, dan pembuluh darah dalam jaringan parut akibat suatu pembengkakan dari edema atau perdarahan yang menekan otot, syaraf, dan pembuluh darah. Kondisi sindrom kompartemen akibat komplikasi fraktur hanya terjadi pada fraktur yang dekat dengan persendian dan jarang terjadi pada bagian tengah tulang. Tanda khas untuk sindrom kompartemen adalah 5P, yaitu: pain (nyeri lokal), paralysis (kelumpuhan tungkai), pallor (pucat bagian distal), parestesia (tidak ada sensasi) dan pulsesessness (tidak ada denyut nadi, perubahan nadi, perfusi yang tidak baik, dan CRT > 3 detik (pada bagian distal kaki).



2.1.6.1.4 Infeksi Sistem pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada trauma ortopedik infeksi dimulai pada kulit (superfisial) danmasuk kedalam. Hal ini biasanya terjadi pada kasus fraktur tebuka, tapi bisa juga karena penggunaan bahan lain dalam pembedahan seperti pin (ORIF dan OREF) atau plat.



2.1.6.1.5 Avaskular nekrosis



12



Avaskular nekrosis (AVN) terjadi karena aliran darah ke tulang rusak atau terganggu yang bisa menyebabkan nekrosis tulang dan diawali dengan adanya Volkman’s Ischemia.



2.1.6.1.6 Sindrom emboli lemak Sindrom emboli lemak FES (fist embolism syndrom) adalah komplikasi serius yang sering terjadi pada kasus fraktur tulang panjang. FES terjadi karena sel-sel lemak yang dihasilkan sumsum tulang kuning masuk ke aliran darah dan menyebabkan tingkat oksigen dalam darah rendah yang ditandai dengan gangguan pernafasan, takikardi, hipertensi, takipnea, dan demam. 2.1.6.2 Komplikasi Lama Menurut Helmi (2014), Secara umum komplikasi fraktur terdiri atas komplikasi awal dan komplikasi lama yaitu, sebagai berikut:



2.1.6.2.1 Delayed Union. Delayed Union merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi sesuai dengan waktu yang dibutuhkan tulang untuk sembuh atau tersambung dengan baik. Ini disebabkan karena penurunan suplai darah ke tualang. Delayed Union adalah fraktur yang tidak sembuh setelah selang waktu 3-5 ulan (tiga bulan untuk anggota gerak atas dan lima bulan untuk anggota gerak bawah).



2.1.6.2.2 Non-union. Disebut non-union apabila fraktur tidak sembuh dalam waktu antar 6-8 bulan dan tidak terjadi konsolidasi sehingga terdapat konsolidasi sehingga terdapat pseudoartrosis (sendi palsu). Pseudoartrosis dapat terjadi tanpa infeksi tetapi dapat juga terjadi bersama infeksi yang disebut sebagai infected pseudoarthrosis.



2.1.6.2.3 Mal-union. Mal-union adalah keadaan di mana fraktur sembuh pada saatnya, tetapi terdapat deformitas yang berbentuk angulasi, varus/valgus, pemendekan, atau menyilang, misalnya pada fraktur radius-ulna. 2.1.7



Pemeriksaan Penunjang Menurut Wijaya & Putri (2013), pemeriksaan penunjang terdiri dari, sebagai berikut:



2.1.7.1 X-ray : untuk menentukan luas/lokasi fraktur.



13



2.1.7.2 Scan tulang untuk memperlihatkan fraktur lebih jelas,mengidentifikasi kerusakan jaringan lunak. 2.1.7.3 Arteriogram, dilakukan untuk memastikan ada tidaknya kerusakan vaskuler. 2.1.7.4 Hitung darah lengkap, homokonsentrasi mungkin meningkat, menurun pada perdarahan : peningkatan leukosit sebagai respon terhadap peradangan. 2.1.7.5 Kreatinin : trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klirens ginjal. 2.1.7.6 Profil koagulasi : perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah, tranfus atau cedera hati. 2.1.8



Penatalaksanaan Medis Menurut Borley (2007), penatalaksanaan kedaruratan pada fraktur



mandibula antara lain: 2.1.8.1 Penatalaksanaan Kedaruratan 1. Cari tanda-tanda syok/perdarahan dan periksa ABC a. Jalan Napas Untuk mengatasi keadaan ini, penderita di miringkan sampai tengkurap. Mandibula dan lidah ditarik ke depan dan dibersihkan faringdengan jari-jari. b. Perdarahan pada luka Cara paling efektif dan aman adalah dengan meletakkan kain yang bersih (kalau bisa steril) yang cukup tebal dan dilakukan penekanan dengan tangan atau dibalut dengan verban yang cukup menekan. c. Syok Syok bisa terjadi apabila orang kehilangan darahnya kurang lebih 30% dari volume darahnya.Untuk mengatasi syok karena pendaharan diberikan darah (tranfusi darah). d. Cari trauma pada tempat lain yang beresiko (kepala dan tulang belakang, iga dan pneumotoraks dan trauma pelvis). Menurut Mediarti (2015), penatalaksanaan pada fraktur adalah sebagai berikut: Penatalaksaan pada klien dengan fraktur adalah sebagai berikut : 1. Terapi non farmakologi, terdiri dari :



14



a.



Proteksi, untuk fraktur dengan kedudukan baik. Mobilisasi saja tanpa reposisi, misalnya pemasangan gips pada fraktur inkomplit dan fraktur tanpa kedudukan baik



b.



Reposisi tertutup dan fiksasi dengan gips. Reposisi dapat dalam anestesi umum dan lokal.



c.



Traksi, untuk reposisi secara berlebihan.



2. Terapi farmakologi, terdiri dari : a.



Reposisi terbuka, fiksasi eksternal.



b.



Reposisi tertutup kontrol radiologi diikuti internal.



Terapi ini dengan reposisi anatomi diikuti dengan fiksasi internal. Tindakan pada fraktur terbuka harus dilakukan secepat mungkin, penundaan waktu dapat mengakibatkan komplikasi. Waktu yang optimal untuk bertindak sebelum 6-7 jam berikan toksoid, anti tetanus serum (ATS) / tetanus hama globidin. Berikan antibiotik untuk kuman gram positif dan negatif dengan dosis tinggi. Lakukan pemeriksaan kultur dan resistensi kuman dari dasar luka fraktur terbuka (Mediarti, 2015). 2.2



Menajemen keperawatan



2.2.1 Pengkajian keperawatan 2.2.1.1 Pengumpulan Data, Meliputi 1. Identitas klien Nama, umur jenis kelamin,alamat, agama, pekerjaan, kebangsaan, suku, pendidikan, no register, diagnosa medis Faktur Os Mandibula 2. Keluhan Utama Biasanya Klien dengan fraktur akan mengalami nyeri saat beraktivitas pada daerah fraktur tersebut. 3. Riwayat Penyakit - Riwayat Penyakit Sekarang Pada klien fraktur dapat disebabkan oleh trauma kecelakaan, degeneratif dan patologis yang didahului dengan perdarahan, kerusakan jaringan sekitar yang mengakibatkan nyeri, terjadi pembengkakkan, kebiruan dan kesemutan. - Riwayat Penyakit Dahulu



15



Pada klien fraktur pernah mengalami kejadian patah tulang atau tidak sebelumnya dan apakah klien mengalami pembedahan perbaikan dan pernah menderita osteoforosis - Riwayat Penyakit Keluarga Pada keluarga klien ada atau tidak yang menderita osteoforosis, arthritis dan tuberculosis atau penyakit menular lain yang sifatnya menurun dan menular 2.2.1.2 Pemeriksaan B1-B6 1) Keadaan umum Menurut Doenges (2011) Keadaan Umum : baik atau buruknya yang dicatat adalah tanda-tanda vital seperti : a.



Kesadaran penderita : apatis, sopor, koma, gelisah, kompos mentis tergantung pada keadaan pasien.



b.



Kesakitan, keadaan penyakit : akut, kronik, ringan, sedang, berat dan pada kasus fraktur biasanya akut



c. Tanda-tanda vital tidak normal karena ada gangguan baik fungsi maupun bentuk. 2) B1 (Breathing) Tidak ada perubahan yang menonjol seperti bentuk dada ada tidaknya sesak nafas, suara tambahan dan pernapasan cuping. 3) B2 (Blood) Observasi resiko syok hypovolemia kehilangan darah akibat pembedahan mayor. Klien mengalami denyut nadi meningkat akibat nyeri dan kecemasan, ada tidaknya hipertensi, tachikardi perfusi jaringan dan perdarahan akibat trauma. 4) B3 (Brain) Nyeri berat tiba-tiba pada saat cedera tidak ada nyeri akibat kerusakan saraf, spasme/ kram otot 5) B4 (Bladder) Pantau pengeluaran urine, apakah terjadi retensi urine. Retensi yang disebabkan oleh posisi berkemih tidak alamiah, pembesaran prostat, dan adanya infeksi saluran kemih.



16



6) B5 (Bowel) Terjai perubahan yang menonjol seperti nafsu makan kurang baik, peristaltic usus, mual, muntah, kembung. 7) B6 (Bone) Terdapat fraktur, nyeri pada saat bergerak, kekakuan sendi, bagaimana tinus ototnya ada tidak atropi dan keterbatasan gerak, adanya karepitus, gangguan mobilitas 2.2.2 Dagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan atau masalah keperawatan : Nyeri akut/ kronis berhubungan dengan: - Gangguan sirkulasi ditandai dengan sianosis, kulit pucat - Terputusnya jaringan tulang, gerakan pragmen tulang edema dan cedera pada jaringan. 2.2.3 Perencanaan Keperawatan a) Tujuan Rasa nyeri berkurang atau dapat menghilang. b) Kriteria hasil -Pasien menunjukan penurunan skala nyeri -Pasien menggambarkan rasa nyaman dan rileks. Intervensi 1. Kaji



faktor



penyebab,



Kriteria hasil 1. Klien



Rasional 1. Menentukan



sejauhmana



kualitas,



mempertahankan



nyeri yang dirasakan dan



lokasi, frekuensi, dan



pengontrol nyeri



untuk



skala nyeri



2. Tidak



2. Monitor tanda-tanda vital,



perhatikan



takikardia, hipertensi,



dan



peningkatan 3. Ajarkan



tehnik



distraksi



dan



relaksasi



member



gangguan tidur 3. Klien



intervensi



selanjutnya. 2.



Dapat



mengidentifikasi



mengatakan



rasa



nyaman



ketidaknyamanan



4. Tidak



pernafasan.



ada



memudahkan



ada



sakit



dan



3. Membantu pasien menjadi



ekspresi



rileks,



menahan nyeri



nyeri,



menurunkan serta



mengalihkan pasien



dari



rasa



mampu perhatian



nyeri



yang



17



4. Beri



posisi



yang



nyaman untuk pasien 5. Beri



Health



Education



(HE)



tentang nyeri



dirasakan 4. Mengurangi



rasa



meningkatkan posisi



sakit,



sirkulasi,



semifowler



dapat



mengurangi tekanan dorsal.



6. Kolaborasi



dalam



pemberian



terapi



analgesik seperti



5. Pasien



mengerti



tentang



nyeri yang dirasakan dan menghindari hal-hal yang dapat memperparah nyeri. 6. Menekan



susunan



saraf



pusat pada thalamus dan korteks dapat



serebri



sehigga



mengurangi



rasa



sakit/ nyeri 2.2.4 Implementasi Keperawatan Implementasi adalah fase ketika perawat mengimplimentasikan intervensi keperawatan. (Kozier, 2011). Implementasi merupakan langkah keempat



dari



proses keperawatan yang telah direncanakan oleh perawat untuk dikerjakan dalam rangka membantu klien untuk mencegah, mengurangi, dan menghilangkan dampak atau respons yang ditimbulkan oleh masalah keperawatan dan kesehatan. (Zaidin Ali,2014) 2.2.5 Evaluasi Keperawatan 1) Penurunan skala nyeri, contohnya skala nyeri menurun dari 8 menjadi 5 dari 10 skala yang diberikan. 2) Merasa nyaman dan dapat istirahat.



18



BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN Hari/tanggal/jam pengkajian : rabu, 30 September 2020, pukul 09.00.WIB Nama Mahasiswa



: Erna Sari



NIM



: 2018.C.10a.0966



Program Studi



: Sarjana Keperawatan



3.1



Pengkajian



3.1.1 Anamnesa 3.1.1.1 Identitas pasien Nama pasienTn. C,berumur 50 tahun, suku/bangsa dayak/indonesia, jenis kelamin laki-laki, beragama kristen, Status pasien menikah, pendidikan terakhir S1, Pekerjaan swasta, alamat jl. Yos Sudarso VI, tanggal masuk 29 September 2020, tanggal pengkajian 30 September 2020, diagnosa medis Fraktur Os Mandibula. 3.1.2 Riwayat Kesehatan/Perawatan 3.1.2.1 Keluhan utama Pasien mengatakan “nyeri pada bagian rahang bawah yang saya rasakan sakit seperti tertusuk-tusuk terutama pada saat saya menggerakkan kepala saya” skala nyeri yang di rasakan yaitu pada rentang 7 (skala Sedang) dengan waktu yang tidak menentu ± 10 menit. 3.1.2.2 Riwayat penyakit sekarang Pada tanggal 26 september 2020 pukul 09.00 WIB pasien mengatakan saat itu pasien sedang berada di kebun untuk membersihkan kebunnya karena jalan menuju kebun licin pasien terjatuh dikebun, karena hal itu pasien merasa rahangnya sakit dan tidak mampu berdiri, tanggal 26 September 2020 pukul 10.30 WIB pasien dibawa 17 keluarganya pulang kerumah pada tanggal 28 September 2020 pukul 09.30 WIB keluarga membawanya ke puskesmas terdekat setelah dari puskesmas pukul 10.15 WIB pasien dibawa langsung ke rumah sakit RSUD dr Doris Sylvanus Palangka raya ketika di IGD pasien dinyatakan mengalami fraktur 1/3 mandibula dekstra dari IGD pasien mendapatkan terapi infus RL ;



D5 % 20 tetes/menit dan inj. Ketorolac 30



19



mg/8 jam (iv), inj. Ranitidine 1 ampl/12 jam (iv). Setelah itu pasien diputuskan untuk rawat inap untuk perawatan lebih lanjut. 3.1.2.3 Riawayat penyakit dahulu Klien mengatakan tidak pernah mempunyai riwayat penyakit sebelumnya 3.1.2.4 Riwayat penyakit keluarga Klien mengatakan tidak pernah memiliki riwayat penyakit keluarga seperti penyakit keturunan DM, Hipertensi, stroke, dan penyakit menular HIV/AIDS, Hepatitis. 3.1.1.7 Susunan genogram 3 (tiga) generasi



Keterangan: : laki-laki : perempuan : pasien 3.1.3 Pemeriksaan Fisik 3.1.3.1 Keadaan Umum Kesadaran pasien compos menthis, pasien tampak sakit sedang, pasien tampak meringis, berbaring semi fowler, terpasang infus RL 20 TPM ditangan sebelah kiri, luka ditutup dengan kain kasa.



20



3.1.3.2 Status Mental Kesadaran compos menthis, ekspresi wajah meringis, bentuk badan simetris, cara berbicara pasien kurang baik dan tidak lancar, pasien berbaring semi fowler, suasana hati tenang, penampilan bersih dan rapi, pasien dapat membedakan waktu dengan baik (pagi, siang, malam). Pasien tahu keadaanya sekarang sedang berada di rumah sakit serta dapat bembedakan antara keluarga dan petugas kesehatan lainnya, insight baik dan mekanisme pertahanan diri adaftip. 3.1.3.3 Tanda-Tanda Vital Tanda-tanda vital pasien Normal Suhu/T



36,5ºC,



Nadi/R



80x/menit,



Pernapasan/RR 23x/menit, Tekanan Darah 110/90 mmHg. 3.1.3.4 Pernapasan (Breathing) Bentuk dada simetris, pasien tidak merokok, pasien tidak mengalami batuk, napas tidak sesak, pernapasan teratur dengan pernapasan dada, suara napas vesikuler/normal dan tidak ada suara napas tambahan. Tidak ada masalah keperawatan. 3.1.3.5 Cardiovaskuler (Blood) Pasien tidak merasa pusing, tidak ada nyeri dada, pasien tidak ada merasa kepala sakit dan tidak ada pembengkakan di ekstremitas pasien tidak mengalami clubbing finger ataupun kram pada kaki dan tidak terlihat pucat,capillary refil >2 detik, tidak ada oedema, tidak ada asites, ictus cardis tidak terlihat, tidak terjadi peningkatan vena jugularis dan suara jantung normal. Tidak ada masalah keperawatan. 3.1.3.6 Persyarafan (Brain) Nilai GCS pasien baik dengan Skor 15, kesadaran compos Menthis, reflek pupil (isokor) dan cahaya baik kanan dan kiri, terdapat respon nyeri di bagian kepala dan pasien tidak mengalami vertigo ataupun kesemutan. Pasien tampak gelisah akibat nyeri pada rahang. Penilaian fungsi saraf kranial : Nervus kranial 1 (Olfaktoris) pasien dapat membedakan bau minyak angin, Nervus Kranial II (Optikus)



Pasien



dapat melihat dengan jelas, Nervus Kranial III (Okulomotoris) Pasien dapat membuka kelopak mata, Nervus Kranial IV (Trokhlearis) Pasien dapat menggerakkan kedua



21



bola mata dengan baik, Nervus Kranial V (Trigeminus) Pasien tidak dapat membuka mulutnya, Nervus Kranial VI (Abdusen) Pasien dapat menggerakkan kedua matanya ke kiri dan ke kanan, Nervus Kranial VII (Facialis) tidak terkaji, Nervus Kranial VIII (Akustikus) Pasien mempunyai respon saat dipanggil, Nervus Kranial IX (Glosofaringeus) Pasien dapat menelan, Nervus Kranial X (Vagus) Pasien dapat menunjukkan reflek, Nervus Kranial XI (Asesoris) Pasien tidak dapat menggerakkan bahu Nervus Kranial XII (Hipoglosus) Pasien tidak dapat menjulurkan lidah. Masalah keperawatan : Nyeri Akut 3.1.3.7 Eliminasi Uri (Bladder) Pasien tidak menggunakan kateter, tidak ada masalah BAK produksi urine 500cc/hari dengan bau khas amoniak dan warna kuning. tidak ada masalah keperawatan. 3.1.3.8 Eliminasi Alvi (Bowel) Bibir pasien tampak kering, tidak pucat dan tidak ada lesi atau peradangan, ada caries gigi di geraham bawah kanan dan kiri gigi tidak lengkap tidak ada radang/lesi pada tonsil dan gusi, frekuensi BAB 2 kali per hari dengan warna kuning, konsistensi lunak, bising usus 12 kali per menit. Tidak ada masalah keperawatan. 3.1.3.9 Tulang-Otot-Integumen (Bone) Kemampuan bergerak sendi bebas, terjadi nyeri dibagian mandibula, ukuran otot simetris, kestabilan tubuh negatif, uji kekuatan otot ekstrmitas atas 5 5 ekstrmitas bawah 5 5 (tidak mampu melawan gaya gravitas gerakan pasif deformitas tulang dibagian mandibula). Tidak Ada masalah keperawatan 3.1.3.10 Kulit-rambut-kuku Pasien tidak memiliki riwayat alergi obat, makanan, kosmetik, dan lainnya, suhu kulit normal,turgor baik dan tekstur halus, tidak ada lesi tekstur rambut halus, panjang, lurus. Tidak ada masalah keperawatan. 3.1.3.11 Sistem Pengindraan Mata penglihatan pasien normal, sclera normal/putih, konjunctiva berwarna merah muda, kornea mata bening, tidak mengguanakan alat bantu seperti kacamata. Pendengaran normal, bentuk hidung simetris, Tidak ada masalah keperawatan. 3.1.3.12 Leher dan Kelenjar Limfe



22



Tidak ada massa, kelenjar limfe tdak teraba, mobilitas leher bebas. Tidak ada masalah keperawatan. 3.1.3.13 Sistem reproduksi Pria Pasien tidak ada mengalami kemerahan pada genetalia, tidak mengalami gatal-gatal, kebersihan baik, payudara simetris, tidak ada lesi, tidak ada pembengkakan dan nyeri tekan. Tidak ada masalah keperawatan 3.1.4 Pola Fungsi Kesehatan 3.1.4.1 Persepsi Terhadap kesehatan dan Penyakit Pasien mengetahui keadaannya dan klien mengetahui tentang penyakitnya. 3.1.4.2 Nutrisi dan Metabolisme TB



: 165 Cm



BB Sekarang



: 40



Kg



BB Sebelum Sakit



: 50



Kg



IMT : 12



Pasien Tidak ada diet khusus, pola makan sehari-hari sesudah sakit 1x1 hari sebelum sakit 3x1 hari, sesudah sakit 1/4 porsi setiap kali makan, sebelum sakit 2 porsi, tidak ada nafsu makan sejak 2 hari yang lalu, sebelum sakit jenis makanan yang sering dikonsumsi sayur, lauk, nasi, jenis minuman yang sering yaitu air putih, kebiasaan makan pagi, siang, malam, sesudah sakit jenis makanan yang dikonsumsi sayur lauk, nasi dan air putih. Masalah keperawatan : Defisit Nutrisi 3.1.4.3 Pola Istirahat dan Tidur Pasien tampak tidur dengan nyenyak dan nyaman. Tidak ada masalah keperawatan. 3.1.4.4 Kognitif Pasien dan keluarga sudah mengetahui penyakitnya setelah diberikan penjelasan dari dokter dan tenaga medis lainnya. Tidak ada Masalah Keperawatan. 3.1.4.5 Konsep Diri Gambaran diri pasien menyukai tubuhnya secara utuh, ideal diri Pasien berharap cepat sembuh, identitas diri pasien merupakan seorang kepala



23



keluarga dan istri, Harga diri pasien tidak malu dengan keadaan sekarang, peran diri pasien sebagai seorang ibu dan istri. Tidak Ada Masalah Keperawatan. 3.1.4.6 Aktivitas sehari-hari Sebelum sakit pasien dapat beraktivitas secara mandiri, namun sesudah sakit dapat melakukan aktivitasnya secara mandiri.Tidak Ada Masalah Keperawatan 3.1.4.7 Koping-Toleransi Terhadap Stres Pasien mengatakan jika ada masalah, Ia selalu menceritakan kepada keluarga.dan istri. Tidak Ada Masala keperawatan. 3.1.4.8 Nilai Pola Keyakinan Klien mengatakan tidak ada



tindakan medis yang berhubungan dengan



keyakinan yang dianut. Tidak Ada Masalah Keperawatan 3.1.5 Sosial-Spiritual Kemampuan berkomunikasi secara verbal dan non verbal, pasien



dapat



berkomunikasi dengan baik, bahasa sehari-hari bahasa Indonesia, hubungan dengan keluarga baik dan harmonis, hubungan dengan teman/petugas kesehatan/orang lain baik pasien dapat bekerja sama dengan perawat dalam pemberian tindakan keperawatan, hubungan dengan orang lain baik. Orang berarti/terdekat Istri & keluarga, kebiasaan menggunakan waktu luang sebelum sakit, pasien bekerja dirumah dan meluangkan waktu untuk keluargas esudah sakit, pasien hanya berbaring ditempat tidur, kegiatan beribadah sebelum sakit, pasien beribadah 1x setiap minggu 3.1.6 Data penunjang (Radiologis, Laboratorium, Penunjang Lainnya) Tanggal 29 September 2020 Pemeriksaan Laboratorium No



PARAMETER



HASIL



SATUAN



NILAI NORMAL



1



WBC ( White Blood Cels)



23.12x10^3



U/L



4.00 – 10.00



2



RBC ( Red Blood Cels )



4.14x10^6



U/L



3.50 – 5.50



24



3



HGB ( Hemoglobin Blood)



12.0



g/dl



11.0 – 15.0



4



PLT(Platelet/Trombosit)



12.0



g/dl



11.0 – 15.0



236 x10^3



U/L



150 – 400



3.1.7 Penatalaksanaan Medis Obat/Terapi Medis 1. infus RL ; D5 %



2. Injeksi Ketorolac



3.



injeksi Ranitidine



Dosis



Indikasi



Kontraindikasi



20 TPM



- Pengganti cairan plasm a isotonic yang hilang. - Pengganti cairan pada kondisi alkalosis hipokloremia.



Hipertonik uterus, hiponatremia,retensi cairan, dugunkan dalam dengan pengawasan ketat pada chf, insufisieensi renal, hipertensi, edema perifer dan edema paru.



30 mg/8 jam



Penanganan jangka pendek untuk nyeri akut pasca bedah yang sedang hingga berat



Anak usia dibawah 16 tahun Gangguan fungsi ginjal sedang sampai berat (kreatin serum