Senyawa Anti Mikroba  [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

SENYAWA ANTI MIKROBA Dalam membahas senyawa antimikroba akan dipelajari antara lain mekanisme kerja,mekanisme resistensi bakteri,prinsip prisip penting dalam pemilihan antibiotik, dalam penggunaan,juga kombinasi antibiotik serta serta peran kemoprofilaksis. Juga pengetahuan mengenai faktor faktor yang mempengaruhi hasil pengobatan dan kesalahan penggunaan antimikroba yang sering terjadi akibat kurangnya identifikasi mikroorganisme sehigga dapat menimbulkan supra infeksi



 Sejarah:Pasteur dan joubert termasuk orang orang pertama yang menyadari potensi produk produk sebagai senyawa terapeutik.Pada th 1877 keduanya mempublikasikan hasil pengamatannya yaitu bahwa mikroorganisme biasa dapat menghambat pertumbuhan basilus antraks dalam urin.Pada era modren kemoterapi antimikroba dimulai pada th 1936 saat diperkenalkan sulfanilamid dalam praktek klinis.



 Selanjutnya pada th 1941 penisilin mulai tersedia dalam jumlah memadai untuk penggunaan klinis.Streptomosin,kloramfanikol,dan klortetrasiklin ditemukan menjelang perang dunia II.Sejak saat itu banyak golongan senyawa antimikroba telah ditemukan dan sampai saat ini ratusan obat telah tersedia untuk digunakan.



 Dari seluruh pasien rumah sakit 30% atau lebih diobati dengan satu atau lebih rangkaian terapi antimikroba.Kematian akibat infeksi bakteri sudah merupakan masa lalu,meskipun demikian senyawa antimikroba juga merupakan obat yang paling sering salah digunakan oleh dokter.  Meskipun senyawa anti bakteri diketahui secara umum tidak memiliki aktivitas anti virus namun 50% pasien atau lebih didiagnosis memiliki infeksi saluran pernafasan akibat virus diberikanrangkain terapi antibiotik.



 Konsekuensi yang tak terhindarkan akibatmeluasnya penggunaan senyawa antimikroba adalah timbulnya patogen resisten antibiotik yang akan menyebabkan kebutuhan akan obat obat baru serta meningkatnya biaya penobatan.Selain itu,kecepatan pengembangan obat antimikroba baru secar drastis melambat saat ini.jika keberhasilan dalam pengobatan penyakit infeksi ingin dipertahankan dokter hendaknya lebih selektif dan bijaksana dalam menggunakan obat obat anti mikroba.



 Definisi dan karekteristik: Pengertian antibiotik secara sempit adalah senyawa yang dihasilkan oleh berbagai jenis mikroorganisme(bakteri,fungi,aktinomisetes) yang menekan pertumbuhan mikroorganisme lainnya.Namun penggunaan secara umum seringkali memperluas istilah antibiotik hinggga meliputi senyawa antimikroba sintetik seperti sulfonamida dan kuinolon.Pengetahuan mengenai mekanisme replikasi bakteri,fungi,dan virus secara molekuler sangat membantu pengembangan senyawa – senyawa yang dapat menganggu siklus hidup mikroorganisme.



KLASIFIKASI dan MEKANISME KERJA.  Berdasarkan pada struktur kimia dan mekanisme kerja sbb:  1 Senyawa yang menghambat sintesis dinding sel bakteri ini meliputi; penisilin dan sefalosporin secara struktur mirip dan senyawa senyawa yang tidak mirip seperti sikloserin,vankomisin,basitrasin dan antifungi gol azol (klortrimazol,flukonazol,itrakonazol)



 2 Senyawa yang bekerja langsung pada membran sel mikroorganisme , mepengaruhi permeabilitas dan menyebabkan kebocoran senyawa senyawa intraseluler dan termasuk senyawa yang bersifat detergen seprti:polimiksin,dan senyawa antifungi poliena Nistatin,amfoterisin B yang berikatan dengan sterol sterol dinding sel



 3 Senyawa yang mempengaruhi fungsi sub unit ribosom 30 S atau 50S sehingga menyebabkan penghambatan sintesis protein yang reversibel,bersifat bakteriostatik ini meliputi Kloramfenikol,tetrasiklin,eritromisin,kl indamisin,pristinamisin.



 4 Senyawa yang berikatan dengan sub unit ribosom



30 S dan mengubah sitesis protein,yang pada akirnya akan meng akibatkan kematian sel seperti:Aminoglikosida



5 Senyawa yang mempengaruhi metabolisme asam nukleat bakteri seperti gol Rifamisin (mis Rifampin) yang meng hambat RNApolimerase dan gol Kuinolon yang meng hambat topoisomerase



 6.Kelompok anti metabolit termasuk diantaranya ,trimetoprin dan sulfonamida yang dapat memblok enzim yang penting dalam metabolisme folat  7.Senyawa anti virus yang terdiri atas beberapa gol a; analog asam nukleat seperti ;asiklovir atau gansiklovir yang secara selektif menghambat DNA polimerase virus serta zidovudin atau lamivudin yangmenghambat transkriptasebalik.



 b Inhibitor transkriptasebalik nonnukleosida seperti : nevirapin atau efavirenz c In hibitor enzim enzim esensial virus lainnya .Mis inhibitor protease HIV atau neuroamidase influenza.



 Faktor yang menetukan kerentanan mikroorganisme terhadap seny anti mikroba,serta keberhasilan terapi antimikroba pada suatu infeksi tergantung pada beberapa faktor:1.konsentrasi antibiotik pada tempat infeksi harus mencukupi untuk menghambat pertumbuhan mikroorganisme penyebabnya,seperti yang ditunjukan oleh seny bakteriostatik( yaitu seny yang dapat mengganggu pertumbuhan atau replikasi mikroorganisme tapi tidak membunuhnya mungkin memadai.



 2Jika pertahanan tubuh inang terganggu pemusnahan dengan antibiotik (efek baktersid) mungkin diperlukan mengatasi infeksi tersebut.  3 Konsentrasi obat pada lokasi infeksi hendaknya tidak hanya mampu menghambat organisme tersebut namun juga harus tetap dibawah kadar toksiknya terhadap sel manusia.Jika hal ini dapat dicapai mikroorganisme tersebut dapat dikatakan rentan terhadap antibiotik.



 4 Jika konsentrasi penghambatan atau bakterisid tidak dapat dicapai secara aman,maka mikroorganisme tersebut dikatakan resisten terhadap obat itu  Konsentrasi yang dapat dicapai suatu antibiotik didalam serum biasanya membantu dalam mamilih titik acuan untuk menunjukan apakah suatu mikroorganisme rentan atau resisten melalui pengujian kerentanan secara in-vitro



Resistensi Bakteri terhadap senyawa Antimikroba  Agar antibiotik efektif maka AB tersebut harus mencapai targetnya berikatan dengannya,danmengganggu fungsinya.  Resistensi bakteri terhadap senyawa AB terbagi dalam 3 kelompok umum:  1.obat tidak mencapai targetnya  2.obat tidak aktif  3.target berubah



 Membran luar bakteri gram-negatif merupakan sawar permeabelitas yang mencegah molekul molekul polar berukuran besar memasuki sel.Molekul polar berukuran kecil,termasuk banyak AB masuk kedalam sel melalui saluran yang terbuat dari protein yang disebut porin.Jika saluran porin yang tepat tidak ada atau terjadi mutasi atau hilang maka hal tersebut dapat memperlambat laju atau sama sekali mencegah masuknya obat kedalam sel,sehingga akan menurunkan konsentrasi efektif obat pada lokasi target.



 Jika target berada dalam dan obat memerlukan transport aktif untuk melewati membran sel maka mutasi atau kondisi lingkungan yang menghentikan mekanisme transpor ini dapat menyebabkan resistensi.  Contoh gentamisin secara aktif ditranspor melewati membransel.energi pada proses ini diambil dari gradien elektrokimia melintasi membran sel.Gradien ini dihasilkan oleh enzim pernafasan.Mutasi enzim pada jalur ini dan kondisi anaerob akan menurunkan energi potensial melintasi membran ini menurunkan jumlah gentamisin yang memasuki sel sehingga menyebabkan resistensi.



 Bakteri juga memiliki pompa efluksyang dapat mentransport obat keluar dari sel seperti resistensi tetrasiklin dan antibiotik Beta laktam,banyak komponen yang dapat memperentarai resistensi bakteri terhadap AB Beta – laktam dengan mengatur konsentrasi intraselnya.



 Inaktivasi obat merupakan mekanisme kedua yang paling umum pada resistensi obat.Resistensi bakteri terhadap aminoglikosia serinh terjadi karena bakteri menghasilkan enzim yang dapat memodifikasi aminiglikosida,sedangkan resitensi bakteri terhadap AB Beta – laktam sering terjadi karena bakteri menghasilkan enzim Beta –laktamase.



 Resistensi dapat diperoleh melalui mutasi dan seleksi dengan penurunan sifat secara vertikal kepada selturunannya.Agar mutasi dan sleksi berhasil menyebabkan resistensi mutasi tidak boleh mematikan dan tidak boleh benyak mengubah virulensi.juga mutan asal atau progeninya(turunan) harus segera ditularkan atau bila tidak mutasi tersebut harus ditemukan kembali,melalui mutan yang tidak berkaitan dalam suatu galur yang rentan.



 Dalam pemilihan senyawa anti mikroba secara optimal dan bijaksana terapi penyakit infeksi memerlukan penilaian klinis dan penetahuan rinci mengenai faktor farmakologis dan mikrobiologis.  Sering kali penggunaan AB tanpa memperhatikan miroorganisme penginfeksi potensial atau sifat fermakologis obat tersebut.Antibiotik digunakan dalam 3 cara umum :



   



1. sebagai terapi empiris 2 sebagai terapi definitif 3 sebagai terapi profilaksis atau preventif Kalau sebagai terapi empiris atau terapi awal AB,yang dipilih harus dapat mengatasi seluruh patogen yang mungkin,karena organisme penginfeksinya belum diketahui.Terapi kombinasi atau pengobatan tunggal dengan obat tunggal berspektrum luas sering dignakan. Jika mikroorganisme penginfeksi diketahui terapi AB yang definitif harus dilakukan yaitu regimen berspektrum dengan toksisitas rendah untuk penyempurnaan rangkaian pengobatan.



 Senyawa AB yang digunakan bertujuan secara selektif memilih obat yang aktif untuk mikroorganisme penginfeksi yang paling mungkin dan memiliki potensi paling kecil dalam menyebabakan toksisitas atau reaksi alergi pada pasien.



Pengujian Kepekaan Mikroba terhadap senyawa Antimikroba  Mungkin terdapat berbagai variasi dalam kerentanan terhadap AB pada galur galur berbeda dari spesies bakteri yang sama.Informasi mengenai pola kepekaan mikroorganisme penginfeksi penting untukseleksi obat yang sesuai.Ada beberapa cara pengujian untuk penentuan kepekaan bakteri terhadap senyawa AB.  Yang umum dilakukan adalah difusi-cakram,uji pengenceran agar atau kaldu dan sistim uji otomatis.



 Teknik difusi – cakram hanya menyajikan informasi kualitatif atau semi kuantitatif mengenai kerentanan miokroorganisme tersebut terhadap AB yang diberikan.Uji dilakukan dengan mengaplikasi cakram kertas saring  Uji pengenceran menggunakan AB pada konsentrasipengenceran berseri dalam medium agar padat atau kaldu yang mengandung kultur mikroorganisme yang diuji.



 Sistim otomatis juga menggunakan metode pengenceran kaldu,kerpatan optiskultur isolat klinis dalam kaldu yang diinkubasi dalam kedadaan telah mengandung obat diukur dengandensitometri srapan.Jika kerapatan kultur melebihi ambang batas kerapatan optis maka pertumbuhan mikroorganisme terjadi pada konsentrasi obat tersebut.MIC merupakan konsentrasi pada saat kerapatan optis masih berada dibawah ambangnya.



Farmakokinetik  Aktivitas AB secara in- vitro hanya merupakan petunjuk apakah suatu AB dapat efektif terhadap infeksi atau tidak  Keberhasilan terapi juga tergantung pada tercapainya konsentrasi obat yang memadai untuk menghambat atau mematikan bakteri pada tempat infeksi tanpa membahyakan inang.untuk memenuhi tujuan terapi beberapa faktor farmakokinetik dan faktor inang harus dievaluasi. Lokasi infeksi umumnya dapat menentukan pemilihan obat serta rute pemberiannya



 Konsentrasi obat minimum yang dicapai pada lokasi infeksi hendak nya kurang lebih sama dengan nilai MIC untuk organisme penginfeksi  Masuknya antibiotik ke lokasi infeksi tergantungpada banyak faktor.jika terjadi pada cairan serebrospinal(CSS) maka obat harus melewati sawar darah otak,sehngga bnyak senyawa AB yang bersifat polar pada pH fisiologis sulit mrlakukannya.



 Penetrasi obat kedalam lokus yang terinfeksi hampir selalu tergantung pada difusi pasif,dengan demikian lajupenetrasi sebanding dengan konsentrasi obat bebas didalam plasma atau cairan eksytrasl.  Secara tradisional dosis dan frekuensi pemberian AB te;ah diseleksi untuk mencapai aktivitasAB pada lokasi infeksi pada sebagian besar interval dosis.



 Pengetahuan tentang status mekanisme eliminasi obat pada masing masing pasien juga penting terutama jika konsentrasi obat yang berlebihan dalam plasma atau jaringan dapat mnyebabkan toksisitas yangserius.Kebnyakan senyawa AB dan metabolitnya terutama dieliminasi diginjal,hati hati terhadap pasien yang mengalami insufiensi ginjal



 Rute pemberian: pemberian oral lebih disukai, memungkinkan pemberianparentral biasanyadianjurkan pada pasien dengan penyakit serius yang konsentrasi obat harus dicapai  Faktor inang :faktor bawaan inang dapat menjadi penetu utama bagi tidak hanya jenis obat yang dipilih juga dosis,rutepemberian,resiko dansifat efek samping serta efektivitas terapeutiknya.



 Mekanisme Pertahanan Inang: Penetu kritis efektivitas terapeutik senyawa AB adalah kondisi fungsional mekanisme pertahanan inang baik imunitas humoral maupun maupun imunitas selular penting.Kertidak cukupan jenis,kualitas dan kuatitas imuniglobulin,perubahan sistim imun seluler atau kerusakan kualitatif atau kuantitatif sel fagosit dapat menyebabkan kegagalan terapi walau menggunakan onat yang tepat dan efekif.



 Pada inang yang memiliki sistim imunyang baik,dapat disembuhkan dengan menghentikan perbanyakan diri mikroorganisme (efek bakteriostatik) jika imun terganggu efekbakteriosratik mungkin tidak cukup untuk ini perlu batesid untukterapi.



 Faktor lokal:trapi AB tergantung pada penetahuan mengenai bagaimana faktor lokal dapat mempengaruhi aktovitas AB .Aktivitas dapat menurun secara signifikan pada nanah,yang dalamnya terkandung fagosit,sisa sisa srl,dan protein yang dapat mengikat obat atu menimbulkan kondisi yang tidak menguntungkan bagi kerja obat.Hemoglobin yang banyakterdapat pada hematoma yang terinfeksi dapat mengikat penisilin dan tetrasiklin sehingga ini menurunkan efektivitas obat.



 pH pada rongga abses serta lokasi infeksi yang terbatas lainnya(Ruang pleural,CSS,dan urin) biasanya rendah,inimenyebabkan hilangnya aktivitas AB, sep[erti aminioglikosida,eritromisin dan klindamisin,tetapi ada beberapa obat seperti klorteterasiklin,nitrofurantoin,metenaamin .lebih efektif pada lingkungan asam .



 Adanya benda benda asing pada daerah terinfeksi sangat mngurangi berhasilnya terapi AB; seperti organ tubuh buatan/prostetik,{ seperti katup jantung,sendi,pacu jantung,cangkok pembuluh darah serta pada berbagai pembuluh darah dan SSP akan dipersepsikan sebagai benda asing oleh sel fagosit,terjadi degranulasi,sehingga berkurangnya senyawa bakterisid intra sel.



 Usia pasien: penting untuk untuk sifat farmakokinetik senyawa AB,terutam untuk mekanisme eliminasi di ginjal,dan biotrasformasi hepatik,belum berkembang pada bayi baru lahir terutama bayi prematur,ini sangat berbahaya,seperti pemberian klormfenikol.Keceptan metabolisme juga menurun,sehingga konsentrasi obat meninggi ini potensi menjadi toksik,seperti ototoksisitas aminiglikosida.



 Faktor pertumbuhan juga menetukan tipe respon,terhadap obat,Tetrasiklin terikat kuat pada gigidan tulang yang sedang mengalami pertunbuhan dan ini pada anak anak dapat menyebabkan lambatnya pertumbuhan tulang dan perubahan warna gigi atau hipoplasia enamel gigi.juga Fluorokinolon berakumulasi pada tulang rawan sehingga mempengaruhi pertumbuhan nya.



 Faktor genetik:Kelain genetik atau metabolik tertentu garus fipertimbangkan dalam pemberianAB  Seperti sulfonamida,nitrofurantoin,kloramfenikol dan asamnalikdisat dapat menyebabkan hemolisis akut pada pasien defisiensi glukosa -6fosfatdehidrogehase.Pasien akan mengasetikasi isoniazid dengancepat akan memiliki konsentrasi obat dalam plasma dibawah konsentrasi terapeutiknya.



 Kehamilan: dapat menyebabkan peningkatan risiko reaksi terhadap senyawa AB bagi ibu maupun janinnya.  Hilangnya pendengaran pada anak dikaitkan dengan pemberian streptomisin pada ibu hamil.Tetrasikilin dap[at mempengaruhi tulang dan gigi janin,juga ibu hamil mengalami nekrosis berlemak akut yang fatal pada hati pankreastitis serta kerusakan ginjal bila menerima tetrasiklin,kehamilan itu sendiri dapat mempengaruhi sifat farmakokinetik berbagai antibiotik



 Wanita menysui dapat melewatkan obat anti mikroba pada anak yang sedang disusuinya.Asam nalikdisat dan sulfonamida dalam air susu telah dikaitkan dengan terjadinya hemolisis pada anak yang mengalami defisiensi gkukosa -6- fosfat dehidrogenase .Sulfonamida dalam jumlah kecil yang didapat dari air susu ibu dapat menyebabkan anak mengalami kernikterus.



 Alergi obat:Antibiotik terutama Beta laktam dapat menimbulkan reaksi alergi.Pasien dengan riwayat alergi atopik terutama rentan terhadap munculnya reaksi ini .Sulfonamida,trimetoprin,nitrofurantoin dan eritomisin juga telahdihubungkan dengan reaksi hipersensitivitas terutama ruam.



 Riwayat anafilaksis (reaksi dipercepat) menyebabkan obat digunakan hanya pada situasi yang ekstrim dan mengancam nyawa..Uji pada kulit terutama penisilin dapat bermanfaat dalam memperkirakan reaksi yang dapat mengancam nyawa.Namun pemakian tes semacam ini masih kontroversial.Senyawa antimikroba dan seperti obat obat lain dapat menyebabkan” demam akibat obat”yang dapat disalah artikan sebagai tanda infeksi.



 Gangguan sistim Saraf : Pasien dengan kecendrunga epilepsi memiliki resiko kejang motorik lokal atau menyeluruh pada pemakaian dosis tinggi penisili G.Neurortoksisitas penisilin dan antibiotik Beta laktam lainnya ini berhubungan erat dengan konsentrasi obat yang tinggi dalam CSS.Hal ini biasa terjadi pada pasien insufisiensi ginjal yang menerima obat ini dalam dosis tinggi Paseien dengan mistenia gravis atau masalah neuromuskuler lain rentan terhadap efek penyekatan aminiglikosida,polimiksin,dan kolistin terhadap neuromuskuler.Pasien yang sedang menjalani anestesia umum dan meniram senyawa bloker neuromuskuler juga rentan terhadap toksisitas AB.



TERAPI dengan Kombinasi SENYAWA ANTIMIKROBA  Baik digunakan kombinasi dua atau lebih AB secara bersamaan memiliki dasar pemikiran tertentu dan dianjurkan pada situasi kusus.Kombinasi memiliki potensi interaksi antara senyawa AB tersebut,sehingga dapat mempengaruhi mikroorganisme ataupun pasien.Senyawa AB yang bekerja pada target yang berbeda dapat meningkatkan atau mengganggu keseluruhan aktivitas AB.Suatu kombinasi obat dapat memiliki toksisitas yang bersifat aditif atau super aditif pada pasien.Contoh Vankomisin secara tunggal berefek nefrotoksisitas minimal jika diberikan bersama aminoglikosida toksissitas aminoglikosida akan meningkat.



Indikasi bagi penggunaan klinis kombinasai Seny AB  Penggunaan komninasidiperbolehkan:  1.Untuk terapi empiris infeksi yang penyebabnya belum diketahui  2untuk pengobatan infeksi polimikroba.  Untuk meningkatkan aktivitas senyawa AB (sinergisme) untuk infeksi yang spesifik  4untuk mencegah timbulnya resistensi.



 Terapi Empiris Infeksi parah penyebab belum diketahui,paling umum digunakan kombinasi AB  Pengobatan Polimikroba,pengobatan abses intra abdomen,hepatik dan otak serta beberapa infeksi saluran genital dapat diberikan kombinasi AB ,untuk membasmi infeksi campuran aerob-anaerob yang khas,campuran 2 atau lebih mikroorganisme yang kerentananya cukup berbeda sehingga obat tunggal tidak ada memberikan cakupan yang dibutuhkan.  Peningkatan aktivitas pada pengobatan Infeksi spesifik apabila AB diberikanbersamaan dapat memberikan efek yang sinergis ini lebih baik daripada tunggal



 Contoh kombinasiAB :  Pada endokarditis enterokokus antara penisilin dan streptomisin atau gentamisin,penisilin bersifat bakteriostatis, sedangkan kombinasi ini menyebabkan bakterisid.  Kombinasi AB betalaktam dng aminoglikosida pada infeksi P aeroginosa  Kombinasi ini menunjukan sinergisme.  Kombinasi sulfa dan inhibitor dihidrofolat reduktase seperti trimetoprin ini bersifat sinergis berkat blokade pada rangkaian sitesis folat mikroba.



 Pencegahan timbulnya Mikroorganisme resisten pada kombinasi AB dibandingkan tunggal.  Contoh: jika frekwensi mutasi adalah 10pangkat min 7 sedangkan terhadap obat ke dua 10 pangkat min6 maka terjadi mutasi hasilkali keduanya 10 pangkat min13



 Kerugian Kombinasi Seny ABberkaitan dengan resiko toksisitas dari dua atau lebih obat,seleksi mikroorganisme yang resiten multi obat serta peningkatan biaya pengobatan pasien.Antagonisme efek antibakteri dapat dihasilkan jika senyawa bakteriostatik dan baktersida diberikan bersamaan.



 Superinfeksi :semua individu yang menerima terapiAB kan mengalami perubahan populasi mikroba normal di usus,sal pencernaan atas,dan saluran urogenital .Ini dapat diartikan sebagai munculnya infeksi baru dengan bukti klinis dan bakteriologis selama kemoterapi infeksi yang utama.



Kesalahan Penggunaan AB  Disebabkan Penggunaan Infekasi yang tidak dapat diobati,kesalahan penggunaan senyw ini adalah pada infeksi yang setelah melalui pengamatan dan uji klinis terbukti tidak dapat diobati dengan AB yang digunakan.



Terapi Demam yang tidak Diketahui Penyebabnya.  Ada dua macam demam yang penyebabnya tidak diketahui  1.Berlansung selama beberapa hari hingga satu minggu dan yang lainnya bertahan hingga periode waktu yang lebih lama  2Sering kali diobati dengan senyawa antimikroba empiris



Kesimpulan PRINSIP PEGGUNAAN AB  Banyak senyawa AB dikonsumsi tanpa manfaat dari sifat anti bakterinya.Karena itu indikasi pemakaiannya perlu difahami benar.Bila AB diberikan untuk keadaan yang sebenarnya tidakdiperlukan ia berfungsi sebagai placebo aktifyang potensial dapatmembahayakan penderita ini dapat menimbulkan resistensi kuman dan menaikan biaya pengobatan tanpa manfaat yang nyata.



 Prinsip umum:Dalam menetukan AB apa yang harus dipilih ad beberpa prinsip umum,yang dapat dianjurkanPemilihanAB harus didasarkan atas rasio manfaat/ resiko dengan unsur pertimbangan:  1Spektrum AB  2.Sifat Farmako Kinetik  Efektivitas Klinik  Keamanan  Biaya  Potensi untuk timmbulnya resistensi danresiko super infeksi.



 Segala pemilihan AB perludidasarkan atas hasil yang baik dalamberbagai uji klinik terkontrol,karena efektivitas in-vitro saja tidak cukup untuk menjamin keberhasilan klinis.  Profilaksis untuk bedah,dan non bedah dilakukan untuk keadaan yang angka komplikasinya memang tinggi,hal ini dapat dilakukan dengan jenis AB yang telah terbukti berhasil baik dan dalam dosis penuh.Pada profilaksis bedah AB cukup diberikan 1 jam(parentral) sebelum pembedahan dan 1 dosis beberapa jam kemudian,cara ini lebih berhasil dibanding pemberian AB untuk 1 minggu ini mungkintimbulnya resistensi pada pemberian yang lama.



 Pengobatan AB lebih sering dilakukan secara empiris dan tidak atas dasar hasilantibiogram,hal ini dapat dibenarkan,tapi pemilihan AB harus dilakukan atas dasar kuman penyebab tersering yang ditemukan melalui data epidemiologis,tindakan ini disebut EDUCATED GUESS,bila data tidak tersedia setempat maka perlu memakai data dari lokasi lain.



 Walaupun demikian untuk bebagai penyakit kultur kuman perlu dilakukan dengan maksud mengtahui jenis kuman,bila pengobatan empiris pertama gagal misal pada infeksi saluran kemih,dugaan demam tifoid,sepsis atau fever of unknown origin.Untuk ini pembiakan spesimen perlu dilakukan sebelumAB diberikan.



 AB spektrum sempit mungkin harus dipilih bila kuman penyebab infeksi dapat dapat dicakup oleh AB tersebut.hal ini untuk menghindari kemungkinan terjadinya resistensi dan super infeksi.AB spektrum sempit sepert benzil penisilin mempunyai potensi yang besar untuk kuman peka (Stretokok gram + dan stafilokok) dibanding AB lain yang berspektrum lebar seperti Amoisilin.Dianjurkan gunakan AB tunggal,kecuali unrtuk beberapa keadaan seperti TBC.Untuk infeksi yang sederhana kombinasi tidak baikdibandingkan dengan tunggal



 Educated guess:didasarkan pada pemilihan AB untuk organ yang terkena infeksi dan popla resistensi kuman,tanpa melakukan pembiakan ,jenis kuman yang menyerang organ tertentu dapat diket cukup akurat.Kuman yang menimbulkan infeksi dikulit,hampir selalu Streptokok atau stafilokok dikandung kemih lebih sering kumanGram negatif seperti,Ecoli,Proteus,Klebsiella