Revisi P4 (Tetes Telinga Kloramfenikol) - Kel 2 - Kelas A2 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

JURNAL PRAKTIKUM PERBEKALAN STERIL



KELOMPOK : 2



SHIFT : A2 SOAL :



Obat Tetes Telinga Kloramfenikol



I. Latar Belakang Guttae auriculares (tetes telinga) adalah obat tetes yang yang digunakan untuk telinga dengan cara meneteskan obat ke dalam telinga,kecuali dinyatakan lain tetes telinga dibuat menggunakan cairan pembawa bukan air. Cairan pembawa yang digunakan harus mempunyai kekentalan yang cocok agar obat mudah menempel pada dinding telinga,umumnya digunakan gliserol dan propilenglikol. Dapat juga digunakan etanol 90% heksilenglikol dan minyak nabati. Zat pensuspensi dapat digunakan sorbita,polisorbat atau surfaktan lain yang cocok. Preparat telinga dikenal sebagai preparat optik atau aural. Preparat telinga biasanya diteteskan atau dimasukkan dalam jumlah kecil ke dalam saluran telinga untuk melepaskan kotoran telinga (lilin telinga) atau untuk mengobati infeksi,peradangan atau rasa sakit. Karena bagian luar telinga merupakan suatu struktur yang tertutup kulit yang mudah terkena kondisi dermatologi sebagaimana bagian permukaan tubuh lainnya. Tetes telinga kloramfenikol adalah larutan steril kloramfenikol dalam pelarut yang yang sesuai. Mengandung tidak kurang dari 90% dan tidak lebih dari 130% C11H12Cl2N2O5 dari jumlah yang tertera pada etiket. Stabil pada ph 2-7 dan tidak stabil dalam suasana basa.



II.



Preformulasi Zat Aktif Struktur Kimia



Rumus Molekul



C11H12Cl2N2O5



Sinonim Nama Kimia



D-treo-(-)-2,2-Dikloro-N-[𝝱-hidroksi-𝝰-(hidroksimetil)p-nitrofenetil]asetamida. 323,13 g/mol



Berat Molekul Pemerian



Hablur halus berbentuk jarum atau lempeng memanjang;putih hingga putih kelabu atau putih kekuningan;larut praktis netral terhadap lakmus P;stabil dalam larutan netral atau larutan agak asam. Kelarutan Sukar larut dalam air,mudah larut dalam etanol,dalam propilenglikol,dalam aseton, dan etil asetat. Titik leleh Kloramfenikol leleh pada rentang suhu 149oc-153oc Kloramfenikol sinamat pada suhu 119oc Kloramfenikol palmitate pada suhu 87oc-95oc Inkompatibilitas Kloramfenikol sodium suksinat inkompatibel dengan aminofilin,ampisilin,asam askorbat,kalsium klorida,karbenisilin sodium,kkorpromazin hidroklorida,garam eritromisin,gentamisin sulfat,hidrokortison sodium suksinat,hidrokorsizin hidroklorida,metisilin sodium,metilprednisolon sodium suksinat,nitrofurantoin sodium,nocobiosin sodium,oksitetrasiklin hidroklorida,penitoin sodium,polymiksin B sulfat,garam plorklorperazin. Stabilitas Salah satu antibiotik yang secara kimiawi diketahui paling stabil dalam segala pemakaian.Stabilitas baik  Panas  Hidrolisis/oksidasi pada suhu kamar dan kisaran Ph 2-7,SUHU 25oc,sangat tidak stabil dalam suasana basa.Dalam media air  Cahaya kloramfenikol adalah pemecah hidrofilik pada amida.Stabil dalam basis minyak dalam air,basis adeps lanae. Kesimpulan : Bentuk zat aktif yang digunakan (basa/asam/garam/ester) : asam



Bentuk sediaan (lar/susp/emulsi/serbuk rekonstitusi) : larutan Cara sterilisasi sediaan : filtrasi membrane Kemasan : botol plastik III.



PerhitunganTonisitas/Osmolaritas dan Dapar a. Tonisitas Metode : Ekivalansi NaCl Perhitungan :menggunakan ekuivalensi NaCl berdasarkan bobot zat (gram/mgram). Perhitungan nilai E pada Tonisitas: E =17 x % 10% 0,01%



Kloramfenikol Benzalkonium Cl



Liso M E 0,1 0,18



1% 0,0018 % + 1,0018%



Jadi, dari hasil perhitungan tonisitas didapat 1,0018 % (Hipertonis) b. Dapar Jenis dapar/kombinasi Target pH Kapasitas dapar Perhitungan : pH = pKa + log



[ garam ] [asam ]



Ka × H + β = 2,303× Ctotal × ( Ka + H + ) 2 IV. Pendekatan Formula No Bahan 1 Kloramfenikol 2 Benzalkinium Klorida 3 Gliserin



Jumlah (%) 10 % 0,01 % Add 10 ml



Fungsi / alasan penambahan bahan Zat aktif sebagai antibiotik Pengawet karena tetes telinga di gunakan berkali-kali Sebagai pelarut atau pengisotonis



V. Preformulasi Eksipien a.Gliserin Pemerian Cairan tidak berwarna hingga kuning, tidak berbau, berasa manis, bertekstur kental;Bersifat higroskopis; Berat molekul 92,09; Rumus molekul C3H8O3; Titik didih 290°C (554F); Titik beku 20°C (68F); Tekanan uap 0,0025 mmHg pada 50°C; Kerapatan uap (udara=1) 3,1; Gravitasi spesifik (air=1) 1,2613; pH netral; (Depkes,2014;57) . Kelarutan Larut dalam air, alkohol, etil asetat, dan eter; Tidak larut dalam



Stabilitas Panas Hidrolisis Cahaya



benzen, kloroform, karbon tetraklorida, karbon disulfida, petroleum eter, dan minyak(Rowe, et all, 2009;766) . secara kimiawi stabil di semua keadaan fisik (es, cair, dan uap air). Air meninggalkan sistem pemurnian farmasi danmemasuki tangki penyimpanan harus memenuhi persyaratan khusus. Targetketika merancang dan mengoperasikan sistem penyimpanan dan distribusiuntuk menjaga agar air tidak melebihi batas yang diizinkan selama penyimpanan. Khususnya, sistem penyimpanan dan distribusi harus memastikan hal ituair dilindungi terhadap kontaminasi ionik dan organik, yangakan menyebabkan peningkatan konduktivitas dan total karbon organik,masing-masing. Sistem juga harus dilindungi terhadap fisikmasuknya partikel asing dan mikroorganisme sehingga mikroba pertumbuhan dicegah atau diminimalkan. (FI IV hal 413, Handbook of Pharmaceutical Excipient edisi 6 hal 283).



Inkompatibilitas : Kromium trioksida, potasium klorat, potasium permanganat (Excipient hal 258) Kesimpulan : Eksipien tidak inkompatibel dengan bahan lain Cara sterilisasi :Sediaan tetes telinga disterilisasi dengan membran filter 0,22 µm dan 0,45 µm Kemasan :Wadah tetes telinga berbahan plastik b.Benzalkonium Klorida (Rowe, et all, 2009;56) Pemerian Benzalkonium klorida berwarna putih atau putih kekuningan, bubuk amorf, gel tebal, atau serpihan agar-agar. Bahan ini bersifat higroskopis, bersabun bila disentuh, dan memiliki bau aromatik yang ringandan rasanya sangat pahit. Kelarutan Praktis tidak larut dalam eter; sangat larut dalam aseton, etanol (95%), metanol, propanol, dan air. Larutan benzalkonium klorida berbuih ketika dikocok, memiliki tegangan permukaan rendah dan memiliki sifat deterjen dan pengemulsi. Stabilitas Benzalkonium klorida bersifat higroskopis dan dapat dipengaruhi Panas oleh cahaya, udara, dan logam. Larutan stabil pada kisaran pH dan Hidrolisis suhu yang luas dan dapat disterilkan dengan autoklaf tanpa Cahaya kehilangan efektivitas. Solusi dapat disimpan untuk waktu yang lama pada suhu kamar. Larutan encer yang disimpan dalam wadah polivinil klorida atau busa poliuretan dapat kehilangan aktivitas antimikroba. Inkompatibilitas Tidak cocok dengan aluminium, surfaktan anionik, sitrat, kapas, fluorescein, hidrogen peroksida, hipromelosa, iodida, kaolin, lanolin, nitrat, surfaktan nonionik dalam konsentrasi tinggi, permanganat, protein, salisilat, garam perak, sabun, sulfonamida, tartrat, seng



oksida, seng sulfat, beberapa campuran karet, dan beberapa campuran plastik. Benzalkonium klorida telah terbukti teradsorpsi ke berbagai membran penyaringan, terutama yang bersifat hidrofobik atau anionik. Kesimpulan : Eksipien tidak inkompatibel dengan bahan lain Cara sterilisasi :Sediaan tetes mata disterilisasi dengan membran filter 0,22 µm dan 0,45 µm Kemasan : Wadah tetes telinga berbahan plastik VI.



Persiapan Alat/Wadah/Bahan a. Alat No Nama alat Jumlah 1 Autoklaf 1 2 Beaker glass 1 3



Batang pengaduk



1



4



Corong kaca



1



5



Erlenmeyer



1



6



Kaca arloji



1



7



Sendok penyu



1



8



Spatel Stainless



1



b. Wadah No Nama alat 1 Wadah tetes telinga berbahan plastik yang dilengkapi dengan tutup dan penetes



Jumlah 1



c. Bahan (hanya untuk cara aseptic) No Nama bahan Jumlah 1 Kloramfenikol 2g



2



Benzalkonium



0,002 g



Cara sterilisasi (lengkap) Dengan autoklaf pada suhu 121°C selama 15 menit Dengan autoklaf pada suhu 121°C selama 15 menit Dengan autoklaf pada suhu 121°C selama 15 menit Dengan autoklaf pada suhu 121°C selama 15 menit Dengan autoklaf pada suhu 121°C selama 15 menit Direndam dengan alkohol 70% selama 24 jam Dengan autoklaf pada suhu 121°C selama 15 menit



Cara sterilisasi (lengkap) Dicuci dengan air sampai bersih dan dilap dengan alkohol 70%



Cara sterilisasi (lengkap) Sediaan tetes telinga disterilisasi dengan membran filter 0,22 µm dan 0,45 µm Sediaan tetes telinga disterilisasi



klorida 3



VII.



Gliserin



20 g



dengan membran filter 0,22 µm dan 0,45 µm Sediaan tetes telinga disterilisasi dengan membran filter 0,22 µm dan 0,45 µm



Penimbangan Bahan Jumlah sediaan yang dibuat : 10 ml dan dilebihkan 100% No Nama bahan Jumlah yang ditimbang 1 Kloramfenikol 2g 2 Benzalkronium Klorida 0,002 g 3 Gliserin 20 ml



VIII. Prosedur Pembuatan RUANG



PROSEDUR



Grey area



Permukaan meja dilap menggunakan etanol 70% sebelum sterilisasi ruangan. Sterilisasi ruangan dengan oksidasi menggunakan etanol 70% diikuti dengan penyinaran lampu UV selama 12 jam. Sterilisasi dilakukan dimana alat-alat yang akan digunakan disterilkan di dalam autoklaf (untuk alat presisi) dan oven (untuk alat non presisi) Catatan: Sebelum dimasukkan ke dalam autoklaf atau oven, terlebih dahulu alat-alat tersebut dibungkus dengan kertas perkamen. Aqua pro injeksi : a. Dimasukkan aquabidest ke dalam beaker glass dalam 250 mL yang telah distandarisasi b. Ditambahkan karbon aktif 0,1% lalu diaduk c. Dipanaskan pada suhu 60-70°C selama 15 menit d. Disaring menggunakan membrane filter 0,45 µm dan 0,22 µm e. Disterilisasi ke dalam autoklaf Ditimbang masing-masing bahan menggunakan neraca analitik dengan tepat mengggunakan kaca arloji yang sebelumnya telah disterilkan. Dilarutkan natrium diklofenak sebanyak 2 g dalam wadah A dengan gliserin hingga homogen, ditambahkan benzalkonium klorida sebanyak 0,002 g diaduk hingga homogen.Di addkan 20 ml dengan gliserin .Dimasukkan sediaan dimasukkan ke dalam botol tetes mata sebanyak 10 ml dalam botol , kemudian dilakukan sterilisasi akhir dengan metode filtrasi.



Grey area



White area



Grey area



White area



[GRADE A] Grey area IX. No 1



2



3



Dilakukan evaluasi sediaan



Evaluasi Sediaan Jenis evaluasi



Prinsip evaluasi



Uji pH sediaan



Menggunakan pH meter



Uji kejernihan larutan



Uji kebocoran wadah



Wadah sediaan akhir disinari dari samping dengan latar belakang warna hitam untuk melihat partikel berwarna putih dan latar belakang putih untuk melihat partikel berwarna.



Wadah sediaan diletakkan dengan posisi terbalik.



Jumlah sampel 1 botol tetes telinga



1 botol tetes telinga



1 botol tetes telinga



Hasil pengamatan pH= 5,6, pH sesuai rentang pH stabilitas



Syarat Rentang pH optimal dari zat aktif yaitu 4,5-7,5, pH sediaan 4-8



Larutan tetes telinga tidak jernih



Suatu cairan dikatakan jerneih jika kejernihannya sama dengan air atau pelarut yang digunakan bila diamati dibawah kondisi seperti tersebut di atas atau jika opalesensinya tidak lebih nyata dari suspense padanan I.Persyaratan untuk derajat oplesensi dinyatakan dalam suspense padanan I,II dan III.(Depkes RI,1995;998)



Tidak ada kebocoran



Syarat dipenuhi jika laju kebocoran rata-rata per tahun untuk ke 12 wadah tidak lebih dari 3,5% dari bobot isi bersih,dan tidak satupun wadah menunjukkan kebocoran lebih dari 5% dan bobot isi bersih per tahun.Apabila bobot isi bersih kurang dari 15 g dan pada etiket tertera masa kadaluarsa,persyaratan dipenuhi jika laju kebocoran rata-rata dan 12 wadah tidak lebih dari 525 mg per tahun dan tidak satupun menunjukkan kebocoran lebih dari 750 mg per tahun.(Depkes RI,2014;1597)



4.



Volume terpindahkan



5



Uji sterilitas



6



Penetapan Kadar zat aktif



Sediaan dipindahkan dari ampul ke dalam gelas ukur dan dilakukan pengamatan volume yang terpindahkan



Sediaan diinokulasi pada medium agar dan diamati pertumbuhan mikroba setelah inkubasi beberapa hari. Ukur saksama sejumlah volume infus setara dengan lebih kurang 50 mg asam askorbat, jika perlu sebelumnya encerkan dengan air



20 ml (1 botol 19 ml tetes telinga)



1 botol tetes telinga



1 botol tetes telinga



(tidak dilakukan)



(tidak dilakukan)



Untuk sediaan wadah dosis ganda memiliki syarat volume rata-rata cairan yang diperoleh dari 10 wadah tidak kurang dari 100%,dan tidak ada satu wadahpun volumenya kurang dari 95% dari volume yang tertera pada etiket.Untuk sediaan wadah dosis tunggal memenuhi syarat jika volume rata-rata cairan yang diperoleh dari 10 wadah tidak kurang dari 100%,dan volume dari masing-masing wadah dari 10 wadah terletak dalam rentang 95%-110% dari volume yang tertera pada etiket. (DepkesRI,2014;1615) Pada interval waktu tertentu dan pada akhir periode inkubasi, amati isi semua wadah alcan adanya pertumbuhan mikroba seperti kekeruhan danIatau pertumbuhan pada permukaan. Jika tidak terjadi pertumbuhan, maka bahan uji memenuhi syarat (Depkes RI, 1995; 855) Mengandung Kloramfenikol, tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 110,0% dari jumlah yang tertera pada etiket (Depkes RI, 1995; 40)



secukupnya, masukkan ke dalam labu tentukur 100ml. Tambahkan 20 ml asam metafosfat asetat LP, encerkan dengan air secukupnya sampai tanda. Ukur saksama sejumlah volume larutan tersebut setara dengan lebih kurang 2 mg asam askorbat, masukkan ke dalam labu Erlenmeyer 50 ml, tambahkan 5 ml asam metafosfat asetat LP. Titrasi dengan Larutan baku diklorofenol indofenol LV, hingga terjadi warna merah muda selama paling sedikit 5 detik. Lakukan penetapan blangko menggunakan eampuran 5,5 ml asam metafosfai asetat LP dan 15 ml air. Hitung



7



X.



Uji Endotoksin Bakteri



jumlah asam askorbat dalam mg per ml injeksi dari asam askorbat yang setara dengan Larutan baku diklorofenol indofenol LV. Penetapan kadar endotoksin dilakukan dengan seri pengenceran spesimen dengan kadar menurun. Pilih pengenceran yang sesuai dengan seri geometrik sehingga setiap tahap lebih besar dari tahap berikutnya dengan perbandingan yang tetap. Termasuk di dalamnya kontrol negatif, kontrol positif, dan kontrol sediaan positif. Dilakukan replikasi.



1 botol tetes mata



(tidak dilakukan)



Bahan memenuhi syarat uji jika bdar endotoksin tidak lebih dari yang ditetapkan pada masing-masing monografi (Depkes RI, 1995; 905)



Pembahasan Obat tetes telinga adalah sediaan larutan yang mengandung air atau gliserin atau pelarut lain dan bahan pendispersi, untuk penggunaan telinga luar. Larutan yang dipakai ke dalam telinga ini biasanya mengandung antibiotik, sulfonamida, anestetik lokal, peroksida (H2O2), fungisida, asam borat, NaCl, gliserin dan propilen glikol. Obat tetes



telinga tidak menggunakan air sebagai cairan pembawa, tetapi gliserin dan propilen glikol yang sering dipakai sebagai pelarut, karena dapat melekat dengan baik pada bagian dalam telinga sehingga obat lebih lama kontak dengan jaringan telinga. pH optimum untuk cairan berair yang digunakan dalam obat tetes telinga haruslah dalam suasana asam (pH 5,0-7,3). Syarat dari sediaan obat tetes telinga yaitu steril atau bebas mikroba, jernih (bebas partikel asing, serat dan benang), bebas dari efek mengiritasi, diusahakan sediaan tetes telinga sebaiknya dibuat isotonis. Praktikum kali ini mengenai pembuatan sediaan obat tetes telinga dengan zat aktif yaitu Kloramfenikol. Kloramfenikol merupakan salah satu golongan obat antibiotik yang digunakan untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Adapun eksipien yang digunakan pada formula ini adalah Benzalkonium klorida dan Gliserin. Benzalkonium klorida merupakan pengawet yang sering digunakan dalam sediaan obat tetes telinga, sebagai antimikroba pada sediaan. Gliserin merupakan cairan pembawa atau pelarut dalam sediaan obat tetes telinga. Sediaan tetes telinga akan disterilisasi akhir dengan metode filtrasi dan dibuat pada grade A. Hasil dari perhitungan tonisitas menunjukkan pada formula ini bersifat hipertonis, sehingga tidak perlu penambahan agen pengisotonis. Pembuatan sediaan tetes telinga dimulai dari langkah pertama yang dilakukan yaitu sterilisasi alat yang terdiri dari batang pengaduk, gelas beaker, sendok stainless, erlenmeyer, corong kaca, gelas arloji, gelas ukur dengan metode panas basah (autoklaf). Alat yang digunakan dibungkus dengan kertas merang, kemudian dibungkus dengan plastik wayang, agar uap dari autoklaf tidak membasahi alat yang akan disterilkan, kemudian dimasukkan dalam autoklaf, diatur suhu 121oC selama 15 menit, mulai dihitung waktu ketika jarum pada autoklaf berada pada suhu 121oC. Sediaan tetes telinga akan dibuat dalam 20 ml, sehingga Kloramfenikol yang dibutuhkan yaitu 2 gram, Benzalkonium klorida 0,002 gram, kemudian ditimbang Kloramfenikol dan Benzalkonium klorida dengan gelas arloji. Langkah berikutnya dilarutkan Kloramfenikol sebanyak 2 gram dengan Gliserin dalam wadah A hingga homogen, ditambahkan eksipien yaitu Benzalkonium klorida 0,002 gram dalam wadah A, diaduk hingga homogen. Diaddkan 20 ml dengan Gliserin. Gliserin merupakan pelarut yang digunakan untuk melarutkan bahan aktif dan eksipien pada sediaan obat tetes telinga, zat ini sangat baik melekat pada bagian dalam telinga sehingga memperlama kontak dengan jaringan telinga. Dimasukkan sediaan dimasukkan kedalam botol tetes telinga sebanyak 1 botol, kemudian dilakukan sterilisasi akhir dengan metode filtrasi. Alasan menggunakan sterilisasi akhir dengan metode filtrasi, dikarenakan wadah dari sediaan terbuat dari plastik. Langkah terakhir yaitu evaluasi sediaan obat tetes telinga yang terdiri dari uji pH, uji kejernihan, uji kebocoran wadah dan uji volume terpindahkan. Uji pH menggunakan pH meter, hasil uji menunjukkan pH sediaan 5,6, yang memenuhi dalam rentang pH dari Kloramfenikol yaitu 4,5-7,5. Evaluasi berikutnya yaitu uji kejernihan, wadah sediaan akhir disinari dari samping dengan latar belakang warna hitam untuk melihat partikel berwarna putih dan latar belakang putih untuk melihat partikel berwarna hasilnya jernih dan didapatkan sediaan tetes telinga tidak jernih yang dimana sediaan tersebut terdapat partikel didalamnya. Uji kebocoran wadah yaitu wadah sediaan diletakkan dengan posisi terbalik, hasilnya tidak adanya kebocoran dari sediaan saat diletakkan dengan posisi terbalik. Evaluasi terakhir yaitu uji volume terpindahkan yaitu dengan dipindahkan



kedalam gelas ukur 20ml, hasilnya volume yang dipindahkan dari wadah sediaan ke dalam gelas ukur yaitu 19ml (dalam 1 botol tetes telinga 20 ml). Tetes telinga Kloramfenikol memenuhi syarat evaluasi sediaan dari uji pH, kebocoran wadah, uji volume terpindahkan. Tetapi tidak memenuhi syarat uji kejernihan larutan.



Daftar Pustaka Ansel, Howard C. 2008. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Edisi Keempat. UI-Press: Jakarta. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi Ketiga. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan; Jakarta. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi Keempat. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan; Jakarta. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Farmakope Indonesia. Edisi Kelima. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan; Jakarta. Lund W. 1994. The Pharmaceutical Codex 12th Edition. The Pharmaceutical Press: London.786-789. Parrot, L.E. (1971). Pharmaceutical Technology Fundamental Pharmaceutics. Burgess Publishing Co; USA. Priyambodo, B. 2007. Manajemen Farmasi Industri.Global Pustaka Utama; Yogyakarta Rowe R.C., Sheskey P.J., Quinn M.E. 2009. Handbook of Pharmaceutical Excipients. Sixth Edition. Pharmaceutical Press; London.