Sabilus Salikin 30 Thariqah [PDF]

  • Author / Uploaded
  • Ebit
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Sabilus Salikin: Ensiklopedi Tharîqah/Tashawwuf | i



ii | Sabilus Salikin: Ensiklopedi Tharîqah/Tashawwuf



Judul: Sabilus Sâlikin, Jalan Para Sâlik Ensiklopedi Tharîqah/Tashawwuf Tim Penyusun: Santri Mbah KH. Munawir Kertosono Nganjuk Santri KH. Sholeh Bahruddin Sengonagung Purwosari Pasuruan Layout: Bahruddin Zakariya Desain sampul: Hafid Artaji Penerbit: Pondok Pesantren NGALAH Jl. Pesantren Ngalah No. 16 Pandean Sengonagung Purwosari Pasuruan Kode pos : 67162 Telepon



: (0343) 614084



Fax



: (0343) 614405



Website



: http://ngalah.net http://www.galakgampil.ngalah.net



Email



: [email protected]



Sabilus Salikin: Ensiklopedi Tharîqah/Tashawwuf | iii



SEKAPUR SIRIH Kami santri Mbah Kyai Munawwir Tegal Arum Kertosono Nganjuk al-Faqir H. M. Sholeh Bahruddin, kami menyuruh para santri untuk menyusun kitab Sabilus Sâlikin (Ensiklopedi Tharîqah/Tashawwuf) yang diambil dari berbagai macam kitab tharîqah atau tashawwuf, dengan tujuan: 1. Biar cepat mudah dipahami 2. Biar tidak salah paham apalagi sampai paham salah, itu berbahaya 3. Bagi pengikut semua tharîqah atau macam-macam tharîqah yang ada di Indonesia biar mantap karena benar dan jelas rujukannya 4. Untuk membentengi Islâm ala NU Dengan banyaknya ragam tharîqah/tashawwuf, inilah hebatnya Islâm Ahlu Sunnah wal Jama‟ah yang harus kita banggakan, tidak ada kesulitan. Setelah kami kaji dari kitab ke kitab, tidak ada Imam Tharîqah saling bertentangan dengan yang lain, bila ada, itu hanya di pengikutnya saja disebabkan oleh fanatisme yang berlebihan (ta‟assub). Bila kurang jelas, maka lihat sendiri di kitab masing-masing, Adapun tharîqah-tharîqah yang belum tercantum dalam kitab ini, kami mohon mencari sendiri, mohon maaf karena keterbatasan kami, dan bila ada kesalahan mohon dibenarkan sendiri.



ٍ َّ ‫ى ى ٍ ي ٍ ي َّ ى ي‬ ‫ ٍ٭ؽيٌ ٍ ى‬٧‫ْال ٍ ى‬٨ ٍ ٦ْ‫ي‬ ‫ةنل ى‬ ‫الؿامؽ ٍْح ى‬ َّ ْ‫ة ًْء‬ٛ‫ى ى‬٤‫اْلي‬ َّ ‫ىيٍ ى٭ةْث‬٤ٔ‫ْ ىب ٍٕ ًؽمْ ىك ىٔ ٌُّ ٍٮاْ ى‬٨ ْ‫اص ًؾ‬ ‫ٮ‬ ْ ْ ْ ْ‫ ًْح‬٪‫تْكق‬ ْ ً ‫ْبًكج‬٥ْ ‫يس‬٤ٔ ً ً ً ً ً ً ً ‫ى ي ى ى‬ ٍ‫ٍ ى‬ ٍ‫ٍ ى‬ ‫أى ٍو ى‬ ٥ٍْ ‫ذىؽحذي‬٬‫ْ ًا‬٥ٍْ ‫ْ ًارذىؽحذي‬٥ٍْ ‫ ًجأ ْيًٌ ً٭‬ًْْٚ‫ضٮـ‬ ‫ةبَْك ُّنل‬ ًْ ‫ع‬



Dan semua tharîqah itu tujuannya sama, yaitu hanya mencari ridha Allâh Swt.



‫مْ ىكر ىً ى‬ ٍ ‫ يى ٍٮد‬ٍٞ ٦‫خْ ى‬ ‫ٍ ى‬٩‫هْأى‬ ٍ ‫ي ٍٮ‬٤ٍُ ٦‫ةؾْ ى‬ ٍ ً ٰ ‫إل‬ ْ‫ب‬ ْ ْ ْ ْ ً ً ً ً



iv | Sabilus Salikin: Ensiklopedi Tharîqah/Tashawwuf



PENTING UNTUK DIBACA 1. Bagi pembaca kitab tharîqah yang ditulis ini, dilarang mengamalkan kecuali sudah baiat kepada guru mursyid tharîqah. 2. Bagi yang sudah baiat, dilarang untuk dzikir di maqâm dzikir yang belum sampai pada maqâm-maqâm yang kami tulis, terkecuali yang sudah sampai yang diajarkan/diizinkan oleh guru mursyid. 3. Bagi yang sudah baiat tharîqah dilarang membaiat dzikir kepada orang lain, terkecuali sudah menjadi mursyid.



Sabilus Salikin: Ensiklopedi Tharîqah/Tashawwuf | v



Sambutan Dr. KH. Said Aqil Siroj, MA Dimensi Kemanusiaan Sufisme dan Tharîqah ٌ ٌ ‫ة‬٩‫ة ْكوٮال‬٩‫ْقيؽ‬ ٌ ‫ْكالكبلـ ْىلع‬ ٌ ْ‫ ْكىلع ْأهل‬،‫ؽ ْرقٮؿ ْ﵀‬٧‫ْمح‬ ‫ْكالىبلة‬ ،‫ؽ ْ﵀‬٧‫ ْاحل‬،‫ ْ﵀‬٥‫بك‬ ٌ .ْ‫ؾاْإىلْيٮـْابلٕرْكانل٭ٌح‬٬ْ‫ة‬٪٦‫ْيٮ‬٨٦ْ،٫‫ْكمجةٔذ‬٫‫ْدجْٓقجذ‬٨٦‫ْك‬٫‫كوعةثذ‬ Sufisme atau tasawwuf adalah pemahaman keislaman yang moderat serta bentuk dakwah yang mengedepankan “qaulan kariman” (perkataan yang mulia), “qaulan ma‟rufan” (perkataan yang baik), “qaulan maisuran” (perkataan yang pantas), “qaulan layyinan” (perkataan yang lemah lembut), “qaulan balighan” (perkataan yang berbekas pada jiwa), serta “qaulan tsaqilan” (perkataan yang berbobot) sebagaimana yang diperintahkan alqur‟an. Awal kemunculannya sekitar abad pertama hijriyah merupakan dakwah untuk mengembalikan ajaran Islam dari penyimpangan batas-batas syari‟at. Hal tersebut dapat kita lihat dalam perjalanan sejarah umat Islam pada saat itu, dimana penguasa sering menggunakan Islam sebagai alat legitimasi ambisi politiknya. Maka sejak itu muncullah kesadaran di kalangan umat Islam untuk mengembalikan pesan orisinil dan sakral yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw,. Kesadaran yang tulus dan ikhlas dari zuhhad dan „ubbad, seperti Hasan al-Bashri (w-110 H) dan lain sebagainya, akhirnya menjadi sebuah kebangkitan yang menyebar luas keseluruh dunia muslim. Setelah generasi sahabat dan tabi‟in kebangkitan tersebut lebih dikenal dengan istilah tasawuf atau mutashawwifah. Tasawwuf merupakan inti sari dari pada ajaran Islam, yaitu wilayah yang mengharmonisasikan dimensi lahiriyah dan batiniyah yang ada dalam diri manusia. Sebagaimana kata “manusia” dalam bahasa Arabnya “al-Insan” memiliki makna harmoni. Menurut Ibnu manzur dalam Lisanul Arab ; kata “al-Insan” (manusia), merupakan kata benda (isim), kata kerjanya (fi‟il) “Anas”, bentuk ejektifnya (fa‟il) kalau maskulin (muzakar) “Anis”, kalau feminim (muanats) “Anisah”. Kata “Anas”, “Anis”, “Anisah”, “Insan”, “Yu‟nis”, “Muanasah”, “Uns”, itu maknanya harmoni, intim, cinta, kasih sayang, saling melengkapi, dan saling menyempurnakan. Jadi pada dasarnya manusia dipundaknya memikul amanat untuk mewujudkan kehidupan yang harmonis, cinta, kasih sayang, saling melengkapi, dan saling menyempurnakan antara dimensi lahiriyah dan batiniyah.



vi | Sabilus Salikin: Ensiklopedi Tharîqah/Tashawwuf



Para insan Sufi yang telah memperoleh pancaran cahaya tasawwuf adalah penegak dan menjunjung tinggi pesan-pesan Islam, etika dan nilai-nilai kemanusiaan karena mereka mampu mewujudkan kehidupan yang harmonis di muka bumi ini. Tidak pandang bulu dengan adanya perbedaan agama, mazhab, suku, negara, apalagi partai politik. Ibnu Arabi (w-638 H) mampu menjalankan misi tersebut meskipun langkahnya banyak dihujat oleh sebagian ulama. Seperti yang telah beliau kemukakan dalam salah satu syairnya di kitab Zakhair al-A‟laq Syarh Turjuman alAsywaq, ia mengatakan:



ْ ‫٘ـالفْكديؿْلؿٗجةف‬٣ْ‫ؿىع‬٧ْْْٚ***ْْْ‫ةثبلّْكْوٮرة‬ْٝ‫يب‬٤ْٝ‫ؽْوةر‬ٞ٣



ْ ‫ؿاف‬ْٝٙ‫ْْ***ْْكألٮاحْْدٮرةْْكوىع‬ٙ‫كبيخْْألكزػةفْكهػٕجػحَْْةاػ‬



‫ػةين‬٧‫ػْٰكإي‬٪‫ْديػ‬٨‫ةدليػ‬ْٚ٫‫ػٯْدٮص٭خْْ***ْْرواجػ‬٩‫ْاحلػتْأ‬٨‫ْثؽيػ‬٨‫أديػ‬ Hatiku telah menerima setiap bentuk Maka padang rumput bagi kijang-kijang dan wihara bagi para rahib Dan rumah berhala dan Ka‟bah orang berthawaf Dan lembar-lembar Taurat dan mushhaf al-Qur‟an Aku beragama dengan agama cinta, dimana kelompok pecinta selalu Menghadap, maka agama itu adalah agamaku dan imanku Menurut Ibnu Arabi perbedaan-perbedaan yang ada hanya suatu sarana manifestasi eksistensi Tuhan. Pada dasarnya semua bertolak dari misi yang sama yaitu keharmonisan, cinta dan kasih sayang yang merupakan amanat Tuhan pula. Tidak semudah seperti membalikkan telapak tangan pancaran cahaya tasawuf (ma‟rifatullah) akan didapatkan, namun para mutashawwifah (ahli tasawuf) perlu menempuh tahapan-tahapan spritual (maqamat ruhiyyah). Tahapan-tahapan spiritual seperti tobat, wara‟, zuhud, faqr, sabar, tawakal dan syukur bisa digapai melalui bermacam-macam ibadah, mujahadah dan riyadhah serta menyerahkan segenap jiwa dan raga sepenuhnya kepada Allah SWT. Ketika seorang sufi mencapai salah satu tahapan tersebut, maka akan mengalami ahwal, yaitu keadaan pengalaman spiritual dalam mengintropeksi jiwa (muhasabah al-nafs) sebagaimana dijelaskan oleh al-Qusyaeri (w-465 H) dalam Kitab al-Risalah dengan menjelaskan setiap bab, seperti bab al-Muraqabah (kedekatan), alMahabbah (cinta), al-Khauf (segan), ar-Raja (optimis), as- Syauq (kerinduan), al-Uns (harmoni), al-Musyahadah (persaksian) dan alYaqin (keteguhan) dan lain sebagainya.



Sabilus Salikin: Ensiklopedi Tharîqah/Tashawwuf | vii



Praktek menjalankan ajaran Islam seperti ibadah, riyadhah secara hati-hati dan sungguh-sungguh dengan melewati maqamat yang telah disebutkan diatas, merupakan bentuk tharîqah (jalan) untuk menggapai pancaran cahaya tasawwuf (ma‟rifatullah). Thariqah dapat berfungsi untuk mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan nafsu serta sifat-sifatnya, dan menjauhkan hal yang tercela serta mengamalkan yang terpuji. Dengan demikian, tharîqah menjadi sangat penting bagi umat Islam yang ingin mensucikan hati dari sifat-sifat kebendaan dan mengisi hati dengan zikir, muraqabah dan musyahadah kepada Allah Swt,. Buku yang ada ditangan pembaca ini sangat penting untuk kita pelajari karena merupakan referensi bacaan yang sangat lengkap dalam membahas ilmu tasawwuf dan macam-macam tharîqah. Oleh karena itu, saya menyambut baik atas kehadiran buku ini. Semoga apa yang telah dilakukan oleh penulis menjadi manfaat bagi dirinya dan bagi umat Islam secara keseluruhan. Wallahulmuwaffiq ila aqwamitthariq.



Ciganjur, 20 Nopember 2012



KH. Dr. Said Aqil Siroj, MA Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama



viii | Sabilus Salikin: Ensiklopedi Tharîqah/Tashawwuf



PEDOMAN TRANSLITERASI Arab



Indonesia



Arab



Indonesia



Arab



Indonesia



ْ‫أ‬



a



‫ز‬



z



‫ؽ‬



q



‫ب‬



b



‫س‬



s



‫ؾ‬



k



‫ت‬



t



‫ش‬



sy



‫ؿ‬



l



‫ث‬



ts



‫ص‬



sh



‫ـ‬



m



‫ج‬



j



‫ض‬



dh



‫ف‬



n



‫ح‬



h



‫ط‬



th



‫ك‬



w



‫خ‬



kh



‫ظ‬



zh



ْ٬



h



‫د‬



d



‫ع‬



`



ْ‫ء‬







‫ذ‬



dz



‫غ‬



gh



‫م‬



y



‫ر‬



r



‫ؼ‬



f



1. Penulisan bacaan panjang



‫ى‬ ‫ػػة‬... ٍْ ‫ ًػ‬... ٰ ‫ي‬ ْ‫ػ ٍٮ‬...



‫ٍ ي‬ ًْٟ‫ةل‬٧‫ ال ى‬: al-Mâlik î (i panjang), contoh: ٥ ْ‫ ال َّؿ ًظيٍ ي‬: al-Rahîm ‫ٍىي ٍي‬ û (u panjang), contoh: ‫ٮ ْر‬ٛ٘٣‫ ا‬: al-Ghafûr â (a panjang), contoh:



2. Bacaan AL Ta‟rif, baik AL Syamsiyah maupun AL Qamariyah, ditulis sebagai AL Qamariyah. Contoh:



‫َّ ى‬ ‫َّ ٍ ى‬ ْ‫الكبل يـ‬ : al-salam, ‫انل٭ٌح‬ : al-nahdhah



3. Khusus nama orang diusahakan ditulis sesuai dengan tulisan yang sudah umum dan tidak harus mengikuti transliterasi ini. Contoh:



ٌ ٍ‫ى‬ ْ٨ً ٍ‫دلي‬ ً ‫ْا‬٨‫ زي ي‬: Zainuddin/Zain al-Dîn



Sabilus Salikin: Ensiklopedi Tharîqah/Tashawwuf | ix



4. Singkatan untuk beberapa ungkapan Arab:



‫ي ٍ ى ىي ىى ى‬ ْ‫ْكت ىٕةىل‬ ٫٩‫قجعة‬ َّ ‫ى َّ ي ى ى ٍ ى‬ ٥ْ‫ ى‬٤‫ْك ىق‬ ٫ً ‫ي‬٤ْٔ‫وَّلْا﵀‬



: Swt. : Saw.



‫ى ى ٍ َّ ى‬ ْ‫الكبل يـ‬ ْ٫ًْ ‫ي‬٤ٔ



: As.



‫ى ى ي ىٍى‬ ْ٫٪‫ْا﵀ْخ‬ ‫ر ًغ‬



: Ra.



‫ى َّ ى ي ى ٍ ي‬ ْ٫‫ْكص ى٭‬ ‫ؿـْا﵀‬٠



: Krw.



x | Sabilus Salikin: Ensiklopedi Tharîqah/Tashawwuf



DAFTAR ISI SEKAPUR SIRIH ....................................................................................... iii PENTING UNTUK DIBACA ........................................................................ iv Sambutan Dr. KH. Said Aqil Siroj, MA Dimensi Kemanusiaan Sufisme dan Tharîqah ................................ v PEDOMAN TRANSLITERASI................................................................... viii DAFTAR ISI ............................................................................................... x BAB I PENDAHULUAN ISLAM, TASHAWWUF DAN THARÎQAH ................ 1 Pendahuluan................................................................................ 1 Benarkah tashawwuf dan tharîqah itu bid‟ah?............................... 2 Thariqah dalam al-Quran dan al-Hadits ........................................ 9 Thariqah dalam Pandangan Ibn Taimiyah .................................. 23 Thariqah, Cara Mengamalkan Syari‟ah........................................ 26 Thariqah, Jalan Menuju Ma‟rifah ................................................. 29 Thariqah, Teknik Berdzikir Efektif............................................... 31 Lafal Dzikir Yang Paling Utama ................................................... 35 Unsur-unsur Thariqah ................................................................ 39 Wasilah (Nûrun „ala Nûrin) .......................................................... 57 Suluk ......................................................................................... 71 Beragam Tharîqah hakikatnya adalah Satu................................. 77 Nama-Nama Tharîqah se-Dunia ................................................. 80 BAB II TASHAWWUF DAN THARÎQAH.................................................... 89 Pengertian Sûfi dan Tashawwuf .................................................. 89 Pembahasan Tashawwuf .......................................................... 100 Penjelasan dan Keterangan Beberapa Istilah ............................ 105 Islâm, Îmân, dan Ihsân ............................................................ 122 Akhlak Mulia (Husnul Khulûq) .................................................. 128 Tangisan Orang yang Takut kepada Allâh................................. 133 Sabar, Tawakkal, dan Tawaddhu„ ............................................. 134 Hati ......................................................................................... 139 Zuhud ...................................................................................... 142 Pengertian Tharîqah ................................................................ 146 Wajib Mencari Guru yang Bisa Mengantarkan kepada Allâh Swt. ......................................................................................... 147 Dasar Sâlik dalam Bertharîqah ................................................. 148 Dzikir ....................................................................................... 149 Nafsu ....................................................................................... 156 „Ulama‟ .................................................................................... 162 Tiga Golongan Manusia ........................................................... 163



Sabilus Salikin: Ensiklopedi Tharîqah/Tashawwuf | xi



Manusia Terbagi Menjadi Empat Golongan Yang Mengikuti Nabi ......................................................................................... 163 Kewajiban Amar Ma„ruf............................................................. 164 Dunia Menjadi Pelayan bagi Orang yang Melayani Agama Allâh ........................................................................................ 165 Enam Perkara untuk Mencapai Derajat Shalihin ....................... 166 Wali ......................................................................................... 167 Maqam Para Wali ..................................................................... 169 Wali Majdzub ........................................................................... 170 Setan Tidak Bisa Meniru (Berwujud) Wali Kamil ........................ 170 Hakikat Wali Allah .................................................................... 170 Akibat Hilangnya Wali Satu saja ................................................ 171 3 Tanda-tanda Wali .................................................................. 171 Menghina/meremehkan para Wali ............................................ 171 Hakikat wali ............................................................................. 171 Memusuhi dan menyakiti waliyullah berarti menyakiti allah. ..... 172 Tiga sifat yang dimiliki kekasih (Auliya‟) Allah ........................... 174 Karamah.................................................................................. 174 Macam Macam Wali dan Tingkatannya ..................................... 189 BAB III MACAM-MACAM THARÎQAH .................................................... 205 Tharîqah Uwaisiyah ........................................................................ 205 Nasihat-nasihat Uwais al-Qorn ................................................. 209 Tharîqah Malâmatiyah ................................................................. 212 Mu‟amalah Tharîqah Malâmatiyah ............................................ 216 Ketetapan Malâmatiyah ............................................................ 218 Dzikir Tharîqah Malâmatiyah .................................................... 219 Tharîqah Junaidiyah ....................................................................... 222 Biografi.................................................................................... 222 Sejarah Perkembangan ............................................................ 225 Sanad Tharîqah Imam Junaid .................................................. 227 Ajaran dan Amalannya ............................................................. 228 Tharîqah Ghazâliyah .................................................................... 233 Karya-karya Imam Ghazâli : ..................................................... 235 Dasar-Dasar Tharîqah Ghazâliyah ............................................ 236 Syarat-syarat Menjadi Sâlik ...................................................... 239 Pesan-pesan Imam Ghazâli tentang Dzikir ............................... 241 Syarat-syarat Masuk Tharîqah Ghazâliyah ................................. 242 Simâ‟ dan Adabnya .................................................................. 243 Melanggengkan Dzikir, Pikir dan Wirid ..................................... 244 Rincian Wirid dalam Tharîqah Ghazâliyyah ............................... 246 Enam Kategori Murid ............................................................... 253 Hizib Ghazâliyah ...................................................................... 256 tharîqah sa’diyah ........................................................................... 262



xii | Sabilus Salikin: Ensiklopedi Tharîqah/Tashawwuf



Wirid Ashghâr: ......................................................................... 264 Wirid Ausath: ........................................................................... 264 Wirid Akbar: ............................................................................. 264 Wirid Musabba‟ dan Mutsallats.................................................. 265 Wirid Selama Satu Minggu ....................................................... 267 Wirid Mingguan Syaikh al-„Izham .............................................. 269 Wirid yang Dilakukan untuk Suluk dan Tabarruk ...................... 270 Wazhifah Thariqah Sa‟diyah ...................................................... 271 Tharîqah Qâdiriyah ........................................................................ 278 Biografi.................................................................................... 278 Silsilah Tharîqah Qâdiriyah ...................................................... 282 Ajaran-ajaran Dasar Tharîqah Qâdiriyah ................................... 283 Tata Cara Baiat Tharîqah Qâdiriyah .......................................... 283 Adab Sâlik terhadap Diri Sendiri ............................................... 285 Adab Sâlik terhadap Mursyid .................................................... 286 Adab antar Sâlik....................................................................... 287 Tata Cara Kholwat 40 Hari Tharîqah Qâdiriyah ........................ 287 Wirid Tharîqah Qâdiriyah .......................................................... 288 Adab Khataman ....................................................................... 293 Prosesi Khataman .................................................................... 294 tharîqah rifâ’iyah .......................................................................... 297 Biografi Pendiri ........................................................................ 297 Cabang-cabang Tharîqah al-Rifa`iyah ...................................... 300 Thariqah al-Rifâ‟iyah Masuk ke Indonesia ................................. 301 Ajaran Tharîqah al-Rifa`iyah ..................................................... 302 Dasar-dasar Tharîqah al-Rifa`iyah ............................................ 302 Kewajiban Sâlik........................................................................ 303 Tata Cara Bai‟at Tharîqah al-Rifa`iyah ...................................... 303 Tata Krama Tharîqah al-Rifa‟iyah .............................................. 305 Keagungan Imam Rifa`i di Mata Para Ulama‟ ............................ 327 Tharîqah Suhrawardiyah ............................................................. 329 Ajaran Tharîqah Suhrawardiyah ................................................ 333 Mursyid (Syaikh) ....................................................................... 333 Adab Syaikh (Mursyid) .............................................................. 333 Adab Sâlik terhadap Syaikh (Mursyid) ....................................... 334 Adab Persahabatan antar Sâlik ................................................. 335 Khalwat Tharîqah Suhrawardiyah ............................................. 336 Urutan Maqâm yang Harus Ditempuh Sâlik .............................. 337 Hal-hal yang Harus Dilakukan Sâlik Awal dan Sâlik Akhir .......... 337 Ketentuan Sâlik Akhir ............................................................... 338 Safar (Perjalanan) .................................................................... 338 Sama„ (Nada-nada) Musik Ruhaniyah ........................................ 340 Wirid-wiridnya .......................................................................... 341 Aurad Tharîqah Suhrawardiyah: ............................................... 341



Sabilus Salikin: Ensiklopedi Tharîqah/Tashawwuf | xiii



Tharîqah Khalwatiyah .................................................................. 354 Sejarah Perkembangan ............................................................ 355 Sejarah Tharîqah Khalwatiyah Masuk ke Indonesia ................... 357 Tata Cara Mursyid Men-talqîn Masuk Tharîqah Khalwatiya ........ 360 Dasar-dasar dan Ajaran Tharîqah Khalwatiyah .......................... 362 Ajaran dan Adab Murid Pengikut Tharîqah Khalwatiyah............. 363 Adab Berdzikir Tharîqah Khalwatiyah ....................................... 364 Aurâd „Ammah ......................................................................... 365 Aurâd Khusus (Adzkâr al-Sulûk) ............................................... 367 Tharîqah Kubrâwiyah .................................................................... 377 Guru-guru dan Murid-muridnya ............................................... 379 Karangannya ........................................................................... 380 Tharîqah Najmuddîn dan Cabang-cabangnya ........................... 380 Tharîqah Histiyah............................................................................ 382 Biografi.................................................................................... 382 Tata Cara Dzikir ....................................................................... 383 Macam-Macam Dzikir ............................................................... 392 Tharîqah Akbariyah ...................................................................... 402 Riwayat Hidup .......................................................................... 402 Corak Pemikiran dan Gaya Ibn „Arabi ....................................... 410 Guru-guru Syaikh Ibn Arabi ...................................................... 413 Karya-karya Ibn „Arabi .............................................................. 415 Ajaran-ajaran Akbariyah ........................................................... 417 Syarat Murid dan Mursyid ......................................................... 418 Persiapan bagi Sâlik sebelum Menemukan Syaikh (Mursyid) ..... 418 Dzikir ....................................................................................... 418 Adab ........................................................................................ 419 Pembagian Sâlik ...................................................................... 419 Kaidah Pendidikan bagi Sâlik ................................................... 420 Tharîqah `Alawiyah ....................................................................... 428 Penyebaran Tharîqah „Alawiyah ................................................ 429 Ajaran Tharîqah „Alawiyah ........................................................ 429 Ajaran Dasar Tharîqah „Alawiyah:.............................................. 430 Dasar-dasar Tharîqah „Alawiyah: .............................................. 430 Wiridan: ................................................................................... 431 Persahabatan ........................................................................... 432 Râbithah kepada Mursyid ......................................................... 433 Adab Sâlik terhadap Syaikh (mursyid) ...................................... 433 Dzikir dan Do‟a ........................................................................ 434 Dzikir dan do‟a dilakukan setiap hari, dzikir dan doa tersebut meliputi: .................................................................... 434 Tata Cara Baiat atau Tahkim (Pengokohan) dan Talqin (Pemberian Pakaian Sufi) ......................................................... 434 Tata Cara Pemberian Khirqah (Pakaian Sufi) ............................ 435



xiv | Sabilus Salikin: Ensiklopedi Tharîqah/Tashawwuf



Tharîqah Syâdziliyah .................................................................... 437 Biografi Pendiri Tharîqah Syâdziliyah........................................ 437 Kehidupan dan Tantangan Abû al-Hasan al-Syâdzili di Tunisia .................................................................................... 438 Kehidupan Abû al-Hasan al-Syâdzili di Mesir dan Perjalanannya .......................................................................... 448 Akhir Hayat Abû al-Hasan al-Syâdzili ........................................ 452 Perjalanan Intelektual .............................................................. 455 Perjalanan Rûhanî .................................................................... 458 Perkembangan Tharîqah Syâdziliyah Hingga ke Indonesia ....... 460 Pokok-pokok Ajaran Tharîqah Syadiliyah ................................. 462 Kaifiyah Dzikir Syâdziliyah ........................................................ 463 Tharîqah Ahmadiyah ...................................................................... 466 Biografi.................................................................................... 466 Silsilah Tharîqah ...................................................................... 470 Shalawat dan Hizib .................................................................. 470 Tharîqah Maulawiyah ................................................................... 472 Biografi Pendiri ........................................................................ 472 Gelar Pimpinan Maulawiyah ..................................................... 472 Al-Matsnawi Karya Besar ar-Rumi ............................................. 473 Hadhrah atau Tarian Suci......................................................... 474 Pelarang Pada Era Kamal Attarurk ............................................ 478 Tharîqah Dasûqiyah ....................................................................... 480 Biografi Pendiri ........................................................................ 480 Thariqah Dasuqiyah ................................................................. 480 Sepuluh Landasan Ajaran Thariqah Dasuqiyah ......................... 481 Shalawat Dasuqiyah ................................................................. 484 Nasihat-nasihatnya yang masyhur: ........................................... 484 Tharîqah Naqsyabandiyah ........................................................... 486 Biografi Syaikh Baha‟uddin Al-Naqsyabandi .............................. 486 Silsilah Tharîqah Naqsyabandiyah ............................................ 489 Perkembangan Tharîqah Naqsyabandiyah ................................ 490 Gambaran Umum Perkembangan Tharîqah Naqsabandiyah ..... 490 Penyebaran Tharîqah Naqsabandiyah dan Tokohnya ................ 491 Pelopor dan Penyebaran Tharîqah Naqsabandiyah di Nusantara ................................................................................ 492 Ajaran Pokok Tharîqah Naqsyabandiyah Khalidiyah .................. 494 Tata Krama Dzikir Tharîqah Naqsyabandiyah ............................ 494 Macam-macam Dzikir .............................................................. 495 Dalil tentang Dzikir Qolbi atau Dzikir Sirri ............................... 495 Lafadz Dzikir Qolbi .................................................................. 496 Maqâm Dzikir .......................................................................... 496 Lafadz Dzikir Naqsyabandiyah .................................................. 501 Dzikir “Allâh, Allâh”, Dzikir Ismudz Dzât .................................... 502



Sabilus Salikin: Ensiklopedi Tharîqah/Tashawwuf | xv



Cara Dzikir Ismudz Dzât .......................................................... 502 Khotam Khowajikan Tharîqah Naqsyabandiyah ....................... 503 Syarat-syarat Khataman Khawajikan......................................... 503 Rukun Khataman Khawajikan ................................................... 504 Dalil Ruangan yang Tertutup Saat Tawajjuh ............................. 505 Dasar Tawajjuhan 3 Kali dalam Sehari Semalam ..................... 506 Tata Cara Tawajjuhan .............................................................. 506 Amalan setelah Tawajjuhan ..................................................... 507 Wuquf Zamani, Wuquf „Adadi dan Wuquf Qalbi ......................... 508 Wuquf Qalbi dengan Menjaga Nafas ......................................... 509 Atsar Dzikir dan Nikmat Dzikir .................................................. 509 Nikmat Dzikir Awal Mula Dibukanya Hijab ................................. 510 Bilangan Dzikir ........................................................................ 510 Kaifiyah (Tata Cara) Suluk ....................................................... 510 `Uzlah ..................................................................................... 512 Khalwat ................................................................................... 513 Dalil Menyedikitkan Bicara ....................................................... 517 Dalil Menyedikitkan Makan ....................................................... 517 Dalil Menyedikitkan Tidur ......................................................... 518 Melanggengkan Wudhu‟ (Dawaam al-Wudhu‟) .......................... 519 Meninggalkan Makanan yang Bernyawa (Tarkur Rûh) ............... 519 Macam-macam Khawathir (Getaran Hati) ................................. 520 Kewajiban Mursyid dan Murid secara Umum ............................. 520 Sifat-sifat Guru Mursyid ............................................................ 520 Syarat-syarat Mursyid ............................................................... 521 Tata Krama Murid terhadap Mursyid ......................................... 524 Tata Krama Murid terhadap Dirinya Sendiri .............................. 524 Tata Krama Murid terhadap Teman dan Orang-orang Muslim..................................................................................... 525 Cara Berteman bagi Sâlik ........................................................ 525 Pembagian Waktu Sâlik............................................................ 526 Pemanfaatan Waktu ................................................................. 526 Wushûl .................................................................................... 527 Ilmu Mukasyafah ...................................................................... 527 Fana‟ dan Baqa‟ ....................................................................... 527 Macam-macam Fana‟ dan Baqa‟............................................... 527 Perbedaan Hal dan Maqâm ...................................................... 528 Cara Mengatasi Hijab dan Cara Mujahadah .............................. 528 Dzikir Khafi, Muraqabah, dan Rabithah .................................... 529 Murâqabah .............................................................................. 530 Tharîqah Matbûliyah ..................................................................... 538 Biografi.................................................................................... 538 Daerah penyebaran ................................................................. 539 Ajaran tharîqah Matbuliyah ....................................................... 539 Kewajiban mursyid................................................................... 542



xvi | Sabilus Salikin: Ensiklopedi Tharîqah/Tashawwuf



Kewajiban Sâlik:....................................................................... 542 Aurâd....................................................................................... 543 Tharîqah Syathâriyah .................................................................. 544 Biografi Pendiri ........................................................................ 544 Silsilah Tharîqah Syathâriyah ................................................... 545 Ajaran Tharîqah ....................................................................... 546 Tata Cara Bai‟at ....................................................................... 552 Adab Syaikh ............................................................................. 553 Adab Sâlik ............................................................................... 554 Aurâd....................................................................................... 556 Tujuh Macam Dzikir ................................................................. 560 Talqin dzikir Syathâriyah .......................................................... 563 Tharîqah `Aidrusiyah .................................................................... 568 Biografi dan Sejarah Perkembangan ........................................ 568 Kewajiban Sâlik........................................................................ 568 Ajaran-ajaran Tharîqah Aidrusiyah............................................ 569 Maqâm Sâlik dalam Tharîqah Aidrusiyah .................................. 571 Tingkatan Perjalanan Sâlik ....................................................... 571 Dzikir Tharîqah Aidrusiyah ....................................................... 572 Tharîqah Jalwatiyah .................................................................... 575 Biografi Tharîqah Jalwatiyah .................................................... 575 Kewajiban ................................................................................ 576 Tentang Mursyid ...................................................................... 577 Suluk ....................................................................................... 577 Tata Cara Baiat Dan Talqin Dzikir ............................................. 579 Wazhifah Harian bagi Sâlik Tharîqah Jalwatiyah ....................... 580 Syarat-syarat Syaikh (Mursyid) Tharîqah Jalwatiyah................... 581 Pakaian Sâlik ........................................................................... 581 Macam-macam Pakaian ........................................................... 582 Tharîqah Bayûmiyah ...................................................................... 583 Biografi Pendiri ........................................................................ 583 Ajaran dan Dasar Amaliyah Tharîqah al-Bayûmiyah .................. 584 Tata Krama Berzikir ................................................................. 585 Aurâd dan Hizib Tharîqah al-Bayûmiyah ................................... 585 Do‟a Kasyfi al-Kurub bi al-Huruf sayyid Ali al-Bayumi ................ 588 Tharîqah Samâniyah ...................................................................... 592 Rukun Tharîqah Samâniyah ..................................................... 593 Wasiat-wasiat Syaikh Muhammad Sammân Ra. kepada Murid-muridnya ....................................................................... 595 Tharîqah Haddâdiyah .................................................................... 602 Biografi Pendiri ........................................................................ 602 Ajaran-ajarannya ...................................................................... 604 Adab Dzikir .............................................................................. 606 Macam-macam Dzikir .............................................................. 606



Sabilus Salikin: Ensiklopedi Tharîqah/Tashawwuf | xvii



Wasiat-wasiat al-Haddad .......................................................... 610 Kewajiban Sâlik Thârîqah Haddadiyyah: ................................... 611 Adab sâlik terhadap syaikh (mursyid): ...................................... 612 Tharîqah Tijaniyah ......................................................................... 614 Biografi Syaikh al-Tijani ........................................................... 614 Amalan Wirid Tharîqah al-Tijani ............................................... 618 Tata Cara Tharîqah Al-Tijani ..................................................... 620 Syarat Membaca Jauharah al-Kamâl......................................... 624 Keterangan Aurâd .................................................................... 624 Sanad Tharîqah Tijaniyah (yang sampai ke Indonesia).............. 625 Doktrin Syaikh Ahmad al-Tijani tentang Pemikiran Tashawwuf ............................................................................... 626 Tharîqah Idrisiyah .......................................................................... 627 Biografi Pendiri ........................................................................ 627 Aurâd dan Dzikir ...................................................................... 629 Gelar Pemimpin Tharîqah Idrîsiyah .......................................... 629 Pengertian Muhyiddin .............................................................. 630 Petikan Ungkapan al-Syaikh al-Akbar ....................................... 630 Sejarah Perkembangan ............................................................ 630 Konsep Ihsan atau Tashawwuf ................................................. 631 Wiridan Khusus Syaikh Ahmad bin Idrîs (Hizib Idrîsiyah) ........... 631 Aurâd Tharîqah Ahmadiyah (Idrisiyah) ...................................... 636 Beberapa Shalawât Idrîsiyah .................................................... 637 Tharîqah Sanusiyah ........................................................................ 641 Guru-guru Syaikh Muhammad Imam Sanusi: ........................... 643 Kewajiban salik ........................................................................ 644 Murid-murid Muhammad Sanusi .............................................. 644 Sanad Thariqah Sanusiyah melalui 6 Jalur Thariqah ................ 646 Aurâd Thariqah Sanusiyah ....................................................... 649 Tharîqah Qâdiriyah Naqsyabandiyah ....................................... 655 Metode Dzikir Tharîqah Qâdiriyah wa Naqsyabandiyah ............. 656 Tata Cara Bertharîqah Qâdiriyah Wa Naqsyabandiyyah ............. 662 Suluk ....................................................................................... 664 Adab sebelum Dzikir ................................................................ 666 Adab dalam Dzikir ................................................................... 666 Adab sesudah Dzikir ................................................................ 667 Rabithah .................................................................................. 667 Cara Pengangkatan dan Kualifikasi Mursyid.............................. 668 Murâqabah .............................................................................. 670 Adab dengan Sesama Teman................................................... 672 Adab kepada Diri Sendiri ......................................................... 673 Tharîqah Naqsyabandiyah Haqqâniyah ................................... 675 Biografi Pendiri ........................................................................ 675 Perjalanan Syaikh Nazim .......................................................... 681



xviii | Sabilus Salikin: Ensiklopedi Tharîqah/Tashawwuf



Khalwat Syaikh Nazim .............................................................. 684 Khalwat di Madinah .................................................................. 687 Silsilah Tharîqah Naqsyabandiyah Haqqaniyah ......................... 689 Dzikir tTharîqah Naqsyabandiyah Haqqoni ............................... 690 BAB IV TANYA JAWAB TASHAWWUF DAN THARÎQAH ...................... 693 Hukum Masuk Tharîqah ........................................................... 693 Murid Pindah Tharîqah ............................................................. 694 Masuk Tharîqah secara Bersama .............................................. 694 Tidak Bersanad Mengajarkan Tharîqah .................................... 695 Ucapan Wali yang Menyalahi Hukum Syara‟ .............................. 696 Mengaku Sudah Wushul ........................................................... 696 Memberi Baiat kepada Anak Kecil ............................................ 697 Mengharap Berkah para Kekasih Allah ..................................... 697 Râbithah dengan Mengenangkan Rupa Guru Mursyid ............... 698 Cara Râbithah kepada Mursyid dengan Tata Sila Kesembilan.............................................................................. 698 Orang Jadzab Tidak Boleh Menjadi Khâlifah ............................ 699 Hukum Menundukkan atau Menggerak-gerakkan Kepala Saat Berdzikir .......................................................................... 700 Hukum Mengamalkan Dua Tharîqah ........................................ 702 Hukum Berpindah dari Satu Thariqah ke Thariqah yang Lain ......................................................................................... 702 Hukum Mursyid Melarang Muridnya untuk Berbaiat ke Mursyid Lain ............................................................................ 702 Hukum Mengajarkan Thariqah Bagi Orang yang Sanadnya Tidak Bersambung Sampai Rasulullah saw............................... 703 Hukum Sulûk tanpa Guru ......................................................... 703 Hukum Perempuan Menjadi Mursyid/Khalifah Dalam Thariqah .................................................................................. 704 Hukum Baiat Dzikir Melalui Mimpi ............................................ 705 Hukum Perempuan Menjadi Wakil Baiat Murid Thariqah ........... 705 Hukum Orang yang Berhakikat, tapi Tidak Bersyari‟at .............. 706 Indeks .................................................................................................. 707 Daftar pustaka............................................................................... 744



Pendahuluan | 1



BAB I PENDAHULUAN ISLAM, TASHAWWUF DAN THARÎQAH Pendahuluan Banyak yang beranggapan bahwa aliran tashawwuf lahir dalam Islam atas pengaruh dari luar. Karena tashawwuf timbul dalam Islam sesudah umat Islam mempunyai kontak dengan agama Kristen, filsafat Yunani, agama Hindu dan Budha. Ada yang mengatakan bahwa pengaruhnya datang dari rahibrahib Kristen yang mengasingkan diri untuk beribadat dan mendekatkan diri kepada Tuhan di gurun pasir Arabia. Tempat mereka menjadi tujuan orang yang perlu bantuan di padang yang gersang. Di siang hari, kemah mereka menjadi tempat berteduh bagi orang yang kepanasan dan di malam hari lampu mereka menjadi petunjuk jalan bagi musafir. Rahib-rahib itu berhati baik, dan pemurah dan suka menolong. Sufi juga mengasingkan diri dari dunia ramai, walaupun untuk sementara, berhati baik, pemurah dan suka menolong. Pengaruh filsafat Yunani dikatakan berasal dari pemikiran mistik Pythagoras. Dalam filsafatnya, roh manusia adalah suci dan berasal dari tempat suci, kemudian turun ke dunia materi dan masuk ke dalam tubuh manusia yang bernafsu. Roh yang pada mulanya suci itu menjadi tidak suci dan karena itu tidak dapat kembali ke tempatnya semula yang suci. Untuk itu ia harus menyucikan diri dengan memusatkan perhatian pada filsafat serta ilmu pengetahuan dan melakukan beberapa pantangan. Filsafat sufi juga demikian. Roh yang masuk ke dalam janin di kandungan ibu berasal dari alam rohani yang suci, tapi kemudian dipengaruhi oleh hawa nafsu yang terdapat dalam tubuh manusia. Maka untuk dapat bertemu dengan Tuhan Yang Maha Suci, roh yang telah kotor itu dibersihkan dulu melalui ibadat yang banyak. Masih dari filsafat Yunani, pengaruh itu dikaitkan dengan filsafat emanasi Plotinus. Roh memancar dari diri Tuhan dan akan kembali ke Tuhan. Tapi, sama dengan Pythagoras, dia berpendapat bahwa roh yang masuk ke dalam tubuh manusia juga kotor, dan tak dapat kembali ke Tuhan. Selama masih kotor, ia akan tetap tinggal di bumi berusaha membersihkan diri melalui reinkarnasi (penjelmaan). Kalau sudah bersih, ia dapat mendekatkan diri dengan Tuhan sampai ke tingkat bersatu dengan Dia di bumi ini.



2 | Pendahuluan



Paham penyucian diri melalui reinkarnasi tak terdapat dalam ajaran tashawwuf. Paham itu memang bertentangan dengan ajaran al-Qur'an bahwa roh sesudah tubuh mati tidak akan kembali ke hidup serupa di bumi. Sesudah bercerai dengan tubuh, roh pergi ke alam barzah menunggu datangnya hari perhitungan. Tapi, konsep Plotinus tentang bersatunya roh dengan Tuhan di dunia ini, memang terdapat dalam tashawwuf Islam. Dari agama Budha, pengaruhnya dikatakan dari konsep Nirwana (tempat kebebasan). Nirwana dapat dicapai dengan meninggalkan dunia, memasuki hidup kontemplasi (renungan) dan menghancurkan diri. Ajaran menghancurkan diri untuk bersatu dengan Tuhan juga terdapat dalam Islam. Sedangkan pengaruh dari agama Hindu dikatakan datang dari ajaran bersatunya Atman dengan Brahman melalui kontemplasi dan menjauhi dunia materi. Dalam tashawwuf terdapat pengalaman ittihad, yaitu persatuan roh manusia dengan roh Tuhan. Kita perlu mencatat, agama Hindu dan Buddha, filsafat Yunani dan agama Kristen datang lama sebelum Islam. Bahwa yang kemudian datang dipengaruhi oleh yang datang terdahulu adalah suatu kemungkinan. Tapi pendapat serupa ini memerlukan buktibukti historis. Dalam kaitan ini timbul pertanyaan: sekiranya ajaranajaran tersebut di atas tidak ada, tidakkah mungkin tashawwuf timbul dari dalam diri Islam sendiri?, (Haqaiq „an al-Tashawwuf, Abdul Qâdir Isa, halaman: 30). Tashawwuf dan tharîqah adalah korban yang paling sering dihujat sesat oleh saudara-saudara seiman. Mereka memandang tashawwuf dan tharîqah sebagai sarang bid‟ah hal-hal yang baru yang diklaim tidak pernah diajarkan dalam Islam atau tidak pernah dilakukan dan diperintahkan oleh Rasûl. Dalil utama yang sering dikemukakan mereka adalah hadits Nabi Saw. yang sangat terkenal dan diriwayatkan oleh banyak imam hadits:



‫ى‬ ‫ي‬ ‫ى ى‬ َّ َّ ‫ى َّ ي ٍ ى ي ٍ ى ى‬ ‫ْاأل ي‬ ‫ي‬ ْ/‫ةؿ‬ٝ‫ ْك‬،‫ؾم‬٦‫رت‬٣‫ ْركاق ْأثٮ ْداكد ْكا‬.‫ح‬٣‫إف ّْك ْثؽٔح ًْبل‬ْٚ ،‫ٮر‬ ‫و‬ ‫ةت‬ ً ‫ ْكمحؽز‬٥‫ك ًإيةز‬ ً )128ْ/‫ْص‬،1ْ‫ْج‬،‫ْ(ريةضْالىةحلي‬.ْْ‫ْوعيط‬٨‫ظؽيرْظك‬



Hindarilah perkara-perkara yang baru (diada-adakan), karena setiap perkara yang baru adalah bid‟ah, dan bid‟ah adalah sesat, (Riyâdh al-Shâlihîn, juz 1, halaman: 128). Benarkah tashawwuf dan tharîqah itu bid‟ah? 



Pengertian Tashawwuf Banyak sekali definisi tashawwuf yang telah dikemukakan, dan masing-masing berusaha menggambarkan apa yang dimaksud dengan tashawwuf. Tetapi pada umumnya definisi



Pendahuluan | 3



yang dikemukakan hanya menyentuh sebagian dari keseluruhan bangunan tashawwuf yang begitu besar dan luas. Definisi-definisi yang dikemukakan sama dengan yang dilakukan empat orang buta, dalam kisah Rumi, ketika mereka menggambarkan bentuk gajah. Masing-masing menggambarkan bentuk gajah sesuai dengan bagian tubuh yang disentuhnya. Bagi yang pertama, bentuk gajah seperti mahkota, bagi yang kedua seperti pipa air, bagi yang ketiga, seperti kipas, dan bagi yang terakhir seperti tiang. Imam al-Qusyairi dalam al-Risalah-nya mengutip 50 definisi dari ulama Salaf, sementara Imam Abu Nu‟aim al-Ishbahani dalam Hilyat al-Auliya‟ wa Thabaqât al-Ashfiya‟ mengutip sekitar 141 definisi, antara lain: 1. Tashawwuf adalah bersungguh-sungguh melakukan suluk yaitu “perjalanan” menuju Malik al-Muluk (Raja semua raja), (yakni Allâh `azza wa jalla). 2. Tashawwuf adalah mencari wasilah (alat yang menyampaikan) ke puncak fadhilah (keutamaan). Definisi paling panjang yang dikutip Imam Abu Nu‟aim alIshbahani berasal dari perkataan Imam al-Junaid Ra ketika ditanya orang mengenai makna tashawwuf: Tashawwuf adalah sebuah istilah yang menghimpun sepuluh makna: 1. Tidak terikat dengan semua yang ada di dunia sehingga tidak berlomba-lomba mengerjakannya. 2. Selalu bersandar kepada Allâh `azza wa jalla, 3. Gemar melakukan ibadah ketika sehat. 4. Sabar kehilangan dunia (harta). 5. Cermat dan berhati-hati membedakan yang hak dan yang batil. 6. Sibuk dengan Allâh Swt. dan tidak sibuk dengan yang lain. 7. Melazimkan dzikir khafi (dzikir hati). 8. Merealisasikan rasa ikhlas ketika muncul godaan. 9. Tetap yakin ketika muncul keraguan dan 10. Teguh kepada Allâh Swt. dalam semua keadaan. Jika semua ini berhimpun dalam diri seseorang, maka ia layak menyandang istilah ini, dan jika tidak, maka ia adalah pendusta, (Hilyat al-Auliya‟ wa Thabaqât al-Ashfiya‟, juz 1). Beberapa fuqaha‟ ahli fiqih juga mengemukakan definisi tashawwuf dan mengakui keabsahan tashawwuf sebagai ilmu kerohanian Islam. Di antara mereka adalah: Imam Muhammad ibn Ahmad ibn Jazi al-Kalabi al-Gharnathi (w. 741 H.) dalam kitabnya al-Qawanin al-Fiqhiyyah li Ibn Jazi, halaman: 277 menegaskan: “Tashawwuf masuk dalam jalur fiqih, karena ia pada hakikatnya adalah fiqih batin (rohani), sebagaimana fiqih



4 | Pendahuluan



itu sendiri adalah hukum-hukum yang berkenaan dengan perilaku lahir”. Imam `Abd al-Hamid al-Syarwani, dalam kitabnya Hawasyi al-Syarwani VII, menyatakan: “Ilmu batin (kerohanian), yaitu ilmu yang mengkaji hal ihwal batin (rohani), yakni yang mengkaji perilaku jiwa yang buruk dan yang baik (terpuji), itulah ilmu tashawwuf”. Imam Muhammad `Amim al-Ihsan dalam kitabnya Qawa‟id al-Fiqih, dengan mengutip pendapat Imam al-Ghazali, menyatakan: “Tashawwuf terdiri atas dua hal: Bergaul dengan Allâh Swt. secara benar dan bergaul dengan manusia secara baik. Setiap orang yang benar bergaul (ibadah) dengan Allâh Swt. dan baik bergaul dengan mahluk, maka ia adalah sufi”. Definisi-definisi tersebut pada dasarnya saling melengkapi satu sama lain, membentuk satu kesatuan yang tersimpul dalam satu buhul: “Tashawwuf adalah perjalanan menuju Tuhan melalui penyucian jiwa yang dilakukan dengan intensifikasi dzikrullah”. Penyucian jiwa (tazkiyah an-nafs) merupakan ruh dari takwa, sementara takwa merupakan sebaik-baik bekal (dalam perjalanan menuju Allâh Swt.), sehingga dikatakan oleh Imam Muhammad Zaki Ibrahim, pemimpin tharîqah sufi al-Asyirah alMuhammadiyyah di Mesir, bahwa “Tashawwuf adalah taqwa. Taqwa tidak hanya berarti “mengerjakan semua perintah Allâh Swt. dan meninggalkan semua larangan-Nya. Takwa juga meliputi “cinta, ikhlas, sabar, zuhud, qana‟ah, tawadhu‟, dan perilaku-perilaku batin lainnya yang masuk ke dalam kategori makarim al-akhlaq (akhlak yang mulia) atau al-akhlaq almahmudah (akhlak yang terpuji)”. Oleh karena itu, tidak mengherankan apabila tashawwuf juga sering didefinisikan sebagai akhlak, yaitu akhlak bergaul (ibadah) dengan Allâh Swt. dan akhlak bergaul dengan semua makhluk-Nya. Imam Muhammad ibn `Ali al-Kattani, sebagaimana dikutip oleh Imam al-Qusyairi dalam al-Risalahnya, menegaskan bahwa “tashawwuf adalah akhlak”. Imam Abu Nu‟aim al-Ishbahani juga mengutip definisi senada dalam kitabnya Hilyat al-Auliya‟ wa Thabaqât al-Ashfiya‟: “Tashawwuf adalah berakhlak dengan akhlak (orang-orang ) mulia.” Definisi terakhir di atas sejalan dengan keberadaan Nabi Saw. yang diutus hanya untuk menyempurnakan akhlak yang mulia sebagaimana ditegaskan oleh beliau sendiri dalam sebuah sabdanya yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad ibn Hambal



Pendahuluan | 5



‫يى‬ َّ ‫ى‬ ‫ْظ َّؽ ى‬/‫ةؿ‬ْٝ،‫ىٮر‬٪٦ْ٨‫يؽْث‬ ‫ى‬ ‫ى‬ ‫ْظ َّؽ ى‬/‫ةؿ‬ْٝ،‫ْرزؽْالِكٮاذم‬٨‫ؽْث‬٧ ْ‫ةْٔجؽ‬٪‫ز‬ ًٕ ‫ةْق‬٪‫ز‬ ‫ةْمح‬٪‫كظؽز‬ ‫ى‬ ‫ى‬ ‫ى‬ ‫يى‬ َّ ٌ ‫ْانل‬ ْ‫يب‬ ْٔ،‫ط‬٣‫ْأبْوة‬٨ ْٔ،‫ةع‬ٕٞٞ٣‫ْا‬٨ْٔ‫ْٔضبلف‬٨‫ْاث‬٨ْٔ‫ٕـيـ‬٣‫ا‬ ً ً ٨ً ْٔ،‫ؿيؿة‬٬ْ‫ْأب‬٨ ‫ٍى ٍ ى‬ ‫ي ى ى ٍ ى ى َّ ى ى ى َّ ى ي ٍ ي ي ى ٌ ى ى ى‬ َّ ْ‫ربل‬١‫ ْ(قنن ْال‬،‫َك ًر ىـ ْاألػبل ًؽ‬٦ْ ٥٧ً ‫ة ْث ًٕسخ ًْألد‬٧‫ ْ ًإج‬/‫ةؿ‬ْٝ ٥٤‫ ْكق‬٫ً ‫ي‬٤ْٔ ‫ىوَّل ْا﵀‬ ْ )46ْ/‫ْص‬،3ْ‫ْج‬،٨‫ٮـْادلي‬٤ْٔ‫ْإظيةء‬،191ْ/‫ْص‬،1ْ‫ْج‬،‫جي٭يق‬٤‫ل‬ Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan akhlak yang baik, (Sunan al-Kubrâ lil Baihaqi, juz 1, halaman: 191, Ihyâ‟ „Ulûm al-Dîn, juz 3, halaman: 46). Akhlak itu sendiri merupakan perilaku batin yang melahirkan berbagai perbuatan secara otomatis tanpa melalui pertimbangan yang disengaja, atau dalam definisi Imam alGhazali diungkapkan dengan redaksi: “Akhlak merupakan ungkapan tentang kondisi yang berakar kuat dalam jiwa; dari kondisi itu lahir perbuatan-perbuatan dengan mudah dan gampang tanpa memerlukan pemikirkan dan pertimbangan.” Apapun definisi yang dikemukakan para ulama‟ mengenai tashawwuf, yang jelas bahwa tashawwuf merupakan sisi rohani Islam yang sangat fundamental dan esensial, bahkan ia merupakan inti ajaran yang dibawa oleh para Nabi dan Rasul. Pernyataan Imam Muhammad Zaki Ibrahim barangkali sudah cukup sebagai penjelasan terakhir: “Meskipun terdapat perbedaan pendapat mengenai definisi tashawwuf, semua definisi yang ada mengarah kepada satu titik yang sama, yaitu taqwa dan tazkiyah. Tashawwuf adalah hijrah menuju Allâh Swt, dan pada hakikatnya semua definisi yang ada bersifat saling melengkapi”, (Abjadiyyah al-Tashawwuf al-Islami, atau Tashawwuf Salafi, halaman: 7). Tidak satu definisi pun yang mampu menggambarkan secara utuh apa yang disebut dengan tashawwuf. Demikian pula, tidak ada satu penjelasan pun yang mampu menggambarkan apa yang disebut denga ihsan (beribadah seolah-olah melihat Allâh Swt), karena hal itu menyangkut soal rasa dan “pengalaman”, bukan penalaran atau pemikiran. Pemahaman yang utuh mengenai tashawwuf dan sekaligus ihsan hanya muncul setelah seseorang “mengalami” dan tidak sekadar “membaca” definisi-definisi yang dikemukakan orang. 



Tashawwuf dalam Kontek Keilmuan Islam Prof. Dr. H. S.S. Kadirun Yahya Al-Khalidi menyatakan bahwa Tashawwuf adalah “Saudara Kembar” Fiqih. Pernyataan ini tampaknya berdasarkan pada kenyataan bahwa Fiqih pada hakikatnya merupakan formulasi lebih lanjut dari konsep Islam,



6 | Pendahuluan



sementara Tashawwuf merupakan perwujudan konkret dari konsep Ihsan. Dua konsep ini tercetus bersama-sama dengan konsep Iman (diformulasikan lebih jauh dalam ilmu kalam) dalam dialog antara Jibril As. dan Nabi Saw. sebagaimana dikemukakan dalam hadits Abu Hurairah yang sangat terkenal, (Shahih al-Bukhari, juz 1, halaman: 31, nomor hadits 50).



‫ى ى‬ ‫ى َّ ى ى ي ى َّ ه ى ى ى َّ ى ى ٍ ى ٍ ي ٍ ي ٍ ى ٍ ى ى ٍ ى ٍ ى ى ي ٍ ى َّ ى‬ َّ ‫ةف‬ ُّ ً ٍ‫ْاتلي‬ ْ‫ب‬ ٍْ ً ‫ْأ‬٨ٍ ‫ْخ‬،‫ِم‬ ‫ةْأثٮْظي‬٩‫ْأػرب‬/٥‫ي‬٬ً ‫ْإًثؿا‬٨‫ْب‬٢‫ة ًخي‬٧‫ةْإًق‬٪‫ْظؽث‬/‫ةؿ‬ْٝ‫ةْوكؽد‬٪‫ظؽث‬ ‫ى‬ ‫ى‬ َّ ‫ى ٍ ى ى ى ٍ ى ٍ ي ى ٍ ى ى ى ى ى ى َّ ُّ ى َّ ي ى ى ٍ ى ى َّ ى ى ن ى ٍ ن‬ ‫أدىةقْي‬ْٚ،‫ةس‬ ً ٪٤ً‫ةْل‬٦‫ةرزاْيٮ‬ ً ‫ْث‬٥٤‫ْكْق‬٫ً ‫ي‬٤ْٔ‫َْكفْانل ًيبْوَّلْا﵀ ى‬/‫ةؿ‬ْٝ‫ؿيؿة‬٬ْ‫ْأ ًب‬٨‫ْخ‬،‫زرٔح‬ ‫ى‬ ‫ٍ ٍي ىى ى ى ٍ ٍى ي ى ى‬ ‫ى ى ى‬ ‫ٍى ي ٍ يٍ ى‬ ‫﵀ ى‬ ْ٫ً ً‫ةا‬ٞ٤ً ً‫ْكب‬ ٫ً ‫ْك ىوبلاًس ًذ‬ ًْ ً ‫ ْثًة‬٨٦ً ‫ةف ْأف ْدؤ‬٧‫ْ(اإلح‬ ً /‫ةؿ‬ْٝ ‫ةف ْ؟‬٧‫ْاإلح‬ ً ‫ة‬٦ْ /‫ةؿ‬ٞ‫ ْذ‬٢‫ربي‬ ً ‫ص‬ ‫ى‬ ‫ى ى ى ٍ ى‬ ‫ى ى‬ ٍ‫ٍ ى ي ٍ ىٍيى ى ىى ي‬ ٍ ‫ى ي ي ى يٍ ى ٍى‬ ْ‫ْش ىؾ‬ ‫ةؿ‬ْٝ‫ةْاإل ٍقبل يـ ْ؟‬ ً ٕ‫ةبل‬ ً ً ٦ْ/‫ةؿ‬ْٝ،)‫ر‬ ً‫ ْث‬٨٦ً ‫ ْكدؤ‬٫ً ٤ً ‫كرق‬ ً ‫ْ(اإلقبلـ ْأف ْتٕجؽ ْا﵀ ْكال ْت‬/ ‫ى ي ٍ ى َّ ى ى ى ي ى ّّ ى َّ ى ى ٍ ى ٍ ي ٍ ى ى ى ى ي ٍ ى ى ى ى ى ى ى ى ٍ ٍ ي‬ ْ‫ةْاإلظ ىكةف؟‬ ً ٦ْ/‫ةؿ‬ْٝ،)‫ْكدىٮـ ْروٌةف‬،‫ؿكًح‬ٛ٧‫ْكدؤدم ْالـَكة ْال‬،‫ ْالىبلة‬٥‫ي‬ًٞ ‫ْكد‬،٫ً ً‫ث‬ ‫ى ى ى ٍ ى ٍ ي ى ى ى ى َّ ى ى ى ي ى ٍ ى ٍ ى ي ٍ ى ى ي ى َّ ي ى ى ى ى ى ى ى َّ ى ي‬ ْ‫ةٔح؟‬ ‫َت ْالك‬٦ْ/‫ةؿ‬ْٝ،)‫ ْيؿاؾ‬٫٩‫ ًإ‬ْٚ ‫ ْدؿاق‬٨‫ ْدس‬٥‫ ًإف ْل‬ْٚ،‫ ْدؿاق‬ٟ٩‫أ‬٠ْ ‫ْ(أف ْتٕجؽ ْا﵀‬/‫ةؿ‬ٝ ‫ى ى ي ٍ ي ى ى ٍ ى ٍ ى ى ى ى ىى‬ ‫ى ى ى ٍى ٍ ي ٍي ى‬ َّ ْ‫ ى‬٦ْ ٥‫ى ى‬٤ٍٔ ‫ٍ ى٭ة ْثأى‬٪‫ْخ‬ ْ‫ت‬ ‫كؤكؿ‬٧‫ة ْال‬٦(ْ /‫ةؿ‬ٝ ً ً ‫ ْأْش‬٨‫ ْكقأػ ًربؾ ْخ‬،٢ً ً‫ ْالكةا‬٨ ً ‫ ْ ًإذا ْكدل‬/‫اَ٭ة‬ ً ٍ ٍ ٍ َّ ‫ى‬ ‫ىٍى‬ ‫ٍ ى‬ ‫ٍ ى َّ ي ى َّ ى ى ى ى‬ ‫ْابلجٍيى‬ ‫ةك ىؿ ي‬ ‫اْت ىُ ى‬ ‫ِْف ي‬٥‫ْابل ٍ٭ ي‬ ‫ ي‬٢ٍ‫ْر ىَعةيْاإلث‬ ْ،)‫ْا﵀‬ ْ‫ْ ًإال ي‬٨َّ ‫ ي٭‬٧‫ ي‬٤ٕ‫ِْفَْخٍ وفْالْح‬، ‫ةف‬ ‫ْكإًذ‬،‫حْرب٭ة‬٦‫األ‬ ً ً ً ً ً ٍ ٌ ‫ى‬ ‫ْالك ى‬ ‫ْا﵀ ى‬ ‫ ى ى‬٫ٍ‫ي‬٤ْٔ ‫يب ى‬ َّ ٥‫ ي‬٤ْٔ ‫ٍ ىؽ يق‬٪ْٔ ‫ْا﵀‬ ‫َّ ى‬ ‫ْو ََّّل ي‬ َّ ‫ ْدى ىبل‬٥َّ ‫يث‬ ُّ ‫ْانل‬ ْ:34ْ/‫ةف‬٧ٞ٣;ْ