4 0 987 KB
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL PEMBUATAN SEDIAAN OBAT TETES MATA CLORAMPHENICOL 0,5% YANG MEMPENGARUHI pH 7,0 SEBANYAK 1 KEMASAN (10 mL)
Oleh : Kelompok C4
Norma Tanziela W.
(152210101074)
Regol Sasaka Raudiah
(152210101075)
Septi Sudianingsih
(152210101076)
Zuliana Nurvidiati
(152210101077)
Ulfa Aliyatul Himmah
(152210101083)
Arini Fitria Zain
(152210101084)
Dosen Jaga: Viddy Agustian Rosyidi, S.Farm., M.Sc., Apt.
BAGIAN FARMASETIKA FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS JEMBER 2018
I. TUJUAN PRAKTIKUM Tujuan dari percobaan ini, mahasiswa diharapkan dapat memahami cara memformulasi sediaan tetes mata Khloramfenikol, mengetahui faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan pembawa, serta aksi teraupetik dari bahan aktif. II. LATAR BELAKANG Pada zaman ini perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi telah berkembang secara pesat, begitu juga dengan dunia kefarmasian. Hal ini dapat dilihat dari beberapa bentuk sediaan yang berhasil dibuat oleh tenaga farmasis, diantaranya adalah sediaan obat berbentuk solid (padat), semisolid (setengah padat) dan liquid (cair). Tujuan dari desain sediaan obat tersebut adalah untuk memperoleh hasil terapeutik yang dapat diperkirakan dari suatu obat termasuk formulasi yang dapat diproduksi dalam skala besar dengan kualitas produk yang dapat dipertahankan dan dihasilkan terus-menerus. Adapun bentuk sediaan obat berbentuk cair adalah sirup, suspense dan elixir, untuk sediaan setengah padat terdiri dari krim, salep dan gel, sedangkan sediaan padat, dikenal dalam bentuk serbuk, granul, pil dan tablet. Salah satu bentuk sediaan cair yang sering diproduksi adalah suspensi. Sediaan suspensi dibuat jika bahan obat padat tidak dapat larut dalam pembawanya sehingga untuk mendispersikannya dalam pembawa diperlukan suspending agent. Sediaan suspensi memiliki beberapa keuntungan antara lain absorpsinya lebih cepat dibandingkan dengan sediaan padat sehingga memberikan efek terapi yang lebih cepat, salah satunya adalah bentuk sediaan tetes mata. Sediaan ophtalmik dapat berupa sediaan tetes mata, salep mata, pencuci mata dan beberapa bentuk sediaan khusus dalam bentuk depo, yang ditujukan penggunaannya secara lokal pada mata sehat atau terluka. Obat mata dapat digunakan untuk menghasilkan efek diagnostik dan terapetik lokal, sehingga dapat merealisasikan kerja farmakologis, yang terjadi setelah terjadinya penetrasi suatu bahan obat dalam jaringan yang umumnya terdapat di sektitar mata. Pada umumnya sediaan ini bersifat isotonis dan isohidris. Pembuatan tetes mata pada dasarnya dilakukan pada kondisi kerja aseptik dimana penggunaan air yang
sempurna serta material wadah dan penutup yang diproses terlebih dulu dengan antibakterial menjadi sangat penting (Voight, 1995). Tetes mata kloramfenikol adalah larutan steril kloramfenikol yang mengandung tidak kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 130,0% dari jumlah yang tertera pada etiket (Anonim, 1995). Dalam percobaan ini bahan obat yang digunakan sebagai zat aktif pada sediaan obat tetes mata steril adalah Kloramfenikol yang mempunyai daya sebagai antimikroba yang kuat melawan infeksi mata dan merupakan antibiotika spectrum luas bersifat bakteriostatik. Sediaan tetes mata dibuat dalam multiple dose
sehingga
adanya
kontaminasi
terhadap
mikroorganisme
memiliki
kecenderungan atau kerentanan yang relatif lebih tinggi sehingga dalam proses sterilisasi yang digunakan dipilih sterilisasi aseptis dengan metode filtrasi. Adanya proses atau tahapan penyaringan diharapkan sediaan terbebas dari partikel atau bahan yang tidak larut serta dapat bercampur dengan konsentrasi dalam tubuh yang diharapkan, untuk selanjutnya diharapkan bisa memperpanjang waktu kontak antara sediaan dengan kornea mata. III. PRA FOMULASI 1. Tinjauan Farmakologi Bahan Aktif (Chloramphenicol) a Efek utama : Sebagai antibakteri broad spectrum (berspektrum luas) terhadap bakteri gram positif maupun negatif, yaitu bersifat bakteriostatik terhadap Enterobacter dan Staphylococcus aureus, serta bersifat bakterisid terhadap S. Pneumoniae. Neiss. Meningitis dan H. Influenze (Martindale, 1982). Oleh sebab itu digunakan dalam : Mengobati infeksi/iritasi mata Mengobati konjungtivitis yang disebabkan oleh Neisseria meningitides b. Mekanisme kerja : Menghambat sintesis protein pada mikroorganisme dengan berikatan pada subunit ribosom 50 S, sehingga menghambat pembentukan ikatan peptide (McEvoy, 2002).
c. Efek samping : Neuritis pada mata (neuropatik optik) Reaksi hipersensitif termasuk rashes, demam, angiodema bisa terjadi, khususnya setelah penggunaan topikal (Martindale, 1982) d. Kontraindikasi : Pasien dengan riwayat hipersensitivitas atau reaksi toksik pada Chloramphenicol Tidak boleh diberikan secara sistemik untuk infeksi ringan atau untuk profilaksis Program pengobatan berulang dan berkepanjangan Seharusnya tidak digunakan pada pasien dengan depresi sumsum tulang atau diskisia darah Penggunaan Chloramphenicol dihindari secara kehamilan dan dapat mengganggu imunitas dan tidak boleh diberikan selama aktif imunisasi (Martindale, 1982) e. Perhatian dan peringatan : Pada penggunaan jangka panjang sebaiknya dilakukan pemeriksaan hematologi secara berkala. Hati-hati penggunaan pada penderita dengan gangguan gagal ginjal, wanita hamil dan menyusui, bayi prematur dan bayi yang baru lahir 2. Tinjauan Sifat Fisika-Kimia Bahan Aktif (Chloramphenicol) a. Struktur dan Berat Molekul Struktur molekul:
C11H12Cl2N2O5 Berat molekul: 323,13 (Anonim, 1995).
b. Pemerian Hablur halus berbentuk jarum atau lempeng memanjang, putih hingga putih kelabu atau putih kekuningan, tidak berbau, rasa sangat pahit, larutan praktis netral terhadap lakmus, stabil dalam larutan netral atau larutan agak asam. Chloramphenicol mengandung tidak kurang dari 97% dan tidak lebih dari 103% C11H12Cl2N2O5, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan (Anonim, 1995) c. Kelarutan Pelarut Air Kloroform Eter Etanol Propilen glikol Aseton Etil asetat (Anonim, 1995 ; Lund, 1994)
Kelarutan Sukar larut (1:400) Sukar larut Sukar larut Mudah larut (1: 2,5) Mudah larut (1: 7) Mudah larut Mudah larut
d. Stabilitas Chloramphenicol dalam keadaan kering atau padat dapat bertahan hingga waktu yang cukup lama dengan menempatkan sediaan pada kondisi yang optimum selama penyimpanan. Terhadap cahaya: tidak stabil, simpan pada tempat yang terlindung cahaya (Reynolds, 1982). Larutan air pada pH 5,4 dibawah sinar matahari dan kisaran suhu 210 - 300 C, secara lambat akan berubah menjadi kuning dan membentuk endapan kuning jingga. Sifat kimiawi produk fotodegradasinya menimbulkan dugaan bahwa dibawah pengaruh cahaya dan dalam air, obat tersebut mengalami reaksi-reaksi oksidasi, reduksi dan kondensasi. Fotodegradasi obat menunjukkan bahwa larutan tersebut harus terlindung dari cahaya, sekalipun dalam suhu kamar. Botol gelas warna coklat amber diketahui mampu bertindak sebagai pelindung cahaya yang paling baik. Terhadap suhu: stabil selama 2 tahun, jika disimpan pada suhu 20250 C (Reynolds, 1982)
Terhadap pH: pH stabil dari zat Chloramphenicol berkisar antara 4,5 sampai 7,5 (Anonim, 1995 ; Lund, 1994). pKa 5,5 (McEvoy, 2002). Terhadap oksigen: tidak stabil, simpan dalam wadah yang kedap udara (Reynolds,1982) e. Titik lebur 149-1530 C (Reynolds, 1982) f. Cara sterilisasi masing-masing bahan Aqua pro injection (Water for injection): sterilisasi dengan otoklaf pada suhu 121°C, 15 menit Chloramphenicol dalam bentuk larutan: Sediaan dipanaskan pada suhu 100ºC selama 30 menit dengan prediksi kehilangan hanya 3,6%. Pemanasan 98-100% selama 30 menit pada sediaan tetes mata tidak akan kehilangan potensi lebih dari 10% (Martindale, 1982) g. Inkompatibilitas Aminophyline, Ampicillin, Ascorbic acid, Calcium chloride, Carbenicillin sodium, Chlorpromazine HCl, Erythromycin salts, Gentamicin sulfat, Hydrocortisone sodium succinate, Hydroxyzine HCl, Methicilin sodium, Methylprednisolone sodium succinate, Nitrofurantoin sodium, Novobiocin sodium, Oxytetracycline, Phenytoin sodium, Polymixin B sulphate, Prochlorperazine salts, Promazine HCl, Prometazine HCl, Vancomycin HCl, Vitamin B complex (Lund, 1994). Adapun penjelasannya: Dengan parasetamol: menurunkan waktu paruh dan klirens Dengan kontrasepsi oral: menurunkan efikasi kontrasepsi oral Dengan diuretic: meningkatkan ekskresi Chloramphenicol (furosemid) Dalam 5% larutan dekstrosa segera terbentuk endapan ketika Chloramphenicol dicampur dengan Erythromycin atau Tetrasiklin HCl Inkompatibilitas dengan Chlorpromazin HCl & Prochlorperazin mesylate dalam injeksi NaCl (terbentuk kabut)
h. Cara penggunaan dan dosis Cara penggunaan : diteteskan 1-2 tetes tiap 2 jam untuk 48 jam pemakaian pertama, tiap 4 jam untuk pemakaian setelahnya pada mata yang sakit Dosis untuk pengobatan infeksi mata Chloramphenicol 0,5% IV. FORMULASI 1. Permasalahan dan Penyelesaian pH sediaan dibuat mendekati pH fisiologis untuk mencegah terjadinya iritasi Harga pH mata memiliki nilai yang sama dengan pH darah yaitu sekitar 7,4 (Lukas, 2006). Secara umum, pH sediaan tetes mata kloramfenikol memiliki rentang 7-7,5 pada larutan dapar (FI IV, 1995), sedangkan jika sediaan tetes mata ditambahkan dapar borat maka akan memiliki nilai rentang pH 6,8-9,1 (Lukas, 2006) sehingga dibuat sediaan yang sesuai atau mendekati dengan cairan fisiologis mata. Kloramfenikol tidak stabil pada pemanasan tinggi Kloramfenikol memiliki karakteristik sukar larut dalam air, namun saat kloramfenikol dilakukan pemanasan pada suhu 100
selama 3 menit
cenderung akan terhidrolisis sebanyak 4% dan jika pemanasannya dinaikkan menjadi 110
selama 30 menit akan terhidrolisis sebanyak
10% sehingga ketika kloramfenikol dibuat dalam sediaan tetes mata dengan pH 7,2 akan lebih cepat terdegradasi daripada pH 4,8 dengan pemanasan 100
120 .
Kloramfenikol sukar larut dalam air Kelarutan kloramfenikol dalam air sangat kecil (1:400) sehingga untuk meningkatkan kelarutan dapat ditambahkan dapar borat atau dapat dilakukan dengan membuat kloramfenikol menjadi sedikit basa dengan penambahan pelarut pH 7-9 Kemungkinan terjadinya kontaminasi mikroorganisme pada sediaan karena termasuk dalam dosis ganda
Perlu ditambahkan bahan yang bersifat bakterisid seperti fenil merkuri nitrat dengan konsentrasi sebesar 0,001-0,002%. Pemilihan ini didasarkan atas nilai rentang spektrum pH yang cukup lebar dan peningkatan nilai SAL yang ada. Adapun tujuan dari penambahan bahan bakterisid ini agar tidak mudah terjadi endapan dalam sediaan tetes mata Sediaan tetes mata harus disterilkan dalam keadaan steril Sediaan tetes mata harus dibuat dalam keadaan steril atau bebas dari mikroorganisme, namun pembuatannya tidak harus bebas dari pirogen (suatu zat / komponen yang dapat menyebabkan kondisi panas atau piretik) dikarenakan penggunaannya ditujukan secara lokal bukan sistemik 2. Praformulasi Eksipien a. Boric Acid Sinonim
Pemerian
Acidi boricum, boracic acid, boraic acid, orthoboric acid, trihydroxyborene Serbuk kristal putih, tidak berwarna, tidak berbau dan rasa pahit, bersifat higroskopis (HPE 6th Halaman 68) Larut dalam etanol 96%, eter, gliserin, air dan minyak
Kelarutan
yang bersifat mudah menguap. Kelarutan dalam air akan meningkat dengan adanya penambahan asam hidroklorik, sitrat atau asam tatrat (HPE 6th Halaman 68) pH 3,5-4,1 (5% b/v dalam larutan) Asam
Stabilitas
borat
dapat
bersifat
higroskopis
sehingga
penyimpanannya dalam wadah kedap udara atau tertutup. Wadah harus diberi label “tidak untuk penggunaan internal” (HPE 6th Halaman 68) Pengawet
Kegunaan
antimikroba,
buffering agent
(HPE
Halaman 68). Asam borat sebagai buffering agent cocok digunakan untuk mengontrol pH pada sediaan yang ditujukan untuk penggunaan luar seperti tetes mata
Sterilisasi
6th
Autoklaf atau filtrasi
Asam borat tidak cocok berada dalam air, kondisi basa Inkompatibilitas
kuat dan alkali logam dikarenakan dapat membentuk senyawa kompleks gliserin, yang bersifat lebih kuat daripada asam borat (HPE 6th Halaman 69)
b. Borax Sinonim
Natrium Tetraborat, Borax decahydrate; boric acid disodium salt; sodium biborate decahydrate; sodium pyroborate decahydrate; sodium tetraborate decahydrate
Pemerian
Borat atau sodium borat berbentuk kristal putih, keras, tidak berbau dan mengkilap (HPE 6th Halaman 633) Memiliki kelarutan dalam 1:1 gliserin, 1:1 air mendidih,
Kelarutan
1:16 dalam air, praktis tidak larut dalam etanol (95%), etanol (99,5%) dan dietil eter (HPE 6th Halaman 633) Memiliki pH alkalis 9,0-9,6 (4% b/v larutan)
Stabilitas
penyimpanannya dalam wadah kedap udara atau tertutup (HPE 6th Halaman 634) Alkalizing agent, Pengawet antimikroba, buffering agent,
Kegunaan
emulsifiying agent, stabilizing agent (HPE 6th Halaman 633)
Sterilisasi Inkompatibilitas
autoklaf atau filtrasi Natrium borat inkompatibilitas dengan asam, logam dan garam alkaloid (HPE 6th Halaman 634)
c. Phenylmercuric Nitrate Pemerian
Serbuk kristal putih dengan bau aromatis (HPE 6th Halaman 496) Memiliki kelarutan dalam 1:1000 etanol 95%, larut
Kelarutan
dalam minyak dan gliserin, larut dalam 1:600-1500 air, 1:160 air mendidih (HPE 6th Halaman 497)
semua larutan senyawa fenilmerkuri membentuk residu hitam logam merkuri ketika terekspos cahaya atau setelah penyimpanan yang lama. Larutan dapat disterilisasi dengan autoklaf meskipun sejumlah signifikan garam Stabilitas
fenilmerkuri
dapat
efektifitas
pengawet,
inkompatibilitas
hilang,
sehingga
mengurangi
jugadisebabkan
dengan
komponen
adanya
kemasan
atau
eksipien lain. Fenilmerkuri nitrat harus disimpan dalam wadah tertutup rapat, terlindung cahaya, tempat kering dan sejuk (HPE 6th Halaman 497) Pengawet antimikroba, antiseptik (HPE 6th Halaman 496) Kegunaan
Bakterisida pada parenteral dan tetes mata 0,001-0,002% ; bakterisida pada supositoria dan gel 0,02
Sterilisasi
Autoklaf Paktivitas
antimikroba
berkurang
dengan
pensuspensi
garam
adanya
anionik,
fenilmerkuri
zat
tragakan,
pengemulsi starch,
talk,
dapat dan Na
metabisulfit, Na tiosulfat, dinatrium EDTA, silikat (bentonite, Al Mg silikat, Mg trisilikat, kaolin). Garam fenilmerkuri inkompatibel dengan halida, terutama Inkompatibilitas
bromida dan iodida, karena membentuk senyawa halogen yang kurang larut. Garam fenilmerkuri juga inkompatibel dengan Al dan logam lain, amonia dan garam amonium, asam amino, dan beberapa senyawa sulfur. Garam fenilmerkuri dapat
diabsorpsi
penutup
karet,
dan
beberapa tipe komponen kemasan plastik. Inkompatibel juga dengan membran filtrasi sehingga terjadi kehilangan bila disterilisasi dengan filtrasi (HPE 6th Halaman 497)
d. Water for Injection Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau (FI IV
Pemerian
Halaman 112) Dapat bercampur dengan pelarut polar lainnya (HPE 6th
Kelarutan
Halaman 766) Stabil di semua keadaaan fisik, baik padat, cair maupun
Stabilitas
gas (HPE 6th Halaman 766)
Kegunaan
Pelarut (HPE 6th Halaman 766)
Sterilisasi
Autoklaf Air dapat bereaksi dengan obat dan berbagai eksipien yang
rentang
terhadap
proses
hidrolisis
(terjadi
penguraian jika dalam keadaan yang terdapat air dan Inkompatibilitas
kelembapan dengan adanya peningkatan suhu). Air dapat bereaksi kuat dengan alkali tanah dan oksidannya seperti kalsium oksida dan magnesium oksida, serta dapat bereaksi
dengan
garam
anhidrat
menjadi
bentuk
hidartnya (HPE 6th Halaman 768)
3. Formula yang akan Dibuat R/ Cloramphenicol
No
500 mg
Boric Acid
1.5 g
Borax
300 mg
Phenylmercuric Nitrate
2 mg
Water for Injection ad
100 ml
Nama Bahan
Jumlah Penimbangan
Kegunaan
1
Cloramphenicol
0,15 g
Bahan aktif
2
Boric Acid
0,45 g
Buffering Agent
3
Borax
0,09 g
Alkalizing agent
4
Phenylmercuric Nitrate
0,0006 g
Pengawet
5
Water for Injection
Ad 30 mL
Pelarut
4. Cara sterilisasi Bahan Sediaan yang akan Dibuat Sediaan tetes mata dilakukan proses sterilisasi dengan metode sterilisasi bakterisid menggunakan alat autoklaf pada temperatur 98-100
selama 20-30
menit dalam penangas uap air. Pemilihan ini didasarkan pada karakteristik bahan aktif dari kloramfenikol yang tidak stabil dengan proses pemanasan tinggi, sehingga proses pemanasannya akan berbeda dengan proses sterilisasi panas basah menggunakan autoklaf pada umumnya. 5. Perhitungan Berat dan Volume Sediaan yang volumenya 10 mL memiliki volume terpindahkan untuk masing-masing wadah sebesar 0,5 mL (FI IV, 1995 Halaman 1044) sehingga untuk sediaan 10 mL ketika dimasukkan dalam kemasan harus dilebihkan sampai 10,5 mL. Penimbangan langsung dibuat untuk sediaan 30 mL berdasarkan pertimbangan volume terpindahkan dan untuk mencegah kehilangan selama proses produksi. Ampul volume yang dibuat : v = (n x v) + 6 = (2 x 10,5 mL) + 6 = 27 mL Volume yang dibuat untuk total sediaan tetes mata adalah 20 mL, maka volume yang dibuat dilebihkan 30 mL sebagai antisipasi Kloramfenikol x 30 mL = 0,15 g Boric Acid x 30 mL = 0,45 g Borax x 30 mL = 0,09 g Phenylmercuric nitrate x 30 mL = 0,0006 g Water for injection = 30 mL – (0,15 + 0,45 + 0,09 + 0,0006) = 29,3094 mL
V. ALAT DAN BAHAN
Alat : 1.
Kaca arloji 3cm dan kaca arloji 5cm
2.
Batang pengaduk
3.
Beker glass 50ml
4.
Sendok logam
5.
Pinset
6.
Erlenmeyer 50ml
7.
Botol tetes coklat
8.
Pipet tetes
9.
Gelas ukur
10. Pipet botol tetes 11. Spuit injeksi yang dilengkapi membran filter 12. Timbangan Analitik 13. Cawan Porselin
Bahan : 1.
Chloramphenicol
2.
Boric acid
3.
Borax
4.
Phenyl mercuric nitrate
5.
Water for Injection
VI. CARA KERJA Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam pembuatan sediaan tetes mata steril berbahan aktif kloramfenikol
Dibuat larutan water for injection dari 100 mL aquadest yang disterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 selama 15 menit
Ditimbang sejumlah 0,45 g asam borat dengan kaca arloji, kemudian dilarutkan dalam water for injection sebanyak 10 mL (campuran 1)
Ditimbang sejumlah 0,09 g borax dengan kaca arloji, kemudian dimasukkan ke dalam larutan campuran 1 (campuran 2)
Setelah campuran bahan pada campuran 2 homogen (larut semua), kemudian dilakukan pengecekan pH sebesar 7,0 sebagai larutan dapar
Ditimbang sejumlah 0,15 g kloramfenikol dengan kaca arloji dan dimasukkan dalam beaker glass, kemudian ditambahkan larutan dapar kedalamnya (campuran 3)
Bila kelarutan kloramfenikol dalam dapar kurang, maka dapat menggunakan pemanasan sedang dengan suhu