Tetes Mata Kloramfenikol 0,05% [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

JURNAL PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL TETES MATA KLORAMFENIKOL 0,05%



DISUSUN OLEH KELOMPOK 3 GENAP 1. LARA KARLINA



(PO.71.39.1.20.068)



2. ANNISA KURNIA SUCI



(PO.71.39.1.20.070)



3. THALITA ADELLIA



(PO.71.39.1.20.072)



4. ADELIA OVI MARSELI



(PO.71.39.1.20.074)



5. NAFILA OKTAVIA



(PO.71.39.1.20.076)



6. ILHAM SFRYADI



(PO.71.39.1.20.078)



REGULER II B DosenPembimbing: Drs. Sadakata Sinulingga, Apt, M. Kes NILAI



PARAF



POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG JURUSAN FARMASI TAHUN AKADEMIK 2021/2021



I. FORMULA A. Formula Tugas R/ Tetes mata Chloramfenicol 0,05% m.f 10 ml B. Formula Acuan Tetes Mata Klorampenicol (Formularium Nasional Hal 65 ) Komposisi : Tiap 10 ml mengandung : Chlorampenicolum Acidum Boricum Natrii Tetraboras Phenylhdrargyri Nitras Aqua Destilata Hingga



50 mg 150 mg 30 mg 200 µg 10 ml



Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat,ditempat sejuk Catatan . 1. Disterilkan dengan Cara Sterilisasi B atau C



II. TUJUAN Adapun tujuan dari praktikum kali ini yaitu: 1. Mahasiswa mampu membuat sediaan steril berupa Tetes mata Kloramfenikol sebagai zat berkhasiatnya serta melakukan teknik pembuatannya. 2. Mahasiswa dapat memahami proses pembuatan serta cara mensterilkan sediaan Tetes Mata Kloramfenikol sebagai zat berkhasiatnya 3. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi terhadap sediaan tetes mata III.TEORI I.



TEORI Guttae adalah sediaan cair berupa larutan, emulsi, atau suspensi yang dimaksudkan untuk obat dalam atau obat luar, digunakan dengan cara meneteskan dan menggunakan penetes.Obat tetes mata (guttae ophthalmicae) termasuk guttae untuk obat luar; untuk jenis yang lainnya ada juga tetes telinga (guttae auricularis), tetes hidung (guttae nasales), dan tetes mulut (guttae oris).Obat tetes



mata atau Guttae Opthalmicae adalah sediaan steril berupa larutan atau suspensi, digunakan untuk mata dengan cara meneteskan obat pada selaput lendir mata disekitar kelopak mata dan bola mata. (FI III, hal 10). Maksud penggunaan obat tetes mata adalah untuk memudahkan penggunaan, hanya dengan meneteskan saja dan untuk efek lokal, misalnya peradangan pada konjungtiva mata. Obat tetes mata harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:   



Steril. Larutan tetes mata harus jernih dan bebas partikel. Sedapat mungkin isohidris dengan cairan mata yaitu pH 7,4. Sedangkan pH yangmasih bisa ditolerir adalah 3,5 – 10,5. (The Pharmaceutical Codex, p. 163).  Sedapat mungkin isotonis, yang masih bisa diterima adalah 0,7 – 1,5 %.  Tetes mata yang berupa suspensi, bahan yang tidak larut haruslah sangat halus, halini dimaksudkan untuk mengurangi rangsangan terhadap mata sehingga air mata tidakbanyak keluar. Sediaan obat tetes mata dapat mengandung obat dengan efek terapi: antiperadangan,antimikroba, miotik (menyempitkan pupil mata), midriatika (melebarkan pupil mata),dan anestesi (bius) lokal, serta dapat digunakan untuk diagnosis. Secara umum, obat tetes mata tidak boleh digunakan lebih dari satu bulan setelah tutup dibuka.Khusus untuk sediaan obat tetes mata yang berbentuk suspensi, sebelum digunakan haruslah dikocok terlebih dahulu. Cairan mata isotonik dengan darah dan nilai isotonisitasnya sama dengan larutan NaCl P 0,9%. Tujuan penggunaan dapar pH adalah untuk mencegah kenaikan pH yang disebabkan oleh pelepasan lambat ion hidroksil dari wadah kaca.Kenaikan pH dapat mengganggu kelarutan dan stabilitas obat.Garam alkaloid paling efektif pada pH optimal untuk pembentukan basa bebas tidak terdisosiasi.Tetapi pada pH ini obat mungkin menjadi tidak stabil, sehingga pH harus diatur dan dipertahankan tetap dengan penambahan dapar.Air mata mempunyai kapasitas dapar yang baik. Obat mata akan merangsang pengeluaran air mata dan penetralan akan terjadi dengan cepat asalkan kapasitas dapar larutan obat tersebut kecil (jumlah mol asam dan basa konjugat dari pendapar kecil). Garam alkaloid bersifat asam lemah dan kapasitas daparnya lemah. Satu atau dua tetes larutan obat mata ini akan dinaikkan pHnya oleh air mata. Dalam menyiapkan dapar dengan pH yang diinginkan, harus dipilih sistem asam garam yang pKa-nya mendekati pH yang diinginkan agar angka banding asam terhadap garam mendekati satu dan diperoleh keefektifan maksimal terhadap penaikan dan penurunan pH. Sediaan tetes mata mempunyai banyak persamaan dengan sediaan parenteral.Formulasi sediaan tetes mata yang stabil memerlukan bahan-bahan yang sangat murni seperti bebas dari kontaminan kimia, fisik (partikel), dan mikroba.Sediaan tetes mata digunakan dalam jumlah yang besar, seperti irigan mata, atau dalam pemeliharaan peralatan seperti lensa kontak.



Beberapa pertimbangan dalam pembuatan obat mata: 1. Sterilitas Sediaan harus dikerjakan seaseptis mungkin dan dilakukan proses sterilisasi yangsesuai. Cara sterilisasi yang sering digunakan untuk obat tetes mata adalah pemanasan dengan otoklaf, pemanasan dengan bakterisida, dan penyaringan. 2.



Iritasi pH sediaan yang tidak cocok dengan air mata akan mengakibatkan iritasi yang disertai dengan keluarnya air mata. Difusi obat akan terhalang sehingga jumlah obat tidak efektif.



3.



Pengawet Pengawet perlu ditambahkan khususnya untuk obat tetes mata dosis ganda. Syarat pengawet: efektif dan efisien, tidak berinteraksi dengan bahan aktif atau bahanpembantu lainnya, tidak iritan terhadap mata, dan tidak toksis. Pengawetan yang tepat dan konsentrasi maksimum dari pengawet untuk tujuan ini termasuk:  0,002% - 0,010 %  0,004% fenilmerkuri benzalkonium klorida asetat  0,01% benzetonium  0,002% fenilmerkuri klorida nitrat  0,5% klorobutanol  0,002% timerosal



4.



Kejernihan Larutan mata adalah dengan definisi bebas adari partikel asing dan jernih secara normal diperoleh dengan filtrasi, pentingnya peralatan filtrasi dan tercuci baik sehingga bahan-bahan partikulat tidak dikontribusikan untuk larutan dengan desain peralatan untuk menghilangkannya.pengerjaan penampilan dalam lingkunganbersih.Penggunaan Laminar Air Flow dan harus tidak tertumpahkan akan memberikan kebersamaan untuk penyiapan larutan jernih bebas partikel asing. Dalam beberapa permasalahan, kejernihan dan streilitas dilakukan dalam langkah filtrasi yang sama. Ini penting untuk menyadari bahwa larutan jernih sama fungsinya untuk pembersihan wadah dan tutup. keduanya, wadah dan tutup harus bersih, steril dan tidak tertumpahkan. Wadah dan tutup tidak membawa partikel dalam larutan selama kontak lama sepanjang penyimpanan. Normalnya dilakukan test sterilitas.



5. Stabilitas Stabilitas obat dalam larutan, seperti produk tergantung pada sifat kimia bahan obat, pH produk, metode penyimpanan (khususnya penggunaan suhu), zaat tambahan larutan dan tipe pengemasan.Obat seperti pilokarpin dan fisostigmin aktif dan cocok pada mata pada pH 6.8 namun demikian, pH stabilitas kimia (atau kestabilan) dapat diukur dalam beberapa hari atau bulan. Dengan obat ini, bahan



kehilangan stabilitas kimia kurang dari 1 tahun. Sebaliknya pH 5, kedua obat stabil dalam beberapa tahun. 6. Buffer dan pH Idealnya, sediaan mata sebaiknya pada pH yang ekuivalen dengan cairan mata yaitu 7,4. Dalam prakteknya, ini jarang dicapai. Mayoritas bahan aktif dalam optalmologi adalah garam basa lemah dan paling stabil pada pH asam. Ini umumnya dapat dibuat dalam suspensi kortikosteroid tidak larut suspensi biasanya paling stabil pada pH asam. 7. Tonisitas Tonisitas berarti tekanan osmotik yang dihasilkan oleh larutan dari keberadaan padatan terlarut atau tidak larut. Cairan mata dan cairan tubuh lainnya memberikan tekanan osmotik sama dengan garam normal atau 0,9% larutan NaCl. Larutan yang mempunyai jumlah bahan terlarut lebih besar daripada cairan mata disebut hipertonik. Sebaliknya, cairan yang mempunyai sedikit zat terlarut mempunyai tekanan osmotik lebih rendah disebut hipotonik. Mata dapat mentoleransi larutan yang mempunyai nilai tonisitas dalam range dari ekuivalen 0,5% sampai 1,6% NaCl tanpa ketidaknyamanan yang besar.Tonisitas pencuci mata mempunyai hal penting lebih besar daripada tetes mata karena volume larutan yang digunakan. Dengan pencuci mata dan dengan bantuan penutup mata, mata dicuci dengan larutan kemudian overwhelming kemampuan cairan mata untuk mengatur beberapa perbedaan tonisitas. Jika tonisitas pencuci mata tidak mendekati cairan mata, dapat, menghasilkan nyeri dan iritasi.Dalam pembuatan larutan mata, tonisitas larutan dapat diatur sama cairan lakrimal dengan penambahan zat terlarut yang cocok seperti NaCl. Jika tekanan osmotik dari obat diinginkan konsentrasi melampaui cairan mata, tidak ada yang dapat dilakukan jika konsentrasi obat yang diinginkan dipertahankan, ketika larutan hipertonik. Contohnya 10 dan 30% larutan natrium sulfasetamid adalah hipertonik, konsentrasi kurang dari 10% tidak memberikan efek klinik yang diinginkan. Untuk larutan hipotonik sejumlah metode disiapkan untuk menghitung jumlah NaCl untuk mengatur tonisitas larutan mata, salah satu metodenya adalah metode penurunan titik beku. 8. Viskositas USP mengizinkan penggunaan bahan pengkhelat viskositas untuk memperpanjang lama kontak dalam mata dan untuk absorpsi obat dan aktivitasnya. Bahan-bahan seperti metilselulosa, polivinil alkohol dan hidroksi metil selulosa ditambahkan secara berkala untuk meningkatkan viskositas. Para peneliti telah mempelajari efek peningkatan viskositas dalam waktu kontak dalam mata. umumnya viskositas meningkat 25-50 cps range yang signifikan meningkat lama kontak dalam mata.



9. Additives/Tambahan Penggunaan bahan tambahan dalam larutan mata diperbolehkan, namun demikian pemilihan dalam jumlah tertentu. Antioksidan, khususnya Natrium Bisulfat atau metabisulfat, digunakan dengan konsentrasi sampai 0,3%, khususnya dalam larutan yang mengandung garam epinefrin. Antioksidan lain seperti asam askorbat atau asetilsistein juga digunakan. Antioksidan berefek sebagai penstabil untuk meminimalkan oksidasi epinefrin.Penggunaan surfaktan dalam sediaan mata dibatasi hal yang sama. surfaktan nonionik, kelas toksis kecil seperti bahan campuran digunakan dalam konsentrasi rendah khususnya suspensi dan berhubungan dengan kejernihan larutan.Penggunaan surfaktan, khususnya pada beberapa konsentrasi sebaiknya disesuaikan dengan karakteristik bahanbahan. Surfaktan nonionik, khususnya dapat bereaksi dengan adsorpsi dengan komponen pengawet antimikroba dan inaktif sistem pengawet.Surfaktan kationik digunakan secara bertahap dalam larutan mata tetapi hampir invariabel sebagai pengawet antimikroba. benzalkonium klorida dalam range 0,01-0,02% dengan toksisitas faktor pembatas konsentrasi. Benzalkonium klorida sebagai pengawet digunakan dalam jumlah besar dalam larutan dan suspensi mata komersial. 10. Sterilisasi Sterilisasi merupakan sesuatu yang penting. larutan mata yang dibuat dapat membawa banyak organisme, yang paling berbahaya adalah Pseudomonas aeruginosa. infeksi mata dari organisme ini yang dapat menyebabkan kebutaan. Ini khususnya berbahaya untuk penggunaan produk nonsteril di dalam mata ketika kornea dibuka. bahan-bahan partikulat dapat mengiritasi mata, ketidaknyamanan pada pasien dan metode ini tersedia untuk pengeluarannya.Jika suatu batasan pertimbangan dan mekanisme pertahanan mata, bahwa sediaan mata harus steril. air mata, kecuali darah, tidak mengandung antibodi atau mekanisme untuk memproduksinya. Oleh karena itu, mekanisme pertahanan utama melawan infeksi mata secara sederhana aksi pertahanan oleh air mata, dan sebuah enzim ditemukan dalam air mata (lizozim) dimana mempunyai kemampuan untuk menghidrolisa polisakarida dari beberapa organisme ini. Organisme ini tidak dipengaruhi oleh lizozim. satu yang paling mungkin yang menyebabkan kerusakan mata adalah Pseudomonas aeruginosa (Bacillus pyocyneas). 11. Bahaya Obat Non Steril Pseudomonas aeruginase (B. Pyocyaneus; P.pyocyanea; blue pas bacillus) ini merupakan mikroorganisme berbahaya dan upportunis yang tumbuh baik pada kultur media yang menghasilkan toksin dan zat/produk antibakteri, cenderung untuk membunuh kontaminan lain dan membiaran Pseudomonas aeruginosa untuk tumbuh pada kultur murni. Bacillus obat gram negatif menjadi sumber dari infeksi yang serius pada kornea. Ini dapat menyebabkan kehilangan penglinghatan pada 24-48 jam. Pada konsentrasi yang ditoleransi oleh jaringan mata, menunjukkan bahwa semua zat antimikroba didiskusikan pada baggia berikut dapat tidak efektif melawan beberapa hari strain dari organisme ini.



 Keuntungan dan Kerugian Tetes Mata a. Keuntungan Tetes Mata Secara umum larutan berair lebih stabil daripada salep, meskipun salep dengan obat yang larut dalam lemak diabsorbsi lebih baik dari larutan/salep yang obat-obatnya larut dalam air. Obat tetes mata tidak menggangu penglihatan ketika digunakan. b. Kerugian Tetes Mata Kerugian yang prinsipil dari larutan mata adalah waktu kontak yang relatif singkat antara obat dan permukaan yang terabsorsi.Bioavailabilitas obat mata diakui buruk jika larutannya digunakan secara topical untuk kebanyakan obat kurang dari 1-3% dari dosis yang dimasukkan melewati kornea.Sampai ke ruang anterior.Sejak boavailabilitas obat sangat lambat, pasien mematuhi aturan dan teknik pemakaian yang tepat.



1. 2. 3.



4.



5.



6.



7.



 Penggunaan Tetes Mata Cuci tangan. Dengan satu tangan, tarik perlahan-lahan kelopak mata bagian bawah Jika penetesnya terpisah, tekan bola karetnya sekali ketika penetes dimasukkan ke dalam botol untuk membawa larutan ke dalam penates Tempatkan penetes di atas mata, teteskan obat ke dalam kelopak mata bagian bawah sambil melihat ke atas jangan menyentuhkan penetes pada mata atau jari. Lepaskan kelopak mata, coba untuk menjaga mata tetap terbuka dan jangan berkedip paling kurang 30 detik. Jika penetesnya terpisah, tempatkan kembali pada botol dan tutup rapat. Jika penetesnya terpisah, selalu tempatkan penetes dengan ujung menghadap ke bawah. Jangan pernah menyentuhkan penetes denga permukaan apapun. Jangan mencuci penates Ketika penetes diletakkan diatas botol, hindari kontaminasi pada tutup ketika dipindahkan. Ketika penetes adalah permanen dalam botol, ketika dihasilkan oleh industri farmasi untuk farmasis, peraturan yang sama digunkahn menghindari kontaminasi. Jangan pernahmenggunakan tetes mata yang telah mengalami perubahan warna Jika anda mempunyai lebih dari satu botol dari tetes yang sama, buka hanya satu botol saja. Jika kamu menggunakan lebih dari satu jenis tetes pada waktu yang sama, tunggu beberapa menit sebelum menggunakan tetes mata yang lain. Sangat membantu penggunaan obat dengan latihan memakai obat di depan cermin. Setelah penggunaan tetes mata jangan menutup mata terlalu rapat dan tidak berkedip lebih sering dari biasanya karena dapat menghilangkan obat dari tempat kerjanya.



 Tinjauan Farmakologi chloramfenicol (martindale, 2009) Kloramfenikol memiliki efek utama yakni sebagai antibakteri dalam rentang bakteri negatif dan bakteri positif seperti enterobacter, Staphylococcusaureus, streptococcuspneumoniae, neisseriameningitidis, haemophilus influenza. Kloramfenikol memiliki beberapa efek samping diantaranya yakni reaksi hipersensitif terhadap rashes, demam, dan angioedema yang bisa terjadi khususnya setelah penggunaan topikal. Selain itu kontraindikasi chloramphenicol yakni : 1. Pasien dengan riwayat hipersensitivitas pada chloramphenicol 2. Program pengobatan berulang dan berkepanjangan 3. Tidak boleh diberikan secara sistemik untuk infeksi ringan atau untuk profilaksis 4. Penggunaan kloramfenikol dihindari saat kehamilan dan dapat mengganggu penggunaan kloramfenikol dihindari saat kehamilan dan dapat mengganggu imunitas serta tidak boleh diberikan selama aktif imunisasi 5. Seharusnya tidak digunakan pada pasien dengan depresi sumsum tulang atau diskisia darah . 



Farmakologi Chloramfenicol



Farmakologi chloramphenicol adalah efek bakteriostatik dengan mengganggu sintesis protein bakteri. 1. Farmakodinamik Chloramphenicol dan metabolitnya bekerja terutama pada subunit 50S ribosom bakteri, dengan supresi aktivitas enzim peptidyltransferase. Hal ini akan menghambat sintesis protein membran mitokondria, yang akan menyebabkan supresi respirasi mitokondria dan proliferasi sel. Chloramphenicol dapat menyebabkan supresi sumsum tulang yang reversibel. Hal ini karena chloramphenicol dilaporkan memiliki potensi menginduksi efek toksik pada mitokondria sel yang dalam proses pematangan atau sel eukariot yang berproliferasi cepat.



2. Farmakokinetik Farmakokinetik chloramphenicol bergantung pada jenis sediaan yang digunakan.Chloramphenicol dapat terdistribusi luas pada tubuh, termasuk ke plasenta dan ASI.



3. Absorpsi Absorpsi chloramphenicol per oral terjadi cepat di usus halus.Konsentrasi puncak plasma terjadi dalam 1-2 jam.Pada sediaan oral suspensi, bioavailabilitas obat ini hampir 80%, sedangkan pada sediaan injeksi bioavailabilitas hampir 70%.Konsentrasi puncak chloramphenicol dalam plasma darah untuk mencapai efek terapeutik adalah sekitar 10‒20 mcg/mL. 4. Distribusi Chloramphenicol didistribusikan secara luas, termasuk ke cairan serebrospinal, melewati sawar darah plasenta, dan ekskresi ke ASI.Ikatan obat dengan protein adalah hampir 60%. 5. Metabolisme Chloramphenicol dihidrolisis di gastrointestinal menjadi bentuk bebasnya.Di hepar, chloramphenicol dikonjugasikan dengan asam glukoronat. 6. Eliminasi Eliminasi chloramphenicol terjadi melalui urin, utamanya dalam bentuk metabolit dan sebagian kecil dalam bentuk tidak berubah. 7. Resistensi Resistensi terhadap chloramphenicol umumnya disebabkan adanya chloramphenicol acetyltransferase (CAT). Resistensi juga dilaporkan berkaitan dengan mutasi pada 23S rRNA, inaktivasi chloramphenicol oleh 3-phosphotransferase, atau modifikasi



IV. DATA PENDUKUNG a. Data Zat Aktif Bahan



Cara



pH



Cara



Pemban



Pemberia



Stabilita



Sterilisa



tu



n



s



si



Chloramfenico



Air Pro



Diteteskan



l



Injectio



ke mata



4,5 – 7,5



Filtrasi



Nama Zat Aktif



b. Tak Tersatukan Zat Aktif 1) Secara Kimia dan Fisika



V. PERHITUNGAN BAHAN



E



Khasiat



Antibiotiku m







TONISITAS 0,05 x 100 % = 0,5 % 10 0,15 C Acidum Boricum : x 100 % = 1,5% 10 0,03 C Natrii Tetra boras : x 100 % = 0,3% 10 C klorampenicol



:



E kloramfenicol = 0,9 – 0,8 = 0,1 E Acidum Boricum = 0,50 E Natrii Tetra Boras = 0,9 – 0,485 = 0,415



W = 0,9 -∑ C . E = 0,9 – (0,5 x 0,1 + 0,3 x 0,415 + 1,5 x 0,5 ) = 0,9 – (0,5 + 0,1245 + 0,75 ) = -0,47451 (Hipertonis ) jadi tidak perlu penambahan NaCl PERHITUNGAN BAHAN 



Volume Volume yang dibuat 2 botol dilebihkan 30% V= (n x V) + 30% (n x V) V=( 2 x 10) + 30/100 (2 x 10) V= 20+ (0,3 X 20) V = 20 + 6 = 26ml = 50ml 1. 2. 3. 4. 5.



Kloramfenicol = 50ml/10mlx 50 mg = 250 mg Acidum Boricum = 50ml/ 10mlx 150 mg = 750 mg Natrii Tetra boras = 50ml/10ml x 30mg = 150mg Fenilmerkuri nitrat 0,002% Aqua Pro injeksi ad 50ml



VI. PENIIMBANGAN BAHAN 1. 2. 3. 4. 5.



Kloramfenicol = 250 mg Acidum Boricum = 750mg Natrii Tetra Boras = 150 mg Fenilmerkuri nitrat 0,002% Aqua Pro Injeksi = 50 ml



VII.



STERILISASI Alat dan Cara Sterilisasinya Waktu



No



Bahan / Alat



Cara



Awal



Akhir



Sterilisasi Jam o



1



Beaker Glass



Oven 150 C (1 jam)



2



Kaca Arloji



Flambeer 20 detik



3



Corong gelas &



Autoklaf 30 menit



4



Kertas Saring Sendok spatula



Flambeer 20 detik



6



Pipet tetes



Autoklaf 30 menit



7



Kapas



Autoklaf 30 menit



8



Pinset



Flambeer 20 detik



9



Erlenmeyer



Oven 150ºC (1 jam)



10



Karet Pipet,



Direbus 30 Menit



11



Gelas Ukur



Oven 150 ‘C (1 Jam)



12



Perkamen



Autoklaf 30 menit



13



Botol Tetes mata



Oven 150 oC (1 jam)



Paraf



Jam



Par af



15



Aquadest



Dididihkan air dihitung 30 menit setelah mendidih



16



Mortir dan



Disterilkan dengan cara dibakar dengan disiram etanol terlebih dahulu sampai api padam



Stamper



17



Spuit



VIII. PEMBUATAN 1. Sterilkan alat dan bahan terlebih dahulu 2. Larutkan Acidum Boricum dan Natrii Tetra boras dalam aquadest dierlenmayer (M I) 3. Larutkan Pengawet dalam Aquadest dan dimasukkan ke dalam M I 4. Larutkan Kloramfenicol ke dalam campuran diatas 5. Cek pH sediaan 7-7,5 6. Tambahkan sisa aquadest kedalam campuran tadi 7. Saring larutan tersebut dengan corong gelas yang dilapisi dengan kertas saring dengan dibasahi aquadest 8. Masukkan Larutan kedalam spuite injeksi 10 ml kedalam botol tetes mata 9. Lakukan sterilisasi B 10. Tutup wadah dan kemas



II.



HASIL



III.



EVALUASI a. Uji Kejernihan (Lachman hal 1355) Pemeriksaan dilakukan secara visual biasanya dilakukan oleh seseorang yang memeriksa wadah bersih dari luar di bawah penerangan cahaya yang baik, terhalang terhadap refleksi ke dalam matanya, dan berlatar belakang hitam putih, dengan rangkaian isi dijalankan dengan suatu aksi memutar, harus benar-benar bebas dari partikel-partikel kecil yang dapat dilihat dengan mata. Kejernihan sediaan ditandai dengan tidak adanya kotoran atau zahra pada sediaan, larutan jernih/ transparan jika berwarna maka sesuai dengan



warna zat yang terdapat pada sediaan.Prosedur kejernihan adalah melihat ampul pada latar yang gelap lalu dilihat adalah kotoran yang mengapung pada sediaan. b. Uji PH (FI hal 1039-1040) Cek pH larutan dengan menggunakan pH meter atau dengan kertas indicator univeral 



Dengan pH meter



: sebelum digunakan, periksa elektroda dan



jembatan garam. Kalibrasi pH meter. Pembakuan pH meter : bilas elektroda dan sel beberapa kali dengan larutan uji dan isi sel dengan sedikit larutan. Baca harga pH. Gunakan air bebas



CO2



untuk



pelarutan dengan pengenceran larutan uji. 



Alat







Prosedur



: kertas pH dan pH meter :



1. pH meter di kalibrasi dengan larutan dapar standar yang pH sama dengan pH yang akan diukur. 2. Batang elektrode pH meter dibersihkan dengan aquadest dan dikeringkan. 3. Batang elektrode dicelupkan dalam sediaan injeksi yang kan diukur pHnya. 4. Menekan auto read lalu enter. 5. Tunggu angka sampai berhenti lalu catat pH c. Uji Keseragaman Volume (FI IV hal 1044) Diletakkan pada permukaan yang rata secara sejajar lalu dilihat keseragaman volume secara visual. Nomo r



Kejernihan Ph



Drops 1 2 3 4 5 6 7 Keterangan : (√) : Memenuhi standar



Keseragaman Volume



(-) : Tidak memenuhi standard



IV.



PEMBAHASAN



V.



KESIMPULAN



Lampiran Kotak Obat



Etiket



LARSTO Tetes Mata Kloramfenikol 0,05% Netto 10ml Indikasi : Infeksi mata disebabkan oleh bakteri gram positif dan gram negatif KontraIndikasi Hipersensitivitas terhadap komponen obat Cara Pemakaian : Dewasa dan Anak 1-2 tetes 3-4kali sehari HARUS DENGAN RESEP DOKTER



LARSTO



Diproduksi Oleh :



PT.CARMILA MEDIKA



Tetes Mata Kloramfenikol 0,05%



Browsur



Komposisi : Tiap 10ml mengandung Kloramfenikol 0,05 % Indikasi : Infeksi mata disebabkan oleh bakteri gram positif dan gram negatif KontraIndikasi Hipersensitivitas terhadap komponen obat Cara Pemakaian : Dewasa dan Anak 1-2 tetes 3-4kali sehari Cara Penyimpanan : Simpan dalam wadah tertutup rapat hindari kontaminasi. Perhatian : Hanya Untuk Pemakaian Luar



No.Reg No. Batch Mfg Date Exp. Date



: DKL 2121120046 A1 : 1251121 : November 2021 DENGAN RESEP DOKTER :HARUS November 2023



Diproduksi Oleh : PT. CARMILA MEDIKA PALEMBANG -INDONESIA



DAFTAR PUSTAKA Anief, Moh .1997 .Ilmu Meracik Obat .Yogyakarta : Gadjah Mada Universitas Press Departemen Kesehatan Republik Indonesia .1979 .Farmakope Indonesia Edisi III .Jakarta : Dekpes RI Departemen Kesehatan Republik Indonesia .1995 .Farmakope Indonesia Edisi IV .Jakarta : Dekpes RI Departemen Kesehatan Republik Indonesia.1978 .Formularium Nasional Edisi 2 .Jakarta : Dekpes RI Syamsuni .2007 .Ilmu Resep .Jakarta : EGC